You are on page 1of 31
ISBN: 978-979-181-803-2 BUDIDAYA UDANG VANAME INTENSIF PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERIKANAN BUDIDAYA BALA! PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BUDIDAYA ot PETUNJUK TEKNIS BUDIDAYA UDANG VANAME INTENSIF SISTEM BIOFLOK PENGARAH: Rachmansyah PENYUSUN: Gunarto Usman Abdul Mansyur Nur Ansari Rangka EDITOR: Andi Parenrengi Endang Susianingsih EDITOR PELAKSANA: Rosmiati Syarianah Ansar DESAIN SAMPUL: Husain Penerbitan Petunjuk Teknis ini dibiayai oleh Kegiatan Diseminasi dan Asimilasi Hasil Riset Kelautan dan Perikanan Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau DIPA No. 0543/032-11.KD.01/23/2011, TA. 2011 PRAKATA Pada masa sekarang ini, salah satu andalan subsektor perikanan untuk mendapatkan devisa negara adalah budidaya udang di tambak. Namun demikian budidaya udang dihadapkan pada kendala banyaknya kegagalan panen dari budidaya udang windu akibat serangan penyakit yang menyebabkan produksi udang windu menurun secara drastis. Budidaya udang vanname di Indonesia dimulai tahun 199/ 2000 yang dilakukan secara intensif di beberapa daerah di Indonesia dan kint telah dapat meningkatkan produksi udang secara nasional. Dalam budidaya udang vaname pola intensif, biaya pakan hampir sekitar 60-70% dari biaya produksi, padahal harga pakan semakin meningkat terus, sehingga harus ada upaya efisiensi. Dengan menggunakan teknologi produksi bioflok pada budidaya udang vaname pola intensif diharapkan akan terjadi efisiensi penggunaan pakan, karena sebagian pakan akan digantikan oleh keberadaan bioflok yang ada dalam tambak. Petunjuk teknis ini dibuat dalam rangka untuk membantu para teknisi tambak, untuk produksi bioflok pada budidaya udang vaname pola intensif. Tulisan ini merupakan rangkuman dari penelitian produksi bioflok di tambak yang telah dilakukan dalam waktu beberapa tahun terakhir di Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau, Maros. Penulis menyadari bahwa budidaya udang vaname pola intensif dengan teknologi bioflok telah dikerjakan oleh beberapa teknisi tambak swasta di berbagai tempat di wilayah Indonesia, dengan inovasi- inovasi teknologi terbaru dalam upaya efektivitas dan efisiensi biaya produksi Oleh karena itu, diharapkan petunjuk teknis ini dapat digunakan sebagai sharing pengalaman dalam budidaya udang vaname pola intensif dengan sistem bioflok. Penulis percaya bahwa buku ini jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan masukan sangat diharapkan untuk kesempurnaan buku ini. Akhimya penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang sangat berperan sehingga buku petunjuk teknis ini bisa terwujudkan Penulis = et Prakata, DAFTAR ISI PRAKATA DAFTAR ISI .. DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL .. BAB 1 PENDAHULUAN ... 1.1, Latar Belakang 1.2, Tujuan dan Sasaran .. BAB 2 PROTOKOL BUDIDAYA UDANG VANAME INTENSIF SISTEM BIOFLOK 2.1. Pemilihan Lokasi . 55 2.1.1. Tata Letak, Desain, dan Konstruksi 2.41.2. Sumber Air. 2.2. Persiapan Tambak 2.2.1. Pengeringan ... 2.2.2. Pengapuran .... 2.2.3. Penempatan Kincir ........... 2.2.4, Persiapan Air ......... Daftar Isi iti 2.3. Aplikasi Probiotik 2.3.1. Bahan Fermentasi .........-- 2.3.2. Prosedur Perbanyakan ... 2.4, Pemeliharaan . 2.4.1. Pemilihan Benur 2.4.2. Penebaran Benur . 2.4.3. Pengelolaan dan Pemantauan Kualitas Air . 2.4.4, Pengelolaan Pakan ... 2.4.5. Produksi Bioflok . 