You are on page 1of 18

SISTEM PERBANKAN INDONESIA

DALAM KAITANNYA DENGAN KASUS

BANK CENTURY

KELOMPOK 9 ( Sembilan)

Indra Faisal Muttaqin (0906612705)

Melka Neria (0906612522)

Wulandari (0906612680)

Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik


Universitas Indonesia
2010

BAB I
PENDAHULUAN

Secara etimologi bank berasal dari bahasa Italia yang berarti bantu atau pembantu.
Namun seiring berjalannya waktu, pengertian bank meluas menjadi suatu bentuk pranata
sosial yang bersifat finansial, yang melakukan kegiatan keuangan dan melaksanakan jasa-jasa
keuangan. Pengertian mengenai perbankan ini juga di atur secara jelas didalam peraturan
perundang-undangan, seperti dalam Undang-Undang No. 10 tahun 1998 pasal 1 angka 2 yang
menyebutkan bahwa Bank adalah suatu badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya
dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak.
Sistem perbankan Indonesia adalah sebuah tata cara, aturan-aturan dan pola bagai
mana sebuah sektor perbankan (dalam hal ini bank-bank yang ada) menjalankan usaha nya
sesuai dengan ketentuan (sistem) yang dibuat oleh pemerintah 1. Sistem perbankan di
Indonesia terbangun dengan kosep yang dilandaskan pada sistem perekonomian yang ada.
Indonesia menetapkan sistem perekonomiannya sebagai sistem ekonomi yang demokrasi
sesuai dengan landasan negara yaitu Pancasila. Hal ini diatur dalam Undang-Undang Azas
Perbankan Indonesia, pada Pasal 2 UU No. 7 Tahun 1992, yang berbunyi : Perbankan
Indonesia dalam menjalankan Usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan prinsip
kehati-hatian. Demokrasi ekonomi yang dimaksud adalah demokrasi ekonomi berdasarkan
pancasila dan UUD 1945.
Dalam menjalankan sebuah sistem perbankan yang baik, perlu ada nya pilar-pilar
yang menyangga agar sebuah sistem tersebut dapat berjalan. Dalam sistem perbankan
indonesia, pilar ini disebut dengan arsitektur perbankan indonesia (API). Arsitektur
Perbankan Indonesia (API) merupakan suatu kerangka dasar sistem perbankan Indonesia
yang bersifat menyeluruh dan memberikan arah, bentuk, dan tatanan industri perbankan
untuk rentang waktu lima sampai sepuluh tahun ke depan 2. Arah kebijakan pengembangan
industri perbankan di masa datang yang dirumuskan dalam API dilandasi oleh visi mencapai
suatu sistem perbankan yang sehat, kuat dan efisien guna menciptakan kestabilan sistem
keuangan dalam rangka membantu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Berpijak dari
adanya kebutuhan blue print perbankan nasional dan sebagai kelanjutan dari program
restrukturisasi perbankan yang sudah berjalan sejak tahun 1998, maka Bank Indonesia pada

1
Dahlan Siamat,Manajemen Lembaga Keuangan,, Sistem perbankan indonesia.
2
http://www.bi.go.id
tanggal 9 Januari 2004 telah meluncurkan API sebagai suatu kerangka menyeluruh arah
kebijakan pengembangan industri perbankan Indonesia ke depan.
Peluncuran API tersebut tidak terlepas pula dari upaya Pemerintah dan Bank
Indonesia untuk membangun kembali perekonomian Indonesia melalui penerbitan buku putih
Pemerintah sesuai dengan Inpres No. 5 Tahun 2003, dimana API menjadi salah satu program
utama dalam buku putih tersebut. Bertitik tolak dari keinginan untuk memiliki fundamental
perbankan yang lebih kuat dan dengan memperhatikan masukan-masukan yang diperoleh
dalam mengimplementasikan API selama dua tahun terakhir, maka Bank Indonesia merasa
perlu untuk menyempurnakan program-program kegiatan yang tercantum dalam API.
Penyempurnaan program-program kegiatan API tersebut tidak terlepas pula dari
perkembangan-perkembangan yang terjadi pada perekonomian nasional maupun
internasional. Penyempurnaan terhadap program-program API tersebut antara lain mencakup
strategi-strategi yang lebih spesifik mengenai pengembangan perbankan syariah, BPR, dan
UMKM ke depan sehingga API diharapkan memiliki program kegiatan yang lebih lengkap
dan komprehensif yang mencakup sistem perbankan secara menyeluruh terkait Bank umum
dan BPR, baik konvensional maupun syariah, serta pengembangan UMKM.

