You are on page 1of 30

DOSEN PENGAMPUH : Hidayat, SKM., M.

Kes
MATA KULIAH : Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan

LANGKAH-LANGKAH ANALISIS DAMPAK KESEHATAN


LINGKUNGAN INDUSTRI TEKSTIL

OLEH :

OLEH
KELOMPOK 3

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
KESEHATAN LINGKUNGAN
PRODI D.IV
2017
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah, merupakan satu kata yang pantas penulis ucapkan


kepada Allah SWT, yang karena bimbingan-Nya maka penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan judul " Langkah-Langkah Analisis Dampak
Kesehatan Lingkungan Industri Tekstil.
Penulis ucapkan terima kasih kepada pihak terkait yang telah membantu
penulis dalam menghadapi berbagai tantangan dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan yang
mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu penulis mengundang pembaca untuk
memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan ilmu
pengetahuan ini.
Terima kasih dan semoga makalah ini dapat memberikan sumbangsi
positif bagi kita semua.

Makassar, Mei 2017

Penyusun

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................... i


DAFTAR ISI ......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ............................................................ 3
C. Tujuan .............................................................................. 3
D. Manfaat ............................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A .Pengertian Industri Tekstil ............................................... 5
B. Proses Produksi Tekstil..................................................... 7
C. Pengertian Limbah Industri Tekstil.................................. 11
D. Langkah Langkah ADKL.............................................. 13
E. Metode ADKL.................................................................. 15
BAB III PEMBAHASAN
A . Identifikasi dan Evaluasi Jalur Pemajanan (Sumber) dari
Industri Tekstil................................................................. 16
B. Media Lingkungan dan Transport Pencemaran Akibat
Limbah Industri Tekstil.................................................... 20
C. Kontak Pemajanan............................................................ 22
D . Dampak Pencemaran Limbah Industri Tekstil................ 23
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................... 27
B. Saran ................................................................................ 27

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini tantangan dalam dunia industry maupun perdagangan
sedemikian pesat, hal ini menuntut adanya strategi efektif dalam
mengembangkan industri, sehingga dapat bersaing dengan negara-negara
lain yang telah maju, terutama dalam hal industry tekstilnya..Seiring
dengan itu, suatu konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable
Development) mutlak dilakukan.Sustainable Development merupakan
strategi pembangunan terfokus pada pemenuhan kebutuhan saat ini tanpa
mengesampingkan kebutuhan mendatang yang mana hal ini dikaitkan
dengan kelestarian dan kesehatan lingkungan alam.
Permasalahan lingkungan saat ini yang dominan salah satunya
adalah limbah cair berasal dari industri. Limbah cair yang tidak dikelola
akan menimbulkan dampak yang luar biasa pada perairan, khususnya
sumber daya air. Kelangkaan sumber daya air di masa mendatang dan
bencana alam semisal erosi, banjir, dan kepunahan ekosistem perairan
tidak pelak lagi dapat terjadi apabila kita kaum akademisi tidak peduli
terhadappermasalahan tersebut.
Alam memiliki kemampuan dalam menetralisir pencemaran yang
terjadi apabila jumlahnya kecil, akan tetapi apabila dalamjumlah yang
cukup besar akan menimbulkandampak negatif terhadap alam karena
dapatmengakibatkan terjadinya perubahankeseimbangan lingkungan
sehingga limbahtersebut dikatakan telah mencemarilingkungan. Hal ini
dapat dicegah denganmengolah limbah yang dihasilkan industry sebelum
dibuang ke badan air. Limbah yangdibuang ke sungai harus memenuhi
bakumutu yang telah ditetapkan, karena sungaimerupakan salah satu
sumber air bersih bagimasyarakat, sehingga diharapkan tidaktercemar dan
bisa digunakan untukkeperluan lainnya.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta bertambahnya
jumlah penduduk akan meningkatkan kebutuhan manusia sehingga

3
memunculkan tempat yang menghasilkan limbah berbahaya bagi
kehidupan manusia maupun makhluk hidup di sekitarnya. Kegiatan
industry disamping bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan, ternyata
juga menghasilkan limbah sebagai pencemar lingkungan. Limbah
merupakan hasil buangan yang berasal dari kegiatan industri, rumah
tangga maupun dari rumah sakit dapat berupa padat, cair maupun gas yang
akan menimbulkan gangguan baik terhadap lingkungan, kesehatan,
kehidupan biotik, keindahan serta kerusakan pada benda, karena masih
banyak industri yang membuang limbahnya ke lingkungan tanpa
pengolahan yang benar.
Indonesia merupakan negara agraris, kehidupan sebagian besar
masyarakatnya ditopang oleh hasil-hasil pertanian dan pembangunan
disegala bidang industri jasa maupun industri pengolahan bahan baku
menjadi bahan jadi. Proses pembangunan di Indonesia mendorong
tumbuhnya industri-industri yang berbahan baku hasil pertanian
(Agroindustri). Perkembangan industri pangan ini banyak mendatangkan
keuntungan bagi masyarakat maupun pemerintah, namun juga diiringi
dengan timbulnya beberapa permasalahan baru diberbagai sektor.Salah
satu dampak negatif dari adanya industri adalah timbulnya pencemaran
terhadap lingkungan yang berasal dari limbah industri, karena dapat
merusak keseimbangan sumber daya alam, kelestarian dan daya dukung
lingkungan.Awalnya strategi pengelolaan lingkungan mengacu pada
pendekatan kapasitas daya dukung (carrying capacity approach).Konsep
daya dukung ini kenyataannya sukar untuk diterapkan karena kendala
permasalahan lingkungan yang timbul dan seringkali harus dilakukan
upaya perbaikan kondisi lingkungan yang tercemar dan rusak. Konsep
strategi pengelolaan lingkungan akhirnya berubah menjadi upaya
pemecahan masalah pencemaran dengan cara mengolah limbah yang
terbentuk (end of pipe treatment) dengan harapan kualitas lingkungan
hidup bisa lebih ditingkatkan.

3
Pembangunan industri khususnya industri tesktil diharapkan
dapatmeningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat. Namun bila dalam
perumusan kebijakan pembangunan industri tidak memasukkan unsur-
unsur pertimbangan yang berorientasi pada lingkungan, maka tiga unsur
pokok dalam ekosistem yaitu air, udara dan tanah akan mengalami
penurunan kualitas yang substansial sebagai akibat dari pencemaran
limbah industri.
Industry menghasilkan limbah sisa proses industry. Limbah
tersebut bervariasi tergantung dari jenis dan besar kecilnya industry,
pengawasan pada proses industry, derajat penggunaan air, dan derajat
pengolahan air limbah yang ada. Limbah dan emisi merupakan non
product output dari kegiatan industri tekstil. Khusus industri tekstil yang
di dalam proses produksinya mempunyai unit Finishing-Pewarnaan
(dyeing) mempunyai potensi sebagai penyebab pencemaran air dengan
kandungan amoniak yang tinggi. Pihak industri pada umumnya masih
melakukan upaya pengelolaan lingkungan dengan melakukan pengolahan
limbah (treatment). Dengan membangun instalasi pengolah limbah
memerlukan biaya yang tidak sedikit dan selanjutnya pihak industri juga
harus mengeluarkan biaya operasional agar buangan dapat memenuhi baku
mutu. Untuk saat ini pengolahan limbah pada beberapa industri tekstil
belum menyelesaikan penanganan limbah industry buangan dapat
memenuhi baku mutu. Untuk saat ini pengolahan limbah pada beberapa
industri tekstil belum menyelesaikan penanganan limbah industri.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana langkah-langkah Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan
(ADKL) Industri tekstil?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui langkah-langkah Analisis Dampak Kesehatan
Lingkungan (ADKL) Industri tekstil.
2. Tujuan Khusus

