You are on page 1of 88

MANAJEMEN PEMELIHARAAN AYAM BIBIT PERIODE LAYING

DI PT. CHAROEN POKPHAND JAYA FARM UNIT SEMARANG 6


JAWA TENGAH

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

OLEH:
TUTI SURYANI
AGUNG MOH NURSABANI
OPIK KURNIAWAN
FAJAR PRIYANA
RIZKY SAPUTRI HIDAYAT
ZAENAL MUSTOFA

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2017
I. MATERI DAN METODE

1.1. Materi
Materi yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapangan ini yaitu kandang,
peralatan kandang dan ayam bibit (Parent Stock) fase layer di PT. Charoen
Phokpand Jaya Farm unit semarang 6 Rembang, Jawa Tengah.

1.2. Metode
Metode yang digunakan dalam pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan ini
adalah dengan ikut malaksanakan kegiatan manajemen pemeliharaan yang
diterapkan oleh PT. Charoen Phokpand Jaya Farm Unit Semarang 6 Jawa Tengah.
Pengambilan data dilakukan dengan diskusi dan wawancara bersama supervisor.
Data yang sudah didapat kemudian dibandingkan dengan pustaka dan disusun
menjadi laporan Praktek Kerja Lapangan.
II. HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1. Kandang
Kandang yang digunakan di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit
Semarang 6 yaitu kandang closed house yang merupakan kandang tertutup dengan
sistem sirkulasi yang baik yang dapat diatur sesuai dengan kebutuhan.
Keuntungan menggunakan kandang closed house adalah ayam lebih nyaman,
udara yang tersedia lebih baik, meningkatkan produktivitas, efisiensi tenaga kerja,
ayam tidak terpengaruh cuaca dari luar secara langsung dan pengaturan suhu
dalam kandang lebih mudah.

Gambar 1. Kandang tipe Close House

Ukuran kandang : 120 m 12 m dengan tinggi 3,95 m, pada dalam kandang


dibagi menjadi 5 pent yaitu pent 1 4 berukuran 25 m 12 m dan pent 5
berukuran 20 12 m, terdapat feed room dengan panjang 4 m dan lebar 12 m,
ruang ini terdiri dari tempat untuk menyimpan pakan, tempat sepatu both, tempat
tandon air, tempat sampah, tempat dipping kapur, tempat fumigasi dengan ukuran
0,9 2 0,82 m dan ruang grading telur.
Kandang di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit Semarang 6 dibangun
mengarah ke barat dan timur. Bahan atap yang digunakan adalah solid, bahan
tersebut merupakan bahan yang mampu mencegah panas masuk ke dalam
kandang. Bahan atap terdiri dari 3 lapisan yaitu logam, busa, logam. Jenis atap
kandang yang digunakan adalah gable roof .
Gambar 2. Tipe atap gabble

Dinding kandang terbuat dari bahan beton pada bagian depan dan
belakang terbuat, sedangkan pada bagian dinding kanan dan kiri kandang terbuat
dari kawat. Penggunaan kawat bertujuan agar memudahkan dalam pengaturan dan
sirkulasi udara.

Gambar 3. Dinding kandang

Tirai yang dipakai memiliki ukuran 104 m 2 m. Bagian luar kandang


terdapat alat curt-o-matic yang berfungsi untuk menurunkan tirai saat listrik
padam yang telah disetting secara otomatis 10-15 menit. Terdapat pula wind yang
berfungsi untuk menaikkan dan menurunkan tirai.
Lantai kandang yang digunakan di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit
Semarang 6 adalah lantai kombinasi dari Slat dan Litter.

Gambar 4. Lantai slat Gambar 5. Lantai litter

Lantai kandang slat terletak pada sisi kandang dengan bahan slat terbuat
dari plastik. Lantai slat setiap pent yaitu pent 1 sampai 4 berukuran 25 m 4 m
dan pent 5 berukuran 20 4 m. lantai slat yang dibutuhkan dalam satu kandang
sebanyak 488 slat. Lantai litter berada ditengan diantara lantai slat dengan
menggunakan sekam untuk bahan litter, lantai litter berukuran 112 4 m dengan
ketebalan litter 10 cm.

2.2. Ventilasi

Sistem ventilasi di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit Semarang 6


menggunakan sistem tunel ventilation, yaitu sistem udara satu arah dengan sistem
udara yang masuk melalui inlet dan dihisap oleh exhaust fan (blower) yang
diletakkan di belakang kandang kemudian keluar melalui outlet. Inlet terdapat
dibagian samping depan berbentuk tirai dan cooling pad, outlet berupa exhaust fan
(blower) yang terdapat di belakang kandang.
Dambar 6. Cooling pad Gambar 7. Inlet

Gambar 8. Outlet

Cooling pad terbuat dari bahan selulosa dengan ukuran 15 0,15 1,5 m.
Cooling pad tersusun oleh cell pad dan bak cooling pad dengan ukuran sama
yaitu 150 20 30 cm dengan kapasitas 900 liter. Inlet dengan ukuran 150 80
cm. Jarak inlet dengan tunnel door yaitu 80 cm. Kecepatan angin pada cell pad
yaitu 350 400 fpm, sedangkan kecepatan angin didalam ruang cooling pad
menuju ke dalam kandang sebesar 900 - 1000 fpm. Cell pad berfungsi untuk
menghasilkan uap dingin karena adanya proses evaporasi. Cooling pad dipasang
di sebelah kiri dan kanan kandang dengan jumlah masing-masing 44 buah cell
pad. Total cell pad dalam satu kandang yaitu sebanyak 88 cell pad. Sistem kerja
cooling pad yaitu air dari dalam tandon dipompa hingga penuh lalu berhenti
sendiri secara otomatis. Lalu pompa akan mempompa air dengan dibantu oleh
mesin motor dari bak penampungan bawah menuju ke pipa atas, selanjutnya air
yang berada dipipa atas turun membasahi cell pad dan membawa uap air sehingga
membuat udara sejuk melalui tunnel door. Air mengalir melewati lubang-lubang
kecil pada pipa cooling pad dan membasahi cell pad. Cell pad memiliki 2 jenis
lubang dengan kemiringan yang berbeda yaitu 15 dan 45. Kemiringan 15
berfungsi untuk masuknya udara dan kemiringan 45 berfungsi untuk turunnya
air. Uap dingin yang dihasilkan oleh cell pad akan disebarluaskan kedalam
kandang dengan bantuan blower sehingga udara didalam kandang menjadi sejuk.
Udara yang masuk kedalam kandang akan ditingkatkan kecepatannya oleh
deflektor atau spoiler yang ada didalam kandang. Deflektor memiliki ukuran 120
cm 20 cm 50 cm. Jarak antar deflektor yaitu 6 m. jumlah deflektor dalam satu
kandang yaitu 32 buah.

Gambar 9. Deflector

Exhaust fan yang digunakan sebanyak 8 buah dan untuk setiap kandang,
dengan ukuran 50 inch. Exhaust fan memiliki ukuran 137 25 140 cm dengan
diameter 110 cm. Pada satu kandang memiliki 8 buah exhaust fan, 2 sebelah
kanan dan 2 sebelah kiri bersifat dirrect tanpa atau aktif terus, dan 4 exhaust fan
lainbersifat indirect atau dikendalikan temptron yang disetting dan akan aktif
sesuai pengaturan suhu didalam kandang. Ventilasi berfungsi sebagai pertukaran
udara, mensuplai udara segar dari luar kandang, mengeluarkan udara kotor dan
amoniak di dalam kandang.
2.3. Peralatan Kandang
Peralatan kandang yang digunakan di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm
Unit Semarang 6 terdiri dari:
2.3.1. Panel
Panel berfungsi untuk mengatur jalannya blower, cooling pad,
pencahayaan, tempat pakan betina (feeder trough), dan tirai.

Gambar 10. Panel power

Gambar 11. Panel Kandang


Gambar 12. Panel Alarm Kandang

Gambar 13. Panel Temptron


Gambar 14. Panel Blower Kandang

2.3.2. Palet
Palet berfungsi sebagai tempa untuk meletakan pakan supaya tidak mudah
rusak. Apabila tidak memakai palet maka pakan akan mudah berjamur.

Gambar 15. Palet

2.3.3. Sprayer Alkohol


Spray alkohol berfungsi untuk menyemprotkan larutan alkohol ke tangan
agar steril

Gambar 16. Spray Alkohol


2.3.4. Meja Grading Telur
Meja grading telur berfungsi sebagai tempat untuk meletakan telur yang
akan digrading.
2.3.5. Egg Tray Merah
Egg tray merah berfungso untuk meletakan telur yang baru keluar dari
kandang. Egg tray merah memiliki kapasitas 36 butir telur.
2.3.6. Egg Tray Putih
Egg tray putih berfungsi untuk meletakan telur HE yang sudah digrading.
Egg tray putih memiliki kapasitas 42 butir telur.
Telur HE memiliki 5 grade yaitu:
1. grade B1: telur yang sedikit kotor, sedikit miss shape, sedikit tipis.
2. Grade B2: telur yang bobotnya 45 - 49,9 gram.
3. Grade B3: telur yang bobotnya 50 54,9 gram.
4. Grade A1: telur yang bobotnya 55 61,9 gram.
5. Grade A2: Telur yang bobotnya 62 68,9 gram.
6. Grade A3: telur yang bobotnya 69 UP.
2.3.7. Egg Tray Kuning
Egg tray kuning berfungsi untuk meletakan telur komersil yaitu telur yang
ukurannya jumbo, retak, miss shape dan telur yang bobotnya kurang dari 45 gram.
Egg tray kuning memiliki kapasitas 30 butir telur.
2.3.8. Pompa Air
Pompa air berfungsi untuk menyedot air dari tandon kandang menuju ke
pipa niple dalam kandang. bagian=bagian pompa air yaitu tabung, pengatur
tekanan air dan pompa. Pompa air akan nyala pada saat tekanan air dinipple
berkurang. Tekanan air yang ada tertera diskala diseting dari panel kandang.

Pompa air
2.3.9. Tandon

Gambar 18. Tandon

Tandon air yang ada didalam kandang memiliki kapasitas tempung 1000
liter air. Ada 2 tandon dalam kandang yaitu untuk air minum biasa dan untuk air
minum yang diberi vitamin atau obat.
2.3.10. Tempat Minum

Gambar 19. Nipple

Jumlah nipple dalam satu kandang sebanyak 1416 buah nipple. Jarak panjang
pipa nipple 3 m terdapat 9 putting nipple. Jarak nipple satu dengan lainnya sebesar
33 cm. Rangkaian nipple diantaranya yaitu putting nipple sebagai tempat minum
ayam, pipa yang digunakan untuk mengalirkan air, regulator sebagai alat untuk
mengatur tekanan air yang mengalir dalam nipple, jumlah regulator dalam
kandang ada 4 dan terletak bagian tengah. Kapasaitas nipple 1 buah nipple untuk
5-10 ekor ayam.
2.3.11. Tempat Pakan
Tempat pakan ada 2 jenis tempat pakan otomatis yaitu male feeder untuk
tempak pakan ayam jantan dan female feeder untuk tempat pakan ayam betina.

Gambar 20. Pan feeder dan feeder trough

Jumlah pan feeder pada masing-masing pent yaitu 94. Jarak antar tiap male
feeder 39 cm. Kapasitas 1 pan feeder untuk 10-12 ekor ayam. Jarak dan
ketinggian diatur sesuai dengan tingginya ayam jantan, hal tersebut dilakukan
agar tidak menyulitkan ayam jantan dalam mengkonsumsi pakan. Pemberian
pakan pada jantan dilakukan dengan cara memasukkan pakan yang sudah
disiapkan ke dalam male feeder yang masih tergantung dan akan digunakan untuk
esok hari. Penurunan male feeder selang 5 menit setelah pengaktifan automatic
feeder through yaitu pada pukul 07.00 WIB. Pan feeder dinaikkan kembali
setelah pakan habis.
Feeder trough merupakan tempat pakan betina yang terdiri dari 3 hopper
utama, 18 hopper tambahan dan 3 jalur thraw (luar, tengah dan dalam). Hopper
utama berukuran 1,2 m 0,65 m 0,55 m. Total panjang lintasan 650 m.
Kapasitas hopper utama dapat menampung sebanyak 150 kg pakan. Hopper
tambahan dapat menampung 50 kg pakan dan terletak pada pent 2, 3 dan 5 yang
terdiri dari 6 hopper pada masing-masing pent dengan jarak antar hopper 30 m..
feeder trough terdiri dari grill dan rantai. Panjang trough sebesar 5 cm, lebar 10
cm, tinggi thraw 15 cm. Grill berukuran 150 5 7 cm. Bagian dari feeder
trough yaitu corner untuk rantaimberbelok, motor penggerak untuk menggerakkan
pakan melalui rantai trough. Kapasitas thraw per 1 m yaitu 14 ekor ayam.
Terdapat 3 jalur thraw yaitu jalur luar, tengah dan dalam. Jarak thraw luar dengan
tembok depan yaitu 1 m, jarak dengan tembok samping yaitu 1 m, panjang thraw
luar sebesar 118 m, jarak thraw bagian tengah dengan tembok depan yaitu 2m,
jarak dengan tembok samping sebesar 2 m, panjang thraw tengah sebesar 116m.
Jarak thraw dalam dengan tembok depan yaitu 3 m, jarak dengan tembok samping
3 m, panjang thraw dalam 114 m. Jarak antar thraw luar, tengah dan dalam yaitu 1
m.
2.3.12. Sangkar (Nest)

Gambar 21. Sangkar dan lubang sangkar

Sangkar terbuat dari seng dengan ukuran 150 70 100 cm, dalam satu
kandang memiliki 86 buah sangkar, yang mana setiap sangkar terdiri dari 24 hole,
1 hole dapat digunakan untuk 4 ekor ayam dan dalam 1 sangkar dapat digunakan
96 ekor. Sangkar ini harus mudah dipindahkan, redup, sirkulasi udara yang baik
dan nyaman untuk ayam.

2.3.13. Lampu

Gambar 22. Lampu

Ada 4 jalur lampu pada kandang 20 dengan jarak antar lampu 4 m.


Jumlah lampu yang digunakan pada kandang 20 pada fase pre-laying sebanyak
115 buah. Hal tersebut disesuaikan dengan luas kandang supaya seluruh bagian
kandang cahaya lampu secara merata.
2.3.14. Blower

Gambar 23. Blower kondisi berputar dan mati

Bagian-bagian blower yaitu: cerobong kipas, puller kipas, fan belt, blade,
pulley motor.
Manajemen Pencahayaan

I. Lama Pencahayaan
Pencahayaan saat ini di berikan selama 14 jam yang bertujuan untuk
meningkatkan produksi telur, sedangkan lama pencahayaan alami dari sinar
matahari biasanya berlangsung hanya selama 12 jam tergantung dengan cuaca
alam. Jika lama pencahayaan kurang, maka produksi telur akan turun dan bahkan
bisa sampai berhenti. Kekurangan lama pencahayaan seringkali menyebabkan
rontok bulu lalu. Untuk mengatasi hal ini, dilakukan dengan memberikan cahaya
tambahan untuk meningkatkan lama pencahayaan tetap konstan 14 jam per hari..
Penambahan cahaya dilakukan secara bertahap. Salah satu program pencahayaan
adalah dengan menaikkan lama pencahayaan 1 jam tiap 2 minggu.
(Nurgiartiningsih, et al, 2005).
Penambahan cahaya di berikan menggunakan lampu neon berwarna
kuning dengan intensitas yang berbeda di sesuaikan dengan letak lampunya.
Lampu yang terletak di pen 1 area inlet mengguakan lampu 23 watt 1430 lumen,
sedangkan yang lainnya menggunakan lampu 14 watt 850 lumen. Perbedaan ini
terjadi karena di area inlet, cahaya matahari tidak bisa masuk sehingga diberikan
lampu yang lebih terang sehingga dapat mengimbangi cahaya di area lain yang
bertujuan penyebaran cahaya dapat merata.
Jadwal pencahayaan tambahan oleh lampu di sesuaikan berdasarkan letak
dan waktunya. Daerah inlet diberikan cahya tambahan pukul 05.00 sampai 19.00,
pemberian full 14 jam karena untuk menggantikan cahaya matahari yang tidak
bisa masuk. Daerah samping ( slat ) diberikan cahaya tambahan pukul 05.00
sampai 08.00 dan pukul 16.00 sampai 19.00. Daerah tengah ( litter ) diberikan
cahaya tambahan pukul 05.00 sampai 09.00 dan pukul 14.00 sampai 19.00.
II. Fungsi cahaya
Pemberian cahaya harus dikontrol dan di program dengan baik terkait
berhasil tidaknya pencapaian target performa ayam di masa produksi. Cahaya
yang menembus ke otak unggas akan merangsang hipotalamus untuk
menghasilkan hormon Gonadotropin dan merangsang kelenjar pituitari untuk
menghasilkan FSH dan LH yang merangsang dan mempertahankan fungsi
reproduksi (Iskandar, 2009) Folicle Stimulating Hormone berfungsi untuk
mematangkan folikel telur sedanngkan Luteinizing Hormone berfungsi untuk
menggertak saat ovulasi ( pelepasan telur dari ovarium ke oviduct).