GAMBAR 1. ENAM PILAR API


Namun pada masa sekarang ini, landasan maupun prinsip perekonomian Indonesia
sedikit berubah dan melenceng dari yang telah ditetapkan sejak awal. Sistem perekonomian
di Indonesia sudah mendekati sistem perekonomian kapitalis, dimana lebih mengedepankan
sisi-sisi individualistis, persaingan bebas, dan hanya mengedepankan keuntungan semata.
Seperti yang di ungkapkan oleh Munawar Ismail, sistem demokrasi ekonomi berbeda
dengan negara kapitalis yang mendasarkan pada nilai-nilai individualisme dan persaingan
bebas. Sistem ekonomi Indonesia mendasarkan pada semangat kekeluargaan3.
Berbagai keganjilan dalam sistem perbankan di Indonesia ini telah ditangkap sejak
lama oleh salah satu mantan petinggi Bank Indonesia, yang mengungkapkan bahwa Sistem
perbankan di Indonesia telah cacat sejak lahir4.
Salah satu kasus nyata dari penyimpangan prinsip perekonomian Indonesia terjadi
dalam kasus Bank Century. Langkah penyelamatan yang diambil oleh Bank Indonesia
melalui pemberian bailout menimbulkan pro dan kontra baik dalam pemerintah maupun
masyarakat. Beberapa pihak menganggap langkah ini tidak seharusnya dilakukan, karena
manfaat yang diperoleh tidak sebanding dengan besarnya dana yang harus dikeluarkan oleh
Bank Indonesia.
Hal inilah yang akan menjadi landasan penelaahan lebih lanjut mengenai sistem
perbankan di Indonesia yang mulai menyimpang dari kaidah serta asas awalnya.

3
http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/08/01/03021761/tafsir.ulang.sistem.ekonomi.indonesia

4
http://banking.blog.gunadarma.ac.id/2009/10/31/sistem-perbankan-indonesia-yang-cacat-sejak-lahir/
BAB II
ISI

A. Sejarah Perbankan di Indonesia


Sejarah Bank di Indonesia tidak terlepas dari zaman penjajahan Hindia Belanda dan
tidak lepas dari campur tangan Belanda pada masa penjajahannya di Indonesia. Pada
masa itu terdapat beberapa bank yang memegang peranan penting di Hindia Belanda.
Bank-bank yang ada itu antara lain : De Javasce NV, De Post Poar Bank, Hulp en Spaar
Bank, De Algemenevolks Crediet Bank, dan Nederland Handles Maatscappi (NHM).
Setelah zaman kemerdekaan, perbankan di Indonesia bertambah maju dan
berkembang lagi. Beberapa bank Belanda dinasionalisir oleh pemerintah Indonesia.
Bank-bank yang ada di zaman awal kemerdekaan antara lain5:
1. NV. Nederlandsch Indische Spaar En Deposito Bank (saat ini Bank OCBANK
CENTURYNISP), didirikan 4 April 1941 dengan kantor pusat di Bandung
2. Bank Negara Indonesia, yang didirikan tanggal 5 Juli 1946 yang sekarang dikenal
dengan BNI '46.

3. Bank Rakyat Indonesia yang didirikan tanggal 22 Februari 1946. Bank ini berasal dari
De Algemenevolks Crediet Bank atau Syomin Ginko.

4. Bank Surakarta Maskapai Adil Makmur (MAI) tahun 1945 di solo

5. Bank Indonesia di Palembang tahun 1946.

6. Bank Dagang Nasional Indonesia tahun 1946 di Medan.

B. Bentuk dan Fungsi Bank

1. Bentuk Bank
Pada awalnya, Bentuk Bank di Indonesia hanya terdiri dari Bank Pemerintah dan
Bank Asing. Namun sesuai perkembanganya, Bank di Indonesia terbagi atas beberapa
jenis, yaitu, Bank Central, Bank Konvensional, Bank Perkreditan Rakyat (BPR), Bank
Asing, dan Bank Syariah.

