You are on page 1of 102

PTK (Penelitian Tindakan Kelas)

A. Sejarah Penelitian Tindakan Kelas

a. Asal Mula Istilah Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan pertama kali dikembangakan oleh

Kurt Lewin seorang Jerman pada tahun 1940 an. Ia seorang

ahli psikologi social dan eksperimental. Ia adalah seorang yang

peduli terhadap masalah-masalah social dan memfokuskannya

pada proses kelompok partisipatif untuk menangani konflik,

krisis, dan perubahan-perubahan yang umumnya ada dalam

suatu organisasi. Lewin pertama kali mengemukakan istilah

action research (penelitian tindakan) pada makalah-makalah

yang ditulisnya pada tahun 1946, yang antara lain berjudul

Action Research and Minority Problems, dan Characterizing

action research as a Comparative Research un the Condition

and Effect of Various Forms of social action and Research

Leading to social Action. Ahli lainnya yang kontribusinya

1
pada bidang penelitian ini adalah Eric Trist, seorang ahli

psikiatri social. Lewin dan Trist mengaplikasikan penelitian

mereka pada perubahan system yang terjadi di dalam atau antar

organisasi. Mereka menekankan keprofesionalannya dan

berkolaborasi dengan klien dan menguatkan peran hubungan

kelompok sebagai dasar untuk pemecahan masalah. Selama

beberapa dekade penelitian tindakan dilupakan orang karena

dianggap kurang ilmiah. Namun pada pertengahan tahun 1970-

an, bidang ini berkembang dan memunculkan empat aliran

utama yaitu aliran tradisional, contextural (action learning),

radical, dan penelitian tindakan yang berhubungan dengan

pendidikan. Penelitian tindakan yang berhubungan dengan

pendidikan dan bertujuan untuk memperbaiki atau

meningkatkan cara guru mengajar di kelas dikenal dengan

penelitian tindakan kelas, berkembang dengan pesat, terutama

di negara maju seperti Amerika serikat, Inggris, dan Australia.

Di Indonesia, penelitian tindakan kelas mulai diperkenalkan

pada tahun 1990-an. Belakangan ini Penelitian Tindakan Kelas

(PTK) semakin menjadi trend untuk dilakukan oleh para

profesional sebagai upaya pemecahan masalah dan peningkatan

mutu di berbagai bidang. Awal mulanya, PTK, ditujukan untuk

2
mencari solusi terhadap masalah sosial (pengangguran,

kenakalan remaja, dan lain-lain) yang berkembang di

masyarakat pada saat itu. PTK dilakukan dengan diawali oleh

suatu kajian terhadap masalah tersebut secara sistematis. Hal

kajian ini kemudian dijadikan dasar untuk mengatasi masalah

tersebut. Dalam proses pelaksanaan rencana yang telah disusun,

kemudian dilakukan suatu observasi dan evaluasi yang dipakai

sebagai masukan untuk melakukan refleksi atas apa yang terjadi

pada tahap pelaksanaan. Hasil dari proses refeksi ini kemudian

melandasi upaya perbaikan dan peryempurnaan rencana

tindakan berikutnya. Tahapan-tahapan di atas dilakukan

berulang-ulang dan berkesinambungan sampai suatu kualitas

keberhasilan tertentu dapat tercapai. Dalam bidang pendidikan,

khususnya kegiatan pembelajaran, PTK berkembang sebagai

suatu penelitian terapan. PTK sangat bermanfaat bagi guru

untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran di

kelas. Dengan melaksanakan tahap-tahap PTK, guru dapat

menemukan solusi dari masalah yang timbul di kelasnya

sendiri, bukan kelas orang lain, dengan menerapkan berbagai

ragam teori dan teknik pembelajaran yang relevan secara

kreatif. Selain itu sebagai penelitian terapan, disamping guru

3
melaksanakan tugas utamanya mengajar di kelas, tidak perlu

harus meninggalkan siswanya. Jadi PTK merupakan suatu

penelitian yang mengangkat masalah-masalah aktual yang

dihadapi oleh guru di lapangan. Dengan melaksanakan PTK,

guru mempunyai peran ganda : praktisi dan peneliti.

b. Penelitian Tindakan Kelas Saat Ini `` `

Pada saat ini PTK berkembang dengan pesat di Negara-

negara maju, seperti Amerika serikat, Kanada, Australia dan

beberapa Negara maju lainnya. Hal ini disebabkan jenis

penelitian ini memiliki kekhasan dan kekhususan serta

karakteristik sendiri dibandingkan dengan jenis penelitin pada

umumnya. PTK diyakini menawarkan cara dan prosedur baru

untuk meningkatkan profesionalisme guru dalam mengajar

mengajar di kelas, dengan melihat berbagai indikator

keberhasilan proses dan hasil pembelajaran yang terjadi pada

siswa ( suyanto,1997 ). PTK merupakan bagian dari penelitian

tindakan ( action research ), sehingga membicarakan sejarah

PTK berarti membahas sejarah penelitian tindakan. Lahirnya

rancangan PTK dapat di telusuri dari awal penelitian dalam

4
ilmu pendidikan yang di inspirasi melalui pendekatan ilmiah

yang diadvokasi oleh filsuf John Dewey ( 1910 ) dalam

bukunya How We Think And The Source Of A Science Of

Education.

Jenis penelitian ini dapat dilakukan didalam bidang

pengembangan organisasi, manejemen, kesehatan atau

kedokteran, pendidikan, dan sebagainya. Di dalam bidang

pendidikan penelitian ini dapat dilakukan pada skala makro

ataupun mikro. Dalam skala mikro misalnya dilakukan di

dalam kelas pada waktu berlangsungnya suatu kegiatan

belajar-mengajar untuk suatu pokok bahasan tertentu pada

suatu mata kuliah. Untuk lebih detailnya berikut ini akan

dikemukan mengenai hakikat PTK. Penelitian tindakan

merupakan perkembangan baru yang muncul pada tahun 1940-

an sebagai salah satu pendekatan penelitian yang lahir di

tempat kerja, tempat di mana peneliti melakukan pekerjaan

atau aktivitas sehari-hari. Misalnya, kelas merupakan tempat

penelitian bagi guru, sekolah menjadi tempat penelitian bagi

kepala sekolah, aktivitas masyarakat tempat penelitian bagi

petugas penyuluh masyarakat. Penelitian yang dilakukan di

tempat peneliti bekerja atau beraktivitas adalah untuk

5
memperbaiki kinerja di mana si peneliti bekerja tanpa harus

melakukan penelitian di tempat lain. Penelitian tindakan

merupakan penelitian yang bersifat pragmatis (praktis) tanpa

harus membutuhkan waktu khusus. Penelitian tindakan

dilakukan bersamaan ketika si peneliti sedang bekerja atau

beraktivitas di tempat kerjanya, tanpa mengganggu secara

berarti pekerjaannya tersebut. Akhir-akhir ini action research

menjadi populer dilakukan oleh para profesional dalam upaya

menyelesaikan masalah dan peningkatan mutu. Dengan

demikian, action research bermula dari suatu masalah yang

terjadi dalam suatu aktivitas tertentu. Demikian juga halnya di

bidang pendidikan dan pengajaran. Awal mulanya action

research yang dikembangkan untuk mencari penyelesaian

terhadap sosial antara lain; pengangguran, kenakalan remaja

yang berkembang di masyarakat pada waktu itu. Action

research dilakukan dengan diawali oleh suatu kajian terhadap

suatu problema tersebut secara sistematis. Hasil kajian ini

kemudian dijadikan dasar untuk menyusun suatu rencana kerja

sebagai upaya untuk mengatasi masalah tersebut. Dalam

proses pelaksanaan dan rencana kerja yang telah disusun,

dilakukan suatu observasi dan evaluasi yang hasilnya

6
digunakan sebagai masukkan untuk melakukan refleksi atas

apa yang terjadi ada saat pelaksanaan. Hasil dari proses seleksi

ini kemudian melandasi upaya perbaikan dan penyempurnaan

rencana tindakan selanjutnya. Dilihat dari aspek sejarah,

penelitian tindakan pertama kali di kembangkan oleh seorang

psikologi sosial yang bernama Kurt Lewin . Lewin dipandang

sebagai tokoh penelitian tindakan, terutama untuk dibidang

psikologi dan pendidikan. Ditempat kerjanya, dia

mengembangkan model penelitian selama beberapa tahun

yang kemudian terkenal dengan Action research, yaitu

serangkain eksperimen terhadap komunitas masyarakat pada

waktu itudi Negara amerika serikat pada pascaperang.

Penelitian tindakan dilakukan lewis dilakukan utamanya

berkaitan dengan pekerjaanya dalam bermacam-macam

konteks perumahan terpadu. Penelitian tindakan yang

emansipatoris berhubungan dengan gerakan social dibidang

pendidikan ( kemis,1993). Hal ini sebagai ekspresi dari

inspirasi nyata dan praktis untuk mendoro0ng perubahan di

dunia social ( pendidikan ) menjadi lebih baik, dengan

melakukan tindakan-tindakan perbaikan social bersama

kemudian memahami bersama makna tindakan-tindakan ini

7
dan berbagai situasi tempat tindakan-tindakan perbaikan di

laksanakan. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pertama kali

diperkenalkan oleh ahli psikologi sosial Amerika yang

bernama Kurt Lewin pada tahun 1946. Inti gagasan Lewin

inilah yang selanjutnya dikembangkan oleh ahli-ahli lain

seperti Stephen Kemmis, Robin McTaggart, John Elliot, Dave

Ebbutt, dan sebagainya. Penelitian tindakan adalah cara suatu

kelompok atau seseorang dalam mengorganisasi suatu keadaan

sehingga mereka dapat mempelajari pengalaman mereka dan

membuat pengalaman mereka dapat di akses oleh orang lain (

Sukardi, 2007 ). Dalam praktiknya, penelitian tindakan dapat

dilakukan baik secara kelompok maupun perseorangan

dengan harapan pengalaman mereka dapat ditiru atau diakses

untuk memperbaiki kualitas kinerja orang lain. Secara praktis,

penelitian tindakan pada umumnya sangat tepat untuk

meningkatkan kualitas subjek yang hendak diteliti. Subjek

penelitian ini dapat berupa kelas maupun sekelompok orang

yang bekerja di industry atau lembaga social lain yang

berusaha meningkatkan kualitas kinerja. Menurut Kemmis (

1993),penelitian tindakan dibidang pendidikan meningkat dari

penelitian yang sifatnya amatiran atau penelitian yang kumuh

8
menjadi penelitian yang professional pada dekade tahun 1970-

an terutama dikalangan yang menaruh perhatian terhadap isu-

isu pendidikan dan yang memahami betapa kompleksnya

kaitan antara gagasan-gagasan dengan kehidupan,antara teori

dengan praktik,antara ahli kemasyarakatan dengan orang

awam, padahal mereka hidup dan bekerja pada satu dunia.

Dalam bidang pendidikan, khususnya kegiatan pembelajaran

action research berkembang menjadi classroom action

research ( CAR ). Sebagai suatu penelitian terapan, PTK

sangat bermanfaat bagi guru untuk meningkatkan proses dan

kualitas atau pembalajaran di kelas.Dengan melaksanakan

tahapan-tahapan PTK, guru dapat menemukan penyelesaian

bagi masalah yang terjadi dikelasnya sendiri dan bukan dikelas

guru yang lain. Tentu saja dengan menerapkan berbagai ragam

teori dan tehnik pembelajaran yang relevan secara kreatif .

Selain itu, sebagai peneliti praktis, PTK dilaksanakan

bersamaan guru melaksanakan tugas utama, yakni mengajar

dikelas,tanpa harus meninggalkan siswanya dikelas. Dengan

demikian, PTK merupakan suatu penelitian yang melekat pada

guru ,yakni mengangkat masalah-masalah actual yang dialami

oleh guru di lapangan. Dengan melaksanakan PTK diharapkan

9
guru memiliki peran ganda yaitu sebagai praktisi dan sekaligus

sebagai peneliti. Classroom action research (CAR) adalah

action research yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas.

Action research pada hakikatnya merupakan rangkaian riset-

tindakan-riset-tindakan- yang dilakukan secara siklik, dalam

rangka memecahkan masalah, sampai masalah itu terpecahkan.

Ada beberapa jenis action research, dua di antaranya adalah

individual action research dan collaborative action research

(CAR). Jadi CAR bisa berarti dua hal, yaitu classroom action

research dan collaborative action research; dua-duanya

merujuk pada hal yang sama. Action research termasuk

penelitian kualitatif walaupun data yang dikumpulkan bisa saja

bersifat kuantitatif. Action research berbeda dengan penelitian

formal, yang bertujuan untuk menguji hipotesis dan

membangun teori yang bersifat umum (general). Action

research lebih bertujuan untuk memperbaiki kinerja, sifatnya

kontekstual dan hasilnya tidak untuk digeneralisasi. Namun

demikian hasil action research dapat saja diterapkan oleh

orang lain yang mempunyai latar yang mirip dengan yang

dimliki peneliti.

10
c. PTK Di Indonesia

PTK di Indonesia baru dikenal pada akhir decade 80-an.

Oleh karena itu, keberadaanya belum terlalu dikenal luas dan

mapan. Keberadaanya sebagai salah satu jenis penelitian masih

sering menjadikan pro dan kontra, terutama jika dikaitkan

bobot keilmiahannya. Di Indonesia, penelitian tindakan kelas

mulai muncul ke permukaan pada waktu upaya-upaya

perbaikan mutu pendidikan dicanangkan, seperti proyek guru

SD melalui pendidikan guru sekolah dasar (PGSD). Mereka

belajar melalui program-program ke SD-an dan regular pada

program pascasarjana LPTK seperti di universitas Negeri

Jakarta,Universitas Negeri Malang dan beberapa LPTK

lainnya. Hal yang menggembirakan dewasa saat ini banyak

tesis dan disertasi di beberapa LPTK sudah mengangkat PTK

sebagai kajian dalam tesis dan disertasinya. Kondisi ini

sungguh positif dan menggembirakan, mengingat hasil PTK

ini dapat memberikan jawaban langsung terhadap

permasalahan yang di hadapi guru dalam proses belajar

mengajar di kelas.

11
B. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Berdasarkan berbagai sumber seperti Mettetal (2003);

Kardi (2000), dan Nur (2001) Penelitian tindakan kelas (PTK)

atau classroom action research (CAR) didefinisikan sebagai

penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri

melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki

kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi

meningkat. Dalam model penelitian ini, si peneliti (guru)

bertindak sebagai pengamat (observer) sekaligus sebagai

partisipan.

