You are on page 1of 240
Daftar Isi Topik 1. Baterai 1. Pengujian kondisi isian baterai 2. Pengujian kapasitas baterai 3. Pengujian baterai free-maintenance 4. Mengaktifkan baterai baru “pee Topik 2. Sistem starter 1. Hubungan antara current draw motor dan kapasitas baterai 2. Pengujian sistem starter 3. Trouble shooting sistem starter « starter solenoid bekerja, pinion tidak dapat engage ke ring gear, « pinion engage namun starter motor berputar lambat atau tidak berputar, « starter motor tetap bekerja saat starting switch dilepaskan, 4, Baterai jump start 5. Pemeriksaan pinion clearance Topik 3. Sistem pengisian 1. Hubungan antara daya beban, kapasitas baterai dan kapasitas alternator 2. Pengujian sistem pengisian — T1 3. Trouble shooting sistem pengisian « Pemeriksaan arus liar — T2 « Pengetesan arus alternator — TS « Pengetesan sumber arus liar — T7 « Pemeriksaan sistem penggerak alternator — T4 * Peitgetesan rugi tegangan sistem pengisian - T3 e Mengaktifkan residual magnet pada alternator jenis brush less — T6 Topik 4. Sistem lampu dan sirkuit tambahan 1. Merencanakan dan meninjau ulang sirkuit lampu tambahan e Perhitungan kapasitas alternator * « Pengambilan power source e Perencanaan sistem proteksi « Perencanaan kabel « Perencanaan switch 2, Pengujian sistem lampu dan sirkuit tambahan 3. Trouble shooting sistem lampu r « Lampu mati « Back feed -— lampu yang terpisah menyala bersama redup « Lampu terpisah menyala bersama terang « Lampu redup Topik 5. Trouble shooting dengan diagnostic code 1. VIMS 2. EPTC!l 3. ARC 4. AETA Lampiran A : VIMS Service, MID, CID, FMI, Parameter Lampiran B : Penyebab kerusakan pada VIMS Lampiran C : Prosedur trouble shooting pada VIMS Lampiran D : Penyebab kerusakan pada EPTC il Lampiran E : Prosedur trouble shooting pada EPTC Ii Lampiran F : Prosedur trouble shooting pada ARC 2 Topik 1 Baterai Selain pemeriksaan secara visual dan fisik, ada dua jenis pengujian yang harus dilakukan pada baterai, yaitu: * Pemeriksaan kondisi isian baterai « Pengujian kapasitas baterai 1. Pemeriksaan kondisi isian baterai Pemeriksaan kondisi isian (state of charge) baterai secara cepat dapat digunakan volt meter. Dengan voltmeter kita dapat mengetahui kondisi isian baterai secara umum. Pemeriksaan yang lebih teliti dapat digunakan hydrometer, kondisi isian baterai dinyatakan bagus apabila berat jenis elektrolitnya antara 1,250 s/d 1,270 dengan perbedaan antara satu sel dengan sel nainnya tidak lebih dari 0,020. Jika perbedaannya lebih dari 0,020 (limitnya 0,050) maka cell dengan berat jenis elektrolit yang lebih rendah telah mengalami kerusakan. Hanya baterai dengan kondisi isian yang bagus yang dapat dilakukan pengujian kapasitas. 2. Pengujian kapasitas baterai Pengujian kapasitas baterai sering disebut dengan “high rate discharge test” (test pembebanan dengan arus tinggi) dapat dilakukan dengan “battery load tester” misalnya Durst 3006. Baterai dibebani dengan arus sebesar % harga CCA atau 3x harga Ah dalam waktu maksimum 15 detik kemudian dibaca tegangannya (saat masih dibebani). Baterai 12 volt dikatakan kapasitasnya masih bagus jika tegangan dapat bertahan minimum pada 9,6 volt untuk baterai umum (bukan Caterpillar) atau minimum 9,0 untuk baterai Caterpillar. Jika arus 3 Usd beban belum tercapai namun tegangan sudah mencapai 9,0 volt, maka beban jangan ditambah tetapi ditahan hingga 15 detik, arus beban akan menggambarkan kapasitas aktual dari baterai. Selama pengujian ini semua vent-plug harus dibuka agar kondisi elektrolit dapat diamati, jika timbul gelembung yang banyak dalam waktu singkat, maka pengujian harus dihentikan. 3. Pengujian baterai free-maintenance Baterai free-maintenance tidak mempunya vent-plug seperti halnya baterai konvensional, oleh karena itu pada baterai free-maintenance tidak dapat dilakukan pengujian beban. Kenapa? Karena kindisi elektrolit selama pengujian tidak dapat kita amati. Pengujian kapasitas baterai free-maintenace adalah dengan cara mengukur tegangannya dengan menggunakan digital voltmeter. 