You are on page 1of 5
‘Maj Ked Gi, Juni 2011; 18(1): 117-121 ISSN: 1978-0206 PERAWATAN SALURAN AKAR SATU KUNJUNGAN PADA GIGI MOLAR PERTAMA KANAN MANDIBULA NEKROSIS PULPA DENGAN ABSES PERIAPIKAL DAN FISTULA ‘Tranantika Rakhma’, dan R.Tri Endra Untara “* + Program Studi Konservasi Gigi, Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis, Fakiltas Kadokieran Gigi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta -Bagian Konsarvasi Gig), Fakultas Kedosteran Gigi, Universitas Gadjan Mada, Yogyakarta ABSTRAK Latar belakang. Perawatan saluran akar satu kunjungan merupakan perawatan yang prosesnya diselesaikan dalam satu kunjungan. Hal ini memberican keuntungan untuk memperkecilresiko kontaminasi bakteri dan mikroorganisme dalam saluran kar serta menghemat waklu perawatan, “Tujuan, Penulisan laporan kasus in adalah untuk untuk menginformasikan hasl evaluasi perawatan saluran akar satu kunjungan pada gigi molar pertama kanan mandibula dengan abses periapkal dan fistula. ‘Kasus. Pasien perempuan berusia 29 tahun datang ko Kink Konsorvasi Gigi RSGM FKG UGM ingin meraviat gigi bawah kanan yang berlubang. Berdasarkan pemenksaan subyektit, obyekti dan radiogratis dperoleh diagnosis gigi molar pertama kanan mandibula nekrosis pulpa dengan abses periagikal dan fistula. Perawatan yang diakukan perawatan saluran akar satu kunjungan, dlanjutkan dengan preparasi onlel PFM, ‘Kesimpulan, Kasuss gigi molar pertama kanan mandibula dengan absos poriapkal dan fistula dapat dirawat dengan pers- vwatan seluren akar satu kunjungan, Perawalan saluran akar dengan balk dan sempurma seria dengan pemihan teknik, bahan- Dahan rigasi dan obturasi yang tepat serta dikeriakan dengan asepsis akan meningkatkan keberhasian perawatan. Maj Ked Gi, ‘Juni 2011; 18(1): 197-121 Kata kunci: Perawatan saluran akar satu kurjungan, Nekrosis pulpa, Abses Periapikal, Fistula, ABSTRACT ‘Background. One visit root canal treatment was treatment which fished in ono vist. This technique give more beneti fo ‘reduce tne risk of bactoria and microorganism contaminated in root canal and also raduce time for treatment. ‘Purpose. The wring of tis casa was fo inform the result of evaluation of one visit oot canal treatment in right mandibular first molar necrotic pulp with periapical abcess and fistula. Case. A 29 year old female came to Conservative ASGM FKG UGM required treatment of her right tooth which was decay. Agcording to subjective, objective and radiograph examination, the diagnosis of right mandibular frst molar was necrosis ‘pulpa with periapical aboess and fistula, The treatment was one vist endodontic, follow with onlei PFM preparation forthe final treatment ‘Conclusion. Case wit right mandibular frst molar was necresis pulpa with periapical aboess and flstula can be treated with one visi endodontic. Excelent root canal treatment with the right technique, irigation and obruration and also aseptic proco- dure can improve the success of one visi oot canal treatment. Maj Ked Gt Juni 2011; 18(1): 117-121 ‘Key words: One visit endodonti, necrote pulp, Aboess periapical, Fistula, PENDAHULUAN Perkembangan jimu dan bahan di bidang kedokteran gigi semakin meningkat akhir-akhir ini, Hal ini dikarenakan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kedokteran