Professional Documents
Culture Documents
Askep Preklamsia
Askep Preklamsia
MAKALAH
oleh
M. Rifqi Wibowo 112310101040
Kukuh Aria W 112310101059
MAKALAH
oleh
M. Rifqi Wibowo 112310101040
Kukuh Aria W 112310101059
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah
memberikan berkat, rahmat, serta karunia-Nya, sehingga saya dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada
Ibu Hamil Dengan Preeklampsia ini dengan tidak ada halangan yang berarti.
Makalah ini saya susun dengan tujuan agar dapat dijadikan sebagai
referensi bagi pembaca yang ingin mengetahui lebih jauh mengenai Asuhan
Keperawatan Pada Ibu Hamil Dengan Preeklampsia.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharap tegur sapa dan kritik yang
membangun dari para pembaca guna perbaikan dan peningkatan untuk karya
selanjutnya.
Demikian kiranya, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua
dan pembaca pada khususnya.
Penyusun
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 2
C. Tujuan ..................................................................................................... 3
BAB II KONSEP TEORI
A. Pengertian................................................................................................ 4
B. Insiden...................................................................................................... 5
C. Etiologi..................................................................................................... 6
D. Klasifikasi................................................................................................ 8
E. Patofisiologi............................................................................................. 10
F. Manifestasi Klinis.................................................................................... 12
G. Pemeriksaan Penunjang........................................................................... 13
H. Pencegahan.............................................................................................. 14
I. Penatalaksanaan....................................................................................... 15
J. Komplikasi............................................................................................... 18
BAB III PATHWAY...............................................................................................19
BAB IV..................................................................................................................20
A. Pengkajian................................................................................................ 20
B. Diagnosa Keperawatan............................................................................ 20
C. Intervensi.................................................................................................. 20
BAB V PENUTUP
A. Simpulan.................................................................................................. 26
B. Saran ....................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 27
4
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Di dunia ini setiap menit seorang perempuan meninggal karena komplikasi
yang terkait dengan kehamilan dan persalinan. 1.400 perempuan meninggal setiap
hari atau lebih dari 500.000 perempuan meninggal setiap tahun karena kehamilan
dan persalinan. Di Indonesia, 2 orang ibu meninggal setiap jam karena kehamilan,
persalinan dan nifas. Begitu juga dengan kematian anak, di Indonesia setiap 20
menit anak usia di bawah 5 tahun meninggal. Dengan kata lain 30.000 anak balita
meninggal setiap hari dan 10,6 juta anak balita meninggal setiap tahun. Sekitar 99
% dari kematian ibu dan balita terjadi di negara miskin, terutama di Afrika dan
Asia Selatan. Di dunia ini setiap menit seorang perempuan meninggal karena
komplikasi yang terkait dengan kehamilan dan persalinan. Dengan kata lain,
1.400 perempuan meninggal setiap hari atau lebih dari 500.000 perempuan
meninggal setiap tahun karena kehamilan dan persalinan. Sebagai perbandingan,
angka kematian bayi di negara maju seperti di Inggris saat ini sekitar 5 per 1.000
kelahiran hidup . Sebagian besar kematian perempuan disebabkan komplikasi
karena kehamilan dan persalinan, termasuk perdarahan, infeksi, aborsi tidak
aman, tekanan darah tinggi dan persalinan lama (Anonim, 2005).
Preeklampsia merupakan kesatuan penyakit yang masih merupakan
penyebab utama kematian ibu dan penyebab kematian perinatal tertinggi di
Indonesia. Sehingga diagnosis dini preeklampsia yang merupakan pendahuluan
eklampsia serta penatalaksanaannya harus diperhatikan dengan seksama.
Disamping itu, pemeriksaan antenatal yang teratur dan secara rutin untuk mencari
tanda preeklampsia yaitu hipertensi dan proteinuria sangat penting dalam usaha
pencegahan, disamping pengendalian faktor-faktor predisposisi lain (Sudinaya,
2003).