2. Fungsi Bank

5
http://id.wikipedia.org/wiki/Bank
Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana
masyarakat (finacial intermediary). Dalam menjalankan fungsinya, bank harus
memperhatikan hal hal berikut6 :
a. Rentabilitas, yaitu kemampuan bank untuk memperoleh keuntungan.
b. Likuiditas, yaitu kemampuan bank untuk melunasi kewajibannya pada saat jatuh
tempo
c. Solvabilitas, yaitu kemampuan bank untuk memnuhi kewajibannya saat bank
tersebut dilikuidasi.

Selain fungsi utama, ada beberapa fungsi perbankan lainnya, antara lain :
a. Berdasarkan Perundang-Undangan Pasal 3 UU No.7 Tahun 1992, yaitu :
1) Bank sebagai penyalur kredit, baik kredit produktif maupun kredit konsumtif.
Dana yang digunakan untuk menyalurkan kredit tersebut berasal dari dana
pihak ketiga, berupa tabungan, giro dan deposito maupun dana bank itu
sendiri.
2) Bank sebagai lembaga yang melancarkan transaksi perdagangan dan
pembayaran.
b. Bank sebagai perantara lalu lintas moneter menjalankan fungsinya bank
melakukan jasa pengiriman uang serta mengatur diskonto dan inkaso.

C. Kasus Bank Century


1. Kronologis Kasus Bank Century
Berikut ini kronologis kasus Bank Century yang menjadi perdebatan panjang di DPR
dan masyarakat7 :
1989
Robert Tantular mendirikan Bank Century Intervest Corporation (Bank CIC). Namun,
sesaat setelah Bank CIC melakukan penawaran umum terbatas alias rights issue
pertama pada Maret 1999, Robert Tantular dinyatakan tidak lolos uji kelayakan dan
kepatutan oleh Bank Indonesia.

6
Wijayanta, Bambang dan Widyaningsih, Aristanti. Ekonomi & Akuntansi : Mengasah Kemampuan
Ekonomi. Jakarta : PT. Grafindo Media Pratama. 2001
7
http://www.tempointeraktif.com
2004
Dari merger Bank Danpac, Bank Pikko, dan Bank CIC berdirilah Bank Century.
Mantan Deputi Senior Bank Indonesia Anwar Nasution disebut-sebut ikut andil
berdirinya bank tersebut. Tanggal 6 Desember 2004 Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia mengesahkan Bank Century.
Juni 2005
Budi Sampoerna menjadi salah satu nasabah terbesar Bank Century cabang Kertajaya,
Surabaya.

2008
Beberapa nasabah besar Bank Century menarik dana yang disimpan di bank besutan
Robert Tantular itu, sehingga Bank Century mengalami kesulitan likuiditas. Dintara
nasabah besar itu adalah Budi Sampoerna, PT Timah Tbk, dan PT Jamsostek.

1 Oktober 2008
Budi Sampoerna tak dapat menarik uangnya yang mencapai Rp 2 triliun di Bank
Century. Sepekan kemudian, bos Bank Century Robert Tantular membujuk Budi dan
anaknya yang bernama Sunaryo, agar menjadi pemegang saham dengan alasan Bank
Century mengalami likuiditas.

13 November 2008
Gubernur Bank Indonesia Boediono membenarkan Bank Century kalah kliring atau
tidak bisa membayar dana permintaan dari nasabah sehingga terjadi rush. Kemudian,
Bank Indonesia menggelar rapat konsulitasi melalui telekonferensi dengan Menteri
Keungan Sri Mulyani, yang tengah mendampingi Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono dalam sidang G-20 di Washington, Amerika Serikat.

14 November 2008
Bank Century mengajukan permohonan fasilitas pendanaan darurat dengan alasan
sulit mendapat pendanaan. Budi Sampoerna setuju memindahkan seluruh dana dari
rekening di Bank Century cabang Kertajaya, Surabaya ke Cabang Senayan, Jakarta.