gigi dan mulut semakin me- riingkat pula, terbukti dengan semakin banyaknya masyarakat yang berusaha untuk mempertahankan, gigi-giginya didalam mulut torutama gigi belakang yang berkaitan dengan fungsi pengunyahan. Gigi mempunyai empat fungsi pokok, yaitu: mastikasi estetik, fonetik dan periindungan terhadap jaringan pendukung gigi. Kerusakan jaringan keras gigi akibat kari es, apabila dibiarkan terialu lama tanpa perawatan lama kelamaan akan mengakibatkan bakteri akan berinvasi pada jaringan pulpa yang mengakibatkan kematian pulpa (nekrosis), penyebaran infeksi dapat beerlanjut ke jaringan periapikal yang berakibat tim- bulnya abses periapikal” Perawatan gigi dengan pulpa mengalami Kerusakan atau kematian adalah perawatan saluran aker bertujuan untuk membersit- kan rongga pulpa dari jaringan pulpa yang terinteksi kemudian membentuk dan mempersiapkan saluran akar tersebut agar dapat menerima bahan pengisi ‘yang menutup seluruh sistem saluran akar* Berdasarkan jumian kunjungan, perawatan saluran akar ada dua macam yaitu perawatan salu- ran akar satu kunjungan (one visit endodontic) dan perawatan saluran akar lebih dari satu kunjungan (multivisit endodontic). Perawatan saluran akar satu kunjungan meliputi pembersinan saluran akar, steri- "7 ‘Taanantika R. dkk.: Perawatan Saluran Akar Satu lisasi dan obturasi yang diselesaikan dalam satu kali kunjungan? ‘Abses adalah: kumpulan pus yang terletak dalam suatu kantung yang terbentuk dalam jaringan yang disebabkan oleh suatu proses infeksi oleh bak- teri, parasit atau benda asing lainnya. Abses meru- pakan reaksi pertahanan tubuh yang bertujuan untuk mencegah agen-agen infeksi menyebar ke bagian tubuh lainnya. Pus merupakan suatu kumpulan sel- sel aringan lokal yang mati, sel-sel darah putih, orga- riisme penyebab infoksi atau benda-benda asing dan racun yang dinasilkan oleh abses untuk drainase.* Abses periapikal umumnya berasal dari nekrosis ja- ringan pulpa. Jaringan yang terinfeksi menyebabkan ‘sebagian sel mati dan hancur, meninggelkan rongga vyang berisijaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel- ‘sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi, bergerak ke dalam rongga tersebut dan setelah memfagosit bakteri, sel darah putin akan mati. Sel daran putih yang mati initah yang, membentuk nanah yang mengisi rongga tersabul. ‘Akibat penimbunan nanah ini maka jeringan seki- tarnya akan terdorong dan menjadi dinding pemba- tas abses. Fistula adalah suatu saluran abnormal dl- antara dua organ atau antara satu organ dengan permukaan |uar sebagai drainase karena abses di periapikal mencari lan keluar menuju ke permu- kaan gingiva sehingga membentuk sebuah saluran. Kesembuhan dan tertutupnya fistula terjadi dengan ‘mudah bila saluran akar sudah dilakukan obturasi* Fistula biasanya mencagah eksaserbasi atau pem- bengkakan dengan mengadakan drainase lesi pe- riradikular yang terus menerus. Suatu raciograf yang diambil pada gigi dengan fistula dapat menunjuk- kan gigi yang terakibat dengan molacak fistula pada asalnya. Apabila diiumpai suatu kavitas terbuka pada igi, drainase dapat terjadi melalui saluran akar. Apa- bila tidak ada fistula, dobris solular dan bakteri dfa- gositosis oleh makrofag dan cairan diabsorpsi mela- lui pembuluh darah dan limita. © Suatu abses kronis mungkin tidak memberi- kan rasa sakit atau hanya sakit ringan. Kadang-ka- dang tanda pertama kerusakan oseus nyata terlihat secara radiogralik pada waktu pemeriksaan rutin atau terdapat perubahan warna terhadap mahkota Gigi. Pemariksaan radiografisering_menunjukkan suatu daerah difus rarefaksi tulang dan ligamen peri- ‘odontal menebal.