You are on page 1of 15

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MALPRAKTIK YANG DILAKUKAN OLEH PERAWAT

PADA RUMAH SAKIT SWASTA (ANALISIS DARI PERSPEKTIF HUKUM PERDATA)

Oleh : Shinta Permata Sari


Pembimbing 1 : Dr. Firdaus, S.H, M.H.
Pembimbing 2 : Ulfia Hasanah, S.H, M.Kn.
Alamat : Jl. Cempedak No. 19F Pekanbaru
Email :tata_cute92@ymail.com - Telepon : 082169913563

ABSTRACT

In the case of demage which often suffer by patient consequenced the mistake and/or
failure by healthy persons (especially nurse) because didnt do their practice based on profesion
of standard, at this moment the society has been knowed and has consciousness completely
towards law in occur. So, if healthy of service which the patients received not optimal even
appeared the bad condition or has bee happened malpractice, the society would proposed claim
to healthy service and healthy persons who worked in becaused of demage. More the malpractice
case doing by nurse, claimed responsibility of law on their action. The purpose from written this
scripsion are; The first, The Responsibility of Private A Nurse of The Private Hospital Who
Done Malpractice To Patient, The Second, The Eforts of Law Which Done by Patient Towards A
Nurse Done Malpractice. The conclusion are, The first, the responsibility of private a nurse of
private on malpractice done towards the patient is submit to contract agreement between a nurse
and the hospital, which based on Pasal 1601 jo. 1601a KUHPerdata. If in contract agreement
which made between the nurse with the private hospital said certainly if the nurse responsibility
according to law based on the mistake consequenced by doing them, so the nurse should
responsibility to paid that demage, based on Pasal 1365 jo. 1366 KUHPerdata, and Pasal 58 ayat
(1) Undang-undang Kesehatan. The second, the patient could do the eforts of law, like litigation
and non litigation. Writter suggest, The first, the government should made regulation shelf which
regulated about malpractice doing by healthy persons (included nurse), so that there is umbrella
of law especially about malpractice. The second, Undang-undang Keperawatan need to revision
becaused nothing regulated about responsibility of nurse if they do the malpractice. Law
Enforcer so that interpretation to used private punishment which included Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata as one of instrument of law which still occured in Indonesia untill this moment.

Key words: Malpractice Nurse Demage Responsibility of Private The Private Hospital

JOM Fakultas Hukum Volume II Nomor 1 Februari 2015.


PENDAHULUAN tenaga kesehatan yang
menanganinya, hampir semua, kalau
A. Latar Belakang tidak dapat dikatakan semuanya,
Malpraktik dapat diartikan adalah menyangkut tuntutan ganti
sebagai setiap tindakan medis yang rugi. Dasar hukum yang berlaku
dilakukan oleh dokter atau oleh adalah Pasal 1365 Kitab Undang-
orang-orang di bawah Undang Hukum Perdata (selanjutnya
pengawasannya, atau oleh penyedia disebut dengan KUHPerdata),
jasa kesehatan yang dilakukan mengenai ketentuan perbuatan
terhadap pasiennya, baik dalam hal melawan hukum harus dipenuhinya
diagnosis, terapeutik, atau empat unsur, yaitu: 3
manajemen penyakit, yang dilakukan 1. Pasien harus mengalami suatu
secara melanggar hukum, kepatutan, kerugian;
kesusilaan, dan prinsip-prinsip 2. Terdapat kesalahan atau
profesional, baik dilakukan dengan kelalaian;
kesengajaan, atau ketidakhati-hatian, 3. Terdapat hubungan kausal antara
yang menyebabkan salah tindak, rasa kerugian dan kesalahan;
sakit, luka, cacat, kematian, 4. Perbuatan itu melanggar hukum.
kerusakan pada tubuh dan jiwa, atau Menurut Pasal 2 Peraturan
kerugian lainnya dari pasien dalam Pemerintah No. 32 Tahun 1996
perawatannya, yang menyebabkan Tentang Tenaga Kesehatan
tenaga kesehatan harus (selanjutnya disebut dengan PP
bertanggungjawab baik secara Tenaga Kesehatan), terdapat
administrasidan atau secara perdata beberapa jenis tenaga kesehatan,
dan atau secara pidana.1 diantaranya: 4
Ketentuan mengenai a) tenaga medis;
malpraktik tidak ada diatur dalam b) tenaga keperawatan;
Undang-undang Kesehatan. Oleh c) tenaga kefarmasian;
karena itu, perlu adanya aturan d) tenaga kesehatan masyarakat;
tersendiri yang mengatur tentang e) tenaga gizi;
malpraktik. Hal itulah yang sampai f) tenaga keterapian fisik;
sekarang masih menjadi bahan g) tenagaketeknisian medis.
perbincangan dikalangan masyarakat Berkenaan dengan kerugian
dan penegak hukum.2 yang sering diderita pasien akibat
Malpraktik perdata terjadi kesalahan (kesengajaan/ kealpaan)
apabila terdapat hal-hal yang para tenaga kesehatan karena tidak
menyebabkan tidak dipenuhinya isi menjalankan praktek sesuai dengan
perjanjian (wanprestasi) didalam standar profesi, saat ini masyarakat
transaksi terapeutik oleh dokter atau telah memenuhi pengetahuan serta
tenaga kesehatan lain, atau terjadinya kesadaran yang cukup terhadap
perbuatan melawan hukum hukum yang berlaku, sehingga
(onrechtmatige daad), sehingga ketika pelayanan kesehatan yang
menimbulkan kerugian pada pasien. mereka terima dirasa kurang optimal
Menyangkut gugatan seorang pasien bahkan menimbulkan kondisi yang
dalam proses perdata terhadap tidak diinginkan atau dianggap telah
3
S. Soetrisno, Malpraktek Medik dan Mediasi
1
Kamus Hukum, Citra Umbara, Bandung:2008, sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa, Telaga
hlm. 249. Ilmu, Tangerang: 2010, hlm. 8.
2 4
Ameln F, Kapita Selekta Hukum Kedokteran, Pasal 2 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 32
Grafikatama Jaya, Jakarta:1991, hlm. 130. Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan.