Insiden preeklampsia sangat dipengaruhi oleh paritas, berkaitan dengan ras
dan etnis. Disamping itu juga dipengaruhi oleh predisposisi genetik dan juga
faktor lingkungan. Sebagai contoh, dilaporkan bahwa tempat yang tinggi di
Colorado meningkatkan insiden preeklampsia. Beberapa penelitian
5
menyimpulkan bahwa wanita dengan sosio ekonominya lebih maju jarang terkena
preeklampsia. Preeklampsia lebih sering terjadi pada primigravida dibandingkan
multigravida. Faktor risiko lain yang menjadi predisposisi terjadinya preeklampsia
meliputi hipertensi kronik, kelainan faktor pembekuan, diabetes, penyakit ginjal,
penyakit autoimun seperti Lupus, usia ibu yang terlalu muda atau yang terlalu tua
dan riwayat preeklampsia dalam keluarga (Sudinaya, 2003).
Dalam memberikan asuhan keperawatan perawat berperan sebagai
pendidik, konselor dan bekerjasama dengan tim kesehatan lainnya. Oleh karena
itu pentingnya peran ibu untuk mengurangi / mencegah resiko terjadinya pre
eklampsia menjadi eklampsia.
B. RUMUSAN MASALAH
Makalah ini kami susun berdasarkan pada pengembangan dari beberapa
pokok persoalan berikut, yaitu :
1. Apa pengertian dari preeklampsia
2. Bagaimana insidensi dari preeklampsia
3. Apa etiologi dari preeklampsia
4. Bagaimana klasifikasi dari preeklampsia
5. Bagaimana patofisiologi dari preeklampsia
6. Apa manifestasi klinis dari preeklampsia
7. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari preeklampsia
8. Bagaimana pencegahan dari preeklampsia
9. Bagaimana penatalaksanaan dari preeklampsia
10. Apa komplikasi dari preeklampsia
11. Bagaimana asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan preeklampsia
C. TUJUAN
a. Untuk mengetahui pengertian dari preeklampsia
b. Untuk mengetahui insidensi dari preeklampsia
c. Untuk mengetahui etiologi dari preeklampsia
d. Untuk mengetahui klasifikasi dari preeklampsia
6
e. Untuk mengetahui patofisiologi dari preeklampsia
f. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari preeklampsia
g. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari preeklampsia
h. Untuk mengetahui pencegahan dari preeklampsia
i. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari preeklampsia
j. Untuk mengetahui komplikasi dari preeklampsia
k. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan
preeklampsia
7
BAB II
KONSEP TEORI
2.1 Pengertian
Preeklampsia terjadi pada umur kehamilan diatas 20 minggu, paling
banyak terlihat pada umur kehamilan 37 minggu, tetapi dapat juga timbul kapan
saja pada pertengahan kehamilan. Preeklampsia dapat berkembang dari
preeklampsia yang ringan sampai preeklampsia yang berat (George, 2007).
Pre Eklamsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, odem dan
protein uria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam
triwulan ke 3 kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya. Misalnya terdapat
Molahydatidosa (Sarwono : 2006)
Preeklampsia merupakan sindrom spesifik-kehamilan berupa
berkurangnya perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel, yang ditandai
dengan peningkatan tekanan darah dan proteinuria
Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan
proteinuria yang timbul karena kehamilan
Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema
akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah
persalinan. (Mansjoer, 2000).
Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema
akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah
persalinan. Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai kejang dan atau koma
yang timbul akibat kelainan neurologi (Kapita Selekta Kedokteran edisi ke-3).
Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil,
bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan proteinuria tetapi tidak
menjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan
gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih
( Mansjoer,2008 ).
Preeklampsia adalah toksemia pada kehamilan lanjut yang ditandai oleh
hipertensi, edema, dan proteinuria
8
Preeklampsia dibagi dalam 2 golongan ringan dan berat. Penyakit
digolongkan berat bila satu atau lebih tanda gejala dibawah ini :
1. Tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik 110 mmHg
atau lebih.
2. Proteinuria 5 g atau lebih dalam 24 jam; 3 atau 4 + pada pemeriksaan
kualitatif;
3. Oliguria, air kencing 400 ml atau kurang dalam 24 jam
4. Keluhan serebral, gangguan penglihatan atau nyeri di daerah epigastrium
5. Edema paru dan sianosis.
2.2 Epidemiologi
Frekuensi preeklampsia untuk tiap negara berbeda-beda karena banyak
faktor yang mempengaruhinya; jumlah primigravida, keadaan sosial ekonomi,
perbedaan kriteria dalam penentuan diagnosis dan lain-lain. Di Indonesia
frekuensi kejadian preeklampsia sekitar 3- 10% Sedangkan di Amerika Serikat
dilaporkan bahwa kejadian preeklampsia sebanyak 5% dari semua kehamilan
(23,6 kasus per 1.000 kelahiran). (Triatmojo, 2003).
