You are on page 1of 28

BAGIAN OBSTETRI & GINEKOLOGI LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN SEPTEMBER 2017


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
ANTENATAL CARE

DISUSUN OLEH:
Madrikayanti ASP, S.Ked
111 2015 2182

PEMBIMBING:
dr. Hj. Ajardiana Idrus, Sp.OG(K)

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITRAAN KLINIK


BAGIAN OBSTETRI & GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
RSUD HAJI MAKASSAR
2017
Halaman Pengesahan
Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa:

Nama : Madrikayanti ASP S.Ked


Stambuk : 111 2015 2182
Judul Laporan Kasus : Antenatal Care

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka Kepanitraan Klinik pada Bagian Obstetri
& Ginekologi Fakultas Kedokteran UMI

Makassar, September 2017

Mengetahui,
Pembimbing Dokter Muda

dr. Hj. Ajardiana Idrus, Sp.OG (K) Madrikayanti ASP, S.Ked


PENDAHULUAN

Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SKDI) tahun


2012, angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih tinggi sebesar 359 per
100.000 kelahiran hidup. Angka ini sedikit menurun jika dibandingkan dengan
SKDI tahun 1991, yaitu sebesar 390 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini
sedikit menurun meskipun tidak terlalu signifikan. Target global MDGs
(Millenium Development Goals) ke-5 adalah menurunkan angka kematian ibu
menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. 1

Menurut data yang diperoleh, penyebab terbesar kematian ibu selama


tahun 2010-2013 masih tetap sama yaitu perdarahan, hipertensi dan infeksi.
Namun proporsinya telah berubah, dimana angka kematian karena perdarahan
cenderung berkurang, sedangkan angka kematian yang disebabkan oleh hipertensi
semakin bertambah jumlahnya. Kehamilan beresiko tinggi adalah suatu keadaan
medis atau patologis yang memiliki resiko tinggi menimbulkan mobiditas atau
mortalitas pada ibu, janin, maupun bayi selama kehamilan atau kelairan. Yang
ketiganya dapat dicegah dengan pemeriksaan ANC secara teratur yang dilakukan
oleh ibu hamil ke fasilitas kesehatan terdekat.1

Kunjungan Antenatal Care adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau


dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan
pelayanan/asuhan antenatal. Antenatal Care (ANC) sebagai salah satu upaya
pencegahan awal dari faktor risiko kehamilan. Menurut Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) Antenatal care untuk mendeteksi dini terjadinya risiko tinggi
terhadap kehamilan dan persalinan juga dapat menurunkan angka kematian ibu
dan memantau keadaan janin.1,2

Cakupan pelayanan antenatal dapat dipantau melalui cakupan pelayanan


K1 dan K4. Cakupan K1 adalah cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan
antenatal sesuai standar yang pertama kali pada masa kehamilan dan tidak
tergantung usia kehamilan (K1), sedangkan cakupan kunjungan ibu hamil K4
adalah cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai
standar paling sedikit 4 kali di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Ibu
hamil dianjurkan untuk melakukan pengawasan antenatal setidaknya sebanyak 4
kali.2

Pemanfaatan pelayanan antenatal care oleh sejumlah ibu hamil di


indonesia belum sepenuhnya sesuai dengan pedoman yang ditetapkan. Hal ini
cenderung menyulitkan tenaga kesehatan dalam melakukan pembinaan
pemeliharaan kesehatan ibu hamil secara teratur dan menyeluruh, termasuk
deteksi dini terhadap faktor resiko kehamilan yang penting untuk segera ditangani
Kurangnya pemanfaatan antenatal care oleh ibu hamil ini berhubungan dengan
banyak faktor. Salah satu diantaranya adalah pengetahuan ibu hamil.3