Cahaya terang yang diterima retina mata akan diteruskan oleh retina mata
menuju hipotalamus anterior sehingga merangsang kelenjar hipofise untuk
memproduksi hormon gonadotropin, hormon ini akan merangsang ovarium serta
organ reproduksi yang lain, membantu pematangan folikel telur, juga dapat
membantu perkembangan bulu dan jengger ayam. Cahaya merangsang kelenjar
tiroid untuk menyekresikan hormon tiroksin yang berfungsi meningkatkan proses
metabolisme sehingga dapat memacu pertumbuhan ayam. Cahaya merangsang
kelenjar paratiroid untuk menyekresikan hormon paratiroksin yang berfungsi
meningkatkan proses metabolisme Ca dan P dalam darah. Cahaya gelap juga
memacu pelepasan hormon androgen yang berperan dalam pembentukan tulang
dan menurunkan hormon steroid sehingga ayam akan lebih tenang dan
beristirahat. Cahaya gelap juga akan merangsang sekresi melatonin yang berperan
dalam memperbaiki sistem kekebalan tubuh ayam. (Dwi Joko Setyono, maria
Ulfah, dan Sri Suhartati, 2013 )
III. Pengaruh berbagai warna cahaya terhadap produktivitas ayam

NO Parameter Produksi Warna Cahaya

Merah oranye kuning hijau biru

1 Meningkatkan x x
pertumbuhan

2 Menurunkan efisisensi x x
pakan

3 Memperlambat dewasa x x
kelmin

4 Mempercepat dewasa x x x
kelamin

5 Memperlebar mata x

6 Mengurangi stres x

7 Menurunkan kanibalisme x X

8 Meningkatkan Produksi x x
telur

9 Nenurunkan Produksi x
Telur

10 Meningkatkan ukuran x
telur

11 Meningkatkan fertilitas x x
telur

12 Meningkatkan fertilitas x
pejantan
Jumalah dan letak lampu
Lampu yang terdapat di kandang 20 berjumlah117 buah dengan pembagian pen 1 =
26, pen 2 = 24, pen 3 = 26, pen 4 = 25 dan pen 5= 16. Jumlah lampu yang berbeda setiap
lampu di sesuaikan dengan luas pen kandang dan kebutuhan cahaya yang di perlukan.
Sedangkan, jarak antar lampu di atur dengan ukuran 4 meter diharapkan penyebaran cahaya
dapat merata. Denah letak lampu per pen adalah

4 meter

4 meter

Perhitungan Intensitas Cahaya

Diketahui :
- hm = tinggi kandang = 2,5 m
- W = panjang kandang = 120 m
- L = lebar kandang = 12 m
- E = minimal lux laying = 20 lux
- A = area kandang = 1440 m2
- CU= Coefficient of utilization = 0,69
- MF= maintenance factor = 0,65
- Lumen lampu laying = 8500 lm
Room Index

(L W)
K =
h m (L W)

=
12 120
2,5 12 120
1440
=
330

= 4,36

EA
TL = CU MF

20 1440
=
0,69 0,65

28800
=
0,45

= 64000

Total Lumen
JL = Lumen per lampu

64000
=
850

= 75,29

`= 75 lampu
Manajemen Kesehatan

Program pencegahan penyakit merupakan salah satu kunci sukses usaha


beternak ayam bibit. Program ini mutlak dijalankan, apalagi iklim di Indonesia
termasuk iklim tropis hingga faktor stress sebagai pemicu terjadinya penyakit
cukup tinggi. Jika ayam terinfeksi penyakit, sampai proses pemanenan, performa
ayam menjadi kurang baik.
Program pencegahan penyakit erat hubungannya dengan program sanitasi,
vaksinasi dan program pengobatan dini pada umur tertentu ketika gejala ayam
sakit mulai tampak, program ini dikatakan berhasil, jika dalam satu siklus
pemeliharaan ayam bibit yang dipelihara terbebas dari gangguan penyakit yang
merugikan.
Sejak terbentuknya farm Rembang 2 belum pernah terjadi wabah
penyakit yang sangat serius. Penyakit-penyakit yang terjadi di farm Rembang 2
lebih banyak diakibatkan karena faktor teknis seperti terluka karena besi, slade,
dan perkelahian antarjantan yang kemudian menimbulkan luka. Penyakit buble
put yang terjadi pada ayam di beberapa kandang diakibatkan oleh luka pada kaki
yang kemudian terinfeksi bakteri dan terjadi penyakit tersebut. Terjadinya
penyakit yang sangat minimal dapat menjadi salah satu indikator keberhasilan
program biosekuriti.

1. Program Biosecurity
Program biosecurity yang telah dilaksanakan pada farm Rembang 2
tersebut sesuai dengan pendapat Jeffrey (2006) bahwa, biosecurity memiliki arti
sebagai upaya untuk mengurangi penyebaran organisme penyebab penyakit
dengan cara menghalangi kontak antara hewan dan mikroorganisme.
Tujuan utama penerapan biosecurity pada peternakan unggas yaitu:
meminimalkan keberadaan penyebab penyakit, meminimalkan kesempatan agen
berhubungan dengan induk semang, membuat tingkat kontaminasi lingkungan
oleh agen penyakit seminimal mungkin.
Biosecurity area luar (Ring 4)
Biosecurity ring 4 yaitu pintu gerbang hingga parkiraan kendaraan.
Prosesnya biosecurity ring 4 yaitu terdapat sanitasi orang dan sanitasi kendaraan.
Ruang sanitasi dilengkapi dengan sensor sehingga apabila orang atau kendaraan
melewati sensor tersebut Nozle spray akan menyemprotkan air dengan campuran
desinfektan BKC.
Biosecurity area kantor (ring 3)
Biosecurity area ring 3 meliputi semua yang akan masuk kedalam area
kantor (ring 3) yaitu manusia, barang bawaan dan kendaraan operasional.
Kendaraan yang boleh masuk hanya kendaraan operasional yang digunakan untuk
berada di area kantor (ring 3) dan area dalam (ring 2) saja, sedangkan kendaraan
pekerja ditingal ditempat parkir yang sudah disediakan. Kendaraan yang masuk
area ring 3 harus melalui ruang sanitasi kendaraan yang akan menyemprotkan air
dengan campuran desinfektan BKC dengan dosis 2,5 ml dibanding 1 liter air yang
secara otomatis apabila kendaraan melwati sensor, dan dipping ban kendaraan
yang berisi campuran air dengan desinfektan. Biosecurity untuk barang bawaan
yang akan masuk kedalam area ini adalah barang yang tidak bisa didesinfeksi
harus melalui Ultraviolet box.
Biosecurity area dalam (ring 2)
Biosecurityterhadap orang yaitu dengan melarang orang yang tidak
berkepentingan masuk kedalam area ini, untuk pekerja dan tamu yang akan masuk
kedalam area ini wajib menggunakan baju jalan atau pakaian khusus area dalam,
wajib menggunakan penutup kepala, sepatu jalan dikenakan sewaktu perjalanan
menuju kandang sebelum ganti lagi dengan baju khusus masuk kandang.
Biosecurity area dalam kandang (ring 1)
Biosecurity area dalam kandang merupakan standar operasional yang
harus diterapkan ketika ingin masuk kedalam kandang harus melakukan kegiatan
biosecurity yang sesuai dengan aturan perusahaan, yaitu mencelupak sepatu jalan
yang dipakai di bak air yang berisi air dengan campuran klorin tablet (kaporit)
yang telah disediakan didepan pintu masuk kandang. Kemudian wajib
menngunakan sepatu boot kandang (warna hijau) pada saat akan masuk kedalam
kandang dan wajib mengenakan penutup kepala.
1.1. Biosecurity Staff dan Pengunjung
Tahap awal biosecurity sebelum memasuki farm dan kantor adalah:
(1) semua barang pribadi yang akan dibawa ke dalam kandang sementara
ditinggal dalam box ultraviolet,
(2) alas kaki ditinggal, diletakkan pada rak yang telah disediakan,
(3) sebelum masuk ruang shower
(4) staff dan visitor masuk ke dalam ruang shower, semua baju harus
ditanggalkan, disimpan pada gantungan baju,
(5) masuk ruang sanitasi maka air desinfektan akan menyemprot secara otomatis
dari bagian kanan dan kiri karena adanya sensor. Ruang sanitasi yang sering
disebut ruang shower ditunjukkan pada (Gambar 1) memiliki ukuran panjang
4 meter dan lebar 1,5 meter untuk setiap ruang shower
(6) tubuh dibilas sekaligus keramas, menggunakan shampo dan sabun yang telah
disediakan oleh washer (pekerja yang mengurusi sanitasi dan perlengkapan
baju kandang),
(7) memakai baju kandang yang telah disediakan dalam almari yaitu baju warna
biru, oranye, atau coklat,
(8) keluar dari ruang shower dan mengambil serta memakai sepatu kandang
warna putih.
Desinfektan yang digunakan pada farm Rembang 2 tersebut adalah BKC.
Prosedur ketika memasuki kandang baik staff dan visitor diwajibkan mengganti
sepatu boot putih dengan sepatu boot hijau. Sebelum masuk staff dan visitor
harus mencelupkan kakinya dalam bak biru yang berisi air desinfektan. Sepatu
boot putih diletakkan pada rak sepatu di depan kandang dan sepatu boot hijau
untuk dipakai di dalam kandang diletakkan disebelah pintu masuk kandang.
Prosedur sebelum memasuki kandang tangan disemprot menggunakan alkohol,
dan kaki menginjak bak yang berisi kapur. Hal tersebut sesuai pendapat Rusianto
(2008) bahwa setiap memasuki kandang harus melakukan proses penyemprotan
dengan desinfektan kemudian celup kaki dan tangan agar terhindar dari bakteri.
Staff dan visitor keluar dari kandang melalui jalur pintu keluar dan tidak perlu
memasuki ruang shower. Pakaian kotor dimasukkan melalui jendela kecil yang
telah disediakan yang terhubung dengan ruang cuci pakaian. Baju jalan untuk
para caretaker yaitu baju yang berwarna merah muda.
Barang pribadi staff dan visitor tidak luput dari objek pembawa bibit
penyakit, terlebih barang pribadi tesebut yang setiap hari berinteraksi dengan
udara dan lingkungan di luar farm. Barang bawaan tersebut harus terlebih dahulu
dimasukkan ke dalam box ultraviolet. Barang bawaan tersebut dibiarkan beberapa
menit berada di bawah sinar ultraviolet bertujuan untuk meminimalisir
penyebaran penyakit sehingga di dalam box tersebut barang telah disucihamakan.
Barang-barang yang telah dimasukkan kedalam box ultraviolet diambil saat sudah
melakukan mandi di shower, sehingga selain dari karyawan atau pengunjung,
barang-barang yang masuk kedalam area farm harus dalam keadaan yang steril.

1.2. Biosecurity Kendaraan


Kendaraan yang keluar masuk farm Rembang 2 menjadi objek pembawa
bibit penyakit yang secara tidak langsung akan mempengaruhi produksi. Maka
biosecurity untuk kendaraan harus dilaksanakan. Setiap kendaraan yang akan
keluar masuk area farm harus melewati ruang semprot mobil (car sprayer) yang
ditunjukkan pada. Biosecurity staff dan visitor, biosecurity kendaraan
menggunakan desinfektan bernama BKC dengan dosis 2.5 ml per liter air.
Semua yang akan masuk kedalam area farm harus melalui biosecurity,
untuk orang harus masuk melalui sanitasi orang atau shower dan untuk kendaraan
harus masuk ke ruang sanitasi kendaraan. Nozle Spray akan menyemprot dengan
waktu 10 detik untuk kendaraan bermotor dan orang sedangkan pada kendaraan
roda empat selama 30 detik demi meratakan semprotan tersebut. Selain Noozle
spray, terdapat dipping ban yang berisi campuran air dan desinfektan.
Biosecurity kendaraan sangat penting dan harus ditekankan
pelaksanaannya karena kendaraan merupakan materi penunjang untuk
pelaksanaan pemeliharaan pembibitan ini, tanpa adanya kendaraan proses
transportasi pengiriman pakan, obat maupun hasil produksi tidak akan berjalan
dan pasti menghambat pelaksanaan dan tercapainya keberhasilan farm tersebut.
Biosecurity untuk kendaraan pada farm Rembang 2 sudah tersedia dan terlaksana
secara maksimal.
1.3. Biosecurity Lingkungan Farm
Lingkungan farm secara umum membutuhkan kondisi yang mampu
menyokong keberlangsungan proses produksi peternakan secara lebih khusus.
Pengendalian lingkungan farm Pakulaut adalah sebagai berikut:
1.3.1. Pemotongan Rumput
Pemotongan rumput dilakukan di sekitar area luar kandang, namun masih
dalam lingkup farm. Tujuan dilakukan pemotongan rumput agar lingkungan farm
terlihat rapi, tidak rimbun serta terhindar dari munculnya hewan-hewan yang tidak
diinginkan seperti: kelabang, luwing, ular, ulat.
1.3.2. Penyebaran Insektisida
Penyebaran insektisida di dalam kandang digunakan untuk mengurangi
dan mencegah adanya serangga salah satunya yaitu lalat. Lalat tidak hanya
bersarang dan menghinggapi tumpukan sampah, namun dalam kandang pun
terdapat banyak lalat yang menghinggapi tempat pakan, nipple, telur-telur siap
grading dan tempat-tempat lainnya dalam kandang. Antisipasi untuk menggurangi
jumlah lalat dalam kandang yaitu dengan menaburkan racun lalat dalam kandang.
Penebaran racun lalat menggunakan agita, dosis atau takarannya tidak ditentukan
hanya saja disebar secukupnya. Kandungan dalam agita terdiri atas bahan aktif
yaitu Thiametoxam 1% dengan bahan penarik bentuk butiran berwarna kuning.
Pemusnahan tikus dilakukan dengan menggunakan kotrak yang dipasang
disamping kandang.
1.3.3. Penyediaan Tempat Bangkai Ayam
Tempat bangkai ayam disediakan satu untuk setiap kandang dan letakknya
di samping kandang. Ayam yang ditampung selanjutnya diangkut menggunakan
mobil kandang, kemudian dimusnahkan atau dibakar di tempat yang disebut
Insenerator (tempat pembakaran).

2. Vaksinasi
Untuk program vaksinasi di farm Rembang 2 pada periode laying
dilaksanakan ketika ayam berumur 27, 36, 44, 52, 60 dan 68 minggu. Namun,
ketika praktik kerja hanya dilakukan vaksinasi pada umur 24 minggu saat pre
laying dan 27 minggu periode laying. Vaksinasi umur 24 minggu dikenal dengan
triple, dilaksanakan siang hari. Vaksinasi pada umur 27 biasa dikenal dengan
istilah vaksin single dan dilaksanakan sore hari.
Vaksinasi yang dilakukan pada umur ayam 24 minggu yaitu vaksin ND
(kill), AI (kill), ND (lived). Vaksinasi ND dan AI kill dengan metode intra
muscular sedangkan ND lived dengan metode Intra Okuler. Vaksin ND dan AI
kill sebelumnya diencerkan dengan oil anjuran selama 11 jam. Dosis vaksin ND
dan AI kill yang digunakan yaitu 0.5 ml, sedangkan ND lived 0.03 ml. Sebelum
dilakukan vaksinasi ayam terlebih dahulu diberikan nobstres dengan kadar 400
gram per 500 liter air. Nobstres juga diberikan 1 hari setelah vaksinasi.
Vaksinasi yang dilakukan ketika ayam umur 28 minggu yaitu vaksinasi
single ND lived (clone 30). Vaksinasi ND lived dilakukan dengan metode IO
(Intra okuler) atau tetes mata dengan dosis 1 tetes. Menurut Puspitasari (2009)
ayam yang divaksinasi dengan vaksin lived mempunyai tingkat mortalitas yang
lebih tinggi dibandingkan dengan ayam yang divaksinasi gabungan vaksin lived
dan killed, jika terjadi kegagalan vaksinasi. Foreman (orang yang mengurusi
tentang obat dan program vaksinasi) menyiapkan vaksin dan peralatan yang
dibutuhkan sebelum vaksinasi dimulai. Vaksin yang akan digunakan yaitu vaksin
ND lived diencerkan terlebih dahulu dengan diluent. Sisa vaksin yang telah
diencerkan harus dan tidak dapat digunakan lagi. Vaksin yang akan digunakan
disimpan dalam tempat yang bersuhu dingin dengan diberi es batu serta ditutup
rapat. Vaksin harus dibawa dalam kondisi dingin dan terhindar dari sinar
matahari.
Vaksin yang digunakan yaitu ND dan AI sedangkan vaksin sendiri ada 2
jenis yaitu vaksin live (aktif) dan vaksin killed (inaktif). Vaksin live diaplikasikan
dengan cara meneteskan pada mata, hidung atau mulut. Vaksin killed
diaplikasikan dengan cara injeksi di bawah kulit (Subcutaneus) ataupun bawah
otot (Intra Muscular).
Keuntungan dilakukan vaksinasi adalah mencegah timbulnya gejala klinis
dan kematian, mengurangi keluarnya virus dari tubuh unggas serta mengurangi
populasi unggas yang rentan terhadap penyakit. Kelemahan vaksinasi adalah
memerlukan waktu yang cukup lama hingga mencapai kekebalan protektif, flock
yang divaksinasi tidak akan memperlihatkan gejala kinis sesudah dilakukan
vaksin, tetapi tetap dapat terinfeksi virus dan bertindak sebagai reservoir
(Rahardjo, 2004). Kekurangan dari penggunaan vaksin inaktif antara lain tidak
munculnya respon kekebalan yang terjadi secara seketika (memerlukan waktu
lebih lama).
Manajemen Pemeliharaan

1. Pembersihan Kandang
Pembersihan kandang dilakukan secara rutin serta apabila kandang terlihat
kotor. Pembersihan kandang yang dilakukan meliputi pembersihan atap kandang,
sekat, dinding, inlet, cellpad, dan pembersihan nippel. Kandang dibersihkan agar
tidak menyebabkan tumbuhnya penyakit yang bisa menular ke ayam. Oleh karena
itu, kebersihan kandang harus tetap terjaga. Alat yang digunakan untuk
membersihkan debu dan sarang laba-laba di dalam kandang adalah sapu.
Pembersihan dilakukan dengan menyapu debu dan sarang laba-laba pada langit
kandang, dinding, sekat antar pan. Pembersihan dilakukan agar tidak
menghambat proses pengeluaran angin dari dalam kandang. Selain itu juga lampu
kandang juga harus dibersihkan dari debu atau sarang laba-laba agar cahaya
lampu terang serta tidak terhambat oleh debu yang menempel pada lampu.
Pembersihan coolingpad dilakukan satu kali seminggu sehingga udara yang
masuk dari inlet dapat masuk tanpa terhambat oleh sarang laba-laba. Tujuan
membersihkan coolingpad ini adalah supaya udara yang masuk kedalam kandang
tidak terhambat oleh sarang laba-laba yang menempel pada bagian sela-selah
colingpad. Untuk itu bagian inlet dibersihkan dengan menggunakan sapu supaya
dapat membersihkan sarang laba-laba. Pembersihan cellpad dilakukan dengan
sprayer bertekanan tinggi, sehingga kotoran pada cellpad dengan cepat akan
hilang.
Pembersihan blower dilakukan dengan menyapu debu serta sarang laba-laba
pada kipas dan area sekitar blower. Pembersihan blower dilakukan menggunakan
sapu. Blower dibersihkan agar tidak menghambat laju perputaran dan agar tidak
menahan laju angin sehingga blower dapat bekerja dengan maksimal.
Pembersihan nippel dilakukan dengan cara flushing nippel. Flushing nippel
dilakukan agar kotoran yang berada didalam pipa paralon dapat dikeluarkan
sehingga tidak mengganggu laju air serta tidak mengkontaminasi air. Hal ini juga
dimaksudnya untuk menjaga kesehatan ayam dengan menjaga kualitas air minum
melalui pembersihan alat. Flushing nippel dilakukan setiap satu minggu sekali.
2. Penambahan Sekam
Penambahan sekam dilakukan apabila sekam dalam kandang semakun
berkurang atau menipis. Tujuan dari penambahan sekam adalah agar pada saat
bertelur, ayam merasa nyaman dan menghindari adanya telur retak atau pecah.
Selain itu juga untuk menghindari floor egg yaitu dimana ayam bertelur tidak
pada tempatnya atau bertelur pada slat, karena salah satu faktor yang
mempengaruhi floor egg yaitu tingakat kenyamanan sangkar. Penambahan sekam
dilakukan pada nest dan litter. Penambahan sekam pada nest dilakukan apabila
sekam telah berkurang dan menipis. Penambahan sekam pada nest atau sangkar
dilakukan pada sore hari. Hal ini agar tidak mengganggu ayam yang sedang
bertelur. Sehingga tidak mengurangi produksi telur.
Penambahan sekam pada litter dilakukan agar litter memiliki ketebalan lebih
dari 5 cm, selain itu juga agar liter tetap kering sehingga kesehatan ayam dapat
selalu terjaga. Litter yang basah dapat meningkatkan kandungan amonia sehingga
menjadi tempat berkembang biak berbagai jenis penyakit dan dapat menimbulkan
bau yang berbahaya bagi sistem pernafasan. Selain itu sekam yang basah juga
dapat mengakibatkan bulu kotor ketika ayam melakukan mandi sekam.
Penambahan sekam pada litter dilakukan apabila sekam pada litter sudah menipis
dan sudah banyak kotoran sehingga menyebabkan litter basah dan menggumpal.
Kontrol terhadap kondisi litter dilakukan setiap hari agar apabila litter basah,
kotor, dan menggumpal bisa segera dilakukan penanganan.