3
1) Untuk mengetahui langkah langkah analisis dampak kesehatan
lingkungan (adkl) industri tekstil hubungannya dengan simpul 1
(Sumber).
2) Untuk mengetahui langkah langkah analisis dampak kesehatan
lingkungan (adkl) industri tekstil hubungannya dengan simpul 2
(Media Lingkungan).
3) Untuk mengetahui langkah langkah analisis dampak kesehatan
lingkungan (adkl) industri tekstil hubungannya dengan simpul 3
(Kontak Pemajanan).
4) Untuk mengetahui langkah langkah analisis dampak kesehatan
lingkungan (adkl) industri tekstil hubungannya dengan simpul 4
(Dampak).
D. Manfaat
Manfaat dari makalah ini, baik bagi penyusun maupun pembaca dapat
menjadi sarana penambah wawasan serta pengetahuan tentang Analisis
Dampak Kesehatan Lingkungan (ADKL) Industri tekstil beserta hal hal
yang terkait dengan Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan
(ADKL) lainnya.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Industri Tekstil


Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah
atau barang setengah jadi menjadi barang jadi barang jadi yang memiliki nilai
tambah untuk mendapatkan keuntungan. Sedangkan tekstil adalah bahan yang
berasal dari serat yang diolah menjadi benang atau kain sebagai bahan
untuk pembuatan busana dan berbagai produk kerajinan lainnya. Dari
pengertian tekstil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
bahan/produk tekstil meliputi produk serat, benang, kain, pakaian dan
berbagai jenis benda yang terbuat dari serat. Jadi industri tekstil adalah
industri yang mengolah serat menjadi benang kemudian menjadi busana, baik
itu busana muslim atau lainya.
Industri tekstil merupakan salah satu industri manufaktur terbesar baik
di Indonesia maupun di dunia. China, hingga saat kini masih menguasi
sektor industri tekstil di dunia dengan penjualan hingga ke seluruh
penjuru dunia. Bicara dengan negara ASEAN, Indonesia juga masih
kalah di sektor industri tekstil ini dengan negara tetangganya, Vietnam.
(Dikutip dari situs Medan Bisnis), hasil impor negara Vietnam ke
mancanegara khusunya Amerika mencapai 17 milliar dollar us pada tahun
2012. Sedangkan Indonesia masih tertinggal dibelakangnya yaitu berkutat
di 12-13 milliar dollar US. Pada tahun 2000, hasil ekspor negara
Vietnam ke Amerika berada di urutan ke 82 tetapi pada tahun 2012 nilai
ekspor negara Vietnam ke negara Amerika sebesar 17 milliar dollar US
menjadikan Vietnam sebagai negara ekspor terbesar ke 2 di Amerika.
Sedangkan kondisi perekonomian industri tekstil di Indonesia
bisa dibiilang cukup baik mengingat adanya kerjasama dengan negara
China, yang dengan serius memantau kondisi tekstil di Indonesia dan terus
menanamkan investasinya di negara Indonesia khususnya di bidang tekstil.
Pemerintah China juga tertarik untuk merelokasi industrinya ke Bandung

3
mengingat biaya tenaga kerja di Indonesia jauh lebih murah dibanding di
negara China. Seperti dilansir investor daily nilai investasi negara China
untuk Indonesia mencapai angka 128 juta dollar US pada tahun 2011 dan
pada tahun 2012 mencapai angka 148 juta dollar US. Sedangkan
realisasinya pada tahun 2013 sudah mencapai 60 juta dollar US dengan
99 proyek yang tersebar di Indonesia. Dampak positif dari kerjasama
antara Indonesia dengan China adalah berdampak pada penjualan
tekstil ke luar negeri. Dicatat oleh kementrian Republik Indonesia, hasil
ekspor Indonesia untuk negara Amerika mencapai 1,01 milliar dollar
US di periode kuartal 1 tahun 2013 yaitu di bulan januari hingga bulan
maret.
Peningkatan penjualan tekstil di Indonesia merupakan salah
satu keuntungan tersendiri bagi perusahaan. Karena dengan adanya
peningkatan penjualan dari tahun ke tahun, maka industri tekstil dapat
dikatakan sebagai salah satu dari banyak industri di Indonesia sebagai
industri termaju yang ada di Indonesia.
Belakangan ini industri tekstil menjadi industri yang berkembang pesat
di Indonesia . INDUSTRI TESKTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT)
INDONESIA secara teknis dan struktur terbagi dalam tiga sektor industri
yang lengkap, vertikal dan terintegrasi dari hulu sampai hilir, yaitu:
a. Sektor Industri Hulu (upstream), adalah industri yang memproduksi
serat/fiber (natural fiber dan man-made fiber atau synthetic) dan proses
pemintalan (spinning) menjadi produk benang (unblended dan blended
yarn). Industrinya bersifat padat modal, full automatic, berskala besar,
jumlah tenaga kerja realtif kecil dan out put pertenagakerjanya besar.
b. Sektor Industri Menengah (midstream), meliputi proses penganyaman
(interlacing) benang enjadi kain mentah lembaran (grey fabric) melalui
proses pertenunan (weaving) dan rajut (knitting) yang kemudian diolah
lebih lanjut melalui proses pengolahan pencelupan (dyeing),
penyempurnaan (finishing) dan pencapan (printing) menjadi kain-jadi.
Sifat dari industrinya semi padat modal, teknologi madya dan modern

3
berkembang terus, dan jumlah tenaga kerjanya lebih besar dari sektor
industri hulu.
c. Sektor Industri Hilir (downstream), adalah industri manufaktur pakaian
jadi (garment) termasuk proses cutting, sewing, washing dan finishing
yang menghasilkan ready-made garment. Pada sektor inilah yang paling
banyak menyerap tenaga kerja sehingga sifat industrinya adalah padat
karya.
B. Proses Produksi Tekstil
Tekstil berasal dari bahasa latin, yaitu textiles yang berarti menenun atau
tenunan. Namun secara umum tekstil diartikan sebagai sebuah barang/benda
yang bahan bakunya berasal dari serat (umumnya adalah kapas, poliester,
rayon) yang dipintal (spinning) menjadi benang dan kemudian
dianyam/ditenun (weaving) atau dirajut (knitting) menjadi kain yang setelah
dilakukan penyempurnaan (finishing) digunakan untuk bahan baku produk
tekstil. Produk tekstil disini adalah pakaian jadi (garment), tekstil rumah
tangga, dan kebutuhan industri.
1. Serat merupakan bahan baku yang paling utama untuk tekstil. Serat adalah
benda padat yang mempunyai ciri atau bentuk khusus yaitu ukuran
panjangnya relatif lebih besar dari ukuran lebarnya. Serat diperoleh/berasal
dari alam dan buatan, yang secara rinci sebagai berikut:
- Serat alam (natural fibers), adalah serat nabati (seperti kapas, linen,
ramie, kapok, rosela, jute, sisal, manila, coconut, daun/sisal, sabut) dan
serat hewani (seperti wool, sutera, cashmere, llama, unta, alpaca,
vicuna).
- Serat buatan (man made fibers), adalah artificial fiber (seperti rayon,
acetate), synthetics fiber (seperti polyester/tetoron, acrylic,
nylon/poliamida), dan mineral (seperti asbes, gelas, logam).
Untuk tekstil, serat yang banyak dipergunakan adalah:
Kapas, adalah serat yang diperoleh dari biji tanaman kapas, yaitu
sejenis tanaman perdu dan banyak digunakan untuk pakaian karena