Kehamilan dengan resiko tinggi2


Kehamilan beresiko tinggi adalah suatu keadaan medis atau patologis yang
memiliki resiko tinggi menimbulkan morbiditas atau mortalitas pada ibu, janin,
maupun bayi selama kelahiran atau kelahiran. Berdasarkan data penelitian, 40%
dari seluruh kehamilan akan mengalami komplikasi selama masa kehamilan,
maupun setelah melahirkan. Terdapat banyak faktor yang dapat membuat suatu
kehamilan menjadi beresiko tinggi, diantaranya usia saat kehamilan, hipertensi,
dan penyakit autoimun.
Usia
Adapun usia yang dimaksud adalah usia ibu hamil dibawah 21 tahun atau
diatas 35 tahun. Kehamilan pada ibu yang berada dalam kelompok usia
tersebut beresiko lebih tinggi untuk timbul komplikasi.
Kehamilan pada usia muda yaitu usia ginekologis yang muda (konsepsi
dalam 2 tahun setelah menarche) dan kehamilan sebelum perkembangan ibu
selesai. Ibu hamil yang masih sedang dalam masa pertumbuhan dapat
menyebabkan persaingan nutrisi yang dikonsumsi oleh sang ibu sehingga
dapat mengganggu pertumbuhan janin. Hal ini dapat menyebabkan kelahiran
premature, berat badan bayi rendah dan bayi berukuran kecil untuk usia
kehamilannya.
Kehamilan pada usia tua didefinisikan sebagai kehamilan disaat usia ibu
pada saat perkiraan melahirkan adalah 35 tahun atau lebih. Dikaitkan dengan
perubahan fisiologis pada wanita seiring bertambahnya usia yaitu perubahan
oosit pada wanita diawal usia sekitar 40 tahun, perubahan uterus dan
perubahan sekresi hormone serta ovulasi.
Hipertensi
Hipertensi didefiniskan sebagai tekanan darah sistolik lebih dari 140
mmHg atau tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali
pemeriksaan dengan jarak 4-6 jam. Faktor predisposisi berupa kehamilan
kembar, penyakit trofoblas, hidramnion, diabetes mellitus, gangguan vascular
plasenta, faktor keturunan, riwayat preeklamsia sebelumnya, obesitas
sebelum hamil
Komplikasi yang dapat terjadi padaibu yaitu solusio plasenta, sindroma
HELLP, eklamsia sedangkan komplikasi yang terjadi pada janin berupa
persalinan preterm, pertumbuhan janin terhambat, dan masalah neurologic
karena hipoksia.
Diabetes pada kehamilan
Diabetes pada kehamilan atau diabetes gestasional didefinisikan sebagai
intoleransi karbohidrat dalam derajat berapapun yang pertama kali
didiagnosis dalam masa kehamilan. Faktor resiko berupa obesitas, riwayat
diabetes gestasional, riwayat keluarga diabetes mellitus, riwayat mealhirkan
bayi > 4000 gram.
Komplikasi yang dapat terjadi antara lain kelahiran prematur, preeklamsia,
hiperglikemi neonates, hiperinsulinemia fetus, diabetes mellitus tipe II.
Obesitas
Diagnosis obesitas pada kehamilan diukur menggunakan berat badan
sebelum hamil atau apabila tidak ada menggunakan berat badan pada
pemeriksaan antenatal pertama. Dihitung dengan cara berat badan dibagi
dengan tinggi badan dalam satuan meter yang dikuadratkan. Menurut WHO,
seseorang dikatakan obesitas apabila IMTnya > 27,5.
Komplikasi yang dapat terjadi yaitu diabetes gestasional, gangguan
hipertensi. Komplikasi pada perinatal berupa makrosomia, distosia bahu,
kecil untuk usia kehamilan, dan kematian janin dalam Rahim.
Anemia
Kadar hemoglobin atau eritrosit berkurang dari nilai normal dalam darah
sehingga tidak dapat menjalankan fungsinya yaitu membawa oksigen ke
jaringan perifer dengan baik. Seorang wanita hamil dikatakan memiliki
anemia apabila memiliki kadar hemoglobin < 11 g/dL pada trimester pertama
dan ketiga dan <10,5 g/dL pada trimester kedua. Penyebab anemia pada
kehamilan di dunia adalah defisiensi zat besi.
Komplikasi yang dapat timbul antara lain gangguan pertumbuhan janin
dalam kandungan, abortus, persalinan prematur dan inersia uteri.

BAB I
LAPORAN KASUS
I.1 Identitas Pasien
Nama : Ny. SA
Umur : 25 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Baji Minasa No. 128
Agama : Islam
Status perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMA
No. RM : 21/2017
Pemeriksaan : 5 September 2017 Pukul 09:30

I.2 Anamnesis (Autoanamnesis)


Seorang perempuan 25 tahun G1P0A0 gravid 34 minggu 0 hari datang ke
poliklinik KIA Puskesmas Cendrawasih untuk mengontrol kehamilannya. Riwayat
ANC (+) 4x, Riwayat suntik TT (+) 2x.
Riwayat Menstruasi
Menarche : 14 tahun
Haid : teratur
Siklus : 28 hari
Lama haid : 5-7 hari
Banyaknya haid : 2-3 kali sehari ganti pembalut
Nyeri haid : (-)
HPHT : 8 Januari 2017
Taksiran Pasrtus :15 Oktober 2017
Riwayat Menikah
Menikah 1 kali pada tahun 2016 hingga sekarang.
Riwayat Obstetri
1. 2017/ Kehamilan sekarang
Riwayat KB
Pasien tidak pernah memakai alat kontrasepsi
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit Asma (-), Diabetes melitus (-), Hipertensi (-). Riwayat
trauma (-), alergi obat dan makanan (-).
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit Asma (-), Diabetes melitus (-), Hipertensi (-). Riwayat
trauma (-), alergi obat dan makanan (-). Riwayat keganasan (-).

