You are on page 1of 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi adalah suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan

tekanan darah di atas normal, dengan nilai sistolik > 140 mmHg dan diastolik

> 90 mmHg. (kowalski, 2010). Hipertensi sering disebut sebagai silent killer

karena merupakan penyakit yang mematikan, kadang tanpa disertai gejala-

gejalanya terlebih dahulu (Sustrani, 2005).

Hipertensi meningkatkan resiko morbiditas dan mortilitas prematur

sesuai dengan peningkatan tekanan sistolik dan diastolik, menurut laporan

Joint National Committee On Detection, Evaluation, And Treatment Of High

Blood Presure (1993) di Amerika Serikat insidens hipertensi meningkat

sesuai proses penuaan dan insidens pada orang amerika keturunan afrika jauh

melebihi orang kulit putih (Smetzer & Bare, 2002).

Menurut WHO dan The International Society of Hypertension (ISH),

saat ini terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia, dan 3 juta di

antaranya meninggal setiap tahunnya. Tujuh dari setiap 10 penderita tersebut

tidak mendapatkan pengobatan secara adekuat. Penderita hipertensi di

Amerika, yang diobati sebanyak 59% dan yang terkontrol 34%, sedangkan di

negara Eropa, penderita yang diobati hanya sebesar 27% dan dari jumlah

tersebut, 70% tidak terkontrol. Penderita hipertensi di Indonesia, yang

periksa di Puskesmas dilaporkan teratur sebanyak 22,8%, sedangkan tidak

teratur sebanyak 77,2%. Dari pasien hipertensi dengan riwayat kontrol tidak

teratur, tekanan darah yang belum terkontrol mencapai 91,7%, sedangkan

1
2

yang mengaku kontrol teratur dalam tiga bulan terakhir malah dilaporkan

100% masih mengidap hipertensi. Hasil ini diduga karena keterbatasan

fasilitas di Puskesmas, keterbatasan dana, keterbatasan obat yang tersedia dan

lama pemberian obat yang hanya sekitar 3-5 hari (Anwar, 2008).

Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang

memberi gejala yang berlanjut untuk suatu target organ, seperti stroke untuk

otak, penyakit jantung koroner bagi pembuluh darah jantung dan untuk otot

jantung. Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan

masyarakat yang ada di Indonesia maupun di beberapa negara yang ada di

dunia. Diperkirakan sekitar 80 % kenaikan kasus hipertensi terutama di

negara berkembang tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2010,

diperkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan

pada angka penderita hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk saat ini

(Kartari, 2010).

Data epidemiologis menunjukkan bahwa dengan makin meningkatnya

populasi usia lanjut (lansia), maka jumlah pasien dengan hipertensi

kemungkinan besar juga akan bertambah, dimana baik hipertensi sistolik

maupun diastolik sering timbul pada lebih dari separuh orang yang berusia >

65 tahun. Prevalensi hipertensi pada usia lanjut (lansia) adalah 30-65%.

Hipertensi pada lansia sangat penting untuk diketahui karena patogenesis,

perjalanan penyakit dan penatalaksanaannya tidak seluruhnya sama dengan

hipertensi pada usia dewasa muda. Pada pasien lansia, aspek diagnostik yang

dilakukan harus lebih mengarah kepada hipertensi dan komplikasinya.

Sampai saat ini hipertensi merupakan masalah kesehatan dalam masyarakat di


3

seluruh dunia termasuk Indonesia. Hal ini karena hipertensi dapat

menyebabkan kematian mendadak. Prevalensi hipertensi di Indonesia yang

didapat melalui kuesioner terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4 persen,

yang didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum obat sebesar 9,5

persen. Jadi, ada 0,1 persen yang minum obat sendiri. Penderita yang

mempunyai tekanan darah normal tetapi sedang minum obat hipertensi

sebesar 0.7 persen. Jadi prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5 persen

(Riskesdas, 2013)

Provinsi Nusa Tenggara Barat mempenyai prevalensi penderita

hipertensi yang masih cukup tinggi, menurut Riset Keseharan Dasar (2013)

Provinsi Nusa Tenggara Barat mempunyai prevalensi sebesar 24,3 persen.


Tabel 1.1 Jumlah penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Perapak
tahun 2016
No Bulan Jumlah
1 Januari 142
2 Febriari 105
3 Maret 70
4 April 81
5 Mei 93
6 Juni 180
7 Juli 137
8 Agustus 134
9 September 304
10 Oktober 147
11 November 78
12 Desember 220
Jumlah 1.691

Data tersebut dapat kita amati bahwa jumlah penderita hipertensi di

wilayah kerja Puskesmas Perapak tahun 2016 sangatlah fluktuatif, terdapat

peningkatan dan penurunan yang signifikan dari bulan kebulannya, hingga

pada bulan desember 2016 terdapat 220 penderita hipertensi yang tercatat di

Puskesmas Perapak.
4

Tingkat prevalensi 6-15 % pada orang dewasa. Sebagai suatu proses

degeneratif, sebesar 50 % penderita tidak menyadari diri sebagai penderita

hipertensi, sebanyak 70 % adalah hipertensi ringan, dan sebanyak 90 %

hipertensi esensial (Bustan, 2007).