1
JOM Fakultas Hukum Volume II Nomor 1 Februari 2015.
terjadi malpraktik, masyarakat akan lain, dapat dikatakan menimbulkan
mengajukan gugatan baik kepada penyakit baru. 7
sarana pelayanan kesehatan maupun Perawat harus bertanggung
kepada tenaga kesehatan yang jawab terhadap perbuatannya karena
bekerja di dalamnya atas kerugian kelalaian dan kesalahan, karena
yang mereka derita. 5 setelah dilakukan penelitian, ternyata
Demi mewujudkan keadilan, perawat tersebut merupakan pekerja
memberikan perlindungan, serta baru di rumah sakit itu, 8 sehingga
kepastian hukum bagi semua pihak, perawat belum tahu dan belum
dugaan kasus malpraktik harus berpengalaman menangani orang
diproses secara hukum. Tentunya sakit, tetapi malah langsung
proses ini tidak mutlak menjamin mengambil tindakan tanpa adanya
akan mengabulkan tuntutan dari perintah dari sang dokter.
pihak pasien atau keluarganya secara Contoh kasus lain, yaitu kisah
penuh, atau sebaliknya pilu yang dialami oleh Hendri (25
membebaskan pihak tenaga tahun), ayah dari bayi bernama Evan
kesehatan maupun sarana pelayanan yang baru lahir satu malam di
kesehatan yang dalam hal ini sebagai Rumah Sakit Fatmawati, Jakarta
pihak tergugat, dari segala tuntutan Selatan pada 19 Maret 2013 yang
hukum. 6 lalu. Evan mengalami bercak
Skripsi ini diangkat kemerahan, kemudian panas tinggi
berdasarkan kasus yang telah terjadi setelah disuntik perawat dan
di kota Bangkinang pada Februari akhirnya meninggal. Seharusnya
2014, yaitu seorang pasien datang Evan tidak boleh diberikan suntikan
berobat ke salah satu rumah sakit di karena merupakan bayi yang baru
kota Bangkinang, namun karena lahir secara prematur, tetapi perawat
dokter belum datang, seorang memberikan suntikan imunisasi
perawat langsung mengambil alih dengan menganggap bahwa
9
pekerjaan si dokter, yaitu dengan tindakannya adalah benar.
cara memberi infus pada Kasus yang sama juga terjadi
pergelangan tangan bagian kanan si di Medan pada 6 Desember 2013,
pasien. Setelah beberapa jam, yaitu seorang perawat Rumah Sakit
ternyata tidak ada perubahan atau Umum Daerah (RSUD) kota Langsa
penyembuhan yang berarti, yang diduga melakukan malpraktik,
perawatpun langsung memindahkan dengan salah memberikan obat
infus tersebut ke pergelangan tangan naritidin 50 mg dan naufalgis 45 mg
kiri pasien, tetapi hal tersebut malah kepada pasien bayi perempuan yang
menyebabkan tangan pasien menjadi baru berumur 34 hari. Akhirnya bayi
hitam, hangus, dan terbakar. Hal ini tersebut mengalami muntah, kejang-
berdampak pada kemarahan dari kejang, perut kembung, dan badan
orang tua pasien yang anaknya lemas.10
bukannya sembuh, tetapi malah
semakin parah, atau dengan kata
7
Riau Pos, Selasa, 18 Februari 2014, hlm. 7.
8
Ibid.
5 9
Syahrul Machmud, Penegakan Hukum dan http://www.merdeka.com/peristiwa/kisah-bayi-
Perlindungan bagi Dokter yang Diduga Melakukan prematur-evan-meninggal-setelah-disuntik-
Medikal Malpraktek, Karya Putra Darwati, perawat.html, diakses tanggal 6 Desember 2014,
Bandung: 2012, hlm. 161. pukul 11.25.
6 10
Dahlan S, Hukum Kesehatan, Universitas http://medanbisnisdaily.com/news/read/
Diponegoro, Semarang: 2002, hlm. 71. 2013/12/06/66322/perawat_rsud_langsa_diduga_
2
JOM Fakultas Hukum Volume II Nomor 1 Februari 2015.
Ketiga contoh kasus di atas ketentuan Peraturan Perundang-
melanggar ketentuan Pasal 30, 35, undangan. 13 Kasus pertama
dan 38 Undang-Undang No. 38 memenuhi unsur Pasal 35 tersebut di
Tahun 2014 Tentang Keperawatan atas, yaitu kelalaian perawat dalam
(selanjutnya disebut dengan Undang- memberikan obat, sehingga
undang Keperawatan). Pasal 30 yang menyebabkan tangan klien menjadi
mengatur tentang wewenang hitam, hangus, dan terbakar,
perawat, pada ayat (1) huruf h sedangkan Pasal 38 memenuhi unsur
menyebutkan bahwa: Dalam pada ketiga kasus di atas, yaitu tidak
menjalankan tugas sebagai pemberi terpenuhinya hak-hak klien karena
Asuhan Keperawatan di bidang perawat tidak menjalankan praktek
upaya kesehatan perorangan, sesuai dengan kode etik, standar
Perawat berwenang memberikan pelayanan keperawatan, dan standar
konsultasi Keperawatan dan operasional prosedur.
berkolaborasi dengan dokter.11 Penulis tertarik untuk meneliti
Pada kasus pertama, jelas kasus di atas karena pelanggaran-
terlihat bahwa perawat tidak pelanggaran dalam dunia kedokteran
berkolaborasi dengan dokter karena banyak terjadi. Penulis ingin
perawat langsung mengambil mengetahui bagaimana penyelesaian
tindakan sendiri tanpa adanya kasus tersebut menurut ketentuan
diskusi ataupun perintah dari dokter hukum yang berlaku, yaitu dengan
untuk menangani pasien (dalam menelaah Kitab Undang-Undang
Undang-undang Keperawatan, Hukum Perdata (KUHPerdata),
pasien disebut dengan klien). Undang-undang Kesehatan, dan
Ketentuan Pasal 35 Undang-undang Undang-undang Keperawatan yang
Keperawatan berbunyi: 12 baru disahkan pada tahun 2014 ini,
(1) Dalam keadaan darurat untuk untuk mempelajari adakah
memberikan pertolongan konsistensi dan kesesuaian antara
pertama, Perawat dapat undang-undang tersebut dengan
melakukan tindakan medis dan KUHPerdata, yaitu yang terdapat
pemberian obat sesuai dengan dalam ketentuan Pasal 1365
kompetensinya. KUHPerdata, Pasal 58 ayat (1)
(2) Pertolonganpertama Undang-undang Kesehatan, dan
sebagaimana dimaksud pada Undang-undang Keperawatan.
ayat (1) bertujuan untuk Nantinya diharapkan para
menyelamatkan nyawa Klien tenaga kesehatan (khususnya
dan mencegah kecacatan lebih perawat) tidak akan melakukan
lanjut. malpraktik lagi, tentunya terlebih
Pasal 38 huruf c berbunyi: dahulu harus mengetahui hak dan
Dalam Praktik Keperawatan, Klien kewajibannya masing-masing
berhak: mendapatkan Pelayanan dengan memahami Undang-undang
Keperawatan sesuai dengan kode Kesehatan dan Undang-undang
etik, standar Pelayanan Keperawatan.
Keperawatan, standar profesi, Disahkannya Rancangan
standar prosedur operasional, dan Undang-Undang (RUU)
Keperawatan menjadi undang-
malpraktek,diakses tanggal 6 Desember 2014, undang pada Sidang Paripurna
pukul 11.28. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
11
Pasal 30 ayat (1) huruf h Undang-Undang
No. 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan.
