Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tumor pada kelenjar liur mewakili 3-6% dari seluruh tumor kepala-
leher. Dimana dari seluruh insiden tumor kelenjar liur, diperkirakan 80%
8% dari kelenjar minor, dan <1% berasal dari kelenjar sublingual. Tumor
merupakan tumor jinak dan menempati sekitar 75-80% dari tumor kelenjar
parotis.1-3
dimana menempati 10% dari seluruh tumor kelenjar liur dan juga menempati
adenoid cystic carcinoma yang juga menjadi tipe keganasan semua kelenjar
kasus tumor kelenjar liur dengan 84,3% adalah tumor jinak dan 15,7% dari
kasus adalah tumor ganas.7 Pada periode tahun 1972-2001, Londrina Cancer
Institute (Brazil) telah mencatat ada 496 kasus yang telah terdiagnosa sebagai
1
tumor kelenjar liur, dimana 335 kasus (67,5%) adalah jinak dan 161 kasus
sakit di Brazil pada Januari 1993 sampai Desember 1999 juga menemukan
124 kasus tumor kelenjar liur dengan 99 kasus (80%) jinak dan 25 kasus
(20%) ganas.9
liur atau sebesar 2% dari 448 kasus kanker kepala-leher.10 Badan Registrasi
Kanker Indonesia mencatat ada 120 kasus tumor kelenjar liur pada tahun 2005
Kanker Dharmais, ada total 82 kasus kanker kelenjar liur dengan jenis kanker
masih belum ada data lengkap tentang perkiraan insiden tumor kelenjar liur
tumor kelenjar liur menjadi 2 bagian besar yaitu Low grade dan High grade
penanganan High grade tumor kelenjar liur, dibutuhkan terapi adjuvant yaitu
2
radioterapi, yang mana fasilitas tersebut perlu mendapat perhatian lebih dari
pihak manajemen RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou.2,3 Sehingga diharapkan data
yang diperoleh nanti dapat menjadi masukan bagi pihak manajemen RSUP
mengenai gambaran histopatologi tumor kelenjar liur di RSUP Prof. Dr. R.D.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou periode Juli 2010 Juli 2013.
Tujuan khusus :
1. Mengetahui jumlah penderita tumor kelenjar liur di RSUP Prof. DR. R.D.
3
D. Manfaat Penelitian
kelenjar liur di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou periode Juli 2010 Juli 2013
penelitian selanjutnya.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kelenjar liur atau glandula saliva terdiri dari kelenjar liur mayor dan
kelenjar liur minor. Kelenjar liur mayor mencakup sepasang kelenjar parotis,
rata-rata 22gr. Kelenjar ini terletak di bawah meatus acusticus externus dan di
5
parotis berbentuk baji, dengan n. fasialis berjalan di tengahnya sehingga
membagi menjadi 2 lobus, yaitu bagian atas disebut lobus superficialis dan
dalam mukosa pipi pada molar kedua superior.1,6 Inervasi motorik dari
kedua dengan ukuran kelenjar sepertiga dari kelenjar parotis dan berat rata-
6
rata 6,5gr. Terletak pada trigonum submandibular yang dibatasi oleh margo
Wharton yang bermuara pada ujung papila sublingualis pada dasar rongga
mulut dekat pada frenulum lidah, dibelakang gigi insisivus bawah. Kelenjar
letaknya yang agak superfisial. Pasokan darah dan nutrisi berasal dari a.
Bhartolin.3,5,6,19
Kelenjar liur minor ada sekitar 600 sampai 1000 kelenjar kecil yg
7
lateral dari palatum durum, dasar mulut, bibir, bagian belakang dari lidah, dan
sekitar tonsil. Kelenjar ini terdiri dari beberapa unit sekresi kecil dan melewati
2mm.5,19,20
saliva, liur, atau ludah yang berfungsi sebagai perlindungan mukosa mulut
yang mukus (kental), merupakan 5% dari air saliva manusia. Kelenjar liur
minor 30%.15
8
Sumbangan setiap kelenjar kepada volume saliva sangat bergantung
pedas;
parasimpatis;
Setiap kelenjar liur tersusun dari unit sekretori seluler dan duktus
ekskretori. Dua jenis sel sekretorik yaitu serosa dan mukosa. Sel-sel serosa
biasanya berbentuk piramid dengan dasar lebar yang berada di atas lamina
basal dan menghadap lumen. (Gambar 5). Sel serous menghasilkan sekresi
9
yang kaya protein berupa liur encer yang jernih berisi enzim ptialin untuk
dan biasanya membentuk masssa bulat yang disebut asinus, dengan lumen di
pusat (Gambar 4). Sel-sel mukosa tersusun dari sel-sel kuboid sampai silindris
dengan inti yang lonjong dan terdesak ke basal sel. Hasil sekresinya adalah
tersusun sebagai tubulus yang terdiri atas deretan sel-sel sekresi silindris
pendek ini bergabung memberntuk duktus striata (Gambar 4). Kedua duktus
dan duktus interkalaris (lebih sedikit), yang merupakan bagian awal sistem
10
Tubulus mukosa
sekretori yang kaya akan protein dan memiliki amilase beraktivitas tinggi.22
11
Sel mioepitel
Gambar 5. Kelenjar parotis dengan pulasan H&E, x165. Bagian sekresi terdiri
atas asini serosa berbentuk pyramid yang dikelilingi sel mioepitel.