I.3 Pemeriksaan Fisik


Status Generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tinggi Badan : 158 cm
Berat Badan : 62 kg (saat hamil), sebelum hamil 55 kg
IMT : 24,89 kg/m2
Tanda Vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 76 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,5

Pemeriksaan Fisik Umum


Mata : Anemis (-/-), ikterus (-/-)
Jantung : Bunyi jantung S1S2 murni regular, murmur (-), gallop (-)
Paru : vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Ekstremitas : Edema - -
- -

I.4 Status Ginekologi


Pemeriksaan luar :
Inspeksi : Abdomen tampak mengalami pembesaran, tidak
ada tanda-tanda peradangan, maupun bekas operasi (-), striae
gravidarum (+)
Palpasi : Pemeriksaan Leopold :
I. TFU = 28 cm (TFU setinggi pertengahan umbilicus prosessus
xifoideus), LP = 89 cm, TBJ : 2492 gram. Teraba bagian bulat
dan lunak, kesan bokong.
II. Teraba tahanan besar rata dan memanjang sebelah kanan (kesan
punggung), teraba tahanan kecil-kecil sebelah kiri (kesan
ekstremitas)
III. Teraba bagian janin bulat, keras dan masih bias digoyangkan
IV. Konvergen, kesan bagian kepala belum masuk pintu atas
panggul
Auskultasi : DJJ (+) 142 x/menit, regular
Pemeriksaan dalam
Tidak dilakukan

I.5 Pemeriksaan Laboratorium :


Darah rutin
Hb : 10,8 g/dl
Urinalisis
Albumin : (-)
HBsAg : (-)
HIV : (-)

I.6 Resume
Seorang perempuan berumur 25 tahun G1P0A0 gravid 34 minggu 0 hari
datang ke poliklinik PKM Cendrawasih untuk control kehamilannya. Riwayat
ANC (+) 4x, Riwayat suntik TT (+) 2x.
Pemeriksaan fisik keadaan umum baik, composmentis, BB : 62 kg, TB :
158 cm, dan IMT : 24,89 kg/m 2. Tanda vital TD : 110/70 mmHg, nadi : 76

x/menit, pernapasan : 20 x/menit, suhu : 36,5 . Pemeriksaan ginekologi :

abdomen tapak mengalami pembesaran, striae gravidarum (+). Palpasi teraba


tinggi fundus uteri (TFU) = 28 cm (pertengahan umbilicus dan prosessus
xifoideus) LP =89 cm, TBJ : 2492 gram. Bagian terbawah janin adalah kepala
namun belum masuk pintu atas panggul, pada perlimaan didapatkan : 5/5. DJJ (+)
142 x/menit, regular. Pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb : 10,2 g/dl.

I.7 Diagnosis Kerja :


G1P0A0 gravid 34 minggu 0 hari, belum inpartu

I.8 Rencana Penatalaksanaan :


Asam folat 1x1
SF 1x1
KIE :
Kontrol kehamilan setiap 2 minggu atau bila ada keluhan di
puskesmas/posyandu terdekat
Jika terdapat keluhan seperti pusing, penglihatan kabur, mual
muntah segera ke pelayanan kesehatan terdekat.
Jika terdapat nyeri tembus kebelakang dan keluar lendir, darah, air
segera ke PKM atau ke RS terdekat

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi
Antenatal care adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan
obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian
kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan.1 Secara umum pengertian antenatal
care adalah pengawasan sebelum persalinan, terutama ditujukan pada
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, untuk mengetahui kesehatan
umum ibu, menegakkan secara dini penyakit yang menyertai kehamilan,
menegakkan secara dini komplikasi kehamilan, dan menetapkan risiko
kehamilan.3,4

II.2 Tujuan
Pelayanan antenatal care diberikan sedini mungkin kepada wanita
semenjak dirinya hamil. Pedoman pelayanan antenatal care menurut Depkes
memiliki beberapa tujuan, yaitu5:

a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan


tumbuh kembang bayi.
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial
ibu.
c. Mengenali dan mengurangi secara dini adanya penyulit-penyulit
komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit
secara umum, kebidanan, dan pembedahan.
d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, dan persalinan yang aman dengan
trauma seminimal mungkin.
e. Mempersiapkan peran ibu agar masa nifas berjalan normal dan
mempersiapkan ibu agar dapat memberikan ASI secara eksklusif.
f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi,
agar dapat tumbuh kembang secara normal.
g. Mengurangi bayi lahir prematur, kelahiran mati, dan kematian neonatal.
h. Mempersiapkan kesehatan yang optimal bagi janin.

