You are on page 1of 4

SISTEM SURVEILANS PENEMUAN SUSPEK PENYAKIT HIV/AIDS DENGAN

PEMBERDAYAAN KADER DI KABUPATEN BULUKUMBA

Masriadi 1), Darmi Indrawati 2)


1
Epidmiologi, STIK Tamalatea Makassar (Masriadi)
Email:arimasriadi@gmail.com
2
Kesehatan Lingkungan dan kesehatan Kerja , STIK Tamalatea Makassar (Darmi Indrawati)
Email:

Abstract
Pengabdian Ipteks bagi Masyarakat ini dilator belakangi oleh meningkatnya jumlah penderita
HIV/AIDS di Kabupaten Bulukumba yang tidak diimbangi oleh pembenahan sistem surveilans penemuan
penyakit HIV/AIDS, tidak adanya pelibatan kader dalam penemuan penderita, tidak adanya peta digital
untuk daerah endemis, pencatatan dan pelaporan penderita masih bersifat manual, sehingga mengalami
kesulitan dalam pembuatan laporan kasus HIV/AIDS.

Tujuan dari IbM adalah membuat sistem surveilans penemuan suspek penyakit HIV/AIDS
dengan pemberdayaan kader yang mampu mangatasi masalah peneningkatan penemuan suspek atau
penderita HIV/AIDS, pencatatan dan pelaporan penderita HIV/AIDS yang berbasih komputerisasi.

Metode yang digunakan dalam menangani permasalahan tersebut dan sekaligus menjadi luaran
adalah dengan membuat sistem surveilans penemuan suspek HIV/AIDS di Desa Bira dan Desa Balong,
melatih kader untuk menemukan suspek HIV/AIDS sekaligus memberikan penyuluhan kepada
masyarakat tentang bahaya HIV/AIDS, membuat peta digital berskala untuk kedua desa
tersebut,membuat buku panduan singkat tentang penyakit HIV/AIDS sesuai bahasa yang ada di desa
tersebut, merancang software yang sederhana dan mudah dipahami dalam mengakomodir permaslahan
dalam pencatatan dan pelaporan

Hasil penelitian ini diperoleh bahwa selama pengabdian kegiatan berlangsung di 2 mitra di
Kab.Bulukumba. Berdasarkan hasil pelaporan kader melalui software yang dirancang yaitu suspek yang
temukan sebanyak 11 orang yang berjenis kelamin laki-laki dan 10 orang perempuan.

Kata Kunci: Sistem Surveilans, HIV/ADS, Kader, Pelatihan

1. Pendahuluan
Saat ini HIV/AIDS masih menjadi suatu fenomena, karena data yang muncul

dipermukaan hanya sedikit, namun masih banyak kasus yang belum terdata. Jumlah orang yang

terinfeksi HIV terus meningkat pesat dan tersebar luas diseluruh penjuru dunia, akan tetapi pelibatan

kader dalam menemukan penderita masih sangat kurang bahkan dibeberapa kabupaten belum

melibatkan masayarakat dalam hal penemuan penderita HIV/AIDS.


Berdasarkan uraian tersebut maka penulis berkeinginan untuk membuat sistem surveilans

penemuan suspek HIV/AIDS yang melibatkan langsung masyarakat yang dibentuk dalam suatu

kader. Kader yang terlibat, langsung melakukan penemuan penderita HIV/AIDS, melakukan

penyuluhan dengan menggunakan bahasa daerah yang ada di desa tersebut sehingga memudahkan

masyarakat untuk memahaminya. Hal ini diharapkan dapat berlaku umum bagi semua desa yang ada

Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan.