® Perawatan saluran akar_merupakan pera watan biomekanis dan kimiawi sistem saluran akar dengan tujuan menghilangkan penyakt pulpa, pe- nnyakit periapeks dan mempercepat penyembuhan serta perbaikan peyakit jaringan tersebut.* Pera- watan saluran akar dibagi tahap, tahap preparasi biomekanis saluran akar yaitu suatu tahap pember- sihan dan pembentukan saluran akar dengan mem- buka jalan masuk menuju kamar pulpa dari korona, 18 ISSN: 1978-0206 tahap sterllisasi yaltu dengan irigasi dan desinfeks! ssaluran akar dan tahap pengisian saluran akar.* Ke- berhasilan perawatan saluran akar tergantung pada keadaan asepsis, pembersihan jaringan pulpa yang menyeluruh, preparasi biomekanis dan pengisian sa- luran akar yang hermetis. Perawatan saluran akar satu kunjungan di- indikasikan sebagai berikut : 1) pulpa terbuka kar- ena trauma iatrogenik tanpa lesi periapikal; 2) pulpi- tis _irreversibel tanpa lesi periapikal; 3) gigi nekrosis tanpa gojala-gojala klinis disertai lesi periapikal; 4) gigi nekrosis dengan abses periapikal disertai fistula: 5) bentuk saluran akar normal, saluran akar tunggal. Kontra ingikast untuk perawatan saluran akar satu kunjungan adalah: 1) adanya rasa sakit pada gigi nnekfosis tanpa fistula untuk drainase; 2) gigi dengan kelainan anatomis yang beral; 8) gigi berakar ban- yak; 4) periodontitis akut dengan rasa sakit yang parah saat perkusi.” Tujuan perawatan saluran akar satu kunjungan adalah untuk mencegah perluasan penyakit dari pulpa ke jaringan periapikal atau apa- bila hal tersebut sudah terjadi, untuk mengubah atau mengembalikan jaringan periapikal ke keadaan nor- mal! Perawatan saluran akar satu kunjungan meru- pakan perawatan yang prosesnya diselesaikan dalam ssatu kunjungan. Hal ini memberikan keuntungan un- uk memperkecil resiko kontaminasi mikroorganisme ke saluran akar, menghemat waktu untuk perawatan tidak diperlukan penggantian mecikasi intrakanal dan tumpatan sementara*° perawatan saluran akar satu kunjungan menghomat perawatan tanpa mengurangi kualitas perawatan."° LAPORAN KASUS Pasien datang ke Mlinik Konservasi Gigi RSGM Soedomo FKG UGM dengan keluhan gigi geraham kanan bawah berlubang, sejak 1 tahun yang lalu. Gigi tidak pernah terasa sakit,tetapi berdarah pada waktu sikat gigi. Gigi belum pernah ditumpat dan dilakukan perawatan. Pada pemeriksaan obyekti gigi molar Pertama kanan mandibula (gigi 46) terdapat kavitas di permukaan disto oklusal dengan kedalaman men= ccapai pulpa, serta terdapat gingival polip yang me- nutupi Kavitas (Gambar 1.A). Tes perkusi tidak ada rasa sakit, tes palpasi_ terdapat benjolan fistula di bagian bukal (Gambar 1. B), tes mobiles tidak ada kegoyangan, kebersinan mulut penderita baik. Dari emeriksaan radiografi ditemukan gambaran radio lusen pada area distal yang sudah mengenai pulpa dan terdapat gambaran radiolusen di furkasi, ujung akar mesial serta sedikit di ujung akar distal, lamina