You are on page 1of 77

AKTIVITAS FISIK DAN KONSUMSI ENERGI MINUMAN

BERKALORI PADA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN GEMUK


DAN TIDAK GEMUK

SILVIA MAWARTI PERDANA

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT


FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
ABSTRACT

Silvia Mawarti Perdana. Physical Activity and Intake of Energy from Calorie
Beverages among Overweight and Non-overweight Males and Females.
Supervised by Hardinsyah and Dodik Briawan.

The objective of this research was to study physical activity level (PAL)
and energy intake from calorie beverages (EICB) of overweight (OW) and non-
overweight (NOW) males and females. The research was carried out throught
analyzing a data set of THIRST (The Indonesian Regional Hydration Study)
collected in 2008 and 2009 by applying a cross sectional study design among
606 adolescents (male and female aged 15-18 years) and 594 adults (male and
female aged 25-55 years) in North Jakarta, West Bandung, Surabaya, Malang,
Makasar, and Malino. Data processing and analysis were conducted in Bogor in
Maret-July 2011.
Since the prevalence of OW in adolescent is small (13.5%), the analysis
was combined for both adolescent and adults, regardless the age goups. The
results showed that the prevalence of OW was 31.8%, which is higher among
female (35.5%) than male (27.9%). The mean BMI for overall subjects was 23.0
4.9 (kg/m2), among female and male was 23.5 5.2 (kg/m 2) and 22.5 4.6
(kg/m2) respectively, and among OW and NOW was 29.1 3.9 (kg/m2) and 20.6
2.7 (kg/m2) respectively. The mean PAL for overall subjects was 1.65 0.19,
among female and male was 1.62 0.16 and 1.69 0.21 respectively; and among
OW and NOW was 1.60 0.16 and 1.67 0.19 respectively. The mean intake of
EICB was 439 394 kcal/day, among female and male was 409 367 kcal/day and
471 420 kcal/day respectively, and among OW and NOW was 395
360 kcal/day and 477 408 kcal/day respectively. The five types of calorie
beverages most consumed by OW and NOW were the same, namely unpacked
tea, unpacked coffee, unpacked juice, packed milk and unpacked yoghurt.
There was significant correlation between PAL and BMI, but not for EICB and
BMI, which more likely explained by the low energy adequacy level (84.3%)
among subjects and the weaknesses of the cross sectional study design. This
implies that increasing physical activity and limiting energy adequacy level is
important to prevent overweight. Further studies with better design are required
in this field in Indonesia.

Keywords : Physical activity, Calorie beverages, Male, Female,


Overweight, Non-overweight
RINGKASAN

Silvia Mawarti Perdana. Aktivitas Fisik dan Konsumsi Energi Minuman


Berkalori pada Laki-laki dan Perempuan Gemuk dan Tidak Gemuk. (Dibimbing
oleh Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS dan Dr. Ir. Dodik Briawan, MCN).
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji aktivitas fisik dan konsumsi energi
minuman berkalori pada laki-laki dan perempuan gemuk dan tidak gemuk.
Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk (1) mengetahui prevalensi laki-laki
dan perempuan gemuk, (2) menganalisis tingkat aktivitas fisik pada laki-laki dan
perempuan gemuk dan tidak gemuk, (3) menganalisis kontribusi energi dari
minuman berkalori terhadap total asupan energi pada laki-laki dan perempuan
gemuk dan tidak gemuk, (4) menganalisis jenis dan jumlah konsumsi minuman
berkalori pada laki-laki dan perempuan gemuk dan tidak gemuk, (5)
menganalisis hubungan aktivitas fisik dan asupan energi dari minuman berkalori
dengan status gizi pada laki-laki dan perempuan, (6) menganalisis faktor-faktor
yang mempengaruhi status gizi pada laki-laki dan perempuan.
Penelitian ini menggunakan data dasar hasil penelitian Kebiasaan Minum
Remaja di Dua Wilayah Ekologi pada tahun 2009 yang dilaksanakan oleh tim
THIRST-The Indonesian Regional Hydration Study (Hardinsyah dkk 2010). Oleh
karena itu, disain dan pengumpulan penelitian ini secara keseluruhan mengacu
penelitian tersebut (cross sectional study). Wilayah penelitian ini terdiri dari 6
lokasi yaitu Jakarta Utara, Bandung Barat, Surabaya, Malang, Makasar dan
Malino. Pengumpulan data penelitian dilakukan tahun 2008 dan 2009.
Pengolahan, analisis, dan interpretasi data dilakukan pada bulan Maret-Juli
2011 di Bogor, Jawa Barat. Subyek pada penelitian ini adalah kelompok remaja
(laki-laki dan perempuan) berusia 15-18 tahun sebanyak 606 orang dan dewasa
(laki-laki dan perempuan) berusia 25-55 tahun sebanyak 594 orang yang
bermukim di lokasi penelitian.
Prevalensi subyek remaja dan dewasa gemuk adalah 31.8%. Subyek laki-laki
gemuk 27.9% dan perempuan gemuk 35.5%. Prevalensi remaja gemuk adalah
13.5% sedangkan dewasa gemuk 50.5%; ini menjadi alasan penelitian tidak
membandingkan hasil antara remaja dan dewasa. Nilai IMT (Indeks Massa Tubuh)
rata-rata pada keseluruhan subyek adalah 23.0 4.9 (kg/m 2), pada laki-laki dan
perempuan adalah 22.5 4.6 (kg/m2) dan 23.5 5.2 (kg/m2), sedangkan pada
subyek gemuk dan tidak dan tidak gemuk adalah 29.1 3.9 (kg/m 2) dan 20.6 2.7
(kg/m2). Nilai PAL (Physical Activity Level) rata-rata pada keseluruhan subyek
adalah 1.65 0.19, pada laki-laki dan perempuan adalah 1.69 0.21 dan 1.62
0.16, sedangkan pada subyek gemuk dan tidak dan tidak gemuk adalah
1.60 0.16 dan 1.67 0.19. Persentase subyek gemuk dengan aktifitas berat
(3.6%) lebih rendah dibandingkan subyek tidak gemuk (5.5%). Kontribusi energi
minuman berkalori terhadap total konsumsi energi pada subyek gemuk dan
tidak gemuk melebihi 10%. Sumbangan energi minuman berkalori pada laki-laki
gemuk dan tidak gemuk adalah 444 373 kkal (21.9%) dan 458 439 kkal
(21.8%) dari total asupan energi sehari, sedangkan pada perempuan gemuk
dan tidak gemuk adalah 358 348 kkal (20.2%) dan 497 372 kkal (26.9%).
Jenis minuman berkalori yang memberikan kontribusi energi tertinggi
terhadap total asupan energi pada subyek gemuk adalah teh tanpa kemasan,
kopi tanpa kemasan, jus/sari buah tanpa kemasan, susu kemasan, dan yoghurt
kemasan. Sementara itu, pada subyek tidak gemuk adalah teh tanpa kemasan,
susu kemasan, kopi tanpa kemasan, jus/sari buah tanpa kemasan, dan yoghurt
kemasan.
Aktivitas fisik memiliki hubungan yang nyata dan negatif dengan status gizi
pada laki-laki dan perempuan (p<0.05 dan r=-0.160). Konsumsi minuman
berkalori tidak memiliki hubungan yang nyata dengan status gizi pada laki-laki
dan perempuan (p>0.05 dan r=-0.036). Hal ini disebabkan oleh tingkat
konsumsi energi subyek yang pada umumnya masih rendah (84.3%) dan
kelemahan disain cross sectional study. Hasil uji regresi logistik menunjukkan
bahwa status gizi (gemuk dan tidak gemuk) dipengaruhi oleh umur, jenis
kelamin, tingkat konsumsi energi dan aktifitas fisik (p<0.1).
Sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya, aktivitas fisik yang dilakukan
secara teratur dapat mencegah obesitas. Perlu diadakan program peningkatan
aktivitas fisik oleh untuk mengurangi risiko kegemukan di masyarakat.
Pengaturan tingkat konsumsi energi oleh konsumen juga dapat menjadi cara
mengurangi risiko kegemukan. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan disain
yang lebih baik untuk mengkaji lebih lanjut hubungan konsumsi minuman
berkalori dengan kegemukan di Indonesia termasuk pada golongan ekonomi
menengah ke atas yang tingkat konsumsi energinya sudah melebihi 100%.
.
.
AKTIVITAS FISIK DAN KONSUMSI ENERGI MINUMAN
BERKALORI PADA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN GEMUK
DAN TIDAK GEMUK

SILVIA MAWARTI PERDANA

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT


FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
Judul Skripsi : Aktivitas Fisik dan Konsumsi Energi Minuman Berkalori pada
Laki-laki dan Perempuan Gemuk dan Tidak Gemuk
Nama : Silvia Mawarti Perdana
NIM : I14070107

Disetujui :
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS Dr. Ir. Dodik Briawan, MCN


NIP. 19590807 198303 1 001 NIP. 19660701 199002 1 001

Diketahui,
Ketua Departemen Gizi Masyarakat

Dr. Ir. Budi Setiawan, MS


NIP. 19621218 198703 1 001

Tanggal Lulus :
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat
dan hidayah-Nya penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan
baik. Penulisan skripsi yang berjudul Aktivitas Fisik dan Konsumsi Energi
Minuman Berkalori pada Laki-laki dan Perempuan Gemuk dan Tidak Gemuk
dilakukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi pada
Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian
Bogor.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Prof.
Dr. Ir. Hardinsyah, MS dan Dr. Ir. Dodik Briawan, MCN selaku dosen pembimbing
skripsi atas arahan, masukan, kritikan, dan dorongan untuk menyelesaikan skripsi;
dr. Mira Dewi, M.Si selaku dosen pemandu seminar dan dr. Yekti Hartanti Effendi
selaku dosen penguji skripsi atas saran yang diberikan; Muhtar Fauzi, Faiz Nur
Hanum, Gustam, dan Ni Made Putria Sukma Febriyani selaku pembahas seminar;
dan Tim THIRST-The Indonesian Regional Hydration Study yang diketuai oleh Prof.
Dr. Ir. Hardinsyah, MS yang telah memberikan izin untuk menggunakan data dasar
hasil penelitian Kebiasaan Minum dan Status Hidrasi pada Remaja dan Dewasa di
Dua Wilayah Ekologi Berbeda.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Provinsi
Jambi atas bantuan beasiswa yang diberikan selama menjalani pendidikan di
IPB; orangtua, adik, dan Diki Sunaryo yang telah memberikan doa, nasehat,
semangat dan kasih sayang; serta semua pihak yang telah membantu dan tidak
dapat disebutkan satu-persatu. Kritik dan saran membangun sangat diharapkan,
semoga skripsi ini bermanfaat bagi piahak yang memerlukannya.

Bogor, Agustus 2011

Silvia Mawarti Perdana


RIWAYAT HIDUP

Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara, puteri pasangan


Bapak M.Efendi dan Ibu Fatmawati. Penulis dilahirkan di Jambi pada tanggal 11
November 1989. Pendidikan penulis ditempuh pada tahun 1995 sampai 2001 di
SD Negeri 101 Muara Bungo dan pada tahun 2001 sampai 2004 di SMP Negeri
I Muara Bungo. Pada tahun 2004 sampai 2007 penulis melanjutkan pendidikan
di SMA Negeri I Muara Bungo.
Pada tahun 2007, melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) Provinsi
Jambi penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor. Setelah
melalui Tingkat Persiapan Bersama (TPB), penulis mengikuti pendidikan di
Mayor Ilmu Gizi, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam berbagai kegiatan kepanitiaan,
salah satunya kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa pada tahun 2009 dan
Seminar Gizi Nasional yang diadakan pada tahun 2010.
Penulis pernah menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Ilmu Gizi Dasar
dan Sosiologi Umum pada tahun ajaran 2010/2011. Pada tahun 2010 penulis
melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Kelurahan Balumbang Jaya, Kota
Bogor, Jawa Barat. Pada bulan Februari 2011 penulis juga melaksanakan
Internship Dietetik di Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta.
DAFTAR ISI

Halaman
DAFAR TABEL....................................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR............................................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................................xii
PENDAHULUAN
Latar Belakang..........................................................................................................1
Tujuan dan Kegunaan..............................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA
Remaja dan Dewasa................................................................................................4
Status Gizi..................................................................................................................6
Faktor Risiko Kegemukan.......................................................................................8
Aktivitas Fisik...........................................................................................................10
Konsumsi Pangan dan Asupan Energi..............................................................11
Asupan energi dari makanan......................................................................... 11
Asupan energi dari minuman berkalori........................................................12
Minuman Berkalori dan Kegemukan..................................................................17
KERANGKA PEMIKIRAN................................................................................................18
METODE
Disain, Tempat dan Waktu....................................................................................20
Jumlah dan Cara Penarikan Subyek.................................................................20
Jenis dan Cara Pengumpulan Data...................................................................21
Pengolahan dan Analisis Data............................................................................21
Definisi Operasional...............................................................................................24
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Subyek..............................................................................................26
Status Gizi................................................................................................................28
Aktivitas Fisik...........................................................................................................29
Asupan Energi Minuman Berkalori.....................................................................30
Konsumsi Minuman Berkalori..............................................................................32
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi...................................38
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan..............................................................................................................40
Saran.........................................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................42
LAMPIRAN..........................................................................................................................45
DAFTAR TABEL

Halaman
1 Kategori status gizi berdasarkan IMT.....................................................................6
2 Kekuatan bukti faktor risiko kegemukan.................................................................9
3 Klasifikasi dan jenis minuman berdasarkan CODEX........................................14
4 Kategori minuman menurut BPOM........................................................................16
5 Aspek, cakupan, data, dan metode yang digunakan dalam penelitian........21
6 Standar penilaian status gizi remaja berdasarkan IMT menurut umur.........21
7 Kategori status gizi berdasarkan nilai IMT..........................................................22
8 Kategori tingkat aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL........................................23
9 Oxford Equation untuk estimasi AKE remaja berdasarkan EBM...................23
10 Oxford Equation untuk estimasi AKE dewasa berdasarkan EBM..................24
11 Sebaran subyek gemuk dan tidak gemuk berdasarkan karakteristik
individu dan keluarga...............................................................................................26
12 Sebaran subyek laki-laki dan perempuan berdasarkan karakteristik
individu dan keluarga...............................................................................................27
13 Sebaran subyek gemuk dan tidak gemuk berdasarkan tingkat aktivitas
fisik...............................................................................................................................30
14 Sebaran subyek laki-laki dan perempuan berdasarkan tingkat aktivitas
fisik...............................................................................................................................30
15 Kontribusi energi minuman berkalori terhadap total asupan energi pada
subyek gemuk dan tidak gemuk............................................................................ 31
16 Kontribusi energi minuman berkalori terhadap total asupan energi pada
subyek laki-laki dan perempuan............................................................................ 32
17 Sebaran subyek gemuk dan tidak gemuk berdasarkan kebiasaan
minum minuman berkalori.......................................................................................32
18 Sebaran subyek laki-laki dan perempuan berdasarkan kebiasaan
minum minuman berkalori.......................................................................................33
19 Jumlah konsumsi minuman berkalori (mL/hari)................................................34
20 Kontribusi energi minuman berkalori pada subyek gemuk dan tidak
gemuk...........................................................................................................................35
21 Kontribusi energi minuman berkalori pada subyek laki-laki dan
perempuan..................................................................................................................36
22 Konsumsi gula pada laki-laki dan perempuan.....................................................38
22 Hasil uji regresi logistik faktor-faktor yang mempengaruhi status
gizi pada laki-laki dan perempuan....................................................................39
DAFTAR GAMBAR

Halaman
1 Kerangka pemikiran aktivitas fisik dan konsumsi energi minuman
berkalori pada laki-laki dan perempuan gemuk dan tidak gemuk ...................19
2 Sebaran subyek laki-laki dan perempuan berdasarkan status gizi.................29
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Peubah dan data yang digunakan dari kuesioner THIRST................................46


2 Nilai PAR (Physical Activity Rate) untuk laki-laki dan perempuan...................47
3 Kandungan energi dan zat gizi makro dari tiap merk dan
jenis minuman berkalori..........................................................................................48
4 Jenis minuman berkalori berdasarkan jumlah subyek gemuk
dan tidak gemuk yang mengkonsumsi.............................................................51
5 Jenis minuman berkalori berdasarkan jumlah subyek laki-laki
dan perempuan yang mengkonsumsi...............................................................55
6 Konsumsi gula dalam minuman berkalori pada laki-laki dan
perempuan...................................................................................................................61
7 Asupan energi dari penambahan gula dalam minuman
berkalori pada laki-laki dan perempuan............................................................61
8 Hasil uji t antara umur subyek gemuk dan tidak gemuk.............................62
9 Hasil uji t antara besar keluarga subyek gemuk dan tidak
gemuk............................................................................................................................62
10 Hasil uji t antara pengeluaran minuman subyek gemuk dan
tidak gemuk................................................................................................................62
11 Hasil uji t antara pengeluaran rumah tangga subyek gemuk
dan tidak gemuk.......................................................................................................63
12 Hasil uji t antara Indeks Massa Tubuh laki-laki dan
perempuan..................................................................................................................63
13 Hasil uji t antara tingkat aktivitas fisik subyek gemuk dan
tidak gemuk................................................................................................................63
14 Hasil uji t antara tingkat aktivitas fisik laki-laki dan
perempuan..................................................................................................................64
15 Hasil uji t antara konsumsi energi minuman berkalori
subyek gemuk dan tidak gemuk.........................................................................64
16 Hasil uji t antara konsumsi energi minuman berkalori laki-
laki dan perempuan.................................................................................................64
17 Hasil uji t antara konsumsi gula subyek gemuk dan tidak
gemuk...........................................................................................................................65
18 Hasil uji t antara konsumsi gula laki-laki dan perempuan.........................65
19 Hasil uji korelasi Pearson hubungan aktivitas fisik dengan
status gizi pada laki-laki dan perempuan........................................................65
20 Hasil uji korelasi Pearson hubungan konsumsi energi
minuman berkalori dengan status gizi pada laki-laki dan
perempuan..................................................................................................................65
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Indonesia saat ini dihadapkan pada masalah gizi ganda, disatu pihak masih
banyak penduduk Indonesia yang menghadapi risiko kesehatan akibat kekurangan
zat gizi, seperti GAKI, AGB, KVA dan KEP, dilain pihak sudah semakin banyak
penduduk yang menghadapi risiko kesehatan akibat gizi lebih. Masalah gizi ganda
ini perlu mendapat penanganan yang serius mengingat masalah gizi ini, baik yang
kekurangan atau pun kelebihan zat gizi akan berdampak terhadap kualitas sumber
daya manusia (SDM). Kualitas SDM sangat penting dalam menentukan
keberhasilan pembangunan (Hardinsyah et al 2001).
Beberapa tahun terakhir, kejadian gizi lebih atau gemuk (overweight) pada
remaja dan dewasa di Indonesia semakin meningkat terutama di daerah
perkotaan. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2010)
prevalensi nasional kegemukan di Indonesia pada kelompok usia di atas 15
tahun sudah mencapai 19.1%. Dewasa ini masyarakat belum menyadari
sepenuhnya bahaya kegemukan, bahkan ada yang memandangnya sebagai
lambang kemakmuran (Khomsan 2002). Laju kejadian kegemukan meningkat
bersamaan dengan munculnya faktor risiko kardiovaskular (sindrom metabolik)
(James 2008; WHO 2007). Selain itu kegemukan dapat menurunkan
ekspektansi hidup karena meningkatkan laju mortalitas (Mann & Stewart 2007).
Kegemukan merupakan kondisi kompleks yang merupakan kombinasi dari
beberapa faktor, seperti genetik, budaya, perilaku, dan lingkungan. Penyebab
utama dari terjadinya kegemukan adalah kelebihan asupan energi yang tidak
sesuai dengan pengeluaran energi dalam jangka panjang (Riccardi et al 2004;
Swinburn et al 2004; Dehghan et al 2005). Kecenderungan kegemukan lebih
sering terjadi pada individu yang memiliki gaya hidup dengan tingkat aktifitas
ringan serta mengkonsumsi pangan tinggi kalori serta rendah zat gizi mikro
(WHO 2000; Popkin et al 2002; Swinburn et al 2004; Speiser et al 2005; James
2008).
Menurut Riskesdas (2007) persentase penduduk yang berumur lebih dari 10
rahun dengan aktifitas fisik ringan adalah 48.2%. Hal ini menunjukkan bahwa hampir
separuh dari remaja dan dewasa Indonesia kurang melakukan aktivitas fisik sehari-
hari. Kecenderungan kegemukan juga termasuk kecenderungan kebiasaan makan
yang kurang sehat, seperti makan di luar rumah dan mengkonsumsi cemilan yang
sering bersamaan dengan meningkatnya konsumsi
minuman berkalori (DiMeglio & Mattes 2000; Schulze et al 2004; Swinburn et al
2004; Vartanian et al 2007; Collison et al 2010).
Pada umumnya manusia memiliki preferensi tinggi terhadap substansi yang
memiliki rasa manis. Akhir-akhir ini terdapat perhatian penting mengenai potensi
asupan tinggi gula dalam minuman berkalori dan jus buah dalam kontribusinya
terhadap peningkatan risiko kegemukan (Mann & Stewart 2007). Penilaian
konsumsi pangan pada remaja dan dewasa Meksiko menunjukkan bahwa konsumsi
minuman berkalori menyumbang 20.1% dan 22.3% dari asupan energi (Barquera et
al 2008). Remaja dan dewasa mengkonsumsi minuman berkalori lebih tinggi
dibandingkan golongan umur lainnya. Hal ini ditunjukkan oleh penelitian yang
dilakukan oleh Bleich et al (2009) yang menunjukkan bahwa pada tahun 1999-2004
dua pertiga orang dewasa (63%) (muda dan madya) mengkonsumsi minuman
bergula dan memperoleh sumbangan energi dari minuman tersebut 293 kkal tiap
harinya. Sementara itu, konsumsi gula pada pria ditemukan lebih tinggi
dibandingkan pada wanita (Yabanci et al 2010).
Kegemukan yang diukur dengan Indeks Massa Tubuh bukan hanya
disebabkan oleh konsumsi energi makanan yang berlebih tetapi juga dapat
disebabkan oleh konsumsi energi minuman berkalori (berkemasan atau tidak
berkemasan) yang turut berkontribusi pada total asupan energi seseorang.
Pengabaian terhadap sumbangan energi dari minuman tersebut berisiko
meningkatkan kegemukan. Penelitian ini penting dilakukan untuk menganalisis
aktivitas fisik dan konsumsi energi minuman berkalori pada laki-laki dan
perempuan gemuk dan tidak gemuk mengingat belum terdapat penelitian
berskala besar di Indonesia yang meneliti hal tersebut.

