You are on page 1of 9

PORTOFOLIO

BELLS PALSY

Disusun oleh :
dr. Putri Nahrisyah

Pendamping :
dr. Isma Ninda Ningsih
dr. Fitrika Rahmah Riasya

RSUD TENGKU MANSYUR


TANJUNG BALAI
INTERNSIP DOKTER INDONESIA
PERIODE 2017-2018
KOTA TANJUNGBALAI
BERITA ACARA PRESENTASI PORTOFOLIO

Pada hari ini tanggal ........................................................... telah dipresentasikan oleh:

Nama Peserta : dr. Putri Nahrisyah

Dengan Judul/Topik : Bells Palsy

Nama Pendamping : dr. Fitrika Rahmah Riasya

Lokasi Wahana : RSUD Dr. Tengku Mansyur Kota Tanjung Balai

No. Nama Peserta Presentasi Tanda Tangan

Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.

Pendamping I

(dr. Fitrika Rahmah Riasya)


PORTOFOLIO KASUS

Nama Peserta : dr.Putri Nahrisyah


Nama Wahana: RSUD Tengku Mansyur
Topik: BELLS PALSY
Tanggal (kasus) :
Tanggal Presentasi : Pendamping : dr. Fitrika Rahmah Riasya
Tempat Persentasi : RSUD Tengku Mansyur
Obyek presentasi :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi: Perempuan 36, mulut mencong ke kiri, mata tidak dapat tertutup sempurna, alis
mata tidak dapat terangkat,Bells Palsy
Tujuan: Menegakkan diagnosis Bells palsy dan melakukan terapi yang tepat
Bahan Bahasan: Tinjauan pustaka Riset Kasus Audit
Cara Membahas: Diskusi Presentasi dan diskusi E-mail Pos
Data Pasien: Nama: Tn F No.Registrasi: -
Nama klinik IGD RSU Tengku Mansyur
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Gambaran Klinis
Pasien datang dengan keluhan bibir tertarik ke kiri, mata kiri tidak dapat menutup secara
sempurna, alis mata kiri tidak dapat terangkat sejak satu hari sebelum datang ke IGD RSU
Tengku Mansyur. Keluhan dirasakan datang secara tiba-tiba. Os sering berpergian
menggunakan sepeda motor tanpa menggunakan helm. Keluhan tanpa disertai
demam,kelemahan salah satu anggota gerak,pingsan ataupun nyeri kepala yang hebat. Os
menyangkal adanya mual dan muntah, BAK (+) normal, BAB(+)normal
2. Riwayat pengobatan: Pasien belum pernah berobat sebelumnya.
3. Riwayat kesehatan/penyakit: Riwayat hipertensi, diabetes melitus dan asma disangkal.
4. Riwayat keluarga: Tidak ada keluarga yang menderita penyakit sama dengan pasien
5. Riwayat pekerjaan: Wiraswasta
6. Kondisi lingkungan sosial dan fisik: Pasien tinggal bersama suami dan anaknya.
7. Lain Lain
Daftar Pustaka:
1. Mardjono M, Sidharta P. Neurologis Klinis Dasar : PT Dian Rakyat,1989
2. Adour KK : Current Concept in Neurology, Diagnosis and Management of Facial paralysis.
Engl J Med 1982, 307 : 348 351.
3. J. Sabirin. Bells Palsy, dalam Simposium Gangguan Gerak, Cetakan ke dua
Semarang,1996 : 163 72.
4. Thamrinsyam H . Elektrodiagnosa Dini untuk Penilaian Bells Palsy, dalam Bells Palsy,
Surabaya, 1991 : 51-63.
5. Djamil Y, Basjirudin. Paralisis Bell, dalam Kapita Selekta Neurologi. Gajahmada Press,
Jogjakarta, 2000.