Pada primigravida frekuensi preeklampsia lebih tinggi bila dibandingkan
dengan multigravida, terutama primigravida muda, Sudinaya (2000) mendapatkan
angka kejadian preeklampsia dan eklamsia di RSU Tarakan Kalimantan Timur
sebesar 74 kasus (5,1%) dari 1431 persalinan selama periode 1 Januari 2000
sampai 31 Desember 2000, dengan preeklampsia sebesar 61 kasus (4,2%) dan
eklamsia 13 kasus (0,9%). Dari kasus ini terutama dijumpai pada usia 20-24 tahun
dengan primigravida (17,5%). Diabetes melitus, molahidatidosa, kehamilan
ganda, hidrops fetalis, umur lebih dari 35 tahun dan obesitas merupakan faktor
predisposisi untuk terjadinya preeklampsia (Trijatmo, 2005). Peningkatan
kejadian preeklampsia pada usia > 35 tahun mungkin disebabkan karena adanya
hipertensi kronik yang tidak terdiagnosa dengan superimposed PIH (Deborah E
Campbell, 2006).
Di samping itu, preklamsia juga dipengaruhi oleh paritas. Surjadi, dkk
(1999) mendapatkan angka kejadian dari 30 sampel pasien preeklampsia di RSU
Dr. Hasan Sadikin Bandung paling banyak terjadi pada ibu dengan paritas 1-3
9
yaitu sebanyak 19 kasus dan juga paling banyak terjadi pada usia kehamilan diatas
37 minggu yaitu sebanyak 18 kasus. Wanita dengan kehamilan kembar bila
dibandingkan dengan kehamilan tunggal, maka memperlihatkan insiden hipertensi
gestasional (13 % : 6 %) dan preeklampsia (13 % : 5 %) yang secara bermakna
lebih tinggi. Selain itu, wanita dengan kehamilan kembar memperlihatkan
prognosis neonatus yang lebih buruk daripada wanita dengan kehamilan tunggal
(Cunningham, 2003).
2.3 Etiologi
Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Tetapi
terdapat suatu kelainan yang menyertai penyakit ini yaitu :
1. Spasmus arteriola
2. Retensi Na dan air
3. Koagulasi intravaskuler
Adapun teori-teori tersebut yang merupakan kemungkinan penyabab
preeclampsia adalah:
1. Peran Prostasiklin dan Tromboksan
Pada preeklampsia dan eklampsia didapatkan kerusakan pada endotel
vaskuler, sehingga sekresi vasodilatator prostasiklin oleh sel-sel endotelial
plasenta berkurang, sedangkan pada kehamilan normal prostasiklin meningkat.
Sekresi tromboksan oleh trombosit bertambah sehingga timbul vasokonstrikso
generalisata dan sekresi aldosteron menurun. Akibat perubahan ini menyebabkan
pengurangn perfusi plasenta sebanyak 50%, hipertensi dan penurunan volume
plasma (Y. Joko, 2002).
2. Peran Faktor Imunologis
Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan I karena pada kehamilan I
terjadi pembentukan blocking antibodies terhadap antigen plasenta tidak
sempurna. Pada preeklampsia terjadi komplek imun humoral dan aktivasi
komplemen. Hal ini dapat diikuti dengan terjadinya pembentukan proteinuria.
3. Peran Faktor Genetik
Preeklampsia hanya terjadi pada manusia. Preeklampsia meningkat pada
anak dari ibu yang menderita preeklampsia.
10
4. Iskemik dari uterus. Terjadi karena penurunan aliran darah di uterus
5. Defisiensi kalsium. Diketahui bahwa kalsium berfungsi membantu
mempertahankan vasodilatasi dari pembuluh darah (Joanne, 2006).