2.4.5.1. Aplikasi Sumber C-organik ... 2.4.5.2. Pengelolaan Bioflok ....... 2.4.6. Penerapan Biosekuritas 2.5. Panen .. 2.6. Analisis Usaha Konversi 1 ha BAB 3 PENUTUP .. DAFTAR PUSTAKA ... Daftar Isi Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3. Gambar 4. Gambar 5. Gambar 6. Gambar 7. Gambar 8. Gambar 9 Gambar 10. Gambar 11. Daftar Gambar DAFTAR GAMBAR Contoh tata letak tambak intensif .. Pintu panen pada tambak budidaya udang vaname . Pipa menjorok ke laut sebagai “water intake” (A), pompa alkon dengan pipa pralon 10" (B) rumah tempat pompa alkon dihubungkan dengan pipa pralon 10" menuju ke tambak tandon (C), dan saringan air dari laut yang masuk ke tandon lewat pipa praton (D) Psieace Tambak intensif di Banyuwangi dengan konstruksi pematang dan pelataran tambak disemen dan saluran air di atas Pematang dengan inlet-nya .. Tambak yang telah siap ditebari udang vaname . Bahan yang digunakan untuk perbanyakan probiotik (A). Molase, dedak halus, tepung ikan dan probiotik (B) . Perbanyakan probiotik (A) dan probiotik yang siap diaplikasikan di tambak (B) ........s.ceeeeeceeees Benur vaname dari panti benih yang siap ditebar .. Benur vaname dari hatcheri (A) dan penebaran benur di tambak yang terlebih dahulu benur diadaptasikan (B) .... Pemberian pakan udang dengan cara ditebar di tambak menggunakan rakit ....... " 12 Volume bioflok setelah air diendapkan selama 15 menit (B) .... 14 Gambar 12. Gambar 13. Gambar 14 vi Struktur, warna dan ukuran flok pada umur 105 hari pemeliharaan udang di tambak 14 Busa yang melimpah di tambak pada umur pemeliharaan 90 hari sebagai pertanda bahwa bioflok telah mulai terbentuk di air tambak ... 15 Udang hasil panen yang disortir terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke fiberglass dalam truk untuk diangkut ke cold storage (A), dan truk siap mengangkut hasil panen (5) ... 7 Daftar Gambar DAFTAR TABEL Tabel 1. Kualitas tanah untuk tambak intensif 4 Tabel 2. Dosis kapur yang digunakan pada tahap persiapan tambak .. 7 Tabel 3. Teknis pengelolaan pakan berdasarkan berat udang rata-rata dan perkiraan sintasan .......... 2 Tabel 4. Komposisi asam amino esensiel dan non esensiel yang terkandung di dalam DIOflOK ..........ssssessesssessseessecsessee = 16 Tabel 5. Berat akhir udang, sintasan, produksi dan nilai konversi pakan budidaya udang vaname intensif sistem bioflok . 17 Tabel 6. Analisis usaha .. 18 Daftar Tabet it BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dang vaname (Litopenaeus vannamei) merupakan spesies introduksi yang Cibudidayakan di Indonesia berasal dari Amerika Selatan, Beberapa negara (Ekuador Venezuela, Panama, Brasil dan Meksiko) sudah lama membudidayakan jenis udang tersebut yang dikenal dengan nama pacific white shrimp. Udang vaname telah dibudidayakan di Indonesia mulai awal tahun 2000-an di Jawa Timur dan menunjukkan hasil yang menggembirakan sehingga telah menyebar ke beberapa daerah di Indonesia. Udang vaname mempunyai keunggulan dibanding jenis udang budidaya lainnya, antara lain: sintasan tinggi, ketersediaan benur berkualitas, dapat dibudidayakan dengan kepadatan tebar tinggi, lebih tahan penyakit dan konversi Pakan relatif rendah (Anonim, 2003; Poernomo, 2004). Pada budidaya intensif, penggunaan pakan buatan mutlak diperlukan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi udang vaname, hal ini menyebabkan biaya pakan mencapai 70% dari total biaya produksi (Gunarto et al. 2009). Penggunaan