II.3 Jadwal Kunjungan Antenatal care


Pemeriksaan kehamilan sebaiknya dilakukan sedini mungkin, segera
setelah seorang wanita merasa dirinya hamil. Pemeriksaan antenatal selain
kuantitas (jumlah kunjungan), perlu diperhatikan pula kualitas pemeriksaannya.
Kebijakan program pelayanan antenatal yang ditetapkan oleh Depkes yaitu
tentang frekuensi kunjungan sebaiknya dilakukan paling sedikit empat kali selama
kehamilan, dengan ketentuan waktu sebagai berikut2,5:

a. Minimal 1 (satu) kali kunjungan selama trimester pertama (< 14 minggu)


= K1.

Pada kunjungan pertama adalah kesempatan untuk mengenali faktor risiko


ibu dan janin. Ibu diberitahu tentang kehamilannya, perencanaan tempat
persalinan, juga perawatan bayi dan menyusui. Informasi yang diberikan sebagai
berikut :

Kegiatan fisik dapat dilakukan dalam batas normal. Lakukan gerak


tubuh ringan, misalnya berjalan kaki pada pagi hari. Jangan
melakukan pekerjaan rumah tangga yang berat dan hindari kerja fisik
yang dapat menimbulkan kelelahan yang berlebihan. Beristirahat
cukup, minimal 8 jam pada malam hari dan 2 jam di siang hari.
Kebersihan pribadi khususnya daerah genitalia harus lebih dijaga
karena selama kehamilan terjadi peningkatan sekret vagina.
Pemilihan makan sebaiknya yang bergizi dan serat tinggi :
i. Jumlah kalori yang dibutuhkan ibu hamil untuk setiap harinya
adalah 2500 kalori.
ii. Jumlah protein yang diperlukan oleh ibu hamil adalah 85 gram
perhari.
iii. Kebutuhan kalsium ibu hamil adalah 1,5 gram per hari.
Kalsium dibutuhkan untuk pertumbuhan janin, terutama bagi
perkembangan otot dan rangka
iv. Kebutuhan zat besi bagi ibu hamil 30 mg/hari terutama
trimester kedua.
v. Asam folat yang dibutuhkan oleh ibu hamil sebanyak 400
mikrogram per hari.
Pemakaian obat harus dikonsultasikan dahulu dengan tenaga
kesehatan.
Wanita perokok atau yang mengonsumsi alcohol harus

menghentikan kebiasaannya. karena dapat menimbulkan


vasospasmeyangberakibatanoksiajanin,BBLR,prematuritasdan
kelainankongenital.

b. Minimal 1 (satu) kali pada trimester kedua (antara minggu ke 14-28) = K2.
Adapun tujuan pemeriksaan kehamilan di trimester II ialah sebagai
berikut:
Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya.
Penapisan pre-eklamsi,gemelli, infeksi alat reproduksi dan saluran
perkemihan.
Mengulang perencanaan persalinan.
c. Minimal 2 (dua) kali pada trimester ketiga (antara minggu ke 28-36 dan
sesudah minggu ke 36) = K3 dan K4. Adapun tujuan kunjungan
pemeriksaan kehamilan trimester III yaitu :
Sama seperti kunjungan 2.
Mengenali adanya kelainan letak.
Memantapkan rencana persalinan.
Mengenali tanda-tanda persalinan.

Apabila terdapat kelainan atau penyulit kehamilan seperti mual, muntah,


keracunan kehamilan, perdarahan, kelainan letak dan lain-lain, frekuensi
pemeriksaan disesuaikan dengan kebutuhan.2,5

II.4 Pemeriksaan rutin dan penelusuran penyulit selama kehamilan 2


a. Anamnesis
i) Data umum pribadi
Nama
Usia
Alamat
Pekerjaan ibu/suami
Lamanya menikah
Kebiasaan yang dapat merugikan kesehatan
ii) Keluhan saat ini
Jenis dan sifat gangguan yang dirasakan ibu
Lamanya mengalami gangguan tersebut
iii) Riwayat haid
Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT)
Usia kehamilan dan taksiran persalinan
Menghitung taksiran persalinan :
Siklus 28 hari menggunakan rumus Naegele : HPHT= Tgl/bln/Thn
Taksiran persalinan (TP) : (Tgl +7)/ (Bln-3)/(Thn +1)
Siklus 35 hari menggunakan rumus Naegele : HPHT = Tgl/bln/Thn
Taksiran persalinan (TP) : (Tgl +14)/(Bln-3)/(Thn+1)