13,00V berarti kapasitasnya 100%; 12,75V=75%,; 12,50V=50%; 12,25V=25% dan 12,0V=0%. 4. Mengaktifkan baterai baru (catterpillar) Baterai Caterpillar yang baru dapat diaktifkan dengan cara mengisi baterai tersebut dengan larutan asam sulfat. Saat kita beli, larutan ini sudah merupakan campuran antara H2SO, 36% dan H2O0 64%. Setelah diisi dengan larutan asam sulfat kita diamkan beberapa saat agar meresap ke pori-pori sel. Setelah itu kita bebani dengan arus ’% harga CCA dan tegangan tidak boleh turun dibawah 9,0 volt. Jika tegangan bertahan diatas 9,0 volt maka baterai dapat langsung dipakai, namun jika tegangan jatuh dibawah 9,0 volt, maka baterai harus dilakukan pengisian (charging) terlebih dulu. Topik 2 Sistem starter 1. Hubungan antara current draw motor dan kapasitas baterai Besar kecilnya permintaan arus yang harus mengalir ke motor starter tergantung pada dua hal, yaitu: * Kondisi engine, berat atau ringan untuk dicrank * Kondisi starter motor, normal atau short Semakin berat engine dicrank, semakin besar pula arus yang mengalir ke motor starter. Semakin lama masa pakai suatu starter motor, semakin besar pula arus yang dibutuhkan oleh starter. Semakin besar arus yang diperiukan oleh motor starter, semakin besar pula kapasitas yang harus tersedia pada baterai. Berapa arus maksimum yang boleh mengalir ke motor starter? Pertanyaan ini dapat dijawab dengan 3 tahap, yaitu: *® arus maksimum yang mampu disupplai oleh baterai harus diketahui, * arus maksimum yang dibutuhkan oleh motor starter sebaiknya diketahui, * antara kemampuan baterai dan kebutuhan motor starter diambil nilai yang lebih kecil, maka itulah arus maksimum yang boleh mengalir ke motor starter yang terpasang pada engine. Jika arus maksimum yang dibutuhkan oleh starter motor tidak berhasil diketahui, maka cukup difentukan oleh besarnya arus yang mampu disupplai baterai. [a Cara menentukan arus maksimum yang mampu disupplai oleh baterai Dalam pemakaian baterai pada sistem _ starter, setidaknya ada dua cara untuk menyatakan kapasitas baterai, yaitu: « Cold Cranking Ampere (CCA) umumnya dipakai untuk baterai buatan Eropa/Amerika « Ampere Hours (Ah) umunya dipakai untuk baterai buatan Asia Baterai 12 volt yang kapasitasnya dinyatakan dalam CCA dapat melayani starter motor dengan arus maksimum setengah dari harga CCA dalam waktu maksimum 20 detik dan tegangan saat dibebani tidak akan turun dibawah 9.6 volt. Baterai 12 volt yang kapasitasnya dinyatakan dalam Ah dapat melayani motor starter dengan arus maksimum tiga kali harga Ah dalam waktu maksimum 20 detik dan tegangan saat dibebani tidak akan turun di bawah 9,6 volt. Namun demikian, bila baterai 12 volt yang umum dapat dibebani hingga tegangannya menjadi 9,6 volt, maka khusus untuk baterai Caterpillar 12 volt dapat dibebani hingga tegangannya turun menjadi 9,0 volt. Jadi, dengan kapasitas baterai yang sama, baterai Caterpillar akan memiliki angka CCA yang lebih besar dengan baterai merk lain. Kita ambil contoh sebuah baterai (bukan caterpillar) berkapasitas 1300 CCA, maka baterai tersebut setara dengan 1300/6=217Ah. Namun baterai caterpillar 1300 CCA di dalam “Battery rating and cross reference chart (SMHS856100)” disebutkan setara dengan 290Ah. 6 UL J Cara menentukan arus maksimum yang dibutuhkan oleh starter motor Setidaknya ada dua cara untuk meneniukan arus maksimum yang dibutuhkan oleh starter motor, yaitu: * melihat langsung pada “plate name” starter motor (ka ada), «¢ melihat spesifikasi pada manual Pada “plate name” biasanya tertulis nilai tegangan nominal dan daya motor, misalnya 24Vi1kW, maka besarnya arus maksimum yang dibutuhkan oleh motor adalah 11.000/24 = 458 amp. Namun pada starter motor Caterpillar sering hanya tertulis part numbernya, sehingga kita harus mencari spesifikasinya dalam manual. 