Professional Documents
Culture Documents
OLEH:
TUTI SURYANI
AGUNG MOH NURSABANI
OPIK KURNIAWAN
FAJAR PRIYANA
RIZKY SAPUTRI HIDAYAT
ZAENAL MUSTOFA
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2017
I. MATERI DAN METODE
1.1. Materi
Materi yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapangan ini yaitu kandang,
peralatan kandang dan ayam bibit (Parent Stock) fase layer di PT. Charoen
Phokpand Jaya Farm unit semarang 6 Rembang, Jawa Tengah.
1.2. Metode
Metode yang digunakan dalam pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan ini
adalah dengan ikut malaksanakan kegiatan manajemen pemeliharaan yang
diterapkan oleh PT. Charoen Phokpand Jaya Farm Unit Semarang 6 Jawa Tengah.
Pengambilan data dilakukan dengan diskusi dan wawancara bersama supervisor.
Data yang sudah didapat kemudian dibandingkan dengan pustaka dan disusun
menjadi laporan Praktek Kerja Lapangan.
II. HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1. Kandang
Kandang yang digunakan di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit
Semarang 6 yaitu kandang closed house yang merupakan kandang tertutup dengan
sistem sirkulasi yang baik yang dapat diatur sesuai dengan kebutuhan.
Keuntungan menggunakan kandang closed house adalah ayam lebih nyaman,
udara yang tersedia lebih baik, meningkatkan produktivitas, efisiensi tenaga kerja,
ayam tidak terpengaruh cuaca dari luar secara langsung dan pengaturan suhu
dalam kandang lebih mudah.
Dinding kandang terbuat dari bahan beton pada bagian depan dan
belakang terbuat, sedangkan pada bagian dinding kanan dan kiri kandang terbuat
dari kawat. Penggunaan kawat bertujuan agar memudahkan dalam pengaturan dan
sirkulasi udara.
Lantai kandang slat terletak pada sisi kandang dengan bahan slat terbuat
dari plastik. Lantai slat setiap pent yaitu pent 1 sampai 4 berukuran 25 m 4 m
dan pent 5 berukuran 20 4 m. lantai slat yang dibutuhkan dalam satu kandang
sebanyak 488 slat. Lantai litter berada ditengan diantara lantai slat dengan
menggunakan sekam untuk bahan litter, lantai litter berukuran 112 4 m dengan
ketebalan litter 10 cm.
2.2. Ventilasi
Gambar 8. Outlet
Cooling pad terbuat dari bahan selulosa dengan ukuran 15 0,15 1,5 m.
Cooling pad tersusun oleh cell pad dan bak cooling pad dengan ukuran sama
yaitu 150 20 30 cm dengan kapasitas 900 liter. Inlet dengan ukuran 150 80
cm. Jarak inlet dengan tunnel door yaitu 80 cm. Kecepatan angin pada cell pad
yaitu 350 400 fpm, sedangkan kecepatan angin didalam ruang cooling pad
menuju ke dalam kandang sebesar 900 - 1000 fpm. Cell pad berfungsi untuk
menghasilkan uap dingin karena adanya proses evaporasi. Cooling pad dipasang
di sebelah kiri dan kanan kandang dengan jumlah masing-masing 44 buah cell
pad. Total cell pad dalam satu kandang yaitu sebanyak 88 cell pad. Sistem kerja
cooling pad yaitu air dari dalam tandon dipompa hingga penuh lalu berhenti
sendiri secara otomatis. Lalu pompa akan mempompa air dengan dibantu oleh
mesin motor dari bak penampungan bawah menuju ke pipa atas, selanjutnya air
yang berada dipipa atas turun membasahi cell pad dan membawa uap air sehingga
membuat udara sejuk melalui tunnel door. Air mengalir melewati lubang-lubang
kecil pada pipa cooling pad dan membasahi cell pad. Cell pad memiliki 2 jenis
lubang dengan kemiringan yang berbeda yaitu 15 dan 45. Kemiringan 15
berfungsi untuk masuknya udara dan kemiringan 45 berfungsi untuk turunnya
air. Uap dingin yang dihasilkan oleh cell pad akan disebarluaskan kedalam
kandang dengan bantuan blower sehingga udara didalam kandang menjadi sejuk.
Udara yang masuk kedalam kandang akan ditingkatkan kecepatannya oleh
deflektor atau spoiler yang ada didalam kandang. Deflektor memiliki ukuran 120
cm 20 cm 50 cm. Jarak antar deflektor yaitu 6 m. jumlah deflektor dalam satu
kandang yaitu 32 buah.
Gambar 9. Deflector
Exhaust fan yang digunakan sebanyak 8 buah dan untuk setiap kandang,
dengan ukuran 50 inch. Exhaust fan memiliki ukuran 137 25 140 cm dengan
diameter 110 cm. Pada satu kandang memiliki 8 buah exhaust fan, 2 sebelah
kanan dan 2 sebelah kiri bersifat dirrect tanpa atau aktif terus, dan 4 exhaust fan
lainbersifat indirect atau dikendalikan temptron yang disetting dan akan aktif
sesuai pengaturan suhu didalam kandang. Ventilasi berfungsi sebagai pertukaran
udara, mensuplai udara segar dari luar kandang, mengeluarkan udara kotor dan
amoniak di dalam kandang.
2.3. Peralatan Kandang
Peralatan kandang yang digunakan di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm
Unit Semarang 6 terdiri dari:
2.3.1. Panel
Panel berfungsi untuk mengatur jalannya blower, cooling pad,
pencahayaan, tempat pakan betina (feeder trough), dan tirai.
2.3.2. Palet
Palet berfungsi sebagai tempa untuk meletakan pakan supaya tidak mudah
rusak. Apabila tidak memakai palet maka pakan akan mudah berjamur.
Pompa air
2.3.9. Tandon
Tandon air yang ada didalam kandang memiliki kapasitas tempung 1000
liter air. Ada 2 tandon dalam kandang yaitu untuk air minum biasa dan untuk air
minum yang diberi vitamin atau obat.
2.3.10. Tempat Minum
Jumlah nipple dalam satu kandang sebanyak 1416 buah nipple. Jarak panjang
pipa nipple 3 m terdapat 9 putting nipple. Jarak nipple satu dengan lainnya sebesar
33 cm. Rangkaian nipple diantaranya yaitu putting nipple sebagai tempat minum
ayam, pipa yang digunakan untuk mengalirkan air, regulator sebagai alat untuk
mengatur tekanan air yang mengalir dalam nipple, jumlah regulator dalam
kandang ada 4 dan terletak bagian tengah. Kapasaitas nipple 1 buah nipple untuk
5-10 ekor ayam.
2.3.11. Tempat Pakan
Tempat pakan ada 2 jenis tempat pakan otomatis yaitu male feeder untuk
tempak pakan ayam jantan dan female feeder untuk tempat pakan ayam betina.
Jumlah pan feeder pada masing-masing pent yaitu 94. Jarak antar tiap male
feeder 39 cm. Kapasitas 1 pan feeder untuk 10-12 ekor ayam. Jarak dan
ketinggian diatur sesuai dengan tingginya ayam jantan, hal tersebut dilakukan
agar tidak menyulitkan ayam jantan dalam mengkonsumsi pakan. Pemberian
pakan pada jantan dilakukan dengan cara memasukkan pakan yang sudah
disiapkan ke dalam male feeder yang masih tergantung dan akan digunakan untuk
esok hari. Penurunan male feeder selang 5 menit setelah pengaktifan automatic
feeder through yaitu pada pukul 07.00 WIB. Pan feeder dinaikkan kembali
setelah pakan habis.
Feeder trough merupakan tempat pakan betina yang terdiri dari 3 hopper
utama, 18 hopper tambahan dan 3 jalur thraw (luar, tengah dan dalam). Hopper
utama berukuran 1,2 m 0,65 m 0,55 m. Total panjang lintasan 650 m.
Kapasitas hopper utama dapat menampung sebanyak 150 kg pakan. Hopper
tambahan dapat menampung 50 kg pakan dan terletak pada pent 2, 3 dan 5 yang
terdiri dari 6 hopper pada masing-masing pent dengan jarak antar hopper 30 m..
feeder trough terdiri dari grill dan rantai. Panjang trough sebesar 5 cm, lebar 10
cm, tinggi thraw 15 cm. Grill berukuran 150 5 7 cm. Bagian dari feeder
trough yaitu corner untuk rantaimberbelok, motor penggerak untuk menggerakkan
pakan melalui rantai trough. Kapasitas thraw per 1 m yaitu 14 ekor ayam.
Terdapat 3 jalur thraw yaitu jalur luar, tengah dan dalam. Jarak thraw luar dengan
tembok depan yaitu 1 m, jarak dengan tembok samping yaitu 1 m, panjang thraw
luar sebesar 118 m, jarak thraw bagian tengah dengan tembok depan yaitu 2m,
jarak dengan tembok samping sebesar 2 m, panjang thraw tengah sebesar 116m.
Jarak thraw dalam dengan tembok depan yaitu 3 m, jarak dengan tembok samping
3 m, panjang thraw dalam 114 m. Jarak antar thraw luar, tengah dan dalam yaitu 1
m.
2.3.12. Sangkar (Nest)
Sangkar terbuat dari seng dengan ukuran 150 70 100 cm, dalam satu
kandang memiliki 86 buah sangkar, yang mana setiap sangkar terdiri dari 24 hole,
1 hole dapat digunakan untuk 4 ekor ayam dan dalam 1 sangkar dapat digunakan
96 ekor. Sangkar ini harus mudah dipindahkan, redup, sirkulasi udara yang baik
dan nyaman untuk ayam.
2.3.13. Lampu
Bagian-bagian blower yaitu: cerobong kipas, puller kipas, fan belt, blade,
pulley motor.
Manajemen Pencahayaan
I. Lama Pencahayaan
Pencahayaan saat ini di berikan selama 14 jam yang bertujuan untuk
meningkatkan produksi telur, sedangkan lama pencahayaan alami dari sinar
matahari biasanya berlangsung hanya selama 12 jam tergantung dengan cuaca
alam. Jika lama pencahayaan kurang, maka produksi telur akan turun dan bahkan
bisa sampai berhenti. Kekurangan lama pencahayaan seringkali menyebabkan
rontok bulu lalu. Untuk mengatasi hal ini, dilakukan dengan memberikan cahaya
tambahan untuk meningkatkan lama pencahayaan tetap konstan 14 jam per hari..