dura menghilang di ujung akar distal, mesial serta di daorah furkasi (Gambar 2). Diagnosis gigi 46 adalah nekrosis pulpa deng- an abses periapikal, dan fistula. Rencana perawa- tan adalah perawatan saluran akar satu kunjungan, Maj Ked Gi, Juni 2011; 18(1): 117-121 prognosis balk dengan pertimbangan sudah terdapat fistula untuk drainase bakteri dan mikroorganisme, saluran akar lurus, sorta tidak ada keluhan sakit. Kunjungan pertama, 28 Maret 2011 dilakukan pemeriksaan subjektif, objektit, foto intraoral, foto radiografi, diagnosis, dan penentuan rencana pera: watan, Pasien diberi penjelasan mengenai prosedur rencana perawatan dan biaya sorta waktu perawa- tan. Rencana perawatannya adalah perawatan salu ran akar satu kunjungan. Pasien setuju tindakan pe- rawatan ini maka pasien menandatangani informed ‘consent. Dilakukan anestesi infitrasi dengan pada bbagian bukal gigi 46 dan gingival polip di eksisi deng- an scalpel, kemudian luka di ditekan menggunakan tampon yang sudah diberi yod gliceryn. Setolah gingi val polip di insisi dilakukan pembuangan karies gigi dengan round bur kecil dan pembukaan akses deng- lan bur Endoaccess sampai mencapai ruang pulpe. Pombukaan atap ruang pulpa diteruskan dengan bur Dizmendo sampai akses masuk ke orifis terbuka, Menciptakan dinding buatan (rewalling) didaerah dis tal menggunakan matriks dan RMGIC, orifis ditutup dengan paper point. Pemasangan isolator karet (rub- berdam) pada daerah kerja. Saluran akar dirigasi menggunakan NaO- CL 2.5% dan dikeringkan dengan paper point steril Dilakukan pengukuran panjang kerja estimasi dari foto radiograt diagnosis yaitu dengan penentuan ti- tik relerensi pada saluran akar distal, mesiobukal dan mesiolingual di tonjol mesial gigi 46, kemudian diukur panjang gigi estimasi dari radiograf dikura- agi 1 mm. Diperolen panjang kerja estimasi saluran akar distal 23 mm, mesiobukal 22 mm, dan mesio- lingual 22 mm, Dilakukan eksplorasi dan negosiasi saluran akar menggunakan K-file #10 untuk saluran akar mesiobukal dan mesiolingual serta file #15 un- tuk saluran akar distal. K-File dimasukkan ke dalam saluran akar sepanjang 2/3 panjang kerja estimasi. Preparasi saluran akar menggunakan teknik crown down dan memakai protapper hand use. Pelebaran koronal_ pada saluran akar mesiobukal dan mesio- lingual menggunakan file ProtapperS1 kemudian S2, sepanjang 2/8 panjang kerja estimasi yaitu 22 mm. Begitu pula pada saluran akar distal dlakukan prepe- rasi menggunakan file S1 dilanjutkan $2 sepanjang 219 panjang kerja estimasi 23 mm. Penentuan panjang kerja dengan mengguna- kan foto radiografi dan dapat dikonfirmasi dengan apex locator . Pengukuran panjang kerja, K-File # 20 dimasukkan pada saluran akar distal, dan K-file #15 ke saluran akar mesiobukal dan headstrom #15 ke mesiolingual, diukur sesuai dengan panjang kerja estimasi yaitu distal 23 mm, mesiobukal 22 mm me- siolingual 22 mm, kemudian diberi rubber stopper. Setelah itu diambil gambaran radiograt sehingga Panjang kerja sebenarnya dapat ditentukan (Gam- bbar 3). Hasiinya file di saluren akar distal, mesiobukal ISSN: 1978-0206 dan mesiolingual tepat pada apeks, maka panjang kerja sebenamya adalah saluran akar distal 23 mm, ‘mesiobukel dan mesiolingual 22 mm. Preparasi saluran akar bagian