Dengan demikian PTK tidaklah sekedar penyelesaian

masalah, melainkan juga terdapat misi perubahan dan

peningkatan. PTK bukanlah penelitian yang dilakukan terhadap

seseorang, melainkan penelitian yang dilakukan oleh praktisi

terhadap kinerjanya untuk melakukan peningkatan dan

perubahan terhadap apa yang sudah mereka lakukan. PTK

bukanlah semata-mata menerapkan metode ilmiah di dalam

pembelajaran atau sekedar menguji hipotesis, melainkan lebih

memusatkan perhatian pada perubahan baik pada peneliti (guru)

maupun pada situasi di mana mereka bekerja.

12
Dengan mengikuti alur berpikir itu, PTK menjadi penting

bagi guru karena membantu mereka dalam hal: memahami lebih

baik tentang pembelajarannya, mengembangkan keterampilan

dan pengetahuan, sekaligus dapat melakukan tindakan untuk

meningkatkan belajar siswanya. Saat seorang guru

melaksanakan PTK berarti guru telah menjalankan misinya

sebagai guru professional, yaitu (1) membelajarkan, (2)

melakukan pengembangan profesi berupa penulisan karya

ilmiah dari hasil PTK, sekaligus (3) melakukan ikhtiar untuk

peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran sebagai bagian

tanggungjawabnya.

Beberapa ahli dalam Penelitian Tindakan Kelas

(PTK) masing masing memberikan definisi di antaranya

yang dikemukakan oleh Stephen Kemmis, seperti yang dikutip

D. Hopkins, dalam bukunya yang berjudul A Teachers Guide

the Classroom Action Research, Bristol, PA, Open University

Press, 1993, halaman 44. menyatakan bahwa action research

adalah: A form of self reflective inquiri undertaken by

participants in a social (including educational) situation in

order improve the rationality and justice of (a)their own social

or educational practices. (b) their understanding of these

13
practices, and (c) the situations in which practices are carried

out.

Dari pengertian di atas, dapat dicermati bahwa Penelitian

Tindakan Kelas merupakan suatu bentuk kajian yang bersifat

reflektif oleh pelaku tindakan, yang ditujukan untuk

memperdalam pemahaman terhadap tindakan yang dilakukan

selama proses pembelajaran, serta untuk memperbaiki

kelemahankelemahan yang masih terjadi dalam proses

pembelajran dan untuk mewujudkan tujuan tujuan dalam

proses pembelajaran tersebut. Jika proses inquiri dan perbaikan

pembelajran dilakukan secara terusmenerus, diyakini

sepenuhnya bahwa kemampuan professional guru akan terus

meningkat sesuai dengan harapan banyak pihak.

Mc Ciff (1992) dalam bukunya yang berjudul Action

Research: Principles and Practice memandang Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) sebagai bentuk penelitian refleksi yang

dilakukan guru hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk

pengembangan sekolah, pengembangan keahlian mengajar dan

sebagainya.

Kajian tentang situasi sosial dengan maksud untuk

meningkatkan kualitas tindakan di dalamnya. Seluruh prosesnya

14
-- telaah, diagnosis perencanaan pelaksanaan, pemantauan, dan

pengaruh -- menciptakan hubungan yang diperlukan antara

evaluasi diri dan perkembangan profesional (Elliot,1982:1).

Refleksi penelitian tindakan adalah intervensi skala kecil

terhadap tindakan di dunia nyata dan pemeriksaan cermat

terhadap pengaruh intervensi tersebut (Cohen dan Manion, 1980

: 174).

Penelitian tindakan adalah suatu bentuk diri kolektif yang

dilakukan oleh peserta pesertanya dalam situasi sosial untuk

meningkatkan penalaran dan keadilan praktek pendidikan dan

praktek social mereka, serta pemahaman mereka terhadap

praktek - praktek itu dan terhadap situasi tempat dilakukan

praktek praktek tersebut (Kemmis dan Tagart, 198 :5 6)

Berdasarkan uraian di atas, kita dapat menafsirkan

pengertian PTK secara lebih luas, secara singkat PTK dapat di

definisikan sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat

reflektif dengan melakukan tindakan tertentu agar dapat

memperbaiki atau meningkatkan praktek praktek pembelajran

di kelas, sehingga kondisi ini, sangat menghambat pencapaian

tujuan pembelajran. Karena itu, guru dapat melakukan

15
penelitian tindakan kelas agar minat siswa terhadap

pembelajaran dapat ditingkatkan.

Penelitian Tindakan Kelas berasal dari bahasa Inggris,

yaitu Classrom Action Research, diartikan penelitian dengan

tindakan yang dilakukan dikelas. Untuk lebih jelasnya, mari kita

perhatikan beberapa pengertian PTK berikut ini :

a. Menurut Lewin (Tahir 2012:77), PTK merupakan

siasat guru dalam mengaplikasikan pembelajaran

dengan berkaca pada pengalamnya sendiri atau

dengan perbandingan dari guru lain.

b. Menurut Bahri (2012:8), Penelitian Tindakan Kelas

merupakan sebuah kegiatan yang dilaksanakan untuk

mengamati kejadian-kejadian dalam kelas untuk

memperbaiki praktek dalam pembelajaran agar lebih

berkualitas dalam proses sehingga hasil belajarpun

menjadi lebih baik.

c. Menurut Suyadi,2012:18, PTK secara lebih sistematis

dibagi menjadi tiga kata yaitu penelitian, tindakan,

dan kelas. Penelitian yaitu kegiatan mengamati suatu

objek tertentu dengan menggunakan prosedur tertentu

untuk menemukan data dengan tujuan meningkatkan

16
mutu.Kemudian tindakan yaitu perlakuan yang

dilakukan dengan sengaja dan terencana dengan

tujuan tertentu. Dan kelas adalah tempat di mana

sekelompok peserta didik menerima pelajaran dari

guru yang sama.

d. Menurut Sanjaya,2010:25, Secara bahasa ada tiga

istilah yang berkaitan dengan penelitian tindakan

keleas (PTK), yakni penelitian, tindakan, dan kelas.

Pertama, penelitian adalah suatu perlakuan yang

menggunakan metologi untuk memecahkan suatu

masalah.Kedua, tindakan dapat diartikan sebagai

perlakuan yang dilakukan oleh guru untuk

memperbaiki mutu.Ketiga kelas menunjukkan pada

tempat berlangsungnya tindakan.

e. Menurut John Elliot, PTK adalah peristiwa sosial

dengan tujuan untuk meningkatkan kualiatas tindakan

di dalamnya. Di mana dalam proses tersebut

mencakup kegiatan yang menimbulkan hubungan

antara evaluasi diri dengan peningkatan profesional.

17
f. Menurut Kemmis dan Mc. Taggart (Sanjaya,2010:25),

PTK adalah gerakan diri sepenuhnya yang dilakukan

oleh peserta didik untuk meningkatkan pemahaman.

g. Menurut Arikunto (Suyadi,2012:18), PTK adalah

gabungan pengertian dari kata penelitian, tindakan

dan kelas. Penelitian adalah kegiatan mengamati

suatu objek, dengan menggunakan kaidah metodologi

tertentu untuk mendapatkan data yang bermanfaat

bagi peneliti dan dan orang lain demi kepentingan

bersama. Selanjutnya tindakan adalah suatu perlakuan

yang sengaja diterapkan kepada objek dengan tujuan

tertentu yang dalam penerapannya dirangkai menjadi

beberapa periode atau siklus.Dan kelas adalah tempat

di mana sekolompok siswa belajar bersama dari

seorang guru yang sama dalam periode yang sama.

Berdasarkan beberapa pemahaman mengenai PTK diatas

dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas (PTK) adalah

suatu pengamatan yang menerapkan tindakan didalam kelas

dengan menggunakan aturan sesuai dengan metodologi penelitian

yang dilakukan dalam beberapa periode atau siklus.Berdasarkan

jumlah dan sifat perilaku para anggotanya, PTK dapat berbentuk

18
individual dan kaloboratif, yang dapat disebut PTK individual dan

PTK kaloboratif. Dalam PTK individual seorang guru

melaksanakan PTK di kelasnya sendiri atau kelas orang lain,

sedang dalam PTK kaloboratif beberapa orang guru secara sinergis

melaksanakan PTK di kelas masing-masing dan diantara anggota

melakukan kunjungan antar kelas.

C. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Penelitian Tindakan Kelas mempunyai karakteristik

tersendiri jika dibangdingkan dengan penelitian-penelitian lain

pada umumnya. Sebenarnya, jika kita memperhatikan pengetian

tindakan kelas dari beberapa nara sumber maka kita tentu dapat

mengetahui secara sekilas karakteristik dari PTL . Beberapa

karakter tersebut adalah sebagai berikut:

1. Guru merasa bahwa ada permasalahan yang mendesakuntuk

segera diselesaikan di dalam kelasnya

Dengan kata lain, guru menyadari bahwa ada sesuatu

dalam praktik pembelajarannya yang harus dibenahi, dan ia

19
terpanggil untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu untuk

memperbaiki persoalan tersebut. Penelitian Tindakan Kelas

akan dapat dilaksanakan jika, guru memang sejak awal

menyadari adanya persoalan yang terkait dengan proses dan

produk pembelajaran yang dihadapi di kelas, kemudian dari

persoalan itu guru menyadari pentingnya persoalan tersebut

untuk diperoleh secara professional. Jika guru merasa bahwa

apa yang dia praktikkan sehari-hari di kelas tidak bermasalah

maka PTK tidak diperlukan.

2. Refleksi Diri

Refleksi merupakan cirri khas PTK yang paling esensial.

Refleksi yang dimaksud disini adalah refleksi dalam pengertian

melakukan intropeksi diri, seperti guru mengingiat kembali apa

saja tindakan yang telah dilakukan di dalam kelas, apa dampak

dari tindakan tersebut, mengapa dampaknya menjadi demikian,

dan sebagainya. Atas dasar refleksi yang seperti itu, maka guru

dimungkinkan untuk memeriksa dirinya sendiri, terutama

terkait kelemahan dan kelebihan dari pola pembelajaran yang

20
telah ia praktikkan. Kemudian, dari situ ia berusaha mengatasi

berbagai kelemahan tersebut.

3. Kolaboratif

Kolaboratif yang dimaksud disini merupakan upaya

perbaikan proses dan hasil pembelajaran tidak dapat dilakukan

sendiri oleh peneliti, tetapi ia harus berkolaborasi dengan guru

lain atau kepala sekolah. Penelitian Tindakan Kelas merupakan

upaya bersama dari berbagai pihak untuk mewujudkan

perbaikan yang diinginkan. Kolaborasi ini tidak bersifat basa-

basi, tetapi harus tampil dalam keseluruhan proses perencanaan,

pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas sampai dengan

menyusun laporan hasil penelitian.

4. Penelitian Tindakan Kelas dilakukan di dalam kelas

Kelas yang dimaksud disini tidak sebatas pada sebuah

ruang tertutup yang dibatasi dinding dan pintu. Kelas yang

sesungguhnya adalah semua tempat dimana terjadi proses

pembelajaran antara guru dan siswa. Jadi, boleh-boleh saja PTK

21
dilakukan di ruang terbuka, seperti dalam pelajaran olahraga

yang dilakukan dilapangan, yang terpenting dalam PTK

bukanlah kelas atau ruangnya, tetapi fokus perhatian penelitian

kepada proses pembelajaran dalam bentuk interaksi guru dan

siswa.

5. Penelitian Tindakan Kelas bertujuan untuk memperbaiki

pembelajaran secara terus menerus.

PTK bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran

yang dilakukan secara bertahap dan secara terus-menerus

selama PTK dilakukan. Siklus demi siklus di dalamnya harus

mencerminkan perbaikan demi perbaikan yang dicapai. Siklus

sebelumnya merupakan dasar bagi siklus selanjutnya. Tentu,

hasil pada siklus berikutnya seharusnya jauh lebih baik dari

pada siklus sebelumnya.

22
Menurut IGK Wardani dan Kuswaya Wihardit (2014) terdapat

beberapa karakteristik Penelitian Tindakan Kelas, yaitu:

Adanya masalah dalam PTK dipicu oleh munculnya kesadaran

pada diri guru bahwa praktik yang dilakukannya selama ini di

kelas mempunyai masalah yang perlu diselesaikan. Dengan

perkataan lain, guru merasa bahwa ada sesuatu yang harus di

perbaiki dalam praktik pembelajaran yang dilakukannya selama

ini, dan diprakarsai dari dalam guru sendiri (an inquiry of

practice from whitin), bukanoleh orang luar.

Self reflektif inquiry, atau penelitian melalui refleksi sendiri

merupakan ciri PTK yang paling esensial. Untuk melakukan

refleksi, guru berusaha bertanya pada diri sendiri, misalnya

dengan mengajukan pertanyaan berikut:

Apakah penjeasan saya terlampau cepat?

Apakah saya memberi contoh yang baik?

Apakah saya sudah memberi kesempatan bertanya kepada

siswa?

Apakah saya sudah memberi latihan yang memadai kepada

siswa?

Apakah hasil latihan siswa sudah saya komentari?

23
Apakah bahasa yang saya gunakan dapat dipahami siswa?

Dari pertanyaan seperti diatas guru akan dapat memperkirakan

penyebab dari masalah yang dihadapi dan kemudian akan mencoba

mencari jalan keluar untuk memperbaiki/meningkatkan hasil

belajar siswa.

1. Penelitian kelas dilakukan didalam kelas sehingga fokus

penelitian iniadalah kegiatan pembelajaran berupa perilaku guru

dan siswa dalam melakukan interaksi

Penelitian kelas bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran.

Dimana perbaikan dilakukan secara bertahab dan terus menerus,

selama kegiatan penelitian dilakukan. Oleh karena itu, dalam PTK

dikenal adanya siklus tindakan (action) yang dilakukan berulang-

ulang dalam ranka mencapai perbaikan yang diinginkan. Pakar

yang lain menyebutkan ada enam karakteristik penelitian tindakan

kelas (Winter: 1996), yaitu:

(a) Kritik refleksi, yaitu adanya refleksi yang bersifat evaluasi

pelaksanaan pembelajaran

(b) Kritik dialektis, yaitu adanya pandangan kritis dan obyektif

terhadap kelemahan atau hambatan dalam pelaksanaan

24
(c) Kolaboratif, yaitu adanya kerjasama dengan pihak lain untuk

mengamati atau sumber data atas masalah yang dihadapi

dalam pembelajaran

(d) Resiko, berarti peneliti atau guru sendiri harus berani

mengambil resiko bahwa hipotesisnya meleset atau beresiko

untuk melakukan perubahan yang bersifat perbaikan

(e) Susunan jamak, yaitu bersifat reflektif, dialektis, partisipatif

dan kolaboratif

(f) Intenalisasi teori dan praktik, artinya teori dan praktik

bukanlah hal yang terpisah, tetapi hanya merupakan satu hal

yang memiliki tahapan berbeda, yang saling bergantung satu

sama lain, dengan demikian pengembangan teori akan

berakibat pada praktik demikian juga pengembangan praktik

yang berdampak pada teori.

D. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Semua kegiatan penelitian tindakan memiliki dua tujuan

utama yakni untuk meningkatkan kemampuan yang ada pada

subjek tindakan, sekaligus melibatkan subjek yang ditingkatkan

kemampuannya tersebut.

25
Penelitian tindakan bertujuan untuk meningkatkan tiga

hal, yaitu:

1) Peningkatan praktek

2) Peningkatan (atau pengembangan

profesionalisme) pemahaman praktek oleh

praktisinya;

3) Peningkatan situasi tempat pelaksanaan praktek

(Grundy dan Kemmis 1982:84 ).

Penelitian tindakan kelas pada umumnya dutunjukan untuk

memperoleh landasan dalam mempertimbangkan suatu produser

kerja, khususnya prosedur pembelajaran, menjamin cara kerja

yang efektif dan efesien, memperoleh fakta-fakta tentang tentang

berbagai masalah pendidikan dan menghindarkan sesuatu yang

dapat merusak, serta meningkatkan kompetensi guru dalam

mengembangkan pembelajaran. Berdasarkan pemahaman tersebut,

secara umum penelitian tindakan kelas bertujuan untuk:

1. Memperbaiki dan meningkatkan kondisi-kondisi belajar serta

kualitas pembelajaran.

2. Meningkatkan layanan profesional dalam konteks

pembelajaran khususnya layanan kepada peserta didik

sehingga tercipta layanan prima.

26
3. Memberi ksempatan kepada guru berinovasi dalam melakukan

tindakan pembelajaran yang dilakukannya sehingga

terciptanya perbaikan yang berkesinambungan.

4. Membiasakan guru mengembangkan sikap ilmiah, terbuka dan

jujur dalam pembelajaran.

Perlembangan masyarakan dewasa ini sangat cepat dan

sangat kompleks sehingga tuntutan terhadap layanan pembelajaran

yang harus dilakukan oleh guru juga harus meningkat. Penelitian

tindakan kelas merupakan salah satu cara yang strategis bagi guru

untuk meningkatkan atau memperbaiki layanan pembelajaran

tersebut.

Tujuan ini dapat dicapai denga cara melakukan berbagai

tindakan untuk mencegah berbagai oermasalahn pembelajaran di

kelas selama ini dihadapi, baik disadara atau mungkin tidak

disadari. Oleh karena itu, fokus penelitian tindakan kelas adalah

terletak pada tindakan-tindakan alternatif yang direncanakan oleh

guru, kemudian dicobakan, dan dievaluasi untuk mengetahui

27
efektivitas tindakan-tindakan alternative itu dalam memecahkan

masalah pembelajaran yang dihadapi oleh guru.

Jika perbaikan dan peningkatan layanan pembelajaran dapat

terwujud dengan baik berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas,

menurut Suyanto (1999) ada tujuan penyerta yang juga dapat

dicapai sekaligus dalam kegiatan penelitian ini. Tujuan penyerta

yang dapat dicapai adalah terjadinya proses latihan dalam jabatan

oleh guru selama proses penelitian tindakan kelas dilakukan. Ini

dapat terjadi karena tujuan utama dari penelitian tindakan kelas

adalah perbaikan da peningkatan layanan pemvelajaran. Artinya,

dengan penelitian tindakan kelas itu guru sekaligus banyak

berlatih mengaplikasikan berbagai tindaan alternatif yang telah

dipilihnya sebagai upaya untuk menungkatakn layanan

pembelajaran. Di sini guru akan lebih banyak mendapat

pengalaman tentang keterampilan praktik pembelajaran secara

reflektif dari pada ilmu baru dari penelitian tindakan kelas yang

dilakukan itu. Dalam konteks pengalaman latihan guru ini, Borg

(1996) menegaskan bahwa tujuan penelitian tindakan adalah untuk

pengembangan keterampilan guru berdasarkan pada persoalan-

28
persoalan pembelajaran dihadapi guru di kelasnya sendiri, dan

bukunya bertujuan untuk pencapaian pengetahuan umum dalam

bidang pendidikan.

McNiff (1992) menegaskan bahwa dasar utama bagi

dilaksanakannya PTK adalah untuk erbaikan. Kata perbaikan

disini terkait dengan memiliki konteks dengan proses

pembelajaran. Jika tujuan utama PTK adalah untuk perbaikan dan

peningkatkan layanan profesional pendidikan dalam menangani

proses belajar mengajar, bagaimana tujuan itu dapat di capai?.

Tujuan itu dapat tercapai dengan melakukan berbagai tindakan

alternative dalam memecahkan berbagai persoalan pemeblajaran.

Sedangkan dalam bukunya Kunandar (2008) disebutkan

bahwa tujuan Penelitia Tindakan Kelas adalah sebagai berikut:

1. Untuk memecahkan permasalahn nyata yang terjadi di dalam

kelas yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dan

siswa yang sedang belajar, meningkatkan profesionalisme

guru, dan menumbuhkan budaya akademik dikalangan para

guru.

29
2. Peningkatan kualitas praktik pembelajaran di kelas secara

terus menerus mengingat masyarakat berkembang secara

cepat.

3. Peningkatan relevansi pendidikan, hal ini dicapai melalui

peningkatan proses pembelajaran.

4. Sebagai alat trining in-service, yang memperlengkapi guru

dengan skill dan metode baru, mempertajam kekuatan

analisisnya dan mempertinggi kesadaran dirinya.

5. Sebagai alat untuk memasukkan pendekatan tambahan atau

inovatif terhadap sistem pembelajaran yang berkelanjutan

yang biasanya menghambat inovasi dan perubahan.

6. Peningkatan hasil mutu pendidikan melalui perbaikan praktik

pembelajaran di kelas dengan mengembangkan berbagai jenis

keterampilan dan meningkatkan motivasi belajar siswa.

7. Meningkakan sikap profesional pendidik dan tenaga

kependidikan.

8. Menumbuh kembangkan budaya akademik di lingkungan

sekolah, sehingga tercipta proaktif dalam melakukan

perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara

berkelanjutan.

30
9. Peningkatan efesiensi pengelola pendidikan, peningkatan,

atau perbaikan proses pembelajaran di samping untuk

meningkatkan relevansi dan mutu hasil pendidikan juga

ditunjukkan untuk meningkatkan efesiensi pemanfaatan

sumber-sumber daya yang terintegrasi di dalamnya.

E. SIFAT SIFAT Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian Tindakan Kelas memiliki sifat sebagai berikut:

a. Permasalahan yang di bahas berbasis kelas, artinya hal-hal

yang terjadi di kelas.

b. Kolaboratif, artinya ada kebersamaan kegiatan dengan

pihak yang diberi tindakan.

c. Tidak menguji teori, tetapi dilaksanakan berdasarkan teori.

d. Tidak mengeneralisasikan, hasilnya hanya berlaku bagi

subjek tindakan itu.

e. Tidak ada populasi dan sampel, yang ada hanya subjek

tindakan.

f. Tidak ada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

g. Dilakukan dalam putaran siklus.

31
F. Prinsip Prinsip Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Beberapa prinsip yang dianut dalam Penelitian Tindakan kelas:

Tidak mengganggu komitmen mengajar;

Tidak menuntut waktu tertentu untuk pengamatan secara

khusus;

Metode pemecahan masalah riil.

Pemecahan berorientasi pada pemecahan masalah guru

kesehariannya;

Pekerjaan guru ialah mengajarkan perlu ada peningkatan,

perubahan sesuai dengan kondisi peserta didik;

Masalah penelitian didasarkan atas tanggungjawab

professional;

Kepedulian yang tinggi atas prosedur etika

pekerjaannya, diketahui oleh pimpinan, disosialisasikan

kepada rekan rekan, tatakrama penelitian akademik;

dan\

Permasalahan tidak hanya kelas, tetapi juga mencakup

perspektif visi dan misi sekolah.

32
G. Butir Kunci Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Memperbaiki hal-hal yang menjadi penyebab timbulnya

permasalahan.

Partisipatori ( tidak bekerja sendiri, ada andil dari pihak-

pihak lain);

Berkembang melalui proses refleksi yang bersifat spiral

Kolaboratif, kerjasana dengan subjek tindakan yang

dibimbing.

Proses pembelajaran sistematis karena dirancang

dengan cermat.

Membangun teori secara induktif menentukan

praktek/kegiatan belajar ;

Memerlukan bukti-bukti yang dapat memeriksa gagasan

dalam praktek;

Mendeskripsikan apa yang terjadi, melakukan analisis,

kolaborasi, dan penilaian.

Ada kemungkinan resistensi/penolakan baik dari diri

sendiri maupun orang lain yang terkena dampak.

33
H. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas

Dari penjelasan di atas, tentu telah mengenal bahwa dalam PTK

ada 3 (tiga) komponen yang harus menjadi sasaran utama PTK,

yaitu siswa / pembelajaran, guru dan skolah. Tiga komponen

itulah yang akan menerima manfaat dari PTK.

1. Manfaat bagi siswa dan pembelajaran

Dengan adanya pelaksanaan PTK, kesalahan dan

kesulitan dalam proses pembelajaran (baik strategi, teknik,

konsep dan lain-lain) akan dengan cepat dianalisis dan

didiagnosis, sehingga kesalahan dan kesulitan tersebut tidak

akan berlarut-larut. Jika kelasalahan yang terjadi dapat segera

diperbaiki, maka pembelajaran akan mudah dilaksanakan,

menarik dan hasil belajar siswa diharapkan akan meningkat.

Ini menunjukkan adanya hubungan timbal balik antara

pembelajaran dan perbaikan haisl belajar siswa. Kuduanya

akan dapat terwujud, jika guru memiliki kemampuan dan

kemauan untuk melakukan PTK.

34
2. Manfaat bagi guru

Beberapa manfaat PTK bagi guru antara lain:

a. Guru memiliki kemampuan memperbaiki proses

pembelajaran melalui suatu kajian yang mendalam

terhadap apa yang terjadi di kelasnya. Keberhasilan

dalam perbaikan ini akan menimbulkan rasa puas bagi

guru, karena ia telah melakukan sesuatu yang

bermanfaat bagi siswanya melalui proses pembelajaran

yang dikelolanya.

b. Dengan melakukan PTK, guru dapat berkembang dan

meningkatkan kinerjanya secara professional, karena

guru mampu menilai, merefleksi diri dan mampu

memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya. Dalam

hal ini, guru tidak lagi hanya seorang praktisi yang

sudah merasa puas terhadap apa yang dikerjakan

selama ini, namun juga sebagai peneliti dibidangnya

yang selalu ingin melakukan perbaikan-perbaikan

pembelajaran yang inovatif dan kreatif.

35
c. Melakukan PTK, guru mendapat kesempatan untuk

berperan aktif dalam mengembangkan pengetahuan

dan keterampilan sendiri. Guru tidak hanya menjadi

penerima hasil perbaikan dari orang lain, namun guru

itu sendiri berperan sebagai perancang dan pelaku

perbaikan tersebut, sehingga diharapkan dapat

menghasilkan teori-teori dan praktik pembelajaran.

d. Dengan PTK, guru akan merasa lebih percaya diri.

Guru yang selalu merefleksi diri, melakukan evaluasi

diri dan menganalisis kinerjanya sendiri dalam kelas,

tentu saja akan selalu menemukan kekuatan,

kelemahan dan tantangan pembelajaran dan pendidikan

masa depan dan mengembangkan alternative masalah /

kelemahan yang ada pada dirinya dalam pembelajaran.

Guru yang demikian adalah guru yang memiliki

kepercayaan diri yang kuat.

36
3. Manfaat bagi sekolah

Sekolah yang para gurunya memiliki kemampuan untuk

melakukan perubahan atau perbaikan kinerjanya secara

professional, maka sekolah tersebut akan berkembang pesat.

Sekolah tidak akan berkembang, jika gurunya tidak memiliki

kemampuan untuk mengembangkan diri. Kaitannya dengan

PTK, jika sekolah yang para gurunya memiliki keterampilan

dalam melaksanakan PTK tentu saja sekolah tersebut akan

memperoleh manfaat yang besar, karena meningkatkan

kualitas pembelajaran mencerminkan kualitas pendidikan di

sekolah tersebut.

I. Fungsi Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Fungsi PTK sebagai alat untuk meningkatkan kualitas

pelaksanaan kerja di sekolah dan ruang kelas, misalnya,

penelitian tindakan dapat memiliki lima kategori fungsi sebagai

(Cohen dan Manion, 1980) :

Alat untuk memecahkan masalah yang didiagnosis dalam

situasi tertentu;

Alat pelatihan dalam jabatan, dengan demikian

membekali guru yang bersangkutan serta keterampilan dan

37
metode baru, mempertajam kemampuan analisisnya, dan

perubahan;

Alat untuk mengenalkan pendekatan tambahan atau

inovasi pada pengajaran dan pembelajaran ke dalam sistem

sekolah yang biasanya menghambat inovasi dan

perubahan;

Alat untuk meningkatkan komunikasi yang biasanya

kurang lancar antara guru lapangan dengan penelitian

akademis, dan memperbaiki kegagalan penelitian

tradisional dalam memberikan deskripsi yang jelas; dan

Alat untuk menyediakan alternatif yang lebih baik

daripada pendekatan yang lebih subjektif dan

impresionistik pada pemecahan masalah di dalam kelas.

Dari lima kategori di atas, kalau direduksi fungsi penelitian

tindakan tersebut sebenarnya sebagai alat untuk meningkatkan

kualitas, dan efisiensi pelaksanaan kegiatan pendidikan.

Selanjutnya Cohen dan Manion, 1980) menyatakan bahwa

bidang garapan penelitian tindakan meliputi:

a) Metode mengajar;

b) Strategi belajar;

c) Prosedur evaluasi;

38
d) Perubahan sikap dan nilai;

e) Pengembangan jabatan guru;

f) Pengelolaan dan pengendalian; dan

g) administrasi.

Bidang garapan penelitian tindakan lainnya yang juga perlu

mendapat perhatian ialah :

1) Media pembelajaran, baik cetak maupun non cetak, elektronik

dan non elektronik

2) Lingkungan belajar ( setting );

3) Materi pembelajaran;

4) Kurikulum; dan

5) Modelmodel pembelajaan.

J. Tahapan-Tahapan Penelitian Tindakan Kelas

Ada beberapa ahli yang mengemukakan model penelitian

tindakan kelas seperti dinyatakan sebelumnya, namun secara garis

besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu tahap: (1)

perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi.

Namun perlu diketahui bahwa tahapan pelaksanaan dan

pengamatan sesungguhnya dilakukan secara bersamaan. Adapun

39
model dan penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai

berikut.