20 November 2008
Bank Indonesia menyampaikan surat kepada Menkeu tentang Penetapan Status Bank
Gagal pada Bank Century dan menyatakan perlunya penanganan lebih lanjut. Selaku
Ketua Komite Stabilitas Sektor Keuangan, Sri Mulyani langsung menggelar rapat
untuk membahas nasib Bank Century. Dalam rapat tersebut, Bank Indonesia melalui
data per 31 Oktober 2008 mengumumkan bahwa rasio kecukupan modal atau CAR
Bank Century minus hingga 3,52 persen.

Diputuskan, guna menambah kebutuhan modal untuk menaikkan CAR menjadi 8


persen adalah sebesar Rp 632 miliar. Rapat tersebut juga membahas apakah akan
timbul dampak sistemik jika Bank Century dilikuidasi. Dan menyerahkan Bank
Century kepada lembaga penjamin.

21 November 2008
Mantan Group Head Jakarta Network PT Bank Mandiri, Maryono diangkat menjadi
Direktur Utama Bank Century menggantikan Hermanus Hasan Muslim.

22 November 2008
Delapan pejabat Bank Century dicekal. Mereka adalah Sualiaman AB (Komisaris
Utama), Poerwanto Kamajadi (Komisaris), Rusli Prakarta (komisaris), Hermanus
Hasan Muslim (Direktur Utama), Lila K Gondokusumo (Direktur Pemasaran),
Edward M Situmorang (Direktur Kepatuhan) dan Robert Tantular (Pemegang Saham).

23 November 2008
Lembaga penjamin langsung mengucurkan dana Rp 2,776 triliun kepada Bank
Century. Bank Indonesia menilai CAR sebesar 8 persen dibutuhkan dana sebesar Rp
2,655 triliun. Dalam peraturan lembaga penjamin, dikatakan bahwa lembaga dapat
menambah modal sehingga CAR bisa mencapai 10 persen, yaitu Rp 2,776 triliun.

26 November 2008
Robert Tantular ditangkap di kantornya di Gedung Sentral Senayan II lantai 21 dan
langsung ditahan di Rumah Tahanan Markas Besar Polri. Robert diduga
mempengaruhi kebijakan direksi sehingga mengakibatkan Bank Century gagal
kliring. Pada saat yang sama, Maryono mengadakan pertemuan dengan ratusan
nasabah Bank Century untuk meyakinkan bahwa simpanan mereka masih aman.
Periode November hingga Desember 2008
Dana pihak ketiga yang ditarik nasabah dari Bank Century sebesar Rp 5,67 triliun.

Desember 2008
Lembaga penjamin mengucurkan untuk kedua kalinya sebesar Rp 2,201 triliun. Dana
tersebut dikucurkan dengan alasan untuk memenuhi ketentuan tingkat kesehatan bank.

3 Februari 2009
Lembaga penjamin mengucurkan lagi Rp 1,55 triliun untuk menutupi kebutuhan CAR
berdasarkan hasil assesment Bank Indonesia, atas perhitungan direksi Bank Century.

1 April 2009
Penyidik KPK hendak menyergap seorang petinggi kepolisian yang diduga menerima
suap. Namun penyergarapan itu urung lantaran suap batal dilakukan. Dikabarkan
rencana penangkapan itu sudah sampai ke telinga Kepala Polri Jenderal Bambang
Hendarso Danuri. Sejak itulah hubungan KPK-Polri kurang mesra.

Pertengahan April 2009


Kabareskrim Polri Komjen Susno Duadji mengeluarkan surat klarifikasi kepada
direksi Bank Century. Isi surat tersebut adalah menegaskan uang US$ 18 juta milik
Budi Sampoerna dari PT Lancar Sampoerna Besatari tidak bermasalah.

29 Mei 2009
Kabareskrim Susno Duadji memasilitasi pertemuan antara pimpinan Bank Century
dan pihak Budi Sampoerna di kantornya. Dalam pertemuan itu disepakati bahwa Bank
Century akan mencairkan dana Budi Sampoerna senilai US$ 58 juta -dari total Rp 2
triliun- dalam bentuk rupiah.