12 13
Ibid, Pasal 35. Ibid, Pasal 38 huruf c.
3
JOM Fakultas Hukum Volume II Nomor 1 Februari 2015.
Republik Indonesia (RI) pada pada khususnya, terutama
tanggal 25 September 2014, berarti mengenai Hukum Kesehatan
bahwa seorang perawat telah yang memiliki hubungan erat
memiliki payung hukum tersendiri dengan Hukum Pidana, Hukum
yang mengatur profesinya, sehingga Perdata, dan Hukum
tidak hanya berpegang pada Undang- Administrasi.
undang Kesehatan yang mengatur b. Manfaat Praktis
tentang tenaga kesehatan secara Hasil penelitian hukum ini
umum. 14 Atas dasar itu, penulis diharapkan dapat memberikan
tertarik melakukan penelitian hukum pengetahuan kepada penulis
ilmiah secara normatif yang sendiri, masyarakat pada
berjudul, TINJAUAN YURIDIS umumnya, dan para tenaga
TERHADAP MALPRAKTIK kesehatan pada khususnya,
YANG DILAKUKAN OLEH untuk mengetahui
PERAWAT PADA RUMAH pertanggungjawaban perdata
SAKIT SWASTA (ANALISIS seorang tenaga kesehatan atas
DARI PERSPEKTIF HUKUM tindakan malpraktek yang
PERDATA). dilakukannya, serta dapat
bermanfaat bagi para penegak
B. Rumusan Masalah hukum di Indonesia dalam
1. Bagaimanakah pertanggungjawaban menerapkan sanksi perdata yang
perdata perawat Rumah Sakit Swasta tercantum di dalam Kitab
atas tindakan malpraktik yang Undang-Undang Hukum
dilakukan terhadap pasien? Perdata.
2. Bagaimanakah upaya hukum yang D. Kerangka Teori
dapat ditempuh pasien terhadap 1. Teori Perlindungan Hukum
perawat yang melakukan Pengertian hukum menurut
malpraktik? Mr. J. Van Kaan: Kaidah-kaidah
hukum adalah peraturan-peraturan
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian yang bersifat memaksa, dan
1) Tujuan Penelitian pengertian hukum adalah
a. Untuk mengetahui serumpunan peraturan yang bersifat
pertanggungjawaban perdata memaksa, yang diadakan untuk
perawat Rumah Sakit Swasta melindungi kepentingan-kepentingan
atas tindakan malpraktik yang orang dalam masyarakat. Tugas dari
dilakukan terhadap pasien. tata hukum adalah mengadakan
b. Untuk mengetahui upaya hukum kaidah-kaidah untuk melindungi
yang dapat ditempuh pasien kepentingan-kepentingan yang
terhadap perawat yang menghendaki perlindungan yang
melakukan malpraktik. dapat dipaksakan.15 Jadi, hukum
memiliki tugas sebagai keseluruhan
2) Kegunaan Penelitian ketentuan-ketentuan kehidupan yang
a. Manfaat Teoritis bersifat memaksa, yang melindungi
Hasil penelitian hukum ini kepentingan orang dalam
diharapkan dapat memberikan masyarakat.
kontribusi bagi pengembangan
ilmu pengetahuan pada
umumnya, dan ilmu hukum
15
Lalu Husni, Pengantar Hukum
Ketenagakerjaan Indonesia. Edisi Revisi, Raja
14
Kompas, Jumat, 26 September 2014, hlm. 1. Grafindo Persada, Jakarta: 2009, hlm. 13.
4
JOM Fakultas Hukum Volume II Nomor 1 Februari 2015.
Hegel menyatakan bahwa berbunyi: Tenaga kesehatan berhak
negara merupakan transendensi dari mendapatkan imbalan dan
kepentingan yang individualistis. perlindungan hukum dalam
Negara sama dengan alat untuk melaksanakan tugas sesuai dengan
melindungi kepentingan profesinya. 18
kemerdekaan suatu bangsa dan
kemerdekaan individu atau 2. Teori Tanggung Jawab Hukum
kelompok yang oleh sebab itu patut Tanggung jawab adalah
dilindungi pula.16 kewajiban untuk memikul akibat dari
Kedua pendapat ahli hukum perbuatannya atau menanggung
tersebut tidak memiliki persepsi segala sesuatunya untuk
yang terlalu jauh. Intinya adalah dipersalahkan atau diperkarakan. 19
hukum merupakan metode untuk Secara umum, prinsip
menciptakan ketentraman, tata tertib, tanggung jawab hukum ini
yaitu dengan menerapkan norma- dibedakan sebagai berikut: 20
norma atau aturan-aturan yang a. Prinsip tanggung jawab
sifatnya memaksa untuk individu berdasarkan unsur kesalahan
atau kelompok guna memperoleh (fault liability atau liability based
keadilan dan tidak ada pihak yang on fault)
merasa dirugikan. Dalam hal ini baru dapat diminta
Berdasarkan teori ini, jika pertanggungjawaban secara
dihubungkan dengan kajian hukum jika ada unsur kesalahan
malpraktik yang diteliti oleh penulis, yang dilakukan. Kesalahan yang
secara hukum korban (dalam hal ini dimaksud adalah unsur yang
pasien) tentunya mendapat bertentangan dengan hukum,
perlindungan hukum dari negara, tidak hanya bertentangan dengan
yaitu berdasarkan Undang-undang undang-undang, tetapi juga
Kesehatan Bagian Kedua Paragraf dengan asas kepatutan dan
Kedua yang mengatur tentang kesusilaan dalam masyarakat.
Perlindungan Pasien dari Pasal 56- b. Prinsip praduga untuk selalu
58, khususnya Pasal 58 ayat (1) yang bertanggung jawab (presumption
berbunyi: Setiap orang berhak of liability principle)
menuntut ganti rugi terhadap Prinsip ini menyatakan bahwa
seseorang, tenaga kesehatan, tergugat selalu bertanggung jawab
dan/atau penyelenggara kesehatan sampai ia dapat membuktikan
yang menimbulkan kerugian akibat bahwa ia tidak bersalah. Jadi beban
kesalahan atau kelalaian dalam pembuktian ada pada si tergugat.
pelayanan kesehatan yang c. Prinsip praduga untuk tidak selalu
diterimanya. 17 bertanggung jawab (presumption of
Tidak hanya pasien yang non liability principle)
mendapat perlindungan secara Prinsip ini tidak lagi dapat
hukum, perawat juga mendapat diterapkan secara mutlak, dimana
perlindungan hukum, yaitu tetap dapat dimintakan
berdasarkan ketentuan Pasal 27 pertanggungjawaban sepanjang
Undang-undang Kesehatan yang
18
Ibid, Pasal 27.