Tahap 1: Perencanaan tindakan

Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa,

kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut

dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal sebetulnya dilakukan

secara berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan dan

pihak yang mengamati proses jalannya tindakan (apabaila

dilaksanakan secara kolaboratif). Cara ini dikatakan ideal karena

adanya upaya untuk mengurangi unsur subjektivitas pengamat

serta mutu kecermatan amatan yang dilakukan. Bila dilaksanakan

sendiri oleh guru sebagai peneliti maka instrumen pengamatan

harus disiapkan disertai lembar catatan lapangan. Yang perlu

diingat bahwa pengamatan yang diarahkan pada diri sendiri

biasanya kurang teliti dibanding dengan pengamatan yang

dilakukan terhadap hal-hal yang berada di luar diri, karena adanya

unsur subjektivitas yang berpengaruh, yaitu cenderung

mengunggulkan dirinya. Dalam pelaksanaan pembelajaran rencana

40
tindakan dalam rangka penelitian dituangkan dalam bentuk

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Tahap 2: Pelaksanaan Tindakan

Adalah pelaksanaan, yaitu implementasi atau penerapan isi

rencana tindakan di kelas yang diteliti. Hal yang perlu diingat

adalah bahwa dalam tahap 2 ini pelaksana guru harus ingat dan

berusaha mentaati apa yang sudah dirumuskan dalam rencana

tindakan, tetapi harus pula berlaku wajar, tidak kaku dan tidak

dibuat-buat. Dalam refleksi, keterkaitan antara pelaksanaan

dengan perencanaan perlu diperhatikan.

Tahap 3: Pengamatan terhadap tindakan

Yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat (baik

oleh orang lain maupun guru sendiri). Seperti telah dijelaskan

sebelumnya bahwa kegiatan pengamatan ini tidak terpisah dengan

pelaksanaan tindakan karena pengamatan dilakukan pada waktu

tindakan sedang dilakukan. Jadi keduanya berlangsung dalam

waktu yang sama. Sebutan tahap 2 dan 3 dimaksudkan untuk

41
memberikan peluang kepada guru pelaksana yang berstatus juga

sebagai pengamat, yang mana ketika guru tersebut sedang

melakukan tindakan tentu tidak sempat menganalisis peristiwanya

ketika sedang terjadi. Oleh karena itu kepada guru pelaksana yang

berstatus sebagai pengamat ini untuk melakukan "pengamatan

balik" terhadap apa yang terjadi ketika tindakan berlangsung.

Sambil melakukan pengamatan balik ini guru pelaksana mencatat

sedikit demi sedikit apa yang terjadi.

Tahap 4: Refleksi terhadap tindakan

Merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang

sudah dilakukan. Istilah "refleksi" dari kata bahasa Inggris

reflection, yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia

pemantulan. Kegiatan refleksi ini sebetulnya lebih tepat dikenakan

ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan,

kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan

implementasi rancangan tindakan. Inilah inti dari penelitian

tindakan, yaitu ketika guru pelaku tindakan mengatakan kepada

peneliti pengamat tentang hal-hal yang dirasakan sudah berjalan

baik dn bagian mana yang belum. Apabila guru pelaksana juga

42
berstatus sebagai pengamat, maka refleksi dilakukan terhadap diri

sendiri. Dengan kata lain guru tersebut melihat dirinya kembali,

melakukan "dialog" untuk menemukan hal-hal yang sudah

dirasakan memuaskan hati karena sudah sesuai dengan rancangan

dan mengenali hal-hal yang masih perlu diperbaiki. Dalam hal

seperti ini maka guru melakukan self evaluation yang

diharapkan dilakukan secara obyektif. Untuk menjaga obyektifitas

tersebut seringkali hasil refleksi ini diperiksa ulang atau divalidasi

oleh orang lain, misalnya guru/teman sejawat yang diminta

mengamati, ketua jurusan, kepala sekolah atau nara sumber yang

menguasai bidang tersebut. Jadi pada intinya kegiatan refleksi

adalah kegiatan evaluasi, analisis, pemaknaan, penjelasan,

penyimpulan dan identifikasi tindak lanjut dalam perencanaan

siklus selanjutnya.

Keempat tahap dalam penelitian tindakan tersebut adalah unsur

untuk membentuk sebuah siklus, yaitu satu putaran kegiatan

beruntun, dari tahap penyusunan rancangan sampai dengan

refleksi, yang tidak lain adalah evaluasi. Apabila dikaitkan dengan

"bentuk tindakan" sebagaimana disebutkan dalam uraian ini, maka

yang dimaksud dengan bentuk tindakan adalah siklus tersebut.

43
Jadi bentuk penelitian tindakan tidak pernah merupakan kegiatan

tunggal tetapi selalu berupa rangkaian kegiatan yang akan kembali

ke asal, yaitu dalam bentuk siklus.

K. Jenis-Jenis Penelitian Tindakan Kelas

Terdapat empat jenis Penelitian Tindakan Kelas, yaitu :

1. Jenis Diagnostik

maksudnya penelitian dilakukan untuk menuntun peneliti ke

arah suatu tindakan karena suatu masalah yang terjadi,

misalnya adanya konflik antar siswa di kelas, adanya

pertengkaran di antara siswa dan sejenisnya. Jenis Partisipan

maksudnya penelitian dilakukan dengan keterlibatan langsung

peneliti dari awal sampai akhir proses.

2. Jenis Empirik

maksudnya penelitian dilakukan dengan cara merencanakan,

mencatat pelaksanaan dan mengevaluasi pelaksanaan dari luar

arena kelas, jadi dalam penelitian jenis ini peneliti harus

berkolaborasi dengan guru yang melaksanakan tindakan di

kelas.

44
3. Jenis Eksperimental

maksudnya penelitian dilakukan sebagai upaya menerapkan

berbagai teknik, metode atau strategi dalam pembelajaran

secara efektif dan efisien.

Subali, Bambang (2010:42-43) mengemukakan bahwa

berdasarkan skop dan pihak yang terlibat, menurut Kemmis dan

McTaggart 1997, ada tiga macam PTK yakni PTK yang dilakukan

secara individual, PTK yang dilakukan secara kolaboratif, dan

PTK yang dilakukan secara kelembagaan. Berikut penjelasan dari

masing-masing jenis PTK.

1. PTK yang Dilakukan Secara Individual

Dalam PTK yang dilakukan secara individual, guru/dosen

sebagai peneliti sekaligus sebagai praktisi. Sebagai peneliti,

guru/dosen harus mampu bekerja pada jalur penelitiannya,

yakni jalur menuju perbaikan dengan langkah-langkah yang

dapat dipertanggung jawabkan dalam arti guru harus

menjamin kesahihan sehingga mendukung objektivitas

penelitian yang dilakukan. Dalam PTK yang dilakukan

secara individual harus didukung oleh critical friendyang

45
tepat. Critical friend sangat membantu saat peneliti

melakukan refleksi dan sebagai observer saat peneliti

melakukan praktik pembelajaran sebagai praktisi. Bila

tanpa critical friend ada yang mempertanyakan objektivitas

penelitiannya.

2. PTK yang Dilakukan Secara Kolaboratif

PTK dalam bentuk kolaboratif/kelompok melibatkan

sekelompok guru/dosen, sehingga ada guru/dosen sebagai

peneliti dan guru/dosen sebagai praktisi. Dapat pula

kolaborasi dilakukan antara guru dengan dosen. Dalam

kolaborasi antara guru dan dosen, permasalahan digali

bersama dilapangan, dan dosen dapat sebagai inisiator untuk

menawarkan pemecahan atas dasar topik area yang dipilih.

Dalam hal ini validitas penelitian lebih terjamin karena ada

posisi sebagai peneliti dan posisi sebagai praktisi.

3. Penelitian yang Dilakukan Secara Kelembagaan

46
Berbeda dengan PTK yang dilakukan secara perorangan

atau PTK yang dilakukan secara kolaboratif/kelompok

memiliki skop terbatas atau berfokus pada topik area yang

sempit, misalnya berfokus pada hubungan antara proses

pembelajaran dan hasil yang ingin dicapai. PTK yang

dilakukan secara kelembagaan memiliki skop penelitian

yang lebih luas dan ditujukan untuk perbaikan lembaga.

Dengan demikian dalam satu penelitian dapat ditetapkan

beberapa topik area.

Dalam PTK yang dilakukan secara kelembagaan pun

melibatkan kolaborasi dapat dibangun secara luas dengan

melibatkan banyak pihak yang terkait. Untuk sekolah, dapat

melibatkan siswa, guru, karyawan, orang tua, kepala

sekolah, dinas, dan dosen perguruan tinggi. Untuk

perguruan tinggi dapat melibatkan siswa, dosen, karyawan,

pihak pengguna, dan stakeholder ataupun yang lainnya.

Karena tujuan utama PTK ini adalah untuk memajukan

lembaga, maka dapat dibuat kelompok-kelompok peneliti

menurut topik-yopik area yang relevan dengan kelompok

yang bersangkutan. Menurut Kemmis dan McTaggart

47
(1997) dalam PTK bentuk ini kelompok-kelompok kecil

yang ada di dalamnya dapat melakukan kegiatan

eksperimen untuk menguji beberapa inovasi untuk

permasalahan yang ada.

L. Penelitian Tindakan Kelas Persiapan dan Pelaksanaan

PTK

Sebelum melakukan penelitian tindakan kelas, perjelas lebih

dulu latar belakang masalah, rumusan masalah dan tujuan

penelitian. Yang perlu dilakukan adalah adanya kesinkronan

antara masalah dan tujuan penelitian. Karena tujuan penelitian

adalah memecahkan masalah maka apabila rumusan masalah

berbunyi :Apakah penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe TGT dalam pembelajaran mampu meningkatkan aktifitas

siswa pada pembelajaran Fisika kelas IX SMPN 105 Palangkaraya

Tahun Ajaran 2008/2009?,

Maka, tujuan penelitian yang sesuai adalah :Untuk mengetahui

keberhasilan penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT

dalam pembelajaran guna meningkatkan aktifitas siswa pada

48
pembelajaran Fisika kelas IX SMPN 105 Palangkaraya Tahun

Ajaran 2008/2009.

Setelah jelas masalah dan tujuannya maka ditentukan Indikator

Keberhasilan penerapan Metode Pemberian Tugas Proyek, yang

selanjutnya juga dibuat Indikator Proses dan Urutan Kegiatan

sesuai tabel kisi-kisi di atas. Urutan kegiatan itulah yang

dituangkan dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.

Berdasarkan urutan kegiatan tes, catatan lapangan, atau hasil

angket bila ada. Yang perlu diingat adalah, sejauh mana penerapan

tindakan tersebut telah mencapai keberhasilan sebagaimana

ditunjukkan dalam Indikator Keberhasilan dan sejauh mana

prosesnya telah sesuai dengan Indikator Proses yang direncanakan.

Dari hasil refleksi yang berupa evaluasi pelaksanaan pembelajaran

ini maka guru merencanakan tindakan lanjutan yang berupa

perbaikan atas kekurangan yang terjadi dalam pelaksanaan

pembelajaran sesuai dengan pemberian tindakan yang telah

direncanakan.

Demikian seterusnya proses berjalan siklus demi siklus sampai

dirasakan bahwa tindakan yang diterapkan telah berhasil

49
meningkatkan mutu pembelajaran. tersebut dapat ditentukan

instrumen yang diperlukan yakni berupa lembar pengematan

(untuk mengamati tingkah laku siswa, guru, dan penggunaan

sarana pembelajaran). Apabila dirasakan perlu mengorek

keterangan lebih jauh maka dapat disiapkan pedoman wawancara

atau bahkan disiapkan angket bagi siswa sekolah menengah (bagi

siswa SD tentunya tidak cocok bila menggunakan angket). Setelah

instrumen penelitian disiapkan maka disiapkan segala keperluan

yang akan digunakan dalam pembelajaran, misalnya lembar

materi, lembar tes, alat peraga dan sebagainya. Apabila sudah siap

maka dimulailah penerapan tindakan dalam kelas yang diajar oleh

guru.

Penerapan tindakan mungkin saja dilakukan dalam beberapa

kali tatap muka. Setiap kali tatap muka maka sekaligus dilakukan

pengamatan oleh rekan mitra kerja atau oleh guru sendiri.

Selesai satu tindakan, selanjutnya guru melakukan refleksi

pelaksanaan pembelajaran atas dasar pengamatan yang sudah

dilakukan. Dalam hal ini guru mengkaji isi lembar observasi, hasil

tes, catatan lapangan, atau hasil angket bila ada. Yang perlu

50
diingat adalah, sejauh mana penerapan tindakan tersebut telah

mencapai keberhasilan sebagaimana ditunjukkan dalam Indikator

Keberhasilan dan sejauh mana prosesnya telah sesuai dengan

Indikator Proses yang direncanakan.

Dari hasil refleksi yang berupa evaluasi pelaksanaan

pembelajaran ini maka guru merencanakan tindakan lanjutan yang

berupa perbaikan atas kekurangan yang terjadi dalam pelaksanaan

pembelajaran sesuai dengan pemberian tindakan yang telah

direncanakan. Demikian seterusnya proses berjalan siklus demi

siklus sampai dirasakan bahwa tindakan yang diterapkan telah

berhasil meningkatkan mutu pembelajaran.

M. Penelitian Tindakan Kelas Persyaratan Terkait Kegiatan

Pengembangan Profesi

Beberapa hal di bawah ini antara lain merupakan persyaratan

untuk diterimanya laporan penelitian tindakan yang dilakukan oleh

51
guru dalam kaitannya dengan penilaian prestasi kerja (angka

kredit) guru dalam unsur Kegiatan Pengembangan Profesi.

a. Penelitian tindakan kelas harus tertuju atau mengenai hal-hal

yang terjadi di dalam pembelajaran, dan berguna untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran.

b. Penelitian tindakan kelas oleh guru menuntut dilakukannya

pencermatan secara terus-menerus, objektif, dan sistematis,

artinya dicatat atau direkam dengan baik sehingga diketahui

dengan pasti tingkat keberhasilan yang diperoleh peneliti

serta penyimpangan yang terjadi; hasil pencermatan tersebut

akan menetukan tindak lanjut yang harus diambil segera oleh

peneliti.

c. Penelitian tindakan harus dilakukan sekurang- kurangnya

dalam dua siklus tindakan yang berurutan; informasi dari

siklus yang terdahulu sangat menentukan bentuk siklus

berikutnya. Oleh karena itu siklus yang kedua, ketiga dan

seterusnya tidak dapat dirancang sebelum siklus pertama

terjadi. Hasil refleksi harus tampak digunakan sebagai bahan

masukan untuk perencanaan siklus berikutnya.