2. Pengujian sistem starter Pengujian pada sistem starter harus dilakukan secara periodik (setiap service di workshop) meskipun tidak ada masalah yang terjadi di lapangan. Hal ini penting dilakukan untuk mencegah terjadinya breakdown di lapangan. Karena dengan pengujian ini dapat diketahui kerusakan-kerusakan pada sistem starter secara dini sebelum masalah yang sebenamya terjadi. TAHAP 14 Hidupkan engine Pastikan engine bisa dihidupkan. « Jika engine dapat hidup, biarkan running selama 10 menit lalu matikan engine. Lanjutkan ke tahap 2 « Jika engine tidak dapat hidup, abaikan pengujian ini dan langsung lakukan trouble shooting (7 TAHAP 2 Pengukuran cranking voltage dan arus starter. Tarik emergency shut down untuk mencegah engine hidup pada proses berikutnya. Pasang voltmeter secara parallel pada kedua terminal baterai. Jepitkan 8TO900 clamp on ammeter pada kabel negatif baterai dengan arah panah menuju ke terminal negatif baterai. Crank engine dan baca hasil pengukuran. * Tegangan >18.0V dan arus < spesifikasi (777B <700A), sistem starter bagus. Pengujian sistem starter selesai. « Tegangan >18.0V dan arus > spesifikasi, permintaan arus starter berlebihan namun kemampuan baterai sangat bagus. Pengujian sistem starter selesai. « Tegangan <18.0V dan arus < spesifikasi, baterai lemah atau charging sistem tidak bagus. Lakukan pengujian sistem pengisian dan pengujian baterai. * Tegangan <18.0V dan arus > spesifikasi, permintaan arus starter motor melebihi kemampuan_baterai. Ganti starter motor dan ulangi pengujian. 3. Trouble shooting sistem starter Masalah — masalah yang sering terjadi pada sistem starter adalah: e starter solenoid bekerja, pinion tidak dapat engage ke ring gear, * pinion engage namun starter motor tidak berputar, * starter motor berputar lambat, « starter motor tetap bekerja saat starting switch dilepaskan, « pinion tetap engage setelah engine start idak dapat engage * gigi pinion rusak, * gigi flywheel rusak, © shift lever pada starter motor rusak Trouble shooting dapat dilakukan dengan mengikuti prosedur berikut: Tahap 1. Pemeriksaan ring gear dari fly wheel Lepas starter motor dari engine. Periksa gigi-gigi ring gear ¢ Jika ring gear bagus, lanjutkan ke tahap 2 e Jika ring gear rusak, perbaiki atau ganti ring gear Tahap 2. Pemeriksaan kondisi pinion Periksa kondisi pinion starter motor e _ Jika pinion jelek, ganti atau perbaiki starter motor e Jika pinion bagus berarti terjadi kerusakan pada shift lever. perbaiki atau ganti starter motor ion engage, starter motor berputar lambat atau idak berputar sama sekali Kemungkinan penyebab: « baterai kosong atau lemah, kabel atau connection tidak baik, engine macet, solenoid switch rusak, starter motor rusak Trouble shooting dapat dilakukan dengan mengikuti prosedur berikut. « Pemeriksaan tegangan baterai saat cranking « Pengukuran arus starter « Pengukuran tegangan starter e Pengukuran rugi tegangan sisi positif e Pengukuran rugi tegangan kabel positif « Pengukuran rugi tegangan solenoid switch e Pengukuran rugi tegangan sisi negatif e Pengukuran rugi tegangan disconnect switch Tahap 1. Pemeriksaan tegangan baterai saat cranking (cranking voltage) Crank engine dan ukur tegangan battery dengan digital voltmeter. Lakukan pengukuran pada kedua terminal baterai, bukan pada kabel baterai. « Jika cranking voltage lebih kecil dari 18.0 volt, lanjutkan ke 2 pengukuran arus starter « Jika cranking voltage lebih besar dari 18.0 volt, lanjutkan ke tahap 3 pemeriksaan tegangan starter. C10] Tahap 2. Pengukuran arus starter Crank engine dan ukur arus yang keluar dari baterai dengan 8T0900 clamp on ammeter. Besarnya arus yang mengalir tidak boleh lebih besar dari spesifikasi (lihat “Hubungan antaracurrent draw motor dengan kapasitas baterai”) toc o-0 p-_$_5 oS + Jika arus starter kurang dari spesifikasi, berarti rendahnya cranking voltage disebabkan oleh baterai yang lemah. Lakukan jump start (lihat “prosedur jump start”) dan ulangi pengetesan dari awal. « Jika arus starter lebih dari spesifikasi, berarti rendahnya cranking voltage disebabkan oleh permintaan starter motor yang terlalu tinggi. kemungkinan besar terjadi short circuit pada starter motor. Perbaiki atau ganti starter motor. Khusus untuk kendaraan yang ditengkapi dengan dua starter motor, lanjutkan ke tahap 2a 4 Tahap 2a. Pengukuran arus starter u/ 2 motor Jepitkan 8T0900 