iv) Riwayat kehamilan dan persalinan


Asuhan antenatal, persalinan, dan nifas kehamilan sebelumnya
Cara persalinan
Berat badan lahir
Cara pemberian asupan bagi bayi yang dilahirkan
Informasi dan saat persalinan atau keguguran terakhir
v) Riwayat kehamilan saat ini
Identifikasi kehamilan
Identifikasi penyulit (preeklamsia atau hipertensi dalam kehamilan)
Penyakit lain yang diderita
Gerakan bayi dalam kandungan
vi) Riwayat penyakit dalam keluarga
Diabetes mellitus, hipertensi atau hamil kembar
Kelainan bawaan
vii) Riwayat penyakit ibu
Penyakit yang pernah diderita
DM, HDK, Infeksi saluran kemih
Penyakit jantung
Alergi obat atau makanan tertentu
Pernah mendapat transfusi darah dan indikasi tindakan tersebut
Inkompatibilitas rhesus
viii) Riwayat penyakit yang memerlukan tindakan pembedahan
Dilatasi dan kuretase
Sectio sesarea
Operasi non ginekologi
ix) Riwayat mengikuti program keluarga berencana
x) Riwayat imunisasi
xi) Riwayat menyusui
b. Pemeriksaan Fisis
i. Keadaan umum
Tanda vital
Pemeriksaan payudara
ii. Pemeriksaan obstetri
Inspeksi
Bentuk dan ukuran abdomen
Parut bekas operasi
Tanda-tanda kehamilan
Gerakan janin
Varises atau pelebaran vena
Hernia
Edema
Palpasi dengan pemeriksaan leopold
Leopold I
Bertujuan untuk mengetahui letak fundus uteri dan bagian lain
yang terdapat pada bagian fundus uteri.
a. Pemeriksa menghadap kearah muka ibu hamil, letakkan
kedua tangan seperti gambar dibawah
b. Tentukan tinggi fundus uteri dan bagian teratas janin
c. Meraba bagian yang berada di fundus. Jika teraba benda
bulat, melenting, mudah digerakkan maka itu adalah
kepala. Namun jika teraba benda bulat, besar,lunak, tidak
melenting itu adalah bokong.
d. Variasi Knebel : tentukan letak kepala atau bokong dengan
satu tangan di fundus dan tangal lainnya diatas simfisis.

Leopold II
Bertujuan untuk menentukan letak punggung dan bagian kecil
janin disepanjang sisi maternal.
a. Kedua telapak tangan pemeriksa bergeser turun kebawah
sampai samping kiri dan kanan umbilikus
b. Jika teraba bagian rata, terasa ada tahanan, tidak teraba
bagian kecil maka itu adalah punggung janin. Hal ini
untuk menentukan lokasi auskultas denyut jantung janin
nantinya
c. Tentukan bagian-bagian kecil janin
d. Variasi Budin : tentukan letak punggung dengan satu
tangan menekan/memfiksasi fundus
Leopold III
Bertujuan untuk menentukan bagian terbawah janin dan
apakah sudah masuk pintu atas panggul atau masih goyang.
a. Bagian terendah janin diraba dan tentukan apakah sudah
mengalami engagemen atau belum.
b. Tangan kanan meraba bagian yang ada dibagian bawah
uterus teraba bagian yang bulat, melenting, keras dan
dapat digoyangkan maka itu adalah kepala. Namun jika
teraba bagian yang bulat, besar, lunak dan sulit digerakkan
maka itu adalah bokong. Jika dibagian bawah tidak
ditemukan kedua bagian tersebut maka pertimbangkan
apakah janin dalam letak melintang.

Leopold IV
Bertujuan untuk mengetahui sejauh mana bagian presentasi
sudah masuk pintu atas panggul.
a. Pemeriksa menghadap kearah kaki ibu hamil
b. Menentukan bagian terbawah janin seberapa jauh sudah
masuk pintu atas panggul, jika kepala sudah masuk
(divergen, tangan tidak ketemu) dan jika belum
(konvergen, tangan ketemu).

Perlimaan
Penilaian penurunan kepala janin dilakukan dengan menghitung
proporsi bagian terbawah janin yang masih berada di tepi atas simpisis
dan dapat diukur dengan lima jari tangan pemeriksa (perlimaan).
Bagian diatas simpisis adalah proporsi yang belum masuk pintu atas
panggul dan sisanya (tidak teraba) menunjukkan sejauh mana bagian
terbawah janin telah masuk kedalam rongga panggul.

Periksa luar Keterangan


5/5 : bagian terendah janin seluruhnya Kepala diatas pintu atas
teraba diatas simpisis pubis panggul, mudah
digerakkan
4/5 : bagian terbawah janin telah Sulit digerakkan.
memasuki pintu atas panggul Bagian terbesar kepala
belum masuk panggul
3/5 : beagian terbawah janin telah Bagian terbeasr kepala
memasuki rongga panggul belum masuk panggul
2/5 : sebagian dari bagian terbawah janin Tidak dapat
masih berada diatas simpisis dan 3/5 digerakkan. Bagian
bagian telah turun melewati bidang terbesar kepala sudah
tengah rongga panggul masuk panggul
1/5 : jika hanya satu dari lima jari masih Kepala di dasar
dapat meraba bagian terbawah janin yang panggul
berada diatas simpisis dan 4/5 bagian
telah masuk ke dalam rongga panggul
0/5 : jika bagian terendah janin sudah Di perineum
tidak dapat diraba dari pemeriksaan luar
dan seluruh bagian terbawah janin sudah
masuk ke dalam rongga panggul