3. Grading Ayam
Grading ayam atau penyetaraan pada fase laying didasarkan pada
perbandingan jumlah jantan dan betina, besarnya bobot badan ayam, serta kondisi
ayam. Perbandingan jumlah jatan dan betina yaitu 1:10 yang berarti satu jantan
dapat mengawini 10 betina. Penyetaraan berdasarkan bobot badan ayam dilakukan
untuk setiap pen. Dimana ayam besar ditempatkan pada pen 1, pen 2 untuk ayam
normal besar, pen 3 untuk ayam normal, pen 4 untuk ayam normal kecil, dan pen
5 untuk ayam kecil. Sehingga terdapat keseragaman yang baik dalam setiap pen.
Grading terhadap ayam sakit atau lemah dilakukan dengan memindahkan ayam
yang sakit atau lemah dari pen 1, pen 2, pen 3, dan pen 4 ke dalam pen 5.
Kemudian membawa ayam yang sehat dari pen 5 untuk ditukarkan.
Tujuan grading yaitu untuk memperoleh uniformity atau keseragaman serta
meratanya konsumsi pakan dengan meminimalisir persaingan pakan.
Keseragaman ayam minimal yang harus dicapai yaitu 80%, jika tingkat
keseragaman rendah maka dapat dipastikan bahwa puncak produksi ayam akan
sulit tercapai. Pengaturan keseragaman sebaiknya dilakukan sejak DOC. Terdapat
berbagai faktor yang mempengaruhi keseragaman seperti penyakit, program
pemberian pakan yang kurang baik, serta jumlah ayam yang berpengaruh terhadap
persaingan pakan. Grading dilakukan dengan melihat data recording seperti Body
Weight (BW), jumlah deplesi, serta jumlah ayam yang diculing.

4. Male Agresif
Male agresif merupakan suatu kondisi dimana ayam bibit jantan memiliki
bobot badan yang lebih besar dan mengalami dewasa kelamin yang lebih cepat
dibanding ayam lainnya. Sehingga ayam pejantan tersebut memiliki agresifitas
yang lebih tinggi dibanding ayam yang lain. Apabila dimixing dengan ayam
betina akan beresiko yang lebih tinggi seperti menyerang ayam betina karena
ayam betina belum dewasa kelamin sehingga dapat menyebabkan deplesi. Ada
beberapa cara untuk melihat adanya male agresif dalam kandang seperti
berkokoknya pejantan pada masa grower, menyerang betina, serta melihat jumlah
betina pada litter ketika sore hari. Apabila tidak ada betina di litter pada waktu
sore hari maka dapat disimpulkan bahwa dipen tersebut banyak maleagresif.
Karena ayam betina takut untuk turun ke liiter.
Pada masa awal mixing ayam jantan yang mengalami pertumbuhan terlalu
cepat tersebut dipisahkan dan ditempatkan pada male pan yang berada pada pen 5
dengan sekat tersendiri. Hal ini dilakukan untuk mengurangi resiko adanya
deplesi yang diakibatkan oleh male agresif. Selama di male pen, ayam-ayam
jantan tersebut diperlakukan berbeda dengan ayam dipen lain. Seperti tidak
memberikan cahaya serta membatasi jumlah pakan. Hal ini dilakukan untuk
memperlambat laju pertumbuhan ayam tersebut. Sehingga pada saatnya nanti
ayam jantan tersebut akan memiliki bobot badan yang seimbang dengan ayam
jantan dipen lain. Pada saat itulah ayam jantan tersebut dikeluarkan dan
dimasukan ke dalam pen sesuai dengan grade dan sex ratio.

5. Nose Bar
Nose bar merupakan alat dipasang pada garis hidung ayam jantan dengan
tujuan agar ayam jantan tidak bisa memakan pakan ayam betina yang berada pada
feeder trough sehingga hanya memakan pakan yang berada pada male feeder. Hal
ini dikarenakan formulasi pakan yang berbeda untuk ayam jantan dan ayam
betina. Dimana pakan ayam jantan mengandung nutrisi yang berguna untuk
memelihara jaringan tubuh, pembentukan sperma serta mengontrol bobot badan.
Sedangkan pakan ayam betina mengandung nutrisi yang berguna untuk produksi
telur.
Nose bar dipasang setelah dilakukannya mixing atau pencampuran ayam
jantan dengan ayam betina dalam satu pen yaitu pada minggu ke 18. Selanjutnya
nose bar dilepas pada minggu ke 26. Hal ini karena pada umur 26 minggu pial
pada ayam jantan sudah tumbuh besar. Jadi ayam jantan akan kesulitan untuk
memakan pakan betina pada feeder trough dikarenakan pial yang telah membesar.
Selain itu juga untuk memudahkan perkawinan karena pada minggu ke 26 di
asumsikan sudah masuk fase laying.

6. Floor Eggs
Floor egg adalah telur yang berada pada lantai atau slat. Jadi floor egg
merupakan akibat dari ayam yang tidak bertelur ditempatnya. Karena tempat
untuk bertelur seharusnya pada sangkar. Floor egg dipengaruhi oleh tingkat
kenyamanan sangkar dan kondisi ayam. Apabila sangkar terasa nyaman untuk
bertelur makan floor egg akan sedikit, sebaliknya apabila kondisi sangkar jelek
sehingga membuat ayam tidak nyaman makan floor egg akan meningkat. Sangkar
yang baik yaitu jumlah sangkar sesuai dengan jumlah ayam ---------------------------
-------------------------------------------, memiliki pijakan yang kuat untuk ayam,
serta memiliki sekam yang cukup atau tidak tipis. Ayam yang sakit seperti lemah,
pincang, serta bumble foot akan lebih banyak bertelur pada slat ataupun pada
litter. Hal ini dikarenakan tidak adanya tenaga dan kesulitan untuk naik ataupun
masuk kedalam sangkar. Sehingga ayam-ayam yang sakit merupakan
penyumbang terhadap banyaknya floor egg.

7. Sweeping
Sweeping adalah mencari ayam yang mati untuk di keluarkan dari kandang
dan ayam yang sakit untuk di tempatkan di kandang macan. Sweeping untuk
ayam mati atau bangkai dilakukan setiap hari untuk mencari ayam yang mati
untuk dikeluarkan dari dalam kandang kemudian di tempatkan di tempat bangkai
yang berada didepan kandang. Hal ini dimaksudkan agar bangkai tidak sampai
manimbulkan bau yang tidak sedap serta meminimalisir adanya penyebaran
penyakit yang dapat menyerah ayam lain. Bangkai tersebut selanjutnya dilakukan
pembakaran ditempat pembakaran. Tempat untuk pembakaran bangkai berada
jauh dari area kandang. Hal ini untuk meminimalisir adanya bibit penyakit yang
dapat menyerang ayam yang sehat. Namun tempat pembakaran bangkai masih
dalam lingkungan farm. Karena jika berada diluar lingkungan dapat mengganggu
lingkuang sekitar.
Sweeping untuk ayam sakit dilakukan pada saat-saat tertentu untuk di
tempatkan di kandang macan. Ayam yang sakit memiliki ciri-ciri seperti bulu
rontok, lemas atau bahkan tidak bergerak, wajah pucah, serta terdapat luka di
bagian tubuh, sehingga berpengaruh terhadap produksi. Apabila anak kandang
menemukan ayam yang mati atau bangkai, maka anak kandang harus menulis
jumlah ayam yang mati pada daftar buku yang sudah disiapkan.

8. Seleksi Ayam
Seleksi ayam dilakukan dengan memisahkan atau memindahkan ayam ke
kandang karantina. Ayam yang di pisahkan adalah ayam yang sakit dengan ciri-
ciri ayam cacat dan lemah, bulu terlihat kusam, nafsu makan menurun, badan
kurus, rontok bulu, dan jengger terlihat pucat serta tidak aktif. Tujuan dari
pemindahan ayam yaitu agar sakit yang diderita oleh ayam tidak menular ke ayam
yang sehat.Seleksi juga dapat dilakukan berdasarkan bobot badan. Dimana ayam
besar berada di pen 1, ayam normal besar berada di pen 2, ayam normal berada di
pen 3, ayam normal kecil berada di pen 4, dan ayam kecil berada di pen 5.
Sehingga tingkat keseragaman tinggi. Seleksi pejantan dilakukan dengan memilih
pejantan bagus, sakit atau lumpuh. Apabila seleksi rutin dilakukan maka
perbandingan antara ayam jantan dan betina harus tetap diperhatikan agar daya
tetas tetap baik.

9. Culling
Culling merupakan proses pemilihan individu ayam baik itu anak ayam,
pullet, induk betina maupun pejantan yang cacat, lemah, terlihat tanda-tanda
terserang penyakit, dan tidak produktif lagi, sehingga ayam tersebut harus
dikeluarkan dari kelompoknya. Culling dilakukan dengan maksud untuk
mengurangi penyebaran bibit penyakit, mengurangi kepadatan kandang sehingga
ayam yang produktif dapat lebih nyaman didalam kandang, mengurangi efisiensi
penggunaan pakan, efisiensi dalam penggunaan tenaga kandang dan sarana
produksi lainnya, serta menghindari adanya kanibalisme. Kriteria ayam jantan
yang harus diculling yaitu berat badan terlalu kurus, kaki yang lecet sehingga sulit
melakukan aktivitas seksual, warna wajah serta pial yang pucat. Sebelum
diculling ayam yang sakit dan lemas ditempatkan dikarantina terlebih dahulu
dengan harapan ayam dapat sembuh dan akan dikeluarkan dari kandang karantina
untuk dikembalikan dengan ayam yang lain. Namun apabila kondisi ayam sudah
tidak memungkinkan untuk sembuh. Maka culling perlu dilakukan sebelum ayam
tersebut mati dan menjadi bangkai.

10. Recording
Recording pada perusahaan pembibitan meliputi produksi telur, hen day
production, jumlah konsumsi pakan, program vaksinasi, program pengobatan,
bobot badan ayam, deplesi atau jumlah ayam yang di culling, dan jumlah floor
egg. Manfaat dari recording adalah untuk mendapatkan informasi lengkap tentang
ternak yang dipelihara, yang akan berguna dalam manajemen pemeliharaan
ternak, memudahkan pengambilan keputusan, mengefisienkan waktu, tenaga, dan
biaya, memudahkan dalam controling serta monitoring. Catatan atau recording
juga dapat digunakan sebagai evaluasi pengelolaan kegiatan dimasa yang akan
datang.
Produksi telur merupakan jumlah telur yang dihasilkan dalam waktu tertentu
seperti dalam waktu sehari. Melalui pencatatan produksi dapat dilihat produksi
telur dari hari ke hari. Apabila produksi telur turun presentasenya maka perlu
dilakukan pemeriksaan. Bobot badan merupakan salah satu kriteria yang dijadikan
sebagai acuan berhasil atau tidaknya suatu pemeliharaan ayam pembibibit. Hen
day production merupakan jumlah telur yang dihasilkan per hari berdasarkan
jumlah populasi. Tujuannya yaitu untuk mengetahui jumlah telur yang dihasikan
oleh sekelompok ayam pada umur tertentu. Produksi telur berhubungan langsung
dengan konversi pakan. Semakin besar produksi telur yang dihasilkan, nilai
konversi pakan semakin kecil. Standar hen day prduction setiap strain berbeda-
beda tergantung dari strain yang dipelihara.
Setiap perusahaan pembibitan memiliki standar bobot badan yang harus
dicapai setiap minggunya, oleh sabab itu dilakukan kontrol bobot badan setiap
minggunya dengan melakukan penimbangan. Kontrol bobot badan ini bertujuan
untuk mengetahui pertumbuhan bobot badan ayam sudah sesuai dengan standar
atau belum dan untuk mengetahui tingkat keseragaman ayam dalam sekelompok
ayam atau per pen. Penimbangan dilakukan setiap minggunya per individu ayam
dengan mengambil sampel sebanyak 5% untuk ayam betina dam 10% untuk ayam
jantan yang ada dalam kandang. Penimbangan dilakukan dengan menggunakan
timbangan dengan mengumpulkan sampel ayam ke salah satu pojok pada tiap
pen kandang dengan menggunakan jaring. Hal ini bertujuan untuk menghindari
pemilihan dalam pengambilan sampel yang sama atau pengulangan penimbangan.
Kemudian ayam ditimbang satu per satu.
Pertambahan bobot badan dapat dipengaruhi oleh suhu lingkungan atau
cekaman panas yang dapat mengakibatkan nafsu makan menurun yang berakibat
pada pertumbuhan bobot badan ayam. Kecepatan pertumbuhan dipengaruhi oleh
genetik (strain), jenis kelamin, lingkungan, manajemen, kualitas dan kuantitas
pakan yang dikonsumsi. Peningkatan pertambahan bobot badan berbanding lurus
dengan meningkatnya konsumsi pakan yaitu semakin tinggi konsumsi pakan
maka meningkat pula bobot badannya, karena salah satu fungsi pakan dalam
tubuh ayam selain untuk kebutuhan hidup pokok juga untuk pertumbuhan.
11. Perkawinan
Pencampuran jantan dan betina dilakukan pada umur 16 minggu dengan
perbandingan 1 jantan untuk 9 betina. Jadi 1 ekor jantan dapat untuk mengawini 9
ekor betina. Sex ratio merupakan salah satu faktor yang penting dalam proses
pemeliharaan ayam bibit. Penggunaan jantan yang terlalu padat dalam satu pen
dapat meningkatkan stress karena adanya kegaduhan akibat dari persaingan. Hal
ini tentu akan berbahaya bagi ayam betina karena dapat menurunkan produksi
telur. Penggunaan jantan yang terlalu sedikit pun tidak menguntungkan dalam
segi ekonomis. Karena walaupun produksi telur tinggi, fertilitas telur akan rendah
karena kurangnya pejantan yang mengawini betina atau dengan kata lain ada
betina yang tidak dikawini.
Metode perkawinan yang digunakan yaitu flock maing atau perkawinan
kelompok. Jadi flock mating merupakan perkawinan antara dua pejantan atau
lebih dengan beberapa induk dalam satu kelompok ayam. Cara perkawinan seperti
ini banyak digunakan oleh perusahaan pembibitan karena lebih menguntungkan
dibanding dengan metode lain. Beberapa keuntungan dari metode ini seperti
efisiensi dalam penggunaan tenaga, tempat, dan peralatan. Selain itu bila ada
pejantan yang mempunyai nafsu kawin rendah, maka pejantan lain dapat
menggantikannya. Namun, pada metode ini juga terdapat kerugian seperti
keturunan tidak diketahui dengan pasti pejantannya dan sering terjadi pertarungan
karena terdapat lebih dari satu pejantan dalam satu kelompok.
Performance

1. Produksi telur
Dikatakan sudah memasuki fase layer (produksi) yaitu dimana ayam telah
bertelur dengan persentase 5% dari banyaknya ayam yang dipelihara. Umur ayam
pada saat dilaksanakannya praktek kerja ini adalah 26-28 minggu dengan jumlah
ayam betina untuk H-07 minggu ke 26 yaitu 8816 ekor dan jantan 926 ekor pada
populasi awal, secara keseluruhan jumlah ayam 9742 ekor. Sedangkan pada
minggu ke 28 jumlah ayam betina H-07 yaitu 8753 ekor dan ayam jantan 876 ekor
secara keseluruhan jumlah ayam 9629 ekor. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Roni Fadilah (2007) yang menyatakan bahwa berdasarkan produksi, ayam yang
sudah memasuki periode laying jika sudah mulai bertelur sekitar 5%. Populasi
awal ayam betina breeder mulai masuk periode bertelur (laying period) dijadikan
patokan populasi untuk penghitungan performa ayam selama satu siklus produksi.
Pada masa produksi selalu terjadi telur lantai (floor eggs) yaitu ayam bertelur
tidak pada tempatnya atau dilantai, dan menurut Fadilah dkk (2007), cara
mencegah telur lantai (floor eggs) sebagai berikut :
1. Telur lantai biasanya banyak diperoleh disetiap sudut kandang. karena itu,
disetiap sudut kandang sebaiknya diberi pembatas agar ayam tidak dapat
menuju ke sudut kandang. Jika melihat ayam yang akan bertelur disudut
kandang sesegera mungkin ayam dipindahkan ke sangkar.
2. Sangkar sebaiknya diletakkan dibagian kandang yang agak gelap
3. Pengambilan telur dilakukan sesering mungkin, bisa empat kali sehari
4. Jika kandang berbentuk slat postal sangkar diletakkan dibagian ujung
kandang slat dan sebagian lagi dikandang postal.
5. Sangkar disimpan ketika ayam masih pullet sehingga ayam mempunyai
kesempatan beradaptasi dengan lingkungan sangkar.
6. Jumlah sangkar harus cukup sehingga ayam yang mau bertelur selalu ada
tempat di sangkar.
7. Litter didalam sagkar harus selalu bersih dan selalu tersedia.
8. Tidak membiarkan ayam jantan berada didalam sangkar. Selain bisa
menyebabkan telur menjadi pecah, adanya ayam jantan didalam sangkar
juga tidak memberikan kesempatan kepada ayam betina untuk bertelur
didalam sangkar tersebut.
Pada dasarnya, yang mempengaruhi produksi telur yaitu faktor luar dan
faktor dalam. Faktor luar seperti makanan, rontok bulu/luruh, suhu dalam
kandang, kegaduhan dan penyakit, sedangkan faktor dalam yaitu keturunan/
genetik. Pencatatan produksi telur dilakukan pada saat ayam mulai berproduksi
5% (hen day). Perhitungan produksi telur di perusahaan dilakukan setiap hari
berdasarkan produksi hen day. Pada saat produksi telur mencapai 30%, koleksi
telur dilakukan sebanyak lima kali dalam sehari, karena jika terlalu lama beradi di
dalam sangkar akan mengakibatkan telur banyak yang pecah dan telur akan
terkontaminasi dengan mikroorganisme yang mengakibatkan infertil. Proses
pengambilan telur dilakukan dengan menggunakan troli yang yang sudah didesain
sesuai dengan kebutuhan. Proses koleksi telur dilakukan oleh 2 orang dan
diusahakan selalu bersamaan dari belakang sampai kedepan agar telur-telur di nest
box kanan dan kiri diambil secara bersamaan sehingga proses koleksi bisa
berlangsung cepat. Pengambilan PE (Production Egg) menggunakan tray
berwarna merah dengan kapasitas 36 butir telur sedangkan untuk HE (Hatching
Egg) menggunakan tray putih dengan kapasitas 42 butir telur. Telur yang sudah
diambil lalu di fumigasi dengan menggunakan forcent fumigant 45 gram dan
formalin 100 ml. Tujuan dari fumigasi adalah untuk membunuh mikroorganisme
Sallmonela sp yang ada dipermukaan telur, proses fumigasi dilakukan selama 15-
20 menit. Pada saat fumigasi berjalan blower/kipas yang ada didalam ruangan
fumigasi dinyalakan untuk mengaduk dan meratakan udara dalam ruangan agar
merata keseluruh permukaan telur dan tepi ruangan. Ukuran ruangan memiliki
panjang 2 m,lebar 0,82 dan tinggi 0,90 m. Jadi volume ruangan untuk fumigasi
adalah 1,476 m3 . Setelah difumigasi telur diseleksi terlebih dahulu berdasarkan
keadaan luar telur, yang dikelompokkan ke dalam telur normal, abnormal, retak
dan kotor. Selain itu seleksi juga dilakukan berdasarkan berat telur. Menurut
Suprijatna, dkk (2005), tujuan seleksi telur tetas adalah untuk mendapatkan anak
ayam yang sesuai dengan yang diharapkan.Tahap awal dari proses penetasan
dimulai dari penyeleksian telur (grading).
Dan Berikut adalah jadwal pengambilan telur yang dilaksanakan tiap hari pada
periode laying / produksi :
Pengambilan telur pertama Pada pukul 07:15
Pengambilan telur kedua Pada pukul 08:30
Pengambilan telur ketiga Pada pukul 10:30
Pengambilan telur keempat Pada pukul 14:00
Pengambilan telur kelima Pada pukul 15:30

Kriteria telur tetas (Hatch Egg) dalam seleksi meliputi telur utuh dan
bersih, bentuk telur normal dengan indeks 74%, ketebalan kerabang 0,33 mm.
Berikut adalah standar grading telur berdasarkan berat telur.
B1 = kotor, pecah, tipis A1 = 55-61.9 gram
B2 = 45-49.9 gram A2 = 62-68 gram
B3 = 50-54.9 gram A3 = 69 up
Komersial = jumbo, kecil, kulit tidak rata, retak rambut
Perlakuan telur yang pertama setelah dilakukan koleksi telur adalah Grading telur
dan diletakan dan ditata pada egg tray 42, selanjutnya pemberian kode pada
masing masing Grade telur yang terdiri dari Golongan grade telur, kode farm dan
tanggal produksi. Setelah diberikan kode pada masing masing grade telur
kemudian telur dimasukan pada bucket egg (keranjang telur) dengan bantuan alat
dudukan box telur serta dimasukan pada holding room dan selanjutnya
didistribusikan ke Hatchery.