Tujuan dan Kegunaan


Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji aktivitas fisik dan konsumsi
energi minuman berkalori pada laki-laki dan perempuan gemuk dan tidak
gemuk. Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk :
(1) Mengetahui prevalensi laki-laki dan perempuan gemuk,
(2) Menganalisis tingkat aktivitas fisik pada laki-laki dan perempuan gemuk dan
tidak gemuk,
(3) Menganalisis kontribusi energi dari minuman berkalori terhadap total asupan
energi pada laki-laki dan perempuan gemuk dan tidak gemuk,
(4) Menganalisis jenis dan jumlah konsumsi minuman berkalori pada laki-laki
dan perempuan gemuk dan tidak gemuk,
(5) Menganalisis hubungan aktivitas fisik dan asupan energi dari minuman
berkalori dengan status gizi pada laki-laki dan perempuan,
(6) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi (gemuk dan tidak
gemuk).
Penelitian ini diharapkan dapat menyediakan informasi bagi berbagai
pihak, seperti konsumen, pemerintah, industri, dan peneliti.
TINJAUAN PUSTAKA

Remaja dan Dewasa


Masa remaja adalah tahap terjadinya pertumbuhan yang sangat cepat dan
transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa dan dari ketergantungan
menuju kemandirian dalam hidup bermasyarakat. Periode kehidupan ini sering
luput dari perhatian nutritionists, padahal pertumbuhan dan perkembangan pada
masa ini memiliki dampak penting pada kesehatan di masa dewasa. Remaja
mengalami pertambahan berat badan 50% dari berat badan mereka saat
dewasa, lebih dari 20% dari tinggi badan mereka saat dewasa, dan 50% dari
rangka mereka saat dewasa (Mann & Stewart 2007).
Ciri-ciri yang spesifik pada usia remaja adalah pertumbuhan yang cepat,
perubahan emosional, dan perubahan sosial. Wahlquist (1997) menegaskan
bahwa dibandingkan fase anak-anak, pada fase remaja seseorang mengalami
perubahan pada karakteristik fisik, psikis, aturan sosial, dan tanggung jawab.
Satu hal yang penting akibat perubahan tersebut adalah kontrol yang berlebihan
terhadap pola konsumsi makanan dan minuman ke arah yang kurang baik.
Remaja belum sepenuhnya matang, baik secara fisik, kognitif, dan
psikososial. Dalam masa pencarian identitas ini remaja cepat sekali terpengaruh
oleh lingkungan. Lebih jauh, kebiasaan makan dan minum pada remaja
dipengaruhi oleh keluarga, teman, dan media (terutama iklan di televisi). Teman
(akrab) sebaya berpengaruh besar pada remaja, dalam hal memilih jenis
makanan. Ketidakpatuhan terhadap teman dikhawatirkan dapat menyebabkan
dirinya terkucil dan akan merusak rasa percaya diri (Mann & Stewart 2007).
Mann & Stewart (2007) mengatakan bahwa pada kenyataannya, remaja
wanita sering sekali mengalami masalah gizi. Remaja pria memiliki perilaku
makan dalam porsi besar untuk memenuhi kebutuhan energi dan protein
mereka. Pada masa ini terjadi pemilihan pola makan yang salah dan
meningkatnya konsumsi energi yang tinggi yang berasal dari minuman
berkalori. Remaja memiliki beberapa masalah gizi, diantaranya adalah
kekurangan gizi, underweight, anorexia nervosa, membatasi asupan makanan,
obesitas dan diabetes, defisiensi zat besi dan anemia, dan defisiensi lainnya
(kalsium, vit D, iodium, vit A, asam folat, dan seng).
Masa remaja adalah masa perubahan sikap dan perilaku dalam memilih
makanan dan minuman, yang turut dipengaruhi teman sebaya dan lingkungan.
Berbeda dengan balita, pada usia ini remaja mengontrol makan dan minum,
artinya remaja dapat melakukan sendiri pilihannya akan makanan dan minuman
dan kemandirian dalam mengelola dan menggunakan uang jajan. Perilaku
makan bagi sebagian besar remaja menjadi fashion atau ideologi. Kebiasaan
makan remaja sering menyimpang dari perilaku makan yang dianjurkan
orangtua mereka, diantaranya melewatkan sarapan pagi, sering mengkonsumsi
soft drinks, minuman berkalori, dan jus buah dibandingkan air putih, sering
mengkonsumsi cemilan, dan meningkatnya konsumsi fast foods.
Remaja tidak setiap hari makan buah dan sayur, sementara kudapan asin
dan manis (70%) dimakan beberapa kali (sepertiga dari mereka) setiap hari.
Salah satu masalah serius adalah konsumsi makanan olahan, seperti yang
ditayangkan dalam iklan televisi, secara berlebihan. Makanan ini terlalu banyak
mengandung gula serta lemak. Kebiasaan makan yang diperoleh semasa
remaja akan berdampak pada kesehatan dalam fase kehidupan selanjutnya,
setelah dewasa dan berusia lanjut (Mann & Stewart 2007).
Anak dan remaja berisiko mengalami kegemukan dan obes. Penelitian
menunjukkan bahwa 6-15% anak usia sekolah dan 20-30% remaja mengalami
overweight. Obesitas yang terjadi pada anak dapat menjadi faktor predisposisi
obesitas pada usia selanjutnya. Studi menunjukkkan bahwa lebih dari 26% obes
pada bayi dan anak masih akan menjadi obes 20 tahun yang akan datang
(Mann & Stewart 2007).
Hurlock (2004) menyatakan bahwa istilah dewasa (adult) berasal dari
bahasa latin adultus yang berarti telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran
yang sempurna atau telah menjadi dewasa. Secara psikologis orang dewasa
adalah individu yang telah menyelesaikan pertumbuhan fisiknya. Selain itu
orang dewasa telah siap menerima kedudukan dalam masyarakat bersama
dengan orang dewasa lainnya.
Masa dewasa dibagi menjadi tiga fase, yaitu masa dewasa dini, masa dewasa
madya, dan masa dewasa lanjut. Masa dewasa dini dimulai pada umur 18 tahun
hingga 40 tahun, saat terjadi perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang
menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif. Masa dewasa dini merupakan
periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan
sosial baru. Masa dewasa madya dimulai pada umur 40 hingga 60 tahun, yakni saat
menurunnya kemampuan fisik dan psikologis yang jelas nampak pada setiap orang.
Masa dewasa madya, dilihat dari sudut posisi usia dan terjadinya perubahan fisik
maupun psikologis, memiliki banyak kesamaan
dengan masa remaja. Secara fisik, pada masa remaja terjadi perubahan yang
demikian pesat (menuju ke arah kesempurnaan/kemajuan) yang berpengaruh
pada kondisi psikologisnya, sedangkan masa dewasa madya juga mengalami
perubahan kondisi fisik, namun dalam pengertian terjadi
penurunan/kemunduran, yang juga akan mempengaruhi kondisi psikologisnya.
Kemudian masa dewasa lanjut dimulai pada umur 60 tahun keatas hingga
kematian, saat kemampuan fisik dan psikologis cepat menurun (Hurlock 2004).
Bleich et al (2009) menunjukkan bahwa pada tahun 1999-2004 dua
pertiga orang dewasa (63%) (muda dan madya) mengkonsumsi minuman
berkalori. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa konsumsi minuman
berkalori memiliki hubungan dengan epidemik kegemukan. Hal ini terlihat dari
meningkatnya asupan energi yang berasal dari soft drink dan minuman dengan
rasa buah sejak tahun 1977 sampai 2001 menjadi 135% yang diikuti dengan
berlipat gandanya prevalensi kegemukan. Hellert dan Kersting (2004)
menyebutkan bahwa minuman yang dikonsumsi dalam jumlah tertinggi oleh
dewasa di Jerman meliputi jus, soft drinks, dan susu, sedangkan teh dan kopi
dikonsumsi dalam jumlah sedikit.

Status Gizi
Status gizi seseorang dapat dinilai dengan berbagai cara. Indeks Massa
Tubuh (IMT) merupakan salah satu indikator penilaian status gizi, khususnya
yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Status gizi
dibedakan menjadi kurus, normal, dan gemuk (WHO 2007). Epidemik
kegemukan mulai dibicarakan pada tahun 1980 dan mulai menjadi masalah
kesehatan masyarakat pada tahun 1997 (James 2008). Klasifikasi terhadap
status gizi didasarkan pada Indeks Massa Tubuh (IMT). Perhitungan ini
dilakukan dengan cara membagi berat badan (kilogram) dengan hasil kuadrat
tinggi badan (meter). Berikut merupakan kategori status gizi berdasarkan Indeks
Massa Tubuh (IMT) yang dikeluarkan oleh WHO (2007)
Tabel 1 Kategori status gizi berdasarkan IMT
Status gizi 2
IMT (kg/m )
Underweight <18.5
Normal 18.5-24.9
Overweight 25.0
Pra-obes 25.0-29.9
Obesitas 30.0
Obesitas kelas I 30.0-34.9
Obesitas kelas II 35.0-39.9
Obesitas kelas III 40.0
Kegemukan digambarkan sebagai keadaan dimana asupan energi
melebihi pengeluaran sehingga energi yang berlebih disimpan dalam bentuk
jaringan adiposa (energi yang disimpan = asupan energi yang berasal dari
makanan atau minumanenergi yang dikeluarkan). Pengeluaran energi dari
dalam tubuh digunakan untuk laju metabolisme basal, aktivitas fisik, dan TEF
(Thermal Energy Food) (Mann & Stewart 2007).
Energi basal adalah energi yang digunakan untuk pemeliharaan dasar
seluruh sel tubuh, seperti sintesis protein, metabolisme otak, keseimbangan ion,
kontraksi jantung, sistem pencernaan, dan kerja otot. Jenis kelamin, umur, berat
badan, kondisi fisik, iklim, dan status hormonal mempengaruhi laju metabolisme
basal. Energi untuk aktivitas fisik adalah energi yang dibutuhkan untuk kerja otot
dan sejumlah kecil energi yang digunakan untuk laju jantung dan pernapasan
selama aktivitas. Energi yang dikeluarkan untuk aktivitas fisik tergantung pada
ukuran tubuh, durasi aktivitas, dan jenis aktivitas. TEF (Thermal Energy Food)
adalah produksi panas yang dihasilkan dari ingesti, digesti, dan absorpsi (Mann
& Stewart 2007).
Prevalensi kegemukan mulai meningkat sejak 20-30 tahun yang lalu.
Kegemukan menjadi masalah kesehatan utama pada remaja dan dewasa baik
di negara yang sedang berkembang maupun negara maju (Hamaideh et al
2010). Alasan terjadinya kegemukan pada remaja belum ditemukan dengan
jelas, tetapi terdapat beberapa faktor yang berpengaruh didalamnya, seperti
genetik, lingkungan, dan perilaku. Faktor-faktor di atas termasuk riwayat
keluarga, kebiasaan makan yang tidak sehat, meningkatnya konsumsi makanan
dan minuman tinggi kalori, rendahnya aktivitas fisik, gaya hidup pasif,
meningkatnya tingkat stres, tingkat pendidikan orangtua, waktu tidur,
pendapatan keluarga, dan karakteristik lain seperti umur dan jenis kelamin
(Hamaideh et al 2010). Wymelbeke et al (2004) dalam penelitian meta-
analisisnya mengatakan bahwa diet, khususnya konsumsi minuman, dan
aktivitas fisik mendapat perhatian khusus sebagai faktor yang berpengaruh
terhadap kegemukan. Total asupan energi berjumlah lebih tinggi jika energi
dikonsumsi dalam bentuk cairan dibandingkan dikonsumsi dalam bentuk padat.
Berdasarkan Riskesdas (2010) prevalensi penduduk dewasa (usia diatas
18 tahun) mengalami kegemukan adalah 16.6% pada laki-laki dan 26.9% pada
perempuan. Penelitian yang telah dilakukan oleh Yabanci et al (2010) di Turki
menemukan bahwa prevalensi overweight pada pria dewasa adalah 41%,
sedangkan pada wanita dewasa 28.3%. Prevalensi obesitas pada pria dewasa
adalah 8.3%, sedangkan pada wanita dewasa 10.9%. Kebiasaan makan dan
asupan gizi memiliki pengaruh terhadap risiko kegemukan. Peningkatan
konsumsi pangan yang memiliki kandungan energi, lemak, dan gula yang tinggi
diduga merupakan alasan utama terjadinya kegemukan.

Faktor Risiko Kegemukan


Laju kegemukan meningkat dalam beberapa dekade terakhir. Selain faktor
genetik yang menyebabkan terjadinya kegemukan, faktor lingkungan dan gaya
hidup juga menjadi determinan penting dalam menyebabkan timbulnya
epidemik kegemukan. Review yang dilakukan oleh James (2008) menunjukkan
bahwa dua penyebab utama kegemukan adalah pola makan yang salah dan
kurangnya aktivitas fisik.
Kegemukan merupakan refleksi dari ketidakseimbangan antara konsumsi
energi dan pengeluaran energi. Penyebab kegemukan bersifat exogenous dan
endogenous. Exogenous adalah konsumsi energi yang berlebihan dan
endogenous yang berarti adanya gangguan metabolik di dalam tubuh. Misalnya,
adanya tumor pada hipotalamus sehingga penderita mengalami hiperphagia
atau nafsu makan berlebihan (Khomsan 2002).
Asupan makanan tinggi energi yang berlebih (tinggi lemak atau gula
bebas atau keduanya) meningkatkan risiko kelebihan akumulasi lemak. Akhir-
akhir ini terdapat perhatian penting mengenai potensi asupan tinggi gula dalam
minuman berkalori dan jus buah dalam kontribusinya terhadap peningkatan
risiko kegemukan pada anak (Mann & Stewart 2007).
Penurunan laju aktivitas fisik juga turut memainkan peranan penting dalam
meningkatkan laju kegemukan. Asupan tinggi makanan padat energi yang
biasanya memiliki sedikit kandungan mikronutrien merupakan faktor risiko
terjadinya kegemukan. Makanan padat energi memiliki kandungan tinggi lemak
dan gula serta lebih mudah dikonsumsi dibandingkan makanan lain. Tingginya
asupan gula, minuman ringan yang ditambah gula, sirup dan jus buah juga
menjadi faktor penyebab terjadinya kegemukan. Lingkungan menyediakan
dukungan sosial bagi asupan makanan dan berkontribusi terhadap kelebihan
asupan makanan. Berikut merupakan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
kenaikan berat badan dan kegemukan menurut WHO (2003)
Tabel 2 Tingkat bukti (level of evidence) faktor-faktor yang mempengaruhi kegemukan
Tingkat bukti Penurunan risiko Peningkatan risiko
Sangat kuat Aktivitas fisik yang teratur Gaya hidup sedentary (duduk
Asupan serat yang tinggi terus menerus)
Asupan tinggi makanan padat
energi dan kurang mikronutrien
Kuat Lingkungan rumah dan sekolah Pemasaran makanan padat
yang mendukung pemilihan energi dan fast food
makanan yang sehat bagi anak Asupan tinggi jus buah dan
ASI minuman ringan yang
dimaniskan
Kondisi sosial ekonomi yang
buruk
Sedang Makanan ber-indeks glikemik Porsi makan besar
rendah (kandungan protein dalam Gaya hidup mengkonsumsi
makanan) makanan di luar rumah
Pola makan yang salah
Lemah Meningkatnya frekuensi makan Meningkatnya konsumsi alkohol

Kegemukan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang bersifat kompleks.


Menurut Wahlqvist (1997), konsumsi makanan dan pengeluaran energi dapat
mempengaruhi kegemukan secara langsung, sedangkan umur, jenis kelamin,
keturunan, stres, keadaan sosial-ekonomi, gaya hidup, iklim, dan obat-obatan
merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi kegemukan secara tidak
langsung. Faktor-faktor risiko kegemukan antara lain umur, jenis kelamin,
pengeluaran minuman, besar keluarga, dan pengeluaran rumah tangga.
Kejadian kegemukan meningkat pada usia dewasa, mencapai puncaknya
pada usia 40 pertengahan dan awal 50 untuk pria serta akhir 50 dan awal 60
untuk wanita (Khomsan 2002). Jenis kelamin merupakan faktor internal yang
menentukan kebutuhan gizi sehingga terdapat hubungan antara jenis kelamin
dengan status gizi. Perempuan lebih rentan mengalami peningkatan simpanan
lemak (Gibson 1990). Janghorbani et al (2007) menyatakan bahwa tingginya
prevalesi kegemukan pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki karena
adanya perbedaan tingkat aktivitas fisik dan asupan energi pada laki-laki dan
perempuan. Penelitian lain menunjukkan bahwa perempuan cenderung
mengkonsumsi sumber karbohidrat yang banyak pada masa pubertas,
sedangkan laki-laki cenderung mengkonsumsi makanan kaya protein. Di daerah
tertentu bisa saja laki-laki lebih banyak yang gemuk dibanding perempuan, hal
ini disebabkan oleh kebiasaan santai dalam penggunaan waktu senggang pada
laki-laki lebih besar dibandingkan dengan perempuan (WHO 2000; Proper et al
2006).
Besar keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang terdiri dari
ayah, ibu, anak, dan anggota keluarga lain yang hidup dari pengelolaan
sumberdaya yang sama. Besar keluarga berhubungan dengan jumlah makanan
yang harus disediakan. Makin sedikit jumlah anggota keluarga, semakin mudah
terpenuhi kebutuhan makan seluruh anggota keluarga. Sebaliknya, apabila
jumlah anggota keluarga banyak dan pendapatan terbatas, maka makanan
yang tersedia tidak mencukupi. Besar keluarga dan distribusinya diantara
anggota keluarga mempengaruhi konsumsi zat gizi di dalam suatu keluarga.
Pendapatan rumah tangga dan belanja pangan akan menurun sejalan dengan
meningkatnya jumlah anggota keluarga (Prihartini 1996; Sanjur 1982).
Pengeluaran rumah tangga yang salah satunya digunakan untuk pangan
paralel dengan pendapatan rumah tangga. Pendapatan keluarga adalah jumlah
semua hasil perolehan yang didapat oleh anggota keluarga dalam bentuk uang
sebagai hasil pekerjaan yang dinyatakan dalam pendapatan per kapita.
Pendapatan menentukan daya beli terhadap pangan dan fasilitas lain, seperti
pendidikan, perumahan, kesehatan, dan lain-lain (Hardinsyah 1997). Semakin
tinggi pendapatan akan semakin berisiko terhadap kejadian kegemukan (Erem
et al 2004).

Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik didefinisikan sebagai segala bentuk gerak tubuh yang
disebabkan oleh pergerakan otot dan rangka yang membutuhkan energi.
Aktivitas fisik dapat membantu memelihara keseimbangan energi dan
mencegah terjadinya kegemukan. Aktivitas fisik merupakan bentuk
multidimensional yang kompleks dari perilaku manusia yang meliputi
perpindahan tubuh, mulai dari perasaan gelisah sampai lari maraton. Aktivitas
fisik tidak memiliki sinonim dengan pengeluaran energi. Aktivitas fisik
merupakan bentuk perilaku, sedangkan pengeluaran energi merupakan output
dari perilaku tersebut (Gibney et al 2008).
Tingkat aktivitas fisik yang rendah juga menjadi faktor penting dalam
penambahan berat badan. Hal ini terjadi karena perubahan gaya hidup (tidak
sempat berolahraga, memiliki pekerjaan yang dilakukan dengan duduk terus
menerus, dan memiliki anak), penuaan, dan mengidap suatu penyakit.
Urbanisasi, kemakmuran, dan modernisasi gaya hidup menimbulkan perubahan
pada pola aktivitas fisik. Gaya hidup modern membuat berkurangnya aktivitas
fisik sehari-hari (Mann & Stewart 2007).
Aktivitas fisik merupakan salah satu bentuk penggunaan energi dalam
tubuh. Oleh karena itu, berkurangnya aktivitas fisik akibat dari kehidupan yang
makin modern dengan kemajuan teknologi mutakhir akan menimbulkan
kegemukan (Thomas 2003). Rissanen et al (2003) menyatakan bahwa
rendahnya aktivitas fisik merupakan faktor paling dominan terhadap terjadinya
kegemukan. Sebagai contoh, kegemukan tidak terjadi pada para atlet yang aktif,
sedangkan para atlet yang berhenti melakukan latihan olahraga lebih sering
mengalami kenaikan berat badan dan kegemukan.
Hasil penelitian Ottevaere et al (2011) menunjukkan bahwa peningkatan
prevalensi kegemukan merupakan hasil ketidakseimbangan antara asupan
energi dan pengeluaran energi. Kegemukan dapat disebabkan oleh gaya hidup
yang tidak sehat, seperti diet yang tinggi lemak dan karbohidrat dan rendahnya
tingkat aktivitas fisik yang dimiliki pada saat anak-anak sampai menjadi dewasa.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh HBSC (Health Behaviour in School-
aged Children) study menyebutkan bahwa hanya 1242% remaja berumur 13
tahun dan 8-37% remaja 15 tahun yang memiliki aktivitas sedang hingga berat
sedikitnya 60 menit per hari.
Sebanyak 25% remaja berumur 11-15 tahun di Barat Daya dan Barat Laut
Inggris melakukan 60 menit aktivitas sedang hingga berat per hari dan 23.7%
dari seluruh remaja memiliki status gizi overweight atau obes. Remaja yang
memiliki tingkat aktivitas sedang hingga berat yang rendah memiliki
konsekuensi mengalami masalah kesehatan masyarakat, salah satunya
kelebihan berat badan (Boyle et al 2010).
Creber et al (2010) membuktikan bahwa pada penduduk Peru (bertempat
tinggal di pedesaan, perkotaan, dan desa-kota) dengan tingkat aktivitas fisik
rendah memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami overweight (41.7%) dan
obesitas (24.8%) dibandingkan penduduk dengan tingkat aktivitas fisik sedang
atau tinggi, yang masing-masing 35.4% dan 16.1%. Hal ini didukung pula oleh
penelitian yang dilakukan oleh Li (2010) bahwa gaya hidup berupa aktivitas fisik
yang cukup dapat mengubah predisposisi genetik dari kegemukan. Aktivitas fisik
yang dilakukan secara teratur berhubungan dengan penurunan predisposisi
genetik dari kegemukan sebanyak 40%.