6. Disfungsi dan aktivasi dari endotelial.
Kerusakan sel endotel vaskuler maternal memiliki peranan penting dalam
patogenesis terjadinya preeklampsia. Fibronektin diketahui dilepaskan oleh sel
endotel yang mengalami kerusakan dan meningkat secara signifikan dalam darah
wanita hamil dengan preeklampsia. Kenaikan kadar fibronektin sudah dimulai
pada trimester pertama kehamilan dan kadar fibronektin akan meningkat sesuai
dengan kemajuan kehamilan (Koerniawan, Drajat).
11
Tekanan Darah Kenaikan TD sistolik pada Peningkatan menjadi
angka 30 mmHg atau lebih, 160/110 mmHg pada dua kali
kenaikan TD diastolik pada pemeriksaan dengan jarak 6
angka 15 mmHg atau hasil jam pada ibu hamil yang
pemeriksaan sebesar 140/90 beristirahat di tempat tidur.
mmHg dua kali dengan jarak
6 jam.
Peningkatan BB Peningkatan BB > 0,5 Sama seperti preeklampsia
Kg/minggu selama trimester ringan.
kedua dan ketiga atau
peningkatan BB yang tiba-
tiba sebesar 2 Kg/minggu
kapan saja.
Proteinuria 300 mg/L dalam 24 jam atau 5-10 g/L dalam jangka waktu
> 1 g/L secara random 24 jam atau + 2 protein
dengan memakai contoh dipstick.
urine siang hari yang
dikumpulkan pada dua waktu
dengan jarak 6 jam secara
terpisah karena pengurangan
protein dapat bervariasi.
Edema Beberapa pembengkakan di Edema umum,
mata, wajah, jari, bunyi pembengkakan yang dapat
pulmoner tidak terdengar. dilihat pada mata, wajah, jari,
bunyi paru bisa terdengar.
Refleks Hiperfleksi + 3, tidak ada Hiperfleksi + 3, klonus
klomus di pergelangan kaki. dipergelangan kaki.
Haluaran urin Keluaran sama dengan Oliguria, < 30 ml/jam atau
masukan, 30 ml/jam. 120 ml/4jam.
Nyeri Kepala Sementara Berat
Gangguan Tidak ada Kabur
penglihatan
Iritabilitas Sementara Berat
Nyeri ulu hati Tidak ada Ada
Creatinin serum Normal Meningkat
Trombositopeni Tidak ada Ada
a
Peningkatan Minimal Jelas
AST
Hematokrit Meningkat Meningkat
Efek pada janin
Perfusi plasenta Menurun Perfusi menurun, DJJ
deselerasi lambat.
Premature Tidak jelas Pada waktu lahir plasenta
placental aging terlihat lebih kecil daripada
plasenta normal.
2.5 Patofisiologi
12
Pada pre eklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi
garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus.
Pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat
dilakui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh
mengalami spasme, maka tenanan darah akan naik sebagai usaha untuk mengatasi
tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat dicukupi. Sedangkan kenaikan
berat badan dan edema yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan
dalam ruangan interstitial belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air
dan garam. Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi
perubahan pada glomerulus (Sinopsis Obstetri, Jilid I, Halaman 199).
Pada preeklampsia yang berat dan eklampsia dapat terjadi perburukan
patologis pada sejumlah organ dan sistem yang kemungkinan diakibatkan oleh
vasospasme dan iskemia (Cunniangham,2003).
Wanita dengan hipertensi pada kehamilan dapat mengalami peningkatan
respon terhadap berbagai substansi endogen (seperti prostaglandin,tromboxan)
yang dapat menyebabkan vasospasme dan agregasi platelet. Penumpukan
trombus dan perdarahan dapat mempengaruhi sistem saraf pusat yang ditandai
dengan sakit kepala dan defisit syaraf lokal dan kejang. Nekrosis ginjal dapat
menyebabkan penurunan laju filtrasi glomelurus dan proteinuria. Kerusakan hepar
dari nekrosis hepatoseluler menyebabkan nyeri epigastrium dan peningkatan tes
fungsi hati. Manifestasi terhadap kardiovaskuler meliputi penurunan volume
intavaskuler, meningkatnya kardiakoutput dan peningkatan tahanan pembuluh
perifer. Peningkatan hemolisis microangiopati menyebabkan anemia dan
trobositopeni. Infark plasenta dan obstruksi plasenta menyebabkan pertumbuhan
janin terhambat bahkan kematian janin dalam rahim (Michael,2005).