Duktus interkalaris mempunyai lumen yang lebih kecil dari lumen
duktus striata.21
bagian sekresinya terdiri dari sel-sel mukosa dan serosa yang tersusun dengan
pola yang khas. Sel-sel mukosa membentuk tubulus, namun ujungnya ditutupi
sel-sel serosa, yang membentuk demilun serosa (Gambar 4 dan 6). Sel-sel
serosa adalah komponen utama kelenjar ini dan mudah dibedakan dari sel
12
Gambar 6. Kelenjar submandibula dengan pulasan H&E, x340. Sebuah
asinus campuran antara kelenjar serosa dan mukosa dengan
dominasi oleh asini serosa.16
Ket: Asini serosa (A), Sel mukus (M), Demilun serosa (S),
Duktus interkalaris (ID)
atas sel-sel serosa dan mukosa. Pada kelenjar ini terdapat lebih banyak sel
mukosa, sel serosa hanya terdapat pada demilun di tubulus mukosa (Gambar
7).22
13
Kelenjar liur minor paling banyak terdapat pada persimpangan antara
palatum durum dan mole, dan mukosa bukal dan labia. Kelenjar liur dari
Ada dua sistem klasifikasi untuk tumor kelenjar liur, World Health
14
jinak epitel, neoplasma epitel ganas, neoplasma mesenkimal, limfoma ganas,
1. Tumor Jinak
proliferasi sel epitel atau mioepitel dengan latar belakang stroma oleh
ini dapat terjadi pada kelenjar liur mayor dan minor, namun paling
15
Gambar 9. Adenoma pleomorfik parotis dengan pulasan H&E, x55. Terlihat
sel mioepitel yang telah berproliferasi sehingga sel serosa sulit diklasifikasi
dan adanya latar belakang myxoid.23
oleh sel epitel bilayer. Epitel torak yang mengarah ke lumen dengan
inti yang bulat dan monomorf dan tersusun palisade. Sedangkan epitel
Dinding
epitel bilayer
Stroma limfoid
16
c. Canalicular Adenoma
tersering pada kelenjar liur minor khususnya mukosa labia atas dan
Basal cell adenoma jarang dan diperkirakan 1-3% dari tumor kelenjar liur.
Kelenjar parotis adalah kelenjar yang sering terkena. Basal cell adenoma
terdiri dari jaringan sel solid dengan sedikit sitoplasama dan nukelus
(Gambar 12).24
17
e. Oncocytoma
seragam dan stroma fibrosa tipis. Sel epitelnya besar dan berbentuk
versikuler.24
Sel besar
polihedral
nukleus
f. Myoepithelioma
18
2. Tumor ganas
a. Mucoepidermoid Carcinoma
campulan sel skuamous, sel kelenjar penghasil mukus, dan tipe sel
intermediate.24
19
Gambar 16. Adenoid cystic carcinoma dengan sel-sel tumor yang
hiperkromatik.28
beserta granul, sel duktus juga merupakan komponen dari tumor ini.24
20
maupun prognosis dari tumor kelenjar liur. WHO/AJCC membagi stadium
tumor ganas kelenjar liur menjadi 2 bagian besar, yaitu Low grade dan High
grade.2
Low Grade
Acinic cell carcinoma
Mucoepidermoid carcinoma (grade I dan II)
High Grade
Mucoepidermoid carcinoma (grade III)
Adenocarcinoma (diferensiasi kurang, kanker anaplastic)
Squamous cell carcinoma
Malignant mixed tumor
Adenoid cystic carcinoma
21
N1 : metastasis KGB tunggal 3cm
N2 : metastasis KGB tunggal/multiple > 3-6cm, ipsilateral,
bilateral/kontralateral
N2a : metastasis KGB tunggal > 3-6cm, ipsilateral
N2b : metastasis KGB multiple < 6cm
N2c : metastasis KGB < 6cm bilateral atau kontralateral
N3 : metastasis KGB > 6cm
M : metastasis jauh
Mx : metastasis jauh tidak dapat ditentukan
M0 : tidak ada metastasis jauh
M1 : metastasis jauh
22
Adanya jenis tumor beserta sifat, stadium histopatologi, dan stadium
submandibula
surgical margin
23
- Pembedahan pada tumor rekuren, terlepas dari margin status atau
- Data histologi
Tumor pada kelenjar liur jarang dan hanya mewakili 3-6% dari seluruh
Dari seluruh tumor kelenjar liur, diperkirakan 80% dari kelenjar parotis,
10-15% dari kelenjar submandibula, sekitar 5-8% dari kelenjar minor, dan
<1% berasal dari kelenjar sublingual. Tumor kelenjar liur yang paling umum
sekitar 75-80% dari tumor kelenjar parotis. Tumor jinak kedua terbanyak
24
mucoepidermoid carsinoma, dimana menempati 10% dari seluruh tumor
kelenjar liur dan 35% dari seluruh keganasan kelenjar liur. Kelenjar
tersering adenoid cystic carcinoma yang juga menjadi tipe keganasan semua
kelenjar liur minor. Tumor pada kelenjar sublingual hampir selalu merupakan
keganasan atau kanker. Semakin kecil kelenjar liur yang terkena tumor,
Insiden tumor atau kanker kelenjar liur meningkat terus sesuai dengan
dan ke 6. Rata-rata umur pasien dengan keganasan adalah 55 tahun, dan untuk
tumor jinak sekitar 40 tahun. Insiden keganasan pada penderita <16 tahun
adalah kurang dari 2%. Jika dikorelasikan dengan jenis kelamin, tidak ada
predileksi seksual kecuali pada Warthin tumor yang dijumpai 5 kali lebih
25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
B. Lokasi Penelitian
C. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam jangka waktu 3 bulan yaitu Oktober 2013
D. Subjek Penelitian
Seluruh data penderita tumor kelenjar liur yang ada di Bagian Patologi
E. Variabel Penelitian
26
F. Definisi Operasional
tumor kelenjar liur dari WHO, yang berdasarkan sifatnya terbagi jinak dan
ganas.