3
sifatnya yang menyerap keringat, sehingga nyaman dipakai dan
stabilitas dimensi yang baik.
Rayon, berasal dari kayu yang dimurnikan dan dengan zat-zat kimia.
Banyak dipergunakan untuk tekstil rumah tangga seperti kain
tirai/gorden, penutup kursi dan meja, kain renda, kain halus untuk
pakaian dan pakaian dalam. Campuran rayon dan polyester banyak
digunakan untuk bahan pakaian.
Poliester, dibuat dari minyak bumi, yaitu asam tereftalat yang telah
dimurnikan (pirified terephtalate acid/PTA) dan ethylene glycol.
Poliester banyak digunakan untuk bahan pakaian (dicampur dengan
kapas/rayon), dasi, kain tirai/gorden, tekstil industri (conveyor,
isolator), pipa pemadam kebakaran, tali temali, jala, kain layar dan
terpal.
2. Benang berasal dari serat yang dipintal. Jenis-jenis benang dapat diketahui
dari:
a. Berdasarkan Urutan Prosesnya.
o Carded Yarn (benang garuk) yang bahan bakunya berasal dari
cotton, rayon dan plyester.
o Combed Yarn (benang sisir) yang bahan bakunya adalah cotton.
o Blended Yarn (benang campur) yang bahan bakunya campuran
antara dua jenis serat, yaitu polyester dengan rayon atau polyester
dengan cotton atau rayon dengan cotton.
o Open End Yarn (OE) yang bahan bakunya adalah cotton dan
polyester.
Berdasarkan Konstruksinya.
o Single Yarn (benang tunggal) adalah benang yang terdiri dari satu
helai.
o Double Yarn (benang rangkap) adalah benang yang terdiri dari dua
benang atau lebih tanpa di twist.
o Multifold Yarn (benang gintir) adalah benang yang terdiri dari dua
helai atau lebih yang dijadikan satu dengan diberi twist.

3
3. Kain merupakan hasil proses dari benang-benang yang dianyam/ditenun
atau dirajut. Namun benang hasil pemintalan tidak bisa langsung ditenun
atau dirajut, karena akan mudah putus ketika terjadi pergesekan antara
benang lusi dan benang pakan pada waktu proses. Oleh sebab itu ada
proses pekerjaan yang harus dipersiapkan terlebih dahulu sebelum
benang-benang tersebut ditenun atau dirajut. Proses tersebut secara
berurutan:
a) Benang-benang yang dari mesin pintal (ring spinning) berbentuk
gulungan palet cones lalu digulung kembali melalui mesin penggulung
(winding machine) menjadi bentuk gulungan cones, dengan maksud
untuk proses selanjutnya agar lebih mudah dipasangkan pada mesin
penggulungan (reeling) dalam proses pensejajaran benang arah lusi
(warping).
o Apabila dikehendaki kain yang dihasilkan memiliki efek warna
antara lusi dan pakan seperti Kain Sarung atau Kain Motif, maka
benangnya terlebih dahulu mengalami proses pencelupan benang
(yarn dyed);
b) Setelah itu agar benang lebih licin agar tidak mudah putus ketika
bergesekan, maka diproses ke sizing machine untuk dikanji;
c) Setelah kering dari pengkanjian, benang-benang baru bisa diproses
untuk ditenun atau dirajut.
d) Proses tersebut, baik ditenun (dengan benang lusi dan pakan di mesin
tenun) atau dirajut (rajut lusi dan pakan di mesin rajut) dengan cara
gerakan silang-menyilang antara dua benang yang dilakukan secara
teratur dan terus-menerus serta berulang kali dengan gerakan yang sama
sehingga menjadi sebuah bentuk anyaman tertentu.
Jenis-jenis kain dapat dibedakan menjadi tiga kelompok besar, yaitu:
Kain Grey atau Kain Blacu, yaitu kain yang paling sederhana atau kain
yang setelah ditenun kemudian dikanji dan diseterika namun tidak
mengalami proses pemasakan dan pemutihan.

3
Kain Finished adalah kain grey yang telah melalui proses-proses
pemasakan, pemutihan, pencelupan (dyeing), pewarnaan (colouring),
dan pencapan (printing). Secara umum, nama kainnya, antara lain
seperti: Kain Putih (untuk pakaian jadi yang biasanya diberi warna
dan/atau dicap), Kain Mori (khusus untuk keperluan batik), Kain
Percal (biasanya untuk pakaian jadi yang berkualitas), Kain Shirting
(biasanya untuk pakaian dalam, sprei, sarung bantal), Kain Gabardine
(biasanya untuk pakaian musim dingin), Kain Satin/Sateen (untuk
dirangkap, penutup, penghias jendela), Kain Damas (biasanya untuk
taplak meja, dekorasi mebel, serbet,), Kain Diaper (untuk popok bayi
atau yang sejenisnya, karena kain ini mudah menyerap air), Kain
Markis (untuk kelambu dan sejenisnya).
Kain Rajut, kainnya lebih halus dan lebih lemas dengan sifat
kainnyapun lebih elastis dan daya tembus udara lebih besar daripada
kain tenun dan banyak digunakan untuk pakaian dalam (underwear),
kaos kaki, shirt, sweaters atau overcoats, dan lainnya.
Kain Non Woven, adalah semua kain yang bukan kain tenun dan kain
rajut.
4. Produk tekstil adalah hasil pengolahan lebih lanjut dari tekstil, baik yang
setengah jadi maupun yang telah jadi. Yang termasuk dalam produk tekstil
adalah:
Pakaian jadi/clothing/garment adalah berbagai jenis pakaian yang siap
pakai (ready to wear) dalam berbagai ukuran standar, antara lain:
pakaian pria dan wanita (dewasa dan anak-anak), pakaian pelindung
(mantel, jacket, sweater), pakaian seragam, pakaian olah raga, dan
lain-lain. Pakaian jadi ini harus dibedakan dengan apparel, karena
apparal ini selain mencakup pakaian jadi juga mencakup berbagai
accessories seperti: sepatu, tas, perhiasan, tutup kepala atau kerudung,
dasi, kaos kaki, dan accessories lainnya.
Tekstil rumah tangga/house hold, seperti: bed linen, table linen, toilet
linen, kitchen linen, curtain, dan lain-lain.

