You are on page 1of 12

GENDER DALAM MATERI BELAJAR

BAHASA ARAB DI PESANTREN

Ismail Suardi Wekke


(Dosen Jurusan Dakwah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Sorong,
E-mail: iswekke@gmail.com)

Abstract
Pesantren (boarding school) shows a significant contribution on the Indonesian educational system through
time to time. This fact shows that pesantren has a main focus of education activites. Therefore, this article will
copare how the Arabic language material in two schools of woman and man. Research was conducted in South
Sulawesi employing qualitative approach. In-depth interview and nonparticipant observation were applied
through data collection. Nine months data collection and analysis was needed to perform this research. It
was from September last year to March 2013. Research shows there are many Learning material in any cases
will depend to the school environment. This paper finds out following: first, description of the items practiced
in Pesantren IMMIM in term of language learning material and gender. Second is to describe elementary
description of language learning material that choosen by teachers in both pesantrens. Learning material was
finalized started from teacher board. Then, they examine it to management level. On the end of process, the
curriculum was consultated to many stakeholders. Finally, the differences between two schools were constructed
from environment, tradition, and learning objective. Learning environment as a part of teaching and learning
were a classroom at large. It helps students and teacher to acquire the language.
Key Word: Arabic, Pesantren, Learning, Environment, Tradition

PENDAHULUAN Ragam social digolongkan atas dasar kesamaan


peran sosial di masyarakat atau dalam istilah sosial
Bahasa merupakan sistem perlambangan
disebut jender (Feisal, 1995).
manusia yang lisan maupun tertulis untuk
Dalam berbagai budaya masih didapatkan
berkomunikasi satu dengan yang lain. Dalam satu
adanya polarisasi antara perempuan dan laki-laki.
suku bangsa yang tertentu, variasi ditentukan oleh
Hal ini secara kultural telah lama berlangsung
daerah geografis maupun oleh lapisan masyarakat
di berbagai lapisan masyarakat dan di berbagai
serta lingkungan sosial dalam suku bangsa tersebut
belahan dunia (Muhammad, 2013). Dapat
(Koentjaraningrat, 1990:203-204). Dari ciri
dilihat dari pembagian kerja terbagi atas dasar
tersebut, bahasa digolongkan ke dalam salah satu
konstruksi masyarakat, bukan karena kodrat
unsur budaya yang dapat ditemukan di setiap
jenis kelamin. Pekerjaan domestic diarahkan ke
suku bangsa. Secara garis besar, ragam bahaa
perempuan, sementara laki-laki berkesimpung di
dapat dibagi dalam tiga jenis yaitu ragam regional,
luar rumah. Pembagian ini berimplikasi terhadap
ragam social, dan ragam fungsional. Kategorisasi
kerentanan diskriminasi (Jary dan Jary, 1991).
yang perlu digarisbawahi di sini adalah timbulnya
Dalam beberapa industri, laki-laki dibayar dengan
ragam sosial (sociolek). Ragam sosial timbul
upa yang wajar. Sementara perempuan dihargai
sebagai akibat dari pengelompokan kelas social
di bawah tariff yang berlaku untuk laki-laki
dalam struktur masyarakat penutur suatu bahasa.
walaupun bekerja di bidang yang sama dan waktu
yang sama pula. Namun demikian, perempuan ataus eksualitas. Hereditas akan mengakibatkan
kerapkali mendapatkan pelecehan seksual di kecendrungan untuk mengikuti pola-pola
tempat kerja oleh para mitra kerja dan atasan. tertentu, seperti misalnya kecenderungan untuk
Dalam beberapa riset, ternyata tidak ada berjalan tegak, kecenderungan bertambah
perbedaan antara kualitas kerja laki-laki dan besar, menjadi orang lincah atau pendiam
perempuan karena faktor jenis kelamin. Demikian dan sebagainya. Adapun faktor lingkungan
pula dalam hal kemmapuan memecahkan masalah, adalah segala sesuatu yang mengelilingi indvidu
keterampilan, analisis, dorongan kompetitif, dalam proses bermain, maupun dalam bentuk
motivasi, sosiabilitas, atau kemampuan belajar. lingkungan psikologis seperti perasaan yang
Termasuk dalam produktivitas kerja dan pengaruh dialaminya, cita-cita persoalan dan lain-lain (Patty,
kepuasan kerja tidak berhubungan sama sekali dkk, 1982).
dengan jenis kelamin. Hal yang terjadi justru Dengan demikian, tidak alasan secara ilmiah
sebaliknya, dalam berbagai lini organisasi kadang dan dengan dalil apapun, untuk membenarkan
ditemukan adanya sexual harrasement (pelecehan tindakan diskriminasi perempuan. Adanya
seksual) yang dilakukan oleh atasan terhadap tindakan diskriminasi yang telah berlangsung
bawahan perempuan. Adapula pergeseran pilihan lama sebenarnya hanya faktor pembentukan lokal
dalam hal tanggungjawab perawatan anak di siang semata-mata. Sementara dalam proses belajar
hari, telah banyak laki-laki yang mau mengambil bahasa, di satu sisi yang dapat diamati yaitu
bagian dalam peran ini (Robbins, 1996). adanya perbedaan dalam proses pembelajaran yang
Prince dan Crapo (1999) pada tahun dikhususkan antara putra dan putri. Implikasi
1986 telah melakukan studi terhadap sekitar berikutnya akan dilihat secara sangat luas. Akan
1800 orang di Afrika Selatan yang terdiri atas didapatkan perbedaan diantaranya dalam materi
laki-laki dan perempuan. Kedua peneliti tidak belajar, teknik dan metode pembelajaran serta
menemukan perbedaan yang signifikan atas proses evaluasi. Pembatasan-pembatasan peran
perasaan identitas diri, integritas ego, kesediaan yang terjadi seperti ini, pada gilirannya akan
untuk berbagi, mengambil resiko, pada laki-laki berakibat pada berbagai macam hal dalm proses
dan perempuan. Termasuk di dalamnya relasi belajar bahasa termasuk di dalamnya materi belajar.
secara akurat, membangun kepercayaan diri Berdasarkan penjelasan di atas, maka artikel
sendiri dalam komunitas pribadi dan kaulitas penelitian ini akan membahas tiga hal yaitu (1),
kepedulian terhadap sesama. Lebih jauh dijelaskan materi pembelajaran bahasa Arab, dan (2) dasar
dalam gejala psikologis yang lain yaitu agresitas, pertimbangan dalam pemilihan materi tersebut.
tanggung jawab, individualitas, realitas, keseriusan,
keamampuan, dan tindak kesopanan. KAJIAN TEORITIS
Dalam kajian psikologi, perbedaan individual
disebabkan banyak faktor. Secara umum, factor Memaknai Seks dan Jender
khusus yang menyebabkan perbedaan ini diredusir Gender merupakan simbol untuk
hanya menjadi dua hal, yaitu faktor hereditas mengungkapkan jenis kelamin seseorang
(keturunan) dan faktor lingkungan. Tidak berdasarkan peran sosial di masyarakat. Dalam
termasuk di dalamnya adalah faktor jasmaniah berbagai bahasa kadang symbol identitas jender