52
d. Penelitian tindakan kelas terjadi secara wajar, tidak

mengubah aturan yang sudah ditentukan, dalam arti tidak

mengubah jadwal yang berlaku. Tindakan yang dilakukan

tidak boleh merugikan siswa, baik yang dikenai atau siswa

lain. Makna darim kalimat ini adalah bahwa tindakan yang

dilakukan guru tidak hanya memilih anak-anak tertentu,

tetapi harus semua siswa dalam kelas.

e. Penelitian tindakan kelas disadari betul oleh pelakunya,

sehingga yang bersangkutan dapat mengemukakan kembali

apa yang dilakukan, baik mengenai tindakan, suasana ketika

terjadi, reaksi siswa, urutan peristiwa, hal-hal yang dirasakan

sebagai kelebihan dan kekurangan dibandingkan dengan

rencana yang sudah dibuat sebelumnya.

53
N. Kelebihan dan Kekurangan PTK

Penelitian tindakan, seperti halnya jenis pnelitian lain,

memiliki kelebihan dan kekurangan.Peneliti dapat mengurangi

kekurangannya dan memaksimalkan kelebihannya. Shumsky

(1982) telah mencatat kelebihan penelitian tindakan sebagai

berikut:

1) Kerja sama dalam penelitian tindakan menimbulkan rasa

memiliki;

2) Kerja sama dalam penelitian tindakan mendorong kreativitas dan

pemikiran kritis;

3) Kerja sama meningkatkan kemungkinan untuk berubah; dan

4) Kerja sama dalam penelitian meningkatkan kesepakatan.

Meskipun memiliki kelebihan kelebihan sepeti disebutkan

di atas, penelitian tindakan memiliki beberapa kelemahan,

sebagai berikut :

1) Berkaitan dengan kurangnya pengetahuan dan keterampilan

dalamTeknik dasar penelitian tindakan pada pihak peneliti

2) Berkenaan dengan waktu. Karena itu, penelitian tindakan

memerlukan komitmen peneliti untuk terlibat dalam prosesnya,

54
faktor waktu ini dapat menjadi kendala yang besar.Praktisi yang

ingin melakukan tugas rutinnya dan untuk melakukan penelitian.

Untuk mengatasi setiap permasalahan yang muncul atau

mungkin terjadi dalam proses pembelajaran, guru harus selalu

membuat perencanaan terlebih dahulu, baru kemudian

pelaksanaan tindakan sebagai implementasi perencanaan

tersebut. Pelaksanaan tindakan selalu disertai dengan

pengamatan, baik oleh pelaku sendiri maupun oleh observer

lain. Dalam hal ini, observer yang dimaksud juga boleh siswa,

rekan guru, kepala sekolah, atau orang lain. Namun sebaiknya

siswa tidak mengamati lengsung pada guru supaya tidak

mengganggu proses berpikirnya, tetapi dapat menggunakan

angket. Observer dilakukan sebagai upaya pengumpulan data.

Observer berperan melihat, mendengar, dan mencatat segala

yang terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung, baik

dengan atau tanpa menggunakan alat bantu pengamatan.

Obsever hendaknya tidak menyalahkan tetapi bersifat

mendukung.Observer juga bukan menilai tetapi mencatat fakta

yang ada.Setelah pembelajaran selesai dan diperoleh hasil

pengamatan lengkap mungkin dilakukan diskusi balikan dengan

guru yang melaksanakan tindakan.

55
Pelaksanaan diskusi tentang data yang diperoleh dari

hasil pengamatan maupun dari tes dan angket, akan diseleksi,

disederhanakan, diorganisasikan secara sistematik dan rasional

serta dengan teknik tri-angulasi untuk akan memperoleh suatu

kesimpulan secara mantap. Kegiatan tersebut merupakan

kegiatan refleksi.

Refleksi dilakukan secara bersama sama untuk

mengetahui hal hal mana saja yang sudah harus dipertahankan

dan hal hal mana yang masih harus ditingkatkan atau

ditinggalkan. Jika kegiatan yang disebut refleksi ini dilakukan

dengan benar dengan telah melibatkan semua pihak yang

terkait, maka kegiatan pembelajran atau pelaksanaan tindakan

kelas akan selalu bermuara pada hasil suatu tindakan yaitu

penyusunan perencanaan dan tindakan perbaikan berikutnya.

Pengkajian seperti membuat perencanaan pembelajaran

yang berorientasi pada suatu tujuan melaksanakan perencanaan

tersebut yang disertai pengamatan guna memperoleh data

tentang pelaksanaan pembelajaran, baik tentang kelebihan

maupun kelemahannya, hasilnya dianalisis, dan dikaji secara

bersama sama guna pelaksanaan penyusunan perencanaan

56
tindakan perbaikan. Inilah yang disebut dengan satu siklus

dalam PTK.

O. Perbedaan Antara Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan

Non PTK

Terdapat beberapa perbedaan antara Penelitian Tindakan

Kelas dengan jenis penelitian lainnya, sepertin ditampilkan pada

tabel 3 berikut:

Tabel Perbedaan PTK dan NonPTK

NON PTK PTK

Dilakukan oleh pihak luar Dilakukan oleh guru;

Ketat terhadap syaratsyarat Fleksibel terhadap ukuran sampel

formal, seperti ukuran sampel, dan populasi

populasi harus representative

Instrumen dikembangkan hingga Tidak dituntut pengembangan

valid dan reliabel Instrumen seperti penelitian jenis

lain dengan uji validitas dan

reliabilitas

Rumusan masalah hanya satu Rumusan masalah terdiri dari

kalimat tertuju ke hasil lebih dari satu kalimat, tertuju ke

proses dilanjutkan ke hasil

57
Menggunakan analisis statistik Tidak menggunakan analisis

yang lebih rumit Statistik yang rumit

Mensyaratkan hipotesis penelitian Tidak menggunakan hipotesis

penelitian kecuali hipotesis

tindakan dapat memperbaiki

proses/praktek

Tidak langsung memperbaiki Pembelajaran secara langsung

praktek proses pembelajaran diperbaiki

Diarahkan pada generalisasi. Tidak diarahkan pada generalisasi

P. Penelitian Tindakan Kelas Unsur Pembelajaran Yang

Dikaji dalam PTK

Hal-hal yang dapat diamati sehubungan dengan setiap unsur

pembelajaran yang diamati dalam penelitian tindakan kelas

antara lain adalah sebagaimana disajikan dalam bagian berikut.

Sesuai dengan prinsip bahwa ada tindakan dirancang

sebelumnya maka objek penelitian tindakan kelas harus

merupakan sesuatu yang aktif dan dapat dikenai aktivitas,

bukan objek yang sedang diam dan tanpa gerak.

58
a. Unsur siswa, dapat dicermati objeknya ketika siswa yang

bersangkutan sedang asyik mengikuti proses pembelajaran di

kelas/lapangan/ laboratorium atau bengkel, maupun ketika

sedang asyik mengerjakan pekerjaan rumah di dalam hati,

atau ketika mereka sedang mengikuti kerja bhakti di luar

sekolah.

b. Unsur guru, dapat dicermati ketika yang bersangkutan sedang

mengajar di kelas, sedang membimbing siswa-siswa yang

sedang berdarmawisata., atau ketika guru sedang

mengadakan kunjungan ke rumah siswa.

c. Unsur materi pelajaran, dapat dicermati urutan materi

tersebut ketika disajikan kepada siswa, meliputi

pengorganisasiannya, cara penyajiannya, atau pengaturannya.

d. Unsur peralatan atau sarana pendidikan, meliputi peralatan,

baik yang dimiliki oleh siswa secara perorangan, peralatan

yang disediakan oleh sekolah, ataupun peralatan yang

disediakan dan digunakan di kelas.

e. Unsur hasil pembelajaran, yang ditinjau dari tiga ranah yang

dijadikan titik tujuan yang harus di capai melalui

pembelajaran, baik susunan maupun tingkat pencapaian. Oleh

59
karena hasil belajar merupakan produk yang harus

ditingkatkan, pasti terkait dengan tindakan unsur lain.

f. Unsur lingkungan, baik lingkungan siswa di kelas, sekolah,

maupun yang melingkungi siswa dirumahnya. Informasi

tentang lingkungan ini dikaji bukan untuk dilakukan camput

tangan, tetapi digunakan sebagai pertimbangan dan bahan

untuk pembahasan.

g. Unsur pengelolaan, yang jelas-jelas merupakan gerak

kegiatan sehingga mudah diatur dan direkayasa dalam bentuk

tindakan. Yang digolongkan sebagai kegiatan pengelolaan

misalnya cara mengelompokkan siswa ketika guru

memberikan tugas, pengaturan urutan jadwal, pengaturan,

tempat duduk siswa, penempatan papan tulis, penataan

peralatan milik siswa dan sebagainya.

Q. Sistematika Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Secara umum, sistematika Penelitian Tindakan Kelas

(PTK) adalah sebagai berikut:

JUDUL PENELITIAN

Mencakup tiga unsur (what = apa yang ditingkatkan),

(who siapa yang ditingkatkan) dan (how bagaimana cara

meningkatkannya dengan metode baru yang seperti apa)

60
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah

C. Pemecahan Masalah

D. Hipotesis Tindakan

E. Tujuan Penelitian

F. Manfaat Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian teori mengarah pada what, who dan how dan kaitan

antar ketiganya.

B. Model tindakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ATAU METODE

PENELITIAN

A. Setting penelitian karakteristik subjek tindakan dan

kondisi riilnya

B. Faktor yang diteliti

C. Rencana Tindakan

D. Langkah-langkah tindakan

E. Tahap Observasi dan Evaluasi

F. Tahap Analisis dan Refleksi

G. Data dan Cara Pengumpulan Data

61
H. Indikator Kinerja

I. Rencana Anggaran (bila diperlukan)

J. Jadwal Penelitian

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Proses tindakan seluruh siklus

B. Proses dan langkah tindakan per siklus

C. Hasil pengamatan proses

D. Perbedaan hasil post-test dan pre-test (Kalau ada

keistimewaan dalam PTK ini)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A . Simpulan (jawaban per rumusan masalah)

B. Saran sejajar dan sesuai dengan kesimpulan.

DAFTAR PUSTAKA

Minimal 5 buah buku sumber tahun mutakhir

Kutipan internet diperbolehkan tetapi tidak boleh terla lu

banyhak

LAMPIRAN-LAMPIRAN:

A. Surat ijin melaksanakan PTK

B. Surat keterangan sudah melaksanakan

C. Contoh semua instrumen yang terisi

D. Contoh foto keaktifan siswa

62
E. Contoh cara analisis data

A. Latar Belakang

Belakangan ini Penelitian Tindakan Kelas (PTK) semakin

menjadi trend untuk dilakukan oleh para profesional sebagai upaya

pemecahan masalah dan peningkatan mutu di berbagai bidang.Awal

mulanya, PTK, ditujukan untuk mencari solusi terhadap masalah

sosial (pengangguran, kenakalan remaja, dan lain-lain) yang

berkembang di masyarakat pada saat itu.PTK dilakukan dengan

diawali oleh suatu kajian terhadap masalah tersebut secara

sistematis.Hal kajian ini kemudian dijadikan dasar untuk mengatasi

masalah tersebut. Dalam proses pelaksanaan rencana yang telah

disusun, kemudian dilakukan suatu observasi dan evaluasi yang

dipakai sebagai masukan untuk melakukan refleksi atas apa yang

terjadi pada tahap pelaksanaan. Hasil dari proses refeksi ini kemudian

melandasi upaya perbaikan dan peryempurnaan rencana tindakan

berikutnya. Tahapan-tahapan di atas dilakukan berulang-ulang dan

berkesinambungan sampai suatu kualitas keberhasilan tertentu dapat

tercapai.

Dalam bidang pendidikan, khususnya kegiatan pembelajaran,

PTK berkembang sebagai suatu penelitian terapan.PTK sangat

63
bermanfaat bagi guru untuk meningkatkan mutu proses dan hasil

pembelajaran di kelas. Dengan melaksanakan tahap-tahap PTK, guru

dapat menemukan solusi dari masalah yang timbul di kelasnya sendiri,

bukan kelas orang lain, dengan menerapkan berbagai ragam teori dan

teknik pembelajaran yang relevan secara kreatif.Selain itu sebagai

penelitian terapan, disamping guru melaksanakan tugas utamanya

mengajar di kelas, tidak perlu harus meninggalkan siswanya.Jadi PTK

merupakan suatu penelitian yang mengangkat masalah-masalah

aktual yang dihadapi oleh guru di lapangan. Dengan melaksanakan

PTK, guru mempunyai peran ganda : praktisi dan peneliti.

B. Mengapa Penelitian Tindakan Kelas Penting ?

Ada beberapa alasan mengapa PTK merupakan suatu kebutuhan

bagi guru untuk meningkatkan profesional seorang guru :

1. PTK sangat kondusif untuk membuat guru menjadi peka

tanggap terhadap dinamika pembelajaran di kelasnya. Dia

menjadi reflektif dan kritis terhadap lakukan.apa yang dia dan

muridnya

2. PTK dapat meningkatkan kinerja guru sehingga menjadi

profesional. Guru tidak lagi sebagai seorang praktis, yang sudah

merasa puas terhadap apa yang dikerjakan selama bertahun-

64
tahun tanpa ada upaya perbaikan dan inovasi, namun juga

sebagai peneniliti di bidangnya.

3. Dengan melaksanakan tahapan-tahapan dalam PTK, guru

mampu memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu kajian

yang dalam terhadap apa yang terhadap apa yang terjadi di

kelasnya. Tindakan yang dilakukan guru semata-mata

didasarkan pada masalah aktual dan faktual yang berkembang

di kelasnya.

4. Pelaksanaan PTK tidak menggangu tugas pokok seorang guru

karena dia tidak perlu meninggalkan kelasnya. PTK merupakan

suatu kegiatan penelitian yang terintegrasi dengan pelaksanaan

proses pembelajaran.

5. Dengan melaksanakan PTK guru menjadi kreatif karena selalu

dituntut untuk melakukan upaya-upaya inovasi sebagai

implementasi dan adaptasi berbagai teori dan teknik

pembelajaran serta bahan ajar yang dipakainya.

6. Penerapan PTK dalam pendidikan dan pembelajaran memiliki

tujuan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas

praktek pembelajaran secara berkesinambungan sehingga

meningkatan mutu hasil instruksional; mengembangkan

keterampilan guru; meningkatkan relevansi; meningkatkan

65
efisiensi pengelolaan instruksional serta menumbuhkan budaya

meneliti pada komunitas guru.

C. Hakikat Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pertama kali diperkenalkan

oleh ahli psikologi sosial Amerika yang bernama Kurt Lewin pada

tahun 1946.Inti gagasan Lewin inilah yang selanjutnya dikembangkan

oleh ahli-ahli lain seperti Stephen Kemmis, Robin McTaggart, John

Elliot, Dave Ebbutt, dan sebagainya.

PTK di Indonesia baru dikenal pada akhir dekade 80-an. Oleh

karenanya, sampai dewasa ini keberadaannya sebagai salah satu jenis

penelitian masih sering menjadikan pro dan kontra, terutama jika

dikaitkan dengan bobot keilmiahannya.