Konsumsi Pangan dan Asupan


Energi Asupan energi dari makanan
Suhardjo (1989) menyatakan bahwa terdapat tiga faktor yang mempengaruhi
konsumsi makanan dan minuman, yaitu: (1) karakteristik individu, seperti usia, jenis
kelamin, pendidikan, pendapatan, pengetahuan gizi, dan
kesehatan; (2) karakteristik makanan atau minuman, seperti rasa, rupa, tekstur,
harga, tipe makanan, bentuk dan kombinasi makanan dan minuman; (3)
karakter lingkungan seperti musim, pekerjaan, mobilitas, dan tingkat sosial
masyarakat. Konsumsi makanan dan minuman ini merupakan salah satu
komponen dalam gaya hidup yang dimiliki seseorang.
Gaya hidup adalah cara hidup seseorang atau masyarakat yang dapat
diamati dari kegitan fisik, sosial, ekonomi dan penggunaan uang, waktu dan
teknologi (Anonim 2011). Gaya hidup lebih menggambarkan perilaku seseorang,
yaitu bagaimana ia hidup, menggunakan uangnya, dan memanfaatkan waktu
yang dimilikinya. Gaya hidup seringkali digambarkan dengan kegiatan, minat,
dan opini dari seseorang (Sumarwan 2002).
Pendidikan dan pendapatan akan mempengaruhi proses keputusan dan
pola konsumsi seseorang. Tingkat pendidikan seseorang akan mepengaruhi
nilai-nilai yang dianutnya, cara berpikir, cara pandang, bahkan persepsinya
terhadap suatu masalah. Konsumen yang memiliki pendidikan yang lebih baik
akan sangat responsif terhadap informasi dan mempengaruhi pilihan produk
maupun merek. Pendapatan merupakan imbalan yang diterima oleh seorang
konsumen dari pekerjaan yang dilakukannya untuk mencari nafkah. Pendapatan
adalah sumberdaya material yang sangat penting bagi konsumen karena
dengan pendapatan itulah konsumen dapat membiayai kegiatan konsumsinya
(Sumarwan 2002).
Khomsan dan Sulaeman (1996) menyatakan makanan mempunyai fungsi
yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Makanan merupakan
kebutuhan dasar manusia yang terpenting dalam peningkatan kualitas fisik,
mental, dan kecerdasan. Disamping untuk menghilangkan rasa lapar, fungsi
utama dari makanan adalah sebagai sumber kehidupan, yaitu sebagai sumber
zat gizi untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan energi, protein, lemak,
karbohidrat, vitamin, mineral, air, dan sebagainya.
Asupan energi dari minuman berkalori
Gula intrinsik merupakan istilah yang diberikan untuk menyatakan gula yang
bersatu dengan dinding sel tanaman yang secara alami berikatan dengan zat gizi
penting lainnya, sedangkan gula ekstrinsik merupakan gula yang ditambahkan ke
dalam makanan. The FAO/WHO Expert Consultation on diet, nutrition, and the
prevention of chronic diseases mengatakan bahwa penggunaan terminologi gula
bebas digunakan untuk semua monosakarida dan disakarida
yang ditambahkan ke dalam makanan melalui proses produksi, pengolahan
pasca produksi, dan konsumsi serta gula yang secara alami terdapat dalam
madu, sirup, dan jus buah. Konsumsi gula disarankan berkontribusi kurang dari
10% dari total energi (Mann & Stewart 2007).
Selama beberapa periode, total asupan gula bebas meningkat dengan
tajam. Peningkatan ini disebabkan oleh penggunaan pemanis buatan yang
berasal dari jagung (fructose corn syrup) yang diproduksi dengan cara
pemotongan pati jagung secara enzimatis. Pemanis jagung memiliki kesamaan
rasa dengan sukrosa tetapi harganya lebih murah dibandingkan sukrosa.
Pemanis buatan jagung digunakan dalam produksi beberapa jenis makanan,
seperti soft drink, bahan makanan yang dikalengkan, jelly, selai, dan salad
untuk makanan penutup (Pennington & Baker 1990).
Glukosa adalah sumber energi yang penting untuk otak, sel darah merah,
dan medula ginjal yang kebutuhan hariannya sekitar 180 g/hari. Sekitar 130
g/hari dapat diproduksi tubuh dari sumber non-karbohidrat melalui proses
glukoneogenesis dan 50 g/hari diperoleh dari asupan makanan atau minuman.
The WHO/FAO Expert Consultation on diet, nutrition, and the prevention of
chronic diseases (2003) mengatakan bahwa karbohidrat memiliki nilai energi
sebesar 4 kkal/g (17 KJ/g) dan ketika karbohidrat dipecah sebagai
monosakarida memiliki nilai energi 3.75 kkal/g (15.7 KJ/g). The FAO/WHO
Expert Consultation menyatakan bahwa nilai energi karbohidrat yang mencapai
kolon menjadi 2 Kkkal/g (8 KJ/g) (Mann & Stewart 2007).
Asupan gula bebas pada orang amerika menyumbang sekitar 20% rata-
rata asupan kalori. Kelompok usia tertentu seperti remaja memiliki konsumsi
minuman berkalori yang tinggi. Salah satu alasan konsumsi gula yang tinggi
adalah rasa yang manis. Manusia memiliki preferensi yang tinggi terhadap
substansi yang memiliki rasa manis. Hal ini terlihat dari peninggalan sejarah
berupa gambar-gambar di gua yang menceritakan mengenai kesukaan manusia
purba kala terhadap madu, buah ara, dan kurma (Mann & Stewart 2007).
Terdapat bukti yang menyatakan bahwa rasa manis disukai manusia sejak
lahir, bukan sebagai hasil pembelajaran. Penelitian terhadap respon rasa pada
bayi yang baru lahir menunjukkan bahwa rasa manis lebih diterima dibanding
rasa yang lain. Terdapat pula bukti yang menyatakan bahwa makanan yang
memiliki rasa manis akan semakin tidak diterima dengan bertambahnya umur
(Mann & Stewart 2007).
Bleich et al (2009) membagi minuman berkalori ke dalam 6 jenis, yaitu:
minuman bergula, jus, minuman diet, susu (termasuk yang memiliki rasa), kopi
atau teh, dan alkohol. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Bleich et al (2009)
menunjukkan bahwa minuman bergula merupakan sumber kalori minuman
tertinggi dibandingkan minuman lainnya. Hellert dan Kersting (2004)
menyebutkan bahwa minuman yang dikonsumsi dalam jumlah tertinggi dalam
DONALD Study yang berlokasi di Jerman meliputi jus, soft drinks, dan susu,
sedangkan teh dan kopi dikonsumsi dalam jumlah sedikit.
CODEX mengklasifikasikan jenis minuman kemasan yang digunakan
secara global berdasarkan dua kategori. Kategori yang pertama adalah susu
dan produk turunannya, sedangkan kategori kedua adalah minuman tanpa
alkohol dan minuman beralkohol. Kelompok susu dan turunannya meliputi susu
segar, susu bubuk, susu kental manis, dan susu fermentasi. Kelompok
minuman tanpa alkohol meliputi air mineral, jus, nektar, minuman berasa, dan
minuman lainnya. Berikut tabel klasifikasi dan jenis minuman berdasarkan
CODEX (FAO & WHO 2010)
Tabel 3 Klasifikasi dan jenis minuman berdasarkan CODEX
Kategori Sub kategori Jenis produk
1. Susu 1) Susu cair Susu cair, susu bubuk, susu
Minuman dari semua 2) Susu bubuk rekonstitusi (dicairkan kembali
susu binatang (sapi, 3) Susu kental dari bubuk), susu kental manis,
kambing, kuda, kerbau, manis yoghurt, dan es krim
dll) dan produk 4) Susu fermentasi
minuman yang diolah
dari susu
2. Minuman bukan susu 1) Minuman non- Air minum :
alkohol a. Air mineral alami
b. Air soda
Jus buah dan sayur :
a. Jus buah
b. Jus sayur
c. Konsentrat jus buah
d. Konsentrat jus sayur
Nektar buah dan sayur :
a. Nektar buah
b. Nektar sayur
c. Konsentrat nektar buah
d. Konsentrat nektar sayur
Minuman berasa, termasuk
minuman olahraga, minuman
berenergi, elektrolit, dan khusus.
Minuman lain, meliputi kopi, teh,
2) Minuman herbal dan lainnya.

beralkohol
Air mineral adalah air yang diperoleh langsung dan dikemas dari
sumbernya, yang dicirikan oleh keberadaan kandungan mineral atau zat lain
yang tersedia secara alami dalam batas yang diperkenankan. Air soda adalah
air minum yang sengaja dikarbonasi, dapat juga ditambahkan perasa dan/atau
pewarna. Jus buah/sayur adalah cairan dari buah atau sayur tidak termasuk
daging buah atau komponen sayur selain cairannya yang bukan difermentasi.
Terdapat pula jus yang lebih kental (konsentrat) yang airnya diminimalkan baik
dari jus buah ataupun dari jus sayur.
Nektar buah/sayur adalah ekstrak dari buah atau sayur, dapat berupa
konsentrat yang perlu dilarutkan sebelum dikonsumsi, atau berupa ekstrak yang
telah diencerkan dengan air sehingga siap dikonsumsi. Nektar lebih banyak
mengandung zat fitokimia dibanding jus. Minuman berasa meliputi minuman
berkarbonasi, tidak berkarbonasi, atau konsentrat yang dilarutkan dalam air.
Dalam kategori ini juga termasuk minuman berenergi, minuman isotonik, dan
minuman olahraga. Minuman lainnya meliputi kopi, teh dan herbal.
Sukrosa dan pemanis lain masuk ke dalam tubuh melalui diet dengan
berbagai cara, seperti gula yang ditambahkan ke dalam kopi atau teh, gula yang
terdapat dalam permen, kue, dan biskuit. Bahkan, makanan atau minuman yang
memiliki sedikit kandungan gula juga ikut berkontribusi dalam asupan gula
seseorang. Sejak tahun 2003 gula menjadi sumber energi kedua dari
karbohidrat setelah pati. Pati menyumbang 20-50% dari total energi, sedangkan
gula 9-27% dari total energi (Mann & Stewart 2007).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hu dan Malik (2010) menunjukkan
bahwa asupan energi dari minuman bergula dan jus pada dewasa mengalami
peningkatan sejak tahun 1965 hingga tahun 2002 dan menurun hingga tahun
2006. Asupan energi dari susu menurun dari tahun 1965 hingga 1989 dan
meningkat hingga tahun 2006. Rata-rata asupan energi/orang/hari yang berasal
dari minuman bergula, jus, dan susu dewasa pada tahun 2006 adalah 200 kkal,
30 kkal, dan 80 kkal. Barquera et al (2008) menemukan bahwa kelompok usia
19-29 tahun Meksiko memiliki asupan energi dari minuman berkalori yang lebih
tinggi, yaitu 338 kkal, dibandingkan kelompok usia yang lain. Sebanyak 117 kkal
diantaranya diperoleh dari energi teh dan kopi yang dikonsumsi. Susu, minuman
bergula berkarbonasi/tidak berkarbonasi, jus buah dengan penambahan gula,
dan alkohol merupakan 4 minuman yang sering diminum oleh remaja dan
dewasa Meksiko.
Keputusan Ka.Badan POM (Pemeriksa Obat dan Makanan) No.
HK.00.05.52.4040 Tanggal 9 0ktober 2006 tentang Kategori Pangan
menetapkan kategori minuman sebagai berikut :
Tabel 4 Kategori minuman menurut BPOM
No Kategori Sub kategori Jenis
1 Minuman 1. Susu dan minuman 1. Susu dan buttermilk (plain)
produk berbasis susu - Susu segar
susu - Susu pasteurisasi
- Susu UHT (Ultra High Temperature)
- Susu steril
- Susu tanpa lemak atau susu skim
- Susu rendah lemak
- Susu rekonstitusi
- Susu rekombinasi
- Susu lemak nabati/susu minyak nabati (Filled
Milk)
- Susu lemak nabati rendah lemak/susu minyak
nabati rendah lemak
- Susu lemak nabati tanpa lemak/susu minyak
nabati tanpa lemak
- Buttermilk (plain)
- Dadih
2. Minuman berbasis susu yang berperisa dan/atau
difermentasi
- Minuman susu berperisa
- Minuman mengandung susu
- Minuman susu fermentasi berperisa
- Minuman yoghurt berperisa
- Lassi
2. Susu fermentasi 1. Susu fermentasi (plain)
dan produk susu 2. Susu yang digumpalkan dengan enzim renin
hasil hidrolisa (plain)
enzim renin (plain)
3. Susu kental dan 1. Susu kental (plain)
analognya (plain) 2. Krimer minuman (bukan susu)
4. Krim (plain) dan
sejenisnya
5. Susu bubuk dan
krim bubuk dan
bubuk analog
(plain)
6. Keju dan keju
analog
7. Makanan pencuci
mulut berbahan
dasar susu
8. Whey dan produk
whey
2 Minuman 1. Minuman ringan 1. Air minum
tidak tidak beralkohol 2. Sari buah dan sari sayuran
termasuk 3. Nektar buah dan nektar sayur
produk 4. Minuman berbasis air berperisa, termasuk
susu minuman olahraga atau elektrolit dan minuman
berpartikel
5. Minuman yang disiapkan sebagai hasil ekstraksi
berbasis air atau hasil pencelupan seperti kopi,
teh, seduhan herbal, minuman biji-bijian dan
2. Minuman sereal panas

beralkohol
Minuman Berkalori dan Kegemukan
Wymelbeke et al (2004) membuktikan bahwa subyek overweight yang
mengkonsumsi sukrosa dalam jumlah besar dalam bentuk cairan akan
mengalami peningkatan asupan energi, berat badan, dan massa lemak tubuh
dibandingkan mengkonsumsi cairan dalam jumlah sama yang mengandung
pemanis buatan. Bahkan, Lopez et al (2010) mendukung pernyataan tersebut
dengan mengatakan bahwa konsumsi minuman berkalori yang tinggi
berhubungan dengan peningkatan asupan energi.
Terdapat hubungan antara persentase energi dari lemak dengan
persentase energi dari karbohidrat dalam makanan karena dua zat gizi ini
memiliki kontribusi melebihi 80% terhadap total energi. Kalori dalam cairan
kurang diperhitungkan dibandingkan dengan kalori dari makanan padat (Bleich
et al 2009). Minuman soda dengan kadar gula tinggi memiliki kandungan air
yang tinggi dan densitas energi yang rendah. Densitas energi yang rendah tidak
memiliki dampak perbandingan pada kepuasan dan asupan makanan ad
libitum. Efek fisiologis asupan energi terhadap kekenyangan terlihat berbeda
antara makanan padat dan cairan. Energi dari minuman berkalori (yang
umumnya memiliki kandungan gula tinggi) kurang dirasakan efek kenyangnya
dibandingkan asupan energi dari makanan padat karena berkurangnya
penggelembungan lambung dan waktu transit yang lebih cepat. Konsumsi
minuman soda dengan kadar gula tinggi dalam jumlah yang melebihi batas
normal memberikan asupan energi yang tinggi pula yang pada akhirnya
berpengaruh terhadap kenaikan berat badan (Gibney et al 2008).
Berdasarkan hasil penelitian Bleich et al (2009) diketahui bahwa konsumsi
minuman berkalori memiliki hubungan dengan epidemik kegemukan. Hal ini
terlihat dari meningkatnya asupan energi yang berasal dari soft drink dan
minuman dengan rasa buah sejak tahun 1977 sampai 2001 menjadi 135% yang
diikuti dengan berlipat gandanya prevalensi kegemukan. Penelitian tersebut
juga menunjukkan bahwa persentase kalori dari minuman berkalori meningkat
melebihi 50%.
Hasil penelitian Hu dan Malik (2010) menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang positif antara asupan minuman berkalori dengan penambahan
berat badan. Minuman berkalori memiliki kontribusi terhadap penambahan berat
badan karena terdapat penambahan asupan energi saat makan berikutnya
setelah mendapatkan asupan kalori cair.
KERANGKA PEMIKIRAN

Kegemukan disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu karakteristik individu


dan keluarga, aktivitas fisik, dan konsumsi pangan serta asupan gizi.
Karakteristik individu terdiri dari umur, jenis kelamin, dan pengeluaran untuk
minuman. Karakteristik individu akan menentukan status gizi seseorang yang
pada akhirnya berhubungan dengan kebutuhan energinya. Karakteristik
keluarga terdiri dari jumlah anggota keluarga dan pengeluaran rumah tangga.
Karakteristik ini menentukan pola konsumsi pangan keluarga yang secara
langsung mempengaruhi pola konsumsi pangan individu.
Selain karakteristik individu, aktivitas fisik juga turut menentukan kebutuhan
energi seseorang. Konsumsi pangan seseorang terdiri dari konsumsi makanan dan
konsumsi minuman berkalori. Makanan dan minuman berkalori yang dikonsumsi
akan memberikan sumbangan energi bagi total asupan energi sehari. Energi
makanan akan lebih mudah dihitung dibandingkan energi dari minuman berkalori.
Asupan energi yang berasal dari makanan dan minuman berkalori akan
menentukan tingkat kecukupan energi seseorang. Selain aktivitas fisik, tingkat
kecukupan energi yang tinggi diduga akan berpengaruh terhadap kegemukan.
Karakteristik Karakteristik
individu Aktivitas fisik keluarga

Konsumsi pangan Produk


minuman

Berat badan dan


Tinggi badan

Asupan energi dari Asupan energi dari


makanan minuman berkalori

Tingkat
Kebutuhan kecukupan
energi energi

Kegemukan

Gambar 1 Kerangka pemikiran aktivitas fisik dan konsumsi energi minuman berkalori
pada laki-laki dan perempuan gemuk dan tidak gemuk
METODE
Disain, Tempat dan Waktu
Penelitian ini menggunakan data dasar hasil penelitian Kebiasaan Minum
dan Status Hidrasi pada Remaja dan Dewasa di Dua Wilayah Ekologi Berbeda
yang dilaksanakan oleh tim THIRST-The Indonesian Regional Hydration Study
(kuesioner terlampir di Lampiran 1). Oleh karena itu, disain penelitian ini secara
keseluruhan mengacu pada disain penelitian tersebut yang menggunakan
disain cross sectional study. Wilayah penelitian ini terdiri dari 6 lokasi yaitu
Bandung BaratJawa Barat; MalangJawa Timur; MalinoSulawesi Selatan;
Jakarta UtaraDKI Jakarta; Surabaya-Jawa Timur; dan MakasarSulawesi
Selatan. Pengumpulan data penelitian Kebiasaan Minum dan Status Hidrasi
pada Remaja dan Dewasa di Dua Wilayah Ekologi Berbeda dilakukan dari akhir
tahun 2008 sampai awal tahun 2009 (Hardinsyah dkk 2010). Pengolahan,
analisis, dan interpretasi data dilakukan pada bulan Maret-Juli 2011 di Kampus
IPB Darmaga Bogor, Jawa Barat.

Jumlah dan Cara Penarikan Subyek


Subyek penelitian ini adalah kelompok remaja (laki-laki dan perempuan)
berusia 15-18 tahun dan kelompok dewasa (laki-laki dan perempuan) berusia
25-55 tahun yang bermukim di lokasi penelitian. Jumlah subyek dihitung
berdasarkan rumus perhitungan jumlah subyek minimal penelitian cross
sectional study dengan mempertimbangkan proporsi dehidrasi diasumsikan
sebesar 30%, seperti berikut:
n za2 x p (1 p)/d2
n = jumlah subyek
minimum za2 = 1,96
p = 0,3 atau 30% (Mantz & Wentz 2005)
d = perkiraan akurasi prediksi (0,1)
Jumlah subyek minimal untuk tiap jenis kelamin (laki-laki/perempuan) dan
kelompok umur (remaja/dewasa) di masing-masing lokasi penelitian adalah 41,
yang dibulatkan menjadi 50 untuk mengantisipasi kehilangan subyek dan
meningkatkan ketepatan penelitian. Mempertimbangkan dua kelompok jenis
kelamin, dua kelompok umur dan enam lokasi penelitian, maka jumlah total
subyek adalah 1200.
Kelompok usia remaja merupakan pelajar SMU, maka cara penarikan subyek

relatif mudah dilakukan dengan memilih SMU dengan jumlah siswa yang
banyak di masing-masing lokasi penelitian. Pemilihan subyek dewasa dilakukan
dengan cara memilih guru dan karyawan sekolah yang bermukim di lokasi
penelitian. Subyek akhir yang diperoleh dan diolah dalam penelitian ini
berjumlah 606 orang untuk remaja dan 594 orang untuk dewasa.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data


Data dalam penelitian ini seluruhnya merupakan data penelitian THIRST
(Hardinsyah dkk, 2010) yang diperoleh dalam bentuk electronic file. Data terdiri
atas variabel karakteristik individu dan keluarga, pengetahuan tentang air
minum, kebiasaan minum, kebiasaan buang air, muntah, dan keringat, tanda-
tanda dehidrasi, aktivitas fisik, karakteristik kesehatan individu, serta konsumsi
makanan dan minuman. Penelitian ini menggunakan beberapa data penelitian
THIRST yang memungkinkan dalam analisis mengenai hubungan aktivitas fisik
dan konsumsi energi minuman berkalori dengan Indeks Massa Tubuh. Tabel 5
berisi daftar jenis dan cara pengumpulan data yang digunakan
Tabel 5 Aspek, cakupan data, dan metode yang digunakan dalam pengumpulan data
Aspek Cakupan Metode
Sosial-ekonomi- Karakteristik individu dan keluarga (umur, Kuesioner diisi sendiri diawali
demografi jenis kelamin, besar keluarga, pengeluaran penjelasan
minum dan pengeluaran keluarga)
Indeks Massa Berat badan dan tinggi badan Pengukuran langsung
Tubuh menggunakan timbangan
analog dan microtoise untuk
tinggi badan
Aktivitas fisik Jenis dan durasi aktivitas fisik dan Kuesioner diisi sendiri
olahraga selama satu minggu (pencatatan langsung) diawali
penjelasan
Asupan makanan Jenis, merk, jumlah, dan frekuensi Wawancara selama 7 hari
dan minuman mengkonsumsi makanan dan minuman (semi-FFQ)

Pengolahan dan Analisis Data


Status Gizi. Status gizi remaja dihitung berdasarkan standar penilaian
status gizi berdasarkan IMT menurut umur. Berikut merupakan rumus
perhitungan IMT dan standar penilaian status gizi remaja dan dewasa (WHO
2007)
BB (kg)
IMT =
TB (m) x TB (m)

Tabel 6 Kategori status gizi remaja berdasarkan IMT menurut umur


Umur Laki-laki Perempuan
(Tahun) Kurus Normal Gemuk Kurus Normal Gemuk
15 < 16.5 16.5 22.8 > 22.8 < 16.5 16.5 23.7 > 23.7
16 < 17.1 17.1 23.7 > 23.7 < 16.8 16.8 24.2 > 24.2
17 < 17.5 17.5 24.4 > 24.4 < 17.0 17.0 24.7 > 24.7
18 < 17.9 17.9 25.0 > 25.0 < 17.1 17.1 24.9 > 24.9
Tabel 7 Kategori status gizi dewasa berdasarkan IMT
2
Status gizi IMT (kg/m )
Kurus (Underweight) <18.5
Normal 18.5-24.9
Gemuk (Overweight) 25.0
Nilai indeks massa tubuh (IMT) yang normal untuk dewasa berkisar antara
18.5-24.9 (kg/m2). Subyek dikatakan kurus (Kekurangan Energi Kronis/KEK)

bila IMT < 18.5 9 (kg/m2) dan mengalami kegemukan bila IMT 25 9 (kg/m 2)
(WHO 2007). Subyek gemuk dalam penelitian ini terdiri dari subyek yang
mengalami overweight dan obesitas, sedangkan subyek tidak gemuk terdiri dari
subyek dengan status gizi kurus dan normal. Persentase remaja gemuk adalah
13.5%. Sementara itu, persentase dewasa gemuk adalah 50.5%. Hal ini berarti
tidak sebanding untuk dibandingkan, maka analisis selanjutnya tidak
mempertimbangkan kelompok umur, tetapi hanya distribusi jenis kelamin.
Tingkat Aktivitas Fisik. Aktivitas fisik diketahui melalui kombinasi metode
tiga hari recall dan metode tiga hari record yang dilakukan pada hari yang
berbeda, yaitu pada hari sekolah dan hari libur. Pengukuran aktivitas fisik
dilakukan terhadap jenis aktivitas yang dilakukan subyek dan lama waktu
melakukan aktivitas dalam sehari. WHO/FAO (2003) menyatakan bahwa
aktivitas fisik adalah variabel utama setelah angka metabolisme basal dalam
penghitungan pengeluaran energi. Berdasarkan WHO/FAO (2003), besarnya
aktivitas fisik yang dilakukan seseorang selama 24 jam dinyatakan dalam PAL
(Physical Activity Level) atau tingkat aktivitas fisik. PAL merupakan besarnya
energi yang dikeluarkan (kkal) per kilogram berat badan dalam 24 jam. Nilai
PAR (Physical Activity Rate) untuk berbagai jenis aktivitas dan tingkat aktivitas
fisik menurut WHO/FAO (2004) tercantum dalam Lampiran 2. PAL ditentukan
dengan rumus sebagai berikut :
(PARi x Wi)
PAL =
24 jam