56 Turst: Jurnal Penelitian & Pengabdian Vol. 1, No. 1, Januari - Juni 2013
mengacu kepada jenis kelamin, walaupun ini laki (zukuriah) dan perempuan (unutsah). Untuk
dimaksudkan sebagai identitas jenis kelamin (sex proses pertumbuhan anak menjadi seorang laki-
identity) tetapi pada hakekatnya, jender sebagai laki atau menjadi seorang perempuan, lebih tepat
pembagian peran berdasarkan kesepakatan anggota digunakan istilah jender daripada istilah seks.
masyarakat dalam ruang dan waktu tertentu. Jika Istilah seks umumnya digunakan untuk merujuk
seorang bayi lahir dengan penis maka dikategorikan pada persoalan reproduksi dan aktivitas seksual,
laki-laki. Sebaliknya jika seorang anak lahir dengan selebihnya digunakan istilah jender. Persepsi
vagina, maka ia dikategorikan perempuan. Begitu yang berkembang di masyarakat, menganggap
identitas jenis kelamin dikenal maka sejak itu juga perbedaan jender (gender differences) sebagai
melekat padanya persepsi dan beban budaya pada akibat perbedaan seks (sex differences). Pembagian
diri seorang anak. Kalau seorang anak laki-laki, peran dan kerja secara seksual dipandang sesuatu
maka ia akan hidup dalam mekanisme budaya hal yang wajar. Akan tetapi saat ini disadari
laki-laki. Sebaliknya, kalau ia seorang perempuan, bahwa tida mesti perbedaan seks menyebabkan
maka ia akan hidup dalam mekanisme budaya ketidakadilan jender (gender inequality).
perempuan (Nasaruddin Umar, 2001). Begitu seorang anak dilahirkan, maka
Selanjutnya, Nasaruddin Umar menjelaskan pada saat yang sama ia memperoleh tugas
bahwa adanya perbedaan konsep terhadap dan beban jender (gender assignment) dari
jender dan jenis kelamin. Bahwa keduanya lingkungan budaya danmasyarakatnya. Beban
adalah sesuatu yang saling berbeda satu sama jender seseorang tergantung dari nilai-nilai budaya
lain. Jender adalah satu konsep yang digunakan yang berkembang dalam masyarakatnya. Alam
untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan masyarakat patrilineal dan androsentris, sejak awal
perempuan dilihat dari segi sosial dan budaya. beban jender seorang anak laki-laki lebih dominan
Jender dalam arti ini mendefinisikan laki-lai dan dibanding anak perempuan. Dalam masyarakat
perempuan dari sudut nonbiologis. Sementara lintas budaya, pola penentuan beban jender lebih
itu, sex (jenis kelamin) secara umum digunakan banyak mengacu pada faktor biologis atau jenis
untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan kelamin. Peninjauan kembali beban jender yang
perempuan dari segi anatomi biologi. Istilah sex dinilai kurang adil merupakan tugas berat bagi
berarti jenis kelamin, berkonsentrasi pada biologi umat manusia. Identifikasi beban jender lebih dari
seseorang. Meliputi perbedaan komposisi imia dan sekedar pengenalan terhadap jenis kelamin, tetapi
hormon dalam tubuh, anatomi fisik, reproduksi menyangkut nilai-nilai fundamental yang telah
dana karakteristik bilogis lainnya. Sementara itu, membudaya dalam masyarakat. Sehingga istilah
jender lebih banyak berkonsentrasi pada aspek yang lebih mungkin digunakan dalam masalah
sosial, budaya, psikologis dan aspek non biologis peninjauan beban jender (gender reconstruction)
yang dibentuk oleh kesepakatan masyarakat. dalam masyarakat, karena konsepsi bean jender
Studi jender lebih menekankan perkembangan pada seorang anak lebih banyak sebagai akibat
pada aspek maskulinitas (rujuliyah) dan feminitas stereotip jender di masyarakat.
(nisaiyah) seseorang. Berbeda dengan studi seks Dalam rangka pemahasan tentang relasi
yang lebih menekankan perkembangan aspek jender antara perempuan dan laki-laki, maka
bilogis dan komposisi kimia dalam tubuh laki- terdapat pandangan tentang perbedaan antara