16 19
Antonius Cahyadi, Pengantar ke Filsafat Abdul Karim, Tanggung Jawab, Grafindo
Hukum, Kencana, Jakarta: 2010, hlm. 125. Medio Pratama, Bandung: 2002, hlm. 79.
17 20
Pasal 58 ayat (1) Undang-Undang No. 36 Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen di
Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Indonesia, Grasindo, Jakarta: 2000, hlm. 59.
5
JOM Fakultas Hukum Volume II Nomor 1 Februari 2015.
bukti kesalahan ada pada tenaga membawa kerugian kepada orang
kesehatan dapat ditunjukkan. lain mewajibkan orang yang
Pasienlah yang dapat membuktikan berbuat salah menerbitkan atau
kesalahan yang dilakukan oleh mengganti kerugian atas
tenaga kesehatan. perbuatannya itu.22 Oleh karena itu,
d. Prinsip tanggung jawab mutlak perawat wajib membayar biaya
(strict liability) ganti rugi kepada pasien.
Maksud dari prinsip ini adalah
prinsip tanggung jawab yang 3. Konsep Ganti Rugi
menetapkan bahwa kesalahan tidak Tenaga kesehatan yang
sebagai faktor yang menentukan. melakukan suatu tindakan yang
Namun ada pengecualian yang dapat merugikan pasien harus
memungkinkan untuk dibebaskan bertanggungjawab untuk
dari tanggung jawab, seperti membayar uang ganti kerugian atas
keadaan force majoure (tak perbuatan yang telah
terduga). Prinsip ini ditetapkan dilakukannya.Ketentuan ini diatur
karena:21 dalam Pasal 1365 Kitab Undang-
(1) Pasien tidak dalam posisi yang Undang Hukum Perdata dan Pasal
menguntungkan untuk 58 ayat (1) Undang-undang
membuktikan adanya Kesehatan.
kesalahan yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan; E. Metode Penelitian
(2) Tenaga kesehatan lebih dapat 1) Jenis Penelitian
mengantisipasi jika sewaktu- Penulis menggunakan penelitian
waktu ada gugatan atas hukum secara normatif dalam
kesalahan yang dilakukannya; meneliti kasus ini, yaitu suatu
(3) Asas ini dapat memaksa tenaga penelitian yang dilakukan dengan
kesehatan lebih berhati-hati. menelaah semua undang-undang dan
e. Prinsip tanggung jawab dengan regulasi yang bersangkut paut
pembatasan (limitation of liability dengan isu hukum yang sedang
principle) diteliti, untuk mempelajari adakah
Prinsip ini sangat merugikan pasien konsistensi dan kesesuaian antara
bila ditetapkan secara sepihak oleh suatu undang-undang dengan
tenaga kesehatan. Oleh karena itu undang-undang lainnya atau antara
antara tenaga kesehatan dengan undang-undang dan Undang-Undang
pasien harus memiliki rasa saling Dasar atau antara regulasi dan
percaya, yaitu dengan adanya undang-undang. 23 Penulis akan
kesepakatan diantara kedua belah membahas KUHPerdata (khususnya
pihak sebelum mereka melakukan Pasal 1365), Undang-undang
hubungan hukum. Kesehatan (Pasal 58 ayat (1), dan
Seorang perawat yang Undang-undang Keperawatan.
melakukan malpraktik kepada 2) Sumber Data
pasien wajib bertanggungjawab Penulis menggunakan data sekunder
secara penuh atas perbuatan yang dalam penelitian ini. Data sekunder
dilakukannya, yaitu berdasarkan adalah data yang diperoleh dari
ketentuan Pasal 1365 KUHPerdata
yang menyatakan bahwa, setiap 22
perbuatan melanggar hukum yang Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata.
23
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum.
21
Ibid, hlm. 63. Edisi Revisi, Kencana, Jakarta: 2005, hlm. 133.
6
JOM Fakultas Hukum Volume II Nomor 1 Februari 2015.
bahan-bahan kepustakaan, yang c. Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan
terdiri dari: yang memberikan petunjuk atau
a. Bahan Hukum Primer merupakan penjelasan terhadap bahan hukum
bahan hukum yang bersifat primer dan bahan hukum sekunder,
autoritatif, artinya mempunyai seperti ensiklopedia, Kamus Besar
otoritas, yang terdiri dari Bahasa Indonesia, surat kabar,
perundang-undangan, catatan- majalah, dan dokumen-dokumen
catatan resmi atau risalah dalam lain yang dapat menjelaskan
pembuatan perundang-undangan, permasalahan yang diangkat
dan putusan-putusan hakim. 24 penulis. 26
Bahan hukum primer yang
digunakan bersifat pokok dan 3) Teknik Pengumpulan Data
mengikat, yang terdiri dari: Pengumpulan data untuk penelitian
(1) Kitab Undang-Undang hukum secara normatif dilakukan
Hukum Perdata; dengan menggunakan metode kajian
(2) Undang-Undang No. 36 kepustakaan atau studi dokumenter
Tahun 2009 Tentang melalui peraturan-peraturan tertulis,
Kesehatan; yaitu undang-undang, buku-buku,
(3) Undang-Undang No. 44 maupun literatur-literatur yang
Tahun 2009 Tentang Rumah memiliki hubungan dengan
Sakit; permasalahan yang diteliti.
(4) Undang-Undang No. 38 4) Analisis Data
Tahun 2014 Tentang Penulis akan melakukan
Keperawatan; analisis data secara kualitatif, yaitu
(5) Peraturan Pemerintah No. 32 dengan tidak menggunakan statistik
Tahun 1996 Tentang Tenaga atau matematika ataupun sejenisnya,
Kesehatan; namun cukup dengan menguraikan
(6) Peraturan Menteri Kesehatan data secara deskriptif, yang
No. 161 Tahun 2010 Tentang kemudian ditulis dalam kalimat yang
Registrasi Tenaga Kesehatan; jelas dan bahasa yang mudah
(7) Keputusan Musyawarah dimengerti.
Nasional Persatuan Perawat Penulis akan menggunakan
Nasional Indonesia Nomor metode berpikir deduktif dalam
09/MUNAS IV/PPNI/1989 menarik kesimpulan, yaitu cara
Tentang Pemberlakuan Kode berpikir untuk menarik kesimpulan
Etik Keperawatan Indonesia; dari suatu pernyataan atau dalil yang
b. Bahan Hukum Sekunder, yaitu bersifat umum menjadi suatu
bahan yang memberikan penjelasan pernyataan atau dalil-dalil yang
mengenai bahan hukum primer, bersifat khusus.
seperti buku-buku hukum termasuk
skripsi, tesis, dan disertasi hukum, HASIL PENELITIAN DAN
dan jurnal hukum. 25 Disamping itu PEMBAHASAN
juga, kamus-kamus hukum, doktrin
A. Pertanggungjawaban Perdata
atau pendapat ahli, artikel, dan
Perawat Rumah Sakit Swasta Atas
bahan-bahan lain yang memiliki
Tindakan Malpraktik yang
relevansi dengan penelitian ini.