Penambahan cahaya dilakukan secara bertahap. Salah satu program pencahayaan
adalah dengan menaikkan lama pencahayaan 1 jam tiap 2 minggu.
(Nurgiartiningsih, et al, 2005).
Penambahan cahaya di berikan menggunakan lampu neon berwarna
kuning dengan intensitas yang berbeda di sesuaikan dengan letak lampunya.
Lampu yang terletak di pen 1 area inlet mengguakan lampu 23 watt 1430 lumen,
sedangkan yang lainnya menggunakan lampu 14 watt 850 lumen. Perbedaan ini
terjadi karena di area inlet, cahaya matahari tidak bisa masuk sehingga diberikan
lampu yang lebih terang sehingga dapat mengimbangi cahaya di area lain yang
bertujuan penyebaran cahaya dapat merata.
Jadwal pencahayaan tambahan oleh lampu di sesuaikan berdasarkan letak
dan waktunya. Daerah inlet diberikan cahya tambahan pukul 05.00 sampai 19.00,
pemberian full 14 jam karena untuk menggantikan cahaya matahari yang tidak
bisa masuk. Daerah samping ( slat ) diberikan cahaya tambahan pukul 05.00
sampai 08.00 dan pukul 16.00 sampai 19.00. Daerah tengah ( litter ) diberikan
cahaya tambahan pukul 05.00 sampai 09.00 dan pukul 14.00 sampai 19.00.
II. Fungsi cahaya
Pemberian cahaya harus dikontrol dan di program dengan baik terkait
berhasil tidaknya pencapaian target performa ayam di masa produksi. Cahaya
yang menembus ke otak unggas akan merangsang hipotalamus untuk
menghasilkan hormon Gonadotropin dan merangsang kelenjar pituitari untuk
menghasilkan FSH dan LH yang merangsang dan mempertahankan fungsi
reproduksi (Iskandar, 2009) Folicle Stimulating Hormone berfungsi untuk
mematangkan folikel telur sedanngkan Luteinizing Hormone berfungsi untuk
menggertak saat ovulasi ( pelepasan telur dari ovarium ke oviduct).
Cahaya terang yang diterima retina mata akan diteruskan oleh retina mata
menuju hipotalamus anterior sehingga merangsang kelenjar hipofise untuk
memproduksi hormon gonadotropin, hormon ini akan merangsang ovarium serta
organ reproduksi yang lain, membantu pematangan folikel telur, juga dapat
membantu perkembangan bulu dan jengger ayam. Cahaya merangsang kelenjar
tiroid untuk menyekresikan hormon tiroksin yang berfungsi meningkatkan proses
metabolisme sehingga dapat memacu pertumbuhan ayam. Cahaya merangsang
kelenjar paratiroid untuk menyekresikan hormon paratiroksin yang berfungsi
meningkatkan proses metabolisme Ca dan P dalam darah. Cahaya gelap juga
memacu pelepasan hormon androgen yang berperan dalam pembentukan tulang
dan menurunkan hormon steroid sehingga ayam akan lebih tenang dan
beristirahat. Cahaya gelap juga akan merangsang sekresi melatonin yang berperan
dalam memperbaiki sistem kekebalan tubuh ayam. (Dwi Joko Setyono, maria
Ulfah, dan Sri Suhartati, 2013 )
III. Pengaruh berbagai warna cahaya terhadap produktivitas ayam
1 Meningkatkan x x
pertumbuhan
2 Menurunkan efisisensi x x
pakan
3 Memperlambat dewasa x x
kelmin
4 Mempercepat dewasa x x x
kelamin
5 Memperlebar mata x
6 Mengurangi stres x
7 Menurunkan kanibalisme x X
8 Meningkatkan Produksi x x
telur
9 Nenurunkan Produksi x
Telur
10 Meningkatkan ukuran x
telur
11 Meningkatkan fertilitas x x
telur
12 Meningkatkan fertilitas x
pejantan
Jumalah dan letak lampu
Lampu yang terdapat di kandang 20 berjumlah117 buah dengan pembagian pen 1 =
26, pen 2 = 24, pen 3 = 26, pen 4 = 25 dan pen 5= 16. Jumlah lampu yang berbeda setiap
lampu di sesuaikan dengan luas pen kandang dan kebutuhan cahaya yang di perlukan.
Sedangkan, jarak antar lampu di atur dengan ukuran 4 meter diharapkan penyebaran cahaya
dapat merata. Denah letak lampu per pen adalah
4 meter
4 meter
Diketahui :
- hm = tinggi kandang = 2,5 m
- W = panjang kandang = 120 m
- L = lebar kandang = 12 m
- E = minimal lux laying = 20 lux
- A = area kandang = 1440 m2
- CU= Coefficient of utilization = 0,69
- MF= maintenance factor = 0,65
- Lumen lampu laying = 8500 lm
Room Index
(L W)
K =
h m (L W)
=
12 120
2,5 12 120
1440
=
330
= 4,36
EA
TL = CU MF
20 1440
=
0,69 0,65
28800
=
0,45
= 64000
Total Lumen
JL = Lumen per lampu
64000
=
850
= 75,29
`= 75 lampu
Manajemen Kesehatan
1. Program Biosecurity
Program biosecurity yang telah dilaksanakan pada farm Rembang 2
tersebut sesuai dengan pendapat Jeffrey (2006) bahwa, biosecurity memiliki arti
sebagai upaya untuk mengurangi penyebaran organisme penyebab penyakit
dengan cara menghalangi kontak antara hewan dan mikroorganisme.
Tujuan utama penerapan biosecurity pada peternakan unggas yaitu:
meminimalkan keberadaan penyebab penyakit, meminimalkan kesempatan agen
berhubungan dengan induk semang, membuat tingkat kontaminasi lingkungan
oleh agen penyakit seminimal mungkin.
Biosecurity area luar (Ring 4)
Biosecurity ring 4 yaitu pintu gerbang hingga parkiraan kendaraan.
Prosesnya biosecurity ring 4 yaitu terdapat sanitasi orang dan sanitasi kendaraan.
Ruang sanitasi dilengkapi dengan sensor sehingga apabila orang atau kendaraan
melewati sensor tersebut Nozle spray akan menyemprotkan air dengan campuran
desinfektan BKC.
Biosecurity area kantor (ring 3)
Biosecurity area ring 3 meliputi semua yang akan masuk kedalam area
kantor (ring 3) yaitu manusia, barang bawaan dan kendaraan operasional.
Kendaraan yang boleh masuk hanya kendaraan operasional yang digunakan untuk
berada di area kantor (ring 3) dan area dalam (ring 2) saja, sedangkan kendaraan
pekerja ditingal ditempat parkir yang sudah disediakan. Kendaraan yang masuk
area ring 3 harus melalui ruang sanitasi kendaraan yang akan menyemprotkan air
dengan campuran desinfektan BKC dengan dosis 2,5 ml dibanding 1 liter air yang
secara otomatis apabila kendaraan melwati sensor, dan dipping ban kendaraan
yang berisi campuran air dengan desinfektan. Biosecurity untuk barang bawaan
yang akan masuk kedalam area ini adalah barang yang tidak bisa didesinfeksi
harus melalui Ultraviolet box.
Biosecurity area dalam (ring 2)
Biosecurityterhadap orang yaitu dengan melarang orang yang tidak
berkepentingan masuk kedalam area ini, untuk pekerja dan tamu yang akan masuk
kedalam area ini wajib menggunakan baju jalan atau pakaian khusus area dalam,
wajib menggunakan penutup kepala, sepatu jalan dikenakan sewaktu perjalanan
menuju kandang sebelum ganti lagi dengan baju khusus masuk kandang.
Biosecurity area dalam kandang (ring 1)
Biosecurity area dalam kandang merupakan standar operasional yang
harus diterapkan ketika ingin masuk kedalam kandang harus melakukan kegiatan
biosecurity yang sesuai dengan aturan perusahaan, yaitu mencelupak sepatu jalan
yang dipakai di bak air yang berisi air dengan campuran klorin tablet (kaporit)
yang telah disediakan didepan pintu masuk kandang. Kemudian wajib
menngunakan sepatu boot kandang (warna hijau) pada saat akan masuk kedalam
kandang dan wajib mengenakan penutup kepala.
1.1. Biosecurity Staff dan Pengunjung
Tahap awal biosecurity sebelum memasuki farm dan kantor adalah:
(1) semua barang pribadi yang akan dibawa ke dalam kandang sementara
ditinggal dalam box ultraviolet,
(2) alas kaki ditinggal, diletakkan pada rak yang telah disediakan,
(3) sebelum masuk ruang shower
(4) staff dan visitor masuk ke dalam ruang shower, semua baju harus
ditanggalkan, disimpan pada gantungan baju,
(5) masuk ruang sanitasi maka air desinfektan akan menyemprot secara otomatis
dari bagian kanan dan kiri karena adanya sensor. Ruang sanitasi yang sering
disebut ruang shower ditunjukkan pada (Gambar 1) memiliki ukuran panjang
4 meter dan lebar 1,5 meter untuk setiap ruang shower
(6) tubuh dibilas sekaligus keramas, menggunakan shampo dan sabun yang telah
disediakan oleh washer (pekerja yang mengurusi sanitasi dan perlengkapan
baju kandang),
(7) memakai baju kandang yang telah disediakan dalam almari yaitu baju warna
biru, oranye, atau coklat,
(8) keluar dari ruang shower dan mengambil serta memakai sepatu kandang
warna putih.
Desinfektan yang digunakan pada farm Rembang 2 tersebut adalah BKC.
Prosedur ketika memasuki kandang baik staff dan visitor diwajibkan mengganti
sepatu boot putih dengan sepatu boot hijau. Sebelum masuk staff dan visitor
harus mencelupkan kakinya dalam bak biru yang berisi air desinfektan. Sepatu
boot putih diletakkan pada rak sepatu di depan kandang dan sepatu boot hijau
untuk dipakai di dalam kandang diletakkan disebelah pintu masuk kandang.
