You are on page 1of 3

Nama: M.

Fathurrohman
Mata Kuliah: Tafsir 3 Ahwal Syakhsiyah
Kelas A
Dosen Pengampu : Drs. H. Muhammad Syarief, MH

SEBUAH TINJAUAN KRITIS, PENAFSIRAN IBNU KATSIR DALAM SURAT AN-


NUR AYAT 3

Bismillaahirrohmanirrohim

Bunyi ayat 3 dari surat An-Nur adalah sebagai berikut:

Artinya: Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau
perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki
yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas oran-orang yang
mukmin.1

Ibnu Katsir menafsirkan ayat 3 dari surat An-Nur ini sebagai berikut:






" "
" "
:
"


" 2

Yang jika diartikan seperti ini:

Ini merupakan berita dari Allah bahwa lelaki pezina tidaklah berwathi/jimak kecuali dengan
wanita pezina atau manita musyrikah. Yaitu menuruti kehendaknya untuk berzina kecuali wanita
1 Alquran dan Terjamah, Depag

2 Tafsir Ibnu Katsir jilid 6, Darussalam - Riyadh


pezina durhaka atau wanita musyrikah yang tidak memandang haram perbuatan zina. Demikian
pula: Az zaaniyata laa yankihu haa illaa zaanin (Dan perempuan berzina tidak dikawini
melainkan oleh laki-laki yang berzina.) yaitu durhaka karena berzina. Au musyrikun (atau laki-
laki musyrik) yang tidak menganggap zina sebagai perbuatan haram.

Sufyan ats-Tsauri meriwayatkan dari Habib bin Abi Amrah, dari Said bin Jubair, dari
Abdullah bin Abbas berkenaan dengan firman Allah: Az zaaniyata laa yankihuhaa illaa
zaanin au musyrik (Dan perempuan berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang
berzina atau laki-laki musyrik.) bahwa yang dimaksud dengan lafadz yankihu bukanlah
pernikahan, melainkan jimak.

Jadi Ibnu Katsir menafsirkan lafadz yankihu dengan arti wathi atau jimak, bukan
menikah. Maksudnya Ibnu Katsir adalah bahwa laki-laki pezina tidak mungkin dapat
memperturutkan kehendak hawa nafsunya untuk berzina kecuali dengan wanita pezina yang
durhaka atau dengan wanita musyrik yang tidak meyakini keharamannya.

Adapun menurut saya, lafadz yankihu dalam ayat ini berarti pernikahan, bukan jimak
ataupun wathi sebagaimana penjelasan Ibnu Katsir di atas. Setidaknya terdapat dua argumentasi
yang dapat saya gunakan. Yang pertama dari segi sabab nuzul ayat tersebut, dan yang kedua dari
segi munasabah ayat sesudahnya.

Adapun Sabab Nuzul ayat 3 dari surat An-Nur adalah sebagai berikut. Adalah Umi
Mahzul seorang pelacur akan dikawini oleh seorang sahabat Nabi. Sehubungan dengan itu, maka
Allah SWT. Menurunkan ayat ke-3 surah An-Nur sebagai penjelasan bahwa seorang wanita
pezina haram dikawini oleh seorang mukmin. Ia hanya boleh dikawini oleh lelaki pezina atau
orang musyrik. (HR. Nasai dari Abdillah bin Umar).

Mazid mengangkut barang dagangannya dari Ambar ke Mekkah untuk dijual. Ia bertemu
dengan teman lamanya, seorang wanita pezina bernama Anaq. Mazid meminta izin kepada
Rasulullah SAW untuk menikahi. Rasulullah SAW tidak menjawab. Maka kemudian turun ayat
ini dan beliau bersabda: Wahai Mazid, seorang pezina hanya akan dikawini oleh lelaki pezina-
karena itu, janganlah kamu menikahinya. (H.R Abu Dawud, Tirmidzi, Nasai dan Hakim dan
Amar bin Syuaib dari bapaknya dan datuknya).

Ketika Allah SWT menurunkan ayat tentang haramnya berzina, di sekitar kaum muslimin
banyak sekali pelacur-pelacur yang cantik nan molek. Maka mereka berkata: Janganlah
dibiarkan wanita-wanita itu pergi dan biarkanlah mereka kawin. Sehubungan dengan itu, maka
Allah menurunkan ayat ke-3 sebagai ketegasan bahwa pezina hanya dikawini oleh lelaki pezina
atau orang musyrik. (H.R Said bin Mansur dari Mujahid).3

Dari sini nampak jelas bagaimana ayat di atas berbicara tentang haramnya sorang
mukmin sejati dengan seorang wanita pezina, Jadi lafadz la yankihu dalam ayat ini artinya
adalah pernikahan, bukan wathi ataupun jimak sebagaimana penafsiran Ibnu Katsir yang
menyatakan bahwa lafadz la yankihu bermakna wathi atau jimak.

Kemudian dari segi munasabab ayat berikutnya. Pada ayat berikutnya nampak dengan
sangat jelas sekali bahwa memang ayat ini berbicara tentang larangan seorang lelaki mukmin
menikahi wanita pezina yang musyrik. Firman Allah:
( Dan yang demikian itu
diharamkan atas orang-orang mukmin.) Maksudnya, pernikahan dan perkawinan laki-laki yang beriman
dengan pelacur atau pernikahan wanita-wanita terjaga (suci dengan ketaatannya kepada Allah) dengan
laki-laki durhaka adakah diharamkan oleh Allah.

Abu Dawud ath-Thayalisi meriwayatkan dari Abdullah bin Abbas berkaitan dengan firman
Allah: ( Dan yang demikian itu diharamkan atas orang-orang mukmin.) ia berkata:

Allah mengharamkan zina atas kaum Mukminin. Jadi jelaslah sudah bahwa lafadz la yankihu dalam
ayat 3 dari surat An-Nur adalah berarti pernikahan, bukan wathi atau jima sebagaimana yang ditafsirkan
oleh Ibnu Katsir. Wallaahu alam bishshawaab.

3 A. Mudzab Mahali, Asbabun Nuzul, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1988. hal. 96

You might also like