Hasil Pembelajaran
1. Menegakkan Diagnosis Bells Palsy
2. Memberikan penatalaksanaan yang tepat terhadap kasus Bells Palsy

RANGKUMAN HASIL PEMBELAJARAN PORTOFOLIO


SUBJEKTIF
Pasien datang dengan keluhan sudut bibir jatuh ke kiri, mata kiri tidak dapat
menutup secara sempurna, alis mata kiri tidak dapat terangkat sejak satu hari
sebelum datang ke IGD RSU Tengku Mansyur. Keluhan dirasakan datang secara
tiba-tiba. Os sering berpergian menggunakan sepeda motor tanpa menggunakan
helm. Keluhan tanpa disertai demam,kelemahan salah satu anggota gerak,pingsan
ataupun nyeri kepala yang hebat. Os menyangkal adanya mual dan muntah, BAK
(+) normal, BAB(+)normal
OBJEKTIF
PEMERIKSAAN UMUM
Keadaan umum : Tampak baik
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 120/90 mmhg Respirasi : 22x/menit
Nadi : 96 x/menit Suhu : 36,50C
STATUS GENERALIS
Mata
Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-),mata kiri tidak dapat menutup
secara sempurna
Hidung dan mulut
Mulut :Asimetris,
Tenggorok
Uvula di tengah, T1-T1
Leher
Trakhea di tengah, limfonodi tidak membesar, JVP R-2 cmH20
Thorax
Pulmo
Inspeksi : Simetris
Palpasi : SF ka=ki
Perkusi : sonor
Auskultasi : Vesikuler, wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
Cor
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis tidak kuat angkat
Perkusi : Batas jantung kesan normal
Auskultasi : BJ I-II intensitas normal, reguler, bising jantung (-)
Abdomen
Inspeksi : Simetris
Auskultasi : Bising usus (+) N
Perkusi : Timpani
Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba

Ekstremitas
Superior: Akral dingin (-/-); Oedem (-/-), clubbing finger (+/+)
Inferior: Akral dingin (-/-); Oedem (-/-),

PEMERIKSAAN LAB :
Tidak dilakukan
ASSESMENT
Diagnosa: Bells Palsy
Bells Palsy (BP) adalah kelumpuhan nervus fasialis perifer yang terjadi secara akut
yang penyebabnya tidak diketahui. Penyakit ini dapat mengenai semua umur, namun
lebih sering pada usia 20 50 tahun. Angka kejadian antara pria dan wanita sama
besarnya.
Bells palsy hampir selalu terjadi unilateral, namun dapat terjadi paralysis
bilateral dalam 1 2 minggu kemudian. Penyakit ini dapat berulang.
Ada 4 teori yang dianggap sebagai penyebab terjadinya BP, yaitu

1. teori iskemik vaskular.


Menurut teori ini, terjadi gangguan regulasi sirkulasi darah ke N VII. Terjadi
vasokonstriksi arteriol yang memperdarahi N VII sehingga terjadi iskemik,
kemudian diikuti oleh dilatasi kapiler dan permeabilitas kapiler yang
meningkat, dengan akibat terjadi transudasi. Cairan transudasi ini akan
menekan kapiler limfe sehingga menutup. Keadaan ini akan menyebaban
pengeluaran cairan makin bertambah dan akan makin menekan kapiler dan
venula dalam kanalis fasialis sehingga terjadi iskemik,

2. teori virus.
Penderita Bells palsy sering terjadi setelah infeksi virus, sehingga menurut
teori ini penyebab BP adalah virus. Perjalanan penyakit ini juga menyerupai
viral neuropathy pada saraf perifer lainnya.

3. teori herediter.
Menurut Willbrand (1974), mendapatka 6% penderita BP penyebabnya
adalah herditer, autosomal dominan. Keadaan ini mungkin karena kanalis
fallopii yang sempit pada keturunan tersebut sehingga menyebabkan
predisposisi untuk terjadinya BP.

4. teori imunologi.
Dikatakan bahwa BP terjadi akibat reaksi imunologi terhadap infeksi virus
yang timbul sebelumnya atau akibat dari pemberian imunisasi.