Gender dalam Materi Belajar Bahasa Arab di Pesantren 57


laki-laki dan perempuan yaitu perbedaan yang berlaku umum, perannya bisa berubah dan
bersifat mutlak dan relatif. Dua perbedaan ini, dipertukarkan berdasarkan nurture. Perbedaan
pertama dikenal dengan istilah perbedaan kodrati. ini kemudian dikenal dan dianggap sebagai ciri
Perbedaan ini bersifat mutlak dan mengacu dan sifat perempuan dan ciri dan sifat laki-laki.
kepada hal-hal yang bersifat biologis. Secara Perempuan dianggap lebih emosional, sementara
kodrati perempuan dan laki-laki berbeda jenis laki-laki dianggap rasional, laki-laki akalnya
kelaminnya beserta segenap kemampuannya. Pada sempurna sementara perempuan akalnya sempit,
perempuan, mereka memiliki rahim, payudara, laki-laki memimpin sementara perempuan
ovarium (indung telur), sehingga kemudian dipimpin dan seterusnya. Perbedaan yang
berfungsi untuk aktivitas haid, hamil, menyusui didasarkan pada karakteristik ini, kemudian juga
dan melahirkan. Sementara laki-laki memiliki diterjemahkan pada pembagian ruang dan peran.
penis ilengkapi zakar (scorium) dan sperma untuk Laki-laki berperan di ruang publik sedangkan
pembuahan. Dalam bahasa Zaitunah Subhan perempuan dianggap bertanggungjawab penuh
(1992) inilah kodrat perempuan yang tidak mengurus kerumahtanggahan atau dikenal
dapat digantikan oleh kaum laki-laki. Perbedaan dengan ruang domestik atau reproduksi.
pertama ini merupakan ketentuan Tuhan yang
Bahasa Sebagai Salah Satu Unsur Budaya
bersifat alami (nature), tidak berubah dari masa
ke masa, berlaku bagi semua tingkatan manusia Dalam pandangan antropolog bahwa
di segala zaman, tak pandang status sosial. keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan
hasil karya manusia dalam rangka kehidupan
Dari pemahaman di atas, kodrat mempunyai
masyarakat yang dijadikan milik diri manusia
dua pengertian, yaitu kodrat secara biologis
dengan belajar (Koentjaraningrat, 1990). Hal
dan kodrat secara kultur. Kodrat secara biologis
tersebut berarti bahwa hampir seluruh tindakan
diberikan khusus kepada kaum perempuan
manusia adalah kebudayaan, karena hanya
dan khusus kepada laki-laki. Sementara kodrat
amat sedikit tindakan manusia dalam rangka
secara kultur dapat tertukar antara laki-laki
kehidupan dalam bermasyarakat yang tidak
dan perempuan tergantung pada kesepakatan
perlu dibiasakannya dengan belajar, yaitu hanya
masyarakat pada budaya tersebut. Dengan
beberapa tindakan naluri yang refleks atau akibat
demikian, maksud kodrat pada perempuan adalah
proses fisiologi atau kelakuan manusia yang
hukum Tuhan atau kekuasaan Tuhan yang tidak
merupakan kemampuan naluri. Bahkan bawaan
dapat berubah dan akan tetap melekat sesuai
manusia sebagai makhluk dalam gennya sejak
dengan sunnah-Nya yang asli diberikan kepada
kelahiran (seperti makan, minum atau berjalan
setiap makhluk baiklaki-laki maupun perempuan.
kaki) juga kerap dirombak menjadi bagian
Perbedaan kedua adalah perbedaan yang
kebudayaan. Manusia makan pada waktu-waktu
dihasilkan oleh implementasi sosial dan simbolik.
tertentu yang dianggapnya wajar dan pantas, ia
Atau disebut konstruksi social (social construction).
makan dan minum dengan alat-alat, cara-cara,
Karena perbedaan ini bersifat nonkodrati,
dan sopan santun atau protocol yangs eringkali
tidak kekal, sangat mungkin berubah dan
sangat rumit. Bahkan harus dipelajari terleih
berbeda berdasarkan tuntutan waktu dan ruang.
dahulu dengan susah payah. Manusia berjalan
Peredaan nonkodrati ini bersifat relatif, tidak

