You are on page 1of 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Beton bertulang (reinforced concrete) adalah struktur komposit yang sangat


baik untuk digunakan pada konstruksi bangunan. Pada struktur beton bertulang
terdapat berbagai keunggulan akibat dari penggabungan dua buah bahan, yaitu
beton (PC + aggregat halus + aggregat kasar + zat aditif) dan baja sebagai tulangan.
Kita tahu bahwa keunggulan dari beton adalah kuat tekannya yang tinggi,
sementara baja tulangan sangat baik untuk menahan gaya tarik dan geser.
Penggabungan antara material beton dan baja tulangan memungkinkan pelaku
konstruksi untuk mendapatkan bahan baru dengan kemampuan untuk menahan
gaya tekan, tarik, dan geser sehingga struktur bangunan secara keseluruhan menjadi
lebih kuat dan aman.. www.jumantorocivilengineering.blogspot.co.id
Sistem konstruksi yang dibangun dengan beton bertulang, seperti bangunan
gedung, jembatan, dinding bahan tanah, terowongan, tanki, saluran air dan lainnya,
dirancang dari prinsip dasar desain dan penelitian elemen beton bertulang yang
menerima gaya aksikal, momen lentur, gaya geser, momen puntir, atau kombinasi
dari jenis gaya-gaya dalam tersebut. Prinsip dasar desain ini berlaku umum bagi
setiap tipe sistem struktur selama diketahui variasi gaya aksikal, momen lentur,
gaya geser dan unsur gaya dalam lainnya, disamping konfigurasi bentang dan
dimensi setiap elemen.
Pada pembangunan Gedung Teknik Sipil Polinema dapat digunakan
struktur beton bertulang, dikarenakan bentang dari pondasi penyangganya yang
besar dan diharuskan menerima beban yang besar. Namun seiring dengan
perkembangan jaman dibutuhkan beton yang kuat namun ringan. Maka dari itulah
muncul metode dreux, yang dapat menciptakan beton ringan dengan kualitas yang
bisa dikatakan lumayan. Kekuatanya hampir menyamai baja dikarenakan
penggunaan agregat kecil yang dipadatkan. Sehingga kerekatan antar material
beton terikat dengan baik. Apabila penggunaan metode dreux ini di aplikasikan
dalam pembuatan beton bertulang akan sangat tepat. Mengingat bahwa beton
bertulang terlalu berat karna tambahan baja sebagai tulangan.nya, maka metode
dreux dapat mengurangi beban beton bertulang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka dapat dirumuskan sebagai berikut:

1.2.1. Bagaimana penggunaan Beton Bertulang pada gedung sipil polinema?


1.2.2. Bagaimana penggunaan beton bertulang dengan metode dreux?
1.2.3. Bagaimana kualitas beton bertulang dengan metode dreux?
1.2.4. Bagaimana kekuatan beton bertulang dengan metode dreux pada gedung
polinema?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari penyusunan laporan akhir ini sebagai berikut:

1.3.1. Untuk mengetahui penggunaan beton bertulang


1.3.2. Untuk mengetahui penggunaan beton bertulang dengan metode dreux
1.3.3. Untuk mengetahui kualitas beton bertulang dengan metode dreux
1.3.4. Untuk mengetahui kekuatan beton bertulang dengan metode dreux

1.4 Manfaat
Manfaat dari penyusunan laporan akhir ini bagi:
1.4.1 Lembaga:
1) Menambah referensi mengenai penggunaan beton bertulang
2) Menambah refensi mengenai penggunaan beton bertulang dengan metode
dreux
3) Sebagai bahan acuan untuk membuat beton bertulang yang baik dengan
metode dreux
1.4.2 Penulis:
1) Menambah wawasan mengenai beton bertulang
2) Menambah wawasan mengenai berbagai macam metode dalam perencanaan
beton bertulang
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gedung
Bangunan Gedung merupakan struktur buatan dari manusia yang terdiri atas
dinding dan atap yang didirikan secara permanen. Bangunan biasanya juga disebut
dengan rumah dan gedung yang memiliki beragam bentuk seperti bentuk, ukuran,
dan fungsi yang telah mengalami penyesuaian yang disebabkan oleh beberapa
faktor. http://www.academia.edu/definisi_gedung\

2.2 Beton
Beton merupakan campuran antara semen portland dan semen hidrolik
yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan
yang membentuk masa padat SNI 039 2847 2002, 3.12. Sifat utama dari
beton, yaitu sangat kuat terhadap beban tekan, tetapi juga bersifat getas/ mudah
patah atau rusak terhadap beban tarik. Dalam perhitungan struktur, kuat tarik
beton ini biasanya diabaikan.
http://www.academia.edu//definisi_beton_dan_beton_bertulang