Keterangan: PAL : Physical activity level (tingkat aktivitas fisik)


PARi : Physical activity rate dari masing-masing aktivitas (jumlah energi
yang dikeluarkan untuk tiap jenis aktivitas per jam)
Wi : Alokasi waktu tiap aktivitas
Perhitungan di atas dijelaskan dengan contoh kasus sebagai berikut :
Seorang wanita memiliki 8 jam waktu tidur (8 x 1.0 = 8), 4 jam waktu melakukan
pekerjaan rumah tangga (4 x 1.7 = 6.8), 4 jam waktu menonton televisi (4 x 1.4 =
5.6), dan 8 jam waktu bekerja (8 x 1.5 = 12). Total PAL selama 24 jam diperoleh
dengan menjumlahkan seluruh hasil perkalian waktu (jam) dan PAR sehingga
diperoleh nilai PAL selama 24 jam adalah 32.4 kkal. Rata-rata nilai PAL selama
24 jam adalah 1.40 kkal/jam. Hal ini berarti wanita tersebut memiliki tingkat
aktivitas fisik ringan.
Tabel 8 Kategori tingkat aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL
Kategori Nilai PAL
Ringan (sedentary lifestyle) 1.40-1.69
Sedang (active or moderately active lifestyle) 1.70-1.99
Berat (vigorous or vigorously active lifestyle) 2.00-2.40
Konsumsi Pangan. Data konsumsi pangan meliputi jenis dan jumlah
makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh subyek dalam satu minggu. Data
konsumsi makanan kemudian dikonversi ke dalam kandungan energi sesuai tabel
DKBM (Daftar Komposisi Bahan Makanan). DKBM tidak memuat kandungan energi
minuman berkalori, oleh karena itu kandungan energi dari minuman berkalori
diperoleh dari kandungan yang tercantum pada labelnya (Lampiran 3); dan bagi
minuman berkalori lainnya yang tidak berlabel dihitung berdasarkan jumlah
tambahan gula. Kandungan energi dalam 100 gram gula pasir adalah 364 kkal.
Konsumsi gula yang ditambahkan ke dalam makanan dan minuman yang dianjurkan
WHO maksimal 10% dari total energi (WHO 2003).
Kebutuhan energi dihitung berdasarkan Angka Kecukupan Energi dalam
WNPG VIII tahun 2004 yang didasarkan pada Oxford Equation. Angka
kecukupan energi merupakan jumlah rata-rata energi yang dibutuhkan dalam
suatu populasi. Kebutuhan energi individu pada penelitian ini diperoleh dengan
menghitung kebutuhan energi sesuai berat badan aktual berdasarkan energi
basal metabolisme (EBM) yang dikoreksi dengan PAL dan Thermal Energy
Food (10% dari EBM). Berikut tabel metode perhitungan EBM pada remaja
(Tabel 9) dan dewasa (Tabel 10)
Tabel 9 Oxford Equation untuk estimasi kebutuhan energi remaja
No Umur Persamaan EBM Kebutuhan Energi
Laki-laki :
1 13-15 th (88.5 - 61.9U)+26.7B(PAL)+903TB+25
2 16-18 th (88.5 - 61.9U)+26.7B(PAL)+903TB+25 EBM + (10% EBM)
Perempuan :
3 13-15 th (88.5 - 61.9U)+26.7B(PAL)+903TB+25
4 16-18 th (88.5 - 61.9U)+26.7B(PAL)+903TB+25
Keterangan:
U = Umur, B = Berat badan, TB = Tinggi badan
*PAL pada penelitian ini digunakan PAL masing-masing subyek
Tabel 10 Oxford Equation untuk estimasi kebutuhan energi dewasa
No Umur Persamaan EBM Koreksi Umur Kebutuhan Energi
Laki-laki :
1 19-29 th 16.8B + 498 1.00
2 30-49 th 16.0B + 462 0.95 EBM x PAL* x Koreksi umur
3 50-64 th 16.0B + 462 0.95
x (10% EBM)
Perempuan :
5 19-29 th 13.4B + 517 1.00
6 30-49 th 9.59B + 687 0.95
7 50-64 th 9.59B + 687 0.95
Keterangan:
U = Umur, B = Berat badan, TB = Tinggi badan, EBM = Energi Basal
Metabolisme *PAL pada penelitian ini digunakan PAL masing-masing subyek
Data status gizi, tingkat aktivitas fisik, dan asupan energi dari minuman
berkalori yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan
program komputer Microsoft Excell dan SPSS versi 16 for Windows. Proses
pengolahan meliputi entry, coding, editing, cleaning, dan analisis. Hasil
pengolahan data selanjutnya dianalisis secara deskriptif dan statistik. Analisis
statistik korelasi Pearson digunakan untuk menguji hubungan antara tingkat
aktivitas fisik dengan status gizi, begitu pula dengan hubungan antara konsumsi
minuman berkalori terhadap status gizi. Analisis perbandingan karakteristik
individu dan keluarga, IMT, aktivitas fisik, dan asupan energi minuman berkalori
pada subyek gemuk dan tidak gemuk serta pada laki-laki dan perempuan
dilakukan dengan menggunakan uji t. Cara membaca hasil uji t adalah terlebih
dahulu melihat Levenes test untuk uji homogenitas (perbedaan varians). Data
bersifat homogen jika p>0.05 dan tidak homogen jika p<0.05. Jika data
homogen, maka hasil uji beda dilihat dari equal variance assumed dan jika data
tidak homogen, maka hasil uji beda dilihat dari equal variance not assumed.

Definisi Operasional
Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah nilai yang diperoleh dari berat badan dalam
kilogram dibagi dengan kuadrat dari tinggi badan dalam meter (kg/m 2),
yang digunakan sebagai dasar penentuan status gizi.
Status Gizi adalah keadaan gizi seseorang yang menunjukkan pemenuhan
kebutuhan gizi yang dikelompokkan menjadi kurus, normal, dan gemuk.
Kegemukan adalah cerminan dari kelebihan lemak tubuh yang ditandai dengan
IMT 25.0
Kebutuhan Energi adalah sejumlah zat gizi dan energi minimal yang diperlukan
oleh seseorang sehari-hari untuk dapat hidup sehat yang didasarkan pada
umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, dan tingkat aktivitas fisik.
Remaja adalah siswa-siswi SMU yang dijadikan sebagai subyek dalam
penelitian berusia 15-18 tahun.
Dewasa adalah staf pengajar dan pegawai SMU yang dijadikan sebagai subyek
dalam penelitian berusia 25-55 tahun.
Karakteristik Individu adalah karakteristik subyek meliputi umur, jenis kelamin,
dan pengeluaran untuk minuman.
Karakteristik Keluarga adalah keadaan keluarga subyek yang dinilai
berdasarkan besar keluarga dan pengeluaran rumah tangga.
Pengeluaran untuk Minuman adalah pengeluaran individu untuk pembelian
minuman yang dinyatakan dalam Rp/minggu.
Besar Keluarga adalah jumlah orang yang menetap di rumah, termasuk
pembantu yang biaya hidupnya menjadi tanggungan keluarga, dinyatakan
dalam jiwa.
Pengeluaran Rumah Tangga adalah jumlah pengeluaran keluarga untuk
memenuhi kebutuhan rumah tangga yang dinyatakan dalam Rp/bulan.
Aktivitas Fisik adalah kegiatan dan pekerjaan yang dilakukan seseorang dari
waktu ke waktu setiap hari yang dinyatakan dalam aktivitas jam/hari dan
PAL (Physical Activity Level), dalam hal ini diukur secara recall dan record
selama 6 hari.
Konsumsi Pangan adalah jumlah makanan dan minuman yang dikumpulkan
melalui metode semi-FFQ selama 7 hari dalam satuan URT yang
dikonversikan ke satuan gram dan mL.
Minuman Berkalori adalah minuman selain air putih yang memiliki kandungan
energi, terdiri dari jus/sari buah tanpa kemasan, sari buah kemasan,
aneka es buah/campur/kelapa, minuman serbuk, minuman jelly, susu
tanpa kemasan, susu kedele, susu kemasan, yoghurt kemasan, teh tanpa
kemasan, kopi tanpa kemasan, teh kemasan, kopi kemasan, minuman
berkarbonasi, sirup, minuman berelektrolit, dan minuman lainnya
(bir/minuman beralkohol dan jamu/minuman herbal).
Kontribusi Energi Minuman Berkalori adalah persentase atau sumbangan
energi dari minuman berkalori terhadap total asupan energi seseorang
dalam sehari.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Subyek
Karakteristik subyek yang diamati adalah karakteristik individu dan
karakteristik keluarga. Karakteristik individu meliputi umur, jenis kelamin, dan
pengeluaran minuman. Sementara itu, karakteristik keluarga meliputi besar
keluarga dan pengeluaran rumah tangga. Tabel 11 memaparkan sebaran
subyek gemuk dan tidak gemuk berdasarkan karakteristik individu dan keluarga
Tabel 11 Sebaran subyek gemuk dan tidak gemuk berdasarkan karakteristik individu dan
keluarga
No Karakteristik Gemuk Tidak gemuk Total
1 Umur (tahun) 39 12 24 12 28.0 13.9
2 Jenis kelamin
a. Laki-laki 161 (42.1) 417 (51.0) 578 (48.2)
b. Perempuan 221 (57.9) 401 (49.0) 622 (51.8)
Jumlah 382 (100.0) 818 (100.0) 1200 (100.0)
3 Besar keluarga (orang) 52 52 52
a. 2-4 183 (47.9) 366 (44.7) 548 (45.7)
b. 5-6 147 (38.5) 354 (43.3) 500 (41.6)
c. 7 52 (13.6) 98 (12.0) 152 (12.7)
Jumlah 382 (100.0) 818 (100.0) 1200 (100.0)
4 Pengeluaran minuman 92 080 108 920 77 960 73 873 82 019 85 624
(Rp/bulan)
a. 100 ribu 267 (70.0) 626 (76.5) 893 (74.4)
b. > 100 ribu 115 (30.0) 192 (23.5) 307 (25.6)
Jumlah 382 (100.0) 818 (100.0) 1200 (100.0)
5 Pengeluaran rumah
tangga (Rp/bulan)
a. <1 juta 71 (18.6) 220 (26.9) 291 (24.2)
b. 1 1.9 juta 137 (35.9) 369 (45.1) 506 (42.2)
c. 2 3.9 juta 131 (34.3) 195 (23.8) 326 (27.2)
d. 4 juta 43 (11.2) 34 (4.2) 77 (6.4)
Jumlah 382 (100.0) 818 (100.0) 1200 (100.0)
Rata-rata umur subyek gemuk (39 12 tahun) lebih tua dibandingkan
subyek tidak gemuk (24 12 tahun) (p<0.05). Hal ini karena semakin dewasa
semakin meningkat risiko kegemukan. Data Riskesdas (2010) juga
menunjukkan hal yang sama. Prevalensi kegemukan pada remaja adalah 7.4%
sedangkan prevalensi kegemukan pada dewasa adalah 11.7%. Sementara itu,
laki-laki yang memiliki status gizi gemuk (42.1%) berjumlah lebih sedikit
dibandingkan perempuan gemuk (57.9%) (p<0.05). Menurut Wahlqvist (1997)
dan Hamaideh et al (2010) umur dan jenis kelamin merupakan faktor yang
berpengaruh terhadap kegemukan. Perempuan lebih rentan mengalami
peningkatan simpanan lemak (Gibson 1990) dan perempuan cenderung bekerja
lebih ringan dibanding laki-laki (Janghorbani et al 2007).
Tidak terdapat perbedaaan rata-rata jumlah anggota keluarga antara
subyek gemuk dan tidak gemuk (p>0.05). Namun jumlah anggota keluarga
terkecil pada subyek gemuk (47.9%) lebih tinggi dibandingkan subyek tidak
gemuk (44.7%). Besar keluarga berhubungan dengan jumlah makanan yang
harus disediakan. Makin sedikit jumlah anggota keluarga, semakin mudah
terpenuhi kebutuhan makan seluruh anggota keluarga. Sebaliknya, apabila
jumlah anggota keluarga banyak dan pendapatan terbatas, maka makanan
yang tersedia tidak mencukupi (Prihartini 1996; Sanjur 1982).
Pengeluaran minuman pada subyek gemuk lebih tinggi dibandingkan
subyek tidak gemuk (p>0.05). Pengeluaran minuman paralel dengan
pendapatan per kapita seseorang. Semakin tinggi pendapatan akan semakin
berisiko terhadap kejadian kegemukan (Erem et al 2004). Persentase subyek
gemuk (11.2%) yang memiliki pengeluaran rumah tangga tertinggi lebih besar
dibandingkan subyek tidak gemuk (4.2%) (p<0.05). Pendapatan menentukan
daya beli terhadap pangan dan fasilitas lain, seperti pendidikan, perumahan,
kesehatan, dan lain-lain (Hardinsyah 1997).
Tabel 12 Sebaran subyek laki-laki dan perempuan berdasarkan karakteristik individu dan keluarga
No Karakteristik Laki-laki Perempuan
Gemuk Tidak gemuk Total Gemuk Tidak gemuk Total
1 Umur (thn) 38 13 24 12 27 14 40 12 23 12 29 14
2 Besarkeluarga 52 52 52 52 52 52
(orang)
a. 2-4 60 (37.3) 209 (50.1) 269 (46.5) 123 (55.7) 158 (39.4) 279 (44.8)
b. 5-6 78 (48.4) 159 (38.1) 243 (42.0) 69 (31.2) 181 (45.1) 257 (41.4)
c. 7 23 (14.3) 49 (11.8) 66 (11.5) 29 (13.1) 62 (15.5) 86 (13.8)
Jumlah 161 (100.0) 417 (100.0) 578 (100.0) 221(100.0) 401(100.0) 622 (100.0)
3 Pengeluaran 105 998 77 093 84 394 81 868 78 845 79 812
minuman 129 054 80 547 95 862 90 371 66 453 74 878
(Rp/bln)
a. 100 ribu 107 (66.5) 320 (76.7) 425 (73.5) 160 (72.4) 306 (76.3) 468 (75.2)
b. > 100 ribu 54 (33.5) 97 (23.3) 153 (26.5) 61 (27.6) 95 (23.7) 154 (24.8)
Jumlah 161 (100.0) 417 (100.0) 578 (100.0) 221(100.0) 401(100.0) 622 (100.0)
4 Pengeluaran
rumah tangga
(Rp/bln)
a. <1 juta 32 (19.9) 130 (31.2) 162 (28.0) 39 (17.6) 90 (22.4) 129 (20.7)
b. 1 1.9 juta 63 (39.1) 185 (44.4) 251 (43.4) 74 (33.5) 184 (45.9) 255 (41.0)
c. 2 3.9 juta 51 (31.7) 82 (19.7) 133 (23.0) 80 (36.2) 113 (28.2) 193 (31.0)
d. 4 juta 15 (9.3) 20 (4.7) 32 (5.5) 28 (12.7) 14 (3.5) 45 (7.3)
Jumlah 161 (100.0) 417 (100.0) 578 (100.0) 221(100.0) 401(100.0) 622 (100.0)

Perempuan gemuk memiliki umur yang lebih tua dibandingkan laki-laki


gemuk (p>0.05) (Tabel 12). Menurut Khomsan (2002), kejadian kegemukan
meningkat pada usia dewasa, mencapai puncaknya pada usia 40 pertengahan
dan awal 50 untuk pria serta akhir 50 dan awal 60 untuk wanita. Tidak terdapat
perbedaaan rata-rata jumlah anggota keluarga antara laki-laki dan perempuan
(p>0.05). Namun jumlah anggota keluarga terbanyak pada subyek laki-laki lebih
tinggi dibandingkan subyek perempuan. Pengeluaran minuman pada laki-laki
lebih tinggi dibandingkan perempuan (p<0.05). Persentase subyek perempuan
yang memiliki pengeluaran rumah tangga tertinggi lebih besar dibandingkan
subyek laki-laki (p<0.05). Pendapatan menentukan daya beli terhadap pangan
dan fasilitas lain, seperti pendidikan, perumahan, kesehatan, dan lain-lain
(Hardinsyah 1997).

Status Gizi
Status gizi berdasarkan IMT dibagi menjadi tiga kategori yaitu kurus,
normal, dan gemuk. Subyek yang memiliki status gizi kurus dan normal
digolongkan menjadi subyek tidak gemuk. Penentuan status gizi ini bertujuan
untuk mengetahui prevalensi subyek yang gemuk. Prevalensi subyek remaja
dan dewasa yang gemuk adalah 31.8%. Nilai IMT rata-rata untuk seluruh
subyek adalah 23.0 4.9 (kg/m 2). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar
subyek memiliki status gizi normal berdasarkan kategori status gizi berdasarkan
IMT (WHO 2007).
Perempuan dengan rata-rata IMT 23.5 5.2 (kg/m 2) memiliki prevalensi
kegemukan yang lebih tinggi (35.5%) dibandingkan laki-laki (27.9%) dengan
rata-rata IMT 22.5 4.6 (kg/m 2) (p<0.05) meskipun masih berada dalam kisaran
IMT normal. Janghorbani et al (2007) menyatakan bahwa tingginya prevalesi
kegemukan pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki karena adanya
perbedaan tingkat aktivitas fisik dan asupan energi pada laki-laki dan
perempuan. Tingkat aktivitas fisik pada laki-laki pada umumnya lebih tinggi
dibandingkan pada perempuan. Selain itu, asupan energi pada laki-laki juga
lebih tinggi dibandingkan pada perempuan. Jenis kelamin merupakan faktor
internal yang menentukan kebutuhan gizi sehingga terdapat hubungan antara
jenis kelamin dengan status gizi. Perempuan lebih rentan mengalami
peningkatan simpanan lemak (Gibson 1990).
Remaja laki-laki memiliki perilaku makan dalam porsi besar untuk
memenuhi kebutuhan energi dan protein mereka (Mann & Stewart 2007).
Asupan gula pada laki-laki dewasa ditemukan lebih tinggi dibandingkan pada
perempuan dewasa (Yabanci et al 2010). Perbandingan aktivitas fisik dan
konsumsi energi antara laki-laki dan perempuan akan dibahas selanjutnya
dalam analisis mengenai hal tersebut.
Nilai rata-rata IMT pada subyek gemuk dan tidak gemuk adalah 29.1 3.9
(kg/m ) dan 20.6 2.7 (kg/m2). Kegemukan dipengaruhi oleh beberapa faktor
2
yang bersifat kompleks. Menurut Wahlqvist (1997), konsumsi makanan dan
pengeluaran energi dapat mempengaruhi kegemukan secara langsung,
sedangkan umur, jenis kelamin, keturunan, stres, keadaan sosial-ekonomi, gaya
hidup, iklim, dan obat-obatan merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi
kegemukan secara tidak langsung.