pakan yang mengandung protein tinggi dalam jumlah banyak akan menyebabkan limbah total amoniak nitrogen (TAN) dalam tambak meningkat dan dapat membahayakan kehidupan udang budidaya. Untuk mengatasi hal tersebut, biasanya dilakukan Pergantian air secara reguler dalam jumlah banyak. Namun hal ini dapat memicu terjadinya serangan penyakit, terutama jika kondisi kualitas air sumber (laut atau sungai) kurang baik. Alternatif lain untuk mengurangi akumutasi TAN dalam tambak intensif dengan sedikit pergantian air dan mengurangi penggunaan pakan buatan adalah budidays udang vaname dengan sistem bioflok. Prinsip budidaya udang dengan sistim bioflok adalah TAN dan limbah organik nitrogen lainnya dalam tambak akan dikonversi menjadi biomassa bakteri heterotrof (bakteri yang mampu memanfaatkan bahan Pendanutuan ae organik secara langsung). Proses konversi ini akan terjadi dengan baik jika facie Soaaee karbon organik dan nitrogen (C/N) dalam air tambak 10-20 pada kondisi aerob (kandungan 0, terlarut »3 ppm) dan padatan/ partikel tetap tersuspensi (tidak mengendap) (Scheneider et al., 2005). Namun akibat kandungan amoniak yang tingg! Karena eskresi, feses (kotoran) udang dan sisa pakan, maka nilai /asie C/N Galen tambak menjadi sangat rendah. Untuk meningkatkan rasio C/N dalam tarnbak, harus ditambahkan C-organik dari luar. Beberapa bahan karbohidrat yang dapat digunakan sebagai sumber C-organik seperti molase (Samocha et al.. 2006), tepung tapioka (Hari et al., 2004), glukosa dan gliserol (Ekasari, 2008), serta sukrosa (Kartika, 2008). Bakteri heterotrof akan menyatu dengan mikroorganisme lainnya (plankton, fungi, protozoa, ciliata, nematoda) serta partikel oganik tainnya membentuk bioflok- Bioflok yang terbentuk mengandung nutrisi seperti protein, temak, karbohidrat, dan mineral yang cukup baik bagi pertumbuhan udang (Verstraete et al., 2008) ‘ika bioflok telah terbentuk dalam tambak, maka udang memiliki kesempatan untuk snemanfaatkan bioflok sebagai makanan pengganti sebagian (substitusi) pakan buatan yang diberikan. Pemanfaatan bioflok pada budidaya udang di tambak, selain untuk meng efisienkan biaya produksi, juga diduga mampu meminimalisir resiko serangan penyakit, Hal ini diduga karena ada peningkatan total haemosit pada udang yang Bibudidayakan jika memanfaatkan bioflok sebagai makanan. Haemosit pada udang berfungsi sebagai sel fagositosis, pengkapsulan dan pemecah (lysis) sel asing yang ada dalam tubuh udang (Johansen et al, 2000; Bachere, 2000; Gilles dan Haffner, 2000). 1.2. Tujuan dan Sasaran Petunjuk teknis ini dibuat untuk digunakan sebagai acuan dalam operasion| budidaya udang vaname intensif sistem bioflok. Sasarannya adalah agar diperolen teknologi budidaya udang vaname yang lebih efisien dan ramah lingkungan. _____. Pendahuluan BAB 2 PROTOKOL BUDIDAYA UDANG VANAME INTENSIF SISTEM BIOFLOK 2.1. Pemilihan Lokasi 2.1.1. Tata Letak, Desain, dan Konstruksi Kriteria yang amat menentukan keberhasilan budidaya udang intensif di tambak adalah pemilihan lokasi yang tepat secara teknis, letak tambak terisolir tidak satu hamparan dengan tambak tetangga, Lahan tambak intensif umumnya dibangun di kawasan supratidal (tidak terjangkau air pasang laut), umumnya berupa tanah Produktif (sawah, kebun, perkampungan), namun masih dekat pantal. Pada kondisi elevasi dasar tambak yang relatif tinggi akan memudahkan pengeringan dasar tambak saat persiapan dan panen, namun