2. Body weight
Pakan yang tercerna dalam tubuh ayam akan menjadi jaringan di bawah kulit
sehingga ayam akan mengalami pertambahan bobot badan setiap harinya, untuk
mengetahui pertambahan bobot badan ayam maka dilakukan pengontrolan bobot
badan ayam dengan cara penimbangan bobot badan. Ayam ditimbang
menggunakan timbangan gantung dan sampling dilakukan di tengah,
penimbangan dilakukan sebelum pakan diberikan dan dilakukan dengan cara
mengambil sampel ayam betina sebanyak 5% dan jantan 10% dari total populasi.
Penimbangan bobot badan ayam selain berfungsi untuk mengetahui pertambahan
bobot badan juga berfungsi sebagai acuan standar. Maksudnya apakah ayam
tersebut sudah mencapai standar bobot badan atau belum. Standart bobot badan
digunakan sebagai acuan keseragaman (uniformity). Uniformity yang ada di PT
Charoen Pokphand Jaya Farm Unit Semarang 6 Rembang 2 yaitu kisaran 80%.
Tabel 1. Uniformity Bobot Badan Ayam pada Kandang 6
Minggu ke Female Male
BB saat di Uniformity (%) BB saat di Uniformity (%)
timbang (g) timbang (g)
26 3501 71 3700 68
27 3627 71 3732 68
28 3685 70 3808 71

Tabel 2. Uniformity Bobot Badan Ayam pada Kandang 7


Minggu ke Female Male
BB saat di Uniformity (%) BB saat di Uniformity (%)
timbang (g) timbang (g)
26 3613 72 3826 69
27 3736 72 3853 69
28 3778 76 3926 72

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahi bahwa keseragaman bobot badan


ayam betina di kandang 6 pada minggu ke 26 sampai minggu ke 28 berturut-turut
adalah 71%, 71%, 70%, sedangkan keseragaman bobot badan ayam jantan yaitu
68%, 68%, 71%. Lain halnya dengan keseragaman bobot badan ayam betina di
kandang 7 pada minggu ke 26 sampai minggu ke 28 yaitu 72%, 72%, 76%, dan
keseragaman bobot badan ayam jantan yaitu 69%, 69%, 72%.Tingkat
keseragaman bobot badan ayam betina dan jantan baik itu dikandang 6 dan 7
belum sesuai dengan standar uniformity yang baik yaitu 80%. Hal ini sesuai
dengan pendapat Guatira et al. (2015) yang menyatakan bahwa keseragaman
bobot badan dikatakan baik apabila tingkat keseragaman mencapai 80%. Ayam
yang memiliki tingkat keseragaman bobot badan yang rendah akan
mengakibatkan puncak produksi telur tidak dapat optimal dan ukuran telur yang
tidak seragam, deplesi dan male agresif.

2.1 Faktor Yang Mempengaruhi Keseragaman


a. Kepadatan kandang
Pada proses pemeliharaan ayam bibit maupun ayam petelur
kepadatan sangat penting diperhatikan. Kesalahan dalam manajemen
kepadatan kandang sangat berdampak terhadap pertumbuhan dan produksi ayam.
Kepadatan kandang yang terlalu tinggi akan menyebabkan beberapa masalah
diantaranya adalah, tingkat konsumsi pakan berkurang, pertumbuhan ayam
terhambat, efisiensi pakan berkurang, tingkat kematian meningkat, dan kasus
kanibalisme meningkat (Fadilah, 2013).
Kepadatan kandang akan mempengaruhi aktivitas ayam, selain itu
juga dapat meningkatkan persaingan antar ayam dalam memperoleh
oksigen. Kepadatan kandang yang berlebih dapat menghambat pertumbuhan
anak ayam. Kandang yang padat akan menurunkan ketersediaan oksigen, selain
itu feses yang dihasilkan pun akan lebih banyak sehingga amonia pun meningkat.
Oksigen yang berkurang dan amonia yang meningkat menjadi penyebab
terganggunya kesehatan ayam. Keadaan ini akan menyebabkan metabolisme
dalam tubuh terganggu dan akan memicu ayam terserang penyakit pernapasan.
Kepadatan yang berlebih juga akan menstimulasikanibalisme pada ayam
(Anonimous, 2015).
b. Kebutuhan tempat pakan dan tempat minum
Ransum dan air minum merupakan dua unsur utama yang diperlukan
untuk pertumbuhan ayam. Keterbatasan untuk mendapatkan kedua unsur tersebut
akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan. Jumlah dan distribusi yang
terbatas akan mengakibatkan peningkatan kompetisi ayam dalam mendapatkan
makanan dan minum. Akibatnya ayam yang kalah dalam kompetisi
memiliki sedikit kesempatan memperoleh nutrisi dan sebaliknya, ayam yang
menang dalam kompetisi mendapatkan jumlah yang lebih banyak sehingga berat
badannya lebih besar (Medion, 2008). Pemberian jumlah pakan yang cukup harus
didukung oleh pendistribusian tempat pakan yang cukup pula. Agar
pendistribusian tempat pakan sesuai dengan kebutuhan ayam.
c. Suhu dan kelembaban
Semakin bertambah umur ayam semakin membutuhkan suhu kandang
yang lebih sejuk. Suhu kandang yang terlalu tinggi bisa menyebabkan
stres dan panas, sehingga akan meningkatkan konsumsi air minumnya,
tetapi menurunkan tingkat konsumsi pakan.
d. Lama pencahayaan
Keberadaan cahaya yang masuk kedalam ruangan memungkinkan
ayam untuk mampu melihat lingkungan sekitar, terutama makanan dan air minum
yang tersedia. Keberadaan cahaya tersebut tentu akan berpengaruh terhadap
frekwensi ayam makan dan jumlah makanan yang dikonsumsi oleh ayam. Jumlah
makanan yang masuk kedalam tubuh (feed intake), juga berpengaruh terhadap
proses produksi (Sudarmono, 2003).
2.2 Grading dan seleksi
Grading adalah kegiatan mengelompokkan ayam berdasarkan
ukuran beratnya besar, sedang, dan kecil. Ayam dengan bobot badan besar
diletakkan di pen depan dan ayam dengan bobot badan kecil diletakkan di pen
belakang. Tujuan dari grading adalah ayam dengan bobot badan kecil yang
diletakkan di pen belakang berada pada zona nyaman sehingga intake pakan
hanya digunakan untuk pertumbuhan bobot badan. Hal ini sesuai dengan pendapat
Fadillah (2013) yang menyatakan bahwa grading adalah kegiatan
mengelompokkan ayam berdasarkan ukuran beratnya, ayam yang besar
dikelompokkan tersendiri dan pemberian pakannya dikontrol sehingga
pertumbuhannya tidak terlalu cepat hal tersebut dilakukan untuk dapat
meningkatkan keseragaman.
Managemen Pakan

Pakan adalah semua yang bisa dimakan oleh ternak dan tidak
mengganggu kesehatannya. Pada umumnya pengertian pakan (feed)
digunakan untuk hewan yang meliputi kuantitatif, kualitatif, kontinuitas serta
keseimbangan zat pakan yang terkandung di dalamnya. .Pakan adalah segaalah
sesuatu yang dapat diberikan sebagai sumber energi dan zat-zat gizi, istilah
pakan sering diganti dengan bahan baku pakan, pada kenyataanya sering
terjadi penyimpangan yang menunjukkan penggunaan kata pakan diganti sebagai
bahan baku pakan yang telah diolah menjadi pellet, crumble atau mash. (Wright
dan Lackey, 2008)

Pemberian pakan pada periode laying di farm Rembang 2 dibedakan


antara ayam jantan dan betina. Pakan yang diberikan berupa complete feed yang
berbentuk crumble. Secara umum complete feed ransum berimbang yang telah
lengkap untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ternak, baik untuk pertumbuhan,
perawatan jaringan maupun produksi

Menurut Pamuji, (2012).Pakan komplit adalah campuran berbagai


bahan pakan menjadi ransum untuk memenuhi kebutuhan nutrien spesifik
sehingga meningkatkan konsumsi nutrien dan efisiensi pakan. Pakan komplit
dapat mengandung pakan kasar maupun tidak . Bahan penyusun pakan
komplit dapat berasal dari produk pertanian (jagung, gaplek), atau
mengoptimalkan pemanfaatan limbah pertanian seperti jerami (jerami padi,
jerami jagung), dedak padi, bekatul. Dapat juga menggunakan limbah industri
pertanian seperti bungkil kelapa, bungkil sawit, bungkil kapuk, bungkil
kacang, bungkil kedelai, onggok dan sebagainya. Bahan-bahan tersebut
memiliki nilai nutrisi yang cukup untuk diolah sebagai bahan penyusun
ransum pakan komplit yang berkualitas (Soeharsono, 2004).

Keuntungan pemberian pakan komplit yaitu peternak lebih bisa


mengontrol program pemberian pakan, menghemat tenaga dan keseluruhan
biaya produksi. Semua hijauan, biji-bijian, suplemen protein, mineral dan
vitamin telah dicampur menjadi satu dan ternak akan mengonsumsi semuanya
karena tidak bisa memilih bahan pakan yang disukai. Nutrien pakan komplit
telah disesuaikan menurut periode produksi, fisiologis ternak dan produksi
yang ingin dicapai sehingga tidak berlebih maupun tidak kurang.

. Kelemahan pakan komplit yaitu lebih rumit dalam penyiapannya,


ternak harus dikelompokkan berdasarkan produksinya karena kebutuhan
nutriennya berbeda-beda, diperlukan peralatan yang memiliki kapabilitas untuk
mencampur seluruh komponen pakan secara akurat (Schroeder dan Park, 2010).

Ransum bentuk crumble adalah ransum yang tidak seragam bentuknya


atau bisa dikatakan tanpa bentuk. Ransum bentuk crumble dibuat dari pellet yang
dipecah kembali dan merupakan tipe bentuk pertengahan antara ransum mash dan
pellet serta pemberian ransum ini dimulai dari ayam umur sehari hingga
dipasarkan. Behnke dan Beyer (2007) menyatakan bahwa klasifikasi ukuran
crumble kasar yaitu berkisar 4,0 mm, crumble medium sebesar 1,5-4,0 mm, dan
crumble halus yaitu berkisar 1,5 mm. Kelebihan ransum bentuk crumble yaitu
apabila ransum terlalu halus (mash) , ketika ayam minum maka ransum tersebut
akan membentuk pasta dan lengket diparuh (Amrullah, 2003).
Karakteristik pakan berbentuk crumble tersebut baunya segar, warna
coklat kekuningan, dan bersih. Menurut Jull (1958) pakan crumble bentuknya
sebesar pellet, dengan pakan bentuk tersebut terbukti bahwa tingkat palatabilitas
ayam terhadap pakan dapat meningkat. Ransum berbentuk pellet yang dipecah
menjadi 2-3 bagian untuk memperkecil ukurannya agar bisa dimakan ternak.
Pakan bentuk crumble adalah pakan yang dipecah dengan tujuan untuk
memperkecil ukurannya agar bisa dimakan oleh ternak. Kelebihan pakan
bentuk pellet dan crumble adalah distribusi bahan pakan lebih merata
sehingga kehilangan nutrisi bisa dicegah serta tidak akan tercecer pada waktu
dikonsumsi ternak (Gunawan, 2010).
Tempat pakan jantan yang di gunakan berupa fan feeder yaitu tempat
pakan dengan bentuk lingkaran menyerupai kipas dengan tonjolan berbentuk
limas di tengahnya, yang berfungsi unuk memastikan pakan tidak menumpuk di
tengah feeder yang sulit di jangkau ternak, penempatan pakan dilakukan secara
manual dengan menaburkan pakan dengan jumlah yang di tentukan ke dalam tiap
penampang fan feeder .meskipun peralatan fan feeder memungkinkan untuk di
jalankan secara otomatis namun aktualnya penempatan pakan di lakukan secara
manual hal ini dilakukan karena jumlah fan feeder yang tidak terlalu banyak
memungkinkan penempatan manual masih layak dilakukan.
Penempatan pakan jantan pada dilakukan sehari sebelum pakan di
konsumsi pakan Ayam jantan menggunakan kode pakan 535 RJ dan ayam betina
534 RJ. Namun, jika nafsu makan ayam berkurang maka diberikan pakan yang
sedikit berbeda yaitu pakan yang mengandung nutrisi tambahan. Misalnya: kode
pakan 534 RJ 45 yang ditambah dengan obat cacing, 534 RJ 87 yang di dalamnya
terdapat kandungan antibiotik berupa micoplasma yang berfungsi untuk
merangsang pertumbuhan dan mengendalikan penyakit pada ayam.
Pemberian pakan di PT. Charoen Pokphan Jaya Farm Unit Semarang 6,
Farm Rembang 2 dilaksanakan satu kali dalam sehari yaitu pagi hari pukul 06.05
WIB. Pemberian pakan dengan cara memutar pakan yang telah disiapkan dalam
hopper utama dan hopper tambahan yang ditunjukkan pada (Gambar 5). Jumlah
hopper utama ada 3 buah dengan ukuran panjang 123 cm, lebar 66 cm, tinggi 56
cm kapasitas 150 kg. Hopper tambahan terbuat dari drum dengan ukuran
diameter: 23 cm, tinggi: 87 cm kapasitas pakan 50 - 100 kg sebanyak 18 buah.
Pemutaran pakan sudah diatur dan secara otomatis akan berhenti dan memutar
kembali sampai pakan benar-benar habis. Pemberian pakan pada ayam betina
dengan menggunakan tempat pakan otomatis yaitu Automatic Feeder Trought
(Trow) memanjang yang berisi rantai untuk memutar pakan. Arah jalannya pakan
sesuai dengan letak lidah rantai. Automatic Feeder Trought (Trow) juga
dilengkapi dengan balok besi (trough), jeruji besi (grill), rantai dan motor.
a. Hopper Utama b. Hopper tambahan

Gambar 1. a. Hopper utama b. Hopper tambahan

Sudaryani (1994) bahwa grill yang ada dalam tempat pakan ayam betina
bertujuan untuk mengontrol ayam jantan supaya tidak dapat mengambil jatah
pakan untuk ayam betina sehingga konsumsi pakan ayam jantan tidak melebihi
jumlah kebutuhan pakan yang sudah ditentukan. Selain itu penggunaan tempat
pakan tersebut dapat mengurangi pakan yang tercecer. Menurut Jull (1958),
beberapa keuntungan pakan ditempatkan di dalam hopper antara lain: pakan tidak
berceceran, mencegah kaki ayam masuk dalam pakan, memudahkan ketika
pembersihan tempat pakan, mempermudah ayam betina ketika makan.
Rata-rata konsumsi pakan harian ayam pada HH 07 sebesar 130,7 gram
untuk ayam betina dan 104 gram ayam jantan pada umur 27 minggu. Pernyataan
tersebut sesuai dengan Saefullah (2006), untuk mencapai produksi telur yang
maksimum, ayam petelur harus mengkonsumsi 17 gram protein dengan jumlah
konsumsi ransum 100 g/ekor/hari. Summers (1995) dalam Saefullah (2006)
menyatakan bahwa kandungan fosfor sebesar 0,2% nyata mempengaruhi produksi
telur yang lebih rendah dibandingkan dengan kandungan fosfor sebesar 0,4%.
Salah satu keberhasilan usaha peternakan dipengaruhi oleh pakan.
Pemberian pakan untuk ayam harus sesuai porsi dan kebutuhannya yang
digunakan untuk mencukupi hidup pokok dan produksi telur. Pemberian pakan
harus sesuai, jika tidak sesuai dengan kebutuhan maka akan mempengaruhi
produksi serta pertambahan bobot badan ayam. Peningkatan produksi telur
dipengaruhi oleh tingkat konsumsi ransum, protein dan energi. Tercukupinya
kebutuhan protein ayam dapat mengindikasikan tercukupinya kebutuhan asam-
asam amino di dalamnya. Ketersediaan berbagai asam amino dalam jumlah yang
cukup di dalam ransum ayam mampu mengoptimalkan produksi telur yang
dihasilkan (Saefullah, 2006).
Secara umum zat-zat makanan secara esensial untuk unggas adalah air,
karbohidrat, lemak, protein, mineral dan vitamin. Unggas membutuhkan air bersih
dan segar setiap saat karena kandungan air yang tinggi dalam telur dan daging.
Berikut adalah program pakan ayam periode produksi pada saat praktik kerja
beserta kandungan nutriennya.
Tabel 1 Program pakan ayam umur 25-28 minggu
Umur Kode Pakan RJ Keterangan
( Minggu ) Betina Jantan
25 Mix 532 Mix 532 dengan Mix dilakukan selama 3
dengan 534 535 hari, hari 1 25% 534 75%
26 534 RJ45 535 RJ45 532,hari 2 50% 543, 50%
27 534 RJ 535 RJ 542 dan ,
28 534 RJ 535 RJ hari ke 3 75% 534, 25%
532

Sumber : PT. Charoen Pokhphand Jaya Farm Unit rembang 2 Cabang Semarang 6
Tabel 2. Kandungan nutrien pakan

Kandungan Nutrien Pakan dalam persen (%)


Kode Kadar protein Lemak Serat Abu Ca P
Pakan air (Min) kasar (Maks) (Min) (Min)
(Maks) (Maks)
532J 13 15-16 3 6 7 0,9 0,6
535 13 13,5-14,5 3 6 7 0,95 0,6
534RJ87 13 15-16 3 6 12 3 0,3
534RJ45 13 15-16 3 6 12 3 0,6

Kuantitas pakan yang diberikan berdasarkan point feed berganti setiap


minggunya. Point feed adalah jumlah pakan yang harus diberikan untuk 100 ekor
ayam dalam satuan kilogram. Point feed antara ayam jantan dan betina berbeda.
Point feed ditentukan oleh breeder yang dalam pelaksanaannya disesuaikan
dengan kondisi di lapangan yaitu bergantung pada bobot badan dan produksi.