58 Turst: Jurnal Penelitian & Pengabdian Vol. 1, No. 1, Januari - Juni 2013
idak menurut wujud organisma yang telah berpendapat bahwa perkembangan bahasa terletak
ditentukan oleh alam, melainkan dirombak di masyarakat. Di sisi lain, masyarakat senantiasa
dengan ukuran tertentu seperti jalan seorang membutuhkan bahasa sebagai alat komunikasi
prajurit, berjalan dengan lemah lembut pada yang dominan. Dimana seseorang dilahirkan,
peragaan busana dan sebagainya, semuanya harus dia akan memperoleh bahasa dari pergaulan
dipelajari terlebih dahulu. di masyarakat ia berada. Sehingga mulai dari
Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa kelahiran manusia sampai ia wafat merupakan
bahasa adalah merupakan suatu unsur utama proses bahasa diamana ia berdiam.
kebudayaan manusia. Sebab untuk memperoleh Masyarakat merupakan kumpulan orang yang
kemampuan berbahasa adalah sesuatu yang hidup bersama dan menghasilkan aktivitas, pada
harus melalui proses pembelajaran. Tidak serta giliran selanjutnya kemudian disebut kebudayaan.
merta diperoleh secara utuh pada saat kelahiran Dengan demikian, tak ada masyarakat yang tidak
manusia. Untuk itu perlu dilihat hubungan mempunyai kebudayaan dan sebaliknya tak ada
dasar antara bahasa dan kebudayaan, termasuk kebudayaan tanpa masyarakat sebagai wadah
di dalamnya adalah ras. Sejumlah manusia yang dan pendukungnya. Walaupun secara teoritis
memiliki cirri-ciri khas tertertu yang sama, dan untuk kepentingan analisis, kedua persoalan
belum tentu juga mempunyai bahasa induk tersebut dibedakan dan dipelajari secara berbeda.
yang termasuk satu keluarga bahasa, apalagi Kebudayaan setiap bangsa atau masyarakat
mempunyai satu kebudayaan yang tergolong terdiri dari unsur besar maupun unsur kecil yang
satu daerah kebudayaan. Di antara sejumlah merupakan bagian dari suatu kebulatan yang
manusia seperti itu misalnya ada beberapa orang bersifat sebagai suatu kesatuan. Misalnya dalam
Thai, Khmer da Sunda. Ketiga golongan tersebut kebudayaan Indonesia dapat dijumpai unsur besar
mempunyai ciri-ciri ras yang sama, dalam seperti politik di samping adanya unsur kecil
antropologi-fisik seringkali disebut ras Paleo- seperti kancing.
Mongolid. Namun bahasa induk masing-masing Bahasa secara khusus dimasukkan ke dalam
suku bangsa tersebut, termasuk keluarga bahasa unsur pokok atau unsur besar kebudayaan, lazim
yang berlainan. Bahasa Thai termasuk bahasa disebut cultural universals. Istilah ini menunjukkan
Sino-Tibetan, bahasa Khmer termasuk keluarga bahwa unsur-unsur tersebut besifat universal, yaitu
bahasa Austro-Asia, dan bahasa Sunda termasuk dapat dijumpai pada setiap kebudayaan dimanapun
keluarga bahasa Austronesia. Demikian pula di dunia ini. Dari unsure kebudayaan tersebut
kebudayaan ketiga gabungan orang-orang itu dapat lagi dijabarkan kedalam unsur yang lebih
berlainan satu sama lain. Kebudayaan Thai dan kecil. Wujud dalam bentuk kegiatan kebudayaan
Khmer terpengaruh oleh agama Budha Theravada atau cultural activity. Tidak ada unsur kebudayaan
tetapi kebudayaan Sunda terpengaruh oleh agama yang tidak mempunyai kegunaan yang cocok
Islam. dalam rangka kebudayaan sebagai keseluruhan.
Bahasa mempunyai tempat yang sangat Apabila ada unsur kebudayaan yang kehilangan
khas dalam masyarakat. Demikian juga budaya kegunaannya, unsur tersebut akan hilang dengan
mempunyai tempat yang khas dalam bahasa. sendirinya. Kebiasaan serta dorongan, tanggapan
Sehingga Muhammad Hasan (1409:154) yang didapat dengan belajar serta dasar untuk

Gender dalam Materi Belajar Bahasa Arab di Pesantren 59


organisasi, harus diatur sedemikian rupa, sehingga juga terlihat pada saat mereka merias diri. Sesuai
memungkinkan pemuasan kebutuhan pokok dengan kepercayaan mereka, riasan yang menjadi
manusia (Soerjono Soekanto, 1990). pilihan utama adalah riasan burung. Binatang
Budaya sebagai sesuatu yang melekat dalam terbang melambangkan orang yang gagah berani
bahasa, merupakan unsur yang penting. Ini dapat dalam pertempuran dan juga merupakan pengayau
diamati dalam contoh tentangbahasa Inggris kepala orang. Terutama burung yang berwarna
dan bahasa Polandia. Dalam bahasa Inggris, gelap atau hitam (Dea Sudarman, 1986).
kalimat why dont you close the window, maka
dapat dimaknai dengan tutuplah jendela. METODE PENELITIAN
Implikasi dalam kalimat berbahasa Inggris
Pe n e l i t i a n i n i b e r t u j u a n u n t u k
tersebut mencerminkan kelembutan akan makna
mendeskripsikan perbandingan tentang dua
direktif dalam kalimat. Jika beberapa kata yang
hal yaitu materi pembelajaran bahasa Arab
tergabung dalam kalimat bahasa Inggris, dengan
dan dasar pertimbangan dalam pemilihan
implikatur saya menyesal kau tidak menutup
materi tersebut. Penelitian dilakukan dengan
pintu sejak tadi, sebaliknya tidakkah kau mau
menggunakan pendekatan kualitatif sebagaimana
menutup pintu? jika diterjemahkan ke dalam
yang dipaparkan Lincoln dan Denzin (1994) yaitu
bahasa Polandia akan menghasilkan implikatur
mencakup dua hal pada saat yang bersamaan.
yang sangat berbeda. Kalimat tersebut akan
Maksud kami yaitu pada satu sisi menggambarkan
bermakna tampaknya kau tidak akan menutup
materi belajar di pesantren putra dan pada sisi
pintu. Aneh, saya heran, mengapa?. Kalimat
yang lain menjelaskan bagaimana materi belajar
tersebut mengimplikasikan keheranan bagi
di pesantren putri. Penelitian memusatkan
penutur dan bukan kritik kurangnya tindakan
perhatian terhadap pemahaman akan fenomena
mitra tutur (Abd. Syukur Ibrahim, 1993).
secara rasional dengan menggunakan akal sehat
Bahasa dan budaya adalah bagian yang
(common sense) dengan menyimpulkan informasi
integral satu sama lain. Pola kebudayaan akan
yang diperoleh dari berbagai sumber.
mempengaruhi pandangan yang terefleksikan
Penelitian dilaksanakan di Pesantren IMMIM
dalam bahasa. Hal ini dapat diilustrasikan
(Ikatan Masjid Mushallah Indonesia Muttahidah)
dengan bagaimana setiap ranah kebudayaan
Putra, Makassar dan Pesantren IMMIM Putri,
mengidentifikasi warna. Suku Shona di Rhodesia
Pangkajene Kepulauan. Keduanya berlokasi di
dan suku Bassa di Liberia mempunyai lebih
Provinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan subyek
sedikit kosa kata tentang warna disbanding bahasa
penelitian berdasarkan pertimbangan bahwa di
Eropa (Douglas Brown, 1980). Bagi orang Asmat,
kedua pesantren tersebut, materi pembelajaran
mereka hanya mengenal tiga macam warna dalam
sudah dibakukan dengan melibatkan tim guru dalam
kehidupannya,yaitu merah, putih dan hitam.
penyusunan buku ajar. Demikian pula dilakukan
Merah didapatkan dari campuran tanah dengan
pengembangan materi dari waktu ke waktu, dimana
air. Putih, mereka membakar semacam kerang yang
sudah berlangsung sejak tahun 1975. Waktu sekitar
kemudian ditumbuk dan dicampur dengan air.
38 tahun, bisa disebut sebagai waktu yang mapan
Sementara campuran arang menghasilkan hitam.
dalam proses pembelajaran jika dibandingkan
Ketiga warna ini, selain terlihat pada hasil ukiran,