3
Kebutuhan industri/industrial use, antara lain: canvas, saringan, tekstil
rumah sakit, keperluan angkatan perang termasuk ruang angkasa, dan
lain-lain.
C. Pengertian Limbah Industri Tekstil
Pada dasarnya tiap penerapan pengoperasian suatu penemuan baru, tiap
inovasi tidak selalu disambut dengan baik oleh semua lapisan masyarakat.
Ada dua kejadian yang dianggap mengganggu stabilitas lingkungan yaitu
perusakan dan pencemaran. Dewasa ini perkembangan industri di Indonesia
semakin pesat. Berdasarkan skalanya industri dibedakan menjadi dua
kelompok yaitu industry besar dan kecil. Berbagai macam industri tersebut
antara lain industri kimia, kertas, tekstil dan semen. Adapun contoh industri
kecil antara lain industry tahu, tempe dan krupuk. Banyaknya industri dapat
menimbulkan dampak positif dan negatif. Dampak positif dari industri antara
lain terciptanya lapangan pekerjaan dan pemanfaatan teknologi baru di
berbagai bidang. Adapun dampak negatifnya berasal dari limbah industri
yang bersangkutan.
Berdasarkan karakteristiknya, limbah industri dapat digolongkan menjadi
tiga bagian, yaitu limbah cair, gas dan partikel, serta padat. Berdasarkan nilai
ekonominya, limbah dibedakan menjadi limbah yang memiliki nilai
ekonomis dan limbah yang tidak memiliki nilai ekonomis. Limbah yang
memiliki nilai ekonomis yaitu limbah yang apabila diproses akan
memberikan suatu nilai tambah. Salah satu contoh adalah limbah pabrik gula,
tetes merupakan limbah yang dapat digunakan sebagai bahan baku untuk
industri alkohol, sedangkan ampas tebu dapat dijadikan bahan baku kertas
karena mudah dibentuk menjadi bubur pulp. Limbah non ekonomis yaitu
suatu limbah walaupun telah dilakukan proses lanjut dengan cara apapun
tidak akan memberikan nilai tambah kecuali sekedar untuk mempermudah
system pembuangan. Limbah jenis ini sering menimbulkan masalah
pencemaran dan kerusakan lingkungan.
Masalah pencemaran semakin menarik perhatian masyarakat, dalam
kurun waktu beberapa tahun terakhir ini. Hal ini dapat kita lihat dengan

3
semakin banyaknya kasus-kasus pencemaran yang terungkap ke permukaan.
Perkembangan industri yang demikian cepat merupakan salah satu penyebab
turunnya kualitas lingkungan. Penanganan masalah pencemaran menjadi
sangat penting dilakukan dalam kaitannya dengan pembangunan berwawasan
lingkungan terutama harus diimbangi dengan teknologi pengendalian
pencemaran yang tepat guna.
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik
industri maupun domestik (rumah tangga). Dimana masyarakat bermukim,
disanalah berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus
(black water), dan ada air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya
(grey water). Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah, yang seringkali
tidak dikehendaki kehadirannya karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila
ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia Senyawa organik
dan Senyawa anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran
limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan
manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah.Tingkat
bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan
karakteristik limbah.
Limbah tekstil merupakan limbah yang dihasilkan dalam proses
pengkanjian, proses penghilangan kanji, penggelantangan, pemasakan,
merserisasi, pewarnaan, pencetakan dan proses penyempurnaan. Proses
penyempurnaan kapas menghasil kan limbah yang lebih banyak dan lebih
kuat dari pada limbah dari proses penyempurnaan bahan sistesis.
Gabungan air limbah pabrik tekstil di Indonesia rata-rata mengandung
750 mg/l padatan tersuspensi dan 500 mg/l BOD. Perbandingan COD : BOD
adalah dalam kisaran 1,5 : 1 sampai 3 : 1. Pabrik serat alam menghasilkan
beban yang lebih besar.Beban tiap ton produk lebih besar untuk operasi kecil
dibandingkan dengan operasi modern yang besar, berkisar dari 25 kg
BOD/ton produk sampai 100 kg BOD/ton. Informasi tentang banyaknya
limbah produksi kecil.

3
D. Langkah-langkah ADKL
ADKL dapat dimulai berdasarkan keluhan masyaran atau kecurigaan
yang terbaca dari hasil pemantauan lingkungan dan sirveilans penyakit,
dilanjutkan dengan langkah-langkah ADKL. Dengan demikian, ADKL tidak
berhenti sekali sejalan, melainkan merupakan kegian berulang yang dinamis
sesuai dengan tipe data yang tersedia dari berbagai perspektif. Kadang-
kadang perlu dilakukan studi kasus lanjutan untuk mengalisis dampak
kesehatan secara lebih dalam. Langkah-langkah ADKL umumnya dibedakan
dalam 7 langkah yaitu :
1. Evaluasi Data Dan Informasi Yang Berkaiatan Dengan Lokasi
Kegiatan
Evaluasi informasi kajian pencemaran dilakukan untuk mengenal
lebih baik hal hal yang berkaitan dengan kejadian yang dimaksud.
Merujuk pada paradigma kesehatan lingkungan, evaluasi diarahkan pada
4 simpul .
2. Mempelajari Kepedulian Terhadap Pencemaran
Perlu juga ditangkap suasana dan respons yang berkembang
dilapangan untuk melengkapi 4 simpul informasi pada langkah 1.
Mempelajari kepedulian dan respons tentang kejadian pencemaran dari
masyarakat, LSM, media maupun kepedulian dari sector lain baik yang
bersifat negatif (keluhan) atau positif (upaya tindakan penganggulangan).
3. Menetapkan Bahan Pencemar Sasaran Kajian
Menetapkan pencemara sasaran adalah menetapkan bahan
pemcemar yang akan dijadikan sasaran kajian lebih jauh tentang
dampaknya pada kesehatan. Penetapan ini mungkin tidak cukup dilakukan
sekali tetapi perlu berulang sehingga diperoleh keyakinan bahwa bahan
tersebut benar sebagai bahan pencemar penting.
4. Identifikasi Dan Evaluasi Jalur Pemajanan
Identifakasi dan evaluasi jalur pemajanan adalah suatu proses
dimana seseorang mingkin terpajan oleh bahan pencemar. Jalur pemajanan
mencakup semua elemen yang menghubungkan sumber pencemar