Prosedur sebelum memasuki kandang tangan disemprot menggunakan alkohol,
dan kaki menginjak bak yang berisi kapur. Hal tersebut sesuai pendapat Rusianto
(2008) bahwa setiap memasuki kandang harus melakukan proses penyemprotan
dengan desinfektan kemudian celup kaki dan tangan agar terhindar dari bakteri.
Staff dan visitor keluar dari kandang melalui jalur pintu keluar dan tidak perlu
memasuki ruang shower. Pakaian kotor dimasukkan melalui jendela kecil yang
telah disediakan yang terhubung dengan ruang cuci pakaian. Baju jalan untuk
para caretaker yaitu baju yang berwarna merah muda.
Barang pribadi staff dan visitor tidak luput dari objek pembawa bibit
penyakit, terlebih barang pribadi tesebut yang setiap hari berinteraksi dengan
udara dan lingkungan di luar farm. Barang bawaan tersebut harus terlebih dahulu
dimasukkan ke dalam box ultraviolet. Barang bawaan tersebut dibiarkan beberapa
menit berada di bawah sinar ultraviolet bertujuan untuk meminimalisir
penyebaran penyakit sehingga di dalam box tersebut barang telah disucihamakan.
Barang-barang yang telah dimasukkan kedalam box ultraviolet diambil saat sudah
melakukan mandi di shower, sehingga selain dari karyawan atau pengunjung,
barang-barang yang masuk kedalam area farm harus dalam keadaan yang steril.
2. Vaksinasi
Untuk program vaksinasi di farm Rembang 2 pada periode laying
dilaksanakan ketika ayam berumur 27, 36, 44, 52, 60 dan 68 minggu. Namun,
ketika praktik kerja hanya dilakukan vaksinasi pada umur 24 minggu saat pre
laying dan 27 minggu periode laying. Vaksinasi umur 24 minggu dikenal dengan
triple, dilaksanakan siang hari. Vaksinasi pada umur 27 biasa dikenal dengan
istilah vaksin single dan dilaksanakan sore hari.
Vaksinasi yang dilakukan pada umur ayam 24 minggu yaitu vaksin ND
(kill), AI (kill), ND (lived). Vaksinasi ND dan AI kill dengan metode intra
muscular sedangkan ND lived dengan metode Intra Okuler. Vaksin ND dan AI
kill sebelumnya diencerkan dengan oil anjuran selama 11 jam. Dosis vaksin ND
dan AI kill yang digunakan yaitu 0.5 ml, sedangkan ND lived 0.03 ml. Sebelum
dilakukan vaksinasi ayam terlebih dahulu diberikan nobstres dengan kadar 400
gram per 500 liter air. Nobstres juga diberikan 1 hari setelah vaksinasi.
Vaksinasi yang dilakukan ketika ayam umur 28 minggu yaitu vaksinasi
single ND lived (clone 30). Vaksinasi ND lived dilakukan dengan metode IO
(Intra okuler) atau tetes mata dengan dosis 1 tetes. Menurut Puspitasari (2009)
ayam yang divaksinasi dengan vaksin lived mempunyai tingkat mortalitas yang
lebih tinggi dibandingkan dengan ayam yang divaksinasi gabungan vaksin lived
dan killed, jika terjadi kegagalan vaksinasi. Foreman (orang yang mengurusi
tentang obat dan program vaksinasi) menyiapkan vaksin dan peralatan yang
dibutuhkan sebelum vaksinasi dimulai. Vaksin yang akan digunakan yaitu vaksin
ND lived diencerkan terlebih dahulu dengan diluent. Sisa vaksin yang telah
diencerkan harus dan tidak dapat digunakan lagi. Vaksin yang akan digunakan
disimpan dalam tempat yang bersuhu dingin dengan diberi es batu serta ditutup
rapat. Vaksin harus dibawa dalam kondisi dingin dan terhindar dari sinar
matahari.
Vaksin yang digunakan yaitu ND dan AI sedangkan vaksin sendiri ada 2
jenis yaitu vaksin live (aktif) dan vaksin killed (inaktif). Vaksin live diaplikasikan
dengan cara meneteskan pada mata, hidung atau mulut. Vaksin killed
diaplikasikan dengan cara injeksi di bawah kulit (Subcutaneus) ataupun bawah
otot (Intra Muscular).
Keuntungan dilakukan vaksinasi adalah mencegah timbulnya gejala klinis
dan kematian, mengurangi keluarnya virus dari tubuh unggas serta mengurangi
populasi unggas yang rentan terhadap penyakit. Kelemahan vaksinasi adalah
memerlukan waktu yang cukup lama hingga mencapai kekebalan protektif, flock
yang divaksinasi tidak akan memperlihatkan gejala kinis sesudah dilakukan
vaksin, tetapi tetap dapat terinfeksi virus dan bertindak sebagai reservoir
(Rahardjo, 2004). Kekurangan dari penggunaan vaksin inaktif antara lain tidak
munculnya respon kekebalan yang terjadi secara seketika (memerlukan waktu
lebih lama).
Manajemen Pemeliharaan
1. Pembersihan Kandang
Pembersihan kandang dilakukan secara rutin serta apabila kandang terlihat
kotor. Pembersihan kandang yang dilakukan meliputi pembersihan atap kandang,
sekat, dinding, inlet, cellpad, dan pembersihan nippel. Kandang dibersihkan agar
tidak menyebabkan tumbuhnya penyakit yang bisa menular ke ayam. Oleh karena
itu, kebersihan kandang harus tetap terjaga. Alat yang digunakan untuk
membersihkan debu dan sarang laba-laba di dalam kandang adalah sapu.
Pembersihan dilakukan dengan menyapu debu dan sarang laba-laba pada langit
kandang, dinding, sekat antar pan. Pembersihan dilakukan agar tidak
menghambat proses pengeluaran angin dari dalam kandang. Selain itu juga lampu
kandang juga harus dibersihkan dari debu atau sarang laba-laba agar cahaya
lampu terang serta tidak terhambat oleh debu yang menempel pada lampu.
Pembersihan coolingpad dilakukan satu kali seminggu sehingga udara yang
masuk dari inlet dapat masuk tanpa terhambat oleh sarang laba-laba. Tujuan
membersihkan coolingpad ini adalah supaya udara yang masuk kedalam kandang
tidak terhambat oleh sarang laba-laba yang menempel pada bagian sela-selah
colingpad. Untuk itu bagian inlet dibersihkan dengan menggunakan sapu supaya
dapat membersihkan sarang laba-laba. Pembersihan cellpad dilakukan dengan
sprayer bertekanan tinggi, sehingga kotoran pada cellpad dengan cepat akan
hilang.
Pembersihan blower dilakukan dengan menyapu debu serta sarang laba-laba
pada kipas dan area sekitar blower. Pembersihan blower dilakukan menggunakan
sapu. Blower dibersihkan agar tidak menghambat laju perputaran dan agar tidak
menahan laju angin sehingga blower dapat bekerja dengan maksimal.
Pembersihan nippel dilakukan dengan cara flushing nippel. Flushing nippel
dilakukan agar kotoran yang berada didalam pipa paralon dapat dikeluarkan
sehingga tidak mengganggu laju air serta tidak mengkontaminasi air. Hal ini juga
dimaksudnya untuk menjaga kesehatan ayam dengan menjaga kualitas air minum
melalui pembersihan alat. Flushing nippel dilakukan setiap satu minggu sekali.
2. Penambahan Sekam
Penambahan sekam dilakukan apabila sekam dalam kandang semakun
berkurang atau menipis. Tujuan dari penambahan sekam adalah agar pada saat
bertelur, ayam merasa nyaman dan menghindari adanya telur retak atau pecah.
Selain itu juga untuk menghindari floor egg yaitu dimana ayam bertelur tidak
pada tempatnya atau bertelur pada slat, karena salah satu faktor yang
mempengaruhi floor egg yaitu tingakat kenyamanan sangkar. Penambahan sekam
dilakukan pada nest dan litter. Penambahan sekam pada nest dilakukan apabila
sekam telah berkurang dan menipis. Penambahan sekam pada nest atau sangkar
dilakukan pada sore hari. Hal ini agar tidak mengganggu ayam yang sedang
bertelur. Sehingga tidak mengurangi produksi telur.
Penambahan sekam pada litter dilakukan agar litter memiliki ketebalan lebih
dari 5 cm, selain itu juga agar liter tetap kering sehingga kesehatan ayam dapat
selalu terjaga. Litter yang basah dapat meningkatkan kandungan amonia sehingga
menjadi tempat berkembang biak berbagai jenis penyakit dan dapat menimbulkan
bau yang berbahaya bagi sistem pernafasan. Selain itu sekam yang basah juga
dapat mengakibatkan bulu kotor ketika ayam melakukan mandi sekam.
Penambahan sekam pada litter dilakukan apabila sekam pada litter sudah menipis
dan sudah banyak kotoran sehingga menyebabkan litter basah dan menggumpal.
Kontrol terhadap kondisi litter dilakukan setiap hari agar apabila litter basah,
kotor, dan menggumpal bisa segera dilakukan penanganan.
3. Grading Ayam
Grading ayam atau penyetaraan pada fase laying didasarkan pada
perbandingan jumlah jantan dan betina, besarnya bobot badan ayam, serta kondisi
ayam. Perbandingan jumlah jatan dan betina yaitu 1:10 yang berarti satu jantan
dapat mengawini 10 betina. Penyetaraan berdasarkan bobot badan ayam dilakukan
untuk setiap pen. Dimana ayam besar ditempatkan pada pen 1, pen 2 untuk ayam
normal besar, pen 3 untuk ayam normal, pen 4 untuk ayam normal kecil, dan pen
5 untuk ayam kecil. Sehingga terdapat keseragaman yang baik dalam setiap pen.
Grading terhadap ayam sakit atau lemah dilakukan dengan memindahkan ayam
yang sakit atau lemah dari pen 1, pen 2, pen 3, dan pen 4 ke dalam pen 5.
