Professional Documents
Culture Documents
Abstract
Pesantren (boarding school) shows a significant contribution on the Indonesian educational system through
time to time. This fact shows that pesantren has a main focus of education activites. Therefore, this article will
copare how the Arabic language material in two schools of woman and man. Research was conducted in South
Sulawesi employing qualitative approach. In-depth interview and nonparticipant observation were applied
through data collection. Nine months data collection and analysis was needed to perform this research. It
was from September last year to March 2013. Research shows there are many Learning material in any cases
will depend to the school environment. This paper finds out following: first, description of the items practiced
in Pesantren IMMIM in term of language learning material and gender. Second is to describe elementary
description of language learning material that choosen by teachers in both pesantrens. Learning material was
finalized started from teacher board. Then, they examine it to management level. On the end of process, the
curriculum was consultated to many stakeholders. Finally, the differences between two schools were constructed
from environment, tradition, and learning objective. Learning environment as a part of teaching and learning
were a classroom at large. It helps students and teacher to acquire the language.
Key Word: Arabic, Pesantren, Learning, Environment, Tradition
56 Turst: Jurnal Penelitian & Pengabdian Vol. 1, No. 1, Januari - Juni 2013
mengacu kepada jenis kelamin, walaupun ini laki (zukuriah) dan perempuan (unutsah). Untuk
dimaksudkan sebagai identitas jenis kelamin (sex proses pertumbuhan anak menjadi seorang laki-
identity) tetapi pada hakekatnya, jender sebagai laki atau menjadi seorang perempuan, lebih tepat
pembagian peran berdasarkan kesepakatan anggota digunakan istilah jender daripada istilah seks.
masyarakat dalam ruang dan waktu tertentu. Jika Istilah seks umumnya digunakan untuk merujuk
seorang bayi lahir dengan penis maka dikategorikan pada persoalan reproduksi dan aktivitas seksual,
laki-laki. Sebaliknya jika seorang anak lahir dengan selebihnya digunakan istilah jender. Persepsi
vagina, maka ia dikategorikan perempuan. Begitu yang berkembang di masyarakat, menganggap
identitas jenis kelamin dikenal maka sejak itu juga perbedaan jender (gender differences) sebagai
melekat padanya persepsi dan beban budaya pada akibat perbedaan seks (sex differences). Pembagian
diri seorang anak. Kalau seorang anak laki-laki, peran dan kerja secara seksual dipandang sesuatu
maka ia akan hidup dalam mekanisme budaya hal yang wajar. Akan tetapi saat ini disadari
laki-laki. Sebaliknya, kalau ia seorang perempuan, bahwa tida mesti perbedaan seks menyebabkan
maka ia akan hidup dalam mekanisme budaya ketidakadilan jender (gender inequality).
perempuan (Nasaruddin Umar, 2001). Begitu seorang anak dilahirkan, maka
Selanjutnya, Nasaruddin Umar menjelaskan pada saat yang sama ia memperoleh tugas
bahwa adanya perbedaan konsep terhadap dan beban jender (gender assignment) dari
jender dan jenis kelamin. Bahwa keduanya lingkungan budaya danmasyarakatnya. Beban
adalah sesuatu yang saling berbeda satu sama jender seseorang tergantung dari nilai-nilai budaya
lain. Jender adalah satu konsep yang digunakan yang berkembang dalam masyarakatnya. Alam
untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan masyarakat patrilineal dan androsentris, sejak awal
perempuan dilihat dari segi sosial dan budaya. beban jender seorang anak laki-laki lebih dominan
Jender dalam arti ini mendefinisikan laki-lai dan dibanding anak perempuan. Dalam masyarakat
perempuan dari sudut nonbiologis. Sementara lintas budaya, pola penentuan beban jender lebih
itu, sex (jenis kelamin) secara umum digunakan banyak mengacu pada faktor biologis atau jenis
untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan kelamin. Peninjauan kembali beban jender yang
perempuan dari segi anatomi biologi. Istilah sex dinilai kurang adil merupakan tugas berat bagi
berarti jenis kelamin, berkonsentrasi pada biologi umat manusia. Identifikasi beban jender lebih dari
seseorang. Meliputi perbedaan komposisi imia dan sekedar pengenalan terhadap jenis kelamin, tetapi
hormon dalam tubuh, anatomi fisik, reproduksi menyangkut nilai-nilai fundamental yang telah
dana karakteristik bilogis lainnya. Sementara itu, membudaya dalam masyarakat. Sehingga istilah
jender lebih banyak berkonsentrasi pada aspek yang lebih mungkin digunakan dalam masalah
sosial, budaya, psikologis dan aspek non biologis peninjauan beban jender (gender reconstruction)
yang dibentuk oleh kesepakatan masyarakat. dalam masyarakat, karena konsepsi bean jender
Studi jender lebih menekankan perkembangan pada seorang anak lebih banyak sebagai akibat
pada aspek maskulinitas (rujuliyah) dan feminitas stereotip jender di masyarakat.