3
kependuduk terpajan. Jalur pemajanan itu sendiri terdiri dari 5 elemen
yaitu:
a. Sumber pencemar adalah asal pencemar (misal: pabrik yang
membuang limbah ke lingkungan) atau media lingkungan
(timbunan sampah)
b. Media lingkungan dan mekanisme penyebaran adalah lingkungan
dimana pencemar dilepaskan: air, tanah, udara dan biota yang
kemudian disebarkan dengan mekanisme penyebaran tertentu ketitik
titik pemajanan
c. Titik pemajanan adalah suatu area potensial atau riel dimana terjadi
kontak antara manusia dengan media lingkungan tercemar, misal
sumur atau lapangan bermain.
d. Cara pemajanan adalah cara dengan mana pencemar masuk atau
kontak tubuh manusia: tertelan, pernapasan atau kontak kulit.
e. Penduduk berisiko adalah orang orang yang terpajan atau berpotensi
terpajan oleh pencemar pada titik titik pemajanan
5. Memperkirakan Dampak Kesehatan Masyarakat
Memperkirakan dampak kesehatan adalah memebuat perkiraan
apakah pencemar yang lepas dan/ tau berada dimedia lingkungan
berpotensi atau telah menimbulkan dampak kesehatan. Karena demikian
banyak pencemar yang ada di media lingkungan, maka kemungkinan
dampak kesehatan juga banyak. Karena itu perlu dicari untuk
mempersempit analisis. Ada 3 cara yang dapat dilakukan, yaitu:
a. Evaluasi toksikologi
b. Evaluasi jenis dampak
c. Evaluasi kepedulian masyarakat
6. Kesimpulan Dan Rekomendasi
Kesimpulan dan rekomendasi adalah menyusun kesimpulan
tentang dampak kesehatan yang berkaitan dengan kejadian pencemaran
dan menyiapkan rekomendasi dengan merinci tindakan yang telah di ambil
dan yang masih perlu diambil.

3
7. Pengelolaan Risiko
Pengelolaan risiko adalah upaya yang secara sadar dilakukan untuk
mengendalikan risiko. Dalam pengertian yang lebih spesifik, pengelolaan
resiko lingkungan adalah pengelolaan situasi dan atau kondisi lingkungan
yang mengandung risiko yang diketahui dari hasil analisis sebelumnya.
Banyak hal perlu memperoleh pertimbangan secara proporsional
mengingat kompleksitasnya.
E. Metode ADKL
Metode pengumpulan data dan informasi dalam ADKL dibedakan menjadi
2 cara pokok yaitu pengumpulan data primer dan data sekunder (Ditjend
PL.2002:2-15) :
a. Data primer
Metode pengumpulan data primer yang umum digunakan antara lain :
1. Wawancara
2. Kuesioner (subyek mengisi sendiri)
3. Pengamatan terhadap subyek
4. Pengukuran fisik atau kimiawi tentang subyek
5. Pengukuran fisik atau kimiawi lingkungan atau dengan kunjungan
lapangan.
b. Data sekunder
Metode pengumpulan data sekunder yang dapat digunakan untuk
pengukuran pemajanan dalam kaitannya dengan analisis epidemiologis
antara lain :
1. Catatan harian ; untuk mengumulkan data perilaku atau pengalaman
sekarang.
2. Catatan lain : catatan yang belum dikumpulkan secara khusus untuk
tujuan pengukuran pemajanan, misalnya catatan medis, pekerjaan,
dan sensus.

3
BAB III
PEMBAHASAN

Langkah Langkah Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan (ADKL)


Industri Tekstil Hubungannya dengan 4 Simpul
1. Identifikasi dan Evaluasi Jalur Pemajanan (Sumber) dari Industri
Tekstil
Karakteristik utama dari limbah industri tekstil adalah tingginya
kandungan zat warna sintetik, yang apabila dibuang ke lingkungan tentunya
akan membahayakan ekosistem perairan. Zat warna ini memiliki struktur
kimia yang berupa gugus kromofor dan terbuat dari beraneka bahan sintetis,
yang membuatnya resisten terhadap degradasi saat nantinya sudah memasuki
perairan. Meningkatnya kekeruhan air karena adanya polusi zat warna,
nantinya akan menghalangi masuknya cahaya matahari ke dasar perairan dan
mengganggu keseimbangan proses fotosintesis, ditambah lagi adanya efek
mutagenik dan karsinogen dari zat warna tersebut, membuatnya menjadi
masalah yang serius.
Proses industri tekstil menghasilkan limbah padat, cair dan gas. Limbah
padat berasal dari pembuatan kain, benang, serat-serat kain, dan sampah dari
kegiatan lain yang menunjang produksi, pencemaran akibat debu yang
dihasilkan dari penggunaan mesin berkecepatan tinggi, sedangkan limbah cair
berasal dari proses pangkanjian benang proses penghilangan zat pelumas dari
serat sintesis sebelum proses penenunan dan dari proses pencelupan.
Limbah cair industri tekstil dapat diamati dengan mudah, karena limbah
cairnya memiliki warna yang pekat.Warna ini berasal dari sisa-sisa zat warna
yang merupakan suatu senyawa kompleks aromatik yang biasanya sukar
untuk diuraikan oleh mikroba. Beberapa penelitian mengenai perombakan zat
warna dari limbah cair industri tekstil secara anerobik dilaporkan telah
berhasil mengurangi warna, khususnya zat warna azo ini umumnya resistan
untuk dioksidasi oleh mikoorganisme aerobik.
Jenis yang paling banyak digunakan saat ini adalah zat warna reaktif dan
zat warna dispersi. Hal ini disebabkan produksi bahan tekstil dewasa ini
adalah serat sintetik seperti serat polamida, poliester dan poliakrilat. Bahan

3
tekstil sintetik ini, terutama serat poliester, kebanyakan hanya dapat dicelup
dengan zat warna dispersi. Demikian juga untuk zat warna reaktif yang dapat
mewarnai bahan kapas dengan baik.
Serat buatan dan serat alam (kapas) diubah menjadi barang jadi tekstil
dengan menggunakan serangkaian proses. Serat kapas dibersihkan sebelum
disatukan menjadi benang. Pemintalan mengubah serat menjadi benang.
Sebelum proses penenunan atau perajutan, benang buatan maupun kapas
dikanji agar serat menjadi kuat dan kaku. Zat kanji yang lazim digunakan
adalah pati, perekat gelatin, getah, polivinil alkohol (PVA) dan karboksimetil
selulosa (CMC). Penenunan, perajutan, pengikatan dan laminasi merupakan
proses kering.
Sesudah penenunan serat dihilangkan kanjinya dengan asam (untuk pati)
atau hanya air (untuk PVA atau CMC). Penghilangan kanji pada kapas dapat
memakai enzim. Sering pada waktu yang sama dengan pengkanjian,
digunakan pengikisan (pemasakan) dengan larutan alkali panas untuk
menghilangkan kotoran dari kain kapas. Kapas juga dapat dimerserisasi
dengan perendaman dalam natrium hidroksida, dilanjutkan pembilasan
dengan air atau asam untuk meningkatkan kekuatannya.
Penggelantangan dengan natrium hipoklorit, peroksida atau asam perasetat
dan asam borat akan memutihkan kain yang dipersiapkan untuk pewarnaan.
Kapas memerlukan pengelantangan yang lebih ekstensif daripada kain buatan
(seperti pendidihan dengan soda abu dan peroksida).
Pewarnaan serat, benang dan kain dapat dilakukan dalam tong atau dengan
memakai proses kontinyu, tetapi kebanyakan pewarnaan tekstil sesudah
ditenun. Di Indonesia denim biru (kapas) dicat dengan zat warna.Kain dibilas
diantara kegiatan pemberian warna. Pencetakan memberikan warna dengan
pola tertentu pada kain diatas rol atau kasa.
Berikut skema proses produksi tekstil dan limbah yang dihasilkan
(Nemerow, 1978).
Serat : kapas, rayon, poliester