2.2.1 Agregat
Agregat merupakan suatu kumpulan dari beberapa material seperti
pasir, kerikil, batu pecah yang dipakai secara bersama-sama dengan
menggunakan suatu media pengikat semen hidrolik membentuk beton.
Adapula agregat ringan yang dalam keadaan kering dan gembur mempunyai
berat sekitar 1000 Kg/m3 [11 KN/m3].
www.jumantorocivilengineering.blogspot.co.id/komposisi_beton

2.2.2 Semen Portland


Semen portland telah dikembangkan dari semen natural di Britania
pada awal abad ke-19, dan nama semen portland diperoleh dari kesamaannya
dengan portland stone, suatu tipe batu bangunan yang digali di pulau kecil
Portland, di Inggris. Joseph Aspdin, seorang tukang batu Britania dari Leeds,
di tahun 1824 telah mematenkan proses pembuatan suatu semen yang ia sebut
semen portland. Semennya merupakan artificial cement yang punya sifat
serupa dengan material yang dikenal sebagai "Semen Roma" (yang
dipatenkan di tahun 1796 oleh James Parker) dan prosesnya serupa dengan
yang dipatenkan di tahun 1822 dan telah digunakan sejak tahun 1811 oleh
James Frost yang menamai semennya "Semen Britania". Nama semen
portland juga direkam dalam direktori yang diterbitkan tahun 1823 dan
dihubungkan dengan William Lockwood dan mungkin orang yang lain.
www.jumantorocivilengineering.blogspot.co.id/komposisi_beton

Tabel 2.2.1 Susunan unsur Semen Portland

Unsur Semen Portland Persen (%)


Kapur (CaO) 60-65
Silica (SiO2) 17-25
Alumina ( Al2 O3) 3-8
Besi (Fe2 O3) 0,5-6
Magnesia (MgO) 0,5-4
Sulfur (SO3) 1-2
Soda (Na2O + K2O) 0,5-1
Sumber: www.jumantorocivilengineering.blogspot.co.id/komposisi_beton

Semen portland diperoleh dari hasil pembakaran bahan-bahan dasar


yang terdiri antara lain : batu kapur (CaO), tanah lempung yang mengandung
H2O ,SiO2 dan Alumina (Al2O2). Disamping itu ada tambahan bahan lain
sesuai dengan jenis semen yang diinginkan. Campuran dari bahan tersebut di
atas selanjutnya dibakar dalam tanur baker bertemperatur 1300 C - 1400 C,
sehingga diperoleh butir-butir (klinker). Kemudian klinker digiling halus
secara mekanis sambil ditambah gibs tak terbakar yang berfungsi sebagai
pengontrol waktu ikat. Hasilnya berbentuk tepung kering yang dimasukkan
dalam kantong-kantong semen yang pada umumnya mempunyai berat 40 - 50
kg Tjakrodimuljo, 1996:106.
2.2.3 Kuat Tekan yang disyaratkan
Kuat tekan telah ditetapkan oleh perencaan struktur yakni dari benda
uji berbentuk silinder berdiameter 150mm mega pascal (MPa). kekuatan
suatu komponen struktur atau penampang yang dihitung berdasarkan
ketentuan dan asumsi metoda perencanaan sebelum dikalikan dengan suatu
faktor reduksi yang sesuai. Sedangkan kuat perlu adalah kekuatan komponen
struktur atau penampang yang diperlukan menahan beban terfaktor atau
momen dan gaya-dalam akibat suatu kombinasi muatan/beban.
www.ferycayo.blogspot.co.id/struktur_beton_html

2.2.4 Tulangan
Tulangan adalah batang baja berbentuk polos ulir (deform) atau pipa
yang berfungsi untuk menahan gaya tarik maupun gaya tekan pada komponen
struktur. www.ferycayo.blogspot.co.id/struktur_beton_html.