60 Turst: Jurnal Penelitian & Pengabdian Vol. 1, No. 1, Januari - Juni 2013
dengan sekolah atau madrasah lain yang tidak HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
memiliki otonomi dalam pengembangan materi
Materi Belajar Bahasa Arab
pembelajaran bahasa. Sebagaimana penerapan
materi belajar bahasa ditentukan oleh pemerintah Tidak ada perbedaan secara ekstrim dalam
baik Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan materi belajar di kedua pondok tersebut. Akan
maupun Kementerian Agama. tetapi yang membedakan adalah lingkungan.
Pondok Pesantren IMMIM Putra berada di
Pengumpulan data dilakukan melalui
daerah tersendiri, yaitu di Tamalanrea, sepuluh
wawancara dan observasi terhadap proses
kilometer dari pusat kota Makassar. Sementara
pembelajaran bahasa di kedua pesantren tersebut
Pondok Pesantren IMMIM Putri berada di daerah
selama kurang lebih 6 (enam) bulan, mulai
lain, kabupaten Pangkajene Kepulauan, sekitar 45
September 2012 sampai dengan Maret 2013.
kilometer dari kota Makassar. Secara geografis, ini
Untuk melengkapi data, maka dilakukan juga
memberikan kesan akan berbedanya lingkungan
analisis dokumen yaitu buku-buku pembelajaran
kedua pondok dimaksud. Dalam pemberian
bahasa Arab di kedua pesantren yang menjadi
kosakata harian, prinsip utama yang dipergunakan
tempat penelitian. Observasi yang dilakukan
adalah kosakata berdasarkan kebutuhan. Maka,
dengan cara tidak berpartisipasi dalam proses
santri dan santriwati, masing-masing mempunyai
yang diamati (non participant observation). Ini
kebutuhan kosakata bahasa Arab yang berbeda
dilakukan untuk menghindari adanya intervensi
sesuai dengan lingkungannya.
di lapangan penelitian. Metode ini digunakan
untuk mendapatkan informasi tentang materi Di Pondok Putra, dilakukan olahraga yang
belajar yang dilaksanakan di dalam dan luar bermacam-macam, yaitu bola basket, tennis meja,
kelas, termasuk deskripsi yang berhubungan sepak bola, takraw, bola volli, tapak suci, taekwondo,
aktivitas guru, santri/santriwati serta situasi dan bulu tangkis. Untuk kegiatan musik, ditemukan
dan kondisi selama pembelajaran berlangsung. alat-alat band yaitu gitar, drum dan bass. Sementara
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan alat drum band terdiri atas perkusen, rototom,
gambaran untuk mendapatkan gambaran yang bass, bellira, keyboard dan cymbal. Untuk Pondok
mendalam tentang faktor-faktor yang menjadi Putri, dalam kegiatan olahraga didapatkan bola
pendukung dalam pemilihan materi belajar. basket, karate, volli, pencak silat, dan bulutangkis.
Termasuk untuk melakukan pendalaman dan Untuk kegiatan musik terdapat kasidah dan drum
klarifikasi data penelitian yang berkaitan dengan band. Dengan dasar kegiatan dan alat-alat yang
pemilihan materi belajar, baik yang diperoleh dipergunakan sehari-hari, maka santri dan santriwati
melalui observasi maupun mengkonfirmasi data terdapat kesamaan dan tentu membutuhkan kosa
dari subyek penelitian yang lain. Sementara kata yang berbeda-beda. Namun ini bukan berarti
analisis dokumen digunakan untuk mendapatkan pembedaan materi belajar dan pengajaran di antara
data-data materi belajar yang digunakan dalam kedua pondok. Satu hal yang bisa dilihat dalam
buku ajar. Teknik analisis data yang digunakan perspektif jender adalah anggapan masyarakat
adalah deskriptif kualitatif terhadap data yang bahwa laki-laki bermain sepakbola sementara
diperoleh dari hasil observasi dan wawancara perempuan tidak. Sehingga membedakan akan
untuk menjawa pertanyaan penelitian. pilihan dalam berolahraga. Pembedaan dalam