Tabel 3 Point feed aktual di kandang 7


No Umur Point Feed
(minggu) Ayam Jantan Ayam Betina
1. 25 9,40 10,36
2. 26 9,90 11,26
3. 27 10,40 13,07
4. 28 11,40 14,62
Sumber PT.Charoen Phokphand Jaya Farm Unit Rembang 2, 2016
Pemberian pakan harus sesuai dengan kebutuhan ayam supaya bobot
badan sesuai standar dan produksi optimal. Standar bobot badan yang ditentukan
oleh PT. Charoen Pokphand Jaya Farm unit Rembang 2 yaitu untuk ayam umur
24 minggu 2,95 kg, ayam umur 25 minggu 3,09 kg, dan ayam umur 26 minggu
3,22 kg. Namun dalam kenyataan ada beberapa ayam yang konsumsi pakannya
sedikit dikarenakan kalah bersaing pakan dengan ayam yang lain. Ayam tersebut
ukuran tubuhnya lebih kecil, sehingga akan diberi pakan lebih. Ayam ditempatkan
di pen terpisah berdasar bobotnya. Pemisahan berdasarkan bobot tersebut
diharapkan semua ayam akan mendapatkan pakan sesuai kebutuhan.
Kualitas pakan yang diberikan dinilai dari kondisi fisik dan komposisi
(kandungan) bahan pakan. Kondisi fisik pakan yang diberikan sudah baik. Hal
tersebut karena PT. Charoen Pokphand Jaya Farm unit Rembang 2 menerapkan
sistem first in first out. Pakan yang dipasok lebih awal maka digunakan lebih dulu
dibanding pakan yang baru dipasok. Dengan demikian pakan tidak mengalami
kerusakan fisik akibat penyimpanan dan kualitasnya terjaga.

Pemberian Air Minum


Pemeliharaan ayam bibit tidak terlepas dari sumber air, tanpa adanya
sumber air maka kebutuhan ayam terhadap konsumsi air minum tidak akan
tercukupi, sehingga proses pencernaan dan penyerapan pakan di dalam tubuh
ayam akan mengalami gangguan. Kebutuhan air untuk ayam ketika praktik kerja
berasal dari air sumur yang sebelumnya ditampung terlebih dahulu pada tandon
utama (Gambar 6) yang berkapasitas 100.000 liter yang terletak di luar area
kandang kemudian disalurkan menuju kandang dan ditampung menggunakan dua
tandon air dengan kapasitas masing-masing 1000 liter. Kedua tandon air tersebut
masing-masing berisi air, namun satu tandon air diisi dengan campuran air dengan
vitamin serta obat khusus untuk ayam periode produksi lain: amylit, prochick dan
vitamin C. Tandon yang berisi air kemudian dialirkan ke dalam kandang
menggunakan motor yang bergerak dan menggalirkan air menuju nipple systems
dalam kandang. Alat tersebut dipilih untuk mempermudah ayam ketika minum,
karena pemberian air minum ayam yang sifatnya ad-libitum (pemberian minum
setiap saat). Supaya kandang lebih bersih dan tidak licin dikarenakan air tumpah
setelah ayam minum.
Kebutuhan air untuk ayam selain dipenuhi dari air minum, ayam juga
memperoleh air dari dua sumber lainnya yaitu air dari bahan makanan, dan air
dari hasil oksidasi karbohidrat, lemak, dan protein. Jumlah air minum yang harus
diberikan setiap harinya tergantung beberapa hal seperti: bobot ayam, cuaca,
tingkat, produksi telur serta kandungan garam dalam pakan.
Gambar 2. Tandon utama

Sebanyak 100 ekor ayam dalam setiap hari akan mengkonsumsi sekitar 15
liter ketika keadaan panas sedangkan pada keadaan dingin membutuhkan 8 liter
(Jull,1958). Air minum yang diberikan pada ayam harus sesuai kebutuhan serta
kualitasnya baik. Kualitas air dipengaruhi oleh adanya bakteri Eschericia coli, pH
air, kadar magnesium, kadar nitrat dan nitrit, kadar sodium/klorida, serta mineral
lainnya. Air minum yang bersih dan dingin sangat baik jika diberikan pada ayam
terutama saat udara panas dan air minum tersebut dialirkan melalui sistem
otomatis yaitu tempat minum otomatis yang ditunjukkan pada (Gambar 7).

Nozzle

cup

Gambar 3. Tempat minum otomatis


Kemasan Pakan

Kemasan adalah wadah atau media yang digunakan untuk membungkus


bahan atau komoditi sebelum disimpan agar memudahkan pengaturan,
pengangkutan, penempatan pada tempat penyimpanan, serta memberikan
perlindungan pada bahan atau komoditi (Imdad dan Nawangsih, 1999). Kemasan
pakan yang di pakai di farm rembang 2 adalah karung plasticpolyethilen dengan
susunan serat yang cukup untuk menahan pakan agar tidak tercecer.

Pengemasan terhadap produk bertujuan untuk melindungi produk dari


pengaruh oksidasi dan mencegah terjadinya kontaminasi dengan udara luar. Hasil
pengolahan dapat dikendalikan dengan pengemasan, termasuk pengendalian
cahaya, konsentrasi oksigen, kadar air, perpindahan panas, kontaminasi dan
serangan makhluk hayati. pakan yang terbungkus kemasan akan lebih rendah
terkena resiko serangan jamur karena pakan akan terlindung dari uap air dan
kelembaban rungan,sehingga kadar air yang aman akan terjaga. Hal ini sesuai
dengan pendapat tinggi Winarno dan Jenie, (1984).bahwa Potensi terbesar bagi
mikroba untuk tumbuh terutama kapang pada permukaan kemasan adalah bila
permukaan-permukaan kemasan mempunyai kelembaban yang sangat Menurut
Syarief et al. (1989) , bahan kemas mempunyai kemampuan dalam menahan
serangan mikroba, hal ini ditentukan oleh ada tidaknya lubang-lubang yang sangat
kecil pada permukaannya.
Karung plastik telah banyak digunakan untuk mengganti karung goni,
meskipun masih banyak kekurangan yaitu daya tahannya kurang, sehingga karung
lebih mudah pecah serta mudah meluncur kebawah pada tumpukan-tumpukan di
gudang. Karung plastik diganco maka akan bocor, karena tidak dapat tertutup
kembali seperti halnya karung goni (Winarno dan Laksmi, 1974).

Karung plastik umumnya terbuat dari polyolefin film yaitu polyethylene.


Polyethylene (PE) terbuat dari ethylene polimer dan terdiri dari tiga macam yaitu
Low Density Polyethylene (LDPE), Medium Density Polyethylene (MDPE), dan
High Density Polyethylene (HDPE). LDPE paling banyak digunakan sebagai
kantung, mudah dikelim dan sangat murah. MDPE lebih kaku daripada LDPE dan
memiliki suhu leleh lebih tinggi dari LDPE. HDPE paling kaku di antara
ketiganya, tahan terhadap suhu tinggi (1200) sehingga dapat digunakan untuk
kemasan produk yang harus mengalami sterilisasi (Syarief dan Irawati, 1988).

Keuntungan dari Polyethylene yaitu permeabilitas uap air dan air rendah,
mudah dikelim panas, fleksibel, dapat digunakan untuk penyimpanan beku (-50
0
C), transparan sampai buram, dapat digunakan sebagai bahan laminasi dengan
bahan lain. Kerugian dari Polyethylene yaitu permeabilitas oksigen agak tinggi,
dan tidak tahan terhadap minyak (Syarief dan Irawati, 1988). Karung plastik
mulai pesat dipakai karena mempunyai sifat kuat, tahan air, lembam, transparan,
dapat dibentuk, diisi dan disegel dengan mesin.

Penyimpanan Pakan

Menurut Winarno dan Laksmi proses penyimpanan adalah suatu


kegiatan yang dilakukan untuk menahan atau menunda suatu barang sebelum
barang tersebut dipakai tanpa merubah bentuk barang tersebut. Pakan di farm
rembang 2 di deposisi di gudang pakan dalam jumlah massif, pakan di datangkan
dari feedmill charoen pokhphand semarang dengan menggunakan truk lalu di
simpan di gudang pakan yang telah di atur suhu dan kelembaban nya untuk
mencegah tumbuhnya jamur dan terjadinya perubahan susunan nutrient pakan.

Pakan dari gudang akan di sebar ke feed room sebelah kandang sesuai
dengan kebutuhan pakan yang di dasarkan pada populasi,periode dan umur ternak
.pakan tersimpan di feed room selama 1-2 hari dengan system first in firt out
dimana pakan yang terlebih dahulu dating akan lebih dulu di gunakan hal ini
dilakukan untuk mengantisipasi pertumbuhan jamur karena kelembaban feed
room yang rendah.

Menurut Imdad dan Nawangsih (1999) lingkungan hidup yang ideal bagi
pertumbuhan serangga yaitu pada suhu 2530 0C. Menurut Sofyan dan Abunawan
(1974) sehingga suhu ruangan penyimpanan kandang tidak boleh masuk dalam
zona suhu tersebut. dalam Yuliastanti (2001), syarat umum untuk ruang
penyimpanan antara lain suhu berkisar antara 18-24 0C, bersih dan terang,
mempunyai ventilasi yang baik untuk sirkulasi udara, bebas dari serangan
serangga dan tikus yang dapat merusak.
Zat-Zat Makanan yang Dibutuhkan Unggas

Zat-zat Makanan yang Dibutuhkan Unggas

Karbohidrat

Vitamin

Lipid

Protein

Mineral

Air

Ransum memiliki peran penting dalam kaitannya dengan aspek ekonomi yaitu
sebesar 65-70% dari total biaya produksi yang dikeluarkan (Fadilah, 2004).
Pemberian ransum bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok,
pertumbuhan, pemeliharaan panas tubuh dan produksi (Suprijatna et al. 2005).
Pakan yang diberikan harus memberikan zat pakan (nutrisi) yang dibutuhkan
ayam, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral, sehingga
pertambahan berat badan perhari (Average Daily Gain/ADG) tinggi.

2.1.1. Karbohidrat
Karbohidrat didefinisikan sebagai zat yang mengandung atom karbon,
hidrogen, dan oksigen. Karbohidrat berasal dari kata karbon dan hidrat, karbon
artinya adalah atom karbon dan hidrat adalah air. Karbohidrat yang terdapat dalam
tubuh ternak unggas sebagian besar berupa glikogen dan chitin, glikogen dijumpai
dalam daging dan chitin dalam kulit dan sisik terutama pada kulit udang.
Karbohidrat adalah senyawa organik yang unsur kimia pembentuknya terdiri dari
karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O), atau sering diringkas dengan CHO.

Karbohidrat di dalam pakan atau bahan pakan terdiri dari pati atau
starch, gula dan polisakarida (termasuk serat kasar). Karbohidrat yang dimakan
digunakan sebagai sumber energi untuk metabolisme di dalam tubuh. Sebagian
karbohidrat juga diubah menjadi energi tersimpan di dalam tubuh ayam. Namun,
tidak semua karbohidrat dapat digunakan oleh ayam sebagai sumber energi tetapi
hanya karbohidrat yang bisa dicerna seperti pati dan gula. Serat kasar seperti
selulosa, hemiselulosa, lignin dan pektin tidak dapat dicerna oleh ayam, sehingga
tidak dapat diandalkan sebagai sumber energi.

Serat kasar dianggap sebagai antinutrisi bagi ayam karena, selain tidak
dapat dicerna, juga dapat mempengaruhi kekentalan isi usus. Isi usus yang lebih
kental menyebabkan laju perjalanan isi usus semakin lambat, sehingga lebih
banyak waktu bagi mikroba patogen berkembang biak di dalam usus (Choct 2006)
dan menurunkan absorpsi zat gizi melalui dinding usus. Karbohidrat sangat
dibutuhkan dalam metabolisme lemak di dalam tubuh. Kelebihan karbohidrat
akan digunakan untuk membentuk asam lemak dan trigliserida di dalam hati.
Glukosa sangat dibutuhkan untuk integritas jaringan saraf dan sebagai sumber
energi bagi jaringan saraf.

A. Fungsi Karbohidrat pada Ternak Unggas

Pada ternak unggas zat nutrisi tersebut sangat mutlak diperlukan sebagai
sumber energi dibandingkan zat nutrisi protein dan lemak. Keberadaan
karbohidrat dalam pakan ternak monogastrik seperti unggas dan kelinci mutlak
diperlukan. Karbohidrat dalam pakan ternak unggas umumnya diperlukan untuk :

Sumber energi yang murah bagi ternak unggas


Penggunaan karbohidrat dapat mengefisienkan fungsi protein dengan
menghemat penggunaan protein sebagai sumber energi.
Karbohidrat berguna sebagai zat pengikat atau binder antar partikel-
pertikel
penyusun ransum sehingga dapat meningkatkan stabilitas dan durabilitas
pellet.
Karbohidrat berguna untuk meningkatkan palatabilitas (kesukaan) pakan.

B. Penggunaan Karbohidrat pada Ternak Unggas

Pada unggas, karbohidrat digunakan sebagai sumber energi utama.


Efisiensi penggunaan karbohidrat sebagai zat nutrisi pada ternak monogastrik
tergantung kepada jenis ternaknya. Untuk ternak monogastrik jenis unggas,
kemampuan menghidrolisis atau mencerna karbohidrat sangat terbatas karena
aktivitas enzim selulolitik dalam proses pencernaannya sangat rendah.

Dengan demikian, tidak semua sumber energi dari karbohidrat, potensial


dipergunakan oleh ayam. Misalnya selullosa (bagian rangka dari tanam-tanaman)
yang hanya merupakan serat kasar dalam bahan makanan, tidak dapat dicerna oleh
pencernaan ayam, karena tidak mempunyai enzim selulolitik dalam saluran
pencernaannya. Dengan demikian selullosa hanya pengganjal kasar (bulk) yang
tidak esensial pada ransum ayam.

Pada umumnya, bagian-bagian penting dari alat pencernaan adalah mulut,


parinks, esophagus, lambung, usus halus dan usus besar. Makanan akan dicerna
bergerak melalui mulut sepanjang saluran pencernaan oleh gelombang peristaltik
yang disebabkan karena adanya kontraksi otot sirkuler di sekeliling saluran. Usus
halus merupakan alat absorbsi yang utama pada ayam, pertama-tama karena
mempunyai villi, suatu bangunan seperti jari yang hanya dapat dilihat dengan
mikroskop, karena bentuknya mempunyai daerah absorbsi yang luas. Tiap bentuk
villi mengandung sebuah anteriole, sebuah venule dan sebuah lakteal, yaitu bagian
dari sistem limfatika venula, yang merupakan bagian dari sistem peredaran darah,
yang langsung berhubungan menuju vena porta; sedangkan lakteal-lakteal akan
menuju duktus limpatikus torasikus.

Ayam juga mempunyai beberapa sekresi yang dimasukkan ke dalam


saluran pencernaan, dan banyak sekresi-sekresi ini mengandung enzim-enzim
yang menunjang hidrolisa sebagai zat-zat makanan organik. Pencernaan pada
ayam umumnya mengikuti pola pencernaan pada ternak non ruminansia, tetapi
terdapat berbagai perbedaan. Biasanya, unggas menimbun makanan yang dimakan
dalam tembolok, suatu vertikulum (pelebaran) esophagus yang tak terdapat pada
non ruminasia lain. Tembolok berfungsi sebagai penyimpanan makanan dan
mungkin terdapat adanya aktivitas jasad renik yang ada di dalamnya, dan
menghasilkan asam-asam organik. Osephagus, seperti halnya ternak non
ruminansia lain, berakhir pada lambung yang mempunyai banyak kelenjar dan di
dalamnya terjadi reaksi-reaksi enzimatik.
Namun makanan yang berasal dari lambung masuk ke dalam empela, yang
tidak terdapat pada hewan non ruminansia lain. Empela mempunyai otot-otot kuat
yang dapat berkontraksi secara teratur untuk menghancurkan makanan sampai
menjadi bentuk pasta yang dapat masuk ke dalam usus halus. Jenis karbohidrat
yang menjadi sumber energi terbesar pada ayam adalah karbohidrat dari jenis pati.
Jagung merupakan sumber pati (energi) yang paling murah untuk penyusunan
ransum ayam. Butir-butiran dan biji-bijian juga juga merupakan sumber energi.

Berdasarkan beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian


karbohidrat yang terlalu tinggi pada ternak unggas akan menurunkan tingkat
pertumbuhan dan menaikkan deposit glikogen pada hati dan pada akhirnya
menyebabkan penurunan pertumbuhan. Namun pada ternak monogastrik jenis
kuda dan kelinci, karena tergolong hewan herbivora dan mempunyai secum pada
saluran pencernaannya, pemberian karbohidrat maksimal masih dapat ditoleransi.