Perubahan pada organ :
1. Perubahan kardiovaskuler
Gangguan fungsi kardiovaskuler yang parah sering terjadi pada
preeklamsia dan eklampsia. Berbagai gangguan tersebut pada dasarnya berkaitan
dengan peningkatan afterload jantung akibat hipertensi, preload jantung yang
secara nyata dipengaruhi oleh berkurangnya secara patologis hipervolemia
kehamilan atau yang secara iatrogenik ditingkatkan oleh larutan onkotik /
13
kristaloid intravena, dan aktifasi endotel disertai ekstravasasi kedalam
ekstravaskuler terutama paru (Cunningham,2003).
2. Metablisme air dan elektrolit
Hemokonsentrasi yang menyerupai preeklampsia dan eklampsia tidak
diketahui penyebabnya . jumlah air dan natrium dalam tubuh lebih banyak pada
penderita preeklamsia dan eklampsia dari pada wanita hamil biasa atau penderita
dengan hipertensi kronik. Penderita preeklamsia tidak dapat mengeluarkan dengan
sempurna air dan garam yang diberikan. Hal ini disebabkan oleh filtrasi
glomerulus menurun, sedangkan penyerapan kembali tubulus tidak berubah.
Elektrolit, kristaloid, dan protein tidak mununjukkan perubahan yang nyata pada
preeklampsia. Konsentrasi kalium, natrium, dan klorida dalam serum biasanya
dalam batas normal (Trijatmo,2005).
3. Mata
Dapat dijumpai adanya edema retina dan spasme pembuluh darah. Selain itu
dapat terjadi ablasio retina yang disebabkan oleh edema intraokuler dan
merupakan salah satu indikasi untuk melakukan terminasi kehamilan. Gejala lain
yang menunjukkan pada preeklampsia berat yang mengarah pada eklampsia
adalah adanya skotoma, diplopia dan ambliopia. Hal ini disebabkan oleh adaanya
perubahan peredaran darah dalam pusat penglihatan dikorteks serebri atau
didalam retina (Rustam,1998).
4. Otak
Pada penyakit yang belum berlanjut hanya ditemukan edema dan anemia
pada korteks serebri, pada keadaan yang berlanjut dapat ditemukan perdarahan
(Trijatmo,2005).
5. Uterus
Aliran darah ke plasenta menurun dan menyebabkan gangguan pada
plasenta, sehingga terjadi gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan
oksigen terjadi gawat janin. Pada preeklampsia dan eklampsia sering terjadi
peningkatan tonus rahim dan kepekaan terhadap rangsangan, sehingga terjad
partus prematur.
6. Paru-Paru
14
Kematian ibu pada preeklampsia dan eklampsia biasanya disebabkan oleh
edema paru yang menimbulkan dekompensasi kordis. Bisa juga karena aspirasi
pnemonia atau abses paru (Rustam, 1998).
15
c. Oligouri, yaitu jumlah urine kurang dari 500 cc per 24 jam.
d. Adanya gangguan serebral, gangguan penglihatan, dan rasa nyeri di
epigastrium.
e. Terdapat edema paru dan sianosis
f. Trombositopeni
g. Gangguan fungsi hati
h. Pertumbuhan janin terhambat (Lanak, 2004).
16
b. Kardiotografi
Diketahui denyut jantung janin lemah.
2.7 Komplikasi
Resiko pre eklampsi pada ibu yaitu:
a. perubahan pada sistem saraf pusat mencakup refleks berlebihan dan kejang
b. sindrom hemolisis, kenaikan enzim hati, dan hitung trombosit rendah
(HELP SINDROME).