Gender dalam Materi Belajar Bahasa Arab di Pesantren 61


aktivitas olahraga ini akibat dari adanya pembedaan seni di pondok putri tampaknya lebih banyak
permainan. Jika kemudian, salah satu diantara dilakukan dibanding pondok putra. Pementasan
keduanya tidak memainkan olahraga tertentu, maka seni panggung secara rutin diadakan ISPM (Ikatan
bukan kebutuhan baginya untuk menghafalkan Santri Pesantren Moderen), organisasi kesiswaan,
kosakata yang mana tidak digunakan dalam wacana dengan melibatkan seluruh santriwati untuk
sehari-hari memberikan kontribusi penampilan. Sementara di
Demikian pula untuk olahraga bela diri. pesantren putra lebih banyak dilakukan kegiatan
Perempuan hanya diberikan olahraga bela diri yang musik. Latihan band secara rutin dilakukan setiap
ringan, dengan catatan hanya digunakan untuk sore. Kemudian pada saat festival band pelajar,
membantu gerak domestik. Sementara laki-laki mereka senantiasa berpartisipasi aktif dalam
diarahkan sebagai alat untuk mempertahankan kegiatan lomba.
diri. Padahal, perempuan lebih rentan terhadap Untuk kegiatan drum band, pesantren
tindakan kekerasan. Sehingga mereka harus putri lebih dominan dalam latihan dan kegiatan.
dapat membela diri dari pelbagai kejahatan. Ini dikarenakan satu-satunya lembaga yang
Bahasa Arab digunakan sebagai pelajaran sehari- memiliki kelengkapan alat drum band secara
hari, maka dampaknya tentu dalam pengayaan lengkap di Kabupaten Pangkep hanya dimiliki
kosakata akan berbeda jika kemudian cara pesantren ini. Tidap acara yang digelar dalam
pandang terhadap perempuan dan laki-laki skala besar, mereka senantiasa mengikutsertakan
berbeda sejak awal. Bahasa arab di kedua pondok, para santriwati. Berbeda dengan pesantren putra
tidak dijadikan sebagai tujuan pembelajaran karena letaknya di ibukota provinsi, sehingga
melainkan merupakan alat dalam proses kegiatan banyak lembaga lain yang memiliki kapasitas
belajar. Sehingga fokus bahasa Arab lebih banyak dalam permainan drum band yang memiliki alat
mengarah kepada bagaimana dapat digunakan serupa. Untuk itu mereka tidak secara berkala
sehari-hari. Untuk itu, bahasa selain digunakan dilibatkan dalam penampilan di hadapan public,
untuk berkomunikasi, juga diarahkan untuk sehingga kemungkinan berpenagruh terhadap
dapat memahami kitab-kitab klasik dalam bentuk motivasi latihan mereka. Perbedaan pilihan akan
buku fiqh atu kitab turath. Sebagai dasar dalam akitivitas rutin ini, akan memberikan dampak
pengkajian hokum Islam. yang berbeda dalam penguasaan kosakata.
Dari rangkuman deskripsi yang digunakan Jika melihat paparan data di atas, maka dapat
tenaga edukatif, ditemukan bahwa santri lebih dinyatakan bahwa dalam belajar bahasa sehari-hari,
cenderung akan bertanya tentang kosa kata yang senantiasa berada dalam lingkungan yang berbeda.
berhubungan dengan dunia olahraga, otomotif, Perbedaan ini memberikan cara hidup tersendiri
dan aktivitas yang berkaitan dengan gerakan. yang regulatif dan determinatif sifatnya, yaitu
Sementara santriwati cenderung untuk mempelajari menentukan tingkah laku, sikap, pandangan hidup
kosakata yang berhubungan dengan seni, humor, dan segenap harapan pribadi yang bersangkutan.
kisah dan film. Kecenderungan itu, adalah faktor Bahkan jarang seseorang yang mampu melepaskan
lingkungan semata, sehingga akan memberikan diri dari pengaruh tradisi, institusi dan tata cara
minat dan perhatian yang berbeda pula. Pada saat budaya kaum serta bangsanya.
observasi, ditemukan di lapangan bahwa kegiatan