120
100 100 100 100

80 72.1 64.5 68.2

Persentase (%)
Gemuk
60
Tidak gemuk
40 27.9 35.5 31.8
Total
20

Laki-laki Perempuan Total

Gambar 2 Sebaran subyek laki-laki dan perempuan berdasarkan status gizi


Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik merupakan salah satu bentuk penggunaan energi di dalam
tubuh. Keseimbangan energi antara energi yang dikonsumsi dengan energi
yang dikeluarkan pada akhirnya akan menentukan status gizi seseorang. Nilai
PAL rata-rata untuk seluruh subyek adalah 1.65 0.19. Hal ini menunjukkan
bahwa sebagian besar subyek (67.5%) memiliki tingkat aktivitas fisik ringan.
Angka ini tidak berbeda jauh dengan data Riskesdas (2007) yang menyebutkan
bahwa prevalensi nasional kurang aktivitas fisik pada penduduk yang berumur
lebih dari 10 Tahun adalah 48.2%. Sebagian besar subyek gemuk (PAL=1.60
0.16) (72.3%) dan tidak gemuk (PAL=1.67 0.19) (65.3%) memiliki tingkat
aktivitas fisik ringan. Akan tetapi, persentase subyek gemuk yang memiliki
tingkat aktivitas fisik berat lebih rendah (3.6%) dibandingkan subyek tidak
gemuk (5.5%) (p<0.05) (Tabel 13).
Alokasi waktu santai dan menonton TV pada subyek gemuk lebih tinggi
dibandingkan subyek tidak gemuk. Sebaliknya waktu olahraga dan melakukan
pekerjaan rumah tangga pada subyek gemuk lebih rendah dibandingkan subyek
tidak gemuk. Level aktivitas fisik yang rendah menjadi faktor penting dalam
penambahan berat badan. Hal ini terjadi karena perubahan gaya hidup, salah
satunya minimnya waktu yang dilakukan untuk melakukan aktivitas fisik (Mann
& Stewart 2007).
Tabel 13 Sebaran subyek gemuk dan tidak gemuk berdasarkan tingkat aktivitas fisik
No Aktivitas fisik Gemuk Tidak gemuk Total
n (%) n (%) n (%)
1 Ringan 276 (72.3) 534 (65.3) 810(67.5)
2 Sedang 92 (24.1) 239 (29.2) 331(27.6)
3 Berat 14 (3.6) 45 (5.5) 59(4.9)
Total 382 (100.0) 818 (100.0) 1200 (100.0)

Nilai rata-rata PAL untuk laki-laki dan perempuan adalah 1.69 0.21 dan
1.62 0.16 (p<0.05). Hal ini menunjukkan bahwa laki-laki memiliki tingkat
aktivitas fisik sedikit berat di atas aktivitas fisik perempuan, meskipun keduanya
tergolong tingkat aktivitas fisik ringan. Persentase laki-laki gemuk yang memiliki
tingkat aktivitas fisik berat lebih rendah (1.9%) dibandingkan perempuan gemuk
(4.9%). Sebaliknya, persentase laki-laki tidak gemuk yang memiliki tingkat
aktivitas fisik berat lebih rendah (9.5%) dibandingkan perempuan tidak gemuk
(1.3%) (Tabel 14). Janghorbani et al (2007) menyatakan bahwa tingginya
prevalensi kegemukan pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki karena
adanya perbedaan tingkat aktivitas.
Tabel 14 Sebaran subyek laki-laki dan perempuan berdasarkan tingkat aktivitas fisik
Aktivitas Laki-laki Perempuan
No Gemuk Tidak Total Gemuk Tidak Total
fisik gemuk gemuk
n (%) n (%) n (%) n (%) n (%) n (%)
1 Ringan 115 (71.4) 246 (58.3) 361(62.5) 161 (72.9) 288 (71.8) 449(72.2)
2 Sedang 43 (26.7) 131 (32.2) 174(30.1) 49 (22.2) 108 (26.9) 157(25.2)
3 Berat 3 (1.9) 40 (9.5) 43(7.4) 11 (4.9) 5 (1.3) 16(2.6)
Total 161 417 578 221 401 622
(100.0) (100.0) (100.0) (100.0) (100.0) (100.0)

Asupan Energi Minuman Berkalori


Pengelompokan minuman berkalori didasarkan pada definisi operasional yang
telah dipaparkan sebelumnya. Penelitian ini menemukan bahwa subyek gemuk
memiliki asupan energi minuman yang lebih rendah (395 360 kkal/hari)
dibandingkan subyek tidak gemuk (477 408 kkal/hari) (p<0.05). Pola yang sama
juga terlihat pada konsumsi energi yang berasal dari makanan. Rendahnya asupan
energi yang berasal dari makanan dan minuman pada subyek gemuk merupakan
bentuk kecenderungan dari subyek gemuk untuk mengurangi konsumsi pangannya.
Pengurangan terhadap konsumsi pangan yang dilakukan oleh subyek gemuk
merupakan salah satu cara untuk menurunkan berat badannya. Hasil perhitungan
kebutuhan energi memperlihatkan bahwa kebutuhan energi subyek gemuk lebih
rendah (2207 kkal) dibandingkan subyek
tidak gemuk (2596 kkal). Hal ini disebabkan oleh subyek gemuk membutuhkan
kebutuhan energi sesuai berat badan ideal agar terjadi penurunan berat badan
untuk mengembalikan status gizi menjadi normal.
Kontribusi energi minuman terhadap total konsumsi energi pada subyek
gemuk lebih rendah (21.0%) dibandingkan subyek tidak gemuk (24.2%) (Tabel 15).
Subyek tidak gemuk yang memiliki asupan energi minuman berkalori dalam jumlah
tinggi memiliki risiko untuk menjadi gemuk. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Gibney et al (2008) yang mengatakan bahwa konsumsi minuman dengan kadar gula
tinggi dalam jumlah yang melebihi batas normal memberikan asupan energi yang
tinggi pula yang pada akhirnya berpengaruh terhadap kenaikan berat badan. Lopez
et al (2010) mengatakan bahwa konsumsi minuman berkalori yang tinggi
berhubungan dengan peningkatan asupan energi. Hal ini terlihat dari data yang
menunjukkan bahwa subyek tidak memiliki total asupan energi yang lebih tinggi
gemuk (1973 879 kkal/hari) dibandingkan subyek gemuk (1881 700 kkal/hari)
(Tabel 15). Risiko subyek tidak gemuk menjadi gemuk belum terlihat dalam
penelitian ini dikarenakan tingkat kecukupan energi subyek tidak gemuk masih
rendah, yaitu 77.1% sehingga asupan energi dibutuhkan dalam jumlah yang lebih
tinggi untuk memenuhi kebutuhan energi.
Tabel 15 Kontribusi energi minuman berkalori terhadap total asupan energi pada subyek
gemuk dan tidak gemuk
No Kategori Gemuk Tidak gemuk Total
1 Total asupan energi (kkal) 1881 700 1973 879 2035 948
Makanan (kkal) 1414 591 1545 715 1510 685
Minuman (kkal) 395 360 477 408 439 394
2 Kebutuhan energi (kkal) 2207 437 2596 613 2615 872
3 Tingkat kecukupan energi (%) 79.8 77.1 84.3
4 Kontribusi energi minuman terhadap 21.0 24.2 25.8
total asupan energi (%)
Laki-laki memiliki asupan energi minuman yang lebih tinggi (471 420
kkal/hari) dibandingkan perempuan (409 367 kkal/hari) (p<0.05) (Tabel 16).
Pola yang sama juga terlihat pada asupan energi dari makanan. Laki-laki
memperoleh asupan energi dari makanan sebesar 1588 773 kkal/hari
sedangkan perempuan 1437 583 kkal/hari. Hasil perhitungan kebutuhan
energi memperlihatkan bahwa kebutuhan energi laki-laki lebih tinggi (2601 kkal)
dibandingkan perempuan (2242 kkal). Hal ini disebabkan oleh laki-laki memiliki
laju metabolisme basal dan aktivitas fisik yang lebih tinggi dibandingkan
perempuan sehingga energi yang dikeluarkan juga lebih tinggi pula. Kontribusi
energi minuman berkalori terhadap total konsumsi energi pada laki-laki lebih
tinggi dibandingkan perempuan dan keduanya melebihi 10%.
Tabel 16 Kontribusi energi minuman berkalori terhadap total asupan energi pada laki-laki dan
perempuan
Laki-laki Perempuan
No Kategori Gemuk Tidak Total Gemuk Tidak Total
gemuk gemuk
1 Total asupan energi 2025 2097 2181 1770 1849 1900
(kkal) 733 975 1075 653 752 790
Makanan (kkal) 1512 1611 1588 1339 1479 1437
641 813 773 539 595 583
Minuman (kkal) 444 458 471 358 497 409
373 439 420 348 372 367
2 Kebutuhan energi (kkal) 2310 2756 2601 2128 2437 2242
492 687 670 372 478 850
3 Tingkat kecukupan 75.4 75.2 83.9 83.9 79.6 84.7
energi (%)
4 Kontribusi energi
minuman terhadap total 21.9 21.8 27.2 20.2 26.9 24.3
asupan energi (%)

Konsumsi Minuman Berkalori


Jenis minuman selain air putih yang paling sering diminum oleh subyek
gemuk adalah jus/sari buah tanpa kemasan, teh tanpa kemasan, kopi tanpa
kemasan, aneka es buah/campur/kelapa, dan minuman berkarbonasi (Tabel
17). Sementara itu, jenis minuman selain air putih yang paling sering diminum
oleh subyek tidak gemuk adalah susu kemasan, jus/dari buah tanpa kemasan,
teh tanpa kemasan, aneka es buah/campur/kelapa, dan kopi tanpa kemasan.
Daftar jumlah subyek gemuk dan tidak gemuk yang mengkonsumsi minuman
berkalori berdasarkan merk tersaji dalam Lampiran 4.
Tabel 17 Sebaran subyek gemuk dan tidak gemuk berdasarkan kebiasaan minum
minuman berkalori
No Jenis Minuman Berkalori Gemuk Tidak gemuk Total
n (%) n (%) n (%)
1 Jus/sari buah tanpa kemasan 170 (49.3) 337 (39.4) 507 (42.3)
2 Sari buah kemasan 73 (21.2) 229 (26.8) 302 (25.2)
3 Aneka es buah/campur/kelapa 95 (27.5) 321 (37.5) 416 (34.7)
4 Minuman serbuk 69 (20.0) 311 (36.4) 380 (31.7)
5 Minuman jelly 20 (5.8) 159 (18.6) 179 (14.9)
6 Susu tanpa kemasan 46 (13.4) 104 (12.2) 151 (12.6)
7 Susu kedele 8 (2.1) 5 (0.6) 13 (1.1)
8 Susu kemasan 108 (0.3) 400 (48.9) 508 (42.3)
9 Yoghurt kemasan 42 (0.1) 89 (0.1) 131 (10.9)
10 Teh tanpa kemasan 135 (35.3) 319 (39.0) 454 (37.8)
11 Kopi tanpa kemasan 105 (27.5) 297 (36.3) 402 (33.5)
12 Teh dalam kemasan 71 (18.6) 187 (22.9) 258 (21.5)
13 Kopi dalam kemasan 57 (14.9) 147 (18.0) 204 (17)
14 Minuman berkarbonasi 86 (24.9) 275 (32.2) 361 (30.1)
15 Sirup 38 (11.0) 148 (17.3) 186 (15.5)
16 Minuman berelektrolit 39 (11.3) 76 (8.9) 115 (9.6)
17 Minuman lainnya 59 (15.4) 100 (12.2) 159 (13.3)
Jenis minuman selain air putih yang paling sering diminum laki-laki adalah
jus/sari buah tanpa kemasan, susu kemasan, teh tanpa kemasan, aneka es
buah/campur/kelapa, dan minuman serbuk (Tabel 18). Sementara itu, jenis
minuman selain air putih yang paling sering diminum oleh perempuan adalah
susu kemasan, kopi tanpa kemasan, jus/sari buah tanpa kemasan, dan teh
tanpa kemasan. Daftar jumlah subyek laki-laki dan perempuan yang
mengkonsumsi minuman berkalori berdasarkan merk tersaji dalam Lampiran 5.
Tabel 18 Sebaran subyek laki-laki dan perempuan berdasarkan kebiasaan minum
minuman berkalori
Laki-laki Perempuan
No Jenis Minuman Berkalori Gemuk Tidak Total Gemuk Tidak Total
gemuk gemuk
n (%) n (%) n (%) n (%) n (%) n (%)
1 Jus/sari buah tanpa kemasan 67 152 219 103 185 288
(45.9) (35.2) (37.9) (51.8) (43.7) (46.3)
2 Sari buah kemasan 27 105 132 46 124 170
(18.5) (24.3) (22.8) (23.1) (29.3) (27.3)
3 Aneka es buah/campur/kelapa 42 151 193 53 170 223
(28.8) (35.0) (33.4) (26.6) (40.2) (35.9)
4 Minuman serbuk 31 160 191 38 151 189
(21.2) (37.0) (33.0) (19.1) (35.7) (30.4)
5 Minuman jelly 9 72 81 11 87 98
(6.2) (16.7) (14.0) (5.5) (20.6) (15.8)
6 Susu tanpa kemasan 19 49 68 27 55 83
(13.0) (11.3) (11.8) (14.1) (13.0) (13.3)
7 Susu kedele 2 (1.2) 1 (0.2) 3 (0.5) 6 (2.7) 4 (1.0) 10 (1.6)
8 Susu kemasan 48 160 208 60 240 300
(29.8) (38.4) (36.0) (27.1) (59.9) (48.2)
9 Yoghurt kemasan 15 39 54 27 50 77
(9.3) (9.4) (9.3) (12.2) (12.5) (12.4)
10 Teh tanpa kemasan 60 140 200 75 179 254
(37.3) (33.6) (34.6) (33.9) (44.6) (40.8)
11 Kopi tanpa kemasan 66 39 105 137 160 297
(41.0) (9.4) (18.2) (62.0) (40.0) (47.7)
12 Teh dalam kemasan 31 107 138 40 80 120
(19.3) (25.7) (23.9) (18.1) (20.0) (19.3)
13 Kopi dalam kemasan 27 117 144 30 30 147
(16.8) (28.1) (24.9) (13.6) (7.5) (23.6)
14 Minuman berkarbonasi 34 144 178 52 131 183
(23.3) (33.3) (30.8) (26.1) (31.0) (29.4)
15 Sirup 16 64 80 22 84 106
(11.0) (14.8) (13.8) (11.1) (19.9) (17.0)
16 Minuman berelektrolit 20 41 61 19 35 54
(13.7) (9.5) (10.6) (9.5) (8.3) (8.7)
17 Minuman lainnya 26 47 73 33 53 86
(16.1) (11.3) (12.6) (14.9) (13.2) (13.8)

Lima jenis minuman yang yang paling sering diminum oleh subyek adalah
jus/sari buah tanpa kemasan, susu kemasan, teh tanpa kemasan, aneka es
buah/campur/kelapa, dan kopi tanpa kemasan. Tabel 19 memperlihatkan jumlah
konsumsi minuman berkalori (ml) pada subyek gemuk, tidak gemuk, laki-laki, dan
perempuan dalam sehari. Subyek gemuk memiliki konsumsi minuman berkalori
yang lebih rendah (635 mL) dibandingkan subyek tidak gemuk (660 mL). Hal ini
sesuai dengan data pada tabel 15 yang menyebutkan bahwa asupan energi
minuman berkalori pada subyek gemuk (395 kkal) lebih rendah dibandingkan
subyek tidak gemuk (477 kkal). Subyek gemuk berusaha menurunkan berat
badan dengan cara mengurangi konsumsi pangan, termasuk minuman.
Minuman berkalori yang paling banyak dikonsumsi oleh subyek gemuk adalah
minuman lainnya (77 mL) sedangkan pada subyek tidak gemuk adalah jus/sari
buah tanpa kemasan (83 mL).
Tabel 19 Jumlah konsumsi minuman berkalori (mL/hari)

No Jenis Minuman Berkalori Gemuk Tidak gemuk Laki-laki Perempuan


(mL) (mL) (mL) (mL)
1 Jus/sari buah tanpa kemasan 73 50 83 49 79 39 77 67
2 Sari buah kemasan 40 32 52 80 88 82 75 80
3 Aneka es buah/campur/kelapa 25 16 14 8 30 28 38 23
4 Minuman serbuk 18 29 55 18 61 22 44 92
5 Minuman jelly 10 8 30 48 49 65 69 414
6 Susu tanpa kemasan 40 25 251 9 60 18 71 56
7 Susu kedele 54 47 43 29 27 16 35 23
8 Susu kemasan 30 25 60 16 50 52 63 26
9 Yoghurt kemasan 17 8 27 18 25 23 36 17
10 Teh tanpa kemasan 66 39 50 36 66 57 26 18
11 Kopi tanpa kemasan 54 30 25 17 29 17 17 9
12 Teh dalam kemasan 19 8 20 13 38 29 49 30
13 Kopi dalam kemasan 10 7 15 7 18 12 15 7
14 Minuman berkarbonasi 20 15 27 34 56 81 47 25
15 Sirup 36 20 49 36 94 43 36 34
16 Minuman berelektrolit 46 21 60 37 84 88 25 21
17 Minuman lainnya 77 65 25 5 28 15 60 49
Jumlah 635 359 660 178 882 510 783 397

Perbandingan jumlah konsumsi minuman berkalori pada subyek laki-laki


dan perempuan juga memperlihatkan pola yang sama dengan jumlah asupan
energi minuman berkalori pada keduanya. Laki-laki memiliki konsumsi minuman
berkalori yang lebih tinggi (882 mL) dibandingkan perempuan (783 mL). Hal ini
sesuai dengan data pada tabel 15 yang menyebutkan bahwa asupan energi
pada laki-laki (471 kkal) lebih tinggi dibandingkan perempuan (409 kkal). Laki-
laki membutuhkan kebutuhan cairan dan energi yang lebih tinggi dibandingkan
perempuan. Minuman berkalori yang paling banyak dikonsumsi oleh subyek
laki-laki adalah sirup (94 mL) sedangkan pada perempuan adalah jus/sari buah
tanpa kemasan (77 mL).
Jenis minuman berkalori yang memberikan kontribusi energi tertinggi
terhadap total asupan energi pada subyek gemuk adalah teh tanpa kemasan,
kopi tanpa kemasan, jus/sari buah tanpa kemasan, susu kemasan, dan yoghurt
kemasan. Sementara itu, pada subyek tidak gemuk adalah teh tanpa kemasan,
susu kemasan, kopi tanpa kemasan, jus/sari buah tanpa kemasan, dan yoghurt
kemasan (Tabel 20). Teh tanpa kemasan memberikan sumbangan energi
tertinggi karena mengandung gula pasir yang ditambahkan dalam proses
pembuatannya. Barquera et al (2008) menemukan bahwa sumbangan energi
dari minuman berkalori pada remaja dan dewasa Meksiko (2006) berasal dari
soft drink, minuman buah segar yang ditambahkan gula, susu tinggi lemak, kopi
dan teh, jus yang ditambahkan gula, alkohol, dan minuman lain. Kelompok usia
19-29 tahun memiliki asupan energi dari minuman berkalori yang lebih tinggi,
yaitu 457 kkal, dibandingkan kelompok usia yang lain. Sebanyak 117 kkal
diantaranya diperoleh dari energi teh dan kopi yang dikonsumsi.
Tabel 20 Kontribusi energi minuman berkalori pada subyek gemuk dan tidak gemuk
No Jenis Minuman Berkalori Gemuk Tidak gemuk Total
(kkal) (kkal) (kkal)
1 Jus/sari buah tanpa kemasan 40 23 28 15 31 17
2 Sari buah kemasan 12 6 15 12 19 5
3 Aneka es buah/campur/kelapa 16 13 27 14 31 14
4 Minuman serbuk 15 8 15 9 14 8
5 Minuman jelly 1 4 3 2 4 6
6 Susu tanpa kemasan 10 5 10 7 8 6
7 Susu kedele 7 5 8 2 9 5
8 Susu kemasan 40 39 80 69 60 54
9 Yoghurt kemasan 27 15 28 10 36 25
10 Teh tanpa kemasan 80 39 120 65 100 68
11 Kopi tanpa kemasan 68 55 56 30 86 54
12 Teh dalam kemasan 20 19 25 8 30 45
13 Kopi dalam kemasan 22 15 14 10 26 10
14 Minuman berkarbonasi 13 7 20 16 20 8
15 Sirup 10 5 11 8 14 12
16 Minuman berelektrolit 4 1 3 6 11 8
17 Minuman lainnya 10 8 13 12 5 4
Total konsumsi 395 360 477 408 439 394

Laki-laki gemuk mendapatkan kontribusi energi minuman berkalori


tertinggi yang berasal dari kopi tanpa kemasan (96 kkal), teh tanpa kemasan
(80 kkal), susu kemasan (40 kkal), kopi dalam kemasan (39 kkal), dan jus/sari
buah tanpa kemasan. Sementara itu, perempuan gemuk mendapatkan
kontribusi energi minuman berkalori tertinggi yang berasal dari kopi tanpa
kemasan (67 kkal), teh tanpa kemasan (60 kkal), jus/sari buah tanpa kemasan
(42 kkal), susu kemasan (40 kkal), dan yoghurt kemasan (27 kkal) (Tabel 21).
Laki-laki memperoleh kontribusi energi minuman berkalori tertinggi yang
berasal dari kopi tanpa kemasan (121 kkal), sedangkan perempuan dari teh tanpa
kemasan (120 kkal). Tabel 19 menunjukkan bahwa konsumsi kopi tanpa kemasan
pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan. Sebaliknya, konsumsi teh tanpa
kemasan pada perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki.
Tabel 21 Kontribusi energi minuman berkalori pada subyek laki-laki dan perempuan

Laki-laki Perempuan
No Jenis Minuman Berkalori Gemuk Tidak Total Gemuk Tidak Total
gemuk gemuk
(kkal) (kkal) (kkal) (kkal) (kkal) (kkal)
1 Jus/sari buah tanpa kemasan 36 13 26 15 34 16 42 39 30 12 28 22
2 Sari buah kemasan 12 9 15 9 20 18 13 11 16 14 16 12
3 Aneka es buah/campur/kelapa 19 5 26 23 30 12 13 9 28 23 25 23
4 Minuman serbuk 16 12 17 12 19 13 14 6 13 14 13 11
5 Minuman jelly 1 3 43 52 12 21 31
6 Susu tanpa kemasan 12 8 9 3 15 7 8 2 10 9 9 12
7 Susu kedele 86 96 52 64 86 8 4
8 Susu kemasan 40 35 100 67 50 11 40 29 80 67 70 61
9 Yoghurt kemasan 26 16 12 8 55 46 27 16 35 16 23 15
10 Teh tanpa kemasan 80 57 75 71 80 17 60 46 133 78 120 117
11 Kopi tanpa kemasan 96 56 85 76 121 89 67 57 63 57 53 42
12 Teh dalam kemasan 20 14 20 14 20 14 18 15 29 24 20 38
13 Kopi dalam kemasan 39 16 19 16 25 16 12 7 11 6 22 16
14 Minuman berkarbonasi 12 8 23 17 30 18 14 8 18 12 18 12
15 Sirup 11 8 12 9 16 14 9 5 9 8 11 5
16 Minuman berelektrolit 4 3 2 1 4 2 4 3 4 1 41
17 Minuman lainnya 12 8 53 84 96 21 17 31
Total konsumsi 444 373 458 439 471 420 358 348 497 372 409 367