Jenis penelitian ini dapat dilakukan didalam bidang

pengembangan organisasi, manejemen, kesehatan atau kedokteran,

pendidikan, dan sebagainya.Di dalam bidang pendidikan penelitian ini

dapat dilakukan pada skala makro ataupun mikro.Dalam skala mikro

misalnya dilakukan di dalam kelas pada waktu berlangsungnya suatu

kegiatan belajar-mengajar untuk suatu pokok bahasan tertentu pada

66
suatu mata kuliah. Untuk lebih detailnya berikut ini akan dikemukan

mengenai hakikat PTK.

Menurut John Elliot bahwa yang dimaksud dengan PTK ialah

kajian tentang situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan

kualitas tindakan di dalamnya (Elliot, 1982).Seluruh prosesnya,

telaah, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan

pengaruh menciptakan hubungan yang diperlukan antara evaluasi diri

dari perkembangan profesional. Pendapat yang hampir senada

dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart, yang mengatakan bahwa

PTK adalah suatu bentuk refleksi diri kolektif yang dilakukan oleh

pesertapesertanya dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran

dan keadilan praktik-praktik itu dan terhadap situasi tempat dilakukan

praktik-praktik tersebut (Kemmis dan Taggart, 1988).

Menurut Carr dan Kemmis seperti yang dikutip oleh Siswojo

Hardjodipuro, dikatakan bahwa yang dimaksud dengan istilah PTK

adalah suatu bentuk refleksi diri yang dilakukan oleh para partisipan

(guru, siswa atau kepala sekolah) dalam situasi-situasi sosial

(termasuk pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran

(a) praktik-praktik sosial atau pendidikan yang dilakukan dilakukan

sendiri, (b) pengertian mengenai praktik-praktik ini, dan (c) situasi-

67
situasi ( dan lembaga-lembaga ) tempat praktik-praktik tersebut

dilaksanakan (Harjodipuro, 1997).

Lebih lanjut, dijelaskan oleh Harjodipuro bahwa PTK adalah

suatu pendekatan untuk memperbaiki pendidikan melalui perubahan,

dengan mendorong para guru untuk memikirkan praktik mengajarnya

sendiri, agar kritis terhadap praktik tersebut dan agar mau utuk

mengubahnya. PTK bukan sekedar mengajar, PTK mempunyai makna

sadar dan kritis terhadap mengajar, dan menggunakan kesadaran kritis

terhadap dirinya sendiri untuk bersiap terhadap proses perubahan dan

perbaikan proses pembelajaran. PTK mendorong guru untuk berani

bertindak dan berpikir kritis dalam mengembangkan teori dan rasional

bagi mereka sendiri, dan bertanggung jawab mengenai pelaksanaan

tugasnya secara profesional.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, jelaslah bahwa

dilakukannya PTK adalah dalam rangka guru bersedia untuk

mengintropeksi, bercermin, merefleksi atau mengevalusi dirinya

sendiri sehingga kemampuannya sebagai seorang guru/pengajar

diharapkan cukup professional untuk selanjutnya, diharapkan dari

peningkatan kemampuan diri tersebut dapat berpengaruh terhadap

peningkatan kualitas anak didiknya, baik dalam aspek penalaran;

68
keterampilan, pengetahuan hubungan sosial maupun aspek-aspek lain

yang bermanfaat bagi anak didik untuk menjadi dewasa.

Dengan dilaksanakannya PTK, berarti guru juga berkedudukan

sebagai peneliti, yang senantiasa bersedia meningkatkan kualitas

kemampuan mengajarnya. Upaya peningkatan kualitas tersebut

diharapkan dilakukan secara sistematis, realities, dan rasional, yang

disertai dengan meneliti semua aksinya di depan kelas sehingga

gurulah yang tahu persis kekurangan-kekurangan dan kelebihannya.

Apabila di dalam pelaksanaan aksi nya masih terdapat kekurangan,

dia akan bersedia mengadakan perubahan sehingga di dalam kelas

yang menjadi tanggungjawabnya tidak terjadi permasahan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksud dengan PTK ialah suatu penelitian yang dilakukan secara

sistematis reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh

guru yang sekaligus sebagai peneliti, sejak disusunnya suatu

perencanaan sampai penilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas

yang berupa kegiatan belajar-mengajar, untuk memperbaiki kondisi

pembelajaran yang dilakukan. Sementara itu, dilaksanakannya PTK di

antaranya untuk meningkatkan kualitas pendidikan atau pangajaran

yang diselenggarakan oleh guru/pengajar-peneliti itu sendiri, yang

69
dampaknya diharapkan tidak ada lagi permasalahan yang mengganjal

di kelas.

D. Jenis dan Model PTK

Sebagai paradigma sebuah penelitian tersendiri, jenis PTK memiliki

karakteristik yang relatif agak berbeda jika dibandingkan dengan jenis

penelitian yang lain, misalnya penelitian naturalistik, eksperimen

survei, analisis isi, dan sebagainya. Jika dikaitkan dengan jenis

penelitian yang lain PTK dapat dikategorikan sebagai jenis penelitian

kualitatif dan eksperimen. PTK dikatagorikan sebagai penelitian

kualitatif karena pada saat data dianalisis digunakan pendekatan

kualitatif, tanpa ada perhitungan statistik.Dikatakan sebagai penelitian

eksperimen, karena penelitian ini diawali dengan perencanaan, adanya

perlakuan terhadap subjek penelitian, dan adanya evaluasi terhadap

hasil yang dicapai sesudah adanya perlakuan. Ditinjau dari

karakteristiknya, PTK setidaknya memiliki karakteristik antara lain:

(1) didasarkan pada masalah yang dihadapi guru dalam instruksional;

(2) adanya kolaborasi dalam pelaksanaannya; (3) penelitian sekaligus

sebagai praktisi yang melakukan refleksi; (4) bertujuan memperbaiki

dan atau meningkatkan kualitas praktek instruksional; (5)

dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus.

70
Menurut Richart Winter ada enam karekteristik PTK, yaitu (1) kritik

reflektif, (2) kritik dialektis, (3) kolaboratif, (4) resiko, (5) susunan

jamak, dan (6) internalisasi teori dan praktek (Winter, 1996). Untuk

lebih jelasnya, berikut ini dikemukakan secara singkat karakteristik

PTK tersebut.

1. Kritik Refeksi; salah satu langkah di dalam penelitian kualitatif

pada umumnya, dan khususnya PTK ialah adanya upaya

refleksi terhadap hasil observasi mengenai latar dan kegiatan

suatu aksi. Hanya saja, di dalam PTK yang dimaksud dengan

refleksi ialah suatu upaya evaluasi atau penilaian, dan refleksi

ini perlu adanya upaya kritik sehingga dimungkinkan pada taraf

evaluasi terhadap perubahan-perubahan.

2. Kritik Dialektis; dengan adanyan kritik dialektif diharapkan

penelitian bersedia melakukan kritik terhadap fenomena yang

ditelitinya. Selanjutnya peneliti akan bersedia melakukan

pemeriksaan terhadap: (a) konteks hubungan secara menyeluruh

yang merupakan satu unit walaupun dapat dipisahkan secara

jelas, dan, (b) Struktur kontradiksi internal, -maksudnya di balik

unit yang jelas, yang memungkinkan adanya kecenderungan

71
mengalami perubahan meskipun sesuatu yang berada di balik

unit tersebut bersifat stabil.

3. Kolaboratif; di dalam PTK diperlukan hadirnya suatu kerja

sama dengan pihak-pihak lain seperti atasan, sejawat atau

kolega, mahasiswa, dan sebagainya. Kesemuanya itu

diharapkan dapat dijadikan sumber data atau data sumber.

Mengapa demikian? Oleh karena pada hakikatnya kedudukan

peneliti dalam PTK merupakan bagian dari situasi dan kondisi

dari suatu latar yang ditelitinya. Peneliti tidak hanya sebagai

pengamat, tetapi dia juga terlibat langsung dalam suatu proses

situasi dan kondisi. Bentuk kerja sama atau kolaborasi di antara

para anggota situasi dan kondisi itulah yang menyebabkan suatu

proses dapat berlangsung.Kolaborasi dalam kesempatan ini

ialah berupa sudut pandang yang disampaikan oleh setiap

kolaborator. Selanjutnya, sudut pandang ini dianggap sebagai

andil yang sangat penting dalam upaya pemahaman terhadap

berbagai permasalahan yang muncul. Untuk itu, peneliti akan

bersikap bahwa tidak ada sudut pandang dari seseorang yang

dapat digunakan untuk memahami sesuatu masalah secara

tuntas dan mampu dibandingkan dengan sudut pandang yang

berasal; dari berbagai pihak. Namun demikian memperoleh

72
berbagai pandangan dari pada kolaborator, peneliti tetap sebagai

figur yang memiliki ,kewenangan dan tanggung jawab untuk

menentukan apakah sudut pandang dari kolaborator

dipergunakan atau tidak. Oleh karenanya, sdapat dikatakan

bahwa fungsi kolaborator hanyalah sebagai pembantu di dalam

PTK ini, bukan sebagai yang begitu menentukan terhadap

pelaksaanan dan berhasil tidaknya penelitian.

4. Resiko; dengan adanya ciri resiko diharapkan dan dituntut agar

peneliti berani mengambil resiko, terutama pada waktu proses

penelitian berlangsung. Resiko yang mungkin ada diantaranya

(a) melesetnya hipotesis dan (b) adanya tuntutan untuk

melakukan suatu transformasi. Selanjutnya, melalui keterlibatan

dalam proses penelitian, aksi peneliti kemungkinan akan

mengalami perubahan pandangan karena ia menyaksikan

sendiri adanya diskusi atau pertentangan dari para kalaborator

dan selanjutnya menyebabkan pandangannya berubah.

5. Susunan Jamak; pada umumnya penelitian kuantitatif atau

tradisional berstruktur tunggal karena ditentukan oleh suara

tunggal, penelitinya. Akan tetapi, PTK memiliki struktur jamak

karena jelas penelitian ini bersifat dialektis, reflektif, partisipasi

atau kolaboratif. Susunan jamak ini berkaitan dengan

73
pandangan bahwa fenomena yang diteliti harus mencakup

semua komponen pokok supaya bersifat komprehensif. Suatu

contoh, seandainya yang diteliti adalah situasi dan kondisi

proses belajar-mengajar, situasinya harus meliputi paling tidak

guru, siswa, tujuan pendidikan, tujuan pembelajaran, interaksi

belajar-mengajar, lulusan atau hasil yang dicapai, dan

sebagainya.

6. Internalisasi Teori dan Praktik; Menurut pandangan para ahli

PTK bahwa antara teori dan praktik bukan merupakan dua

dunia yang berlainan. Akan tetapi, keduanya merupakan dua

tahap yang berbeda, yang saling bergantung, dan keduanya

berfungsi untuk mendukung tranformasi. Pendapat ini berbeda

dengan pandangan para ahli penelitian konvesional yang

beranggapan bahwa teori dan praktik merupakan dua hal yang

terpisah. Keberadaan teori diperuntukkan praktik, begitu pula

sebaliknya sehingga keduanya dapat digunakan dan

dikembangkan bersama.

Berdasarkan uraian di atas, jelaslah bahwa bentuk PTK benar-

benar berbeda dengan bentuk penelitian yang lain, baik itu penelitian

yang menggunakan paradigma kualitatif maupun paradigma kualitatif.

74
Oleh karenanya, keberadaan bentuk PTK tidak perlu lagi diragukan,

terutama sebagai upaya memperkaya khasanah kegiatan penelitian

yang dapat dipertanggungjawabkan taraf keilmiahannya.

E. Jenis Penelitian Tindakan Kelas

Ada empat jenis PTK, yaitu: (1) PTK diasnogtik, (2) PTK

partisipan, (3) PTK empiris, dan (4) PTK eksperimental (Chein,

1990). Untuk lebih jelas, berikut dikemukakan secara singkat

mengenai keempat jenis PTK tersebut.

1. PTK Diagnostik; yang dimaksud dengan PTK diagnostik ialah

penelitian yang dirancang dengan menuntun peneliti ke arah

suatu tindakan. Dalam hal ini peneliti mendiagnosia dan

memasuki situasi yang terdapat di dalam latar penelitian.

Sebagai contohnya ialah apabila peneliti berupaya menangani

perselisihan, pertengkaran, konflik yang dilakukan antar siswa

yang terdapat di suatu sekolah atau kelas.

2. PTK Partisipan; suatu penelitian dikatakan sebagai PTK

partisipan ialah apabila orang yang akan melaksanakan penelian

harus terlibat langsung dalam proses penelitian sejak awal

sampai dengan hasil penelitian berupa laporan. Dengan

demikian, sejak penencanan panelitian peneliti senantiasa

75
terlibat, selanjutnya peneliti memantau, mencacat, dan

mengumpulkan data, lalu menganalisa data serta berakhir

dengan melaporkan hasil panelitiannya. PTK partisipasi dapat

juga dilakukan di sekolah seperti halnya contoh pada butir a di

atas. Hanya saja, di sini peneliti dituntut keterlibatannya secara

langsung dan terus-menerus sejak awal sampai berakhir

penelitian.

3. PTK Empiris; yang dimaksud dengan PTK empiris ialah apabila

peneliti berupaya melaksanakan sesuatu tindakan atau aksi dan

membukakan apa yang dilakukan dan apa yang terjadi selama

aksi berlangsung. Pada prinsipnya proses penelitinya berkenan

dengan penyimpanan catatan dan pengumpulan pengalaman

penelti dalam pekerjaan sehari-hari.

4. PTK Eksperimental; yang dikategorikan sebagai PTK

eksperimental ialah apabila PTK diselenggarakan dengan

berupaya menerapkan berbagai teknik atau strategi secara

efektif dan efisien di dalam suatu kegiatam belajar-mengajar. Di

dalam kaitanya dengan kegitan belajar-mengajar, dimungkinkan

terdapat lebih dari satu strategi atau teknik yang ditetapkan

untuk mencapai suatu tujuan instruksional. Dengan

diterapkannya PTK ini diharapkan peneliti dapat menentukan

76
cara mana yang paling efektif dalam rangka untuk mencapai

tujuan pengajaran.

F. Model-model Penelitian Tindakan Kelas

Ada beberapa model PTK yang sampai saat ini sering

digunakan di dalam dunia pendidikan, di antaranya: (1) Model Kurt

Lewin, (2) Model Kemmis dan Mc Taggart, (3) Model John Elliot, dan

(4) Model Dave Ebbutt.