Auskultasi
10 minggu dengan Doppler
20 minggu dengan fetoskop pinard
Inspekulo vagina untuk identifikasi vaginitis pada trimester I/II
e. Pemeriksaan Penunjang
i. Laboratorium
Analisis darah rutin
Analisis urin rutin
Analisis tinja rutin
Hb, MCV
Golongan darah
Hitung jenis sel darah
Gula darah
Antigen hepatitis B Virus
HIV/VDRL
ii. Ultrasonografi : rutin pada kehamilan 18-22 minggu untuk
identifikasi kelainan janin
II.5 Standar Pelayanan Antenatal Care6,7
a. Pengukuran berat badan
Pertambahan berat badan ibu selama kehamilan dapat digunakan
sebagai indikator pertumbuhan janin dalam rahim. Pertambahan yang
optimal adalah kira-kira 20 % dari berat badan ibu sebelum hamil,
kenaikan berat badan normal pada waktu hamil 0,5 kg per minggu mulai
trimester kedua. Jika berat badan tidak bertambah, menunjukkan ibu
mengalami kurang gizi. Dan sebaiknya pertambahan berat badan tidak
melebihi 10-12 kg selama hamil. Karena dapat menjadi predisposisi
terjadinya preklamsia.

Tabel Indeks Massa Tubuh (IMT)

Kategori IMT (Kg/m2) Resiko penyakit


penyerta

Underweight < 18,5 Rendah

Normal 18,5 22,9 Sedang

Overweight 23 - 24,9 Meningkat

Obes I 25 29,9 Moderat

Obes II > 30 Berat

b. Pengukuran tinggi badan


Mengukur tinggi badan dapat dilakukan pada awal ANC saja, cara
mengukur tinggi badan (dalam meter) adalah dengan posisi tegak berdiri
tanpa menggunakan sepatu dan dilakukan pengukuran. Tinggi badan
kurang dari 1,5 meter dapat menjadi alasan untuk direncanakannya proses
persalinan dengan cara operasi. Karena tinggi badan berkaitan dengan
kemungkinan panggul sempit, bila tinggi kurang dari 150 cm. Sehingga
ibu hamil bersama suaminya dapat menyiapkan biaya operasi sejak dini,
serta menumbuhkan kesiapan psikis untuk operasi.

c. Pengukuran tekanan darah


Penimbangan berat badan dan pengukuran tekanan darah harus
dilakukan secara rutin dengan tujuan untuk melakukan deteksi dini
terhadap terjadinya tiga gejala preeklamsi. Apabila pada kehamilan
triwulan III terjadi kenaikan berat badan lebih dari 1 kg, dalam waktu 1
minggu kemungkinan menyebabkan terjadinya odema, apabila disertai
dengan kenaikan tekanan darah dan tekanan diastolik yang mencapai
>140/90 mmHg atau mengalami kenaikan 15 mmHg dalam 2 kali
pengukuran dengan jarak 1 jam, ibu hamil dikatakan preeklamsi
mempunyai dari 3 gejala preeklamsi. Apabila preeklamsi tidak dapat
diatasi, maka akan berlanjut menjadi eklamsi. Dimana eklamsi salah satu
faktor penyebab terjadinya kematian maternal.

d. Pengukuran tinggi fundus uteri


Pengukuran TFU dilakukan secara rutin dengan tujuan mendeteksi
secara dini terhadap berat badan janin, terjadinya molahidatidosa, janin
ganda atau hidramnion dimana ketiganya dapat mempengaruhi terjadinya
kematian maternal. Apabila usia kehamilan dibawah 24 minggu
pengukuran dilakukan dengan jari, tetapi apabila kehamilan diatas 24
minggu memakai pengukuran Mc. Donald yaitu dengan cara mengukur
tinggi fundus memakai cm dari atas simfisis ke fundus uteri. Tinggi fundus
uteri dapat menentukan usia kehamilan.