62 Turst: Jurnal Penelitian & Pengabdian Vol. 1, No. 1, Januari - Juni 2013
Kebudayaan sebagai cara hidup juga jelas tidak akan didapatkan tujuanpendidikan
memberikan pengaruh material dan immaterial, yang berkeinginan untuk membentuk kondisi
sehingga memunculkan sifat unik serta ciri antara laki-laki dan perempuan yang berbeda.
karateristik pada persekutuan hidup yang sama Hingga landasan yang dapat mempenagruhi
halnya dengan perbedaan diantara dua atau lebih penyusunan materi belajar adalah aspek filosofis
kepribadian. Semua benda budaya dan nilai dan aspek sosiologis.
cultural yang diterima individu akan menjadi Dalam landasan filosofis, tidak ada dikotomi.
naluri kedua, sebab sudah mendarah daging, Akan tetapi kerap muncul adalah perbedaan
dan mengkristal dalam bentuk disadari ataupun dalam memaknai substansi dari al-Quran dan
bentuk yang tidak disadari. Cara hidup santri dan Hadits. Dimana, aka nada perspektif berbeda
santriwati itu adalah totalitas kualitas kultural karena perumusan materi belajar berasal dari
yang meliputi sistem nilai dan ideal dari hidup dari pelbagai latar belakang yang berbeda satu
mereka, dengan member isi danmakna kepada sama lain. Sehingga untuk satu ayat atau dalil
kehidupan. Bahkan juga sering kali mengontrol hokum yang mutasyabihat dalam madhzab empat
dan mendominasi cara hidup mereka. imam,masing-masing mempunyai perbedaan
Sanri dan santriwati dengan lingkungan pemahaman, maka akan cenderung mendorong
sekitarnya merupakan satu kesatuan. Mereka kepada perbedaan implementasi tujuan filosofis
menjadi pribadi utuh di tengah dan dengan keagamaan ketika merumuskan materi belajar.
lingkungan budaya sendiri, sebab santri dan Sementara dalam pandangan secara sosial,
santriwati menyerap segenap unsur budaya santri dan santriwati dipandang sebagai factor
lingkungannya. Dia berkembang dan pembeda. Masyarakat masih membedakan materi
memanusiakan eksistensinya, kemudian santri dan pelajaran antar santri dan santriwati. Sehingga
santriwati membentuk watak dan kepribadiannya kemungkinan sangat besar akan memberikan
di tengah kebudayaan kaumnya. Jadi, eksistensi dampak ketika memilih materi belajar yang cukup
santri dan santriwati selalu terlibat dengan benda berbeda antara pengajaran dan pembelajaran
budaya, alam, sejarah kaumnya, keterbelakangan di pondok putra dan putri. Secara sosiologis
atau kemajuan teknologi zaman dan kepercayaan. beberapa kalangan membedakan identitas yang
Ringkasnya, santri dan santriwati terlibat dalam disandang antara laki-laki dan perempuan. Untuk
unsure kultural kaum. Terintegrasi dengan itu, pendidikan diarahkan untuk memberikan
kebudayaan sukunya, karena itu unsure budaya pengalaman berbeda antara laki-laki dan perempuan.
ini seluruhnya ikut serta dalampelaksanaan Di samping itu, mitos yang menjadi keyakinan
pendidikan di pesantren sehari-hari. bahwa ada perbedaan asal mula penciptaan laki-
laki dan perempuan. Dimana difahami bahwa asal
Dasar Pertimbangan dalam Pemilihan
Materi Belajar mula penciptaan perempuan berasal dari tulang
rusuk laki-laki. Pemahaman ini tentu tidak memiliki
Materi belajar yang disusun oleh pesantren
landasan yang kuat tetapi berakar dan berkembang
senantiasa mengacu kepada tujuan pendidikan.
dalam masyarakat.
Baik ketetapan pemerintah, maupun kebijakan
Materi belajar bahasa Arab tidak terhindarkan
DPP (Dewan Pengurus Pusat) IMMIM. Secara
dari proses penyusunan materi belajar dengan

Gender dalam Materi Belajar Bahasa Arab di Pesantren 63


landasan sosiologis. Laki-laki dipersiapkan untuk belajar masing-masing selanjutnya secara formal
menempati ruang publik diberikan kosakata yang akan ditelaah oleh DPP IMMIM untuk disahkan.
berorientasi pada kegiatan publik. Sementara Selanjutnya, faktor subyek penyusun menjadi
perempuan yang dilabeli dengan pekerjaan di penting. Sehingga kalaupun dipelajari dan disahkan
sektor domestik, hanya diberikan kosakata yang DPP tidak akan memberikan pengaruh yang
mengacu pada pekerjaan ruang domestik. Hingga signifikan. Karena asas yang digunakan tentu saja
pembedaan materi belajar akan memberikan berbeda. Sementara pertimbangan DPP IMMIM
kelanggengan terhadap pandangan masyarakat berada dalam wilayah filosofis, psikologis dan
yang senantiasa membedakan ruang dan waktu organisasi materi belajar. Tentu ini sangat terbatas,
terhadap laki-laki dan perempuan. Pengamatan jika dibandingkan pertimbangan-pertimbangan
menunjukkan bahwa konsep tradisional mengenai yang digunakan dewan guru dalam penyusunan
bagaimana peranana perempuan dan laki-laki materi belajar.
diharapkan masih berakar kuat dalam masyarakat. Penelitian ini menunjukkan bahwa ada
Secara turun temurun keadaan menunjukkan perbedaan materi belajar bahasa Arab di Pesantren
adanya penempatan laki-laki dalam posisi yang IMMIM Putra, Makassar dan Pesantren IMMIM
istimewa dan menguntungkan serta tidak mudah Putri, Pangkep. Namun perbedaan tersebut
berubah. Sementara perempuan diposisikan semata-mata bukanlah karena faktor peran sosial
dalam kondisi yang lemah dan tidak bisa memilih, yang berbeda antara diantara identitas bilogis
justru kerap menjadi obyek. semata, melainkan juga karena lingkungan
Pesantren tidak dapat menghidarkan diri pembelajaran yang membedakan pola pengajaran
dari kondisi tersebut. Sudut pandang sosiologis dan pembelajaran. Sehingga dapat disimpulkan
dan tuntutan kebutuhan masyarakat, dilakukan bahwa sesungguhnya kontruksi masyarakat tidak
dengan menerima pendapat orang tua yang dapat melepaskan diri dari lingkungan alam yang
diwakili dalam lembaga Komite Sekolah. Biasanya membentuknya. Pembedaan antara pendidikan
Komite Sekolah akan memberikan alokasi laki-laki dan perempuan dapat diperoleh karena
kebutuhan materi belajar yangberbeda antara salah satunya bagaiamana adaptasi manusia
santri pesantren putra dan putri. Secara teknis, terhadap lingkungan yang didiaminya.
ini terjadi karena tidak semua orang tua santri Sebagaimana Kissling (2013) menyatakan bahwa
sekaligus adalah orang tua santriwati. Dengan ada perbedaan konsonan yang dituturkan antara
perbedaan ini, maka akan menimbulkan analisa laki-laki dan perempuan. Konstruksi seperti
kebutuhan yang dilakukan pengambil keputusan ini wujud dimana antara manusia akan meniru
yang berbeda. Untuk itu adanya pembedaan lingkungan pergaulannya. Maka, saat laki-laki
materi belajar antara pondok putra dan putri tidak dan perempuan berbeda lingkungan tentu akan
terelakkan lagi. wujud diamana mereka meniru sesama anggota
Walaupun pembahasan materi belajar antara yang berada dalam lingkungan masing-masing.
pesantren putra dan putri dibahas secara bersamaan Materi belajar sejak awal disesuaikan dengan
akan tetapi dewan guru di kedua pesantren dimaksud keberadaan lingkungan. Ini dimaksudkan untuk
menyusun dengan komunitas yang berbeda. Setelah melakukan pengenalan. Pada tahap selanjutnya
panitia ad hoc menyelesaikan penyusunan materi materi belajar bergantung kepada tujuan