Sumbangan energi dari minuman berkalori yang dibuat sendiri di rumah


berasal dari konsumsi gula pasir yang ditambahkan ke dalam minuman tersebut.
Terdapat tiga jenis minuman tanpa kemasan/dibuat di rumah yang dalam proses
pembuatannya ditambahkan gula pasir, yaitu : jus/sari buah, susu, teh, dan kopi.
Teh dan kopi tanpa kemasan memberikan sumbangan energi tertinggi terhadap
konsumsi energi minuman berkalori dibandingkan golongan minuman berkalori
lainnya. Perbandingan jumlah laki-laki dan perempuan yang mengkonsumsi gula
pasir terhadap jumlah total laki-laki dan perempuan serta rata-rata konsumsi gula
pasir dari seluruh subyek tersaji dalam Lampiran 6.
Laki-laki gemuk yang mengkonsumsi gula pasir yang ditambahkan ke
dalam jus lebih sedikit (26.1%) dibandingkan laki-laki tidak gemuk (73.9%) .
Konsumsi gula pada laki-laki gemuk lebih tinggi (7.8 4.9 g) dibandingkan laki-laki
tidak gemuk (5.8 5.9 g). Perempuan gemuk yang mengkonsumsi gula pasir yang
ditambahkan ke dalam jus lebih sedikit (23.3%) dibandingkan perempuan tidak
gemuk (76.7%). Konsumsi gula pada perempuan gemuk lebih tinggi (9.8 7.6 g)
dibandingkan perempuan tidak gemuk (6.7 1.5 g) (Tabel 22) .
Laki-laki gemuk yang mengkonsumsi gula pasir yang ditambahkan ke
dalam susu lebih sedikit (11.9%) dibandingkan laki-laki tidak gemuk (88.1%) .
Konsumsi gula pada laki-laki gemuk lebih rendah (7.3 3.0 g) dibandingkan laki-laki
tidak gemuk (9.0 3.0 g). Perempuan gemuk yang mengkonsumsi gula pasir yang
ditambahkan ke dalam susu lebih sedikit (23.4%) dibandingkan perempuan tidak
gemuk (76.6%). Konsumsi gula pada perempuan gemuk lebih rendah (10.0
4.3 g) dibandingkan perempuan tidak gemuk (11.2 10.1 g).
Laki-laki gemuk yang mengkonsumsi gula pasir yang ditambahkan ke
dalam teh lebih sedikit (21.4%) dibandingkan laki-laki tidak gemuk (78.6%) .
Konsumsi gula pada laki-laki gemuk lebih tinggi (14.1 3.7 g) dibandingkan laki-laki
tidak gemuk (11.6 6.3 g). Perempuan gemuk yang mengkonsumsi gula pasir yang
ditambahkan ke dalam teh lebih sedikit (16.7%) dibandingkan perempuan tidak
gemuk (83.3%). Konsumsi gula pada perempuan gemuk lebih tinggi (13.3 4.8 g)
dibandingkan perempuan tidak gemuk (12.4 7.7 g).
Laki-laki gemuk yang mengkonsumsi gula pasir yang ditambahkan ke
dalam kopi lebih sedikit (34.7%) dibandingkan laki-laki tidak gemuk (65.3%) .
Konsumsi gula pada laki-laki gemuk lebih rendah (13.0 7.1 g) dibandingkan laki-
laki tidak gemuk (13.6 5.5 g). Perempuan gemuk yang mengkonsumsi gula pasir
yang ditambahkan ke dalam kopi lebih sedikit (45.2%) dibandingkan perempuan
tidak gemuk (54.8%). Konsumsi gula pada perempuan gemuk lebih tinggi (9.6 4.5
g) dibandingkan perempuan tidak gemuk (9.1 5.4 g).
Secara keseluruhan, jumlah gula yang ditambahkan ke dalam minuman
pada subyek gemuk lebih tinggi dibandingkan subyek tidak gemuk. Jumlah gula
yang ditambahkan ke dalam minuman pada laki-laki juga lebih rendah
dibandingkan perempuan. Hal ini tidak sesuai dengan Yabanci et al (2010) yang
menyebutkan bahwa konsumsi gula pada laki-laki ditemukan lebih tinggi
dibandingkan pada perempuan. Hasil uji t memperlihatkan bahwa terdapat
perbedaan yang nyata (p<0.05) antara konsumsi gula pada subyek gemuk dan
tidak gemuk. Namun sebaliknya pada subyek laki-laki dan perempuan (p>0.05).
Konsumsi gula memberikan sumbangan terhadap pemenuhan kebutuhan
energi seseorang. Konsumsi gula yang terdapat dalam jus, susu, teh, dan kopi
memberikan sumbangan energi sebesar 187 kkal pada subyek gemuk. Angka
ini lebih tinggi dibandingkan jumlah energi yang diperoleh subyek tidak gemuk,
yaitu 167 kkal. Sementara itu, asupan energi yang diperoleh dari konsumsi gula
pada laki-laki dan perempuan tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata.
Laki-laki memperoleh asupan energi sebesar 179 kkal sedangkan perempuan
memperoleh 178 kkal.
Tabel 22 Konsumsi gula pada laki-laki dan perempuan
Jenis Laki-laki Perempuan Total
Minuman Gemuk Tidak Total Gemuk Tidak Total Gemuk Tidak Total
gemuk gemuk gemuk
Jus
n (%) 6 (26.1) 17(73.9) 23(100.0) 7(23.3) 23(76.7) 30(100.0) 13(24.5) 40(75.5) 53(100.0)
Jml (g) 7.8 4.9 5.8 5.9 6.8 5.8 9.87.6 6.7 1.5 5.7 10.1 9.6 7.2 10.59.2 9.5 8.9
E (kkal) 33 23 24 13 28 16 40 34 28 18 24 19 38 34 25 23 27 35
Susu
n (%) 7 (11.9) 52(88.1) 59(100.0) 15(23.4) 49(76.6) 64(100.0) 22(17.9) 101(82.1) 123(100.0)
Jml (g) 7.3 3.0 9.0 3.0 9.0 3.0 10.04.3 11.210.1 10.9 9.1 9.1 4.1 10.0 7.5 9.8 7.0
E (kkal) 30 24 38 24 36 29 42 36 47 27 45 38 38 27 40 27 39 24
Teh
n (%) 46(21.4) 169(78.6) 215(100.0) 59(16.7) 294(83.3) 353(100.0) 105(18.5) 463(81.5) 568(100.0)
Jml (g) 14.13.7 11.6 6.3 12.1 8.9 13.34.8 12.4 7.7 12.3 5.2 13.6 6.7 12.5 7.8 14.1 6.9
E (kkal) 59 43 48 34 50 35 55 49 52 39 51 47 57 39 52 37 59 29
Kopi
n (%) 25(34.7) 47 (65.3) 72 (100.0) 14 (45.2) 17 (54.8) 31 (100.0) 39 (37.9) 64 (62.1) 103 100.0)
Jml (g) 13.07.1 13.6 5.5 13.9 6.0 9.6 4.5 9.1 5.4 9.5 2.6 11.5 3.0 11.8 5.4 8.2 5.3
E (kkal) 54 43 57 29 58 38 40 23 38 36 40 39 48 29 49 39 34 27
Total
Jml (g) 50.223.9 46.034.9 47.8 34.8 55.949.8 50.146.7 51.4 45.8 53.826.9 49.329.7 48.2 36.9
E (kkal) 189 120 172 157 179 130 193 187 189 4.9 178 167 187 134 167 135 196 145

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi


Hasil uji statistik korelasi Pearson menunjukkan bahwa aktivitas fisik
memiliki hubungan yang nyata dan negatif dengan status gizi pada laki-laki dan
perempuan (p<0.05 dan r=-0.160) (Lampiran 19). Menurut Thomas (2003),
berkurangnya aktivitas fisik akibat dari kehidupan yang makin modern dengan
kemajuan teknologi mutakhir akan menimbulkan kegemukan.
Hasil uji statistik korelasi Pearson menunjukkan tidak terdapat hubungan
yang nyata antara konsumsi minuman berkalori dengan status gizi pada laki-laki
dan perempuan (p>0.05 dan r=-0.036) (Lampiran 20). Hal ini disebabkan oleh
tingkat konsumsi energi subyek yang pada umumnya masih rendah (84.3%).
Lopez et al (2010) mengatakan bahwa konsumsi minuman berkalori yang tinggi
berhubungan dengan peningkatan asupan energi. Oleh karena itu, dapat
dipahami bahwa asupan energi minuman berkalori pada subyek masih
digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi sehingga belum tampak
pengaruh kegemukan di dalamnya. Alasan lain yang menyebabkan tidak
terdapat hubungan antara konsumsi minuman berkalori dengan status gizi
adalah kelemahan disain penelitian yaitu cross sectional study.
Uji regresi logistik digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi status gizi. Variabel dependen yang dianalisa adalah status gizi
yang dihitung berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT), sedangkan variabel
independen adalah kelompok umur (remaja/dewasa), jenis kelamin, aktivitas
fisik, asupan energi minuman berkalori, dan tingkat kecukupan energi. Hasil uji
regresi logistik pada laki-laki dan perempuan menunjukkan bahwa variabel yang
berpengaruh terhadap status gizi adalah umur, jenis kelamin, aktivitas fisik dan
tingkat kecukupan energi. Berikut merupakan penyajian hasil uji regresi logistik
terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi
Tabel 23 Hasil uji regresi logistik faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi (tidak
gemuk=0, gemuk=1) pada laki-laki dan perempuan
Faktor Risiko Kategori B Sig. OR 95.0% CI for
Exp(B) Exp(B)
X1 = Umur 0=remaja -2.016 .000* .133 0.10-0.18
1=dewasa
X2 = Jenis kelamin 0=laki-laki -.382 .006* .683 0.52-0.90
1= perempuan
X3 = Aktivitas fisik 0=PAL1.69 -.250 .099* .779 0.58-1.05
1=PAL>1.69
X4 = Asupan energi 0=E200 kkal -.052 .727 .950 0.67-1.23
minuman berkalori 0=E>200 kkal
X5 = Tingkat kecukupan 0=TKE120% .490 .012* 1.632 1.11-2.34
energi (TKE) 1=TKE>120%
Konstanta -.010 .964 .990
*Taraf signifikansi p<0.1
Variabel umur (X1), jenis kelamin (X2), aktivitas fisik (X3), dan tingkat

kecukupan energi (X5) memiliki risiko 0.1, 0.7, 0.8 dan 1.6 kali dalam
meningkatkan nilai IMT (Lampiran 20). Penelitian yang dilakukan oleh McCarthy
et al (2006) mengungkapkan bahwa umur dan jenis kelamin memiliki risiko 1.02
dan 0.49 kali dalam menyebabkan kegemukan. Indeks Massa Tubuh
dipengaruhi oleh jumlah makanan yang dikonsumsi. Semakin banyak jumlah
makanan yang dikonsumsi maka semakin tinggi pula tingkat kecukupan energi.
Li (2010) mengatakan bahwa bahwa gaya hidup berupa aktivitas fisik yang
cukup dapat mengubah predisposisi genetik dari kegemukan. Aktivitas fisik yang
dilakukan secara teratur berhubungan dengan penurunan predisposisi genetik
dari kegemukan sebanyak 40%.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Prevalensi subyek remaja dan dewasa gemuk adalah 31.8%. Subyek
perempuan memiliki prevalensi kegemukan yang lebih tinggi (35.5%)
dibandingkan subyek laki-laki (27.9%). Laki-laki memiliki tingkat aktivitas fisik
berat yang lebih tinggi (7.4%) dibandingkan perempuan (2.6%). Tingkat aktivitas
fisik berat (PAL tinggi) subyek gemuk lebih rendah (3.6%) dibandingkan subyek
tidak gemuk (5.5%). Laki-laki memiliki konsumsi energi minuman berkalori yang
lebih tinggi (471 kkal) dibandingkan perempuan (409 kkal). Sementara itu,
subyek gemuk memiliki asupan energi minuman yang lebih rendah (395 kkal)
dibandingkan subyek tidak gemuk (477 kkal). Kontribusi energi minuman
berkalori terhadap total konsumsi energi pada subyek gemuk dan tidak gemuk
melebihi 10%.
Jenis minuman berkalori yang memberikan kontribusi energi tertinggi
terhadap total asupan energi pada subyek gemuk adalah teh tanpa kemasan,
kopi tanpa kemasan, jus/sari buah tanpa kemasan, susu kemasan, dan yoghurt
kemasan. Sementara itu, pada subyek tidak gemuk adalah teh tanpa kemasan,
susu kemasan, kopi tanpa kemasan, jus/sari buah tanpa kemasan, dan yoghurt
kemasan.
Aktivitas fisik memiliki hubungan yang nyata dan negatif dengan status gizi
pada laki-laki dan perempuana sedangkan konsumsi minuman berkalori tidak
memiliki hubungan yang nyata. Hal ini disebabkan oleh tingkat konsumsi energi
subyek yang pada umumnya masih rendah (84.3%) dan kelemahan disain
cross sectional study. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap status gizi
gemuk dan tidak gemuk adalah umur, jenis kelamin, aktivitas fisik, dan tingkat
konsumsi energi.

Saran
Perlu dikembangkan program peningkatan aktivitas fisik yang lebih menarik
untuk mengurangi risiko kegemukan baik berbasis sekolah maupun masyarakat.
Pemilihan pangan dan pengaturan konsumsi energi yang cukup oleh konsumen
juga dapat menjadi cara mengurangi risiko kegemukan. Penelitian
menggunakan disain cross sectional study mempunyai kelemahan. Oleh karena
itu diperlukan penelitian lebih lanjut dengan disain yang lebih kokoh, seperti
studi kohort longitudinal atau eksperimen untuk mengkaji lebih lanjut hubungan
konsumsi minuman berkalori dengan kegemukan di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

[Anonim]. 2011. What is lifestyle? Definition and meaning.


http://www.businessdictionary.com/definition/lifestyle.html [16 Agustus 2011]

Balitbangkes. 2007. Riset Kesehatan Dasar (riskesdas) 2007. Balitbankes.


Jakarta.

Balitbangkes. 2010. Riset Kesehatan Dasar (riskesdas) 2010. Balitbankes.


Jakarta.

Barquera S et al. 2008. Energy Intake from Beverages is Increasing among


Mexican Adolescents and Adults. J. Nutr. 138: 24542461.

Bleich SN, Wang YC, Wang Y, and Gortmaker SL. 2009. Increasing
consumption of sugar-sweetened beverages among US adults: 1988-1994
to 1999-2004. J Clin Nutr. 89:372-81.

Boyle SE, Jones GL, Walters SJ. 2010. Physical activity. weight status and diet
in adolescents: are children meeting the guidelines? / Health 2:1142-1149.

[BPOM] Badan Pemeriksa Obat dan Makanan. 2006. Surat Keputusan Kepala
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor :
Hk.00.05.52.4040 Tanggal : 9 Oktober 2006.
http://www.pom.go.id/public/hukum_perundangan/default.asp [4 April 2011]

Collison KS, Zaidi MZ, Subhani SN, Al-rubeaan K, Shoukri M, dan Al-Mohanna
FA. 2010. Sugar-sweetened carbonated beverage consumption correlates
with BMI. waist corcumference. and poor dietary choices in school children.
BMC Public Health. 9; 10: 234.

Creber RM, Smeeth L, Gilman. RH, dan Miranda JJ. Physical activity and
cardiovascular risk factors among rural and urban groups and rural-to-urban
migrants in Peru: a cross-sectional study. Rev Panam Salud Publica 28(1).
2010.

Dehghan M, Akhtar-Danesh N, dan Merchant AT. Childhood obesity. prevalence.


and prevention. Nutr J. 2005. Sep 2; 4: 24.

DiMeglio DP and Mattes RD. 2000. Liquid versus solid carbohydrate: effects on
food intake and body weight. Int J Obes Relat Metab Disord. 24: 794-800.

Erem C et al. 2004. Prevalence of obesity and associated risk factors in a


Turkish population (Trabzon City. Turkey). Obesity. 12:1117-1127.

FAO and WHO (2010). Food Categories.


http://www.codexalimentarius.net [4 April 2011].

Gibson RS. 1990. Principle of Nutritional Assessment. Oxford University Press.

Gibney MJ, Barrie M. Margetts, John M. Kearney, and Lenore Arab. 2008. The
Nutrition Society Textbook Series: Public Health Nutrition. USA: Blackwell
Publishing.
Hamaideh SH, Al-Khateeb RY, and Al-Rawashdeh AB. 2010. Overweight and
Obesity and their correlates among Jordanian adolescents. Journal of
Nursing Scholarship. 42:4. 387394.

Hardinsyah. 1997. Ekonomi Gizi. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya


Keluarga. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

___________, Hartoyo, dan Anna SM. 2001. Pengembangan Ilmu Gizi dengan
Pendekatan Sosial dan Teknologi. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan
Sumber Daya Keluarga. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

___________, Sriardiningsih, Razaktaha, Briawan D, Effendi YH, Aries M,


Lestari KS, Nindya TS, Hidri N, dan Fatimah S. 2010. Kebiasaan Minum
dan Status Hidrasi pada Remaja dan Dewasa di Dua Wilayah Ekologi
Berbeda. Tim THIRST (The Indonesian Regional Hydration Study). FEMA
IPB. FKM UNAIR dan FKM UNHAS.

Hellert WS. Kersting M. 2004. Home-made carbonated water and the


consumption of water and other beverages in German children and
adolescents: result of the DONALD study. Acta paediatr 93: 1583-1587.

Hurlock EB. 2004. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.

Hu FB dan Malik VS. 2010. Sugar-Sweetened Beverages and Risk of Obesity


and Type 2 Diabetes : Epidemiologic Evidence. Physiology & Behavior 100;
4754.

Janghorbani M et al. 2007. First nationwide survey of prevalence of overweight.


underweight. and abdominal obesity in Iranian adults. Obesity. 15:2797-
2808.

James WP. 2008. The epidemiology of obesity: the size of the problem. J Intern
Med 263; 336-352.

Khomsan A. 2002. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Bogor: Jurusan Gizi
Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga. Fakultas Pertanian. Institut
Pertanian Bogor.

__________ & Sulaeman A. 1996. Gizi dan Kesehatan dalam Pembangunan


Pertanian. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga
(GMSK) Fakultas Pertanian IPB.

Li S et al. 2010. Physical activity attenuates the genetic predisposition to obesity


in 20.000 men and women from epic-norfolk prospective population study.
PLoS Med 7(8): e1000332. doi:10.1371/journal.pmed.1000332

Lopez GW. Kao J. and Ritchie L. 2010. To what extent have sweetened
beverages contributed to the obesity epidemic? Public Health Nutrition:
page 1 of 11.

Mann J and Stewart A.T. 2007. Essential of Human Nutrition Third Edition. USA:
Oxford University Press inc.
Manz F and Wentz A. 2005. The importance of good hydration for the prevention
of chronic diseases. International Life Sciences Institute doi:
10.1301/nr.jun.S2S5.

McCarthy SN et al. 2006. Associations between daily food intake and excess
adiposity in Irish adults: towards the development of food-based dietary
guidelines for reducing the prevalence of overweight and obesity.
International Journal of Obesity (2006) 30, 9931002.

Ottevaere C et al. Relationship between self-reported dietary intake and


physical activity levels among adolescents: The HELENA study.
International Journal of Behavioral Nutrition and Physical Activity 2011; 8:8

Pennington N and Baker C. 1990. Sugar : A Users Guide to Sucrose. New york:
Van Nostrand Reinhold.

Popkin BM et al. An overview on the nutrition transition and its health


implications: the Bellagio meeting. Public Health Nutr. 2002; 5: 93-103.

Prihartini S, E Saraswati, Syafrudin, I Sumarno. 1996. Karakteristik rumah


tangga rawan pangan untuk pemantauan konsumsi dalam pwskpg di dua
Desa IDT di kabupaten Boyolali [Laporan Ilmiah]. Penelitian Gizi dan
Makanan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi Bogor.

Proper KI, E.Cerin, WJ. Brown, N.Owen. 2006. Sitting time and social economic
differences in overweight and obesity. International Jourmal of Obesity (31)
hal. 169-176.

Riccardi G, Aggett P, Brighenti F, Delzenne N, Frayn K, dan Nieuwenhuizen A.


et al. PASSCLAIMbody weight regulation. insulin sensitivity and diabetes
risk. Eur J Nutr 2004; 43 (Suppl2): II7-II46.

Rissanen TH et al. 2003. Low intake of fruits. berries and vegetables is


associated with excess mortality in men: the Kuopio ischaemic heart
disease risk factor (KIHD) study. J Nutr. 133: 199-204.

Sanjur D. 1982. Social and Culture Perspective in Nutrition. New York: Prentice
Hall.

Schulze MB, Manson JE, Ludwig DS, Colditz GA, Stampfer MJ, dan Willet WC.
et al. Sugar-sweetened beverages. weght gain. and incidence of type 2
diabetes in young and middle-aged women. JAMA 2004; 292: 927-34.

Speiser PW, Rudolf MC, Anhalt H, Camacho-Hubner C, Chiarelli F, dan Eliakim


A. et al; Obesity Consensus Working Group. J Clin Endocrinal Metab. 2005;
90: 1871-87.

Suhardjo. 1989. Sosio Budaya Gizi. Bogor: Pusat Antar Universitas Pangan dan
Gizi. Institut Pertanian Bogor.

Sumarwan U. 2002. Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya dalam


Pemasaran. Bogor : ghalia Indonesia
Swinburn BA, Caterson I, Seidell JC, James WP. Diet. nutrition and the
prevention of excess weight gain and obesity. Public Health Nutr. 2004; 7:
123-46.

Thomas P. 2003. Karakteristik sosial. ekonomi. budaya. dan konsumsi pangan


ibu-ibu rumah tangga yang mengalami kegemukan di kecamatan
Malalayang Kota Manado Provinsi Sulawesi Utara [Tesis]. Bogor: Prog
Pascasarjana IPB 2003.

Vartanian LR, Schwartz MB, Brownell KD. Effects of soft drink consumption on
nutrition and health: a systematic review and meta-analysis. AM J Public
Health. 2007; 97: 667-75

Wahlqvist ML. 1997. Food and Nutrition Australia. Asia. and The Pacific. USA:
Allen & Unwin publishing company.

[WNPG] Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII 17-19 Mei 2004.
[Prosidings]. Angka Kecukupan Gizi dan Pelabelan Gizi. 2004. Jakarta

WHO. 2000. Obesity: Preventing and Managing the Global Epidemic. Genewa:
WHO Technical Report Series.

____. 2003. Joint WHO/FAO Expert Consultation on Diet. Nutrition. and


Prevention of Chronic Diseases. Draft 28 March 2002. Geneva.
http://www.who.int/world-health-day/q_and_a.en.shtml [25 September 2010]

____. 2004. Human energy requirements : principles and definitions. Report of


a Joint FAO/WHO/UNU Expert Consultation. Food and Agriculture
Organization of the United Nations. 2004. http://www.fao.org/docrep [17
Agustus 2011]

____. 2007. Obesity and Overweight. Global Strategy on Diet. Physical


Activity and Health. Available at: http://www.who.int/dietphysicalactivity
Accessed April 2010.

____. 2007. Growth reference 5-19 years.


http://www.who.int/growthref/who2007 [9 Agustus 2010].

Webster-Gandy J, Madden A, dan Holdsworth. 2006. Oxford Handbook of


Nutrition and Dietetics. United States: Oxford University Press, Inc.

Wymelbeke VV, Beridot-The rondi ME, La Gue Ronnie VD, and Fantino M.
2004. Influence of repeated consumption of beverages containing sucrose
or intense sweeteners on food intake. European Journal of Clinical Nutrition
(2004) 58. 154161. 2004.