(nisaiyah) seseorang. Berbeda dengan studi seks Dalam rangka pemahasan tentang relasi
yang lebih menekankan perkembangan aspek jender antara perempuan dan laki-laki, maka
bilogis dan komposisi kimia dalam tubuh laki- terdapat pandangan tentang perbedaan antara
58 Turst: Jurnal Penelitian & Pengabdian Vol. 1, No. 1, Januari - Juni 2013
idak menurut wujud organisma yang telah berpendapat bahwa perkembangan bahasa terletak
ditentukan oleh alam, melainkan dirombak di masyarakat. Di sisi lain, masyarakat senantiasa
dengan ukuran tertentu seperti jalan seorang membutuhkan bahasa sebagai alat komunikasi
prajurit, berjalan dengan lemah lembut pada yang dominan. Dimana seseorang dilahirkan,
peragaan busana dan sebagainya, semuanya harus dia akan memperoleh bahasa dari pergaulan
dipelajari terlebih dahulu. di masyarakat ia berada. Sehingga mulai dari
Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa kelahiran manusia sampai ia wafat merupakan
bahasa adalah merupakan suatu unsur utama proses bahasa diamana ia berdiam.
kebudayaan manusia. Sebab untuk memperoleh Masyarakat merupakan kumpulan orang yang
kemampuan berbahasa adalah sesuatu yang hidup bersama dan menghasilkan aktivitas, pada
harus melalui proses pembelajaran. Tidak serta giliran selanjutnya kemudian disebut kebudayaan.
merta diperoleh secara utuh pada saat kelahiran Dengan demikian, tak ada masyarakat yang tidak
manusia. Untuk itu perlu dilihat hubungan mempunyai kebudayaan dan sebaliknya tak ada
dasar antara bahasa dan kebudayaan, termasuk kebudayaan tanpa masyarakat sebagai wadah
di dalamnya adalah ras. Sejumlah manusia yang dan pendukungnya. Walaupun secara teoritis
memiliki cirri-ciri khas tertertu yang sama, dan untuk kepentingan analisis, kedua persoalan
belum tentu juga mempunyai bahasa induk tersebut dibedakan dan dipelajari secara berbeda.
yang termasuk satu keluarga bahasa, apalagi Kebudayaan setiap bangsa atau masyarakat
mempunyai satu kebudayaan yang tergolong terdiri dari unsur besar maupun unsur kecil yang
satu daerah kebudayaan. Di antara sejumlah merupakan bagian dari suatu kebulatan yang
manusia seperti itu misalnya ada beberapa orang bersifat sebagai suatu kesatuan. Misalnya dalam
Thai, Khmer da Sunda. Ketiga golongan tersebut kebudayaan Indonesia dapat dijumpai unsur besar
mempunyai ciri-ciri ras yang sama, dalam seperti politik di samping adanya unsur kecil
antropologi-fisik seringkali disebut ras Paleo- seperti kancing.
Mongolid. Namun bahasa induk masing-masing Bahasa secara khusus dimasukkan ke dalam
suku bangsa tersebut, termasuk keluarga bahasa unsur pokok atau unsur besar kebudayaan, lazim
yang berlainan. Bahasa Thai termasuk bahasa disebut cultural universals. Istilah ini menunjukkan
Sino-Tibetan, bahasa Khmer termasuk keluarga bahwa unsur-unsur tersebut besifat universal, yaitu
bahasa Austro-Asia, dan bahasa Sunda termasuk dapat dijumpai pada setiap kebudayaan dimanapun
keluarga bahasa Austronesia. Demikian pula di dunia ini. Dari unsure kebudayaan tersebut
kebudayaan ketiga gabungan orang-orang itu dapat lagi dijabarkan kedalam unsur yang lebih
berlainan satu sama lain. Kebudayaan Thai dan kecil. Wujud dalam bentuk kegiatan kebudayaan
Khmer terpengaruh oleh agama Budha Theravada atau cultural activity. Tidak ada unsur kebudayaan
tetapi kebudayaan Sunda terpengaruh oleh agama yang tidak mempunyai kegunaan yang cocok
Islam. dalam rangka kebudayaan sebagai keseluruhan.