diperlukan penggunaan pompa untuk mengisi air tambak dari laut. Tekstur tanah tambak sebaiknya lempung/liat berpasir sehingga cukup keras dan padat, mudah dikonstruksi dan dapat langsung digunakan untuk berprodukst tanpa perlu dilakukan reklamasi tanah terlebih dahulu. Persyaratan kualitas tanah untuk tambak intensif vaname sistem bioflok disajikan pada Tabel 1. Contoh tata letak tambak intensif dapat dilihat di Gambar 1, dimana tambak terletak di pinggir pantai. Luas tambak sebaiknya berukuran 0,3-0,5 ha/petak dengan ketinggian pematang >2 m. Tambak dengan porositas tinggi seperti di fambak Punaga dan Laikang Kabupaten Takalar mempunyai ketinggian pematang sekitar 2,5 m, dan kedalaman air sekitar 1,8 m. Pada tambak yang pelataran dan Pematangnya disemen, kedalaman air tambak bisa mencapai 2 m. Di kawasan tambak intensif sebaiknya dilengkapi dengan fasilitas tambak tandon, rumah pompa, gudang pakan, bengkel, gudang peralatan, rumah panen, bak penampungan air, Sumut sebagai sumber pengambilan air pada waktu panen udang, rumah jaga, dan mess karyawan, Protokol Budidaya Udang Vaname lntensif Sistem Bioflok Tabel 1. Kualitas tanah untuk tambak intensif Parameter satuan Nilai Tekstur - Liat berpasir pH : 67 Bahan organik % 1,6-7 Carbon (C) % 365 Nitrogen (N) % 0,4 - 0,75 KTK me/100 ¢ 220 Katsium (Ca) me/100 g 0,5 - 2,0 Magnesium (Mg) me/100 g 15-8 Kalium (Ka) me/100 ¢ 05-1 Natrium (Na) me/100 g 07-1 Fosfor (P) ppm 30 60 Pirit (Fe!) % 2 Sumber: Ditjenkan dan Pustitbangkan, 1991 ex Gambar 1. Contoh tata letak tambak intensif Saluran pemasukan air ke tambak sebaiknya dibuat di atas pematang tambak yang cukup lebar (2,5-3 m) dan dapat dijadikan jalan inspeksi dan memudahkan pengangkutan saprodi. Saluran pembuangan sebaiknya cukup lebar (2m) dan dalam tot m dari dasar tambak) untuk memudahkan pembuangan air pada waktu panen. Kemiringan pelataran tambak harus diarahkan ke saluran pembuangan tengah icentral drain). Pintu panen harus terletak pada bagian slop pelataran tambak yang paling rendah, Pintu panen terdiri dari beberapa bagian yaitu dinding dan sayap, _ protokol Budidaya Udang Vaname Intensif Sister Bioflok Gilengkapi saringan yang terbuat dari waring hijau, dan penutup pintu yang terbuat dari papan, serta dilapisi plastik bening untuk mencegah kebocoran. Dinding dan fayap pintu panen sebaiknya dikonstruksi secara permanen. Ukuran pintu panen harus disesuaikan dengan luasan tambak, sebagai contoh untuk luas tambak 5.000 4.000 m? dipertukan ukuran lebar pintu panen 1,3 m. Pada lubang keluarnya air di pintu panen (Gambar 2) dipasang gorong-gorong berdiameter 1,2 m mengarah ke faluran pembuangan air. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pemasangan kantong jaring panen. Gambar 2. Pintu panen pada tambak budidaya udang vaname 2.1.2. Sumber Air Untuk mendapatkan air jernih langsung dari laut, dapat digunakan pipa Pengambilan air “water intake” yang terbuat dari pipa pralon ukuran 10 inchi yang dipasang memanjang ke taut. Pipa pengambilan air ke laut tersebut, dapat dipasang tenggelam di dasar laut apabila dasar laut landai dan tidak berbatu, atau dipasang di atas permukaan laut yang ditopang dengan kayu (Gambar 3A). Pemasangan pipa Pengambilan air water intake harus kuat agar tidak terlepas pada saat musim ombak besar. Untuk menyedot air laut masuk ke tandon, maka pipa pengambilan air dihubungkan dengan pompa alkon kapasitas 1 PK yang diletakkan di