Gambaran klinis.
Pada awalnya, penderita akan merasakan kelainan pada mulut saat bangun
tidur, gosok gigi atau berkumur. Sudut bibir akan tampak jatuh dan kelopak mata
tidak dapat dipejamkan (lagoftalmos), bila penderita disuruh untuk menutup mata
maka bola mata akan tampak berputar keatas. Penderita akan sulit untuk bersiul atau
meniup, bila penderita berkumur atau minum maka air akan keluar dari sisi yang
sakit.

Diagnosis

Untuk menegakan diagnosis Bell Palsy, harus ditetapkan dulu adanya paralisis
fasialis tipe perifer.

Untuk membuat diagnosis diperlukan beberapa pemeriksaan.

a. Pemeriksaan telinga dan audiometri, ini untuk menyingkirkan adanya infeksi


telinga tengah dan kolestoma.
b. Pemeriksaan neurologi dan nervi kraniales. Ini untuk mencari adanya Ca
nasopharing atau tumor pada sudut serebelo pontin.
c. Pemeriksaan radiologi pada os temporal dan mastoid untuk mencari adanya
mastoiditis dan fraktur os temporal.
Pada pasien ini diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik pada wajah yakni
mata kiri yang tidak dapat tertutup sempurna,sudut mulut kiri yang mencong
(asimetris) dan alis mata yang tidak dapat terangkat secara sempurna.

Penatalaksanaan

Pengobatan BP dapat secara terapi medikamentosa, fisioterapi dan terapi operatif.

1. Terapi medikamentosa.
Telah diteliti beberapa obat, antara lain kortikosteroid. Dari golongan ini telah
diteliti beberapa macam obat, antara lain prednison, prednisolon, ACTH,
kortison dan glukokortikoid. Dosis prednison 80 mg/hari selama 5 hari,
kemudian diturunkan secara bertahap sampai hari ke 11. Sedangkan
prednisolon dipakai dengan dosis 80 mg/hari dan diturunkan secara bertahap
sampai hari ke 10. Efek dari obat ini adalah untuk mengurangi edema saraf di
dalam kanali fasialis.

2. Fisioterapi
Fisioterapi diberikan terutama stimulasi listrik (faradisasi atau galvanisasi).
Terapi diberikan berdasarkan stadium dari penyakitnya. Pada stadium akut
dapat diberikan tindakan berupa pemanasan pada muka dan telinga atau
dengan penyinaran. Sedangkan setelah lewat fase akut dapat dilakukan
pemberian galvanisasi.

3. terapi operatif.
Terapi operatif diberikan berikan bila terjadi pengurangan produksi air mata
dan aliran saliva berkurang juga bila respon terhadap tes listrik antara sisi
sehat dan sakit berbeda 2,5 mA. Terapi ini masih kontroversial pada BP.

Prognosis

Antara 80 85 % penderita akan sembuh sempurna dalam waktu 3 bulan.


Paralisis ringan atau sedang merupakan tanda prognosis baik. Sedangkan denervasi
otot wajah setelah 2 3 minggu menunjukan pemulihan yang lebih lama dan tidak
sempurna.

PLAN :
Diagnosis klinis : Bells Palsy
Pengobatan :
1. Farmakologis :
- Methyprednisolon 2x4mg tapering off
- B1,B6,B12 compeks 1x1

2. Non Farmakologis :
Edukasi :
- Menghindari faktor pencetus seperti menghindari kontak langsung
dengan udara diluar saat berkendaraan terutama dengan sepeda motor dan
menggunakan kipas angin
-menganjurkan untuk fisioterapi
-menganjurkan untuk mengunyah permen karet setiaap hari.

Konsultasi / Rujukan :
Pasien diharapkan konsul ke dokter spesialis Syaraf untuk penatalaksanaan
selanjutnya

You might also like