Pengetahuan merupakan hasil dari proses mencari tahu, dari yang

tadinya tidak tahu menjadi tahu, dari tidak dapat menjadi dapat. Dalam proses

mencari tahu ini mencakup beberapa metode dan konsep-konsep, baik

melaluli proses pendidikan maupun melalui pengalaman (Notoatmodjo,

2013). Direntang umur lansia yang semakin menua kemungkinan intelegensi

dan kemampuan menerima atau mengingat akan mengalami penurunan.

menurut Abu Ahmadi (2001), mengemukakan bahwa daya ingat seseorang

juga dipengaruhi oleh umur. Dengan bertambahnya umur seseorang dapat

berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya akan tetapi

pada umur-umur tertentu kemampuan penerimaan atau mengingat

pengetahuan akan berkurang (Agoes dkk, 2013)

Mengingat beratnya komplikasi yang ditimbulkan makan penanganan

hipertensi dilakukan bersama dengan diet rendah kolesterol atau, diet tinggi

serat dan diet rendah energi bagi penderita hipertensi yang juga obesitas.

Pasien hipertensi supaya banyak mengkonsumsi buah-buahan, sayuran, dan

makanan rendah lemak dapat menurunkan tekanan darah. Pengubahan pola

hidup dapat berupa penurunan berat badan jika overweight; membatasi

konsumsi alkohol, berolahraga teratur; mengurangi konsumsi garam,

mempertahan konsumsi natrium, kalsium, magnesium yang cukup, dan

berhenti merokok. Selain itu penderita hipertensi juga harus mempunyai


5

pengetahuan dan sikap kepatuhan untuk dapat menyesuaikan penatalaksanaan

hipertensi dalam kehidupan sehari- hari (Willy, 2007).

Study pendahuluan yang dilakukan di wilayah kerja puskesmas perapak

didapatkan suatu fenomena bahwa 16 orang dari 20 orang penderita tidak

mengetahui tentang penyakit hipertensi yang dialami, sedangkan 4 orang

lainya memiliki pengetahuan tentang kondisi penyakitnya namun hanya 3

orang penderita yang patuh terhadap diit hipertensi sedangkan 1 orang

lainnya menyatakan tidak perduli. Hasil penelitian Domas (2010) yang

berjudul Pengaruh pendidikan tentang hipertensi terhadap perubahan

pengetahuan dan sikap lansia di desa Makamhaji Kartasura Sukoharjo

mengatakan bahwa terdapat pengaruh pendidikan tentang hipertensi terhadap

perubahan pengetahuan dan sikap lansia di desa Makamhaji Kartasura

Sukoharjo. Dalam penelitian tersebut ada perubahan sikap setelah diberikan

pendidikan tentang hipertensi hal ini dipengaruhi oleh faktor pemberian

informasi dari petugas kesehatan yang bisa meningkatkan pengetahuan itu

sendiri sehingga lansia tersebut bisa merubah sikapnya dalam menjalankan

diet hipertensi.

Diet merupakan salah satu cara untuk menurunkan hipertensi pada

lansia, faktor makanan (kepatuhan diet) merupakan hal yang penting untuk

diperhatikan pada penderita hipertensi. Penderita hipertensi sebaiknya patuh

menjalankan diet hipertensi agar dapat mencegah terjadinya komplikasi yang

lebih lanjut. Penderita hipertensi harus tetap menjalankan diet hipertensi

setiap hari dengan ada atau tidaknya sakit dan gejala yang timbul. Hal ini

dimaksutkan agar keadaan tekanan darah penderita hipertensi tetap stabil


6

sehingga dapat terhindar dari penyakit hipertensi dan komplikasinya (Agrina,

2011)

Berdasarkan fenomena di atas peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang hubungan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan diit

hipetensi pada lansia di wilayah Kerja Puskesmas Perapak.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalh sebagai berikut:

Adakah hubungan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan diit hipetensi pada

lansia di wilayah Kerja Puskesmas Perapak?


C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Adapun yang menjadi tujuan umum adalah untuk mengetahui

hubungan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan diit hipetensi pada

lansia.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan lansia tentang hipertensi di

wilayah Kerja Puskesmas Perapak


b. Mengidentifikasi kepatuhan diit hipertensi pada lansia di wilayah

Kerja Puskesmas Perapak


c. Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan diit

hipetensi pada lansia di wilayah Kerja Puskesmas Perapak

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pengembangan Ilmu Keperawatan
a. Mengaplikasikan ilmu keperawatan khususnya pemberian terapi diit

hipertensi pada lansia dalam asuhan keperawatan


b. Sebagai salah satu upaya keperawatan dalam bentuk asuhan

keperawatan
2. Bagi Peneliti
a. Sebagai pengalaman dalam proses belajar khususnya dalam bidang

penelitian kesehatan
7

b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sabagai informasi yang berguna

untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan

diit hipetensi pada lansia.


3. Bagi Instansi Pendidikan
Hasil penelitian ini sebagai tambahan informasi ilmu keperawatan

bagi pembaca yang berminat terhadap penelitian ini.

You might also like