64 Turst: Jurnal Penelitian & Pengabdian Vol. 1, No. 1, Januari - Juni 2013
pembelajaran yang ditetapkan masing-masing berlangsung. Hal ini perlu mengacu kepada
lembaga. Pada posisi ini, DPP IMMIM beserta tujuan yang hendak dicapai serta sisi dan sifat
dengan perangkat pendidikan yang ada kemudian materi belajar itu sendiri.
berusaha mengkontruksi pendidikan dengan
kurikulum untuk melahirkan alumni pesantren DAFTAR PUSTAKA
sebagai anggota masyarakat. Dengan sendirinya
Aziz, Muhammad Hasan Abdul, DR. 1409
keberadaan masyarakat sebagai faktor utama
H/1988 M. Madkhal Ila al-Lughah. Al-
dalam membentuk sinergitas ini. MacLeod dan
Qahirah: Dar al-Fikr al-Arabiy.
Fraser (2010) mengemukakan bahwa lingkungan
merupakan prefensi paling awal yang harus Brown, H. Douglas. 1980. Principles of Language
Learning and Teaching. New Jersey: Prentice-
dijadikan sebagai pertimbangan utama. Tidaklah
Hall, Inc.
mengherankan kalau tradisi dan budaya yang selama
ini dipraktikkan tetap akan berlanjut sebagaimana Denzin, Norman K dan Yvonna S. Lincoln (Eds.).
lembaga pendidikan akan mentransformasikan 1994. Handbooks of Qualitative Research.
pengalaman yang sudah terbangun. London: Sage.
Elizabeth M. Kissling. Cross-linguistic differences
PENUTUP in the immediate serial recall of consonants
versus vowels. Applied Psycholinguistics. 33
Pembelajaran bahasa Arab di pesantren (2012), 605621.
senantiasa dimulai dari pengenalan lingkungan
Feisal, Jusuf Amir. Prof. DR. 1995. Reorientasi
sekitar. Dampaknya ketika santri dan santriwati
Pendidikan Islam. Jakarta: Gema Insani Press.
mendiami kawasan yang berbeda, maka akan
terdapat pembedaan materi belajar dimana Ibrahim, Abd. Syukur. 1993. Kajian Tindak Tutur.
merek tidak berada dalam lingkungan yang Surabaya: Usaha Nasional.
sama. Begitu pula peran sosial yang dibentuk Jary, David dan Julia Jary. 1991. The HarpeCollins
masyarakat menjadikan pembelajaran akan Dictionary of Sociology. Unite State of
memberikan arah yang berbeda diantara setiap America: HarperCollins Publishers.
peserta didik. Temuan-temuan seperti ini akan Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu
terus berlangsung sebagaimana bahasa tidak dapat Antropologi. Cetakan kedelapan. Jakarta:
melepaskan diri dari lingkungan penuturnya. Rineka Cipta.
Demikian pula keterkaitan dengan minat masing- MacLeod, Cheri dan Fraser, Barry J. Development,
masing santri dan santriwati. Dalam kaitannya validation and application of a modified
dengan kecenderungan minat ini, kiranya ada Arabic translation of the What Is Happening
penelitian lebih jauh untuk mengidentifikasi In this Class? (WIHIC) questionnaire.
tentang perbedaan kecenderungan minat antara Learning Environ Res. 13. 2010:105125.
laki-laki dan perempuan yang berkaitan dengan Muhammad, Yaqub T. Arabic and Islamic
kosakata bahasa Arab. Tentu tidak bisa dilupakan collections in Nigeria university libraries:
dalam penyusunan materi belajar tersebut the state of the art. American Academic &
adalah bagaimana proses pendidikan sepatutnya

Gender dalam Materi Belajar Bahasa Arab di Pesantren 65


Scholarly Research Journal. Vol. 5, No. 2, Mar. Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi, Suatu
2013, 1-12. Pengantar. Edisi keempat, cetakan
Patty, F. M.A., Prof. dkk. 1982. Pengantar Psikologi keduapuluh. Jakarta: PT. RajaGrafindo
Umum. Cetakan keempat. Surabaya: Usaha Persada.
Nasional. Subhan, Zaituna, DR. 1999. Tafsir Kebencian,
Price William F dan Richley H. Crapo. 1999. Studi Bias Gender dalam Tafsir al-Quran.
Cross-cultural Perspectives in Introductory Yogyakarta: LKiS.
Psychology. 3 rd Edition. Unite States of Sudarman, Dea. 1986. Asmat, Menyingkap Budaya
America: Wadsworth Publishing Company. Suku Pedalaman Irian Jaya. Cetakan kedua.
Robbins, Stephen P. 1996. Perilaku Organisasi. Jakarta: PT. Pustaka Sinar Harapan.
Jilid II. Penerjemah Hadyana Pujaatmaka, Umar, Nasaruddin, DR. 2011. Argumen Kesetaraan
DR. Organizational Behaviour. Yogyakarta: Jender, Perspektif al-Quran. Cetakan kedua.
Aditya Media. Jakarta: Paramadina.

66 Turst: Jurnal Penelitian & Pengabdian Vol. 1, No. 1, Januari - Juni 2013

You might also like