2. METODE PENELITIAN

Berdasarkan permasalahan prioritas mitra, maka secara umum pelaksanaan Program IbM ini

adalah pembuatan sistem surveilans penemuan suspek penderita HIV/AIDS, pelatihan kader

dalam penemuan suspek HIV/AIDS, pendampingan kader dalam penyuluhan, pembuatan peta

digital berskala, pembuatan buku panduan HIV/AIDS dalam Bahasa Indonesia, penerjemahan

buku HIV/AIDS dalam bahasa daerah, pelatihan penggunaan software yang telah dibuat,

pendampingan dan pemantauan hasil penggunaan software.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengabdian di 2 mitra (Desa Balong dan Desa Bira) di kabupaten bulukumba
yakni:

Gambar 1. hasil output laporan kader dari system surveilans


Berdasarkan gambar diatas memberikan informasi melalui system surveilans yang telah
dilaporkan kader yang selengkapnya diperjelas dalam tabel berikut ini:
Tabel 1.Distribusi hasil temuan kader berdasarkan jenis kelamin
Jenis kelamin Jumlah
Laki-laki 11
Perempuan 10
Sumber : Data primer 206
Berdasarkan tabel diatas menujukkan jumlah responden berdasarkan jenis kelamin yang
ditemukan kader di 2 mitra yakni yang berjenis kelamin sebanyak 11 orang dan perempuan 10
orang. Hal ini menggambarkan bahwa laki-laki sering berkunjung ke Cafe yang di sekitar pantai
Bira.

Gambar 2. hasil output laporan kader dari system surveilans


Berdasarkan gambar diatas memberikan informasi melalui system surveilans yang telah
dilaporkan kader yang selengkapnya diperjelas dalam tabel berikut ini:
Tabel 2.Distribusi hasil temuan kader berdasarkan factor risiko
Faktor Risiko Jumlah
Homoseksual 2
Heteroseksual 14
Pengguna Jarum suntik 5
Sumber : Data primer 206
Berdasarkan tabel diatas menujukkan jumlah responden berdasarkan factor risiko yang ditemukan
kader di 2 mitra yakni yang Homoseksual sebanyak 2 orang, Heteroseksual sebanyak 14 orang
dan pengguna jarum suntik sebanyak 5 orang. Hal ini penyebab tingginya factor risiko
heteroseksual adalah karena lokasi mereka dekat dengan pantai bira yang sering berkunjung ke
pantai Bira sehingga istri yang dirumah juga berisiko terinfeksi HIV/AIDS.
4. KESIMPULAN
Pengabdian IbM system surveilans penemuan suspek penyakit HIV/AIDS dengan

pemberdayaan kader di Kab.Bulukumba Pengembangan dapat dijalankan dengan baik dan tanpa

halangan yang berarti. Dengan kerjasama tim pengabdian yang baik dan peran serta aktif dari

narasumber dalam kegiatan pengabdian ini maka semuanya telah berjalan sesuai yang diharapkan

dan harapannya dapat memberikan manfaat bagi mitra pengabdian masyarakat dalam penemuan

suspek penyakit HIV/AIDS dengan pemberdayaan kader di Kab. Bulukumba.

Pengabdian yang kami lakukan ini telah sampai pada tahapan akhir yakni pelaporan hasil

temuan suspek dilapangan yang dilaporkan kader melalui sistem surveilans dengan menggunakan

software yang sudah dirancang.

5. REFERENSI

Dinas Kesehatan Kabupaten Bulukumba 2014. Profil Dinas Kesehatan Bulukumba: Data kasus
HIV/AIDS.

Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, 2013. Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi
selatan: Data kasus HIV/AIDS.

Direktorat Jendral PP dan PL DepKes RI, 2008. Data kasus HIV/AIDS di Indonesia

Ditjen PPM & PL Kemkes RI, 2011. Data kasus HIV/AIDS di Indonesia.

Ditjen PPM & PL Kemkes RI, 2013. Data kasus HIV/AIDS di Indonesia.

Komisi Penanggulangan AIDS, 2009. Data kasus HIV/AIDS di Indonesia.

Masriadi, 2014. Penyakit Menular. cetakan pertama. Grapindo: Yogyakarta

You might also like