2.2.5 Tulangan Sengkeng


Tulangan sengkeng adalah tulangan yang digunakan untuk menaha
tagangan geser dari torsi dalam suatu komponen struktur.
www.ferycayo.blogspot.co.id/struktur-beton-html

2.3 Beton Bertulang


Beton bertulang adalah beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah
tulangan yang tidak kurang dari nilai minimum yang di syaratkan dengan atau tanpa
prategang, dan direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kedua bahan tersebut
bekerja sama dalam memikul gaya-gaya. SNI 03- 2847 2002: 3.13
Sifat utama dari baja tulangan, yaitu sangat kuat terhadap beban tarik
maupun beban tekan. Karena baja tulangan harganya mahal, maka sedapat mungkin
dihindari penggunaan baja tulangan untuk memikul beban tekan.
Amrinsyah,2014:201
2.3.1 Kuat Tekan
Nilai kuat tekan pada beton didapat melalui tata cara pengujian
standar, menggunakan mesin uji yakni dengan cara memberikan beban tekan
bertingkat pada benda uji silinder beton. Tata cara pengujian ini
menggunakan standar ASTM (American Society for Testing Materials) C39-
86. Kuat tekan beton umur 28 hari berkisar antara 10 65 MPa. Untuk beton
bertulang pada umumnya menggunakan beton dengan kuat tekan berkisar 17-
30 MPa. Amrinsyah,2014:206

2.3.2 Kuat Tarik


Selama bertahun-tahun, sifat tarik beton diukur dengan memakai
modulus keruntuhan (modulus of rupture). Baru-baru ini, hasil dari
percobaan split silinder beton, umumnya memberikan hasil yang lebih baik
dan mencerminkan kuat tarik sebenarnya. Nilai pendekatan yang diperoleh
dari hasil pengujian berulang kali mencapai kekuatan 0,50 fc 0,60 fc,
sehingga untuk beton normal digunakan nilai 0,57 fc. Amrinsyah,2014:207.

2.3.3 Kuat Geser


Kekuatan geser lebih sulit diperoleh, karena sulitnya mengisolasi
geser dari tegangan-tegangan lainnya. Ini merupakan salah satu sebab
banyaknya variasi kekuatan geser yang dituliskan dalam berbagai literature,
mulai dari 20% dari kekuatan tekan pada pembebanan normal, sampai sebesar
85% dari kekuatan tekan, dalam hal terjadi kombinasi geser dan tekan.
Amrinsyah,2014:207

2.3.4 Modulus elastisitas


Modulus elastisitas, merupakan kemiringan dari bagian awal grafik
yang lurus dari diagram regangan-tegangan, yang akan bertambah besar
dengan bertambahnya kekuatan beton. Besarnya modulus elastisitas tersebut
dapat dihitung dengan tepat berdasarkan persamaan empiris
Amrinsyah,2014:210 :
Ec = 0,043 wc1,50 fc
Untuk beton normal (wc = 23 kN/m3), Ec = 4700 fc

Keterangan:
Ec= modulus elastisitas beton tekan (MPa)
wc = berat isi beton (kg/m3)
fc = kuat tekan beton (MPa)

2.3.5 Rangkak
Rangkak (creep) adalah sifat di mana beton mengalami perubahan
bentuk (deformasi) permanen akibat beban tetap yang bekerja padanya.
Rangkak timbul dengan intesitas yang semakin berkurang untuk selang waktu
tertentu dan akan berakhir setelah beberapa tahun berjalan. Besarnya
deformasi rangkak sebanding dengan besarnya beban yang ditahan dan juga
jangka waktu pembebanan. Pada umumnya rangkak tidak mengakibatkan
dampak langsung terhadap kekuatan struktur, tetapi akan mengakibatkan
timbulnya redistribusi tegangan pada beban kerja dan kemudian
mengakibatkan terjadinya peningkatan lendutan (defleksi).
www.ferycayo.blogspot.co.id/sifat_beton-html