1. Model Kurt Lewin; di depan sudah disebutnya bahwa PTK

pertama kali diperkenalkan oleh Kurt Lewin pada tahun 1946.

konsep inti PTK yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin ialah

bahwa dalam satu siklus terdiri dari empat langkah, yaitu: (1)

Perencanaan ( planning), (2) aksi atau tindakan (acting), (3)

Observasi (observing), dan (4) refleksi (reflecting) (Lewin,

1990). Sementara itu, empat langkah dalam satu siklus yang

dikemukakan oleh Kurt Lewin tersebut oleh Ernest T. Stringer

dielaborasi lagi menjadi: (1) Perencanaan (planning), (2)

Pelaksanaan (implementing), dan (3) Penilaian (evaluating)

(Ernest, 1996).

2. Model John Elliot; apabila dibandingkan dua model yang sudah

diutarakan di atas, yaitu Model Kurt Lewin dan Kemmis-

77
McTaggart, PTK Model John Elliot ini tampak lebih detail dan

rinci. Dikatakan demikian, oleh karena di dalam setiap siklus

dimungkinkan terdiri dari beberapa aksi yaitu antara 3-5 aksi

(tindakan). Sementara itu, setiap aksi kemungkinan terdiri dari

beberapa langkah, yang terealisasi dalam bentuk kegiatan

belajar-mengajar. Maksud disusunnya secara terinci pada PTK

Model John Elliot ini, supaya terdapat kelancaran yang lebih

tinggi antara taraf-taraf di dalam pelaksanan aksi atau proses

belajar-mengajar. Selanjutnya, dijelaskan pula olehnya bahwa

terincinya setiap aksi atau tindakan sehingga menjadi beberapa

langkah oleh karena suatu pelajaran terdiri dari beberapa

subpokok bahasan atau materi pelajaran. Di dalam kenyataan

praktik di lapangan setiap pokok bahasan biasanya tidak akan

dapat diselesaikan dalam satu langkah, tetapi akan diselesaikan

dalam beberapa rupa itulah yang menyebabkan John Elliot

menyusun model PTK yang berbeda secara skematis dengan

kedua model sebelumnya, yaitu seperti dikemukakan berikut

ini.

78
R. SIKLUS PELAKSANAAN PTK

Gambar 4: Riset Aksi Model John Elliot

S. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

Banyak model PTK yang dapat diadopsi dan diimplementasikan

di dunia pendidikan. Namun secara singkat, pada dasarnya PTK

terdiri dari 4 (empat) tahapan dasar yang saling terkait dan

berkesinambungan: (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan

(acting), (3) pengamatan (observing), dan (4) refleksi (reflecting).

Namun sebelumnya, tahapan ini diawali oleh suatu Tahapan Pra PTK,

yang meliputi:

Identifikasi masalah

Analisis masalah

79
Rumusan masalah

Rumusan hipotesis tindakan

Tahapan Pra PTK ini sangat esensial untuk dilaksanakan

sebelum suatu rencana tindakan disusun. Tanpa tahapan ini suatu

proses PTK akan kehilangan arah dan arti sebagai suatu penelitian

ilmiah. Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan guna menuntut

pelaksanaan tahapan PTK adalah sebagai berikut ini.

1. Apa yang memprihatinkan dalam proses pembelajaran?

2. Mengapa hal itu terjadi dan apa sebabnya?

3. Apa yang dapat dilakukan dan bagaimana caranya mengatasi

keprihatinan tersebut?

4. Bukti-bukti apa saja yang dapat dikumpulkan untuk membantu

mencari fakta apa yang terjadi?

5. Bagaimana cara mengumpulkan bukti-bukti tersebut?

Jadi, tahapan pra PTK ini sesungguhnya suatu reflektif dari guru

terhadap masalah yang ada dikelasnya.Masalah ini tentunya bukan

bersifat individual pada salah seorang murid saja, namun lebih

merupakan masalah umum yang bersifat klasikal, misalnya kurangnya

motivasi belajar di kelas, rendahnya kualitas daya serap klasikal, dan

lain-lain.

80
Berangkat dari hasil pelaksanaan tahapan Pra PTK inilah suatu

rencana tindakan dibuat.

1. Perencanaan Tindakan; berdasarkan pada identifikasi masalah

yang dilakukan pada tahap pra PTK, rencana tindakan disusun

untuk menguji secara empiris hipotesis tindakan yang

ditentukan. Rencana tindakan ini mencakup semua langkah

tindakan secara rinci. Segala keperluan pelaksanaan PTK, mulai

dari materi/bahan ajar, rencana pengajaran yang mencakup

metode/ teknik mengajar, serta teknik atau instrumen observasi/

evaluasi, dipersiapkan dengan matang pada tahap perencanaan

ini. Dalam tahap ini perlu juga diperhitungkan segala kendala

yang mungkin timbul pada saat tahap implementasi

berlangsung. Dengan melakukan antisipasi lebih dari

diharapkan pelaksanaan PTK dapat berlangsung dengan baik

sesuai dengan hipotesis yang telah ditentukan.

2. Pelaksanaan Tindakan; tahap ini merupakan implementasi (

pelaksanaan) dari semua rencana yang telah dibuat. Tahap ini,

yang berlangsung di dalam kelas, adalah realisasi dari segala

teori pendidikan dan teknik mengajar yang telah disiapkan

sebelumnya. Langkah-langkah yang dilakukan guru tentu saja

81
mengacu pada kurikulum yang berlaku, dan hasilnya

diharapkan berupa peningkatan efektifitas keterlibatan

kolaborator sekedar untuk membantu si peneliti untuk dapat

lebih mempertajam refleksi dan evaluasi yang dia lakukan

terhadap apa yang terjadi dikelasnya sendiri. Dalam proses

refleksi ini segala pengalaman, pengetahuan, dan teori

pembelajaran yang dikuasai dan relevan.

3. Pengamatan Tindakan; kegiatan observasi dilakukan bersamaan

dengan pelaksanaan tindakan. Data yang dikumpulkan pada

tahap ini berisi tentang pelaksanaan tindakan dan rencana yang

sudah dibuat, serta dampaknya terhadap proses dan hasil

intruksional yang dikumpulkan dengan alat bantu instrumen

pengamatan yang dikembangkan oleh peneliti. Pada tahap ini

perlu mempertimbangkan penggunaan beberapa jenis instrumen

ukur penelitian guna kepentingan triangulasi data. Dalam

melaksanakan observasi dan evaluasi, guru tidak harus bekerja

sendiri. Dalam tahap observasi ini guru bisa dibantu oleh

pengamat dari luar (sejawat atau pakar). Dengan kehadiran

orang lain dalam penelitian ini, PTK yang dilaksanakan menjadi

bersifat kolaboratif. Hanya saja pengamat luar tidak boleh

terlibat terlalu dalam dan mengintervensi terhadap pengambilan

82
keputusan tindakan yang dilakukan oleh peneliti. Terdapat

empat metode observasi, yaitu : observasi terbuka; observasi

terfokus; observasi terstruktur dan dan observasi sistematis.

Beberapa prinsip yang harus dipenuhi dalam observasi,

diantaranya: (a) ada perencanaan antara dosen/guru dengan

pengamat; (b) fokus observasi harus ditetapkan bersama; (c)

dosen/guru dan pengamat membangun kriteria bersama; (d)

pengamat memiliki keterampilan mengamati; dan (e) balikan

hasil pengamatan diberikan dengan segera. Adapun

keterampilan yang harus dimiliki pengamat diantaranya: (a)

menghindari kecenderungan untuk membuat penafsiran; (b)

adanya keterlibatan keterampilan antar pribadi; (c)

merencanakan skedul aktifitas kelas; (d) umpan balik tidak

lebih dari 24 jam; (d) catatan harus teliti dan sistemaris

4. Refleksi Terhadap Tindakan; tahapan ini merupakan tahapan

untuk memproses data yang didapat saat dilakukan pengamatan.

Data yang didapat kemudian ditafsirkan dan dicari

eksplanasinya, dianalisis, dan disintesis. Dalam proses

pengkajian data ini dimungkinkan untuk melibatkan orang luar

sebagai kolaborator, seperti halnya pada saat observasi.

Keterlebatan kolaborator sekedar untuk membantu peneliti

83
untuk dapat lebih tajam melakukan refleksi dan evaluasi. Dalam

proses refleksi ini segala pengalaman, pengetahuan, dan teori

instruksional yang dikuasai dan relevan dengan tindakan kelas

yang dilaksanakan sebelumnya, menjadi bahan pertimbangan

dan perbandingan sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan yang

mantap dan sahih.Proses refleksi ini memegang peran yang

sangat penting dalam menentukan suatu keberhasilan PTK.

Dengan suatu refleksi yang tajam dan terpecaya akan didapat

suatu masukan yang sangat berharga dan akurat bagi penentuan

langkah tindakan selanjutnya. Refleksi yang tidak tajam akan

memberikan umpan balik yang misleading dan bias, yang pada

akhirnya menyebabkan kegagalan suatu PTK. Tentu saja kadar

ketajaman proses refleksi ini ditentukan oleh kejataman dan

keragaman instrumen observasi yang dipakai sebagai upaya

triangulasi data. Observasi yang hanya mengunakan satu

instrumen saja. Akan menghasilkan data yang miskin.Adapun

untuk memudahkan dalam refleksi bisa juga dimunculkan

kelebihan dan kekurangan setiap tindakan dan ini dijadikan

dasar perencanaan siiklus selanjutnya. Pelaksanaan refleksi

diusahakan tidak boleh lebih dari 24 jam artinya begitu selesai

observasi langsung diadakan refleksi bersama kolaborator.

84
T. Penelitian Tindakan Kelas Prinsip-Prinsip Dasar

Agar peneliti memperoleh informasi atau kejelasan tetapi tidak

menyalahi kaidah yang ditentukan, perlu kiranya difahami

bersama prinsip-prinsip yang harus dipenuhi apabila sedang

melakukan penelitian tindakan kelas.

Secara umum prinsip-prinsip tersebut adalah :

a. Tidak mengganggu komitmen guru sebagai pengajar

b. Metode pengumpulan data tidak menuntut waktu yang

berlebihan

c. Metodologi yang digunakan harus reliable sehingga

memungkinkan guru mengidentifikasi serta merumuskan

hipotesis secara meyakinkan

d. Masalah berawal dari kondisi nyata di kelas yang dihadapi

guru

e. Dalam penyelenggaraan penelitian, guru harus

memperhatikan etika profesionalitas guru

f. Meskipun yang dilakukan adalah di kelas, tetapi harus

dilihat dalam konteks sekolah secara menyeluruh

g. Tidak mengenal populasi dan sampel

85
h. Tidak mengenal kelompok eksperimen dan control

i. Tidak untuk digeneralisasikan.

Pakar lain menyebutkan prinsip-prinsip penelitian tindakan

kelas adalah sebagai berikut:

a. Situasi biasa. Penelitian tindakan dilakukan oleh peneliti

tanpa mengubah situasi yang biasa terjadi, karena kalau

penelitian dilakukan dalam situasi yang berbeda dari

biasanya, maka hasilnya mungkin berbeda jika dilaksanakan

lagi dalam situasi aslinya. Oleh karena itu penelitian

tindakan tidak perlu mengadakan waktu khusus untuk

diamati, jadi harus dibiarkan apa adanya namun yang

berbeda adalah adanya tindakan untuk meningkatkan mutu

pembelajaran.

b. Kegiatan nyata/empirik. Penelitian tindakan dilakukan oleh

peneliti dalam kaitannya dengan tugasnya sebagai guru atau

kepala sekolah. Jadi tindakan yang dilakukan merupakan

tindakan nyata yang dilakukan dalam tugasnya sehari-hari

dan secara empirik memang terjadi di lapangan.

c. Peningkatan mutu atau pemecahan masalah. Penelitian

tindakan merupakan sebuah upaya untuk meningkatkan

86
mutu sesuatu yang sudah ada dan biasa menjadi lebih baik

lagi atau merupakan sebuah upaya untuk memecahkan

masalah yang terjadi di kelas atau di sekolahnya.

d. Sukarela. Penelitian tindakan dilakukan bukan karena ada

paksaan atau permintaan dari pihak lain, tetapi atas dasar

sukarela, karena mengharapkan hasil yang lebih baik.

e. Sistemik. Berarti penelitian harus dilakukan secara

terencana, terarah, dan teratur berdasarkan sebuah

mekanisme tertentu. Jadi, jika guru mengupayakan cara

mengajar yang baru, maka harus juga memikirkan tentang

langkah-langkahnya, bahan ajarnya, sarana pendukung dan

hal-hal yang terkait dengan cara baru tersebut. Jika kepala

sekolah akan melakukan upaya manajemen yang baru maka

harus dipersiapkan prosedurnya, kebijakan pendukungnya

serta sosialisasi implementasinya.

f. Tindakan berbeda. Penelitian tindakan harus dapat

menunjukkan bahwa tindakan yang diberikan kepada siswa

memang berbeda dari apa yang sudah biasa dilakukan.

karena yang biasa sudah jelas menunjukkan hasil yang

kurang memuaskan. Oleh karena itu guru melakukan

87
tindakan yang diperkirakan dapat memberikan hasil yang

lebih baik.

g. Terpusat pada proses, bukan semata-mata hasil. Penelitian

tindakan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru atau

peneliti untuk memperbaiki atau meningkatkan hasil ,

dengan mengubah cara, metode, pendekatan atau strategi

yang berbeda dari biasanya. Cara, metode, pendekatan atau

strategi tersebut berupa proses yang harus diamati secara

cermat, dilihat kelancarannya, kesesuaian dengan dan

penyimpangannya dari rencana, kesulitan atau hambatan

yang dijumpai, dan lain-lain aspek yang berkaitan dengan

proses. Sejauh mana proses ini sudah memenuhi harapan,

lalu dikaitkan dengan hasil setelah satu atau dua kali

tindakan berakhir. Dengan kata lain, dalam melaksanakan

penelitian, peneliti tidak harus selalu berpikir dan mengejar

hasil, tetapi mengamati proses yang terjadi. Hasil yang

diperoleh merupakan dampak dari prosesnya. Jadi dalam

penelitian tindakan harus ada indikator proses dan indikator

keberhasilan.

88
Terdapat kesalahan yang umum terjadi pada penelitian

tindakan kelas adalah penonjolan tindakan yang dilakukan oleh

guru, misalnya guru memberikan tes kepada siswa, guru

memberikan tugas proyek kepada siswa atau yang sejenisnya.

Pernyataan seperti itu kurang tepat, karena seharusnya yang

ditonjolkan adalah kegiatan siswa, misalnya siswa mengamati

proses tumbuhnya kecambah, siswa membandingkan dan

mencatat hasilnya. Jadi guru harus melaporkan berlangsungnya

proses belajar yang dialami oleh siswa, perilakunya, perhatian

mereka pada proses yang terjadi, dan sebagainya.

U. Penelitian Tindakan Kelas Inovasi Pembelajaran Di

Sekolah

Penelitian tindakan kelas sebenarnya merupakan ajang bagi guru

untuk berpikir kreatif guna memecahkan masalah di kelasnya.