Dilakukan Terhadap Pasien

26
Firdaus, Bahan Ajar Perkuliahan Metode
24
Ibid, hlm. 181. Penelitian Hukum, 2014, Pertemuan ke-6, Fakultas
25
Ibid, hlm. 195-196. Hukum Universitas Riau.
7
JOM Fakultas Hukum Volume II Nomor 1 Februari 2015.
Secara Hukum Perdata, dokter terhadap seseorang, tenaga
maupun perawat mempunyai kesehatan, dan/atau penyelenggara
tanggung jawab yang harus kesehatan yang menimbulkan
dilakukannya ketika telah keluar dari kerugian akibat kesalahan atau
garis orbit standar profesi kelalaian dalam pelayanan kesehatan
keperawatan. Terdapat beberapa yang diterimanya. 28 Hal ini sesuai
tanggung jawab perdata seorang dengan teori perlindungan hukum
perawat, diantaranya: 27 Pertama, yang dibahas penulis pada Bab I,
Tanggung jawab hukum perdata yang mengandung arti bahwa
karena telah melakukan wanprestasi. seorang pasien haknya dilindungi
Wanprestasi secara hukum adalah oleh negara jika ia menderita
suatu keadaan dimana seseorang kerugian akibat pelayanan kesehatan
tidak memenuhi kewajibannya yang yang diterimanya tidak sesuai
didasari pada suatu perjanjian atau dengan kode etik, standar pelayanan
kontrak. Hal ini termaktub dalam keperawatan, dan standar
Pasal 1239 KUHPerdata. Seorang operasional prosedur. Pasien berhak
dokter dianggap melakukan menuntut dan mendapatkan ganti
wanprestasi karena tidak melakukan rugi dari perawat yang telah
apa yang telah disanggupinya, melakukan kesalahan dan/atau
terlambat melakukan apa yang telah kelalaian dalam melaksanakan upaya
diperjanjikannya, melakukan sesuatu pelayanan kesehatan di rumah sakit.
yang menurut perjanjian tidak boleh Menurut Pasal 1365
dilakukan. Kedua, tanggung jawab KUHPerdata yang berbunyi: Tiap
hukum perdata seorang perawat perbuatan melanggar hukum, yang
karena melakukan perbuatan membawa kerugian kepada seorang
melawan hukum (onrechtmatige lain, mewajibkan orang yang karena
daad). Perbuatan perawat dikatakan salahnya menerbitkan kerugian itu,
sebagai perbuatan melawan hukum mengganti kerugian tersebut.29
karena melanggar hak orang lain, Selain itu, Pasal 1366 juga berbunyi:
bertentangan dengan kewajiban Setiap orang bertanggung jawab
hukum, menyalahi pandangan etis, tidak saja untuk kerugian yang
dan berlawanan dengan sikap hati- disebabkan perbuatannya, tetapi juga
hati. Ketiga, tanggung jawab perawat untuk kerugian yang disebabkan
yang mengakibatkan kerugian. kelalaian atau kurang hati-hatinya.30
Perbuatan yang merugikan pasien Berdasarkan ketentuan
adalah karena tindakan perawat yang beberapa pasal tersebut di atas, dapat
telah melalaikan kewajibannya dan disimpulkan bahwa seorang perawat
menimbulkan kerugian yang nyata (sebagai salah satu jenis tenaga
bagi pasien. kesehatan) dapat dimintai
Mengenai pertanggungjawaban pertanggungjawaban jika perawat
Hukum Perdata terhadap malpraktik melakukan kesalahan dan/atau
yang dilakukan oleh perawat kepada kelalaian yang menimbulkan
pasien, di dalam Undang-undang kerugian bagi pasien. Hal ini sesuai
Kesehatan diatur di dalam Pasal 58 dengan teori tanggung jawab hukum
ayat (1) yang berbunyi: Setiap
orang berhak menuntut ganti rugi
28
Pasal 58 ayat (1) Undang-Undang No. 36
Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
27 29
Zulhesni, Tanggung Jawab Perawat Secara Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum
Hukum, Padang Ekspres, Minggu, 7 September Perdata.
30
2014, hlm. 9. Ibid, Pasal 1366.
8
JOM Fakultas Hukum Volume II Nomor 1 Februari 2015.
yang dibahas pada Bab sebelumnya, tersebut telah disepakati secara tegas
yang mengatakan bahwa seorang mengenai tanggung jawab hukum
perawat baru dapat dimintakan perawat, maka perawatlah yang
pertanggungjawabannya secara menanggung semua kerugian yang
hukum apabila terdapat unsur disebabkan oleh tindakannya,
kesalahan dan/atau kelalaian yang berdasarkan ketentuan Pasal 1365,
dilakukan. Kesalahan yang dimaksud 1366 KUHPerdata, dan Pasal 58 ayat
adalah unsur yang bertentangan (1) Undang-undang Kesehatan.
dengan hukum, tidak hanya Tanggung jawab tersebut berupa
bertentangan dengan undang- biaya ganti rugi yang akan
undang, tetapi juga dengan asas dibayarkan kepada pasien (dalam hal
kepatutan dan kesusilaan dalam ini korban).
masyarakat. B. Upaya Hukum yang Dapat
Apabila rumah sakit swasta Ditempuh Pasien Terhadap
telah berbentuk badan hukum Perawat yang Melakukan
sebagaimana ketentuan Pasal 7 ayat Malpraktik
(4) Undang-undang Rumah Sakit, 1. Litigasi
maka yang bertanggung gugat adalah Litigasi merupakan sebuah
rumah sakit yang bersangkutan, proses dimana pengadilan
sedangkan apabila rumah sakit menjatuhkan keputusan yang
bukan badan hukum maka yang mengikat para pihak yang
bertanggung gugat adalah badan berselisih dalam suatu proses
hukum pemiliknya, kecuali apabila hukum. Litigasi banyak
dalam perjanjian kerja antara digunakan dalam penyelesaian
perawat dengan rumah sakit sengketa medik. Hal yang paling
disepakati tentang tanggung gugat menonjol dalam proses litigasi
secara tegas. Perjanjian kerja adalah biaya cukup tinggi, waktu
tersebut tertuang dalam Pasal 1601 yang lama, beban psikologis yang
jo. 1601a KUHPerdata yang tinggi, formalitas, dan
termasuk dalam perjanjian kompleksitas dari proses litigasi.32
perburuhan, yaitu persetujuan Proses ini dimulai dengan cara
berdasarkan syarat tertentu pihak mengajukan gugatan kepada
yang satu, dalam hal ini perawat, Pengadilan Negeri.