apikal. Saluran akar Distal dimulai dengan File S1, panjang kerja (PK) 23 mm, kemudian File S2, panjang kerja (PK) 23 mm. Preparasi dilanjutkan dengan menggunakan file F1, F2 sesuai dengan panjang kerja 23 mm, dan dlakhiri K-file # 25 dengan PK 23 mm. Setiap pergan- tian alat, saluran akar dirigasi dengan larutan NaOCl 2,8% sobanyak 2,5 mi. Untuk saluran akar mesiobu- kal dan mesiolingual dimulai dengan File S1, dengan panjang kerja 22 mm, File S2, dengan panjang kerja 22 mm. Preparasi dilanjutkan dengan menggunakan file F1, F2 sesuai dengan panjang kerja 22 mm, dan lakhiri Kile # 25 dengan PK 22 mm. Setiap pergan- tian alat, saluran akar dirigasi dengan larutan NaOCl 28% sobanyak 2,5 mi, file dlumasi dengan EDTA, Pengopasan guia perca, F2 yang ditandai ‘sepanjang panjang kerja untuk saluran akar distal 23 mm, mesiobukal dan mesiolingual 22 mm. Setelah itu dliakukan pengambilan foto radiograt (Gambar 4), Kemudian untuk persiapan obturasi, guta perca distenlisasi dengan dicelupkan ke dalam larutan NaOCl! 2,5% selama 1 menit kemudian dibilas deng- an akuades ster. Saluran akar didesinfeksi dengan Klorheksidin 2% selama 1 menit, kemudian dikering- kan dengan paper point stori-Teknik obturasi deng- an single cone. Siler (endomethasone dan eugenol) Gimasukkan ke dalam saluran akar menggunakan lentulo yang dipasang rubber stopper sesuai panjang kerja, kemudian guta perca dimasukkan setelah se- pertiga apikalnya diolesi dengan siler. Kemudian guta perca dipotong sebatas offs dengan plugger yang Gipanaskan dan dikondensasi secara ringan. Peme- riksaan hasil obturasi saluran akar dengan pengam- bilan gambar radiograf, hasil menunjukkan pengisian hermetis setelah itu oriis ditutup dengan SIK dan tumpatan sementara (Gambar 5). Kunjungan kedua, 11 April 2011. Pemeriksa- ‘an subjektif: tidak ada keluhan sakit, Pemeriksaan ‘obyektf, gigi 46 tumpatan sementara masih utuh; ‘Tes perkusi tidak ada rasa sakit, fistula telah hilang Pemerikasaan Radiografis masih terdapat gambaran raduolusen di daerah furkasi dan sekita akar mesial Perawatan dilanjutkan dengan preparasi onlei PEM. Kunjungan ketiga, 21 Juni 2011 insersi onlei PFM (Gambar 6). Kunjungan ke empat kontrol, 3 Agus tus 2011. Pemeriksaan subjekif tidak ada keluhan, Pomeriksaan obyoktit didapat restorasi onlei utuh, oklus' balk, perkus' tidak ada rasa sakit, palpasi tidak ada kelainan jaringan pendukung, Pemeriksaan ra- diogratis masih terlihat sedikit gambaran radiolusen di daerah furkasi(Gambar 7). PEMBAHASAN Pada kasus ini gigi 46 yang berlubang sudan ne Tranantka R. dkk.: Perawatan Saluran Akar Satu satu tahun yang laluymengakibatkan terjadinya ke- lainan periapikal karena bakteri dan produk toksinnya memasuki jaringan periodontal menyebabkan reaksi inflamasi jeringan periapikal dapat berlanjut menjadi abses. Bahan supuratif dari dalam abses dikeluar- kan pada mukosa atau gingiva melalui lubang keci! disebut fistula. Keberadaan fistula sebagai drainase. Fistula dilapisijaringan granulasi dan sel-sel inflama- si. Proses penyambuhannya diawall dengan peng- hancuran dan pembuangan debris oleh makrofag dan menjadi daerah nekrosis jaringan granulasi dari jaringan ikat disekitarnya.'