Bahasa mempunyai tempat yang sangat Apabila ada unsur kebudayaan yang kehilangan
khas dalam masyarakat. Demikian juga budaya kegunaannya, unsur tersebut akan hilang dengan
mempunyai tempat yang khas dalam bahasa. sendirinya. Kebiasaan serta dorongan, tanggapan
Sehingga Muhammad Hasan (1409:154) yang didapat dengan belajar serta dasar untuk
60 Turst: Jurnal Penelitian & Pengabdian Vol. 1, No. 1, Januari - Juni 2013
dengan sekolah atau madrasah lain yang tidak HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
memiliki otonomi dalam pengembangan materi
Materi Belajar Bahasa Arab
pembelajaran bahasa. Sebagaimana penerapan
materi belajar bahasa ditentukan oleh pemerintah Tidak ada perbedaan secara ekstrim dalam
baik Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan materi belajar di kedua pondok tersebut. Akan
maupun Kementerian Agama. tetapi yang membedakan adalah lingkungan.
Pondok Pesantren IMMIM Putra berada di
Pengumpulan data dilakukan melalui
daerah tersendiri, yaitu di Tamalanrea, sepuluh
wawancara dan observasi terhadap proses
kilometer dari pusat kota Makassar. Sementara
pembelajaran bahasa di kedua pesantren tersebut
Pondok Pesantren IMMIM Putri berada di daerah
selama kurang lebih 6 (enam) bulan, mulai
lain, kabupaten Pangkajene Kepulauan, sekitar 45
September 2012 sampai dengan Maret 2013.
kilometer dari kota Makassar. Secara geografis, ini
Untuk melengkapi data, maka dilakukan juga
memberikan kesan akan berbedanya lingkungan
analisis dokumen yaitu buku-buku pembelajaran
kedua pondok dimaksud. Dalam pemberian
bahasa Arab di kedua pesantren yang menjadi
kosakata harian, prinsip utama yang dipergunakan
tempat penelitian. Observasi yang dilakukan
adalah kosakata berdasarkan kebutuhan. Maka,
dengan cara tidak berpartisipasi dalam proses
santri dan santriwati, masing-masing mempunyai
yang diamati (non participant observation). Ini
kebutuhan kosakata bahasa Arab yang berbeda
dilakukan untuk menghindari adanya intervensi
sesuai dengan lingkungannya.
di lapangan penelitian. Metode ini digunakan
untuk mendapatkan informasi tentang materi Di Pondok Putra, dilakukan olahraga yang
belajar yang dilaksanakan di dalam dan luar bermacam-macam, yaitu bola basket, tennis meja,
kelas, termasuk deskripsi yang berhubungan sepak bola, takraw, bola volli, tapak suci, taekwondo,
aktivitas guru, santri/santriwati serta situasi dan bulu tangkis. Untuk kegiatan musik, ditemukan
dan kondisi selama pembelajaran berlangsung. alat-alat band yaitu gitar, drum dan bass. Sementara
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan alat drum band terdiri atas perkusen, rototom,
gambaran untuk mendapatkan gambaran yang bass, bellira, keyboard dan cymbal. Untuk Pondok
mendalam tentang faktor-faktor yang menjadi Putri, dalam kegiatan olahraga didapatkan bola
pendukung dalam pemilihan materi belajar. basket, karate, volli, pencak silat, dan bulutangkis.