Formula Mc. Donald


Usia kehamilan (dalam bln) = TFU (cm) x 2 / 7
Usia kehamilan (dalam minggu) = TFU (cm) x 8 / 7
Umur Tinggi Fundus Uteri
Kehamilan
12 minggu 3 jari di atas simpisis
16 minggu simpisis-pusat
20 minggu 3 jari di bawah pusat
24 minggu Setinggi pusat
28 minggu 3jari di atas pusat
34 minggu pusat-prosessus xifoideus
36 minggu 3 jari di bawah prosessus xifoideus
40 minggu 2 jari di bawah prosessus xifoideus

e. Pemberian tablet Fe
Kekurangan zat besi dapat mengakibatkan hambatan pada
pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak, kematian janin,
abortus, cacat bawaan, BBLR (Berat Badan Lahir Rendah), anemia pada
bayi yang dilahirkan, lahir prematur, pendarahan, rentan infeksi. Anemia
dapat diatasi dengan meminum Tablet Tambah Darah (TTD) kepada ibu
hamil umumnya diberikan sebanyak satu tablet setiap hari berturut-turut
selama 90 hari

Selama masa kehamilan. TTD mengandung 200 mg ferrosulfat,


setara dengan 60 miligram besi elemental dan 0.25 mg asam folat.
Memberikan tablet zat besi 90 tablet selama 3 bulan, diminum setiap hari,
untuk mencegah terjadinya anemia dalam kandungan.

f. Imunisasi TT
Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT) kepada ibu hamil
sebanyak 2 kali dengan jarak minimal 4 minggu, diharapkan dapat
menghindari terjadinya tetanus neonatorum dan tetanus pada ibu bersalin
dan nifas. Dosis vaksin TT 0,5 ml IM pada lengan atas.

Jadwal Imunisasi TT Pada Ibu Hamil

Antigen Interval Lama % Perlindungan


Perlindungan
(Selang waktu minimal)

TT 1 Pada kunjungan antenatal - -


pertama

TT 2 4 minggu setelah TT 1 3 tahun 80

TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 tahun 95

TT 4 1 tahun setelah TT 3 10 tahun 99

TT 5 1 tahun setelah TT 4 25 tahun/ 99


seumur hidup

g. Pemeriksaan kadar hemoglobin


Pemeriksaan kadar hemoglobin sangat dibutuhkan bagi ibu hamil
karena untuk mengetahui kemungkinan adanya anemia pada ibu hamil.
Nilai Batas Untuk Anemia Pada Perempuan
Status kehamilan Hemoglobin (g/dl) Hematokrit (%)
Tidak hamil 12,0 36
Hamil
Trimester 1 11,0 33
Trimester 2 10,5 32
Trimester 3 11,0 33

h. Pemeriksaan Veneral Disease Research Laboratory (VDRL)


Pemeriksaan VDRL dapat digunakan untuk memeriksakan
kemungkinan adanya penyakit menular seksual pada ibu hamil seperti
sifilis.
i. Perawatan, senam, dan pijat tekan payudara
Perawatan payudara diperlukan untuk ibu hamil agar
mempersiapkan payudara untuk menyusui. Dan untuk mendeteksi adanya
kelainan pada payudara seperti Inverted nipple.
j. Pemeliharaan tingkat kebugaran/senam ibu hamil
Senam hamil dapat dimulai pada usia kehamilan diatas 22 minggu.
Senam pada ibu hamil sangat berguna untuk mempertahankan dan
meningkatkan kesehatan fisik ibu hamil, memperlancar peredaran darah,
mengurangi keluhan kram atau pegal-pegal dan mempersiapkan
pernafasan, aktivitas otot dan panggul untuk menghadapi proses
persalinan.
k. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan
Mencakup tentang komunikasi, informasi dan edukasi yang
dilakukan oleh bidan kepada ibu hamil yang bertujuan untuk memberikan
pelayanan antenatal berkualitas dan dapat memotivasi agar ibu hamil
memeriksa kehamilannya sejak dini untuk mendeteksi dini komplikasi
kehamilan.
l. Pemeriksaan protein urine atas indikasi
Pemeriksaan protein urin berguna untuk mengetahui adanya
penyakit pre-eklampsia pada ibu hamil.
m. Pemeriksaan reduksi urine atas indikasi
Pemeriksaan reduksi urin berguna untuk mengetahui adanya kadar
glukosa pada urin ibu hamil, apabila hasil pemeriksaan reduksi urin pada
ibu hamil positif maka kemungkinan besar ibu mengalami diabetes
gestasional.
n. Pemberian terapi kapsul yodium untuk daerah endemis gondok
Kebutuhan yodium pada ibu hamil adalah sebesar 175 mikrogram
per hari. Dan dapat diberikan kapsul yodium sebanyak 1 kapsul per tahun.
Tiap kapsul mengandung 200 mg yodium dalam bentuk minyak yang
dikemas dalam kapsul.
o. Pemberian terapi anti malaria untuk daerah endemis malaria
Sebagai profilaksis dapat diberikan klorokuin basa 5 mg/kgBB (2
tablet) sekali seminggu. Obat antimalarial dalam kehamilan :
i. Semua trimester : kuinin, artesunat/artemeter/arteeter
ii. Trimester dua & tiga : meflokuin, primetamin/ sulfadoksin
iii. Kontraindikasi :primakuin, tetrasiklin, doksisiklin,
halofantrin.