2.3.6 Susut
Susut secara umum didefinisikan sebagai perubahan volume beton
yang tidak berhubungan dengan beban. Pada dasarnya ada dua jenis susut,
yaitu susut plastis dan susut pengeringan. Susut plastis terjadi beberapa jam
setelah beton segar dicor ke dalam cetakan (bekisting). Sedangkan susut
pengeringan terjadi setelah beton mencapai bentuk akhirnya, dan proses
hidrasi pasta semen telah selesai. Laju perubahannya berkurang terhadap
waktu, karena beton semakin berumur akan semakin tahan tegangan dan
semakin sedikit mengalami susut.
www.ferycayo.blogspot.co.id/sifat_beton_html
2.3.7 Kelebihan Beton Bertulang
Kelebihan beton bertulang sebagai bahan konstruksi utama pekerjaan
teknik sipil adalah sebagai berikut:
1) Kuat tekan beton bertulang relatif lebih tinggi dari bahan lain
konstruksi lain.
2) Memiliki ketahanan yang tinggi terhadap api dan air. Tidak berkarat
karena air dan pada kasus kebakaran dengan intensitas rata-rata,
struktur dengan ketebalan penutup beton tertentu hanya mengalami
kerusakan pada permukaannya saja.
3) Struktur beton bertulang sangat kokoh.
4) Biaya pemeliharaan beton bertulang hampir sangat rendah
5) Durabilitas yang tinggi. Beton bertulang lebih awet dan tahan lama
dibandingkan dengan bahan lain. Normalnya sebuah struktur beton
bertulang dapat digunakan sampai jangka waktu yang sangat lama
dengan tidak kehilangan kemampuan menahan bebannya. Hal tersebut
karena hukum kimia proses pemadatan semen yang semakin lama akan
semakin membatu.
6) Untuk bahan pondasi tapak, dinding basement, tiang tumpuan
jembatan, dan semacamnya, beton bertulanglah pilihan paling hemat
biaya.
7) Beton bertulang bisa dibuat dalam banyak bentuk untuk beragam
fungsi dan kegunaan, seperti bentuk pelat, balok. dari bentuk
sederhana seperti kolom hingga berbentuk atap kubah yang rumit.
8) Material beton bertulang bisa dibuat dari bahan-bahan lokal yang
murah seperti pasir, kerikil, dan air dan relatif hanya membutuhkan
sedikit semen dan tulangan baja.
9) Dibanding struktur baja, pembuatan dan instalasi konstruksi beton
bertulang lebih mudah dan cukup dengan tenaga berkeahlian rendah.
www.ilmuteknik-sipil-indonesia.blogspot.com/kelebihan_dan_kekurangan-
beton_bertulang
2.3.8 Kekurangan Beton Bertulang
Di antara kekurangan beton bertulang adalah sbb;
1) Kuat tarik yang sangat rendah karenanya diperlukan penggunaan
tulangan tarik.
2) Waktu pengerjaan beton bertulang lebih lama.
3) Kualitas beton bertulang variatif bergantung pada kualifikasi para
pembuatnya
4) Dibutuhkan bekisting penahan pada saat pengecoran beton agar tetap
di tempatnya sampai beton tersebut mengeras. Berat beton sendiri
sangat besar (2,4 t/m3), sehingga konstruksi harus memiliki
penampang yang besar.
5) Diperlukannya penopang sementara untuk menjaga agar bekisting
tetap berada pada tempatnya sampai beton mengeras dan cukup kuat
untuk menahan beratnya sendiri.
6) Biaya bekisting reltif mahal hingga sepertiga atau dua pertiga dari total
biaya sebuah struktur beton.
7) Rendahnya kekuatan per satuan berat dari beton mengakibatkan beton
bertulang menjadi berat. Ini akan sangat berpengaruh pada struktur-
struktur bentang-panjang dimana berat beban mati beton yang besar
akan sangat mempengaruhi momen lentur.
8) Bervariasinya sifat-sifat beton dan proporsi-campuran serta
pengadukannya.
9) Proses penuangan dan perawatan beton tidak bisa kontrol dengan
ketepatan maksimal, berbeda dengan proses produksi material struktur
lain.www.ilmuteknik-sipil-
indonesia.blogspot.com/kelebihan_dan_kekurangan_beton_bertulang

2.4 Metode Dreux


Metode ini dikembangkan oleh Prof. Georges Dreux berkebangsaan Perancis
melalui penelitian yang dilakukannya pada tahun 1979.
Suatu rumusan perancangan campuran beton dapat dinyatakan dengan :
fcr = G Rec (C/E 0.5)
Keterangan :
Fcr = Kekuatan tekan beton rata-rata pada umur 28 hari atas dasar benda
uji silinder berdiameter 150 mm dengan tinggi 300 mm (MPa)
G = Faktor kekompakan butiran (faktor granular); suatu besaran yang
menunjukkan besarnya volume yang diisi oleh agregat kasar.
fce = Kekuatan tekan mortar semen (MPa)
C = Berat semen untuk 1 m3 beton
E = Berat a Besar
Amrinsyah,2014:224