Yabanci N, Gocgeldi E, Simsek I, and Kilic S. Prevalence of obesity, abdominal


obesity, and the associated factors among a group of turkish adults. Pak J
Med Sci 2010 Vol. 26 No. 1.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Peubah dan data yang digunakan dari kuesioner THIRST
No Data Remaja Dewasa
1 Karakteristik Individu dan Keluarga
Umur
Jenis kelamin
Jumlah anggota keluarga
Uang minum (Rp/minggu)
Pengeluaran Rumah Tangga (Rp/bulan)
2 Karakteristik Kesehatan Individu
Berat Badan
Tinggi Badan
3 Aktivitas Fisik (3 hari yang lalu dan 3 hari kemudian)
Tidur malam
Tidur siang/sore
Mandi/kebersihan diri/berdandan
Makan (pagi, siang, dan malam)
Perjalanan ke dan dari sekolah
Belajar di sekolah (termasuk jam istirahat di -
sekolah)
-
Bekerja di sekolah
Belajar di luar sekolah -
Bekerja di luar sekolah -
Olahraga di sekolah
Olahraga di luar sekolah
Ibadah/sholat
Kegiatan lainnya (misalnya bersantai, pesta,
jalan-jalan)
4 Makanan dan Minuman (satu minggu yang lalu)
Makanan Pokok
Lauk pauk
Buah segar, rujak, asinan & manisan
Sayuran, karedok, asinan
Jajanan berkuah/basah
Jajanan Kering
Jus/sari buah tanpa kemasan
Sari buah kemasan
Aneka es buah/campur/kelapa
Minuman serbuk
Minuman jelly
Susu tanpa kemasan
Susu (bubuk/cair) dan yoghurt kemasan
Teh dan kopi tanpa kemasan
Teh dan kopi dalam kemasan
Minuman ber-gas (karbonasi)
Bir dan minuman beralkohol
Jamu dan minuman herbal
Minuman Lainnya
Lampiran 2 Nilai PAR (Physical Activity Rate) untuk berbagai aktivitas pada laki-laki dan
perempuan
Aktivitas Laki-laki Perempuan
Rata-rata Kisaran PAR Rata-rata Kisaran PAR
PAR PAR
(kkal/jam/org) (kkal/jam/org) (kkal/jam/org) (kkal/jam/org)
Aktivitas pribadi
Tidur 1.0 1.0
Duduk 1.2 1.2
Berdiri 1.4 1.5
Berpakaian 2.4 1.6-3.3 3.3
Mandi 2.3
Makan dan minum 1.4 1.6
Kegiatan transportasi
Berjalan lambat 2.8 2.6-3.0 3.6
Berjalan cepat 3.8
Duduk di bis/kereta 1.2
Mengendarai sepeda 2.7 2.4-3.0
motor 2.0
Memasak/mempersiapkan makanan
Membuat adonan 3.4
Mengupas sayuran 1.9 1.3-2.4 1.5
Berbelanja 4.6
Memeras kelapa 2.4
Mencuci piring 1.7 1.6-1.9
Membersihkan rumah
Pekerjaan rumah (tidak 2.8 2.5-3.0
spesifik)
Merapikan tempat tidur 3.4 3.4-6.5
Mengepel 4.4 2.0-2.5
Menyapu 2.3
Pencucian
Mencuci pakaian 2.8 2.6-3.0
Menjemur 4.4 4.3-4.6
Menyetrika 3.5 1.7
Pekerjaan kantor
Merapikan berkas 1.3 1.5
Membaca 1.3 1.5
Duduk 1.3
Berdiri/berjalan sekitar 1.6
Mengetik 1.8 1.8
Menulis 1.4 1.4
Aktivitas olahraga
Basket 6.95 7.74
Sepakbola 8.0 7.5-8.5
Berlari jarak jauh 6.34 6.55
Berlari sprint 8.21 8.28
Berenang 9 8.5-9.4
Voli 6.06 6.06
Aktivitas rekreasi
Menari 5.0 5.09
Mendengarkan 1.57 1.45-1.9 1.43
radio/musik 1.25 1.27
Melukis 1.5 1.4-1.8 1.75
Membaca 1.22 1.25
Menonton TV 1.64 1.72
Sumber : WHO/FAO (2003)
Lampiran 3 Kandungan energi dan zat gizi makro dari tiap merk atau jenis minuman
berkalori
Takaran Kandungan energi per E
Merk takaran saji (kkal)/
No Kategori Bentuk saji
minuman E P L KH 100
(mL/g)
(kkal) (g) (g) (g) mL/g*
1 Ale-ale Cair 200 100 0 0 24 50
2 Asam jawa Cair 250 110 6 0 23 44
3 Berry jus Cair 330 160 0 0 40 48
4 Buavita Cair 300 150 1 0 37 50
5 Country Cair 250 112 0 0 28 45
choice
6 Sari buah Fruitamin Cair 200 60 0 0 16 30
7 kemasan Frutang Cair 165 35 0 0 9 21
8 Gogo Cair 200 100 0 0 26 50
9 Happy juice Cair 200 100 0 0 26 50
10 Jungle juice Cair 200 100 0 0 26 20
11 Love Cair 250 100 0 1 24 40
12 Nutrisari Cair 200 120 0 0 28 60
13 Pulpy orange Cair 350 164 0 0 40 47
14 Nata de coco Jelly/ 180 140 0 0 35 78
padat
15 Es Air kelapa Cair 200.6 17 0.2 0.1 3.8 8
16 buah/campu Daging Padat 30 68 1 0.9 14 227
r/ kelapa kelapa
Jelly/
17 Agar-agar 95 0 0 0.2 0 0
padat
18 Adem sari Bubuk 29 110 0 0 29 15
19 Energen Bubuk 30 130 1 3.5 24 52
20 Esquis Bubuk 29 110 0 0 29 15
21 Finto Bubuk 29 110 0 0 29 15
22 Hore Bubuk 8 30 0 0 8 12
23 Jasjus Bubuk 8 30 0 0 8 12
24 Marimas Bubuk 8 30 0 0 8 12
25 Naturade Bubuk 29 110 0 0 29 15
26 Minuman Nutrisari Bubuk 29 110 0 0 29 44
27 Pop ice Bubuk 25 100 1 0.5 23 40
serbuk
28 Segar sari Bubuk 8 30 0 0 8 12
29 Sisri Cair 250 85 0 0 21 53
30 Top ice Bubuk 25 100 1 0.5 23 40
31 Tropicana Bubuk 5 6 0 0 0 2
32 Vanilla latte Bubuk 20 88 1 2.4 16 35
33 Extra joss Cair 150 100 1.5 0 25 71
34 Hemaviton Cair 150 100 1.5 0 25 71
35 Kratingdaeng Cair 150 100 1.5 0 25 67
36 Kuku bima Cair 150 100 1.5 0 25 71
37 Vegeta Bubuk 8 30 0 0 8 15
38 Nutrijel Bubuk 95 0 0 0.2 0 0
39 Minuman Okky jelly Jelly/ 180 45 0 0 11 25
jelly drink padat
40 Vita jelly Jelly/ 180 45 0 0 11 25
padat
41 Activia Semi 80 70 3 2.5 10 88
padat
42 Anlene Bubuk 25 88 8.3 0.2 13.2 35
43 Ansure Bubuk 52.3 230 8 7 33 92
44 Susu dan Bear brand Cair 189 120 6 7 9 63
45 yogurt Bendera Bubuk 40 170 5 3.5 29 68
46 kemasan Boneeto Bubuk 35 160 6 5 22 64
47 Calpico Cair 320 160 1 0 39 50
48 Cimori Cair 250 213 5 5 37 85
49 Dancow Bubuk 27 130 7 7 11 52
50 Diabetasol Bubuk 100 422 15 11.5 64.5 169
Takaran Kandungan energi per E
Merk takaran saji (kkal)/
No Kategori Bentuk saji
minuman E P L KH 100
(mL/g)
(kkal) (g) (g) (g) mL/g*
51 Fresh milk Cair 250 160 9 9 11 64
52 Fresh time Cair 200 61 3.2 3.5 4.3 31
53 Frisian flag Bubuk 40 170 5 3.5 29 68
54 Hilo Bubuk 40 160 6 3 28 64
55 Ideal Bubuk 27 120 4 3.5 18 48
56 Indomilk Bubuk 26 130 6 7 10 52
57 Lactamil Bubuk 40 160 8 2 26 64
58 L men Bubuk 43.5 150 12 2 27 60
59 Mdl 525 Cair 200 41 3.5 2.5 5 21
60 Milkuat Cair 100 70 1 0.5 16 70
61 Milo cair Cair 240 180 5 5 28 75
62 Milo bubuk Bubuk 28 110 3 2.5 19 44
63 Natoya Bubuk 25 70 7 1 8 21
64 Nutrilite Bubuk 9.5 37 8 0.4 0.4 15
65 Omela Bubuk 42 150 1 5 24 60
66 Ovaltine Bubuk 33 140 2 3 26 56
67 Prenagen Bubuk 35 110 6 1 21 44
68 Real good Cair 160 100 5 3 14 63
69 Skm bendera Cair 45 130 3 3.5 22 52
70 SKM cap 45 150 1 5 27 60
nona Cair
71 SKM enak Cair 42 140 1 4 24 56
72 Skm indomilk Cair 42 140 3 3.5 24 56
73 Susu bantal Cair 200 150 6 4 22 75
74 Susu bendera Bubuk 190 141 5 4 21 74
75 Susu kedelai Cair 200 100 3 1.5 18 50
76 Ultra Cair 200 120 6 6 10 60
77 Vitacharm Semi 65 45 1 0 10 69
padat
78 Weight gain Bubuk 25 120 7 6 9 48
79 Yakult Semi 65 50 1 0 11 77
padat
80 Abc susu Cair 182 352 17.4 1.3 69 193
81 Abc mocca Cair 182 352 17.4 1.3 69 193
82 Birdy Cair 182 352 17.4 1.3 69 193
83 C2 Cair 200 90 0 0 23 45
84 Ceremix Bubuk 30 140 1 4 26 56
85 Coffeemix Bubuk 20 88 1 2.4 16 35
86 Estea Cair 250 85 0 0 21 34
87 Fresstea Cair 250 125 0 0 31 50
88 Fruit tea Cair 500 150 0 0 38 30
89 Granita Cair 182 352 17.4 1.3 69 193
90 Green tea Cair 250 85 0 0 21 34
91 Good day Bubuk 20 88 1 2.4 16 35
92 Teh dan Indocafe Bubuk 25 110 2 2 20 44
93 Joy tea Cair 300 85 0 0 21 28
kopi
94 Kapal api Cair 182 352 17.4 1.3 69 193
kemasan
95 Milk tea Cair 250 85 0 0 21 34
96 Moccachino Cair 182 352 17.4 1.3 69 193
97 Mountea Cair 180 45 0 0 11 25
98 Nescafe Cair 240 140 4.6 2.6 24.9 58
99 Nu green tea Cair 250 80 0 0 20 32
100 Teh botol 250 85 0 0 21 34
sosro Cair
101 Starbucks Cair 182 352 17.4 1.3 69 193
102 Teh gelas Cair 190 70 0 0 19 37
103 Teh kotak Cair 200 70 0 0 17 35
104 Teh 2 tang Cair 250 85 0 0 21 34
105 Torabika Cair 182 352 17.4 1.3 69 193
106 Zes tea Cair 500 170 0 0 44 34
Takaran Kandungan energi per E
Merk takaran saji (kkal)/
No Kategori Bentuk saji
minuman E P L KH 100
(mL/g)
(kkal) (g) (g) (g) mL/g*
107 Aw Cair 330 186 0 0 49 56
108 Coca cola Cair 250 105 0 0 28 42
109 Diet coke Cair 300 0.3 0 0 0 0
110 Minuman Fanta Cair 250 140 0 0 35 56
111 berkarbonasi Green sands Cair 300 0.3 0 0 0 0
112 Pepsi Cair 330 110 0 0 35 33
113 Sprite Cair 250 130 0 0 31 52
114 Tebs Cair 250 105 0 0 28 42
115 Bintang Cair 100 153 0 0 16 153
116 Bir dan Cap tikus Cair 100 153 0 0 16 153
117 Janen bir Cair 100 153 0 0 16 153
minuman
118 Vodka Cair 100 153 0 0 16 153
beralkohol
119 Heineken Cair 100 153 0 0 16 153
120 Anker bir Cair 100 153 0 0 16 153
121 Bandrek Cair 29.4 51 1.5 1 10.1 173
122 Sekoteng Cair 29.4 51 1.5 1 10.1 173
123 Buyung upik Cair 49 63 2 2.7 9.1 129
124 Jamu atau Intisari Bubuk 29 110 0 0 29 15
125 minuman Kiranti Cair 49 63 2 2.7 9.1 129
126 herbal Madurasa Cair 10 20 0.85 0 3.5 200
Larutan cap kaki 3
127 Cair 200 0 0 0 0 0
128 Slimming tea Cair 250 85 0 0 21 34
129 Sido muncul Cair 29.4 51 1.5 1 10.1 20
130 Abc Cair 35 100 0 0 25 40
131 Sirup Marjan Cair 35 100 0 0 25 40
132 Sirup giant Cair 35 100 0 0 25 40
133 Lemon water Cair 500 148 0 0 37 30
134 Minuman Mizone Cair 100 25 0 0 6 25
135 Pocari Cair 100 25 0 0 6 25
berelektrolit
136 Uc 1000 Cair 140 65 0 0 16 46
137 Vitazone Cair 350 90 0 0 22 26
*Dalam bentuk cair dinyatakan dalam satuan mL dan dalam bentuk bubuk dalam satuan gram
Lampiran 4 Jenis minuman berkalori berdasarkan jumlah subyek gemuk dan tidak
gemuk yang mengkonsumsi
No Merk Bentuk Kategori Jumlah subyek Jumlah konsumsi
minuman Gemuk Tidak Gemuk Tidak
gemuk gemuk
(orang) (orang) (ml) (ml)
1 Abc Cair Sirup 18 51 20.1 14.7
2 Abc mocca Cair Teh dan kopi 17 8 7.3 3.0
kemasan
3 Abc susu Cair Teh dan kopi 7 33 8.0 10.5
kemasan
4 Activia Semi Susu dan yoghurt 4 15 0.6 1.8
padat kemasan
5 Adem sari Bubuk Minuman serbuk 6 23 3.3 4.4
6 Agar-agar Jelly/padat Es 36 208 3.6 3.6
campur/buah/kelapa
7 Air kelapa Cair Es 45 195 49.0 46.1
campur/buah/kelapa
8 Ale-ale Cair Sari buah kemasan 2 20 0.8 1.4
9 Anker bir Cair Bir dan minuman 1 1 3.9 4.2
beralkohol
10 Anlene Bubuk Susu dan yoghurt 17 17 29.2 11.0
kemasan
11 Ansure Bubuk Susu dan yoghurt 1 0 21.0 0.0
kemasan
12 Asam jawa Cair Sari buah kemasan 1 1 2.1 1.9
13 Aw Cair Minuman 2 3 1.0 2.0
berkarbonasi
14 Bandrek Cair Jamu atau minuman 2 18 1.3 4.8
herbal
15 Bear brand Cair Susu dan yoghurt 3 8 2.7 7.8
kemasan
16 Bendera Bubuk Susu dan yoghurt 21 68 19.0 31.7
kemasan
17 Berry jus Cair Sari buah kemasan 4 12 9.8 30.7
18 Bintang Cair Bir dan minuman 0 4 0.0 5.6
beralkohol
19 Birdy Cair Teh dan kopi 0 2 0.0 3.2
kemasan
20 Boneeto Bubuk Susu dan yoghurt 0 1 0.0 1.9
kemasan
21 Buavita Cair Sari buah kemasan 46 110 40.7 39.0
22 Buyung upik Cair Jamu atau minuman 0 1 0.0 2.0
herbal
23 C2 Cair Teh dan kopi 0 3 0.0 0.7
kemasan
24 Calpico Cair Susu dan yoghurt 0 1 0.0 5.6
kemasan
25 Cap tikus Cair Bir dan minuman 0 1 0.0 5.6
beralkohol
26 Ceremix Bubuk Teh dan kopi 2 3 1.3 0.3
kemasan
27 Cimori Cair Susu dan yoghurt 0 1 0.0 3.5
kemasan
28 Coca cola Cair Minuman 39 128 44.6 27.7
berkarbonasi
29 Coffeemix Bubuk Teh dan kopi 2 10 2.3 1.2
kemasan
30 Country Cair Sari buah kemasan 1 0 2.8 0.0
choice
31 Daging Padat Es 66 230 31.7 24.3
kelapa* campur/buah/kelapa
32 Dancow Bubuk Susu dan yoghurt 21 76 15.6 12.2
No Merk Bentuk Kategori Jumlah subyek Jumlah konsumsi
minuman Gemuk Tidak Gemuk Tidak
gemuk gemuk
(orang) (orang) (ml) (ml)
kemasan
33 Diabetasol Bubuk Susu dan yoghurt 1 0 0.9 0.0
kemasan
34 Diet coke Cair Minuman 1 0 2.2 0.0
berkarbonasi
35 Energen Bubuk Minuman serbuk 12 38 9.6 6.0
36 Esquis Bubuk Minuman serbuk 0 1 0.0 3.8
37 Estea Cair Teh dan kopi 6 4 7.9 1.9
kemasan
38 Extra joss Cair Minuman serbuk 9 15 9.2 5.7
39 Fanta Cair Minuman 32 103 32.9 13.4
berkarbonasi
40 Finto Bubuk Minuman serbuk 0 1 0.0 8.9
41 Fresh milk Cair Susu dan yoghurt 1 17 5.0 32.0
kemasan
42 Fresh time Cair Susu dan yoghurt 2 9 3.3 2.0
kemasan
43 Fresstea Cair Teh dan kopi 8 17 28.6 8.2
kemasan
44 Frisian flag Bubuk Susu dan yoghurt 4 28 7.2 9.1
kemasan
45 Fruit tea Cair Teh dan kopi 19 41 16.2 12.5
kemasan
46 Fruitamin Cair Sari buah kemasan 2 14 1.7 11.1
47 Frutang Cair Sari buah kemasan 3 16 4.5 8.9
48 Gogo Cair Sari buah kemasan 1 0 3.8 0.0
49 Good day Bubuk Teh dan kopi 2 16 0.9 9.3
kemasan
50 Granita Cair Teh dan kopi 1 9 1.5 10.2
kemasan
51 Green sands Cair Minuman 0 4 0.0 6.7
berkarbonasi
52 Green tea Cair Teh dan kopi 0 4 0.0 2.2
kemasan
53 Happy juice Cair Sari buah kemasan 0 7 0.0 0.7
54 Heineken Cair Bir dan minuman 1 0 3.5 0.0
beralkohol
55 Hemaviton Cair Minuman serbuk 2 4 1.7 1.7
56 Hilo Bubuk Susu dan yoghurt 7 25 28.9 11.0
kemasan
57 Hore Bubuk Minuman serbuk 1 2 5.6 20.4
58 Ideal Bubuk Susu dan yoghurt 0 1 0.0 6.7
kemasan
59 Indocafe Bubuk Teh dan kopi 7 10 14.0 2.8
kemasan
60 Indomilk Bubuk Susu dan yoghurt 10 36 3.5 30.4
kemasan
61 Intisari Bubuk Jamu atau minuman 0 2 0.0 6.7
herbal
62 Janen bir Cair Bir dan minuman 1 0 3.9 0.0
beralkohol
63 Jasjus Bubuk Minuman serbuk 0 13 0.0 27.8
64 Joy tea Cair Teh dan kopi 0 3 0.0 0.7
kemasan
65 Jungle juice Cair Sari buah kemasan 1 0 4.2 0.0
66 Kapal api Cair Teh dan kopi 31 46 33.5 18.8
kemasan
67 Kiranti Cair Jamu atau minuman 2 6 0.5 3.7
herbal
68 Kratingdaeng Cair Minuman serbuk 3 3 3.5 1.0
No Merk Bentuk Kategori Jumlah subyek Jumlah konsumsi
minuman Gemuk Tidak Gemuk Tidak
gemuk gemuk
(orang) (orang) (ml) (ml)
69 Kuku bima Cair Minuman serbuk 1 5 0.8 1.7
70 L men Bubuk Susu dan yoghurt 1 2 2.3 5.8
kemasan
71 Lactamil Bubuk Susu dan yoghurt 2 2 1.8 1.1
kemasan
72 Larutan cap Cair Jamu atau minuman 2 2 1.8 2.3
kaki 3 herbal
73 Lemon water Cair Minuman 11 2 28.3 3.6
berelektrolit
74 Love Cair Sari buah kemasan 0 1 0.0 4.5
75 Madurasa Cair Jamu atau minuman 1 3 2.7 3.6
herbal
76 Marimas Bubuk Minuman serbuk 9 64 5.3 27.7
77 Marjan Cair Sirup 10 25 25.5 17.3
78 Mdl 525 Cair Susu dan yoghurt 4 0 4.5 0.0
kemasan
79 Milk tea Cair Teh dan kopi 1 0 2.8 0.0
kemasan
80 Milkuat Cair Susu dan yoghurt 0 1 0.0 3.4
kemasan
81 Milo bubuk Bubuk Susu dan yoghurt 7 55 1.9 8.0
kemasan
82 Milo cair Cair Susu dan yoghurt 5 33 10.2 2.7
kemasan
83 Mizone Cair Minuman 6 44 11.5 57.0
berelektrolit
84 Moccachino Cair Teh dan kopi 2 10 0.8 1.3
kemasan
85 Mountea Cair Teh dan kopi 10 54 7.5 13.9
kemasan
86 Nata de coco Jelly/ Es 6 4 4.0 2.3
padat campur/buah/kelapa
87 Natoya Bubuk Susu dan yoghurt 1 0 5.8 0.0
kemasan
88 Naturade Bubuk Minuman serbuk 0 2 0.0 4.5
89 Nescafe Cair Teh dan kopi 29 45 61.8 20.2
kemasan
90 Nu green tea Cair Teh dan kopi 8 8 9.4 8.6
kemasan
91 Nutrijel Bubuk Minuman jelly 0 2 0.0 3.4
92 Nutrilite Bubuk Susu dan yoghurt 1 0 0.9 0.0
kemasan
93 Nutrisari Cair Sari buah kemasan 19 53 11.7 1.9
94 Nutrisari Bubuk Minuman serbuk 16 50 27.1 31.4
95 Okky jelly Jelly/padat Minuman jelly 20 127 14.0 10.4
drink
96 Omela Bubuk Susu dan yoghurt 0 2 0.0 5.6
kemasan
97 Ovaltine Bubuk Susu dan yoghurt 1 4 0.8 6.7
kemasan
98 Pepsi Cair Minuman 4 7 4.7 5.1
berkarbonasi
99 Pocari Cair Minuman 27 74 58.2 53.3
berelektrolit
100 Pop ice Bubuk Minuman serbuk 14 85 5.2 12.1
101 Prenagen Bubuk Susu dan yoghurt 1 3 0.8 1.7
kemasan
102 Pulpy orange Cair Sari buah kemasan 2 17 5.6 8.2
103 Real good Cair Susu dan yoghurt 2 4 2.7 8.9
kemasan
No Merk Bentuk Kategori Jumlah subyek Jumlah konsumsi
minuman Gemuk Tidak Gemuk Tidak
gemuk gemuk
(orang) (orang) (ml) (ml)
104 Segar sari Bubuk Minuman serbuk 3 10 0.8 30.4
105 Sekoteng Cair Jamu atau minuman 2 2 1.5 3.4
herbal
106 Sido muncul Cair Jamu atau minuman 0 17 0.0 23.8
herbal
107 Sirup giant Cair Sirup 3 27 3.0 39.6
108 Sisri Cair Minuman serbuk 5 44 2.5 0.9
109 Skm bendera Cair Susu dan yoghurt 6 56 17.0 9.0
kemasan
110 SKM cap Cair Susu dan yoghurt 1 7 0.1 0.3
nona kemasan
111 SKM enak Cair Susu dan yoghurt 6 3 4.2 1.6
kemasan
112 Skm indomilk Cair Susu dan yoghurt 11 13 12.9 4.6
kemasan
113 Slimming tea Cair Jamu atau minuman 1 2 4.7 0.9
herbal
114 Sprite Cair Minuman 19 60 10.8 7.1
berkarbonasi
115 Starbucks Cair Teh dan kopi 1 0 8.5 0.0
kemasan
116 Susu bantal Cair Susu dan yoghurt 1 3 7.5 15.9
kemasan
117 Susu bendera Bubuk Susu dan yoghurt 1 2 8.2 2.5
kemasan
118 Susu kedelai Cair Susu dan yoghurt 2 16 4.9 58.2
kemasan
119 Tebs Cair Minuman 9 17 3.8 1.6
berkarbonasi
120 Teh 2 tang Cair Teh dan kopi 11 24 7.0 2.6
kemasan
121 Teh botol Cair Teh dan kopi 19 96 31.4 40.0
sosro kemasan
122 Teh gelas Cair Teh dan kopi 6 18 4.7 39.7
kemasan
123 Teh kotak Cair Teh dan kopi 26 196 28.3 47.3
kemasan
124 Top ice Bubuk Minuman serbuk 0 4 0.0 5.2
125 Torabika Cair Teh dan kopi 8 12 4.1 7.2
kemasan
126 Tropicana Bubuk Minuman serbuk 2 1 0.6 7.3
127 Uc 1000 Cair Minuman berelektrolit 8 13 3.7 1.9
128 Ultra Cair Susu dan yoghurt 14 182 8.7 34.9
kemasan
129 Vanilla latte Bubuk Minuman serbuk 0 1 0.0 7.3
130 Vegeta Bubuk Minuman jelly 1 0 0.7 0.0
131 Vita jelly Jelly/padat Minuman jelly 1 5 0.4 1.3
132 Vitacharm Semi Susu dan yoghurt 1 3 0.2 7.5
padat kemasan
133 Vitazone Cair Minuman 4 9 11.3 10.0
berelektrolit
134 Vodka Cair Bir dan minuman 1 1 2.3 3.4
beralkohol
135 Weight gain Bubuk Susu dan yoghurt 0 1 0.0 4.5
kemasan
136 Yakult Semi Susu dan yoghurt 17 9 5.2 3.6
padat kemasan
137 Zes tea Cair Teh dan kopi 0 1 0.0 3.4
kemasan
Ket : Berbeda nyata pada p<0.05
Lampiran 5 Jenis minuman berkalori berdasarkan jumlah laki-laki dan perempuan yang
mengkonsumsi
No Merk Bentuk Kategori Jumlah subyek Jumlah konsumsi
minuman Laki- Perempuan Laki- Perempuan
laki laki
(orang) (orang) (ml) (ml)
1 Abc Cair Sirup 28 41 22.7 12.9
2 Abc mocca Cair Teh dan kopi 9 16 2.7 4.6
kemasan
3 Abc susu Cair Teh dan kopi 27 13 11.6 7.1
kemasan
4 Activia Semi padat Susu dan 6 13 0.6 1.7
yoghurt
kemasan
5 Adem sari Bubuk Minuman 7 22 3.6 4.1
serbuk
6 Agar-agar Jelly/padat Es 98 146 3.5 3.8
campur/buah/
kelapa
7 Air kelapa Cair Es 117 123 42.4 52.0
campur/buah/
kelapa
8 Ale-ale Cair Sari buah 14 8 1.6 0.6
kemasan
9 Anker bir Cair Bir dan 2 0 4.2 0.0
minuman
beralkohol
10 Anlene Bubuk Susu dan 14 20 28.7 12.7
yoghurt
kemasan
11 Ansure Bubuk Susu dan 1 0 22.7 0.0
yoghurt
kemasan
12 Asam jawa Cair Sari buah 1 1 3.0 2.0
kemasan
13 Aw Cair Minuman 4 1 1.1 0.3
berkarbonasi
14 Bandrek Cair Jamu atau 7 13 5.1 1.3
minuman
herbal
15 Bear brand Cair Susu dan 5 6 2.2 7.8
yoghurt
kemasan
16 Bendera Bubuk Susu dan 39 50 34.1 17.6
yoghurt
kemasan
17 Berry jus Cair Sari buah 12 4 20.3 4.5
kemasan
18 Bintang Cair Bir dan 3 1 4.5 2.3
minuman
beralkohol
19 Birdy Cair Teh dan kopi 2 0 5.6 0.0
kemasan
20 Boneeto Bubuk Susu dan 0 1 0.0 3.4
yoghurt
kemasan
21 Buavita Cair Sari buah 59 97 57.3 24.7
kemasan
22 Buyung upik Cair Jamu atau 1 0 4.5 0.0
minuman
herbal
23 C2 Cair Teh dan kopi 2 1 0.7 4.3
kemasan
No Merk Bentuk Kategori Jumlah subyek Jumlah konsumsi
minuman Laki- Perempuan Laki- Perempuan
laki laki
(orang) (orang) (ml) (ml)
24 Calpico Cair Susu dan 0 1 0.0 5.6
yoghurt
kemasan
25 Cap tikus Cair Bir dan 1 0 4.5 0.0
minuman
beralkohol
26 Ceremix Bubuk Teh dan kopi 2 3 5.6 1.6
kemasan
27 Cimori Cair Susu dan 0 1 0.0 10.8
yoghurt
kemasan
28 Coca cola Cair Minuman 81 86 29.7 42.0
berkarbonasi
29 Coffeemix Bubuk Teh dan kopi 10 2 2.7 0.9
kemasan
30 Country Cair Sari buah 1 0 3.0 0.0
choice kemasan
31 Daging Padat Es 137 159 35.7 21.4
kelapa* campur/buah/
kelapa
32 Dancow Bubuk Susu dan 45 52 15.8 12.2
yoghurt
kemasan
33 Diabetasol Bubuk Susu dan 0 1 0.0 0.9
yoghurt
kemasan
34 Diet coke Cair Minuman 0 1 0.0 2.1
berkarbonasi
35 Energen Bubuk Minuman 25 25 8.7 7.1
serbuk
36 Esquis Bubuk Minuman 1 0 6.5 0.0
serbuk
37 Estea Cair Teh dan kopi 5 5 6.1 4.0
kemasan
38 Extra joss Cair Minuman 19 5 12.5 3.1
serbuk
39 Fanta Cair Minuman 57 78 16.1 29.5
berkarbonasi
40 Finto Bubuk Minuman 1 0 7.8 0.0
serbuk
41 Fresh milk Cair Susu dan 0 0 0.0 0.0
yoghurt
kemasan
42 Fresh time Cair Susu dan 13 5 3.9 2.3
yoghurt
kemasan
43 Fresstea Cair Teh dan kopi 5 6 1.4 3.7
kemasan
44 Frisian flag Bubuk Susu dan 8 17 33.8 5.2
yoghurt
kemasan
45 Fruit tea Cair Teh dan kopi 20 12 13.9 3.0
kemasan
46 Fruitamin Cair Sari buah 21 39 10.4 17.8
kemasan
47 Frutang Cair Sari buah 8 8 8.7 4.3
kemasan
48 Gogo Cair Sari buah 12 7 12.3 1.7
kemasan
49 Good day Bubuk Teh dan kopi 0 1 0.0 4.3
No Merk Bentuk Kategori Jumlah subyek Jumlah konsumsi
minuman Laki- Perempuan Laki- Perempuan
laki laki
(orang) (orang) (ml) (ml)
kemasan
50 Granita Cair Teh dan kopi 10 8 8.1 2.5
kemasan
51 Green Cair Minuman 8 2 1.6 4.3
sands berkarbonasi
52 Green tea Cair Teh dan kopi 2 2 2.4 4.3
kemasan
53 Happy juice Cair Sari buah 2 2 2.4 5.6
kemasan
54 Heineken Cair Bir dan 2 5 0.7 6.7
minuman
beralkohol
55 Hemaviton Cair Minuman 0 1 0.0 4.6
serbuk
56 Hilo Bubuk Susu dan 6 0 3.6 0.0
yoghurt
kemasan
57 Hore Bubuk Minuman 14 18 38.6 3.8
serbuk
58 Ideal Bubuk Susu dan 1 2 8.6 10.6
yoghurt
kemasan
59 Indocafe Bubuk Teh dan kopi 1 0 6.7 0.0
kemasan
60 Indomilk Bubuk Susu dan 13 4 16.5 1.4
yoghurt
kemasan
61 Intisari Bubuk Jamu atau 21 25 7.8 3.4
minuman
herbal
62 Janen bir Cair Bir dan 2 0 3.4 0.0
minuman
beralkohol
63 Jasjus Bubuk Minuman 1 0 4.2 0.0
serbuk
64 Joy tea Cair Teh dan kopi 3 10 4.7 8.9
kemasan
65 Jungle juice Cair Sari buah 2 1 0.8 0.0
kemasan
66 Kapal api Cair Teh dan kopi 1 0 5.6 0.0
kemasan
67 Kiranti Cair Jamu atau 39 38 35.0 18.5
minuman
herbal
68 Kratingdaen Cair Minuman 0 8 0.0 3.9
g serbuk
69 Kuku bima Cair Minuman 6 0 4.9 0.0
serbuk
70 L men Bubuk Susu dan 5 1 2.7 3.6
yoghurt
kemasan
71 Lactamil Bubuk Susu dan 3 0 2.5 0.0
yoghurt
kemasan
72 Larutan cap Cair Jamu atau 0 4 0.0 2.7
kaki 3 minuman
herbal
73 Lemon Cair Minuman 0 4 0.0 1.7
water berelektrolit
74 Love Cair Sari buah 0 13 0.0 26.8
No Merk Bentuk Kategori Jumlah subyek Jumlah konsumsi
minuman Laki- Perempuan Laki- Perempuan
laki laki
(orang) (orang) (ml) (ml)
kemasan
75 Madurasa Cair Jamu atau 0 1 0.0 6.7
minuman
herbal
76 Marimas Bubuk Minuman 2 2 5.4 1.2
serbuk
77 Marjan Cair Sirup 38 35 32.3 2.5
78 Mdl 525 Cair Susu dan 18 17 35.9 8.8
yoghurt
kemasan
79 Milk tea Cair Teh dan kopi 4 0 4.9 0.0
kemasan
80 Milkuat Cair Susu dan 1 0 8.9 0.0
yoghurt
kemasan
81 Milo bubuk Bubuk Susu dan 0 1 0.0 9.8
yoghurt
kemasan
82 Milo cair Cair Susu dan 38 24 8.5 1.8
yoghurt
kemasan
83 Mizone Cair Minuman 16 22 9.3 4.1
berelektrolit
84 Moccachino Cair Teh dan kopi 30 20 38.7 30.0
kemasan
85 Mountea Cair Teh dan kopi 7 5 1.8 0.4
kemasan
86 Nata de Jelly/ padat Es 27 37 13.8 7.9
coco campur/buah/
kelapa
87 Natoya Bubuk Susu dan 3 7 0.0 3.8
yoghurt
kemasan
88 Naturade Bubuk Minuman 1 0 6.3 0.0
serbuk
89 Nescafe Cair Teh dan kopi 1 1 6.7 5.4
kemasan
90 Nu green Cair Teh dan kopi 36 38 68.9 17.0
tea kemasan
91 Nutrijel Bubuk Minuman jelly 5 11 3.6 5.7
92 Nutrilite Bubuk Susu dan 1 1 0.0 0.0
yoghurt
kemasan
93 Nutrisari Cair Sari buah 0 1 0.0 0.9
kemasan
94 Nutrisari Bubuk Minuman 24 48 1.8 11.2
serbuk
95 Okky jelly Jelly/padat Minuman jelly 30 36 50.0 11.0
drink
96 Omela Bubuk Susu dan 78 69 8.2 15.7
yoghurt
kemasan
97 Ovaltine Bubuk Susu dan 0 2 0.0 5.8
yoghurt
kemasan
98 Pepsi Cair Minuman 3 2 0.9 8.9
berkarbonasi
99 Pocari Cair Minuman 7 4 7.6 2.5
berelektrolit
100 Pop ice Bubuk Minuman 47 54 44.8 65.3
No Merk Bentuk Kategori Jumlah subyek Jumlah konsumsi
minuman Laki- Perempuan Laki- Perempuan
laki laki
(orang) (orang) (ml) (ml)
serbuk
101 Prenagen Bubuk Susu dan 38 61 14.6 3.3
yoghurt
kemasan
102 Pulpy Cair Sari buah 1 3 0.9 1.6
orange kemasan
103 Real good Cair Susu dan 9 10 12.2 2.2
yoghurt
kemasan
104 Segar sari Bubuk Minuman 3 3 2.2 0.6
serbuk
105 Sekoteng Cair Jamu atau 8 5 10.9 0.8
minuman
herbal
106 Sido muncul Cair Jamu atau 2 2 5.7 1.4
minuman
herbal
107 Sirup giant Cair Sirup 5 12 8.7 9.8
108 Sisri Cair Minuman 12 18 8.7 2.8
serbuk
109 Skm Cair Susu dan 27 22 2.7 0.8
bendera yoghurt
kemasan
110 SKM cap Cair Susu dan 37 25 27.1 0.8
nona yoghurt
kemasan
111 SKM enak Cair Susu dan 4 4 0.3 0.1
yoghurt
kemasan
112 Skm Cair Susu dan 3 6 3.4 2.5
indomilk yoghurt
kemasan
113 Slimming Cair Jamu atau 16 8 13.2 5.0
tea minuman
herbal
114 Sprite Cair Minuman 2 1 6.0 2.3
berkarbonasi
115 Starbucks Cair Teh dan kopi 40 39 10.0 8.0
kemasan
116 Susu bantal Cair Susu dan 1 0 5.6 0.0
yoghurt
kemasan
117 Susu Bubuk Susu dan 1 3 8.7 9.0
bendera yoghurt
kemasan
118 Susu Cair Susu dan 1 2 6.8 2.3
kedelai yoghurt
kemasan
119 Tebs Cair Minuman 9 9 9.4 9.8
berkarbonasi
120 Teh 2 tang Cair Teh dan kopi 17 9 3.3 2.1
kemasan
121 Teh botol Cair Teh dan kopi 17 18 4.8 4.7
sosro kemasan
122 Teh gelas Cair Teh dan kopi 48 67 16.5 52.4
kemasan
123 Teh kotak Cair Teh dan kopi 11 13 5.1 0.0
kemasan
124 Top ice Bubuk Minuman 108 114 68.3 11.0
serbuk
No Merk Bentuk Kategori Jumlah subyek Jumlah konsumsi
minuman Laki- Perempuan Laki- Perempuan
laki laki
(orang) (orang) (ml) (ml)
125 Torabika Cair Teh dan kopi 0 4 0.0 9.8
kemasan
126 Tropicana Bubuk Minuman 9 11 8.0 3.6
serbuk
127 Uc 1000 Cair Minuman 1 2 0.6 0.1
berelektrolit
128 Ultra Cair Susu dan 7 14 0.5 4.9
yoghurt
kemasan
129 Vanilla latte Bubuk Minuman 84 112 33.4 11.4
serbuk
130 Vegeta Bubuk Minuman jelly 0 1 0.0 9.8
131 Vita jelly Jelly/padat Minuman jelly 0 1 0.0 0.6
132 Vitacharm Semi padat Susu dan 3 3 1.4 3.4
yoghurt
kemasan
133 Vitazone Cair Minuman 2 2 5.6 0.2
berelektrolit
134 Vodka Cair Bir dan 8 5 18.5 3.9
minuman
beralkohol
135 Weight gain Bubuk Susu dan 2 0 6.7 0.0
yoghurt
kemasan
136 Yakult Semi padat Susu dan 1 0 4.5 0.0
yoghurt
kemasan
137 Zes tea Cair Teh dan kopi 1 25 0.7 7.7
kemasan
Ket : Berbeda nyata pada p<0.05
Lampiran 6 Konsumsi gula dalam minuman berkalori pada laki-laki dan perempuan