mengikatkan dirinya untuk berada di Jika seorang pasien merasa
bawah perintah pihak lain, yaitu dirugikan dengan tindakan yang
rumah sakit, untuk suatu waktu dilakukan oleh perawat, maka
tertentu melakukan pekerjaan dengan perawat dapat
menerima upah. 31 mempertanggungjawabkan
Jadi, pertanggungjawaban perbuatannya dimuka hukum
perdata perawat rumah sakit swasta secara perdata. Pasien dapat
atas tindakan malpraktik yang mengajukan gugatan ke
dilakukan terhadap pasien adalah Pengadilan Negeri (selanjutnya
tunduk pada perjanjian kerja yang disebut dengan PN) dengan syarat
telah dibuat dan disepakati bersama bahwa: 33
antara perawat dengan rumah sakit,
yang mengacu pada ketentuan Pasal 32
Eddi Junaidi, Mediasi dalam Penyelesaian
1601 jo. 1601a KUHPerdata. Sengketa Medik, Rajawali Pers, Jakarta: 2011, hlm.
Apabila dalam perjanjian kerja 16-17.
33
Mukhlis R, Bahan Ajar Perkuliahan Hukum
Kesehatan, 2014, Pertemuan ke-5, Fakultas Hukum
31
Pasal 1601 jo. 1601a KUHPerdata. Universitas Riau.
9
JOM Fakultas Hukum Volume II Nomor 1 Februari 2015.
a) Pasien harus mengalami kerugian; bersengketa, dalam hal ini perawat
b) Adanya kesalahan; dan pasien adalah melalui mediasi.
c) Adanya hubungan kausal antara Ketentuan ini tertuang dalam
kesalahan dengan kerugian; Pasal 29 Undang-undang Kesehatan
d) Perbuatan itu melawan hukum. yang berbunyi:Dalam hal tenaga
Berdasarkan ketentuan Pasal 16 kesehatan diduga melakukan
ayat (1) Undang-Undang Nomor 4 kelalaian dalam menjalankan
Tahun 2004 Tentang Kekuasaan profesinya, kelalaian tersebut harus
Kehakiman (selanjutnya disebut diselesaikan terlebih dahulu melalui
dengan Undang-undang Kekuasaan mediasi. 37 Hal ini berati undang-
Kehakiman), tugas dan kewenangan undang memerintahkan wajib
badan peradilan di bidang perdata melakukan mediasi jika terjadi
adalah menerima, memeriksa, dan kesalahan atau kelalaian oleh tenaga
mengadili, serta menyelesaikan kesehatan sebelum menempuh jalur
sengketa diantara para pihak yang hukum lainnya. KUHPerdata juga
berperkara. Hal inilah yang menjadi mengatur perdamaian seperti yang
tugas pokok peradilan. Wewenang tertuang dalam ketentuan Pasal
pengadilan menyelesaikan perkara 1851, 1855, dan 1858. 38 Pasal 1851
diantara pihak yang bersengketa berbunyi: Perdamaian adalah suatu
disebut yurisdiksi contentiosa dan perjanjian dengan mana kedua belah
gugatannya berbentuk gugatan pihak, dengan menyerahkan,
contentiosa (contentious). 34 menjanjikan atau menahan suatu
Gugatan ini mengandung barang mengakhiri suatu perkara
sengketa diantara dua pihak atau yang sedang bergantung ataupun
lebih. Permasalahan yang diajukan mencegah timbulnya suatu perkara.
dan diminta untuk diselesaikan Pasal 1855 mengatakan bahwa,
dalam gugatan merupakan sengketa Setiap perdamaian hanya
atau perselisihan diantara para pihak. mengakhiri perselisihan-perselisihan
Di masa yang lalu bentuk ini disebut yang termaktub di dalamnya, baik
contentiosa rechtspraak. Artinya, para pihak merumuskan maksud
penyelesaian sengketa di pengadilan mereka dalam perkataan khusus atau
melalui proses sanggah menyanggah umum, maupun maksud itu dapat
dalam bentuk replik (jawaban dari disimpulkan sebagai akibat mutlak
suatu jawaban) dan duplik (jawaban satu-satunya dari apa yang
kedua kali). 35 dituliskan.
2. Non Litigasi Pasal 1858 juga mengatur
Non litigasi merupakan tentang perdamaian, yang berbunyi,
lembaga penyelesaian sengketa Segala perdamaian mempunyai
melalui prosedur yang disepakati diantara para pihak suatu kekuatan
para pihak, yakni penyelesaian di seperti suatu hakim dalam tingkat
luar pengadilan dengan cara yang penghabisan. Tidak dapatkah
konsultasi, negosiasi, mediasi, perdamaian itu dibantah dengan
konsiliasi atau penilaian ahli. 36 Cara alasan kekhilafan mengenai hukum
terbaik yang dipilih para pihak yang atau dengan alasan bahwa salah satu
pihak dirugikan.

34 37
M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, Pasal 29 Undang-Undang Nomor 36 Tahun
Sinar Grafika, Jakarta: 2007, hlm. 46. 2009 Tentang Kesehatan.
35 38
Ibid. Pasal 1851, 1855, dan 1858 Kitab Undang-
36
S. Soetrisno, Op.cit, hlm. 5. Undang Hukum Perdata.
10
JOM Fakultas Hukum Volume II Nomor 1 Februari 2015.
Mediasi adalah proses negosiasi KUHPerdata (Pasal 1851, 1855, dan
pemecahan masalah dimana pihak 1858) menentukan demikian. Jika
ketiga yang tidak memihak tidak berhasil, pasien baru dapat
(impartial) dan netral, bekerjasama menempuh jalur litigasi, dengan cara
dengan para pihak yang bersengketa mengajukan gugatan ke Pengadilan
untuk membantu memperoleh Negeri sesuai dengan kompetensi
kesepakatan yang memuaskan. 39 relatif pengadilan.