Efisiensi penggunaan karbohidrat sebagai nutrien pada ternak unggas


dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :

Jenis karbohidrat ; polisakarida dan disakarida mempunyai efek yang lebih


menguntungkan terhadap pertumbuhan daripada monosakarida.
Keadaan fisik karbohidrat; pati yang dimasak atau digelatinisasi lebih
cepat dicerna dan berefek menguntungkan terhadap pertumbuhan daripada
pati alami atau tidak dimasak.
Pembatasan pemberian karbohidrat; pemberian karbohidrat yang dibatasi
akan berefek menguntungkan terhadap kemampuan mencerna karbohidrat
tersebut. Penggunaan karbohidrat jenis sellolusa dan hemisellusa pada
keadaan yang berlebihan akan mengurangi pertumbuhan ternak unggas
efisiensi pakan. Hal ini disebabkan kedua jenis karbohidrat di atas tidak
dapat dicerna oleh ternak unggas karena aktivitas enzim selloluse dalam
saluran pencernaan ternak unggas lemah atau relatif tidak ada. Selain itu
sellolusa dan hemiselulosa ini bersifat tahan terhadap perlakuan kimia
asam dan alkali.
2.1.2. Vitamin

Vitamin merupakan senyawa organik yang dibutuhkan untuk membantu


(katalis) ezim dalam proses pembentukan atau pemecahan zat gizi lain di dalam
tubuh. Zat ini hanya dibutuhkan dalam jumlah sedikit, namun sangat penting
untuk semua proses yang terjadi di dalam tubuh seperti untuk hidup pokok,
pertumbuhan dan reproduksi. Penyakit yang di sebabkan kurang nya vitamin
dalam tubuh di sebut avitaminosi dan hypovitaminosis. Sebagian besar kebutuhan
vitamin bagi unggas telah diketahui dengan tepat, terutama bagi vitamin-vitamin
yang jumlahnya tidak cukup dalam ransum sehari-hari. Unggas sangat peka
terhadap defisiensi vitamin. Hal tersebut disebabkan karena:

Unggas tidak memperoleh keuntungan dari sintesis vitamin oleh jasad


renik di dalam alat pencernaan. Jasad renik usus pada unggas bersaing
dengan "tuan rumahnya" sendiri bagi vitamin-vitamin tersebut.
Unggas mempunyai kebutuhan yang tinggi terhadap vitamin, vitamin
penting bagi reaksi-reaksi metabolik vital dalam tubuh hewan.
Populasi yang padat dalam peternakan unggas modern menimbulkan
berbagai macam stress bagi unggas tersebut, sehingga memerlukan
kebutuhan vitamin yang semakin tinggi.

Dalam prakteknya, ransum unggas tidak disusun berdasarkan kadar kebutuhan


minimum, karena bahan pakan dapat bervariasi kadar zat-zat pakannya dan lagi
pula zat-zat pakan tersebut dapat hilang pada waktu bahan pakan diproses atau
selama disimpan.

Perkiraan kebutuhan minimum untuk vitamin bagi unggas diterbitkan


oleh National Research Council (NRC) dalam Nutrient Requirements of Poultry.
Perkiraan-perkiraan tersebut adalah perkiraan kadar minimum yang diperlukan
untuk pertumbuhan, produksi telur atau reproduksi.

Dalam prakteknya, ransum unggas biasanya disusun agar mengandung jumlah


vitamin yang lebih banyak dari yang dipaparkan untuk memperoleh batas aman
dalam mengimbangi kemungkinan hilangnya vitamin-vitamin tersebut akibat
pengolahan bahan pakan, pengangkutan, penyimpanan dan adanya variasi dalam
komposisi bahan pakan dan kondisi sekelilingnya.

Bila suatu defisiensi harus timbul, maka hal tersebut biasanya disebabkan
karena tidak terdapatnya salah satu zat pakan yang diperlukan atau karena
rusaknya satu atau lebih zat-zat vitamin waktu pengolahan bahan pakan tersebut.
Vitamin-vitamin yang mudah mengalami kerusakan adalah vitamin-vitamin yang
larut dalam lemak. Sedangkan thiamin dan asam panthotenat dapat rusak akibat
pengolahan atau penyimpanan.

vitamin adalah ikatan organik yang :

Merupakan komponen dari bahan makanan yang berbeda dengan protein,


lemak, karbohidrat maupun air.

Terdapat dalam bahan makanan dalam jumlah kecil.

Esensial untuk pertumbuhan normal suatu jaringan, kesehatan,


pertumbuhan dan pemeliharaan.

Jika kekurangan akan menyebabkan gejala-gejala yang spesifik.

Tidak dapat disintesa oleh tubuh, oleh karena itu harus terdapat dalam
makanan atau berasal dari mikroorganisme dalam alat pencernaan.

Vitamin ada yang larut di dalam air dan ada yang larut di dalam
lemak/minyak. Vitamin yang larut dalam air adalah vitamin B (Thiamine atau
Vitamin B1, Riboflavin atau Vitamin B2, Pyridoxine atau Vitamin B6, Vitamin
B12, asam folat, biotin, Niacin atau asam Nicotinic, asam pantotenat dan Choline)
dan vitamin C. Sedangkan vitamin yang larut dalam lemak adalah: Vitamin A,
Vitamin D, Vitamin E dan Vitamin K.

Vitamin Bl merupakan suatu senyawa yang mengandung nitrogen yang


merupakan penggabungan dari pyrimidin dan cincin thiazole. Vitamin B terdiri
dari banyak macam. Vitamin B1 (Thiamine) merupakan coenzyme TPP (thiamine
pyrophosphate) yang diperlukan untuk metabolism energi. Kekurangan vitamin
B1 menyebabkan penurunan nafsu makan, tremor pada kepala dan menimbulkan
penyakit star-gazing yang ditandai dengan: kepala ayam mendongak ke atas
seolah-olah memandang bintang.

Defisiensi vitamin Bl dapat menyebabkan :

Pada unggas: penyakit polineuritis/radang syaraf. Gejalanya adalah


kelumpuhan syaraf kaki dan syaraf leher hingga kepala terkulai
kebelakang.

kekurangan vitamin B2 adalah sebagai berikut :

Pada anak ayam: kaki lumpuh .dengan ujung jari melengkung kedalam
"curled-toe paralysis" dan biasanya diikuti dengan gejala diare yang dapat
menimbulkan kematian dalam waktu tiga minggu.

Pada ayam petelur: produksi dan daya tetas menurun .

Kekurangan vitamin ini akan mengakibatkan :

Pada anak ayam: nafsu makan berkurang, tak berdaya untuk mematuk
makanan, lari-lari kian kemari, jatuh pingsan dan berdiri lagi

Pada ayam dewasa: defisiensi yang ringan mengakibatkan produksi telur


dan daya tetas menurun.

Convulsi (kekejangan) rupanya merupakan gejala umum kekurangan


vitamin ini pada semua spesies hewan

Folat atau asam folat merupakan bagian dari vitamin B kompleks yang
fungsi utamanya sebagai coenzyme dalam pembentukan DNA dan sel-sel baru di
dalam tubuh. Kekurangan asam folat dalam pakan dapat menyebabkan
pertambahan berat badan lambat, pertumbuhan bulu lambat dan warna bulu tidak
cerah serta anemia. Bila terjadi anemia, maka jengger ayam akan terlihat pucat.
Pada ayam petelur, kekurangan asam folat juga menyebabkan penurunan produksi
telur, daya tetas dan meningkatnya kematian embrio.

Asam pantotenat atau vitamin B5 merupakan bagian dari vitamin B


kompleks. Asam pantotenat berfungsi sebagai coenzyme A yang dibutuhkan
dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan asam amino di dalam tubuh.
Kekurangan asam pantotenat dapat menimbulkan dermatitis atau radang kulit,
penurunan nafsu makan, pertumbuhan lebih lambat, bulu yang tumbuh abnormal
dan kusam serta penurunan produksi dan daya tetas telur pada ayam dewasa.

Vitamin B2 atau riboflavin berperan dalam banyak organ, terutama pada


epitel jaringan saraf. Kekurangan vitamin B2 pada ayam muda dapat
menyebabkan kaki bengkok atau curled-toe paralysis dan pertumbuhan yang
lebih lambat, meskipun nafsu makannya tidak terpengaruh. Pada ayam petelur,
kekurangan vitamin B2 menyebabkan produksi telur yang rendah, daya tetas
rendah dan kematian embrio yang tinggi.
Choline disebut juga vitamin B4, merupakan bagian dari vitamin B
kompleks. Choline berfungsi untuk mempertahankan struktur sel, sebagai sumber
methyl dalam pembentukan (asam amino) metionin di dalam tubuh serta
membantu memecah lemak di dalam hati (mencegah penimbunan lemak di sekitar
hati). Ayam membutuhkan choline cukup banyak, sehingga di dalam ransum
komersil selalu ditambahkan dalam bentuk senyawa choline chloride. Kekurangan
choline dapat menyebabkan pertumbuhan yang lambat dan kaki (metatarsus)
bengkok. Gejala kekurangan cholin pada ayam adalah gangguan pertumbuhan
dan gangguan pembentukan kuning telur.

Vitamin C atau ascorbic acid berfungsi sebagai antioksidan, memelihara


sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan absorpsi zat besi. Vitamin C dapat
dibentuk di dalam tubuh (oleh ginjal) ayam. Namun, dalam kondisi tidak
optimum, seperti adanya cekaman panas udara, serangan penyakit dan lain-lain,
jumlah vitamin C yang diproduksi tidak mencukupi kebutuhannya, sehingga
seringkali ditambahkan di dalam pakan atau air minum.

Vitamin A sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan mempertahankan


kesehatan normal. Kekurangan vitamin A di dalam pakan dapat memperlambat
pertumbuhan, bulu kasar, rendahnya imunitas ayam dan produksi telur yang
rendah.

Vitamin D berfungsi dalam pembentukan tulang, pembentukan telur,


reproduksi dan mencegah timbulnya penyakit riketsia (tulang kaki yang lunak,
hingga lumpuh). Kekurangan vitamin D akan menyebabkan pertumbuhan ayam
yang lambat dan gejala kelumpuhan pada ayam. Pada ayam petelur, kekurangan
vitamin D dapat menyebabkan kerabang telur yang lembek tulang dan paruh
lunak, pertumbuhan terhambat, dan penurunan produksi telur.

Vitamin E diperlukan untuk mencegah timbulnya penyakit


encephalomalacia atau crazy chick disease, suatu penyakit pada sistem saraf
yang ditandai dengan tidak adanya koordinasi otot dan tremor. Vitamin E juga
sangat dibutuhkan untuk reproduksi (kesuburan dan pertumbuhan embrio) ayam
serta berfungsi sebagai antioksidan yang dapat melawan radikal bebas di dalam
tubuh. Kekurangan vitamin E akan mempengaruhi otak, dapat menyebabkan
pembengkakan dan pendarahan pada otak (cerebellum) dan pembengkakan pada
sendi tulang.

Vitamin K berfungsi membantu dalam pembekuan darah. Kekurangan


vitamin K dapat menyebabkan otot ayam memar (kebiru-biruan) karena adanya
pendarahan di dalam otot, terutama pada otot dada, kaki, sayap dan perut
(abdominal). Bila kekurangan vitamin K sangat hebat atau berkepanjangan, dapat
menyebabkan kematian bila terjadi luka karena darah tidak bisa beku. Adanya
obat sulfa seperti sulfa quinoksalin baik dalam pakan atau air minum akan
menambah parah gejala defisiensi ini. Kekurangan ini akan memperpanjang
waktu penggumpalan darah dan dapat menyebabkan pendarahan jika ternak
mengalami luka. Gejala yang sering terlihat adalah adanya hemoragi pada dada,
paha, sayap, dan pada permukaan intestinum. Ayam menunjukkan gejala anemia.

Vitamin B12 atau cobalamin terutama berfungsi sebagai coenzyme untuk


pembentukan sel baru di dalam tubuh, untuk metabolisme asam lemak dan asam
amino serta pemeliharaan sel-sel saraf. Kekurangan vitamin B12 pada ayam muda
menyebabkan nafsu makan menurun, pertumbuhan yang lebih lambat dan
pertumbuhan bulu lambat. Pada ayam petelur, kekurangan vitamin B12 tidak
terlalu berpengaruh pada bobot badan dan produksi telur, namun menyebabkan
ukuran telur lebih kecil dan daya tetas menurun.
Vitamin B6 atau pyridoxine dibutuhkan dalam metabolism protein di
dalam tubuh. Kekurangan vitamin B6 menyebabkan penurunan retensi N (indikasi
penggunaan protein pakan yang kurang efisien), pertumbuhan terlambat dan luka
di dalam rempela (gizzard erosion). Pada ayam dewasa, kekurangan vitamin B6
menyebabkan nafsu makan rendah sehingga produksi telur dan daya tetas
menurun. Pada ayam jantan dewasa, juga dapat menyebabkan ukuran testis lebih
kecil.
Biotin atau vitamin B7 atau disebut juga vitamin H merupakan bagian dari
vitamin B kompleks. Biotin dibutuhkan untuk pertumbuhan sel, produksi asam
lemak dan metabolisme lemak, metabolisme asam amino di dalam tubuh dan
untuk menjaga kestabilan kadar gula darah. Kekurangan biotin akan menyebabkan
gangguan pertumbuhan bulu, menyebabkan dermatitis atau radang kulit terutama
pada kaki, sekitar paruh dan mata, serta pertumbuhan yang lebih lambat.
Kekurangan biotin pada ayam dewasa dapat mengganggu reproduksi seperti
meningkatnya kematian embrio. Pada ayam yang mati karena kekurangan biotin
akan terlihat warna hati dan ginjal yang lebih pucat dan juga terdapat penumpukan
lemak di sekitar hati dan ginjal atau yang dikenal dengan fatty liver and kidney
syndrome (FLKS).

Niasin atau asam nikotinat (nicotinic acid) atau vitamin B3 merupakan


bagian dari coenzyme yang dibutuhkan untuk metabolisme energi di dalam tubuh.
Niasin dapat dibentuk di dalam tubuh meskipun dalam jumlah sedikit. Oleh
karena itu, kekurangan niasin jarang terjadi pada ayam, kecuali bila pakan
kekurangan asam amino triptofan. Kekurangan niasin dapat menyebabkan
penurunan nafsu makan, gangguan pada organ pencernaan dan kulit,
pembengkakan pada persendian, pertumbuhan bulu yang lambat dan dermatitis di
sekitar kaki dan kepala. Kekurangan niasin pada anak ayam juga dapat
menyebabkan radang pada lidah dan rongga mulut atau yang disebut dengan
black tongue. Pada ayam petelur akan menyebabkan penurunan produksi dan
daya tetas telur.
2.1.3. Lemak
Lemak merupakan senyawa yang terdiri dari beberapa asam lemak. Lemak
juga merupakan sumber energi bagi unggas, dengan nilai energi sekitar 2,5 kali
lebih besar dari karbohidrat. Asam lemak sangat diperlukan untuk pembentukan
dan integritas hormon di dalam tubuh.

Asam lemak yang terdapat di dalam bahan pakan (termasuk minyak),


sangat beragam misalnya, asam linoleat, oleat, laurat, palmitat, butirat, dan lain-
lain. Namun, asam lemak dapat disintesa di dalam tubuh ayam dari karbohidrat
atau dari asam lemak lain, kecuali asam linoleat (linoleic acid), sehingga asam ini
disebut asam lemak esensial.

Lemak atau minyak di dalam bahan pakan atau pakan berperan sebagai
pembawa beberapa vitamin, seperti vitamin A, D, E dan K, karena vitamin ini
larut di dalam lemak atau minyak. Disamping itu, minyak juga dapat mengurangi
sifat berdebu dari ransum serta meningkatkan palatabilitas ransum. Lemak juga
diketahui menghasilkan heat increment (atau produksi panas pada saat
pencernaan) yang terkecil dibandingkan dengan karbohidrat dan protein. Sehingga
penggunaan lemak/minyak sebagai sumber energi di dalam pakan dapat
mengurangi beban panas tubuh akibat pencernaan pada ayam yang dipelihara
pada suhu lingkungan yang panas.

Kekurangan asam lemak esensial (linoleat) di dalam pakan akan


menyebabkan pertumbuhan anak ayam yang lambat, ayam mengkonsumsi air
yang lebih banyak, menurunkan daya tahan terhadap penyakit, menyebabkan hati
membengkak dan berlemak. Pada ayam betina dewasa, kekurangan asam lemak
linoleat menimbulkan berat dan ukuran telur dan pada ayam jantan dapat
menyebabkan ukuran testis yang lebih kecil serta dewasa kelamin yang lebih
lambat (Watkins 1991).
Fungsi lipid:

Lipid berfungsi sebagai sumber asam lemak esensial,

Bersifat sebagai pemelihara dan integritas membran sel,


Sebagai prekursor hormon-hormon sex seperti prostagtandin, hormon
endrogen dan estrogen,

Berfungsi sebagai pelindung organ tubuh yang vital,

Sebagai sumber steroid, yang sifatnya meningkatkan fungsi-fungsi


biologis yang penting,

Bertindak sebagai pelicin makanan yang berbentuk pellet, sebagai zat yang

mereduksi kotoran dalam makanan dan berperan dalam kelezatan


makanan.

Pada umumnya lemak dan minyak yang terdapat dalam bahan makanan
(tanaman) dan dalam cadangan lemak hewan berbentuk gliserida, yaitu esterisasi
dari asam lemak dan gliserol. Lemak dan minyak merupakan bahan bakar atau
energi yang tersimpan dalam hewan dan tanaman.

Disamping lemak dan minyak, cadangan energi tersimpan dalam bentuk pati
dan glikogen. Minyak tanaman dibuat dari karbohidrat, hal ini dapat dilihat dari
fakta bahwa tanaman yang berbuah masak kandungan patinya akan menurun
sedangkan lemaknya meningkat. Demikian pula lemak hewan dapat dibuat dari
karbohidrat. Berbeda dengan tanaman, hewan juga bisa menyimpan lemak dalam
tubuhnya dalam bentuk lemak ingested. Perbedaan lemak dan minyak adalah
minyak dalam suhu kamar berbentuk cair sedangkan lemak berbentuk semi padat.
Fosfolipid adalah ester dari asam lemak dan gliserol.

Berdasarkan komponen nitrogen yang tersedia, fosfolipid dapat dibagi


dalam 2 kelompok yaitu lesitin (nitrogen dasarnya adalah cholin) dan sefalin
(nitrogen dasarnya adalah etanolamin). Fospfolipid berperan penting sebagai
pengemulsi dalam sistem biologis dan secara khusus dilibatkan dalam transportasi
lemak dalam tubuh. Fospfolipid berperan dalam pengemulsian lipid dalam saluran
pencernaan dan sebagai unsur lipoprotein.
2.1.4. Protein

protein sangat penting sebagai penyusun dari semua kehidupan sel dan
merupakan kelompok kimia terbesar didalam tubuh setelah air. Daging rata-rata
mengandung 75% air, 16% protein, 65% lemak , dan 3% abu. Protein merupakan
komponen esensial dari inti sel dan protoplasma sel. Oleh sebab itu protein
jumlahnya besar dalam jaringan otot karkas, organ-organ dalam, syaraf, dan kulit.