Kemudian membawa ayam yang sehat dari pen 5 untuk ditukarkan.
Tujuan grading yaitu untuk memperoleh uniformity atau keseragaman serta
meratanya konsumsi pakan dengan meminimalisir persaingan pakan.
Keseragaman ayam minimal yang harus dicapai yaitu 80%, jika tingkat
keseragaman rendah maka dapat dipastikan bahwa puncak produksi ayam akan
sulit tercapai. Pengaturan keseragaman sebaiknya dilakukan sejak DOC. Terdapat
berbagai faktor yang mempengaruhi keseragaman seperti penyakit, program
pemberian pakan yang kurang baik, serta jumlah ayam yang berpengaruh terhadap
persaingan pakan. Grading dilakukan dengan melihat data recording seperti Body
Weight (BW), jumlah deplesi, serta jumlah ayam yang diculing.
4. Male Agresif
Male agresif merupakan suatu kondisi dimana ayam bibit jantan memiliki
bobot badan yang lebih besar dan mengalami dewasa kelamin yang lebih cepat
dibanding ayam lainnya. Sehingga ayam pejantan tersebut memiliki agresifitas
yang lebih tinggi dibanding ayam yang lain. Apabila dimixing dengan ayam
betina akan beresiko yang lebih tinggi seperti menyerang ayam betina karena
ayam betina belum dewasa kelamin sehingga dapat menyebabkan deplesi. Ada
beberapa cara untuk melihat adanya male agresif dalam kandang seperti
berkokoknya pejantan pada masa grower, menyerang betina, serta melihat jumlah
betina pada litter ketika sore hari. Apabila tidak ada betina di litter pada waktu
sore hari maka dapat disimpulkan bahwa dipen tersebut banyak maleagresif.
Karena ayam betina takut untuk turun ke liiter.
Pada masa awal mixing ayam jantan yang mengalami pertumbuhan terlalu
cepat tersebut dipisahkan dan ditempatkan pada male pan yang berada pada pen 5
dengan sekat tersendiri. Hal ini dilakukan untuk mengurangi resiko adanya
deplesi yang diakibatkan oleh male agresif. Selama di male pen, ayam-ayam
jantan tersebut diperlakukan berbeda dengan ayam dipen lain. Seperti tidak
memberikan cahaya serta membatasi jumlah pakan. Hal ini dilakukan untuk
memperlambat laju pertumbuhan ayam tersebut. Sehingga pada saatnya nanti
ayam jantan tersebut akan memiliki bobot badan yang seimbang dengan ayam
jantan dipen lain. Pada saat itulah ayam jantan tersebut dikeluarkan dan
dimasukan ke dalam pen sesuai dengan grade dan sex ratio.
5. Nose Bar
Nose bar merupakan alat dipasang pada garis hidung ayam jantan dengan
tujuan agar ayam jantan tidak bisa memakan pakan ayam betina yang berada pada
feeder trough sehingga hanya memakan pakan yang berada pada male feeder. Hal
ini dikarenakan formulasi pakan yang berbeda untuk ayam jantan dan ayam
betina. Dimana pakan ayam jantan mengandung nutrisi yang berguna untuk
memelihara jaringan tubuh, pembentukan sperma serta mengontrol bobot badan.
Sedangkan pakan ayam betina mengandung nutrisi yang berguna untuk produksi
telur.
Nose bar dipasang setelah dilakukannya mixing atau pencampuran ayam
jantan dengan ayam betina dalam satu pen yaitu pada minggu ke 18. Selanjutnya
nose bar dilepas pada minggu ke 26. Hal ini karena pada umur 26 minggu pial
pada ayam jantan sudah tumbuh besar. Jadi ayam jantan akan kesulitan untuk
memakan pakan betina pada feeder trough dikarenakan pial yang telah membesar.
Selain itu juga untuk memudahkan perkawinan karena pada minggu ke 26 di
asumsikan sudah masuk fase laying.
6. Floor Eggs
Floor egg adalah telur yang berada pada lantai atau slat. Jadi floor egg
merupakan akibat dari ayam yang tidak bertelur ditempatnya. Karena tempat
untuk bertelur seharusnya pada sangkar. Floor egg dipengaruhi oleh tingkat
kenyamanan sangkar dan kondisi ayam. Apabila sangkar terasa nyaman untuk
bertelur makan floor egg akan sedikit, sebaliknya apabila kondisi sangkar jelek
sehingga membuat ayam tidak nyaman makan floor egg akan meningkat. Sangkar
yang baik yaitu jumlah sangkar sesuai dengan jumlah ayam ---------------------------
-------------------------------------------, memiliki pijakan yang kuat untuk ayam,
serta memiliki sekam yang cukup atau tidak tipis. Ayam yang sakit seperti lemah,
pincang, serta bumble foot akan lebih banyak bertelur pada slat ataupun pada
litter. Hal ini dikarenakan tidak adanya tenaga dan kesulitan untuk naik ataupun
masuk kedalam sangkar. Sehingga ayam-ayam yang sakit merupakan
penyumbang terhadap banyaknya floor egg.
7. Sweeping
Sweeping adalah mencari ayam yang mati untuk di keluarkan dari kandang
dan ayam yang sakit untuk di tempatkan di kandang macan. Sweeping untuk
ayam mati atau bangkai dilakukan setiap hari untuk mencari ayam yang mati
untuk dikeluarkan dari dalam kandang kemudian di tempatkan di tempat bangkai
yang berada didepan kandang. Hal ini dimaksudkan agar bangkai tidak sampai
manimbulkan bau yang tidak sedap serta meminimalisir adanya penyebaran
penyakit yang dapat menyerah ayam lain. Bangkai tersebut selanjutnya dilakukan
pembakaran ditempat pembakaran. Tempat untuk pembakaran bangkai berada
jauh dari area kandang. Hal ini untuk meminimalisir adanya bibit penyakit yang
dapat menyerang ayam yang sehat. Namun tempat pembakaran bangkai masih
dalam lingkungan farm. Karena jika berada diluar lingkungan dapat mengganggu
lingkuang sekitar.
Sweeping untuk ayam sakit dilakukan pada saat-saat tertentu untuk di
tempatkan di kandang macan. Ayam yang sakit memiliki ciri-ciri seperti bulu
rontok, lemas atau bahkan tidak bergerak, wajah pucah, serta terdapat luka di
bagian tubuh, sehingga berpengaruh terhadap produksi. Apabila anak kandang
menemukan ayam yang mati atau bangkai, maka anak kandang harus menulis
jumlah ayam yang mati pada daftar buku yang sudah disiapkan.
8. Seleksi Ayam
Seleksi ayam dilakukan dengan memisahkan atau memindahkan ayam ke
kandang karantina. Ayam yang di pisahkan adalah ayam yang sakit dengan ciri-
ciri ayam cacat dan lemah, bulu terlihat kusam, nafsu makan menurun, badan
kurus, rontok bulu, dan jengger terlihat pucat serta tidak aktif. Tujuan dari
pemindahan ayam yaitu agar sakit yang diderita oleh ayam tidak menular ke ayam
yang sehat.Seleksi juga dapat dilakukan berdasarkan bobot badan. Dimana ayam
besar berada di pen 1, ayam normal besar berada di pen 2, ayam normal berada di
pen 3, ayam normal kecil berada di pen 4, dan ayam kecil berada di pen 5.
Sehingga tingkat keseragaman tinggi. Seleksi pejantan dilakukan dengan memilih
pejantan bagus, sakit atau lumpuh. Apabila seleksi rutin dilakukan maka
perbandingan antara ayam jantan dan betina harus tetap diperhatikan agar daya
tetas tetap baik.
9. Culling
Culling merupakan proses pemilihan individu ayam baik itu anak ayam,
pullet, induk betina maupun pejantan yang cacat, lemah, terlihat tanda-tanda
terserang penyakit, dan tidak produktif lagi, sehingga ayam tersebut harus
dikeluarkan dari kelompoknya. Culling dilakukan dengan maksud untuk
mengurangi penyebaran bibit penyakit, mengurangi kepadatan kandang sehingga
ayam yang produktif dapat lebih nyaman didalam kandang, mengurangi efisiensi
penggunaan pakan, efisiensi dalam penggunaan tenaga kandang dan sarana
produksi lainnya, serta menghindari adanya kanibalisme. Kriteria ayam jantan
yang harus diculling yaitu berat badan terlalu kurus, kaki yang lecet sehingga sulit
melakukan aktivitas seksual, warna wajah serta pial yang pucat. Sebelum
diculling ayam yang sakit dan lemas ditempatkan dikarantina terlebih dahulu
dengan harapan ayam dapat sembuh dan akan dikeluarkan dari kandang karantina
untuk dikembalikan dengan ayam yang lain. Namun apabila kondisi ayam sudah
tidak memungkinkan untuk sembuh. Maka culling perlu dilakukan sebelum ayam
tersebut mati dan menjadi bangkai.
10. Recording
Recording pada perusahaan pembibitan meliputi produksi telur, hen day
production, jumlah konsumsi pakan, program vaksinasi, program pengobatan,
bobot badan ayam, deplesi atau jumlah ayam yang di culling, dan jumlah floor
egg. Manfaat dari recording adalah untuk mendapatkan informasi lengkap tentang
ternak yang dipelihara, yang akan berguna dalam manajemen pemeliharaan
ternak, memudahkan pengambilan keputusan, mengefisienkan waktu, tenaga, dan
biaya, memudahkan dalam controling serta monitoring. Catatan atau recording
juga dapat digunakan sebagai evaluasi pengelolaan kegiatan dimasa yang akan
datang.