Unsur-unsur pengertian mediasi,
yaitu: 40 PENUTUP
a) Mediasi berdasarkan asas A. Kesimpulan
kesukarelaan melalui suatu 1. Pertanggungjawaban perdata
perundingan; perawat rumah sakit swasta atas
b) Mediator hanya membantu para tindakan malpraktik yang dilakukan
pihak untuk mencari terhadap pasien adalah tunduk pada
penyelesaian; perjanjian kerja yang telah dibuat
c) Mediator harus diterima oleh para dan disepakati bersama antara
pihak yang bersengketa; perawat dengan rumah sakit, yang
d) Mediator tidak mempunyai mengacu pada ketentuan Pasal 1601
kewenangan untuk mengambil jo. 1601a KUHPerdata. Apabila
keputusan; dalam perjanjian kerja tersebut telah
e) Mediator hanya membantu para disepakati secara tegas bahwa
pihak untuk menyelesaikan perawat bertanggung jawab secara
sengketa; penuh apabila ia melakukan
f) Tujuannya menghasilkan malpraktik, maka perawatlah yang
kesepakatan yang dapat diterima menanggung semua kerugian yang
para pihak. disebabkan oleh tindakannya,
Jadi dapat dikatakan bahwa, berdasarkan ketentuan Pasal 1365 jo.
pasien yang mengalami kerugian 1366 KUHPerdata, dan Pasal 58 ayat
akibat tindakan malpraktik yang (1) Undang-undang Kesehatan.
dilakukan oleh perawat dapat Tanggung jawab tersebut berupa
menempuh upaya hukum melalui biaya ganti rugi yang akan
jalur litigasi (di pengadilan) dan jalur dibayarkan kepada pasien (dalam hal
non litigasi (di luar pengadilan). ini korban).
Jalur litigasi, yaitu dengan cara 2. Pasien yang mengalami kerugian
mengajukan gugatan kepada akibat tindakan malpraktik yang
Pengadilan Negeri sesuai dengan dilakukan oleh perawat dapat
kompetensi relatif pengadilan, menempuh upaya hukum melalui
sedangkan jalur non litigasi, berupa jalur litigasi (di pengadilan) dan jalur
mediasi, yaitu penyelesaian sengketa non litigasi (di luar pengadilan).
secara damai. Proses mediasi ini pun Jalur litigasi, yaitu dengan cara
terbagi dua, yaitu yang dilaksanakan mengajukan gugatan kepada
di dalam dan di luar pengadilan. Pengadilan Negeri sesuai dengan
Sebelum menempuh jalur litigasi, kompetensi relatif pengadilan,
pasien terlebih dahulu harus sedangkan jalur non litigasi, berupa
menempuh jalur mediasi di luar mediasi, yaitu penyelesaian sengketa
pengadilan karena Undang-undang secara damai. Proses mediasi ini pun
Kesehatan (khususnya Pasal 29) dan terbagi dua, yaitu yang dilaksanakan
di dalam dan di luar pengadilan.
39
Sebelum menempuh jalur litigasi,
Ibid, hlm. 6. pasien terlebih dahulu harus
40
Ibid.
11
JOM Fakultas Hukum Volume II Nomor 1 Februari 2015.
menempuh jalur mediasi di luar Selain itu, penegak hukum agar
pengadilan karena Undang-undang dapat menerapkan sanksi perdata
Kesehatan (khususnya Pasal 29) dan yang tercantum di dalam Kitab
KUHPerdata (Pasal 1851, 1855, dan Undang-Undang Hukum Perdata
1858) menentukan demikian. Jika sebagai salah satu instrumen hukum
tidak berhasil, pasien baru dapat yang masih tetap berlaku di
menempuh jalur litigasi, dengan cara Indonesia sampai saat ini.
mengajukan gugatan ke Pengadilan
Negeri sesuai dengan kompetensi DAFTAR PUSTAKA
relatif pengadilan. A. Buku
B. Saran Ameln F, 1991, Kapita Selekta Hukum
1. Pemerintah harus membuat aturan Kedokteran, Grafikatama Jaya,
tersendiri tentang malpraktik yang Jakarta.
dilakukan oleh tenaga kesehatan Budianto, Agus, Gwendolyn Ingrid
(termasuk perawat), sehingga ada Utama, 2010, Aspek Jasa
payung hukum yang secara khusus Pelayanan Kesehatan dalam
mengatur tentang tindakan Perspektif Perlindungan Pasien,
malpraktik tersebut. Selain itu, Karya Putra Darwati, Bandung.
peraturan perundangan dalam bidang Cahyadi, Antonius, 2010, Pengantar ke
kesehatan perlu ditinjau kembali dan Filsafat Hukum, Kencana, Jakarta.
disempurnakan, seperti dalam Chandrawila, Wila, 2001, Hukum
Undang-undang Kesehatan yang Kedokteran, Mandar Maju,
juga tidak mengatur mengenai Bandung.
malpraktik di dalamnya, sehingga Dahlan S, 2002, Hukum Kesehatan,
memunculkan ketidakjelasan status UniversitasDiponegoro, Semarang.
hukum pihak-pihak yang Djamali, Abdoel,2010, Pengantar
berkepentingan dalam upaya Hukum Indonesia. Edisi Revisi,
pelayanan kesehatan. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
2. Undang-undang Keperawatan yang Guwandi, 1993, Tindakan Medik dan
baru disahkan pada tahun 2014 ini Tanggung Jawab Produk Medik,
agar dapat diamandemen karena di Balai Penerbit FK UI, Jakarta.
dalamnya belum mengatur tentang Hadiati, Hermien, 1998, Hukum
tanggung jawab hukum perawat jika Kedokteran, Citra Aditya Bakti,
perawat melakukan malpraktik. Hal Bandung.
ini disebabkan oleh pentingnya Hanafiah, Jusuf, Amri Amir, 1999,
kepastian dan kejelasan kedudukan Etika Kedokteran dan Hukum
hukum perawat dalam upaya Kesehatan, Buku Kedokteran EGC,
pelayanan kesehatan, khususnya Jakarta.
yang dilaksanakan di rumah sakit. _________________________, 2009,
Komunitas keperawatan sebaiknya Etika Kedokteran dan Hukum
juga lebih terbuka terhadap Kesehatan, EGC, Jakarta.
masuknya disiplin ilmu bidang lain, Harahap, Yahya, 2007, Hukum Acara
dalam hal ini ilmu hukum. Perdata, Sinar Grafika, Jakarta.
Keterbukaan terhadap disiplin ilmu Hariyani, Safitri, 2005, Sengketa Medik,
hukum merupakan keharusan agar Diadit Media, Jakarta.
perlindungan hukum dan kepastian Husni, Lalu, 2009, Pengantar Hukum
hukum bagi perawat lebih terjamin. Ketenagakerjaan Indonesia. Edisi
Hal ini dapat diawali dengan adanya Revisi, Raja Grafindo Persada,
keserasian peraturan perundangan Jakarta.
yang diberlakukan bagi perawat.
12
JOM Fakultas Hukum Volume II Nomor 1 Februari 2015.
Isfandyarie, Anny, 2005, Malpraktek Soepomo, 1993, Hukum Acara Perdata
dan Resiko Medik dalam Kajian Pengadilan Negeri, Pradnya
Hukum Pidana, Prestasi Pustaka, Paramita, Jakarta.
Jakarta. Sidabalok, Janus, 2006, Hukum
Junaidi, Eddi, 2011, Mediasi dalam Perlindungan Konsumen di
Penyelesaian Sengketa Medik, Indonesia, Pertanggungjawaban
Rajawali Pers, Jakarta. Menurut Hukum Perdata, Raja
Karim, Abdul, 2002, Tanggung Jawab, Grafindo Persada, Jakarta.