® Fistula akan hilang deng- an sendirinya setelah hilangnya infeksi dalam salu- ran akar dikarenakan saluran akar sudah bersih dari pulpa dan jaringan nekrotik* ‘Adanya fistula _merupakan indikasi perawa~ tan saluran akar satu kunjungan menghemat walcu kunjungan, selain itu memperkecil kemmungkinan ter jadinya kontaminasi bakteri pada saluran akar, "' Pe- Fawatan saluran akar dilakukan untuk menghilangkan penyebab iritan dengan cara mengeluarkan seluruh bakteri dan mikroorganisme dari saluran akar. Tin- dakan ini dikuti dengan pembersihan, pembentukan dan pengisian saluran akar secara hermetis yang da- pat mencegah masuknya iritan ke periapikal.* Pemiihan bahan irigasi saluran akar pada perawatan saluran akar satu kali kunjungan ada- lah sodium hipoklorit 2,5% cikombinasikan dengan chlorhexidine gluconate 2%, Pada perawatan salu- ran akar satu kunjungan penggunaan bahan chior- hexidine gluconate 2% sangat bermantaat Karena borsifat antimikroba tethadap Enterococcus Faeca- lis yang sering menyebabkan kegagalan perawatan. “344 Sodium hipokiorit 2.5% merupakan bahan yang bersifat antimikrobial yang signfikan, agen pereduksi ddan sangat efeklif untuk melarutkan jaringan pulpa. Konsentrasi sodium hipaklorit 2.5% efelaif mem- bunuh semua bakteri yaitu Streptococcus mutans, Pepiostreptococcus micros, Prevotella intermedius an Porphyromonas gingivalis." Sodium hipaklorit 2,5 % mempunyal efektif- tas sama dengan chlorhexidine gluconate2% namun sodium hipoklorit tidak mempunyai sifat antimikroba terhiadap Enterococcus Faecalis. Penggunaan kedua bahan irigasi ini akan lebih baik jika dikombinasikan dalam perawatan saluran akar karena akan meng- asilkan parsentase terbesar untuk penurunan mi- kroba. Bahan siler yang diplin adalah endometh ‘sone dan eugenol yang mengandung korlikosterci yang mempunyal efek mengurangi rasa sakit dan Paraformaldehid untuk menghambat_pertumbuhan ‘Gan mencegah invasi bakter."."" Perawatan saluran akar satu kunjungan dapat ilakukan tetapi tergantung dari seleksi kasus yang cormat dan berdasarkan prinsip endodontik. Se- orang dokter gigi yang akan melakukan perawatan saluran akar satu kunjungan harus sudah memilik kemampuan, ketrampilan dan keahlian yang cukup 120 ISSN: 1978-0206 memadal serta pengetahuan, indikasi dan diagnosis asus yang tepat serta ditunjang dengan teknik yang sepsis sehingga akan meningkatkan keberhasilan perawatan."” Adanya lesi periapikal seperti abses da- pat diatasi dengan membuang iran penyebab nek: rosls pulpa dengan melakukan perawatan saluran ‘akar dengan baik dan sempurna."* Pada kasus ini terbukti tidak ada keluhan sub- yektif dan pasien pasca perawatan dan pada kontrol {ujuh hari fistula sudah hilang, yang menandakan mulai terjadi penyembuhan. Pada kontrol 2 bulan pasca perawatan saluran akar, pada pemeriksaan Kkinis ditemukan tidak ada keluhan sakit, tidak ada peradangan gusi dan pasien merasa nyaman. Gam- pparan radiografis menunjukkan gambaran radiolusen mulai mengecil hanya terlinat sedikit area radiolu- sensi di furkasi. Keberhasitan perawatan didukung dengan pembuatan restorasi onlei PFM yang dapat mengembalikan fungsi gigi dan memberikan perlin- ‘dungan jaringan pendukung KESIMPULAN Gigi molar pertama kanan mandibula nekro- sis pulpa dengan abses periapkal dan fistula dapat disembuhkan dengan perawatan saluran akar satu kunjungan, Perawatan