dalam rumah Pompa (Gambar 3B, 3C). Pada ujung pipa dipasang klep supaya air yang masuk ke pipa dapat terus tertahan setelah pompa dimatikan, sehingga air mudah terisap Kembali saat pemompaan air berikutnya. Klep juga berfungsi mencegah binatang seperti kepiting, ikan dan sampah masuk ke dalam pipa. Klep di ujung pipa harus sering diperiksa terhadap bocoran/kerusakan dan sumbatan sampah. Selanjutnya air laut yang disedot dimasukkan ke petak tandon untuk diendapkan. Petak tandon sebaiknya memiliki tuas 20-30% dari luas tambak yang akan diairi (Gambar 3 D), Selanjutnya air dari tambak tandon dipompa menggunakan pompa dup atau Pompa alkon untuk dialirkan ke petak-petak tambak melalui saluran air yang dibangun di atas pematang dan selanjutnya air masuk ke tambak melalui inlet. inlet “pintu pemasukan” ke setiap petak tambak yang dilewati (Gambar 3A, dan 3B). Protokol Budidaya Udang Vaname Intensif Sistem Biofiok ig Gambar 3. Pipa menjorok ke laut sebagai “water intake” (A), pompa alkon dengan pipa pralon 10° (B) rumah tempat pompa alkon dihubungkan dengan pipa pralon 10° menuju ke tambak tandon (C), dan saringan air dari iaut yang masuk ke tandon lewat pipa praton (D) Gambar 4. Tambak intensif di Banyuwangi dengan konstruksi pematang dan pelataran tambak disemen dan saluran air di atas pematang dengan inlet-nya 6 __________ protokot Budidaya Udeng Yaname Intensif Sistem Biotlok 2.2. Persiapan Tambak 2.2.1. Pengeringan Pada tambak intensif dengan dasar tambak tanah lempung/liat berpasir, Persiapan tambak harus dilakukan secara optimum. Pemberantasan hama mulai dilakukan dengan pengeringan pelataran tambak secara total, sampai pelataran retak-retak dan bagian tanah yang berwarna hitam telah berubah menjadi coklat. Pengeringan tambak secara total ini juga akan membunuh bakteri patogen dan menghilangkan zat-zat beracun seperti H,S dan amoniak yang ada di sedimen tambak. Dengan demikian nilai potensial redoks sedimen pelataran tambak minimal menjadi 50 mY, 2.2.2. Pengapuran Pengapuran dasar tambak dilakukan pada saat tanah dasar tambak masih lembab (macak-macak) sehingga fungsi pengapuran akan efektif untuk meningkatkan pH tanah dasar tambak dan untuk mematikan hama ikan liar. Jumlah kapur yang diperlukan tergantung nilai pH tanah tambak, apabila pH tergolong masam, maka jumlah kapur yang diberikan akan semakin banyak, seperti disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Dosis kapur yang digunakan pada tahap persiapan tambak Dosis kapur (kg/ha) pH tanah Kaptan (CacO,) | Kapur mati (Ca(OH),) <5 3.000 2.250 5-5,4 2.500 1.870 5,5-5,9 2.000 1.500 6-64 1.500 1.125 65-7 1,000 750 ‘Sumber: Boyd, (2008) 2.2.3, Penempatan Kincir Pemasangan kincir sebaiknya dimulat sejak tambak masih dalam keadaan kering, atau tambak sudah berisi air tetapi belum ditebari udang. Jumlah kebutuhan kincir tergantung pada tingkat kepadatan udang. Kebutuhan kincir ukuran 1 PK Pada kepadatan udang 100 ekor/m? adalah 20 unit/ha sedangkan untuk kepadatan 150 ekor/m* adalah 30-35 unit/ha. Penempatan kincir dalam tambak diatur sedemikian rupa sehingga tidak ada titik mati (daerah yang tidak kena arus kincir) dan limbah bisa terkonsentrasi dan terbuang melalui saluran tengah. Protokol Budidaya Udang Vaname intensif Sistem Bioflok 2.2.4, Persiapan Air Pengisian air tambak dapat dilakukan setelah selesaj pengeringan, pengapuran dan pemasangan kincir. Air yang digunakan adalah air dari tambak