Produksi telur merupakan jumlah telur yang dihasilkan dalam waktu tertentu
seperti dalam waktu sehari. Melalui pencatatan produksi dapat dilihat produksi
telur dari hari ke hari. Apabila produksi telur turun presentasenya maka perlu
dilakukan pemeriksaan. Bobot badan merupakan salah satu kriteria yang dijadikan
sebagai acuan berhasil atau tidaknya suatu pemeliharaan ayam pembibibit. Hen
day production merupakan jumlah telur yang dihasilkan per hari berdasarkan
jumlah populasi. Tujuannya yaitu untuk mengetahui jumlah telur yang dihasikan
oleh sekelompok ayam pada umur tertentu. Produksi telur berhubungan langsung
dengan konversi pakan. Semakin besar produksi telur yang dihasilkan, nilai
konversi pakan semakin kecil. Standar hen day prduction setiap strain berbeda-
beda tergantung dari strain yang dipelihara.
Setiap perusahaan pembibitan memiliki standar bobot badan yang harus
dicapai setiap minggunya, oleh sabab itu dilakukan kontrol bobot badan setiap
minggunya dengan melakukan penimbangan. Kontrol bobot badan ini bertujuan
untuk mengetahui pertumbuhan bobot badan ayam sudah sesuai dengan standar
atau belum dan untuk mengetahui tingkat keseragaman ayam dalam sekelompok
ayam atau per pen. Penimbangan dilakukan setiap minggunya per individu ayam
dengan mengambil sampel sebanyak 5% untuk ayam betina dam 10% untuk ayam
jantan yang ada dalam kandang. Penimbangan dilakukan dengan menggunakan
timbangan dengan mengumpulkan sampel ayam ke salah satu pojok pada tiap
pen kandang dengan menggunakan jaring. Hal ini bertujuan untuk menghindari
pemilihan dalam pengambilan sampel yang sama atau pengulangan penimbangan.
Kemudian ayam ditimbang satu per satu.
Pertambahan bobot badan dapat dipengaruhi oleh suhu lingkungan atau
cekaman panas yang dapat mengakibatkan nafsu makan menurun yang berakibat
pada pertumbuhan bobot badan ayam. Kecepatan pertumbuhan dipengaruhi oleh
genetik (strain), jenis kelamin, lingkungan, manajemen, kualitas dan kuantitas
pakan yang dikonsumsi. Peningkatan pertambahan bobot badan berbanding lurus
dengan meningkatnya konsumsi pakan yaitu semakin tinggi konsumsi pakan
maka meningkat pula bobot badannya, karena salah satu fungsi pakan dalam
tubuh ayam selain untuk kebutuhan hidup pokok juga untuk pertumbuhan.
11. Perkawinan
Pencampuran jantan dan betina dilakukan pada umur 16 minggu dengan
perbandingan 1 jantan untuk 9 betina. Jadi 1 ekor jantan dapat untuk mengawini 9
ekor betina. Sex ratio merupakan salah satu faktor yang penting dalam proses
pemeliharaan ayam bibit. Penggunaan jantan yang terlalu padat dalam satu pen
dapat meningkatkan stress karena adanya kegaduhan akibat dari persaingan. Hal
ini tentu akan berbahaya bagi ayam betina karena dapat menurunkan produksi
telur. Penggunaan jantan yang terlalu sedikit pun tidak menguntungkan dalam
segi ekonomis. Karena walaupun produksi telur tinggi, fertilitas telur akan rendah
karena kurangnya pejantan yang mengawini betina atau dengan kata lain ada
betina yang tidak dikawini.
Metode perkawinan yang digunakan yaitu flock maing atau perkawinan
kelompok. Jadi flock mating merupakan perkawinan antara dua pejantan atau
lebih dengan beberapa induk dalam satu kelompok ayam. Cara perkawinan seperti
ini banyak digunakan oleh perusahaan pembibitan karena lebih menguntungkan
dibanding dengan metode lain. Beberapa keuntungan dari metode ini seperti
efisiensi dalam penggunaan tenaga, tempat, dan peralatan. Selain itu bila ada
pejantan yang mempunyai nafsu kawin rendah, maka pejantan lain dapat
menggantikannya. Namun, pada metode ini juga terdapat kerugian seperti
keturunan tidak diketahui dengan pasti pejantannya dan sering terjadi pertarungan
karena terdapat lebih dari satu pejantan dalam satu kelompok.
Performance
1. Produksi telur
Dikatakan sudah memasuki fase layer (produksi) yaitu dimana ayam telah
bertelur dengan persentase 5% dari banyaknya ayam yang dipelihara. Umur ayam
pada saat dilaksanakannya praktek kerja ini adalah 26-28 minggu dengan jumlah
ayam betina untuk H-07 minggu ke 26 yaitu 8816 ekor dan jantan 926 ekor pada
populasi awal, secara keseluruhan jumlah ayam 9742 ekor. Sedangkan pada
minggu ke 28 jumlah ayam betina H-07 yaitu 8753 ekor dan ayam jantan 876 ekor
secara keseluruhan jumlah ayam 9629 ekor. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Roni Fadilah (2007) yang menyatakan bahwa berdasarkan produksi, ayam yang
sudah memasuki periode laying jika sudah mulai bertelur sekitar 5%. Populasi
awal ayam betina breeder mulai masuk periode bertelur (laying period) dijadikan
patokan populasi untuk penghitungan performa ayam selama satu siklus produksi.
Pada masa produksi selalu terjadi telur lantai (floor eggs) yaitu ayam bertelur
tidak pada tempatnya atau dilantai, dan menurut Fadilah dkk (2007), cara
mencegah telur lantai (floor eggs) sebagai berikut :
1. Telur lantai biasanya banyak diperoleh disetiap sudut kandang. karena itu,
disetiap sudut kandang sebaiknya diberi pembatas agar ayam tidak dapat
menuju ke sudut kandang. Jika melihat ayam yang akan bertelur disudut
kandang sesegera mungkin ayam dipindahkan ke sangkar.
2. Sangkar sebaiknya diletakkan dibagian kandang yang agak gelap
3. Pengambilan telur dilakukan sesering mungkin, bisa empat kali sehari
4. Jika kandang berbentuk slat postal sangkar diletakkan dibagian ujung
kandang slat dan sebagian lagi dikandang postal.
5. Sangkar disimpan ketika ayam masih pullet sehingga ayam mempunyai
kesempatan beradaptasi dengan lingkungan sangkar.
6. Jumlah sangkar harus cukup sehingga ayam yang mau bertelur selalu ada
tempat di sangkar.
7. Litter didalam sagkar harus selalu bersih dan selalu tersedia.
8. Tidak membiarkan ayam jantan berada didalam sangkar. Selain bisa
menyebabkan telur menjadi pecah, adanya ayam jantan didalam sangkar
juga tidak memberikan kesempatan kepada ayam betina untuk bertelur
didalam sangkar tersebut.
Pada dasarnya, yang mempengaruhi produksi telur yaitu faktor luar dan
faktor dalam. Faktor luar seperti makanan, rontok bulu/luruh, suhu dalam
kandang, kegaduhan dan penyakit, sedangkan faktor dalam yaitu keturunan/
genetik. Pencatatan produksi telur dilakukan pada saat ayam mulai berproduksi
5% (hen day). Perhitungan produksi telur di perusahaan dilakukan setiap hari
berdasarkan produksi hen day. Pada saat produksi telur mencapai 30%, koleksi
telur dilakukan sebanyak lima kali dalam sehari, karena jika terlalu lama beradi di
dalam sangkar akan mengakibatkan telur banyak yang pecah dan telur akan
terkontaminasi dengan mikroorganisme yang mengakibatkan infertil. Proses
pengambilan telur dilakukan dengan menggunakan troli yang yang sudah didesain
sesuai dengan kebutuhan. Proses koleksi telur dilakukan oleh 2 orang dan
diusahakan selalu bersamaan dari belakang sampai kedepan agar telur-telur di nest
box kanan dan kiri diambil secara bersamaan sehingga proses koleksi bisa
berlangsung cepat. Pengambilan PE (Production Egg) menggunakan tray
berwarna merah dengan kapasitas 36 butir telur sedangkan untuk HE (Hatching
Egg) menggunakan tray putih dengan kapasitas 42 butir telur. Telur yang sudah
diambil lalu di fumigasi dengan menggunakan forcent fumigant 45 gram dan
formalin 100 ml. Tujuan dari fumigasi adalah untuk membunuh mikroorganisme
Sallmonela sp yang ada dipermukaan telur, proses fumigasi dilakukan selama 15-
20 menit. Pada saat fumigasi berjalan blower/kipas yang ada didalam ruangan
fumigasi dinyalakan untuk mengaduk dan meratakan udara dalam ruangan agar
merata keseluruh permukaan telur dan tepi ruangan. Ukuran ruangan memiliki
panjang 2 m,lebar 0,82 dan tinggi 0,90 m. Jadi volume ruangan untuk fumigasi
adalah 1,476 m3 . Setelah difumigasi telur diseleksi terlebih dahulu berdasarkan
keadaan luar telur, yang dikelompokkan ke dalam telur normal, abnormal, retak
dan kotor. Selain itu seleksi juga dilakukan berdasarkan berat telur. Menurut
Suprijatna, dkk (2005), tujuan seleksi telur tetas adalah untuk mendapatkan anak
ayam yang sesuai dengan yang diharapkan.Tahap awal dari proses penetasan
dimulai dari penyeleksian telur (grading).
Dan Berikut adalah jadwal pengambilan telur yang dilaksanakan tiap hari pada
periode laying / produksi :
Pengambilan telur pertama Pada pukul 07:15
Pengambilan telur kedua Pada pukul 08:30
Pengambilan telur ketiga Pada pukul 10:30
Pengambilan telur keempat Pada pukul 14:00
Pengambilan telur kelima Pada pukul 15:30
Kriteria telur tetas (Hatch Egg) dalam seleksi meliputi telur utuh dan
bersih, bentuk telur normal dengan indeks 74%, ketebalan kerabang 0,33 mm.
Berikut adalah standar grading telur berdasarkan berat telur.
B1 = kotor, pecah, tipis A1 = 55-61.9 gram
B2 = 45-49.9 gram A2 = 62-68 gram
B3 = 50-54.9 gram A3 = 69 up
Komersial = jumbo, kecil, kulit tidak rata, retak rambut
Perlakuan telur yang pertama setelah dilakukan koleksi telur adalah Grading telur
dan diletakan dan ditata pada egg tray 42, selanjutnya pemberian kode pada
masing masing Grade telur yang terdiri dari Golongan grade telur, kode farm dan
tanggal produksi. Setelah diberikan kode pada masing masing grade telur
kemudian telur dimasukan pada bucket egg (keranjang telur) dengan bantuan alat
dudukan box telur serta dimasukan pada holding room dan selanjutnya
didistribusikan ke Hatchery.