Pemintalan

Penenunan

3
Kain
Karakteristik Limbah:
Penghilangan Kanji - BOD dan COD tinggi
- pH netral
- Total solid tinggi
Karakteristik Limbah:
Pemasakan - BOD dan COD tinggi
- pH tinggi
- Total solid tinggi
- Suhu tinggi
Penggelantangan Karakteristik Limbah:
- BOD dan COD tinggi
- pH tinggi
- Total solid tinggi

Mercerizing Karakteristik Limbah:


- BOD dan COD rendah
- pH tinggi
- Total solid rendah
Karakteristik Limbah:
Pencelupan
- BOD dan COD tinggi
- pH berkisar antara netral-
alkalis
Pengecatan/Pewarnaan - Total solid tinggi
Limbah tekstil merupakan limbah cair dominan yang dihasilkan industri
tekstil karena terjadi proses pemberian warna (dyeing) yang di samping
memerlukan bahan kimia juga memerlukan air sebagai media pelarut. Industri
tekstil merupakan suatu industri yang bergerak dibidang garmen dengan
mengolah kapas atau serat sintetik menjadi kain melalui tahapan proses:
Spinning (Pemintalan) dan weaving (Penenunan). Limbah industri tekstil
tergolong limbah cair dari proses pewarnaan yang merupakan senyawa kimia
sintetis, mempunyai kekuatan pencemar yang kuat. Bahan pewarna tersebut
telah terbukti mampu mencemari lingkungan. Zat warna tekstil merupakan
semua zat warna yang mempunyai kemampuan untuk diserap oleh serat
tekstil dan mudah dihilangkan warna (kromofor) dan gugus yang dapat
mengadakan ikatan dengan serat tekstil (auksokrom).
Zat warna tekstil merupakan gabungan dari senyawa organik tidak jenuh,
kromofor dan auksokrom sebagai pengaktif kerja kromofor dan pengikat
antara warna dengan serat. Limbah air yang bersumber dari pabrik yang
biasanya banyak menggunakan air dalam proses produksinya. Di samping itu
ada pula bahan baku yang mengandung air sehingga dalam proses

3
pengolahannya air tersebut harus dibuang.Lingkungan yang tercemar akan
mengganggu kelangsungan hidup makhluk hidup disekitarnya baik secara
langsung maupun tidak langsung. Dalam kegiatan industri, air yang telah
digunakan (air limbah industri) tidak boleh langsung dibuang ke lingkungan,
tetapi air limbah industri harus mengalami proses pengolahan sehingga dapat
digunakan lagi atau dibuang ke lingkungan tanpa menyebabkan pencemaran.
Proses pengolahan air limbah industri adalah salah satu syarat yang harus
dimiliki oleh industri yang berwawasan lingkungan. Larutan penghilang kanji
biasanya langsung dibuang dan ini mengandung zat kimia pengkanji dan
penghilang kanji pati, PVA, CMC, enzim, asam. Penghilangan kanji biasanya
memberikan BOD paling banyak dibanding dengan proses-proses lain.
Pemasakan dan merserisasi kapas serta pemucatan semua kain adalah sumber
limbah cair yang penting, yang menghasilkan asam, basa, COD, BOD,
padatan tersuspensi dan zat-zat kimia. Proses-proses ini menghasilkan limbah
cair dengan volume besar, pH yang sangat bervariasi dan beban pencemaran
yang tergantung pada proses dan zat kimia yang digunakan. Pewarnaan dan
pembilasan menghasilkan air limbah 2wyang berwarna dengan COD tinggi
dan bahan-bahan lain dari zat warna yang dipakai, seperti fenol dan logam.Di
Indonesia zat warna berdasar logam (krom) tidak banyak dipakai. Proses
pencetakan menghasilkan limbah yang lebih sedikit daripada pewarnaan.
2. Media Lingkungan dan Transport Pencemaran Akibat Limbah Industri
Tekstil
Manusia melakukan berbagai kegiatan untuk memenuhi berbagai
kebutuhan hidupnya. Untuk memenuhi kebutuhan akan makanan, mereka
mengembangkan pertanian, membuat pabrik pengolah hasil pertanian,
maupun mengembangkan berbagai jenis industri. Berbagai kegiatan untuk
memenuhi kebutuhan hidup tersebut, pada akhirnya akan menghasilkan sisa
berupa sampah atau limbah yang dibuang ke lingkungan. Hal ini terjadi
karena setiap aktivitas manusia pada dasarnya adalah sebuah proses
pengubahan zat atau energi dari satu bentuk ke bentuk lainnya. Setiap proses
tersebut tidak dapat sepenuhnya mampu diubah, melainkan selalu ada sisa

3
atau disebut entropy yang kemudian menjadi sampah atau limbah yang masuk
atau dimasukkan ke lingkungan
Industri umumnya langsung membuang limbah cair ke badan air, seperti:
laut, sungai, atau danau. Limbah cair industri merupakan penyebab utama
terjadinya pencemaran air. Setiap industry yang menghasilkan limbah cair
wajib melakukan pengolahan air limbah agar memenuhi baku mutu yang
ditetapkan pemerintah sehingga dapat langsung dibuang tanpa mencemari
lingkungan. Limbah yang dibuang tanpa diolah terlebih dahulu akan
menghasilkan limbah yang berbahaya bagi lingkungan. Beberapa alasan
pengusaha membuang limbah tanpa diolah terlebih dulu antara lain mahalnya
biaya pembuatan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), biaya operasional,
dan perawatan IPAL yang rumit dan kompleks. Lingkungan mempunyai daya
tampung limbah yang terbatas. Ketika limbah yang dibuang tidak melebihi
ambang batas, lingkungan masih dapat menguraikannya sehingga tidak
menimbulkan pencemaran. Namun jika ambang batas tersebut terlampaui,
maka lingkungan tidak dapat menetralisir semua limbah yang ada sehingga
timbul masalah pencemaran dan degradasi kondisi lingkungan.
Perkembangan kondisi dan kualitas lingkungan di Indonesia sudah sangat
memprihatikan karena kerusakan lingkungan semakin parah diikuti dengan
pembuangan limbah secara terus menerus sehingga menimbulkan
pencemaran dan akhirnya akan menurunkan kualitas lingkungan yang
berdampak langsung terhadap kesehatan masyarakat.
Beragam polutan yang ditemukan dalam air sungai, sedimen, lahan
persawahan dan sumur warga seperti pembahasan dibawah ini juga
ditemukan dalam lumpur limbah industri tekstil yang membuang limbahnya
ke dalam sumber air/badan air. Konsentrasi logam berat dalam badan air dan
sedimen seperti sungai mengalami peningkatan yang signifikan setelah
menerima buangan limbah industri tekstil.
a. Kontaminasi di Air Sungai
Jenis bahan beracun yang teridentifikasi mengontaminasi badan air
yaitu beragam logam berat beracun seperti timbal (Pb) dan merkuri
(Hg) pada badan air (sungai). Sementara penelitian lainnya