Grafindo Medio Pratama, Suharjo, J.B, 2008, Membangun
Bandung. Budaya Keselamatan Pasien,
Komalawati, Veronica, 1989, Hukum Kanisius, Yogyakarta.
dan Etika dalam Praktik Dokter,
Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. Wiradharma, Danny, 2010, Penuntun
Machmud, Syahrul, 2012, Penegakan Kuliah Hukum Kedokteran. Edisi
Hukum dan Perlindungan bagi Kedua, Sagung Seto, Jakarta.
Dokter yang Diduga Melakukan _________________, 1999, Penuntun
Medikal Malpraktek, Karya Putra Kuliah Kedokteran dan Hukum
Darwati, Bandung. Kesehatan, Buku Kedokteran EGC,
Mahmud, Peter, 2005, Penelitian Jakarta.
Hukum. Edisi Revisi, Kencana, B. Jurnal/Kamus/Makalah
Jakarta. Departemen Pendidikan dan
Mertokusumo, Sudikno, 1998, Hukum Kebudayaan, 1989, Kamus Besar
Acara Perdata Indonesia, Liberty, Bahasa Indonesia, Balai Pustaka,
Yogyakarta. Jakarta.
Muhammad, Abdulkadir, 1996, Etika Firdaus, 2014, Bahan Ajar Perkuliahan
Profesi Hukum, Citra Aditya Bakti, Metode Penelitian Hukum,
Bandung. Fakultas Hukum Universitas Riau,
Praptianingsih, Sri, 2006, Kedudukan Pekanbaru.
Hukum Perawat dalam Upaya Hermien Hadiati Koeswadji, 1996,
Pelayanan Kesehatan di Rumah Tinjauan dari Segi Hukum
Sakit, Raja Grafindo Persada, Terhadap Kesalahan/Kelalaian
Jakarta. dalam Melaksanakan Profesi,
Shidarta, 2000, Hukum Perlindungan Makalah, Forum Konferensi
Konsumen di Indonesia, Grasindo, Nasional IV PERHUKI, Surabaya,
Jakarta. 26 Juli.
Soetrisno, 2010, Malpraktek Medik dan HM. Soedjatmiko, 2001, Masalah
Mediasi sebagai Alternatif Medis dalam Malpraktik Yuridik,
Penyelesaian Sengketa, Telaga Kumpulan Makalah Seminar
Ilmu Indonesia, Tangerang. tentang Etika dan Hukum
Subekti, 1977, Hukum Acara Perdata, Kedokteran yang diselenggarakan
Bina Cipta, Jakarta. oleh RSUD Dr. Saiful Anwar,
______, 2004, Kitab Undang-Undang Malang.
Hukum Perdata. Edisi Revisi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi
Pradnya Paramita, Jakarta. Baru, 2000, Pustaka Phoenix,
Triwibowo, Cecep, 2014, Etika dan Jakarta.
Hukum Kesehatan, Nuha Medika, Kamus Hukum, 2008, Citra Umbara,
Yogyakarta. Bandung.
Triwulan, Titik, Shita Febriana, 2010, La Ode Jumadi Gaffar, 1999, Pengantar
Perlindungan Hukum Bagi Pasien, Keperawatan Profesional, Hasil
Prestasi Pustaka, Jakarta.
13
JOM Fakultas Hukum Volume II Nomor 1 Februari 2015.
Lokakarya Nasional Keperawatan, Lembaran Negara Republik
Jakarta. Indonesia Nomor 5063.
Mukhlis R, 2014, Bahan Ajar Undang-Undang No. 44 Tahun 2009
Perkuliahan Hukum Kesehatan, tentang Rumah Sakit, Lembaran
Fakultas Hukum Universitas Riau, Negara Republik Indonesia
Pekanbaru. Tahun2009 Nomor 153,
Ngesti Lestari, 2001, Masalah Tambahan Lembaran Negara
Malpraktik Etik dalam Praktik Republik Indonesia Nomor 5072.
Dokter (Jejaring Biota dan Undang-Undang No. 38 Tahun 2014
Humaniora), Kumpulan Makalah tentang Keperawatan, Lembaran
Seminar tentang Etik dan Hukum Negara Republik Indonesia Tahun
Kedokteran yang diselenggarakan 2014 Nomor 307, Tambahan
oleh RSUD Dr. Saiful Anwar, Lembaran Negara Republik
Malang. Indonesia Nomor 5612.
Olivia Anggi, 2014, Bahan Ajar Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun
Perkuliahan Hukum Kesehatan, 1996 tentang Tenaga Kesehatan,
Fakultas Hukum Universitas Riau, Lembaran Negara Republik
Pekanbaru. Indonesia Tahun 1996 Nomor 49,
T.Hermaya, 1992, Ensiklopedi Tambahan Lembaran Negara
Kesehatan,Cipta Adi Pustaka, Republik Indonesia Nomor 3637.
Jakarta. Keputusan Direktorat Pelayanan
Tommy Santoso Pohan, 2014, Medik No. YM.00.03.2.6.7637.
Perlindungan Hukum bagi Pasien Keputusan Munas IV PPNI No.
Korban Malpraktek Berdasarkan 09/MUNAS-IV/PPNI/1989
Hukum Positif Indonesia, Jurnal tentang Pemberlakuan Kode
Ilmiah, Fakultas Hukum Etik Keperawatan.
Universitas Mataram. E. Website
C. Majalah/Buletin/Surat Kabar http://agungrakhmawan.wordpress.co
B.Arief Sidharta, 1994, Teori Hukum, m/2013/06/20/malpraktek-
Artikel, Pro Justitia. dalam-pelayanan-kesehatan,
Cipto Susilo, 1995, Tren Perawat diakses tanggal 27 September
Profesional di Era Pasca 2014.
Modernisasi, Artikel, Jakara. http://cahayanurandini.blogspot.com/
Kompas, Edisi 26 September 2014. 2013/03/normal.html.
Riau Pos, Edisi 18 Februari 2014. http://medanbisnisdaily.com/news/rea
Zulhesni, Tanggung Jawab Perawat d/2013/12/06/66322/perawat_rs
Secara Hukum, Padang Ekspres, ud_langsa_diduga_malpraktek,
Minggu, 7 September 2014. diakses tanggal 6 Desember
D. Peraturan Perundang-Undangan 2014.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. http://www.merdeka.com/peristiwa/kis
Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 ah-bayi-prematur-evan-
tentang Kesehatan, Lembaran meninggal-setelah-disuntik-
Negara Republik Indonesia Tahun perawat.html, diakses tanggal 6
2009 Nomor 144, Tambahan Desember 2014.

14
JOM Fakultas Hukum Volume II Nomor 1 Februari 2015.

You might also like