2. Distribusi menurut lokasi : Lokasi yang tertulis di rekam medik. Terbagi menjadi
3. Distribusi menurut jenis kelamin : jenis kelamin pasien yang tertulis di rekam
4. Distribusi menurut umur : umur pasien yang tertulis di rekam medik. Terbagi
menjadi 16 tahun, 17-30 tahun, 31-40 tahun, 41-50 tahun, 51-60 tahun, dan 61-
sedangkan pada usia 16 tahun insiden keganasan kurang dari 2%. Insiden
G. Instrumen Penelitian
2. Alat tulis-menulis
3. Bahan referensi
H. Cara Kerja
27
2. Melakukan pengumpulan data dengan melihat rekam medik penderita
5. Penyajian data dalam bentuk tabel, diagram dan tulisan serta dinyatakan
28
Daftar Pustaka
4. Speight PM, Barrett AW. Salivary glands and saliva: salivary gland
tumors. Oral diseases. 2002;8:229-40.
8. Ito FA, Ito K, Vargas PA, et al. Salivary gland tumors in a Brazilian
population: a retrospective study of 496 cases. Int J Oral Maxillofac
Implants. 2005;34:533-36.
29
10. Wiliyanto O. Insidensi Kanker Kepala Leher Berdasarkan Diagnosis
Patologi Anatomi di RS Dr. Kariadi Semarang Periode 1 Januari 2001
31 Desember 2005 [Skripsi]. FK Undip; 2006.
12. Sinuraya ES. Registrasi Kanker Berbasis Rumah Sakit di Rumah Sakit
Kanker Dharmais 2003-2007. Jakarta, Laporan Kerja Subbagian
Registrasi Kanker Bagian Penelitian dan Pengembangan Rumah Sakit
Kanker Dharmais Pusat Kanker Nasional Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. 2012: 27, 31, 33, 35, 37, 38 [diakses 10
September 2013]
Available from: http://www.scribd.com/doc/111890699/Registrasi-
Kanker-Berbasis-Rumah-Sakit-Di-RSKD-2003-2007
15. Amerongan AVN, Michels LFE, Roukema PA, et al. Ludah dan
kelenjar ludah: arti bagi kesehatan gigi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press; 1992. h. 2-5.
16. Mescher AL. Junqueira's basic histology. Edisi ke-12. USA: The
McGraw-Hill Companies; 2010.
17. Snell RS. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Edisi ke-6.
Jakarta: EGC; 2006. h. 722-5.
18. Drake RL, Wayne V, Mitchell AWM. Grays anatomy for student.
Philadelphia: Elsevier; 2007. h. 815-7, 996-9.
30
19. Akbarisyah T, Permata DT, Astuti DS, Sriwijayanti NW. Anatomi,
histologi, dan fisiologi dari kelenjar saliva [Makalah]. FK Unsri; 2011.
[diakses 17 September 2013]
Available from: http://www.scribd.com/doc/110398973/Anatomi-
Histologi-Dan-Fisiologi-Dari-Kelenjar-Saliva-kelompok-4
20. Murphy GP, Morris LB, Lange D. Informed decision: The complete
book of cancer diagnosis, treatment, and recovery. Viking; 1997. h.
618-21.
22. Junqueira LC, Carneiro J. Histologi dasar: teks dan atlas. Edisi ke-10.
Jakarta: EGC; 2004. h. 312-6.
25. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-11.
Jakarta: EGC; 2007. h. 835.
26. Million RR, Cassisi NJ, Mancuso AA. Major salivary gland tumors.
Management of head and neck cancer: A multidisclipinary approach.
Edisi ke-2. Philadelphia: J.B. Lippincott Company; 1994. h. 711-35.
27. Kumar, Abbas, Fausto, et al. Robbins and Cotran Pathologic Basis of
Disease. 8th edition. Philadelphia, Elsevier Inc. 2010.
31