Resiko pre eklampsi-eklampsi pada bayi yaitu:
a. prematuritas
b. keterbatasan pertumbuhan intrauterine ( Intrauterine Growth )
Penanganan komplikasi hipertensi dalam kehamilan:
a. Jika pertumbuhan janin terhambat lakukan terminasi kehamilan
b. Jika terjadi penurunan kesadaran atau koma, kemungkinan terjadi
perdarahan serebral : turunkan tekanan darah pelan-pelan, berikan terapi
suportif
c. Jika terjadi gagal jantung, ginjal atau hati berikan terapi suportif
d. Jika uji beku darah menunjukkan gangguan tekanan darah kemungkinan
terdapat koagulopati
e. Jika pasien mendapat infus dan dipasang kateter, perhatikan upaya
pencegahan infeksi
f. Jika pasien mendapat cairan perinfus, perlu dipantau jumlah cairan masuk
dan keluar agar tidak terjadi overload cairan
2.8 Pencegahan
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti dapat menemukan tanda-
tanda dini preeklampsia, dan dalam hal itu harus dilakukan penanganan
semestinya. Kita perlu lebih waspada akan timbulnya preeklampsia dengan
adanya faktor-faktor predisposisi seperti yang telah diuraikan di atas.
Walaupun timbulnya preeklamsia tidak dapat dicegah sepenuhnya, namun
frekuensinya dapat dikurangi dengan pemberian penerangan secukupnya dan
pelaksanaan pengawasannya yang baik pada wanita hamil. Penerangan
tentang manfaat istirahat dan diet berguna dalam pencegahan. Istirahat tidak
17
selalu berarti berbaring di tempat tidur, namun pekerjaan sehari-hari perlu
dikurangi, dan dianjurkan lebih banyak duduk dan berbaring. Diet tinggi
protein dan rendah lemak, karbohidrat, garam dan penambahan berat badan
yang tidak berlebihan perlu dianjurkan. Mengenal secara dini preeklampsia
dan segera merawat penderita tanpa memberikan diuretika dan obat
antihipertensif, memang merupakan kemajuan yang penting dari pemeriksaan
antenatal yang baik.
2.9 Penatalaksanaan
1. Preeklamsia ringan (PER)
a. Rawat jalan
1. Anjurkan istirahat baring 2 jam siang hari dan tidur > 8 jam malam
hari jika susah tidur beri fenobarbital 3 x 30 mg / hari
2. Diberikan obat penunjang antara lain : vit b komplex, vit c / vit e
dan zat besi
3. Kunjungan ulang dilakukan 1 minggu kemudian untuk menilai
perkembangan kehamilan dan kesejahteraan janin.
4. Diet biasa (tidak perlu diet rendah garam)
b. Rawat tinggal
Kriteria untuk rawat tinggal bagi px yang telah diterapi dalam 2x
kunjungan selang 1 minggu tidak ada perbaikan klinis / laboratorium
2. Preeklamsia berat (PEB)
a. Preeklamsia berat pada kehamilan kurang dari 37 minggu
1. Jika janin belum menunjukan tanda-tanda maturitas paru-paru
dengan uji kocok dan rasio L/S, maka penanganannya adalah
sebagai berikut :
a. Berikan suntikan sulfas magnesikus dengan dosis 8 gr intramusuler
kemudian disusul dengan injeksi tambahan 4 gr intramuskuler
setiap (selama tidak ada kontraindikasi)
b. Jika ada perbaikan jalannya penyakit, pemberian sulfas magnesikus
dapat diteruskan lagi selama 24 jam sampai dicapai criteria pre-
eklamsi ringan (kecuali ada kontraindikasi)
18
c. Selanjutnya ibu dirawat, diperiksa, dan keadaan janin dimonitor,
serta berat badan ditimbang seperti pada pre-eklamsi ringan,
sambil mengawasi timbulnya lagi gejala
d. Jika dengan terapi di atas tidak ada perbaikan, dilakukan terminasi
kehamilan dengan induksi partus atau tindakan lain tergantung
keadaan
Jika pada pemeriksaan telah dijumpai tanda-tanda kematangan paru janin,
maka penatalaksanaan kasus sama seperti pada kehamilan diatas 37 minggu:
b. Pre-eklamsi berat pada kehamilan diatas 37 minggu
1. Penderita dirawat inap
a. Istirahat mutlak dan ditempatkan dalam kamar isolasi
b. Berikan diit rendah garam dan tinggi protein
c. Berikan suntikan sulfas magnesikus 8 gr intramuskuler, 4 gr di
bokong kanan dan 4 gr di bokong kiri
d. Suntikan dapat diulang dengan dosis 4 gr setiap 4 jam
e. Syarat pemberian MgSO4 adalah: reflex patella positif; dieresis
100 cc dalam 4 jam terakhir; respirasi 16 kali per menit, dan harus
tersedia antidotumnya yaitu kalsium glukonas 10% dalam ampul
10 cc
f. Infus dekstrosa 5 % dan Ringer laktat
2. Berikan obat anti hipertensi : injeksi katapres 1 ampul i.m. dan
selanjutnya dapat diberikan tablet katapres 3 kali tablet atau 2 kali
tablet sehari
3. Diuretika tidak diberikan, kecuali bila terdapat edema umum, edema
paru dan kegagalan jantung kongerstif.Untuk itu dapat disuntikan 1
ampul intravena Lasix.