saluran akar dengan baik dan sempurna serta dengan pemilinan teknik, bahan-ba- han irigas! dan obturasi yang tepat serta dikerjakan dengan asepsis maka akan meningkatkan keberhasi- lan porawatan saluran. Keberadaan fistula sebagai drainase produk bakteri dan mikroorganisme akan mempercepat proses penyeriounan karena infeksi dan inlamasi sudah banyak berkurang. DAFTAR PUSTAKA 1. StudervantJR, Lundeen TF, and Sluder 7B. Giinical Sig- nificance of Dental anatomy, Histology, Physiology and (eclusion, In Robertson TM, Heymann HO and Swift EJ, Studorvant’s Art and Science of Operative Dentist 1 Mosby Inc, St, Lou's, 2002:30-36, 2. Tarigan F: Perawatan Puipa Gig, Ponerbit Widya Medi ka, Jakarta, 1904:181-194, 3. Endless JD & Green RM: Konservas! Gigi (ter), 2° od. Penorbit Universitas, Jakarta. 1994: 145-150. 4. Harty F¥: Endodont Kinis (er), 3 rd ed, Hipokrates, sdakarta, 1999:197-198, 5. Grossmann LI, Ost S, & del Rio CE: imu Endodontik Dalam Praktek (ter), 11 "., Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1998:196-360, 6. Walton F & Torabinejad M: Prinsip dan Praktok lima En- dodontikc (ter), 2ed., Penerbit Penerbit Buku Kedok- teran EGO, Jakarta, 2008:45-57. 7. Ingle JL & Bakland LK: Endodontics, Sth, BC Decker Inc. Hamilton, London, 2002. ri Suhartni: Rawat Ulang Endodontik Gig Insisivus Lateralis Kanan Atas dengan Granuioma Dikuti Api+ koektomi, Majalah Kedokteran Gigh, 2008, 9. Olet S: Single Visit Endodontic: Clinical Study, J En- dod, 198; 147-182. ‘Maj Ked Gi; Juni 2011; 18(1): 117-121 10. Cahnoun FL & Landers AIR: One Appointment Endo- dontic Therapy: A Nation Wide Survey of Endodontic, ‘LEndod, 1983:8(1):35-40, 11, Siquera JF: Strategies To Treat Root Canals. J Endod. 2001 27:27-164-167. 12, Kimura, Widen Smith P, & Matsumoto K: A Histologh coal Study of the Effect of Calcium Hidroxyde in Treat- mant of Pulpless Teeth of Dogs, J. Brt Endod Soc, 2002;12:15-23, 49, Michael I & Robart RW: Comparison of 2.0% Chio- ‘hexidine Gluconate and 5, 25% Sodium Hiposhiorite ‘as antimikrobial Endodontic lnigants, J endod, 1994 20(6)276278, 14, Darmawan: Chlorhexidine Sebagal Bahan Iigasi Salu- ran Akar, JITEKGI, 2006;3(2):0-6. Gambar 1A. Gigi 46 sebelum perawatan Gambar 2. _Radiograt sobelum perawatan tordapat gambaran radiolusen di furkasi, ujung akar mesial serta sedikt di ujung akar distal Gambar 3. Radiograt pengukuran panjang BO0= ISSN: 1978-0208, 15, Yesllsoy C, Whitaker E, Cleveland D, Philips E &Trope [M: Antimicrobial and Toxic Effect OF Established and Po- ‘ental Root Canal rigants, J.Endod, 1995;21(10):513- 515, 16. Vail MM &Ghaba PP: Apical Healing of an Endocont cally Treated Tooth with a Temporary Restoration, . En ‘dod, 2002;28( 10): 722-724. 17, Pupo J, Bral LL, Benatt 0, Abe A & Valatight: Antimi: ‘robial Effect of Endodontics Filing Cements on Micro- organism from Root Canal . Oral Surg, 1983:622-627. 418, Lower Ahmed A & Willam J: Home Pathology For Den tal Students dalam buku pintar Patologi Untuk kecok= teran gig (te) 1992, 15-20, EGC, Jakarta. 19. Cohen $ &Bums RO: Pathways of the Pulp, 8 ° e0. Missouri, St Louis 2002:610-616. Gambar 4. Radiograt pengepasan gutaperca Gambar 5. Radiograf hasil obturasi Gambar 6. Hacilincersionlei PFM Gambar 7. Fladiograf pasca PSA 121

You might also like