tandon yang Gimacukkan ke tambak melalui saluran di atas pematang. Setelah tinggi air tambak mencapai 1m, kemudian ditambahkan kaporit sebanyak 10 ppm (100 kg/ha) Giteberkan merata ke seluruh permukaan air tambak, dimaksudkan untuk membunuh organisme predator, kompetitor dan bakteri yang masuk bersama air ke dalam tambak, Setelah dua hari, kincir dioperasikan agar pengaruh kaporit di air cepat ternetralisir. Gambar 5. Tambak yang telah siap ditebari udang vaname 2.3. Aplikasi Probiotik 2.3.1. Bahan Fermentasi Penggunaan probiotik dalam budidaya udang vaname intensif di tambak merupakan keharusan dalam Standar Operating Prosedure (SOP) budidaya, disamping faktor-faktor Lain seperti penggunaan benur Specific Pathogen Free (SPF) dan berkualitas, penggunaan tandon atau sistem resirkulasi, penerapan biosekuritas, persiapan tambak maksimal, penggunaan pakan berkualitas dan lainnya. Tujuan aplikasi probiotik, disamping untuk menekan populasi Vibrio sp. juga dalam upaya mempermudah terbentuknya bioflok di tambak setelah dilakukan penambahan sumber karbohidrat. Hal ini karena probiotik mengandung beber apa jenis bakteri seperti Bacillus sp, B. subtilis, B. cereus, dan lain-lain yang mamnpu membentuk flok bersama fitoplankton dan protozoa di tambak. Penebaran probiottk pertama kali sebaiknya dilakukan sebelum benur ditebar dan selanjutnya setiap ‘2 hari selama pemeliharaan. Penggunaan probiotik diharapkan dapat mengur angi tingkat pencemaran lingkungan perairan tambak. Menurut Poernomo (2004), bahian- bahan yang diperlukan untuk kultur probiotik sebanyak 200 L terdiri dari: dedak halus 10 kg, tepung ikan 5 kg, molase 5 L, probiotik 2L, dan terlihat pada Gambar 6. i eee ge Patt —— Protokol Gudidaya Udang Vaname Intensif Sistem siotlok Gambar 6. Bahan yang digunakan untuk perbanyakan probiotik (A). Molase, dedak halus, tepung ikan dan probiotik (B) 2.3.2, Prosedur Perbanyakan Air tambak sebanyak 200 L direbus sampai mendidih, kemudian dimasukkan dedak, tepung ikan, dan molasse secara bersama-sama kedalam air yang sedang mendidih dan diaduk selama 30 menit, kemudian didinginkan dalam keadase tertutup. Setelah bahan kultur dingin, dimasukkan ragi roti dan probiotik sesust dosis yang telah ditentukan, kemudian diaerasi selama dua hari (camber 7). Pada hart ke tiga setelah diaerasi biasanya bau tape, sebagai indikasi populasi baktera brobiotik mencapai 10°-10"* CFU/mL. Selanjutnya probiotik tersebult siap digunaken dengan cara ditebar merata ke seluruh permukaan air dari atas pematang dengan dosis 5 ppm (75 L/ha tambak dengan kedalaman air 1,5 m). Sebaiknya digunakan beberapa jenis probiotik secara bergiliran dalam satu minggu, sehingga saling melengkapi dalam mempercepat terbentuknya bioflok. Gambar 7. Perbanyakan probiotik (A) dan probiotik yang siap diaplikasikan di tambak (B) Protokol Budidaya Udang Vaname intensif Sistem Bioflok ed vee a '5, Se ec 2.4. Pemeliharaan 2.4.1. Pemilihan Benur Beberapa cara untuk mendapatkan benur yang sehat adalah sebagai be! « Berasal dari panti benih yang dekat dengan lokasi tambak sehingga wakty transportasi singkat. «ka sumber benur dari tempat yang jauh (perjalanan lebih dari 10 jam), maka sebaiknya benur ditokolkan terlebih dahulu setama 7-10 hari. « Gunakan benur yang sudah kuat, PL-10 (Gambar 8). © penur harus bebas penyakit: Infectious Hypodermal and Hematopoietic Necrosis Virus (IHHNV), White Spot Syndrome Virus (WSSV), INN (Infectious Mio Necrosis Virus) misalnya dengan deteksi melalui tes PCR. Gambar 8. Benur vaname dari panti benih yang siap ditebar 2.4.2, Penebaran Benur Waktu penebaran yang baik adalah pagi hari antara jam 6.00 7.00 saat suhu air belum panas untuk menghindari benur agar tidak stres. Benur yang akan ditebat Giadaptasikan terhadap suhu air tambak, dengan cara kantong plastik yang berisi benur segera diapungkan di permukaan air di setiap pojok tambak selama 10-15 renit (ambar 9). Setelah itu kantong benur dibuka, talu dimasukkan air tambak sare demi sedivit untuk adaptasi salinitas, sambil kantong benur dimiringkan sampai akhirnya semua benur berenang keluar dengan sendiinya. Apabila benur dengan gesit keluar kantong dan terus berenang di dalam badan air (bukan di permukaan air), maka hal tersebut sebagai pertanda bahwa benur yang ditebar adalah benur yang sehat. 2.4.3. Pengelolaan dan Pemantauan Kualitas Air Satu diantara beberapa kunci yang menentukan keberhasilan budidaya udang di tambak adalah teknik pengelolaan air yang baik. Pada budidaya udang sistem 10 Proto Buddy Udon Vaname Intersif Sistem Bioftok Gambar 9. Benur vaname dari hatcheri (A) dan penebaran benur di tambak yang terlebih dahulu benur diadaptasikan (B) bioflok, penambahan air yang berasal dari petak tandon dilakukan setiap hari (hanya untuk mengganti air yang hilang akibat resapan dan penguapan). Hal ini dilakukan hingga umur pemeliharaan 70 hari, selanjutnya mulai dilakukan pembuangan air yang berwarna hitam melalui saluran pembuangan tengah yang dilakukan 1-2 kali/ minggu. Monitoring kualitas air perlu dilakukan baik harian maupun mingguan, Parameter kualitas air seperti suhu dan oksigen terlarut diamati setiap hari utamanya pada saat sebelum matahari terbit dan sekitar jam 14.00 siang atau seat kondisi ektrim. Salinitas, pH, TAN dan nitrit air diamati setiap 2-3 hari, sedangkan BOT dan populasi bakteri/plankton diamati setiap minggu. Pengambilan sampel air dilakukan dengan menggunakan botol yang bersih volume 0,5 L, selanjutnya botol tersebut dimasukkan ke dalam cold box berisi es agar suhu dalam cold box tetap dingin, selanjutnya sampel dibawa ke laboratorium air untuk dianalisis, Bakteri Vibrio sp. yang dapat menimbulkan penyakit pada udang seperti V, harveyi dan ¥. anguillarum, jumtah populasinya tidak boleh mencapai 10'cfu/mL di dalam tambak. Kepadatan Vibrio sp. dapat ditekan tidak hanya dengan bakteri Probiotik, tetapi juga bisa oleh fitoplankton (Chaetoceros calcitrans, Nitzchia sp.) dan jamur (Candida sp., Saccharomyces sp., Penicillium sp., Rhodotorula sp ), karena baik fitoplankton maupun jamur mempunyai kandungan zat antibakter' yang mampu menghambat perkembangan populasi bakteri. 2.4.4. Pengelolaan Pakan Pakan diberikan mulai hari pertama setelah penebaran dengan dosis standar seperti pada Tabel 3. Frekuensi pemberian pakan dilakukan tiga kali sehari pada bulan pertama yaitu pagi pukul 7.00, sore pukul 15.00, dan malam hari pukul 22.00. Pada bulan kedua hingga menjelang panen, pemberian pakan dilakukan dengan frekuensi lima kali sehari yaitu pukul 6.00, 10.00, 14.00, 18.00, dan 22.00. Femberian pakan harus merata ke sekeliling tambak dengan menggunakan rakit, dengan mengikuti arah angin (Gambar 10). Dosis pakan standar harian yang tertera pada Tabel 3 tersebut tidak mutlak diikuti secara persis artinya bisa dinaikkan atau diturunkan tergantung nafsu makan udang vaname. Oleh karena