4. Segera setelah pemberian sulfas magnesikus kedua, dilakukan induksi
partus dengan atau tanpa amniotomi.Untuk induksi dipakai oksitosin
(pitosin atau sintosinon) 10 satuan dalam infuse tetes
5. Kala II harus dipersingkat dengan ekstrasi vakum atau forceps, jadi
ibu dilarang mengedan
19
6. Jangan diberikan methergin postpartum, kecuali bila terjadi
perdarahan yang disebabkan atonia uteri
7. Pemberian sulfas magnesikus, kalau tidak ada kontraindikasi,
kemudian diteruskan dengan dosis 4 gr setiap 4 jam dalam 24 jam
postpartum
8. Bila ada indikasi obstetric dilakukan seksio sesarea.
20
BAB 3 PATHWAY
Faktor Risiko
Tidak mendapat informasi Spasme pembuluh darah klien tidak mengerti dengan penyakitnya
Kurang pengetahuan
cemas Suplai darah ke plasenta
21
paru-paru janin system persyarafan bayi belum
Hb perdarahan Merangsang korteks adrenal belum terbentuk sempurna terbentuk sempurna
nyeri menghasilkan aldosteron gangguan trermoregulasi
PK: anemia PK: perdarahan Risiko tinggi
kerusakan pertukaran Ketidak efektifan termo regulasi
gas pada janin
proteinuria
Visikositas darah
Gangguan perfusi
jaringan perifer
22
Gangguan sesak napas
eliminasi urin tubuh
Gangguan
pertukaran gas
Intoleransi aktifitas
23
BAB 4 ASUHAN KEPERAWATAN
1.1 Pengkajian
Pada tahap pengkajian meliputi:
1. Identitas pasien
a. Nama Klien : Ny.
b. Tempat Tgl Lahir :
c. Umur Klien :
d. Jenis Kelamin : Wanita
e. Alamat :
f. Status Perkawinan : kawin
g. Agama :
h. Suku :
i. Pendidikan :
j. Pekerjaan :
k. Tanggal MRS :
l. NO. RM :
m. Tanggal Pengkajian :
n. Diagnosa medis : Preeklampsia
a. Nama :
b. Agama :
c. Pekerjaan :
d. Pendidikan :
e. Status perkawinan :
f. Suku bangsa :
g. Alamat :
h. Hubungan dengan pasien :
i. Alasam MRS :
2. Riwayat kesehatan
Pengakajian riwayat kesehatan didapatkan melalui anamnesa, baik dengan
pasien maupun dengan keluarga pasien. Riwayat pengkajian pasien terdiri dari:
a. Riwayat kesehatan dahulu
1. Kemungkinan ibu menderita penyakit hipertensi sebelum hamil.
2. Kemungkinan ibu mempunyai riwayat preeklamsia pada kehamilan
terdahulu.
3. Biasanya mudah terjadi pada ibu dengan obesitas.
4. Ibu mungkin pernah menderita penyakit gagal kronis.
b. Riwayat kesehatan sekarang
1. Ibu merasa sakit kepala di daerah frontal.
24
2. Terasa sakit di ulu hati/nyeri epigastrum.
3. Mual dan muntah, tidak ada nafsu makan.
4. Gangguan serebral lainnya : terhuyung-huyung, refleks tinggi, dan
tidak tenang.