2. Body weight
Pakan yang tercerna dalam tubuh ayam akan menjadi jaringan di bawah kulit
sehingga ayam akan mengalami pertambahan bobot badan setiap harinya, untuk
mengetahui pertambahan bobot badan ayam maka dilakukan pengontrolan bobot
badan ayam dengan cara penimbangan bobot badan. Ayam ditimbang
menggunakan timbangan gantung dan sampling dilakukan di tengah,
penimbangan dilakukan sebelum pakan diberikan dan dilakukan dengan cara
mengambil sampel ayam betina sebanyak 5% dan jantan 10% dari total populasi.
Penimbangan bobot badan ayam selain berfungsi untuk mengetahui pertambahan
bobot badan juga berfungsi sebagai acuan standar. Maksudnya apakah ayam
tersebut sudah mencapai standar bobot badan atau belum. Standart bobot badan
digunakan sebagai acuan keseragaman (uniformity). Uniformity yang ada di PT
Charoen Pokphand Jaya Farm Unit Semarang 6 Rembang 2 yaitu kisaran 80%.
Tabel 1. Uniformity Bobot Badan Ayam pada Kandang 6
Minggu ke Female Male
BB saat di Uniformity (%) BB saat di Uniformity (%)
timbang (g) timbang (g)
26 3501 71 3700 68
27 3627 71 3732 68
28 3685 70 3808 71
Pakan adalah semua yang bisa dimakan oleh ternak dan tidak
mengganggu kesehatannya. Pada umumnya pengertian pakan (feed)
digunakan untuk hewan yang meliputi kuantitatif, kualitatif, kontinuitas serta
keseimbangan zat pakan yang terkandung di dalamnya. .Pakan adalah segaalah
sesuatu yang dapat diberikan sebagai sumber energi dan zat-zat gizi, istilah
pakan sering diganti dengan bahan baku pakan, pada kenyataanya sering
terjadi penyimpangan yang menunjukkan penggunaan kata pakan diganti sebagai
bahan baku pakan yang telah diolah menjadi pellet, crumble atau mash. (Wright
dan Lackey, 2008)
Sudaryani (1994) bahwa grill yang ada dalam tempat pakan ayam betina
bertujuan untuk mengontrol ayam jantan supaya tidak dapat mengambil jatah
pakan untuk ayam betina sehingga konsumsi pakan ayam jantan tidak melebihi
jumlah kebutuhan pakan yang sudah ditentukan. Selain itu penggunaan tempat
pakan tersebut dapat mengurangi pakan yang tercecer. Menurut Jull (1958),
beberapa keuntungan pakan ditempatkan di dalam hopper antara lain: pakan tidak
berceceran, mencegah kaki ayam masuk dalam pakan, memudahkan ketika
pembersihan tempat pakan, mempermudah ayam betina ketika makan.
Rata-rata konsumsi pakan harian ayam pada HH 07 sebesar 130,7 gram
untuk ayam betina dan 104 gram ayam jantan pada umur 27 minggu. Pernyataan
tersebut sesuai dengan Saefullah (2006), untuk mencapai produksi telur yang
maksimum, ayam petelur harus mengkonsumsi 17 gram protein dengan jumlah
konsumsi ransum 100 g/ekor/hari. Summers (1995) dalam Saefullah (2006)
menyatakan bahwa kandungan fosfor sebesar 0,2% nyata mempengaruhi produksi
telur yang lebih rendah dibandingkan dengan kandungan fosfor sebesar 0,4%.
Salah satu keberhasilan usaha peternakan dipengaruhi oleh pakan.
Pemberian pakan untuk ayam harus sesuai porsi dan kebutuhannya yang
digunakan untuk mencukupi hidup pokok dan produksi telur. Pemberian pakan
harus sesuai, jika tidak sesuai dengan kebutuhan maka akan mempengaruhi
produksi serta pertambahan bobot badan ayam. Peningkatan produksi telur
dipengaruhi oleh tingkat konsumsi ransum, protein dan energi. Tercukupinya
kebutuhan protein ayam dapat mengindikasikan tercukupinya kebutuhan asam-
asam amino di dalamnya. Ketersediaan berbagai asam amino dalam jumlah yang
cukup di dalam ransum ayam mampu mengoptimalkan produksi telur yang
dihasilkan (Saefullah, 2006).
Secara umum zat-zat makanan secara esensial untuk unggas adalah air,
karbohidrat, lemak, protein, mineral dan vitamin. Unggas membutuhkan air bersih
dan segar setiap saat karena kandungan air yang tinggi dalam telur dan daging.
Berikut adalah program pakan ayam periode produksi pada saat praktik kerja
beserta kandungan nutriennya.
Tabel 1 Program pakan ayam umur 25-28 minggu
Umur Kode Pakan RJ Keterangan
( Minggu ) Betina Jantan
25 Mix 532 Mix 532 dengan Mix dilakukan selama 3
dengan 534 535 hari, hari 1 25% 534 75%
26 534 RJ45 535 RJ45 532,hari 2 50% 543, 50%
27 534 RJ 535 RJ 542 dan ,
28 534 RJ 535 RJ hari ke 3 75% 534, 25%
532
Sumber : PT. Charoen Pokhphand Jaya Farm Unit rembang 2 Cabang Semarang 6
Tabel 2. Kandungan nutrien pakan
Sebanyak 100 ekor ayam dalam setiap hari akan mengkonsumsi sekitar 15
liter ketika keadaan panas sedangkan pada keadaan dingin membutuhkan 8 liter
(Jull,1958). Air minum yang diberikan pada ayam harus sesuai kebutuhan serta
kualitasnya baik. Kualitas air dipengaruhi oleh adanya bakteri Eschericia coli, pH
air, kadar magnesium, kadar nitrat dan nitrit, kadar sodium/klorida, serta mineral
lainnya. Air minum yang bersih dan dingin sangat baik jika diberikan pada ayam
terutama saat udara panas dan air minum tersebut dialirkan melalui sistem
otomatis yaitu tempat minum otomatis yang ditunjukkan pada (Gambar 7).
Nozzle
cup
Keuntungan dari Polyethylene yaitu permeabilitas uap air dan air rendah,
mudah dikelim panas, fleksibel, dapat digunakan untuk penyimpanan beku (-50
0
C), transparan sampai buram, dapat digunakan sebagai bahan laminasi dengan
bahan lain. Kerugian dari Polyethylene yaitu permeabilitas oksigen agak tinggi,
dan tidak tahan terhadap minyak (Syarief dan Irawati, 1988). Karung plastik
mulai pesat dipakai karena mempunyai sifat kuat, tahan air, lembam, transparan,
dapat dibentuk, diisi dan disegel dengan mesin.
Penyimpanan Pakan
Pakan dari gudang akan di sebar ke feed room sebelah kandang sesuai
dengan kebutuhan pakan yang di dasarkan pada populasi,periode dan umur ternak
.pakan tersimpan di feed room selama 1-2 hari dengan system first in firt out
dimana pakan yang terlebih dahulu dating akan lebih dulu di gunakan hal ini
dilakukan untuk mengantisipasi pertumbuhan jamur karena kelembaban feed
room yang rendah.
Menurut Imdad dan Nawangsih (1999) lingkungan hidup yang ideal bagi
pertumbuhan serangga yaitu pada suhu 2530 0C. Menurut Sofyan dan Abunawan
(1974) sehingga suhu ruangan penyimpanan kandang tidak boleh masuk dalam
zona suhu tersebut. dalam Yuliastanti (2001), syarat umum untuk ruang
penyimpanan antara lain suhu berkisar antara 18-24 0C, bersih dan terang,
mempunyai ventilasi yang baik untuk sirkulasi udara, bebas dari serangan
serangga dan tikus yang dapat merusak.
Zat-Zat Makanan yang Dibutuhkan Unggas
Karbohidrat
Vitamin
Lipid
Protein
Mineral
Air
Ransum memiliki peran penting dalam kaitannya dengan aspek ekonomi yaitu
sebesar 65-70% dari total biaya produksi yang dikeluarkan (Fadilah, 2004).
Pemberian ransum bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok,
pertumbuhan, pemeliharaan panas tubuh dan produksi (Suprijatna et al. 2005).
Pakan yang diberikan harus memberikan zat pakan (nutrisi) yang dibutuhkan
ayam, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral, sehingga
pertambahan berat badan perhari (Average Daily Gain/ADG) tinggi.
2.1.1. Karbohidrat
Karbohidrat didefinisikan sebagai zat yang mengandung atom karbon,
hidrogen, dan oksigen. Karbohidrat berasal dari kata karbon dan hidrat, karbon
artinya adalah atom karbon dan hidrat adalah air. Karbohidrat yang terdapat dalam
tubuh ternak unggas sebagian besar berupa glikogen dan chitin, glikogen dijumpai
dalam daging dan chitin dalam kulit dan sisik terutama pada kulit udang.
Karbohidrat adalah senyawa organik yang unsur kimia pembentuknya terdiri dari
karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O), atau sering diringkas dengan CHO.
Karbohidrat di dalam pakan atau bahan pakan terdiri dari pati atau
starch, gula dan polisakarida (termasuk serat kasar). Karbohidrat yang dimakan
digunakan sebagai sumber energi untuk metabolisme di dalam tubuh. Sebagian
karbohidrat juga diubah menjadi energi tersimpan di dalam tubuh ayam. Namun,
tidak semua karbohidrat dapat digunakan oleh ayam sebagai sumber energi tetapi
hanya karbohidrat yang bisa dicerna seperti pati dan gula. Serat kasar seperti
selulosa, hemiselulosa, lignin dan pektin tidak dapat dicerna oleh ayam, sehingga
tidak dapat diandalkan sebagai sumber energi.