Termasuk untuk melakukan pendalaman dan Untuk kegiatan musik terdapat kasidah dan drum
klarifikasi data penelitian yang berkaitan dengan band. Dengan dasar kegiatan dan alat-alat yang
pemilihan materi belajar, baik yang diperoleh dipergunakan sehari-hari, maka santri dan santriwati
melalui observasi maupun mengkonfirmasi data terdapat kesamaan dan tentu membutuhkan kosa
dari subyek penelitian yang lain. Sementara kata yang berbeda-beda. Namun ini bukan berarti
analisis dokumen digunakan untuk mendapatkan pembedaan materi belajar dan pengajaran di antara
data-data materi belajar yang digunakan dalam kedua pondok. Satu hal yang bisa dilihat dalam
buku ajar. Teknik analisis data yang digunakan perspektif jender adalah anggapan masyarakat
adalah deskriptif kualitatif terhadap data yang bahwa laki-laki bermain sepakbola sementara
diperoleh dari hasil observasi dan wawancara perempuan tidak. Sehingga membedakan akan
untuk menjawa pertanyaan penelitian. pilihan dalam berolahraga. Pembedaan dalam
62 Turst: Jurnal Penelitian & Pengabdian Vol. 1, No. 1, Januari - Juni 2013
Kebudayaan sebagai cara hidup juga jelas tidak akan didapatkan tujuanpendidikan
memberikan pengaruh material dan immaterial, yang berkeinginan untuk membentuk kondisi
sehingga memunculkan sifat unik serta ciri antara laki-laki dan perempuan yang berbeda.
karateristik pada persekutuan hidup yang sama Hingga landasan yang dapat mempenagruhi
halnya dengan perbedaan diantara dua atau lebih penyusunan materi belajar adalah aspek filosofis
kepribadian. Semua benda budaya dan nilai dan aspek sosiologis.
cultural yang diterima individu akan menjadi Dalam landasan filosofis, tidak ada dikotomi.
naluri kedua, sebab sudah mendarah daging, Akan tetapi kerap muncul adalah perbedaan
dan mengkristal dalam bentuk disadari ataupun dalam memaknai substansi dari al-Quran dan
bentuk yang tidak disadari. Cara hidup santri dan Hadits. Dimana, aka nada perspektif berbeda
santriwati itu adalah totalitas kualitas kultural karena perumusan materi belajar berasal dari
yang meliputi sistem nilai dan ideal dari hidup dari pelbagai latar belakang yang berbeda satu
mereka, dengan member isi danmakna kepada sama lain. Sehingga untuk satu ayat atau dalil
kehidupan. Bahkan juga sering kali mengontrol hokum yang mutasyabihat dalam madhzab empat
dan mendominasi cara hidup mereka. imam,masing-masing mempunyai perbedaan
Sanri dan santriwati dengan lingkungan pemahaman, maka akan cenderung mendorong
sekitarnya merupakan satu kesatuan. Mereka kepada perbedaan implementasi tujuan filosofis
menjadi pribadi utuh di tengah dan dengan keagamaan ketika merumuskan materi belajar.
lingkungan budaya sendiri, sebab santri dan Sementara dalam pandangan secara sosial,
santriwati menyerap segenap unsur budaya santri dan santriwati dipandang sebagai factor
lingkungannya. Dia berkembang dan pembeda. Masyarakat masih membedakan materi
memanusiakan eksistensinya, kemudian santri dan pelajaran antar santri dan santriwati. Sehingga
santriwati membentuk watak dan kepribadiannya kemungkinan sangat besar akan memberikan
di tengah kebudayaan kaumnya. Jadi, eksistensi dampak ketika memilih materi belajar yang cukup
santri dan santriwati selalu terlibat dengan benda berbeda antara pengajaran dan pembelajaran
budaya, alam, sejarah kaumnya, keterbelakangan di pondok putra dan putri. Secara sosiologis
atau kemajuan teknologi zaman dan kepercayaan. beberapa kalangan membedakan identitas yang
Ringkasnya, santri dan santriwati terlibat dalam disandang antara laki-laki dan perempuan. Untuk
unsure kultural kaum. Terintegrasi dengan itu, pendidikan diarahkan untuk memberikan
kebudayaan sukunya, karena itu unsure budaya pengalaman berbeda antara laki-laki dan perempuan.
ini seluruhnya ikut serta dalampelaksanaan Di samping itu, mitos yang menjadi keyakinan
pendidikan di pesantren sehari-hari. bahwa ada perbedaan asal mula penciptaan laki-
laki dan perempuan. Dimana difahami bahwa asal
Dasar Pertimbangan dalam Pemilihan
Materi Belajar mula penciptaan perempuan berasal dari tulang
rusuk laki-laki. Pemahaman ini tentu tidak memiliki
Materi belajar yang disusun oleh pesantren
landasan yang kuat tetapi berakar dan berkembang
senantiasa mengacu kepada tujuan pendidikan.
dalam masyarakat.