5. Edema pada ekstremitas.
6. Tengkuk terasa berat.
3. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan tanda-tanda vital:
a. Keadaan umum : tampak lemah
b. Tekanan darah : tekanan darah tinggi (diatas 140/90 mmHg)
c. Nadi : meningkat
d. Suhu : normal
1. Kepala
- Klien mengeluhkan nyeri pada kepala
- Pasien mengeluh pusing
2. Mata
- konjungtifa sedikit anemis
- edema pada retina.
3. Telinga
- Tidak terjadi keluhan, namun bila keadaan semakin buruk maka keluhan
yang dirasakan akan semakin berat diseluruh bagian tubuh.
4. Hidung
- Tidak terjadi keluhan, namun bila keadaan semakin buruk maka keluhan
yang dirasakan akan semakin berat diseluruh bagian tubuh
5. Mulut
- Tidak terjadi keluhan, namun bila keadaan semakin buruk maka keluhan
yang dirasakan akan semakin berat diseluruh bagian tubuh
6. Leher
- Terdapat nyeri dileher akibat perdarahan diabdomen yang mencapai
diafragma.
7. Dada
- Terdapat nyeri didada akibat perdarahan diabdomen yang mencapai
diafragma.
8. Pencernaan abdomen
25
- Nyeri daerah epigastrium, anoreksia, mual dan muntah.
9. Ekstremitas
- Edema pada kaki juga pada tangan juga pada jari-jari.
10. Genituorinaria
- oligura, proteinuria.
11. Pemeriksaan janin
- bunyi detak janin tidak teratur, gerakan janin melemah.
4. Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan Laboratorium
26
Diketahui denyut jantung janin lemah.
4.3 Intervensi
Tujuan :
Kriteria Hasil :
Intervensi :
R/. Ambang nyeri setiap orang berbeda ,dengan demikian akan dapat
menentukan tindakan perawatan yang sesuai dengan respon pasien
terhadap nyerinya
27
2. Jelaskan penyebab nyerinya
3. Ajarkan ibu mengantisipasi nyeri dengan nafas dalam bila HIS timbul
Tujuan :
Kriteria Hasil :
Intervensi :
28
2. Jelaskan mekanisme proses persalinan
R/. Kecemasan akan dapat teratasi jika mekanisme koping yang dimiliki
ibu efektif
Intervensi :
29
yang merupakan indicator yang tepat untuk mrnunjukan keseimbangan
cairan
5. Berikan diit rendah garam sesuai dengan kolaborasi dengan ahli gizi
R/ : Diit rendah garam akan mengurangi terjadinya kelebihan cairan
6. Kaji distensi vena jugularis dan perifer
R/ : Retensi cairan yang berlebihan bisa dimanifestasikan dengan
pelebaran vena jugularis dan oedema perifer
4.4 Implementasi
4.5 Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada setiap diagnose dengan menggunakan metode
SOAP, yaitu:
S: kondisi pasien secara subyektif setelah dilakukan tindakan asuhan
keperawatan, data dapat didapatkan melalui kata-kata dari respon pasien
O: kondisi pasien secara obyektif setelah dilakukan tindakan asuhan
keperawatan, data dapat didapatkan melalui kondisi fisik pasien
A: analisis data, apakah tindakan asuhan keperawatan yang diberikan sudah
berhasil secara keseluruhan, hanya sebagaian, atau gagal total
P: rencana yang akan dilakuakn selanjutnya
30
31
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pre Eklamsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, odem dan
protein uria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi
dalam triwulan ke 3 kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya.
Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti.
Banyak teori teori dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan
penyebabnya. Oleh karena itu disebut penyakit teori namun belum ada
memberikan jawaban yang memuaskan. Pada preeklampsia didapatkan sakit
kepala di daerah frontal, skotoma, diplopia, penglihatan kabur, nyeri di daerah
epigastrium, mual atau muntah-muntah.
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti dapat menemukan tanda-
tanda dini preeklampsia, dan dalam hal itu harus dilakukan penanganan
semestinya.
5.2 Saran
1. Preeklampsia adalah salah satu penyakit yang berbahaya pada ibu hamil,
oleh karena itu hendaknya upaya preventif dilakukan agar tidak terjadi
masalah tersebut.
2. Ibu yang hamil hendaknya memeiksakan kehamilannya secara teratur
untuk mengetahui jika ada tanda-tanda dini preeklampsia.
32
DAFTAR PUSTAKA
33