Pada prinsipnya protein terdiri dari gabungan asam-asam amino. Sebagian


asam amino dapat dibentuk oleh tubuh ternak asalkan cukup sumber nitrogen,
karbon, hidrogen dan oksigen. Namun, beberapa asam amino harus ada di dalam
pakan karena tidak dapat dibentuk di dalam tubuh. Asam amino ini disebut asam
amino esensial yang terdiri dari 10 jenis, yaitu: metionin, arginin, treonin,
triptofan, histidin, isoleusin, leusin, lisin, valin dan fenilalanin. Asam amino yang
bisa dibentuk di dalam tubuh disebut asam amino non esensial. Semua asam
amino yang esensial maupun non esensial mempunyai peran dalam metabolisme
tubuh. Namun, penelitian lebih banyak dilakukan terhadap asam-asam amino
yang biasanya kurang (defisien) di dalam pakan/bahan pakan karena bahan pakan
sumber asam amino harganya mahal. Pemberian pakan dengan asam mino atau
protein yang berlebih akan menyebabkan biaya produksi tinggi, sedangkan bila
asam amino di dalam pakan lebih rendah dari kebutuhan ayam akan menyebabkan
pertumbuhan dan produktivitas terganggu. Protein di dalam tubuh ayam berfungsi
dalam banyak hal seperti, menunjang struktur dan pergerakan tubuh, untuk
pertumbuhan, menggantikan jaringan tubuh yang rusak atau sudah tua, berfungsi
sebagai enzim dan hormon, mempertahankan keseimbangan asam basa tubuh,
sebagai media untuk membawa zat-zat gizi ke seluruh jaringan, membantu dalam
sistem kekebalan tubuh (pembentukan antibodi untuk melawan penyakit) dan
dapat berfungsi sebagai sumber energi.

Protein yang terdapat di dalam pakan dipecah menjadi asam amino dan
diserap dari usus halus, dibawa ke dalam hati melalui pembuluh darah vena. Di
dalam hati, asam amino digunakan untuk membentuk protein (sesuai dengan
kebutuhan), sebagian mungkin diubah menjadi energi dalam bentuk glukosa atau
lemak. Perubahan protein menjadi sumber energi di dalam tubuh, sangat tidak
efisien. Hal ini dilakukan di dalam tubuh bila tubuh kekurangan energi, atau
terjadi kelebihan protein yang dikonsumsi.

Pakan ayam umumnya dibuat dari campuran bahan pakan seperti jagung,
dedak, bungkil kedelai, tepung ikan, tepung daging dan tulang, bungkil kelapa,
bungkil inti sawit dan lainlain. Kandungan beberapa asam amino di dalam bahan
pakan ini umumnya rendah dan tidak mencukupi kebutuhan ayam untuk tumbuh
dan berproduksi dengan optimal. Asam-asam amino yang sering kurang di dalam
bahan pakan adalah metionin, lisin, triptofan dan treonin. Keempat asam amino
ini sudah dibuat secara komersil dalam bentuk sintetis, sehingga bisa ditambahkan
di dalam campuran pakan untuk memenuhi kebutuhan gizi ayam. Hal ini sudah
umum dipraktekkan oleh industri pakan unggas di Indonesia.

Kekurangan asam amino metionin di dalam pakan ayam akan


menimbulkan beberapa gejala seperti: pertumbuhan bulu yang tidak bagus yang
secara tidak langsung menyebabkan sifat ayam yang sensitif atau nervous dan
menimbulkan sifat kanibal (suka mematuk temannya). Kekurangan metionin juga
menimbulkan kotoran ayam lebih bau atau menyengat akibat amonia yang
dibuang lebih banyak dan pertumbuhan ayam yang lebih lambat. Pengaruh
lainnya dapat berupa timbulnya masalah ginjal dan ayam lebih mudah terserang
penyakit coccidiosis (Gingerich 2008).

Kekurangan asam amino lisin pada ayam dapat menyebabkan


pertumbuhan yang lambat, konsumsi pakan yang lebih rendah, efisiensi
penggunaan pakan (FCR) yang lebih jelek dan antibodi yang lebih rendah di
dalam darah ayam (Panda et al. 2011). Pada ayam yang sedang bertelur,
kekurangan lisin di dalam pakan dapat menyebabkan penurunan konsumsi pakan,
produksi telur, ukuran (berat) telur serta penggunaan pakan yang kurang efisien
(Jolly 2010).
Jumlah asam amino triptofan yang diperlukan oleh ayam sangat sedikit,
namun sangat dibutuhkan untuk proses metabolisme tubuh. Selain untuk
pembentukan protein daging dan telur, triptofan juga dibutuhkan untuk
menghasilkan vitamin B3 (niacin) dan serotonin. Kekurangan triptofan dalam
pakan akan menyebabkan nafsu makan menurun, pertumbuhan yang lebih lambat,
produksi telur yang tidak optimum dan efisiensi penggunaan pakan yang lebih
jelek (Rosa et al. 2001; Harms dan Russell 2000). Disamping itu, ayam mudah
stres dan lebih agresif karena menurunnya produksi serotonin.

Asam amino treonin sangat berperan dalam proses pencernaan. Treonin


dibutuhkan dalam pembentukan selaput mukosa pada dinding usus. Mukosa ini
berperan dalam melindungi usus dari serangan mikroba patogen dan zat
antinutrisi. Treonin juga merupakan bagian terbanyak dari globulin plasma yang
berperan dalam sistem kekebalan tubuh dijumpai (Geraert dan Mercier 2010).
Kekurangan asam amino treonin di dalam pakan akan menyebabkan performa
ayam (pertumbuhan, produksi telur dan efisiensi penggunaan pakan) tidak
optimum.
Fungsi protein pada unggas adalah sebagai berikut :

Sebagai zat pembangun, protein berfungsi untuk memperbaiki kerusakan


atau penyusutan jaringan (perbaternak dan pemeliharaan jaringan) dan
untuk membangun jaringan baru (pertumbuhan dan pembentukan protein).

Protein dapat dikatabolisasi menjadi sumber energi atau sebagai substrat


penyusun jaringan karbohidrat dan lemak.

Protein diperlukan dalam tubuh untuk penyusun hormon, enzim dan


substansi biologis penting lainnya seperti antibodi dan hemoglobin.

Gejala-gejala yang timbul akibat kekurangan dan kelebihan protein.


Kekurangan :

Menurunya pertumbuhan.

Meningkatnay deposisi lemak dalam tubuh karena kelebhan energy dalam


tubuh tidak di pakai untuk pertumbuhan, sehingga disimpan dalam bentuk
lemak.

Kelebihan :

Sedikit penurunan pada pertumbuhan.

Penurunan kandungan lemak tubuh.


Meningkatnya sam urat dalam tubuh.

Meningkatnya konsumsi air karena di perlukan untuk mengeluarkan asam


urat Stress yang di tandai dengan membesarnya kelenjar adrenal dan
meningkatnya produksi adrenokortikosteroid.

Protein merupakan suatu polimer heterogen dari ratusan bahkan ribuan


molekul senyawa asam amino. Sejumlah asam amino akan saling berikatan satu
sama lain dengan perantaraan ikatan peptida untuk membentuk protein.

Tingkat kebutuhan protein bagi setiap jenis unggas tidak sama, bahkan
pada satu species unggas yang sama, kebutuhan proten dapat berbeda. Unggas
membutuhkan protein sekitar 24 57 persen dari berat total makanan, namun
kebutuhan optimumnya berkisar antara 30 36 persen. Jika protein yang
dikonsumsi tidak mencapai kebutuhan akan mengganggu kecepatan pertumbuhan.
Biaya yang diperlukan untuk menyediakan protein di dalam makanan dapat
mencapai lebih dari 60 persen dari biaya pakan unggas, penggunaan protein
seoptimal mungkin sangat penting dalam pemeliharaan unggas.

Pengetahuan tentang sumber sumber pakan perlu dipelajari, antara lain


mengenai : harga, ketersediaan, komposisi zat pakan termasuk asam amino dan
kecernaannya dalam tubuh unggas. Pengelolaan dan pencampuran sumber-sumber
pakan yang tidak baik dapat berakibat kurang tersedianya protein atau asam amino
pakan yang dapat dicerna. Hal ini disebabkan karena ketersediaan asam amino
dan protein pada pakan antara lain dipengaruhi oleh: keseimbangan asam amino
esensial yang tersedia dalam pakan, perlakuan panas dan kimia terhadap pakan,
pencucian pakan di dalam air, kandungan serat kasar pakan, serta kandungan
sumber energi lain di dalam pakan seperti lemak dan karbohidrat.

Telur, seperti halnya air susu adalah hasil sekresi dari sistem reproduksi,
mekanisme endokrin, proses metabolik dan kimia faali. Ayam petelur komersial
pengeluaran telurnya dapat diatur dengan jalan mengatur konsumsi makanannya.
Hal ini menunjukkan bahwa faktor makanan memegang peranan penting dalam
proses produksi telur.
Faktor makanan terpenting yang diketahui mempengaruhi besarnya telur
adalah protein dan asam linoleat. Karena lebih kurang 50% dari bahan kering telur
adalah protein, maka pe-nyediaan asamasam amino untuk sintesis protein adalah
kritis untuk produksi telur. Bila persediaan satu atau lebih asam amino rendah
maka protein telur dengan komposisi asam amino yang berubah tidak akan di-
sintesis. Efisiensi penggunaan protein makanan bergantung dari kandungan asam-
asam amino esensial dan asam-asam amino non esensial yang dapat digunakan
untuk memenuhi kebutuhan metaboliknya. Sebagian besar ternak unggas
memperoleh asam-asam amino dari pencernaan enzimatik dari protein makanan
yang diabsorpsi melalui usus halus.

Ternak ayam memperoleh sebagian besar proteinnya dalam bentuk asli


(alam). Molekul protein mengandung hanya sedikit senyawa yang peka terhadap
aksi proteinase. Kualitas protein makanan tertentu ditunjukan dengan mengetahui
kadar asam amino esensialnya yang biasanya sangat kurang dalam suatu makanan
atau kelompok makanan tertentu.

2.1.5. Mineral

Mineral merupakan salah satu zat nutrisi yang sangat esensial untuk
kehidupan unggas dan organisme akuatik lainnya. Berdasarkan jumlah kebutuhan
dan keberadaan dalam tubuh unggas, mineral dibedakan atas dua kelompok yaitu
makro mineral dan mikro meineral. Makro mineral terdiri dari phosphor, kalsium,
maagnesium, sodium, potasium, klor, dan sulfur. Mikro mineral terdiri dari besi,
seng, mangan, tembaga, kobalt, iodin, selenium dan kromium.

Fungsi utama mineral dalam tubuh unggas adalah sebagai berikut :

Penyusun penting dalam struktur skeleton (tulang dan gigi) dan


esoskeleton.

Penting dalam pemeliharaan tekanan osmotik dan mengatur perubahan air


dan larutan dalam tubuh unggas.

Berguna sebagai penyusun struktur jaringan lunak unggas.

Penting untuk transmisi impuls syaraf dan kontraksi otot.


Berperanan vital di dalam keseimbangan asam-basa tubuh, dan mengatur
pH darah dan cairan tubuh lainnya.

Berguna sebagai komponen penting dari banyak enzim, vitamin, hormon,


pigmen pernafasan atau sebagai kofaktor dalam metabolisme, katalis dan
aktifator enzim.

Akibat defisiensi atau kekurangan salah satu mineral dapat menyebabkan


pertumbuhan menurun, efisiensi pakan rendah, demineralisasi pada tulang,
deformati skeletal, pengapuran abnormal dari tulang rusuk dan sirip punggung, ,
anoresia, dan sebagainya.

Sumber yang kaya mineral terdapat pada hampir semua jaringan hewan
dan tumbuhan. Umumnya jaringan hewan lebih banyak mengandung mineral
dibandingkan dengan jaringan tanaman. Mineral yang terdapat dalam jaringan
tanaman terikat dengan senyawa-senyawa organik lainnya seperti asam phytic,
sehingga untuk penggunaannya mineral tersebut harus terlebih dahulu diberi
perlakuan pendahuluan seperti dihidrolis dengan enzim atau dengan perlakuan
fisik seperti pemanasan dan perendaman.

Tabel 4. Komposisi Mineral pada Tubuh unggas dewasa

(Kandungan dalam 1 kg jaringan bebas lemak)

Mineral Ayam

Natrium 51
(mEq)

Kalium (mEq) 69

Klor (mEq) 44

Kalsium (g) 13

Phospor (g) 7,1


Magnesium (g) 0,50

Besi (mg) 60

Seng (mg) 30

Tembaga (mg) 1,5

Yodium (mg) 0,4

Mineral dibutuhkan untuk membentuk kerangka (tulang) tubuh, membantu


pencernaan dan metabolisme dalam sel serta untuk pembentukan kerabang telur.
Dari segi jumlah yang dibutuhkan, maka mineral yang diperlukan oleh ayam
digolongkan menjadi mineral makro dan mineral mikro atau trace mineral.
Mineral makro adalah mineral yang dibutuhkan dalam jumlah yang relatif banyak
(lebih dari 100 ppm atau >0,01%), sedangkan mineral mikro adalah mineral-
mineral yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit (kurang dari 100 ppm). Mineral
makro terdiri dari kalsium (Ca), fosfor (P), magnesium (Mg), sodium (natrium =
Na), potasium (kalium = K), chlor (Cl) dan belerang (sulfur = S). Sedangkan yang
termasuk mineral mikro adalah besi (Fe), tembaga (Cu), seng (Zn), jodium (I),
Mangan (Mn), selenium (Se) dan molibdenum (Mo).

Kalsium dan fosfor merupakan mineral yang paling banyak jumlahnya


dibutuhkan dan selalu ada keterkaitan atau keseimbangan di antara keduanya.
Mineral ini berfungsi untuk pembentukan tulang, kerabang telur dan otot.
Kekurangan Ca maupun P dalam ransum dapat menyebabkan pertumbuhan tulang
yang abnormal, tulang lunak dan kelumpuhan atau riketsia. Pada ayam petelur,
kekurangan Ca akan menyebabkan kualitas kerabang yang jelek (lunak dan
bentuk abnormal) serta menyebabkan keropos tulang (osteoporosis) dan
kelumpuhan. Namun, kelebihan zat kapur juga akan menyebabkan konsumsi
pakan yang rendah dan menyebabkan pertumbuhan yang terhambat.

Khusus untuk kebutuhan ayam untuk mineral fosfor (P), selalu didasarkan
pada P tersedia atau available P (bukan total P) di dalam bahan pakan atau pakan,
karena tidak semua zat P yang ada di dalam bahan pakan bisa digunakan oleh
ayam. Biasanya, kandungan P yang ada dalam bahan pakan nabati hanya tersedia
sekitar 30% saja. Sedangkan kandungan P dalam bahan pakan asal hewani atau
batuan mineral dianggap tersedia 100%. Namun, dewasa ini sudah tersedia enzim
(phytase) yang bisa dicampurkan ke dalam pakan untuk meningkatkan
ketersediaan fosfor dari bahan pakan nabati. Fosfor (P) mempunyai banyak fungsi
di dalam metabolisme tubuh ternak. Kekurangan zat P akan mengganggu proses
biosintesis di dalam tubuh, yang menyebabkan pembentukan tulang yang tidak
normal dan pertambahan berat badan yang lambat.

Mineral natrium atau sodium (Na), potasium atau kalium (K) dan klor (Cl)
dibutuhkan sebagai pengatur keseimbangan asambasa atau pH di dalam tubuh
ayam. Ketiga mineral ini sering disebut elektrolit yang jumlahnya di dalam pakan
perlu dalam keseimbangan tertentu agar pH dan tekanan osmose cairan tubuh
tetap terjaga optimum. Na merupakan kation yang berfungsi untuk mengatur
jumlah air di dalam tubuh. Kekurangan mineral Na dapat menyebabkan
pertumbuhan yang terhambat, penggunaan protein dan energi yang tidak efisien
serta penurunan produksi dan berat telur. Mineral K sangat dibutuhkan agar fungsi
jantung, ginjal, otot dan saraf berjalan dengan normal. Kekurangan K dapat
menyebabkan menurunnya selera makan dan akhirnya memperlambat
pertumbuhan. Kekurangan mineral klor (Cl) dapat menyebabkan pertumbuhan
yang lambat bahkan mortalitas pada ayam.
Mineral magnesium (Mg) sangat dibutuhkan dalam banyak reaksi
biokimia di dalam tubuh, terutama dalam pembentukan tulang, fungsi otot dan
saraf dan mempertahankan irama denyut jantung dan juga pembentukan kerabang
telur. Kekurangan mineral magnesium (Mg) dalam ransum dapat menyebabkan
pertumbuhan bulu dan berat badan yang lambat serta ayam mudah terengah-
engah. Kekurangan Mg di dalam pakan ayam petelur dapat menyebabkan
penurunan produksi dan ukuran telur.

Mineral belerang (sulfur = S), merupakan bagian dari protein (khususnya


asam amino metionin dan sistein), biotin, tiamin dan insulin. Oleh karena itu,
mineral belerang berfungsi dalam metabolisme yang berkaitan dengan asam
amino, vitamin dan hormon insulin.

Mineral mangan (Mn) berfungsi sebagai aktivator enzim di dalam tubuh.


Mn diperlukan untuk pertumbuhan, pembentukan tulang dan fertilitas ayam
(termasuk dalam perkembangan embrio). Mn berperan dalam meningkatkan
aktivitas enzim di dalam tubuh. Kekurangan mangan (Mn) dapat menyebabkan
perosis (kaki pengkor) dan pertumbuhan lambat. Pada ayam yang sedang bertelur,
kekurangan Mn dapat menyebabkan turunnya produksi, kerabang tipis dan
menurunnya daya tetas.

Mineral besi (Fe) juga berperan dalam banyak reaksi biokimia di dalam
tubuh ayam. Fe dibutuhkan dalam pembentukan sel darah merah, proses
pigmentasi bulu dan sebagai pembawa oksigen menuju jaringan dan di dalam sel.
Kekurangan mineral Fe dapat menyebabkan anemia.

Mineral tembaga (Cu) berperan sebagai kofaktor berbagai enzim di dalam


tubuh terutama dalam transportasi dan metabolisme zat besi (Fe), pembentukan
sel darah merah (hemoglobin) dan sistem kekebalan tubuh. Kekurangan Cu dalam
pakan dapat menyebabkan tulang yang rapuh dan menyebabkan kelumpuhan pada
ayam.

Mineral seng atau Zn sangat diperlukan dalam proses kerja banyak enzim
di dalam tubuh terutama dalam hal sebagai katalis (mempercepat proses),
pembentukan kerangka tubuh dan sistem pengaturan tubuh. Zn dibutuhkan dalam
pembentukan protein, metabolisme energi (karbohidrat dan lemak), transportasi
dan penggunaan vitamin A dan vitamin E, fungsi kekebalan tubuh serta dalam
hormon reproduksi. Kekurangan Zn di dalam pakan ayam dapat menimbulkan
gejala pertumbuhan yang lambat, dewasa kelamin yang lambat (termasuk
perkembangan testis yang tidak normal dan penurunan daya tetas telur),
timbulnya alopecia atau kerontokan bulu dan penurunan nafsu makan.

Mineral Jodium (I) merupakan bagian dari hormon tiroxin yang diproduksi
oleh kelenjar tiroid. Hormon ini berperan dalam proses metabolisme yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan ternak. Kekurangan jodium di
dalam pakan dapat menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid atau gondok,
pertumbuhan lambat dan menurunkan daya tetas.