Serat kasar dianggap sebagai antinutrisi bagi ayam karena, selain tidak
dapat dicerna, juga dapat mempengaruhi kekentalan isi usus. Isi usus yang lebih
kental menyebabkan laju perjalanan isi usus semakin lambat, sehingga lebih
banyak waktu bagi mikroba patogen berkembang biak di dalam usus (Choct 2006)
dan menurunkan absorpsi zat gizi melalui dinding usus. Karbohidrat sangat
dibutuhkan dalam metabolisme lemak di dalam tubuh. Kelebihan karbohidrat
akan digunakan untuk membentuk asam lemak dan trigliserida di dalam hati.
Glukosa sangat dibutuhkan untuk integritas jaringan saraf dan sebagai sumber
energi bagi jaringan saraf.
Pada ternak unggas zat nutrisi tersebut sangat mutlak diperlukan sebagai
sumber energi dibandingkan zat nutrisi protein dan lemak. Keberadaan
karbohidrat dalam pakan ternak monogastrik seperti unggas dan kelinci mutlak
diperlukan. Karbohidrat dalam pakan ternak unggas umumnya diperlukan untuk :
Bila suatu defisiensi harus timbul, maka hal tersebut biasanya disebabkan
karena tidak terdapatnya salah satu zat pakan yang diperlukan atau karena
rusaknya satu atau lebih zat-zat vitamin waktu pengolahan bahan pakan tersebut.
Vitamin-vitamin yang mudah mengalami kerusakan adalah vitamin-vitamin yang
larut dalam lemak. Sedangkan thiamin dan asam panthotenat dapat rusak akibat
pengolahan atau penyimpanan.
Tidak dapat disintesa oleh tubuh, oleh karena itu harus terdapat dalam
makanan atau berasal dari mikroorganisme dalam alat pencernaan.
Vitamin ada yang larut di dalam air dan ada yang larut di dalam
lemak/minyak. Vitamin yang larut dalam air adalah vitamin B (Thiamine atau
Vitamin B1, Riboflavin atau Vitamin B2, Pyridoxine atau Vitamin B6, Vitamin
B12, asam folat, biotin, Niacin atau asam Nicotinic, asam pantotenat dan Choline)
dan vitamin C. Sedangkan vitamin yang larut dalam lemak adalah: Vitamin A,
Vitamin D, Vitamin E dan Vitamin K.
Pada anak ayam: kaki lumpuh .dengan ujung jari melengkung kedalam
"curled-toe paralysis" dan biasanya diikuti dengan gejala diare yang dapat
menimbulkan kematian dalam waktu tiga minggu.
Pada anak ayam: nafsu makan berkurang, tak berdaya untuk mematuk
makanan, lari-lari kian kemari, jatuh pingsan dan berdiri lagi
Folat atau asam folat merupakan bagian dari vitamin B kompleks yang
fungsi utamanya sebagai coenzyme dalam pembentukan DNA dan sel-sel baru di
dalam tubuh. Kekurangan asam folat dalam pakan dapat menyebabkan
pertambahan berat badan lambat, pertumbuhan bulu lambat dan warna bulu tidak
cerah serta anemia. Bila terjadi anemia, maka jengger ayam akan terlihat pucat.
Pada ayam petelur, kekurangan asam folat juga menyebabkan penurunan produksi
telur, daya tetas dan meningkatnya kematian embrio.
Lemak atau minyak di dalam bahan pakan atau pakan berperan sebagai
pembawa beberapa vitamin, seperti vitamin A, D, E dan K, karena vitamin ini
larut di dalam lemak atau minyak. Disamping itu, minyak juga dapat mengurangi
sifat berdebu dari ransum serta meningkatkan palatabilitas ransum. Lemak juga
diketahui menghasilkan heat increment (atau produksi panas pada saat
pencernaan) yang terkecil dibandingkan dengan karbohidrat dan protein. Sehingga
penggunaan lemak/minyak sebagai sumber energi di dalam pakan dapat
mengurangi beban panas tubuh akibat pencernaan pada ayam yang dipelihara
pada suhu lingkungan yang panas.
Bertindak sebagai pelicin makanan yang berbentuk pellet, sebagai zat yang
Pada umumnya lemak dan minyak yang terdapat dalam bahan makanan
(tanaman) dan dalam cadangan lemak hewan berbentuk gliserida, yaitu esterisasi
dari asam lemak dan gliserol. Lemak dan minyak merupakan bahan bakar atau
energi yang tersimpan dalam hewan dan tanaman.
Disamping lemak dan minyak, cadangan energi tersimpan dalam bentuk pati
dan glikogen. Minyak tanaman dibuat dari karbohidrat, hal ini dapat dilihat dari
fakta bahwa tanaman yang berbuah masak kandungan patinya akan menurun
sedangkan lemaknya meningkat. Demikian pula lemak hewan dapat dibuat dari
karbohidrat. Berbeda dengan tanaman, hewan juga bisa menyimpan lemak dalam
tubuhnya dalam bentuk lemak ingested. Perbedaan lemak dan minyak adalah
minyak dalam suhu kamar berbentuk cair sedangkan lemak berbentuk semi padat.
Fosfolipid adalah ester dari asam lemak dan gliserol.
protein sangat penting sebagai penyusun dari semua kehidupan sel dan
merupakan kelompok kimia terbesar didalam tubuh setelah air. Daging rata-rata
mengandung 75% air, 16% protein, 65% lemak , dan 3% abu. Protein merupakan
komponen esensial dari inti sel dan protoplasma sel. Oleh sebab itu protein
jumlahnya besar dalam jaringan otot karkas, organ-organ dalam, syaraf, dan kulit.
Protein yang terdapat di dalam pakan dipecah menjadi asam amino dan
diserap dari usus halus, dibawa ke dalam hati melalui pembuluh darah vena. Di
dalam hati, asam amino digunakan untuk membentuk protein (sesuai dengan
kebutuhan), sebagian mungkin diubah menjadi energi dalam bentuk glukosa atau
lemak. Perubahan protein menjadi sumber energi di dalam tubuh, sangat tidak
efisien. Hal ini dilakukan di dalam tubuh bila tubuh kekurangan energi, atau
terjadi kelebihan protein yang dikonsumsi.
Pakan ayam umumnya dibuat dari campuran bahan pakan seperti jagung,
dedak, bungkil kedelai, tepung ikan, tepung daging dan tulang, bungkil kelapa,
bungkil inti sawit dan lainlain. Kandungan beberapa asam amino di dalam bahan
pakan ini umumnya rendah dan tidak mencukupi kebutuhan ayam untuk tumbuh
dan berproduksi dengan optimal. Asam-asam amino yang sering kurang di dalam
bahan pakan adalah metionin, lisin, triptofan dan treonin. Keempat asam amino
ini sudah dibuat secara komersil dalam bentuk sintetis, sehingga bisa ditambahkan
di dalam campuran pakan untuk memenuhi kebutuhan gizi ayam. Hal ini sudah
umum dipraktekkan oleh industri pakan unggas di Indonesia.
Menurunya pertumbuhan.
Kelebihan :
Tingkat kebutuhan protein bagi setiap jenis unggas tidak sama, bahkan
pada satu species unggas yang sama, kebutuhan proten dapat berbeda. Unggas
membutuhkan protein sekitar 24 57 persen dari berat total makanan, namun
kebutuhan optimumnya berkisar antara 30 36 persen. Jika protein yang
dikonsumsi tidak mencapai kebutuhan akan mengganggu kecepatan pertumbuhan.
Biaya yang diperlukan untuk menyediakan protein di dalam makanan dapat
mencapai lebih dari 60 persen dari biaya pakan unggas, penggunaan protein
seoptimal mungkin sangat penting dalam pemeliharaan unggas.
Telur, seperti halnya air susu adalah hasil sekresi dari sistem reproduksi,
mekanisme endokrin, proses metabolik dan kimia faali. Ayam petelur komersial
pengeluaran telurnya dapat diatur dengan jalan mengatur konsumsi makanannya.
Hal ini menunjukkan bahwa faktor makanan memegang peranan penting dalam
proses produksi telur.
Faktor makanan terpenting yang diketahui mempengaruhi besarnya telur
adalah protein dan asam linoleat. Karena lebih kurang 50% dari bahan kering telur
adalah protein, maka pe-nyediaan asamasam amino untuk sintesis protein adalah
kritis untuk produksi telur. Bila persediaan satu atau lebih asam amino rendah
maka protein telur dengan komposisi asam amino yang berubah tidak akan di-
sintesis. Efisiensi penggunaan protein makanan bergantung dari kandungan asam-
asam amino esensial dan asam-asam amino non esensial yang dapat digunakan
untuk memenuhi kebutuhan metaboliknya. Sebagian besar ternak unggas
memperoleh asam-asam amino dari pencernaan enzimatik dari protein makanan
yang diabsorpsi melalui usus halus.
2.1.5. Mineral
Mineral merupakan salah satu zat nutrisi yang sangat esensial untuk
kehidupan unggas dan organisme akuatik lainnya. Berdasarkan jumlah kebutuhan
dan keberadaan dalam tubuh unggas, mineral dibedakan atas dua kelompok yaitu
makro mineral dan mikro meineral. Makro mineral terdiri dari phosphor, kalsium,
maagnesium, sodium, potasium, klor, dan sulfur. Mikro mineral terdiri dari besi,
seng, mangan, tembaga, kobalt, iodin, selenium dan kromium.
Sumber yang kaya mineral terdapat pada hampir semua jaringan hewan
dan tumbuhan. Umumnya jaringan hewan lebih banyak mengandung mineral
dibandingkan dengan jaringan tanaman. Mineral yang terdapat dalam jaringan
tanaman terikat dengan senyawa-senyawa organik lainnya seperti asam phytic,
sehingga untuk penggunaannya mineral tersebut harus terlebih dahulu diberi
perlakuan pendahuluan seperti dihidrolis dengan enzim atau dengan perlakuan
fisik seperti pemanasan dan perendaman.