BAB III
ANALISIS KASUS

Pemeriksaan antenatal care adalah pemeriksaan yang bertujuan untuk


memantau kemajuan kehamilan dan kesehatan ibu serta tumbuh kembang bayi,
memantau untuk mengenali secara dini faktor resiko tinggi atau komplikasi yang
mungkin dapat terjadi selama kehamilan serta mempersiapkan kehamilan yang
cukup bulan, melahirkan dengan selamat baik ibu maupun bayinya dengan trauma
seminimal mungkin.
Pemeriksaan antenatal care adalah pemeriksaan yang bertujuan untuk
memantau kemajuan kehamilan dan kesehatan ibu serta tumbuh kembang bayi,
memantau untuk mengenali secara dini faktor resiko tinggi atau komplikasi yang
mungkin dapat terjadi selama kehamilan serta mempersiapkan kehamilan yang
cukup bulan, melahirkan dengan selamat baik ibu maupun bayinya dengan trauma
seminimal mungkin.
Pada pasien ini, telah dilakukan pemeriksaan antenatal care sebanyak 5
kali dan jumlah tersebut lebih dari cukup dari ketentuan pemeriksaan ANC yang
telah ditentukan oleh Depkes yaitu minimal 4 kali selama kehamilan. Riwayat
suntik imunisasi TT sebanyak 2 kali selama kehamilan agar menghindari
terjadinya tetanus neonatorum dan tetanus pada saat ibu bersalin dan nifas. Tidak
didapatkan faktor resiko yang dapat mempengaruhi morbiditas maupun mortalitas
ibu maupun janin, hal tersebut dibuktikan dari usia ibu yaitu 25 tahun yang sesuai
untuk mengandung, pemeriksaan fisis IMT dalam batas normal yaitu 24,89 kg/m2,
begitu pun dengan tekanan darah dan kadar hemoglobin dalam batas normal yaitu
10,8 g/dl. Tidak ditemukan pula riwayat penyakit hipertensi (-), diabetes mellitus
(-), asma (-), maupun alergi obat atau makanan (-).
Pemeriksaan leopold didapatkan tinggi fundus sesuai usia kehamilan yaitu
setinggi pertengahan umbilicus prosessus xifoideus, dan bagian terbawah janin
adalah kepala namun belum masuk ke pintu atas panggul. DJJ (+) 142 x/ menit
dan gerakan janin (+) dirasakan ibu.
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa diagnosis pasien ini adalah G1P0A0
gravid 34 minggu 0 hari + belum inpartu serta tidak didapatkan tanda-tanda faktor
resiko tinggi pada kehamilan melalui anmnesis, pemeriksaan fisis, dan
pemeriksaan penunjang yang dilakukan. Penatalaksanaan dari pasien ini diberikan
suplemen penambah darah dan asam folat sebanyak 1x1 selama kehamilan. Serta
pasien diedukasi agar rajin datang untuk memeriksakan kehamilannya serta
edukasi mengenai tanda-tanda inpartu.

BAB IV
KESIMPULAN

Antenatal care adalah pengawasan sebelum persalinan yang salah satunya


bertujuan untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan janin.
Mengenali faktor resiko yang dapat terjadi pada ibu hamil yang
diperingaruhi oleh faktor usia, penyakit hipertensi, diabetes mellitus,
obesitas dan anemia.
Jadwal kunjungan ANC dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan
yaitu 1 kali pada trimester pertama (< 14 minggu), 1 kali pada trimester
kedua (14-28 minggu), 2 kali pada trimester ketiga (antara minggu 28-36
dan sesudah minggu 36)
14 standar pelayanan ANC meliputi : pengukuran berat badan, tekanan
darah, tinggi fundus uteri, pemberian tablet Fe, Imunisasi TT, pemeriksaan
kadar hemoglobin, VDRL, perawatan senam dan pijat payudara, senam ibu
hamil, temu wicara, pemeriksaan protein urin dan reduksi urin, serta
pemberian kapsul yodium dan terapi anti malaria pada daerah endemis.

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

1. http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-
ibu.pdf (diakses tanggal 27 Agustus 2017)
2. Prawirohardjo S. 2009. Buku Ilmu Kebidanan edisi 4. Jakarta : PT. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
3. Manuaba IBG. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
4. Manuaba IAC, dkk. 2009. Buku Ajar Patologi Obstetri untuk Mahasiswa
Kebidanan. Jakarta: EGC.
5. Handayani,dkk. 2007. Pedoman Pelayanan Antenatal. Jakarta : Departemen
Kesehatan
6. Sastrawinata S. Obstetri Fisiologi. Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas
Kedokteran. Bandung : Universitas Padjadjaran Bandung ; 2003.
7. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY.
Obstetri Williams volume 1. Edisi 23. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC ; 2013.
8. Mochtar R. Sinopsis obstetri. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC ;
2004.

You might also like