3
menunjukkan tingginya konsentrasi logam berat lainnya berupa
kromium (Cr), tembaga (Cu) dan seng (Zn).
b. Kontaminasi di Sedimen
Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa kontaminasi beragam logam
berat beracun seperti Hg, cadmium, dan timbal dalam sedimen sungai.
Sedangkan penelitian lain menemukan kontaminasi logam berat lainnya
seperti tembaga, dan seng dengan kecenderungan yang lebih besar
daripada dalam air sungai.
c. Kontaminasi di Lahan Persawahan
Sebuah penelitian mengatakan bahwa total area persawahan yang
tercemar limbah pabrik industri tekstil secara langsung mencapai
1,250 Ha. Laporan yang sama mengidentifikasi konsentrasi logam berat
yang tinggi seperti tembaga dan seng selain logam berat lain speerti Pb
dan Cd pada tanah lapisan olah (0-20 cm). Diungkapkan bahwa pada
jerami dan beras ditemukan kontaminasi logam berat seperti Pb dan Cd
yang setidaknya pada jerami sudah melewati batas maksimum residu
dalam pangan menurut WHO, dan juga Cr yang melewati batas bawah
kritis dalam tanaman. Sejalan dengan laporan tersebut, penelitian lain
mengungkapkan bahwa beras yang dihasilkan dari lahan tercemar
tersebut mengandung Cd dalam level yang lebih tinggi daripada
ambang batas yang dibolehkan untuk makanan.
d. Kontaminasi di Sumur Warga
Sebuah penelitian melaporkan kenaikan kadar kromium yang signifikan
pada sebuah sungai / badan air, yang juga terkonfirmasi oleh temuan
kontaminasi kromium pada level yang cukup tinggi di sampel air dari
sumur-sumur warga hingga mencapai 8 mg/l. Penelitian lainnya
menyebutkan bahwa sumur di beberapa daerah sekitar pabrik industri
tekstil terlihat tercemar berat karena kontaminasi bahan pencemar yang
sama, seperti Sodium (Na) dan Sulfat (SO4) yang terkandung dalam air
limbah industri tekstil.
3. Kontak/Pemajanan Pencemaran Akibat Limbah Industri Tekstil
Air sebagai sumber daya alam yang mempunyai arti dan fungsi sangat
vital bagi manusia. Air merupakan sumber daya alam untuk memenuhi hajat
hidup orang banyak, sehingga perlu dipelihara kualitasnya agar tetap

3
bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya.
Akan tetapi berbagai industri seperti industri tekstil yang limbahnya dibuang
pada tempat-tempat yang masih digunakan oleh masyarakat seperti
permukaan tanah dan aliran sungai.
Semua limbah tersebut masuk ke sungai atau danau dan air tanah.
Akibatnya, air mengalami perubahan dari keadaan normalnya atau mengalami
pencemaran. Sungai merupakan satu kesatuan antara wadah air dan air yang
mengalir, karena itu kesatuan sungai dan lingkungan merupakan suatu
persekutuan mendasar yang tidak terpisahkan. Sungai sebagai sumber air,
sangat penting fungsinya dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat. Air
merupakan segalanya dalam kehidupan yang fungsinya tidak dapat digantikan
dengan zat atau benda lainnya, namun dapat pula menjadi malapetaka apabila
air yang sebagai sumber pemenuhan kebutuhan tersebut tercemar.
Cemaran yang disebabkan oleh sisa dari kegiatan industri tekstil dapat
menimbulkan kerugian pada manusia, yang sebelumnya cara pemajanannya
menggunakan media lingkungan untuk mengontaminasi. Terkontaminasinya
manusia dapat melalui oral yaitu terkontaminasinya sumber air minum
dengan zat-zat kimia dari limbah tekstil yang kemudian air tersebut
dikonsumsi oleh masyarakat, selain itu dapat melalui inhalasi dari
pencemaran dalam saluran buangan limbah di kawasan pemukiman yang
tercampur dengan limbah industri tekstil atau dari air tanah mapun air
permukaan melalui uap dan aerosol. Kontak pemajanan juga dapat melalui
kulit, akibat sumber air yang menjadi pemenuhan kebutuhan dalam
beraktivitas ikut tercemar oleh limbah dari industri tekstil.
4. Dampak dari Pencemaran Akibat Limbah Industri Tekstil
Berkembangnya industri tekstil ini memberikan beberapa dampak
positif seperti :

1. Memajukan perekonomian negara dan meningkatkan pendapatan pajak


negara
2. Membuka banyak lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sekitar.

3
3. Dengan berkembangnya industri akan menghasilkan persaingan dalam
kualitas pakaian yang dihasilkan.

Namun disamping dampak positif tersebut industri tekstil juga


memberikan dampak yang negatif pula.Terutama dalam masalah lingkungan
yaitu limbah yang dihasilkannya. Limbah yang dihasilkan dalam proses
produksinya terdiri dari beragam jenis. Limbah dalam bentuk yang padat
disebut sebagai limbah sampah, limbah dalam bentuk cair seperti air kotor
sebagai hasil buangan kegiatan cuci kakus atau disebut sebagai black water,
dan air sisa atau buangan dari aktifitas produksi atau yang disebut juga dengan
grey water.

Pencemaran air atau penurunan mutu air diakibatkan oleh sejumlah


kegiatan manusia salah satunya yang berasal dari industri tekstil yang tidak
dikelola sebagaimana mestinya, namun dibuang langsung ke aliran air atau
permukaan tanah. Limbah industri tekstil yang langsung dibuang ke sungai
dapat menimbulkan pencemaran berupa perubahan warna, bau dan rasa pada
air, terhambat dan hilangnya aktivitas biologi perairan, pencemaran tanah dan
air tanah, serta perubahan fisik tumbuhan, binatang dan manusia oleh zat
kimia.
Air limbah secara tidak langsung juga akan mempengaruhi kualitas air
tanah. Tingkat pencemaran limbah tersebut jika tidak terlalu tinggi akan diikat
dan dinetralisir oleh lapisan tanah, tetapi jika melebihi kapasitas tanah, maka
kandungan limbah tersebut akan mencapai air tanah dan mencemarinya. Hal
tersebut dipengaruhi oleh jarak sumur dengan sungai, jenis dan keadaan
sumur, genangan air sungai, jenis cemaran dan curah hujan.
Limbah industri tekstil mengandung logam berat dalam buangan limbah
cairnya. Logam berat diperkirakan bersal dari cat yang digunakan untuk
pewarnaan dalam proses inilah akan dihasilkan amoniak dalam kadar yang
cukup tinggi yang dapat mencemari lingkungan terutama perairan jika proses
pembuangannya tidak ditangani secara baik. Dalam pembuangannya biasanya
industri tekstil melakukan pembuangan limbahnya ke sungai di daerah sekitar