Jenis Laki-laki Perempuan Total


Minuman Gemuk Tidak Total Gemuk Tidak Total Gemuk Tidak Total
gemuk gemuk gemuk
Jus :
n (%) 6 (3.7) 17(4.1) 23(4.0) 7(3.2) 23(5.7) 30(4.8) 13 (3.4) 40(4.9) 53(4.4)
Juml(g) 0.6 0.2 0.50.2 0.50.2 0.7 0.2 1.00.6 0.90.5 0.7 0.2 0.70.4 0.70.4
Susu :
n (%) 7 (4.3) 52(12.5) 59(10.2) 15 (6.8) 49(12.2) 64(10.3) 22 (5.8) 101(12.3) 123(10.3)
Juml(g) 0.3 0.1 1.1 0.4 0.9 0.3 0.7 0.3 1.4 1.2 1.1 0.9 0.5 0.2 1.2 0.9 1.0 0.7
Teh :
n (%) 46(28.6) 169(40.5) 215(37.2) 59(26.7) 294(73.3) 353(56.8) 105(27.5) 463(56.6) 568(47.3)
Juml(g) 4.0 1.1 4.7 2.6 4.5 3.3 3.6 1.3 9.1 5.6 7.0 3.0 3.7 1.8 7.1 4.4 6.7 3.3
Kopi:
n (%) 25(15.5) 47 (11.3) 72 (12.5) 14 (6.3) 17 (4.2) 31(5.0) 39 (10.2) 64 (7.8) 103 (8.6)
Juml(g) 2.0 1.1 1.5 0.6 1.7 0.7 0.6 0.3 0.4 0.2 0.5 0.1 1.2 0.3 0.9 0.4 0.7 0.5
Total :
Juml(g) 6.9 2.5 9.7 3.9 7.8 2.2 5.6 1.4 17.9 4.6 9.5 5.2 6.2 2.6 9.9 4.3 9.1 6.0

Ket :
Berbeda nyata pada p<0.05
% Jumlah subyek = Jumlah subyek yang mengkonsumsi terhadap jumlah subyek dalam
penelitian Jumlah gula (g) = rata-rata konsumsi gula dari seluruh subyek dalam penelitian

Lampiran 7 Asupan energi dari penambahan gula dalam minuman berkalori pada laki-
laki dan perempuan
Jenis Laki-laki Perempuan Total
Minuman Gemuk Tidak Total Gemuk Tidak Total Gemuk Tidak Total
gemuk gemuk gemuk
Jus :
n (%) 6 (3.7) 17(4.1) 23(4.0) 7(3.2) 23(5.7) 30(4.8) 13 (3.4) 40(4.9) 53(4.4)
E (kkal) 21 21 22 21 43 32 31 31 31
Susu :
n (%) 7 (4.3) 52(12.5) 59(10.2) 15 (6.8) 49(12.2) 64(10.3) 22 (5.8) 101(12.3) 123(10.3)
E(kkal) 11 52 41 3 5 64 53 21 54 53
Teh :
n (%) 46(28.6) 169(40.5) 215(37.2) 59(26.7) 294(73.3) 353(56.8) 105(27.5) 463(56.6) 568(47.3)
E (kkal) 17 11 20 14 19 13 18 11 15 6 28 13 15 12 29 24 27 23
Kopi :
n (%) 25(15.5) 47 (11.3) 72 (12.5) 14 (6.3) 17 (4.2) 31(5.0) 39 (10.2) 64 (7.8) 103 (8.6)
E(kkal) 81 75 74 53 62 61 87 93 97
Total :
E(kkal) 29 13 40 23 33 25 23 16 75 67 40 23 26 24 41 38 38 29
Ket :
Berbeda nyata pada p<0.05
% Jumlah subyek = Jumlah subyek yang mengkonsumsi terhadap jumlah subyek dalam
penelitian Energi (kkal) = rata-rata asupan energi dari gula dari seluruh subyek dalam penelitian
Lampiran 8 Hasil uji t antara umur subyek gemuk dan tidak gemuk
Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95%
Confidence
Sig. Interval of the
(2- Mean Std. Error Difference
F Sig. T Df tailed) Difference Difference Lower Upper
Umur Equal
variances 9.040 .003 15.625 684.606 .000 12.631 .808 11.044 14.218
not
assumed

Lampiran 9 Hasil uji t antara besar keluarga subyek gemuk dan tidak gemuk
Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95%
Confidence
Sig. Interval of the
(2- Mean Std. Error Difference
F Sig. T df tailed) Difference Difference Lower Upper
Besar Equal
keluarga variances .417 .518 -1.21 1198 .225 -.124 .102 -.323 .076
assumed

Lampiran 10 Hasil uji t antara pengeluaran minuman subyek gemuk dan tidak gemuk
Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Interval of the
Sig. (2- Mean Std. Error Difference
F Sig. T Df tailed) Difference Difference Lower Upper
Pengeluaran Equal
minuman variances 9.698 .002 1.829 569.20 .068 10907.760 5965.195 -808.721 22624.241
not
assumed
Lampiran 11 Hasil uji t antara pengeluaran rumah tangga subyek gemuk dan tidak
gemuk
Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95%
Confidence
Interval of
Sig. the
(2- Mean Std. Error Difference
F Sig. T Df tailed) Difference Difference Lower Upper
Pengeluaran Equal
rumah variances 9.686 .002 5.012 726.750 .000 .274 .055 .167 .381
tangga not
assumed

Lampiran 12 Hasil uji t antara Indeks Massa Tubuh laki-laki dan perempuan
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Sig. Interval of the
(2- Mean Std. Error Difference
F Sig. T Df tailed) Difference Difference Lower Upper
IMT Equal
variances not 5.526 .019 -3.63 1.194E3 .000 -1.0300 .2831 -1.5854 -.4745
assumed

Lampiran 13 Hasil uji t antara tingkat aktivitas fisik subyek gemuk dan tidak gemuk
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Sig. Interval of the
(2- Mean Std. Error Difference
F Sig. T Df tailed) Difference Difference Lower Upper
PAL Equal
variances 2.627 .105 -4.25 1198 .000 -.04905 .01154 -.07168 -.02641
assumed
Lampiran 14 Hasil uji t antara tingkat aktivitas fisik laki-laki dan perempuan
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95%
Confidence
Sig. Interval of the
(2- Mean Std. Error Difference
F Sig. T df tailed) Difference Difference Lower Upper
PAL Equal
variances 27.860 .000 5.739 1.090E3 .000 .06189 .01078 .04073 .08305
not
assumed

Lampiran 15 Hasil uji t antara konsumsi energi minuman berkalori subyek gemuk dan
tidak gemuk
Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95%
Confidence
Sig. Interval of the
(2- Mean Std. Error Difference
F Sig. T df tailed) Difference Difference Lower Upper
Energi Equal
minuman variances 42.746 .000 -5.64 985.153 .000 -122.350 21.672 - -
not 164.878 79.821
assumed

Lampiran 16 Hasil uji t antara konsumsi energi minuman berkalori laki-laki dan
perempuan
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95%
Confidence
Sig. Interval of the
(2- Mean Std. Error Difference
F Sig. T df tailed) Difference Difference Lower Upper
Energi Equal
minuman variances 8.332 .004 2.736 1.149E3 .006 62.475 22.838 17.666 107.285
not assumed
Lampiran 17 Hasil uji t antara konsumsi gula subyek gemuk dan tidak gemuk
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95%
Confidence
Sig. Interval of the
(2- Mean Std. Error Difference
F Sig. T df tailed) Difference Difference Lower Upper
Kons Equal
gula variances not 8.826 .003 -2.09 412.061 .037 -.833 .399 -1.617 -.050
assumed

Lampiran 18 Hasil uji t antara konsumsi gula laki-laki dan perempuan


Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95%
Confidence
Interval of the
Sig. (2- Mean Std. Error Difference
F Sig. T df tailed) Difference Difference Lower Upper
Kons Equal
gula variances .938 .333 -.13 845 .894 -.055 .410 -.859 .750
assumed

Lampiran 19 Hasil uji korelasi Pearson antara hubungan aktivitas fisik dengan status gizi
pada laki-laki dan perempuan
PAL IMT
PAL Pearson Correlation 1 *
-.160
Sig. (2-tailed) .000
N 1200 1200
IMT Pearson Correlation * 1
-.160
Sig. (2-tailed) .000
N 1200 1200
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Lampiran 20 Hasil uji korelasi Pearson antara hubungan konsumsi energi minuman
berkalori dengan status gizi pada laki-laki dan perempuan
IMT Energi minuman
IMT Pearson Correlation 1 -.036
Sig. (2-tailed) .210
N 1200 1200
Energi Pearson Correlation -.036 1
minuman Sig. (2-tailed) .210
N 1200 1200

You might also like