itu, harus Protokol Budidaya Udang Vaname Intensif Sistem Bioflok a hy Gambar 10. Pemberian pakan udang dengan cara ditebar di tambak menggunakan rakit dilakukan pemantauan pemanfaatan pakan yang diberikan setiap hari dengan menggunakan 4 unit anco/kotak yang digantung di setiap sisi tambak yang mas'ng- masing diisi pakan sebanyak 1% dari total pakan yang diberikan. Apabila dalam waktu satu jam pakan sudah habis, berarti pakan yang diberikan perlu ditambah, bila habis dalam dua jam berarti pakan cukup, dan bila lebih dari dua jam pakan masih tersisa di anco, maka pakan yang diberikan perlu dikurangi Dalam rangka penyesuaian dosis pakan standar, maka pemantauan pertumbuhan udang dilakukan setelah umur 4 minggu dan harus mengikuti standar pertumbuhannya, sehingga dalam pemberian pakan harus ada target capaian pertumbuhan udang. Pada tambak yang telah ditumbuhi bioflok dengan baik, maka Sumtah pakan yang diberikan ke udang bisa dikurangi 10% dari jumlah pakan standar. Namun demikian monitoring pemanfaatan pakan oleh udang harus betul-betul dilakukan dengan melalui anco, Dengan teknik pengetotaan pakan yang demikian, maka efisiensi dan efektifitas penggunaan pakan akan dapat diwujudkan. Perlu diketahui bahwa pada saat molting (ganti kulit) nafsu makan udang menurun- Apabila dijumpai keadaan yang demikian, sebaiknya jumlah pakan yang narus diberikan dikurangi, dan dua hari kemudian jumlah pakan ditambahkan kembali sesuai dosis pada Tabel 3. Tabel3, Teknis pengelolaan pakan berdasarkan berat udang rata-rata dan perkiraan sintasan Berat rata-rata Perkiraan ' Hari ke- &) sintesan (%) Dosis pakan 1 0,005 100 3 kg/100.000 benur 6-10 0,04 100 4 kg/100.000 benur 11-15 0,3 100 5 kg/100.000 benur 16-20 05 100 6 kg/100.000 benur 12 Protokot Buaidaya Udang Yaname Intensif Sistem Brotiok Lanjutan Tabel 3. Berat rata-raté Perkiraan é * Hart Re: @ (| ees ‘* Dosis pakan 7 21 0,8-1 95 8% BB 35 2-3 90 6% BB 49 45 90 5% BB 64 7-8 90 4% BB 79 10-11 90 3% BB 110 14-15 88 2,5% BB 125 18-22 88 2% BB 140 24-25 85 2% BB ' BB = Berat badan 2.4.5. Produksi Bioflok 2.4.5.1. Aplikasi Sumber C-organik Setelah satu bulan pemeliharaan udang di tambak, maka mulai ditambahkan molase/tepung tapioka sebagai sumber C-karbohidrat ke air tambak, tujuannya * Pakan yang digunakan mengandung protein 35% (N pakan = 5,6%) dan C-organik 50%. * Berarti rasio C/N pakan = 50/5,6 = 8,92 * Jika rasio C/N yang dikehendaki = 10, maka seharusnya kandungan C-organiknya Se. * 228 = 56%, maka jumlah C-organik yang perlu ditambahkan - 56%. 50% — 5%. * Jika kandungan C-organik molase = 45%, maka, jumlah kebutuhan molase untuk menciptakan rasio C/N = 10 adalah 5%/0,45 = 11,1%. Artinya, jika kita meng- gunakan pakan yang mengandung protein 35% sebanyak 50 kg, maka diperluken molase sebanyak 11,1% x 50 kg = 5,5 kg. Molase yang akan ditebar harus dilarutkan dulu dalam air, kemudian disiramkan ke seluruh permukaan tambak secara merata. Sebaiknya, pemberian molase dilakukan pada pagi hari. Jenis sumber C-organik yang dapat digunakan untuk Trageimbuhkan bioflok di tambak adalah bahan yang memiliki kandungan C-organik tings! tetapi rendah protein, tersedia cukup banyak, dan harganya murah, Bahan tefsebut antara lain, molase, tepung tapioka (tepung ubi kayu), tepung sagu, dan Sebagainya. Bahan tersebut umumnya mengandung C-organik antara 40-008, Protokol Budidaya Udang Vaname Intensif Sistem Bioflok is

You might also like