2.4.1 Faktor granular (G) dipengaruhi oleh kualitas serta ukuran maksimum
agregat yang digunakan. Kuat tekan beton rata-rata fcr dinyatakan sebagai
kekuatan tekan yang memperhitungkan tingkat kegagalan sebesar 5%, dengan
distribusi kekuatan tekan beton dianggap mengikuti distribusi normal.
Hubungan antara kuat tekan beton yang disyaratkan dengan kuat tekan beton
rata-rata dinyatakan sebagai :
fc = fc 1.64 s
Atau
fc = fc 1.64 s
Keterangan:
fc = Kekuatan tekan beton yang disyaratkan (MPa)
fcr = Kekuatan tekan rata-rata (MPa)
S = Deviasi standar (MPa)
Thambah Sembiring,2004:115
Pengujian kekuatan dilakukan terhadap 30 buah benda uji silinder
berdiameter 150 mm dengan tinggi 300 mm. Bila hanya memungkinkan untuk
dilakukan pengujian untuk sejumlah benda uji yang kurang dari 30 buah maka
diperlukan koreksi terhadap deviasi standar.
Besarnya kekuatan tekan beton rencana yang dipakai pada perancangan
campuran beton adalahnilai terbesar antara :
fcr = fc 1.64 s (MPa)
Dan
fcr = fc + 2.46 s 4 (MPa)
Thambah Sembiring,2004:118
Dengan nilai deviasi standar yang telah dikoreksi. Bila tidak tersedia data
hasil pengujian atau pengalaman sebelumnya, maka besarnya kekuatan tekan
beton rencana dapat diperhitungkan.
Di dalam pelaksanaan, kekuatan tekan beton dinyatakan sebagai
kekuatan tekan karakteristik yang dihitung berdasarkan benda uji kubus dengan
sisi 150 mm, sedangkan rumusan perancangan campuran beton menurut Dreux
didasarkan atas benda uji silinder berdiameter 150 mm dengan tinggi 300 mm.
Oleh karenanya diperlukan konversi kuat tekan benda uji kubus ke benda uji
silinder. Berdasarkan hasil penelitian, kuat tekan benda uji kubus adalah 1.2 kali
lebih besar dari benda uji silinder. Thambah Sembiring,2004:120

2.4.2 Rasio C/E


Dari rumusan Dreux terlihat kekuatan tekan beton tidak tergantung pada
jumlah semen yang digunakan, selama perbandingan antara jumlah semen dan
air (C/E) tetap. Akan tetapi dalam perancangan campuran perlu diperhatikan
faktor-faktor kemudahan pelaksanaan pengecoran beton; campuran beton tidak
boleh terlalu kental ataupun terlalu encer, sehingga diadakan pembatasan
sebagai berikut :
1) Rasio jumlah semen terhadap air (C/E) berkisar antara 1.5 sampai 2.5
2) Jumlah semen tidak kurang dari 300 kg/m3 beton.

Bila dalam pencampuran beton digunakan agregat kasar berupa batu


pecah, maka harga slump dari pembacaan grafik perlu dikurangi sekitar 20 mm.
Thambah Sembiring,2004:125

4.1.3 Persentase Agregat


Persentase agregat ditentukan dengan menggunakan analisis
granulometri. Batasan granulomerti agregat. Kurva gabungan agregat yang
digunakan sedapat mungkin harus berimpit dengan kurva patokan yang
diberikan. Kurva patokan adalah garis bilinier yang menghubungkan titik 0%
pada diameter 0.1 mm dan titik 100% pada diameter maksimum (D) dengan titik
patah P(X,Y). Thambah Sembiring,2004:122

Tabel 2.2 Harga K untuk berbagai pemadatan dan dosis semen


Pemadatan Lemah normal kuat
Jenis Agregat alam pecah alam pecah alam pecah
400 + F -2 0 -4 -2 -6 -4
400 0 +2 -2 0 -4 -2
Dosis Semen
350 +2 +4 0 +2 -2 0
(kg/m3)
300 +4 +6 +2 +4 0 +2
250 +6 +8 +4 +6 +2 +4
Sumber: Thambah Sembiring, 2004:122
DAFTAR PUSTAKA

Sembiring, T, 2004, Struktur Beton Bertulang. Bandung.

Nasution, Amrinsyah, 2014, Perencanaan Struktur Beton Bertulang. Bandung

www.ilmuteknik-sipil-indonesia.blogspot.com/kelebihan-dan-kekurangan-beton-
bertulang Sabtu 16-1-2016 pukul 00:29

www.ferycayo.blogspot.co.id/2011/10/struktur-beton-html Jumat 15-1-2016 pukul


23.08

www.jumantorocivilengineering.blogspot.co.id/beton-bertulang.html Jumat 15-1-


2016 pukul 15.09

http://www.academia.edu//10290680/definisi_beton_dan_beton_bertulang Jumat
15-1-2016 pukul 15.15

You might also like