Mineral Ayam
Natrium 51
(mEq)
Kalium (mEq) 69
Klor (mEq) 44
Kalsium (g) 13
Besi (mg) 60
Seng (mg) 30
Khusus untuk kebutuhan ayam untuk mineral fosfor (P), selalu didasarkan
pada P tersedia atau available P (bukan total P) di dalam bahan pakan atau pakan,
karena tidak semua zat P yang ada di dalam bahan pakan bisa digunakan oleh
ayam. Biasanya, kandungan P yang ada dalam bahan pakan nabati hanya tersedia
sekitar 30% saja. Sedangkan kandungan P dalam bahan pakan asal hewani atau
batuan mineral dianggap tersedia 100%. Namun, dewasa ini sudah tersedia enzim
(phytase) yang bisa dicampurkan ke dalam pakan untuk meningkatkan
ketersediaan fosfor dari bahan pakan nabati. Fosfor (P) mempunyai banyak fungsi
di dalam metabolisme tubuh ternak. Kekurangan zat P akan mengganggu proses
biosintesis di dalam tubuh, yang menyebabkan pembentukan tulang yang tidak
normal dan pertambahan berat badan yang lambat.
Mineral natrium atau sodium (Na), potasium atau kalium (K) dan klor (Cl)
dibutuhkan sebagai pengatur keseimbangan asambasa atau pH di dalam tubuh
ayam. Ketiga mineral ini sering disebut elektrolit yang jumlahnya di dalam pakan
perlu dalam keseimbangan tertentu agar pH dan tekanan osmose cairan tubuh
tetap terjaga optimum. Na merupakan kation yang berfungsi untuk mengatur
jumlah air di dalam tubuh. Kekurangan mineral Na dapat menyebabkan
pertumbuhan yang terhambat, penggunaan protein dan energi yang tidak efisien
serta penurunan produksi dan berat telur. Mineral K sangat dibutuhkan agar fungsi
jantung, ginjal, otot dan saraf berjalan dengan normal. Kekurangan K dapat
menyebabkan menurunnya selera makan dan akhirnya memperlambat
pertumbuhan. Kekurangan mineral klor (Cl) dapat menyebabkan pertumbuhan
yang lambat bahkan mortalitas pada ayam.
Mineral magnesium (Mg) sangat dibutuhkan dalam banyak reaksi
biokimia di dalam tubuh, terutama dalam pembentukan tulang, fungsi otot dan
saraf dan mempertahankan irama denyut jantung dan juga pembentukan kerabang
telur. Kekurangan mineral magnesium (Mg) dalam ransum dapat menyebabkan
pertumbuhan bulu dan berat badan yang lambat serta ayam mudah terengah-
engah. Kekurangan Mg di dalam pakan ayam petelur dapat menyebabkan
penurunan produksi dan ukuran telur.
Mineral besi (Fe) juga berperan dalam banyak reaksi biokimia di dalam
tubuh ayam. Fe dibutuhkan dalam pembentukan sel darah merah, proses
pigmentasi bulu dan sebagai pembawa oksigen menuju jaringan dan di dalam sel.
Kekurangan mineral Fe dapat menyebabkan anemia.
Mineral seng atau Zn sangat diperlukan dalam proses kerja banyak enzim
di dalam tubuh terutama dalam hal sebagai katalis (mempercepat proses),
pembentukan kerangka tubuh dan sistem pengaturan tubuh. Zn dibutuhkan dalam
pembentukan protein, metabolisme energi (karbohidrat dan lemak), transportasi
dan penggunaan vitamin A dan vitamin E, fungsi kekebalan tubuh serta dalam
hormon reproduksi. Kekurangan Zn di dalam pakan ayam dapat menimbulkan
gejala pertumbuhan yang lambat, dewasa kelamin yang lambat (termasuk
perkembangan testis yang tidak normal dan penurunan daya tetas telur),
timbulnya alopecia atau kerontokan bulu dan penurunan nafsu makan.
Mineral Jodium (I) merupakan bagian dari hormon tiroxin yang diproduksi
oleh kelenjar tiroid. Hormon ini berperan dalam proses metabolisme yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan ternak. Kekurangan jodium di
dalam pakan dapat menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid atau gondok,
pertumbuhan lambat dan menurunkan daya tetas.
6. Air
Air merupakan komponen darah dan cairan tubuh, pencernaan,
transport makanan dan sisa pencernaan, pengatur suhu tubuh, Sumber : air
minum, air dalam makanan. Air mempunyai peranan yang sangat vital bagi proses
kehidupan ternak, karena air merupakan salah satu penyusunan jaringan tubuh
yang sangat penting. Suatu data persentase komposisi dari tubuh hewan
menunjukkan bahwa kadar air menurun dengan meningkatnya umur hewan
tersebut. Variasi pada umur tertentu disebabkan terutama oleh keadaan gizi
makanan seperti yang terlihat pada penimbunan lemak, pada hewan yang terlalu
gemuk mempunyai 40% air.
Air lebih penting peranannya bagi kehidupan dari pada energi, dan minum air
menempati posisi ke dua setelah bernafas. Peranan air dalam tubuh erat
hubungannya dengan sifat fisik dan kimianya, yaitu:
Sebagai pelicin.
Untuk mengedarkan zat-zat gizi dari jaringan dan alat tubuh yang satu ke
jaringan dan alat tubuh lain.
Air merupakan zat gizi yang sangat penting terutama untuk proses
metabolisme (pemecahan atau pembentukan zat gizi di dalam tubuh), melunakkan
pakan pada saat pencernaan, pengangkutan zat gizi dan zat-zat khusus di dalam
darah, untuk pengeluaran panas tubuh dan mendinginkan tubuh pada saat suhu
lingkungan panas. Penyediaan air secara terus menerus sangat diperlukan karena
ayam tidak dapat minum air dalam jumlah banyak pada waktu yang singkat.
Kekurangan air akan menyebabkan ternak kerdil bahkan mati. Pada kondisi
normal, ayam membutuhkan air minum sebanyak kurang lebih 2 (dua) kali jumlah
pakan yang dikonsumsi. Kebutuhan air minum akan meningkat dengan
bertambahnya ukuran (bobot) badan ayam. Demikian juga suhu dan kelembaban
udara di dalam kandang sangat mempengaruhi jumlah kebutuhan air. Pada kondisi
kandang dengan suhu panas, jumlah air yang diminum akan lebih banyak. Selain
jumlah, kualitas air minum untuk ayam juga perlu diperhatikan, karena dapat
mempengaruhi performa ternak. Batasan kualitas air minum yang baik untuk
ayam disajikan dalam Tabel 5.
KEBUTUHAN NUTRIEN
A. KEBUTUHAN PROTEIN
HP = (BB(g)x0,0016)
EPP
= 3630x0,0016)
0.55
= 10.56 gram
EPP
= 18 x0,18)
0,55
= 5,9 gram
EPP
= 18 x0,07 x0.82)
0,55
= 1,88 gram
EPP
4. PROTEIN PEMBENTUKAN
TELUR
= 51,25 x 0,12)
0,55
= 11,18 gram
KEBUTUHAN PROTEIN TOTAL = PROTEIN HIDUP POKOK+PROTEIN
PERTUMBUHAN JARINGAN + PROTEIN PERTUMBUHAN BULU +
PROTEIN PRODUKSI TELUR
= 10,56+5,9+1,88+11,18
= 29,52 gram
B.KEBUTUHAN ENERGI
=210,39 kkal
MEm = NEm
0,82
MEm = 210,39
0,82
= 256,57 kkal
= 0,50 x256,57
= 128,28
3. ENERGI PEMBENTUKAN TELUR
= 86 x 58,21 %
= 50 kkal
= 12,96 +24,3
= 37,26 kkal
= 472,11 kkal
C. KEBUTUHAN KALSIUM
Keb.Ca = bobot telur x kandungan Ca telur
Efisiensi absropsi Ca
= 51,25 x 0,035
0,50
= 3,59 gram
D.KEBUTUHAN FOSFOR
Ca : P =2:1
3,59: P= 2:1
2P=3,59
P =3,59
P = 1,79
3. PEMBERIAN NUTRIEN
Nutrien Kandungan
PEMBERIAN ENERGI =
KONSUMSI PAKAN
KANDUNGAN ENERGI PAKAN (kkal/kg) x
1000
== 3450,15 x 130,7
450,93 kkal
1000
C. PEMBERIAN KALSIUM
PEMBERIAN Ca = KONSUMSI PAKAN x % Ca
= 130,7 x 3%
= 3,9 gram
D. PEMBERIAN FOSFOR
PEMBERIAN P = KONSUMSI PAKAN x % P
= 130,7 x 0,6 %
= 0,78 gram
EVALUASI KECUKUPAN NUTRIEN
produksinya.
Total energy yang di butuhkan ayam untuk hidup pokok pertumbuhan ,aktivitas
dan produksi adalah sebesar 472,11 kkal namun protein dalam pakan untuk setiap
130,7 gram pakan komplit yang di konsumsi adalah sebesar 450,93 gram sehingga
ayam masih kekurangan energi sebesar 21,18 gram
A. KEBUTUHAN PROTEIN
HP = (BB(g)x0,0016)
EPP
= 3730x0,0016)
0.55
= 10.85 gram
EPP
= 4,57 x0,18)
0,55
= 1,5 gram
EPP
= 4,57x0,07 x0.82)
0,55
= 0,47 gram
= 12,85 gram
B.KEBUTUHAN ENERGI
=214,72 kkal
MEm = NEm
0,82
MEm = 214,72
0,82
= 261,85 kkal
= 0,50 x261,85
= 130,9
= 3,29 +6,17
= 9,46 kkal
= 261,85 +130,9+9,46
= 402.21 kkal
3. PEMBERIAN NUTRIEN
Nutrien Kandungan
A. PEMBERIAN PROTEIN
PEMBERIAN PROTEIN = KONSUMSI PAKAN x % PROTEIN
= 104,9 x 14,5 %
= 15,2 gram
B. PEMBERIAN ENERGI
KANDUNGAN ENERGI PAKAN = PEMBERIAN PROTEIN x 165
= 15,2 x 165
= 2508 kkal /kg
PEMBERIAN ENERGI = KANDUNGAN ENERGI PAKAN (kkal/kg) x
= 2508 x 104,9
1000
PROTEIN ENERGI