Kreatifitas dalam membelajarkan siswa, itulah hakikat dari

tindakan yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran di kelas.

Tindakan yang dirancang guru kebanyakan berdasarkan atas

sebuah teori yang diambil dari buku tertentu. Namun sebenarnya

apabila tindakan tersebut dikembangkan dan disempurnakan maka

89
lama kelamaan akan menjadi sebuah tindakan yang berbeda dari

wujud awalnya. Inilah hasil kreatifitas itu, yang mana kreativitas

biasanya diartikan sebagai kemampuan untuk menciptakan suatu

produk baru.

Ciptaan itu, walaupun tidak perlu seluruh produknya harus baru,

mungkin saja gabungannya atau kombinasinya, sedangkan unsur-

unsurnya sudah ada sebelumnya. Demikian juga dalam Inovasi

Pembelajaran, tidak seluruhnya harus baru, namun harus ada bukti

bahwa hasil inovasi tersebut memiliki kelebihan dengan model

sebelumnya. Jadi disini dibutuhkan kreativitas guru, dalam hal ini

kreatifitas guru adalah kemampuan untuk membuat kombinasi-

kombinasi baru, atau melihat hubungan-hubungan baru antara

unsur, data, atau hal-hal yang sudah ada sebelumnya.

Kreativitas dapat pula kita lihat sebagai suatu proses dan hal ini

mungkin akan lebih esensial. Dengan demikian proses tindakan

dalam penelitian tindakan kelas bisa menjadi hasil inovasi baru

yang berupa sebuah model proses pembelajaran, yang memiliki

ciri khas tertentu yang berbeda dengan model pembelajaran

90
sebelumnya serta memiliki kelebihan-kelebihan tertentu yang

belum dimiliki model pembelajaran sebelumnya.

V. Penelitian Tindakan Kelas Upaya peningkatan Mutu

Pendidikan

Peningkatan mutu pendidikan dapat dicapai melalui berbagai

cara, antara lain: melalui peningkatan kualitas pendidik dan tenaga

kependidikan lainnya, pelatihan dan pendidikan, atau dengan

memberikan kesempatan untuk menyelesaikan masalah-masalah

pembelajaran dan nonpembelajaran secara profesional lewat

penelitian tindakan secara terkendali. Upaya meningkatkan

kualitas pendidik dan tenaga kependidikan lainnya untuk

menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi saat menjalankan

tugasnya akan memberi dampak positif ganda.

1) Peningkatan kemampuan dalam menyelesaikan masalah

pendidikan dan pembelajaran yang nyata.

2) Peningkatan kualitas isi, masukan, proses, dan hasil belajar.

3) Peningkatan keprofesionalan pendidik dan tenaga

kependidikan lainnya.

91
4) Penerapan prinsip pembelajaran berbasis penelitian.

Upaya peningkatan kemampuan meneliti di masa lalu

cenderung dirancang dengan pendekatan research-development-

dissemination (RDD). Pendekatan ini lebih menekankan

perencanaan penelitian yang bersifat topdown dan bersifat kuat

orientasi teoritiknya. Paradigma demikian dirasakan tidak

sesuai dengan perkembangan pemikiran baru, khususnya

Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS).

Pendekatan MPMBS

Menitikberatkan pada upaya perbaikan mutu yang

inisiatifnya berasal dari motivasi internal pendidik dan tenaga

kependidikan itu sendiri (an effort to internally initiate endeavor

for quality improvement), dan bersifat pragmatis naturalistik.

MPMBS mengisyaratkan pula adanya kemitraan antar

jenjang dan jenis pendidikan, baik yang bersifat praktis maupun

dalam tataran konsep. Kebutuhan akan kemitraan yang sehat

dan produktif, yang dikembangkan atas prinsip kesetaraan

sudah sangat mendesak. Kemitraan yang sehat antara LPTK dan

sekolah adalah sesuatu yang penting, lebih-lebih lagi dalam era

92
otonomi daerah dan desentralisasi pendidikan. Penelitianpun

hendaknya dikelola berdasarkan atas dasar kemitraan yang

sehat (kolaboratif), sehingga kedua belah pihak dapat memetik

manfaat secara timbal balik (reciprocity of benefits).

Melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) masalah-masalah

pendidikan dan pembelajaran dapat dikaji, ditingkatkan dan

dituntaskan, sehingga proses pendidikan dan pembelajaran yang

inovatif dan hasil belajar yang lebih baik, dapat diwujudkan

secara sistematis. Upaya PTK diharapkan dapat menciptakan

sebuah budaya belajar (learning culture) di kalangan dosen di

LPTK, dan guru-siswa di sekolah. PTK menawarkan peluang

sebagai strategi pengembangan kinerja, sebab pendekatan

penelitian ini menempatkan pendidik dan tenaga kependidikan

lainnya sebagai peneliti, sebagai agen perubahan yang pola

kerjanya bersifat kolaboratif.

93
W. Penelitian Tindakan Kelas Beberapa Kriteria yang

Biasanya Dinilai

Penelitian tindakan kelas yang baik biasanya akan memenuhi

berbagai kriteria, sehingga apabila dilaksanakan akan memperoleh

hasil sesuai yang diharapkan: yaitu peningkatan mutu

pembelajaran. Beberapa kriteria yang merujuk pada penelitian

tindakan kelas yang baik antara lain:

Perumusan Masalah (terutama: asal, relevansi, dan cakupan

permasalahan).

Cara Pemecahan Masalah (terutama: rancangan tindakan, dan

kontekstualitas tindakan, kriteria keberhasilan sebuah

tindakan).

Kemanfaatan Hasil Penelitian (terutama: potensi untuk

memperbaiki atau meningkatkan kualitas isi, proses,

masukan, atau hasil pembelajaran dan/atau pendidikan).

Prosedur Penelitian (terutama: prosedur diagnosis masalah,

perencanaan tindakan, prosedur pelaksanaan tindakan,

prosedur observasi dan evaluasi, prosedur refleksi hasil

penelitian).

94
Kegiatan Pendukung (terutama: jadwal penelitian, sarana

pendukung pembelajaran masing-masing anggota penelitian

dalam setiap kegiatan penelitian, dan kelayakan pembiayaan).

X. Penelitian Tindakan Kelas Hasil Penelitian dan

Pembahasan

Di dalam sebuah laporan penelitian, maka bagian yang

memaparkan tentang hasil penelitian merupakan inti dari laporan

tersebut. Untuk itu dalam penelitian tindakan kelas bagian tersebut

harus menjadi perhatian utama karena sederet apapun latar

belakang masalah, berbaris-baris landasan teori dan uraian

metodologi penelitian, tidak akan ada artinya tanpa paparan hasil

penelitian yang kemudian dibahas atau dianalisis untuk

selanjutnya disimpulan. Saat memberikan paparan hasil penelitian,

pertama kali harus diuraikan tentang latar penelitian yang meliputi

di mana dan kapan penelitian dilakukan, sehingga pembaca

dibawa ke suasana di mana penelitian dilakukan. Kalau perlu

bagian ini dilengkapi dengan foto sekolah dan kelas di mana

penelitian di lakukan.

95
Kemudian, laporkan langkah-langkah demi langkah yang

dilakukan tiap siklus mulai dari perencanaan tindakan,

pelaksanaan tindakan, bagaimana pengamatan dilakukan dan hasil

refleksi yang telah dilakukan. Demikian pula halnya, urutan

kegiatan sebagaimana telah dituliskan dalam tabel kisi-kisi

indikator proses harus diuraikan sehingga jelas apa tindakannya

dan bagaimana tindakan itu dilakukan.

Di dalam laporan, dengan berdasarkan refleksi siklus pertama,

maka harus jelas pula upaya apa yang dilakukan untuk

memperbaiki tindakan yang akan dilaksanakan pada siklus ke dua

dan seterusnya. Jadi harus jelas perbedaan urutan kegiatan pada

siklus pertama dan kedua sebagai wujud perbaikan tindakan

pertama, kalau perlu uraikan keunggulan dari tindakan yang

dilakukan pada siklus kedua dibandingkan dengan tindakan pada

siklus pertama.

Y. Penelitian Tindakan Kelas Hasil yang Diharapkan

Secara umum, hasil yang diharapkan bila guru telah melakukan

penelitian tindakan kelas (PTK/classroom action research) adalah

96
sebuah peningkatan atau perbaikan (improvement and theraphy),

antara lain sebagai berikut:

1. Peningkatan atau perbaikan terhadap kinerja belajar

siswa di sekolah

Seorang guru yang melakukan PTK di kelasnya sendiri

pada mulanya mungkin merasakan adanya suatu

permasalahan dalam kinerja belajar siswa-siswanya. Itu

adalah latar belakang yang membuatnya tertarik untuk

melakukan penelitian. Jika ia melakukannya dengan benar

(asumsi: ia melakukan tindakan atau action yang benar),

maka dapat dipastikan akan terjadi peningkatan atau

perbaikan terhadap kinerja belajar siswa-siswa di kelasnya.

2. Peningkatan atau perbaikan terhadap mutu proses

pembelajaran di kelas

Mutu atau kualitas proses pembelajaran jangan dianggap

remeh. Justru inilah yang harus diperhatikan seorang guru

yang efektif. Kualitas proses pembelajaran (KBM)

menentukan kualitas hasil pembelajaran. Tidak akan

diperoleh perbaikan atau peningkatan kualitas hasil belajar

siswa tanpa ada perbaikan atau peningkatan mutu proses

pembelajaran.

97
3. Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas

penggunaan media, alat bantu belajar, dan sumber

belajar lainnya

Pembelajaran yang baik hampir dapat dipastikan selalu

menggunakan media, alat bantu, atau sumber belajar yang

baik. Pemilihan dan tata penggunaan media, alat bantu serta

sumber belajar berkaitan dengan kualitas proses, dan tentu

juga akan berimplikasi terhadap kualitas hasil belajar. Guru

yang melakukan penelitian tindakan kelas untuk

memperbaiki kualitas penggunaan media, alat bantu dan

sumber belajar akan dapat meperoleh hasil yang maksimal

dari pemanfaatannya di kelas.

4. Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas prosedur

dan alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur

proses dan hasil belajar siswa

Evaluasi dalam dunia pendidikan memegang peranan

yang amat penting. Sebagai salah satu komponen penting

yang memiliki multi fungsi baik bagi sekolah, guru, orang

tua, institusi tertentu, pengambil kebijakan, hingga siswa itu

sendiri, maka PTK yang mencoba mengkaji tindakan untuk

memperbaiki kualitas prosedur atau alat evaluasi pendidikan

98
tentu akan sangat bermanfaat, terlebih-lebih jika digunakan

dalam tujuan untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa

dalam suatu kegiatan pembelajaran.

5. Peningkatan atau perbaikan terhadap masalah-masalah

pendidikan anak di sekolah

Beragam masalah-masalah pendidikan dihadapi para

siswa. Setiap siswa punya masalah tersendiri yang bersifat

unik atau umum, dan dapat bersifat berat atau ringan.

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas oleh wali kelas atau

guru bimbingan dan konseling, atau guru mata pelajaran akan

dapat mencarikan solusi terbaik bagi permasalah-

permasalahan tersebut.

6. Peningkatan dan perbaikan terhadap kualitas penerapan

kurikulum dan pengembangan kompetensi siswa di

sekolah

Kurikulum yang diterapkan di sebuah sekolah perlu

dikaji dari berbagai aspek. Penelitian tindakan kelas dapat

menjadi salah satu cara untuk memperbaiki dan

meningkatkan kualitas penerapan kurikulum, sehingga pada

akhirnya tuntutan kurikulum yaitu pengembangan

99
kompetensi-kompetensi tertentu pada diri siswa melalui

pembelajaran dapat dipenuhi.

Z. Bidang Kajian Penelitian Tindakan Kelas

Ada beberapa bidang kajian yang dapat dilakukan oleh guru

sebagai peneliti dalam penelitian tindakan kelas (PTK), yaitu

sebagai berikut:

(a) Masalah belajar siswa

Salah satu bidang kajian penting dalam ptk (penelitian

tindakan kelas) adalah masalah belajar siswa di sekolah.

Beberapa tema yang termasuk di dalam tema ini antara lain:

masalah belajar di kelas, kesalahan-kesalahan pembelajaran,

miskonsepsi.

(b) Desain dan strategi pembelajaran

Bidang kajian kedua yang patut diangkat sebagai bahan

penelitian di kelas adalah desain pembelajaran atau strategi

pembelajaran yang digunakan guru. Untuk bidang kajian yang

kedua ini termasuk di dalamnya tema antara lain: masalah

pengelolaan dan prosedur pembelajaran, implementasi dan

100
inovasi dalam metode pembelajaran, interaksi di dalam kelas,

partisipasi orangtua dalam proses belajar siswa.

(c) Alat bantu, media dan sumber belajar

Dalam penelitian tindakan kelas, sering juga diangkat

bidang kajian tentang alat bantu mengajar, media pembelajaran

yang digunakan oleh guru, hingga sumber belajar bagi siswa.

Tema yang termasuk dalam bidang kajian ini, antara lain:

masalah penggunaan media, perpustakaan, dan sumber belajar

di dalam/luar kelas, peningkatan hubungan antara sekolah dan

masyarakat.

(d) Sistem asesmen dan evaluasi proses dan hasil

pembelajaran

Sistem asesmen dan evaluasi baik dalam tahapan proses

pembelajaran maupun pada hasil pembelajaran juga layak dikaji

dengan ptk (penelitian tindakan kelas). Beberapa tema yang

dapat diteliti oleh guru terkait bidang kajian sistem asesmen dan

evaluasi ini antara lain: masalah evaluasi awal dan hasil

pembelajaran, pengembangan instrumen asesmen berbasis

kompetensi.

(e) Pengembangan pribadi peserta didik, pendidik, dan

tenaga kependidikan

101
Bidang kajian pengembangan kepribadian siswa,

pendidik, dan tenaga kependidikan juga merupakan bidang

kajian yang sering diteliti, baik saat melakukan ptk maupun pts

(penelitian tindakan sekolah: yakni penelitian tindakan dengan

level yang lebih luas yaitu sekolah). Tema yang dapat diteliti

pada bidang kajian ini antara lain: peningkatan kemandirian dan

tanggungjawab peserta didik, peningkatan keefektifan

hubungan antara pendidik- peserta didik dan orangtua dalam

PBM, dan peningkatan konsep diri peserta didik.

(f) Masalah kurikulum

Masalah-masalah yang berkaitan dengan kurikulum adalah bidang

kajian yang juga dapat diteliti melalui penelitian tindakan kelas.

Mungkin tema yang bisa diteliti seperti : implementasi KBK, KTSP,

Kurikulum 2013, urutan penyajian materi pokok, interaksi guru-siswa,

siswa-materi ajar, dan siswa-lingkungan belajar, dan sebagainya.

102

You might also like