Baik ketetapan pemerintah, maupun kebijakan
Materi belajar bahasa Arab tidak terhindarkan
DPP (Dewan Pengurus Pusat) IMMIM. Secara
dari proses penyusunan materi belajar dengan
64 Turst: Jurnal Penelitian & Pengabdian Vol. 1, No. 1, Januari - Juni 2013
pembelajaran yang ditetapkan masing-masing berlangsung. Hal ini perlu mengacu kepada
lembaga. Pada posisi ini, DPP IMMIM beserta tujuan yang hendak dicapai serta sisi dan sifat
dengan perangkat pendidikan yang ada kemudian materi belajar itu sendiri.
berusaha mengkontruksi pendidikan dengan
kurikulum untuk melahirkan alumni pesantren DAFTAR PUSTAKA
sebagai anggota masyarakat. Dengan sendirinya
Aziz, Muhammad Hasan Abdul, DR. 1409
keberadaan masyarakat sebagai faktor utama
H/1988 M. Madkhal Ila al-Lughah. Al-
dalam membentuk sinergitas ini. MacLeod dan
Qahirah: Dar al-Fikr al-Arabiy.
Fraser (2010) mengemukakan bahwa lingkungan
merupakan prefensi paling awal yang harus Brown, H. Douglas. 1980. Principles of Language
Learning and Teaching. New Jersey: Prentice-
dijadikan sebagai pertimbangan utama. Tidaklah
Hall, Inc.
mengherankan kalau tradisi dan budaya yang selama
ini dipraktikkan tetap akan berlanjut sebagaimana Denzin, Norman K dan Yvonna S. Lincoln (Eds.).
lembaga pendidikan akan mentransformasikan 1994. Handbooks of Qualitative Research.
pengalaman yang sudah terbangun. London: Sage.
Elizabeth M. Kissling. Cross-linguistic differences
PENUTUP in the immediate serial recall of consonants
versus vowels. Applied Psycholinguistics. 33
Pembelajaran bahasa Arab di pesantren (2012), 605621.
senantiasa dimulai dari pengenalan lingkungan
Feisal, Jusuf Amir. Prof. DR. 1995. Reorientasi
sekitar. Dampaknya ketika santri dan santriwati
Pendidikan Islam. Jakarta: Gema Insani Press.
mendiami kawasan yang berbeda, maka akan
terdapat pembedaan materi belajar dimana Ibrahim, Abd. Syukur. 1993. Kajian Tindak Tutur.
merek tidak berada dalam lingkungan yang Surabaya: Usaha Nasional.
sama. Begitu pula peran sosial yang dibentuk Jary, David dan Julia Jary. 1991. The HarpeCollins
masyarakat menjadikan pembelajaran akan Dictionary of Sociology. Unite State of
memberikan arah yang berbeda diantara setiap America: HarperCollins Publishers.
peserta didik. Temuan-temuan seperti ini akan Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu
terus berlangsung sebagaimana bahasa tidak dapat Antropologi. Cetakan kedelapan. Jakarta:
melepaskan diri dari lingkungan penuturnya. Rineka Cipta.
Demikian pula keterkaitan dengan minat masing- MacLeod, Cheri dan Fraser, Barry J. Development,
masing santri dan santriwati. Dalam kaitannya validation and application of a modified
dengan kecenderungan minat ini, kiranya ada Arabic translation of the What Is Happening
penelitian lebih jauh untuk mengidentifikasi In this Class? (WIHIC) questionnaire.
tentang perbedaan kecenderungan minat antara Learning Environ Res. 13. 2010:105125.
laki-laki dan perempuan yang berkaitan dengan Muhammad, Yaqub T. Arabic and Islamic
kosakata bahasa Arab. Tentu tidak bisa dilupakan collections in Nigeria university libraries:
dalam penyusunan materi belajar tersebut the state of the art. American Academic &
adalah bagaimana proses pendidikan sepatutnya
66 Turst: Jurnal Penelitian & Pengabdian Vol. 1, No. 1, Januari - Juni 2013