Mineral selenium (Se) bisa ditemukan dalam bentuk organik maupun


anorganik. Mineral Se berfungsi sebagai antioksidan dan juga mememelihara
sistem kekebalan tubuh. Berdasarkan penelitian-penelitian terbaru, diketahui
bahwa selenium mempunyai manfaat yang begitu banyak baik bagi ayam
pedaging maupun petelur. Bagi ayam pedaging, selenium dapat meningkatkan
FCR, meningkatkan kualitas daging dengan mengurangi drip loss (hilangnya
cairan dari dalam tubuh), meningkatkan imunitas, dan membantu
menyempurnakan pertumbuhan bulu pada ayam yang pertumbuhan bulunya
lambat (slow feathering). Bagi ayam petelur, selenium berfungsi meningkatkan
kualitas kerabang, meningkatkan haugh unit (kualitas kuning dan putih telur),
meningkatkan berat kuning dan putih telur, memperbaiki FCR dan
mempertahankan kualitas telur saat disimpan. Haugh unit (HU) adalah ukuran
kualitas telur bagian dalam yang didapat dari hubungan antara tinggi putih telur
dengan bobot telur.

Mineral molybdenum (Mo) merupakan bagian dari enzim xantin oksidase


yang berperan dalam metabolism purines. Mo juga berfungsi dalam pembentukan
hemoglobin darah. Kekurangan Mn dapat menyebabkan perumbuhan yang lambat
dan juga dapat menyebabkan keracunan zat tembaga (Cu).
6.ANTIBOTIK
Antibiotik adalah produk sekresi mikroorganisme atau substansi kimiawi
sintesis yang menghambat perkembangbiakan atau dapat menyebabkan
kematiannya. Menurut Subronto (2008) bahwa antibiotik merupakan senyawa
kimia yang dihasilkan oleh berbagai jasad renik kuman, jamur, dan aktinomiset.
Antibiotik memiliki khasiat menghentikan pertumbuhan atau membunuh jasad
renik lainnya. Dengan telah diketahuinya rumus kimia berbagai macam
antibiotika, senyawa tersebut telah dapat dibuat secara sintetik.
Pengaruh antibibiotik yang terdapat dalam ransum terhadap ternak bersifat
sekunder karena antibiotik merupakan obat, bukan zat makanan. Antibiotik
digunakan secara luas dalam ransum unggas dan babi untuk meningkatkan laju
dan efesiensi pertumbuhan berat badan hewan ternak tersebut. Umumnya
penggunaan antibiotik pada ternak unggas yang berfungsi sebagai perangsang
pertumbuhan adalah 5-50 ppm. Antibiotik yang digunakan pada ternak
mempunyai fungsi pengobatan, pencegahan penyakit dan perangsang
pertumbuhan (growth promoter) untuk memperbaiki performans unggas.

Antibiotik memiliki cara kerja sebagai bakterisidal (membunuh bakteri


secara langsung) atau bakteriostatik (menghambat [ -pertumbuhan bakteri). Pada
kondisi bakleriostasis, mekanisme pertahanan tubuh inang seperti fagositosis dan
produksi antibodi biasanya akan merusak mikroorganisme. Ada beberapa cara
kerja antibiotik terhadap bakteri sebagai targetnya, yaitu menghambat sintesis
dinding sel, menghambat sintesis protein, merusak membran plasma, menghambat
sintesis asam nukleat, dan menghambat sintesis metabolit esensial (Naim, 2003).

Beberapa antibiotik yang sering digunakan sebagai perangsang


pertumbuhan pada ternak adalah bacitracin, chlortetracycline, erythromycin,
lincomycin, novobiocin, oxytetracycline, dan penicillin. Hasil penelitian
menunjukan bahwa antibiotik tersebut dapat meningkatkan pertambahan berat
badan, memperbaiki konversi pakan, menurunkan mortalitas, dan patogen yang
ada di dalam usus sehingga nutrien lebih tersedia untuk ayam. Penggunaan
antibiotik dalam kadar yang tinggi yaitu 100 - 200 gram per ton ransum dalam
waktu yang pendek pada ayam yang menderita infeksi seperti penyakit alat
pernapasan, dapat mempercepat penyembuhan, pemulihan ayam dalam
pertumbuhan dan produksi telurnya.

Salah satu antibiotik yang sering ditambahkan ke dalam pakan ternak


unggas adalah zinc-bacitracin. Antibiotik ini merupakan campuran polipeptida
yang mempunyai berat moleku yang besar (1422.69 g/mol) dan pertama kali
dijelaskan pada tahun 1945 sebagai enzim yang dihasilkan oleh Bacillus spp. yang
sekarang dikenal sebagai Bacillus licheniformis. Bacitracin mempunyai bentuk
yang rumit dari C55-isoprenyl pyrophosphate, yang membawa N-acetylmuramyl
di dalam peptapeptida untuk sintesis peptidoglycan. Bacitracin dapat merusak dan
mengganggu proses pembentukan dinding sel dari mikroba targetnya. Disamping
itu anitbiotik ini juga dapat mengganggu proses -proses seluler yang lain.
antibiotika membantu menjaga nutrisi dari destruksi bakteri, antibiotika
membantu meningkatkan absorpsi nutrisi karena membuat barier dinding dari
usus halus menjadi tipis, antibiotika dapat menurunkan produksi toksin dari
bakteri saluran pencernaan dan menurunkan kejadian infeksi saluran pencernaan
subklinik (Feihgner dan Dashkevics, 1987). Prinsip kerja antibiotika yaitu dengan
mencegah pembentukan dinding sel bakteri dan sintesis protein bakteri;
mengganggu sintesis DNA, RNA, nukleotida bakteri; mengganggu fungsi
membran plasma dan organel sel bakteri; mengganggu metabolisme dari sel
bakteri.

6. Air
Air merupakan komponen darah dan cairan tubuh, pencernaan,
transport makanan dan sisa pencernaan, pengatur suhu tubuh, Sumber : air
minum, air dalam makanan. Air mempunyai peranan yang sangat vital bagi proses
kehidupan ternak, karena air merupakan salah satu penyusunan jaringan tubuh
yang sangat penting. Suatu data persentase komposisi dari tubuh hewan
menunjukkan bahwa kadar air menurun dengan meningkatnya umur hewan
tersebut. Variasi pada umur tertentu disebabkan terutama oleh keadaan gizi
makanan seperti yang terlihat pada penimbunan lemak, pada hewan yang terlalu
gemuk mempunyai 40% air.

Air lebih penting peranannya bagi kehidupan dari pada energi, dan minum air
menempati posisi ke dua setelah bernafas. Peranan air dalam tubuh erat
hubungannya dengan sifat fisik dan kimianya, yaitu:

Sebagai pelarut zat pakan.

Sebagai pengangkut zat pakan.

Membantu kelancaran proses pencernaan, penyerapan dan pembangunan


ampas metabolisme.

Memperlancar reaksi kimia dalam tubuh.

Membantu kelancaran kerja syaraf dan pancaindera.


Sebagai bantalan yang melindungi organ dari goncangan /trauma dari
luar.

Sebagai pelicin.

Untuk mengedarkan zat-zat gizi dari jaringan dan alat tubuh yang satu ke
jaringan dan alat tubuh lain.

Berperan dalam pengaturan suhu tubuh ternak serta dalam pertukaran


zat.

Air merupakan zat gizi yang sangat penting terutama untuk proses
metabolisme (pemecahan atau pembentukan zat gizi di dalam tubuh), melunakkan
pakan pada saat pencernaan, pengangkutan zat gizi dan zat-zat khusus di dalam
darah, untuk pengeluaran panas tubuh dan mendinginkan tubuh pada saat suhu
lingkungan panas. Penyediaan air secara terus menerus sangat diperlukan karena
ayam tidak dapat minum air dalam jumlah banyak pada waktu yang singkat.
Kekurangan air akan menyebabkan ternak kerdil bahkan mati. Pada kondisi
normal, ayam membutuhkan air minum sebanyak kurang lebih 2 (dua) kali jumlah
pakan yang dikonsumsi. Kebutuhan air minum akan meningkat dengan
bertambahnya ukuran (bobot) badan ayam. Demikian juga suhu dan kelembaban
udara di dalam kandang sangat mempengaruhi jumlah kebutuhan air. Pada kondisi
kandang dengan suhu panas, jumlah air yang diminum akan lebih banyak. Selain
jumlah, kualitas air minum untuk ayam juga perlu diperhatikan, karena dapat
mempengaruhi performa ternak. Batasan kualitas air minum yang baik untuk
ayam disajikan dalam Tabel 5.

Tabel 5. Batasan kualitas air


minum yang baik untuk unggas
Parameter/faktor kualitas Toleransi
maksimum
Bakteri heterotropic 100 cfu/100 ml
Bakteri coliform 50 cfu/100 ml
pH 6,0-8,0
Kesadahan 110 ppm
Kalsium 500 ppm
Cu 0,6 ppm
Besi 0,03 ppm
Magnesium 125 ppm
Mangan 0,05 ppm
Nitrat 25 ppm
Fosfor 0,1 ppm
Kalium 500 ppm
Natrium 50 ppm
Sulfat 250 ppm

Sumber: World Poultry (September 2011)

KEBUTUHAN NUTRIEN

A. KEBUTUHAN PROTEIN

1. PROTEIN HIDUP POKOK

HP = (BB(g)x0,0016)

EPP

= 3630x0,0016)

0.55

= 10.56 gram

2. PROTEIN PERTUMBUHAN JARINGAN

PROTEIN JARINGAN = PBBH(g)x0,18)

EPP
= 18 x0,18)

0,55

= 5,9 gram

3. PROTEIN PERTUMBUHAN BULU

PROTEIN BULU = PBBH(g)x0,07 x0.82)

EPP

= 18 x0,07 x0.82)

0,55

= 1,88 gram

KEBUTUHAN PROTEIN TELUR = bobot telur rata-rata(g)x0,12)

EPP

4. PROTEIN PEMBENTUKAN
TELUR
= 51,25 x 0,12)

0,55

= 11,18 gram
KEBUTUHAN PROTEIN TOTAL = PROTEIN HIDUP POKOK+PROTEIN
PERTUMBUHAN JARINGAN + PROTEIN PERTUMBUHAN BULU +
PROTEIN PRODUKSI TELUR

= 10,56+5,9+1,88+11,18

= 29,52 gram

B.KEBUTUHAN ENERGI

1.ENERGI HIDUP POKOK


0,75
NEm= 80 {BB(kg)}
0,75
=80{3,63}

=210,39 kkal

MEm = NEm

0,82

MEm = 210,39

0,82

= 256,57 kkal

2.ENERGI UNTUK AKTIVITAS

ENERGI AKTIVITAS = 0,50 xMEm

= 0,50 x256,57

= 128,28
3. ENERGI PEMBENTUKAN TELUR

MEegg= 86 x % produksi telur

= 86 x 58,21 %

= 50 kkal

4. ENERGI UNTUK PERTUMBUHAN

ME gain = protein + lemak

= (18 x 18% x4) + (18 x 15% x 9)

= 12,96 +24,3

= 37,26 kkal

KEBUTUHAN ENERGI TOTAL = ENERGI HIDUP POKOK+ENERGI


AKTIVITAS+ENERGI PEMBENTUKAN TELUR +ENERGI
PERTUMBUHAN

= 256,57 +128,28 +50 +37,26

= 472,11 kkal

C. KEBUTUHAN KALSIUM
Keb.Ca = bobot telur x kandungan Ca telur

Efisiensi absropsi Ca

= 51,25 x 0,035

0,50

= 3,59 gram
D.KEBUTUHAN FOSFOR

Ca : P =2:1

3,59: P= 2:1

2P=3,59

P =3,59

P = 1,79

3. PEMBERIAN NUTRIEN

Pemberian nutrient dihitung berdasarkan presentse kandungan nutrient


dalam pakan dan besarnya konsumsi pakan per ekor per hari pada pemeliharaan
broiler breeder pemberian pakan di hitung dengan point feed yaitu besernya pakan
untuk 100 ekor ayam. Point feed pada minggu ke 27 adalah 13,07 artinya
pemberian pakan 13,07 kg untuk 100 ekor ayam sehingga pemberian pakan per
ekor adalah 13,07 :100 = 130,7 gram .konsumsi pakan per ekor akan di kalikan
presentase nutrient dalam ransum yang dapat di lihat di table 3

Tabel.6 nutrient kode pakan 534 RJ

Nutrien Kandungan

Kadar air (max) 13 %


Protein 16 %
Lemak (min) 3,0 %
Serat kasar (max) 6,0 %
Abu (max) 12 %
Calcium (min) 3,0 %
Phosphor 0,6 %
A. PEMBERIAN PROTEIN
PEMBERIAN PROTEIN = KONSUMSI PAKAN x % PROTEIN
= 130,7 x 16 %
= 20,91 gram
B. PEMBERIAN ENERGI
KANDUNGAN ENERGI PAKAN = PEMBERIAN PROTEIN x 170
= 20,91 x 165
= 3450,15 kkal /kg

PEMBERIAN ENERGI =
KONSUMSI PAKAN
KANDUNGAN ENERGI PAKAN (kkal/kg) x
1000

== 3450,15 x 130,7
450,93 kkal

1000

C. PEMBERIAN KALSIUM
PEMBERIAN Ca = KONSUMSI PAKAN x % Ca
= 130,7 x 3%
= 3,9 gram
D. PEMBERIAN FOSFOR
PEMBERIAN P = KONSUMSI PAKAN x % P
= 130,7 x 0,6 %
= 0,78 gram
EVALUASI KECUKUPAN NUTRIEN

Berdasarkan perhitungan kebutuhan dan pemberian pakan di peroleh hasil


evaluasi kecukupan nutrient pada tabel 8 . dimana protein total yang dibutuhkan
ayam untuk hidup pokok, pertumbuhan dan produksi adalah sebesar 29,52 gram
namun asupan protein dari pakan hanya sebesar 20,91 gram jika ayam
mengkonsumsi 130,7 gram pakan komplit setiap harinya sehingga ayam masih
kekurangan asupan protein sebesar 8,61 gram untuk menunjang hidup dan

PROTEIN ENERGI KALSIUM FOSFOR

KEBUTUHAN 29,52 472,11 3,59 1,79

PEMBERIAN 20,91 450,93 3,9 0,78

EVALUASI -8,61 -21,18 +0,31 -1,01

produksinya.

Total energy yang di butuhkan ayam untuk hidup pokok pertumbuhan ,aktivitas
dan produksi adalah sebesar 472,11 kkal namun protein dalam pakan untuk setiap
130,7 gram pakan komplit yang di konsumsi adalah sebesar 450,93 gram sehingga
ayam masih kekurangan energi sebesar 21,18 gram

Berdasarkan produksi nya membutuhkan asupan kalsium dan fosfor masing-


masing sebesar 3,59 dan 1,79untuk perkembangan tulang dan pembentukan
kerabang telur , suplai kalsium dari pakan ternyata melebihi kebutuhan yaitu
sebesar 3,9 sedangkan suplai fosfor justru lebih rendah dari angka yang di
butuhkan yaitu sebesar 0,78 gram sehingga ternak masih kekurangan asupan
fosfor dari pakan sebesar 1,01 gram
KEBUTUHAN NUTRIEN

A. KEBUTUHAN PROTEIN

1. PROTEIN HIDUP POKOK

HP = (BB(g)x0,0016)

EPP

= 3730x0,0016)

0.55

= 10.85 gram

2. PROTEIN PERTUMBUHAN JARINGAN

PROTEIN JARINGAN = PBBH(g)x0,18)

EPP

= 4,57 x0,18)

0,55

= 1,5 gram

3. PROTEIN PERTUMBUHAN BULU

PROTEIN BULU = PBBH(g)x0,07 x0.82)

EPP
= 4,57x0,07 x0.82)

0,55

= 0,47 gram

KEBUTUHAN PROTEIN TOTAL = PROTEIN HIDUP POKOK+PROTEIN


PERTUMBUHAN JARINGAN + PROTEIN PERTUMBUHAN BULU =
10.85 +1,5 +0,47

= 12,85 gram

B.KEBUTUHAN ENERGI

1.ENERGI HIDUP POKOK


0,75
NEm= 80 {BB(kg)}
0,75
=80{3,73}

=214,72 kkal

MEm = NEm

0,82

MEm = 214,72

0,82

= 261,85 kkal

2.ENERGI UNTUK AKTIVITAS

ENERGI AKTIVITAS = 0,50 xMEm

= 0,50 x261,85
= 130,9

3. ENERGI UNTUK PERTUMBUHAN

ME gain = protein + lemak

= (4,57 x 18% x4) + (4,57 x 15% x 9)

= 3,29 +6,17

= 9,46 kkal

KEBUTUHAN ENERGI TOTAL = ENERGI HIDUP POKOK+ENERGI


AKTIVITAS+ENERGI PEMBENTUKAN TELUR +ENERGI
PERTUMBUHAN

= 261,85 +130,9+9,46

= 402.21 kkal

3. PEMBERIAN NUTRIEN

Pemberian nutrient dihitung berdasarkan presentse kandungan nutrient


dalam pakan dan besarnya konsumsi pakan per ekor per hari pada pemeliharaan
broiler breeder pemberian pakan di hitung dengan point feed yaitu besernya pakan
untuk 100 ekor ayam. Point feed pada minggu ke 27 adalah 13,07 artinya
pemberian pakan 13,07 kg untuk 100 ekor ayam sehingga pemberian pakan per
ekor adalah 13,07 :100 = 130,7 gram .konsumsi pakan per ekor akan di kalikan
presentase nutrient dalam ransum yang dapat di lihat di table 3

Tabel.6 nutrient kode pakan 535

Nutrien Kandungan

Kadar air (max) 13 %


Protein 14,5 %
Lemak (min) 3,0 %
Serat kasar (max) 6,0 %
Abu (max) 7%
Calcium (min) 0,95 %
Phosphor 0,6 %

A. PEMBERIAN PROTEIN
PEMBERIAN PROTEIN = KONSUMSI PAKAN x % PROTEIN
= 104,9 x 14,5 %
= 15,2 gram
B. PEMBERIAN ENERGI
KANDUNGAN ENERGI PAKAN = PEMBERIAN PROTEIN x 165
= 15,2 x 165
= 2508 kkal /kg
PEMBERIAN ENERGI = KANDUNGAN ENERGI PAKAN (kkal/kg) x

= 2508 x 104,9

1000

1000 KONSUMSI PAKAN


= 263 kkal
1000
EVALUASI KECUKUPAN NUTRIEN

Berdasarkan perhitungan kebutuhan protein parent stock jantan adalah


12,85 yang merupakan kebutuhan protein total dari hidup pokok, pertumbuhan
jaringan dan bulu sedangkan asupan protein dari 104,9 gram pakan yang di
konsumsi nya adalah sebesar 15,2 gra, sehingga terjadi kelebihan asupan protein
sebesar 2,35 gram

Kebutuhan energy untuk hidup pokok,aktivitas dan pertumbuhan parent


stock jantan adalah sebesar 402,21 kkal sedangkan asupan energy dari 104,9 gram
pakan yang di konsumsi adalah sebesar 263 sehingga masih ada kekurangan
asupan energy sebesar 139,21 kkal

PROTEIN ENERGI

KEBUTUHAN 12,85 gram 402.21 kkal

PEMBERIAN 15,2 gram 263 kkal

EVALUASI +2,35 gram -139,21 kkal

You might also like