clamp on ammeter pada kabel baterai negatif atau kedua kabel positif baterai. Lepas connector untuk salah satu relay starter motor. Crank engine dan ukur arus starter untuk motor periama. Pasang kembali connector yang pertama dan lepaskan connector kedua. Crank engine dan ukur arus starter untuk motor kedua. Lakukan penggantian atau perbaikan terhadap motor yang arus starternya mencapai atau mendekati harga maksimum. Tahap 3. Pengukuran tegangan starter Crank engine dan ukur tegangan antara terminal M dan E motor starter. « Jika tegangan starter >15.6volt tetapi motor berputar lambat, maka terjadi open circuit atau high resistant pada starter motor. Perbaiki atau ganti starter motor. e Jika tegangan starter <15.7volt, maka terjadi rugi tegangan yang berlebihan pada sisi positif atau sisi negatif sistem starter, lanjutkan ke tahap 4- Pengujian rugi tegangan Tahap 4. Pengukuran rugi tegangan sisi positif Crank engine dan ukur tegangan antara terminal positif baterai dengan terminal M pada motor starter. Rugi tegangan maksimum pada sisi positif adalah 1.0 volt. e Jika rugi tegangan sisi positif lebin besar dari 1.0 volt, lanjutkan ke tahap 5 dan 6 untuk memeriksa secara detail rugi tegangan sisi positif dengan mengukur rugi tegangan kabel dan rugi tegangan solenoid switch. {43 « Jika rugi tegangan sisi positif kurang dari 1.0 volt, lanjutkan ke tahap 7 untuk mengukur rugi tegangan sisi negatif Crank engine dan ukur tegangan antara terminal ‘positif baterai dan terminal B pada solenoid starter motor. Rugi tegangan maksimum kabel positif adalah 1.0 volt. {44 } « Jika rugi tegangan kabel positif lebih besar dari 1.0 volt, kemungkinan penyebabnya adalah kabel rusak, terminal kabel kendor atau berkarat, kabel terlalu kecil, atau kabel terlalu panjang. e Jika rugi tegangan kabel positif kurang dari 1.0 volt, lanjutkan ke tahap 6 — Pengukuran rugi tegangan solenoid switch. Tahap 6. Pengukuran rugi tegangan solenoid switch Crank engine dan ukur rugi tegangan antara terminal B dan M pada solenoid switch. Rugi tegangan maksimum pada solenoid switch adalah 0.8 volt e Jika rugi tegangan pada solenoid switch >0.8volt, kemungkinan telah terjadi kerusakan pada solenoid switch atau perlu dilakukan penyetelan celah pinion. e Jika rugi tegangan pada solenoid switch <0.8volt, bandingkan hasil pengukuran rugi tegangan solenoid switch dengan rugi tegangan kabel positif (tahap 6). Meskipun batas maks. masing-masing adalah 1.0 volt dan 0.8 volt, namun jumlah keduanya tidak boleh melebihi 1.0 volt. Jika lebih dari 1.0 volt perbaiki 15 Ley J keduanya, mulailah dengan yang angkanya mendekati batas maksimum dan lakukan pengukuran ulang rugi tegangan. Tahap 7. Pengukuran rugi tegangan sisi negatif Crank engine dan ukur rugi tegangan antara terminal E starter motor dan terminal negatif baterai. Rugi tegangan maksimum pada sisi negatif adalah 1.4 volt « Jika rugi tegangan sisi negatif >1.4 volt, lanjutkan ke tahap 8 & 9 untuk memeriksa secara detail rugi tegangan sisi negatif e Jika rugi tegangan sisi negatif <1.4 volt, bandingkan rugi tegangan sisi negatif dengan sisi positif. Perbaiki komponen di sisi negatif atau sisi positif dimulai dari yang rugi tegangannya mendekati batas maksimum. Jika rugi tegangan sisi positif yang mendekati maksimum lakukan pemeriksaan pada tahap 5 dan 6. Jika rugi tegangan sisi negatif yang mendekati batas maksimum, lanjutkan ke tahap 8. L{46 }—————_________ Tahap 8 Pengukuran rugi tegangan disconnect switch Crank engine dan ukur rugi tegangan antara kedua terminal disconnect switch. Rugi tegangan maksimum untuk disconnect switch adalah 1.0 volt. « Jika rugi tegangan disconnect switch >1.0 volt, ganti disconnect switch « Jika rugi tegangan disconnect switch <1.0 volt, perbaiki kabel dan connection sisi negatif yaitu: kabel dari terminal negatif baterai ke disconnect switch, kabel dari disconnect switch ke chasis, atau kabel dari terminal £ motor ke chasis jika ada. ja saat starting switch Kemungkinan penyebab: «starting switch rusak, * solenoid starting motor rusak

You might also like