3
pabrik. Apabila aliran air sungai tersemar maka jika digunakan dapat
menimbulkan gatal pada kulit.
Industri tekstil memproduksi berbagai macam hasil produksi kainnya,
yang melalui proses kering yang meliputi pengikatan dan pelapisan dan
pembuatan kain jadi, proses basah meliputi finishing saja. Berbagai proses
tersebut menghasilkan limbah dan COD dan bahan-bahan dari zat warna yang
dipakai, seperti pewarna azo.
Pewarna azo merupakan pewarna utama yang digunakan dalam industri
tekstil dan tergolong limbah yang sulit terdegradasi, meski pewarna azo dapat
bersifat nontoksik pada kadar rendah bagi tubuh manusia, namun pada kadar
atau jenis azo tertentu dapat bersifat toksik dan karsinogenik. Setidaknya,
terdapat kurang lebih 3000 jenis pewarna azo yang digunakan dalam kegiatan
industri, baik pada tekstil, kulit, kosmetik, makanan dan kertas. Pewarna azo
adalah pewarna sintesis dari pasangan amine yang terdeazotisasi menjadi
senyawa organik (amine atau fenol) yang memiliki satu atau lebih gugus azo
-N=N- yang berikatan dengan gugus cincin aromatik, dan dapat terlarut
dalam air. Zat warna golongan azo merupakan golongan zat warna yang
memiliki kromofor N=N, yang merupakan senyawa kimia yang memberikan
warna, bukan sebagai zat warna sehingga bahan yang terkena pewarna ini
akan bersifat sementara. Oleh karena itu, pada industri tekstil, dalam pewarna
azo juga terdapat aukrosom atau radikal yang mengikat kromofor sehingga
warna akan terikat pada bahan. Ikatan antara kromofor dan aukrosom yang
kuat menyebabkan zat warna azo tidak dapat hilang dari perairan.
Limbah pewarna azo yang dibuang ke dalam sungai atau ekosistem
perairan mampu mempengaruhi transparansi air, yang artinya mempengaruhi
penetrasi sinar dari matahari terhadap sungai, serta bersifat toksik, dan
mutagenik terhadap organisme atau biota air.
Dampak Pewarna Azo dari Limbah Industri Tekstil
Pewarna azo yang memiliki sifat mudah terlarut dalam air, ketika
dibuang ke dalam ekosistem perairan akan tercampur dalam perairan,
terakumulasi dan mampu memasuki tubuh biota air sehingga terjadi
bioakumulasi. Secara fisik, pewarna azo yang masuk ke dalam sungai

3
membuat air sungai menjadi berwarna dan menghalangi cahaya yang masuk
ke dalam badan air, sehingga berpegaruh terhadap proses fotosintesis
fitoplankton atau tumbuhan air yang kemudian akan mempengaruhi pula
zooplankton dan organisme air lainnya. Secara kimia, mampu mengurangi
kadar oksigen yang ada dalam perairan yang tercemar dan dapat
mengakibatkan kematian terahadap biota air. Selain itu, pada dasar perairan,
zat warna azo yang dirombak oleh mikroorganisme secara anaerobik dapat
menghasilkan senyawa amina aromatik yang tingkat toksisitasnya
kemungkinan menjadi lebih berbahaya dibandingkan dengan zat warna azo
itu sendiri. Salah satu contoh senyawa yang terbentuk dalam proses
anaerobik yaitu kloroanilin, yang dapat mengganggu kesehatan manusia
karena diduga dapat berpengaruh terhadap organ pernapasan, urogenital,
dan gangguan saraf.
Pewarna azo kebanyakan tidak mudah terdegradasi atau bahkan tidak
terdegradasi dengan menggunakan treatmen konvensional. Ada pun efek
mutagenik, karsinogenik dan toksik pewarna azo bisa terjadi karena efek
langsung dari senyawa penyusun azo, atau karena proses biotransformasi
reduktif ikatan azo yang membentuk adanya radikal bebas dan derivat aryl
amine. Efek mutagenik pewarna azo dapat menyebabkan aberasi terhadap
kromosom, aberasi kromosom merupakan indikator penting terhadap
kerusakan DNA dan ketidakstabilan genom, dan secara umum aberasi
kromosom adalah gabungan perubahan yang terjadi pada kriotipe normal
secara keseluruhan.
Reaksi Pewarna Azo Dalam Tubuh Organisme
Pewarna Azo bekerja atau bereaksi layaknya Xenobiotik dan bersifat
toksik, dan dapat terakumulasi melalui rantai makanan. Ketika, pewarna azo
masuk ke dalam tubuh organisme melalui absorpsi, ia dapat bereaksi
terhadap metabolisme tubuh suatu organisme atau bahkan zat tersebut bisa
bereaksi sendiri tanpa ikut berekasi dalam metabolisme, karena adanya
interaksi dengan fungsi umum sel. Interaksi zat kimia terhadap fungsi umum

3
sel diantaranya dapat menyebabkan suatu efek narkose, dan gangguan
terhadap penghataran impuls neurohumoral.
Masuknya suatu zat ke dalam tubuh suatu organisme dapat
menyebabkan sebuah proses biotransformasi, atau perubahan zat kimia
dalam sistem biologis pada fungsi fisiologi tubuh organisme. Proses
biotransformasi organisme ketika pewarna azo masuk ke dalam tubuhnya
bisa jadi mengurangi tingkat berbahaya zat kimia tersebut, atau bahkan
mungkin juga membuat xenobiotik bioaktif, dan menjadikannya lebih
berbahaya dalam tubuh suatu organisme. Proses utama biotransformasi yang
terjadi ketika pewarna azo masuk, diantaranya oksidasi, reduksi, hidrolisis
dan konjugasi.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Karakteristik utama dari limbah industri tekstil adalah tingginya
kandungan zat warna sintetik, yang apabila dibuang ke lingkungan tentunya
akan membahayakan ekosistem perairan. Analisis dampak kesehatan
lingkungan terhadap pelepasan limbah dari sisa kegiatan industri tekstil yang
tidak melalui pengolahan, dapat memberikan dampak negatif terhadap
kesehatan baik manusia maupun lingkungan. Dampak dari cemaran
disebabkan oleh jenis dari limbah yang dihasilkan, dosis, lamanya
keterpaparan pencemar, instensitas atau keseringan, maupun tergantung dari
daya tahan tubuh manusia terhadap kontaminasi pencemar.
B. Saran
Perlunya kesadaran oleh pengelola industri khususnya industri tekstil,
pentingnya penanganan limbah sehingga tidak dibuang langsung ke badan air
dan permukaan tanah. Sehingga dapat meminimalisir dampak kesehatan
lingkungan akibat limbah yang dihasilkan.

3
DAFTAR PUSTAKA
Pratiwi, Yuli. 2010. Penentuan Tingkat Pencemaran Limbah Industri Tekstil
Berdasarkan Nutrition Value Coefficient Bioinikator. Jurnal Teknologi,
Vol 3 No 2. (Diakses 18 Mei 2017).
Nemerow, N,L. 1978. Industri Water Pollution Origins Characteristics and
Treatment Addison. Wesley Publ. Comp. Philippines.
Sumarwoto, O. 1984. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. Jakarta
CV. Rajawali.
Winarni Chartib dan Oriyati Sunaryo. 1980. Teori Penyempurnaan Tekstil 2.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Bandung: Rosda Offset.

You might also like