Juni 2009
Bank Century mengaku mulai mencairkan dana Budi Sampoerna yang diselewengkan
Robert Tantular sekitar US$ 18 juta, atau sepadan dengan Rp 180 miliar. Namun, hal
ini dibantah pengacara Budi Sampoerna, Lucas, yang menyatakan bahwa Bank
Century belum membayar sepeserpun pada kliennya.

Juli 2009
KPK melayangkan surat permohonan kapada Badan Pemeriksa Keuangan untuk
melakukan audit terhadap Bank Century.

Akhir Juni 2009


Komisaris Jendral Susno Duadji mengatakan ada lembaga yang telah sewenang-
wenang menyadap telepon selulernya.

2 Juli 2009
KPK menggelar koferensi pers. Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Bibit
Samad Riyanto megatakan jika ada yang tidak jelas soal penyadapan, diminta datang
ke KPK.

21 Juli 2009
Lembaga penjamin mengucurkan lagi Rp 630 miliar untuk menutupi kebutuhan CAR
Bank Century. Keputusan tersebut juga berdasarkan hasil assesment Bank Indonesia
atas hasil auditro kantor akuntan publik. Sehingga total dana yang dikucurkan
mencapai Rp 6,762 triliun.

12 Agustus 2009
Mantan Direktur Utama Bank Century Hermanus Hasan Muslim divonis 3 tahun
penjara karena terbukti menggelapkan dana nasabah Rp 1,6 triliun. Dan tanggal 18
Agustus 2009, Komisaris Utama yang juga pemegang saham Robert Tantular dituntut
hukuman delapan tahun penjara dengan denda Rp 50 miliar subsider lima tahun
penjara.

27 Agustus 2009
Dewan Perwakilan Rakyat memanggil Menkeu Sri Mulyani, Bank Indonesia dan
lembaga penjamin untuk menjelaskan membengkaknya suntikan modal hingga Rp 6,7
triliun. Padahal menurut DPR, awalnya pemerintah hanya meminta persetujuan Rp
1,3 triliun untuk Bank Century. Dalam rapat tersebut Sri Mulyani kembali
menegaskan bahwa jika Bank Century ditutup akan berdampak sistemik pada
perbankan Indonesia. Pada hari yang sama pula, Wakil Ketua KPK Bibit Samad
Riyanto menyatakan bhwa kasus Bank Century itu sudah ditingkatkan statusnya
menjadi penyelidikan.

28 Agustus 2009
Wakil Presiden Jusuf Kalla membantah pernyataan Sri Mulyani yang menyatakan
bahwa dirinya telah diberitahu tentang langkah penyelamatan Bank Century pada
tanggal 22 Agustus 2008 --sehari setelah keputusan KKSK. Justru Kalla mengaku
dirinya baru tahu tentang itu pada tanggal 25 Agustus 2008.

10 September 2009
Majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang dipimpin Sugeng Riyono
memutus Robert Tantular dengan vonis hukuman 4 tahun dengan denda Rp 50 miliar
karena dianggap telah memengaruhi pejabat bank untuk tidak melakukan langkah-
langkah yang diperlukan sesuai dengan UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perbankan.

30 September 2009
Laporan awal audit Badan Pemeriksa Keuangan terhadap Bank Century sebanyak 8
halaman beredar luas di masyarakat. laporan tersebut mengungkapkan banyak
kelemahan dan kejanggalan serius di balik penyelamatan Bank Century dan ada
dugaan pelanggaran kebijakan dalam memberikan bantuan ke Bank Century.

2 Oktober 2009
Nama Bank Century diganti menjadi Bank Mutiara.

21 Oktober 2009
Akibat kejanggalan temuan BPK tersebut, Sekjen PDI Perjuangan Pramono Anung
membentuk tim kecil untuk menggulirkan hak angket guna mengkaji kasus Bank
Century. Lima hari kemudian, wacana pembentukan Panitia Khusus Hak Angket DPR
untuk mengusut kasus Bank Century menjadi perdebatan di DPR.

12 November 2009
139 anggota DPR dari 8 Fraksi mengusulkan hak angket atas pengusutan kasus Bank
Century.
2. Bailout Century Dari Perspektif Ekonomi dan Keuangan Negara.
Untuk melihat apakah bail out Century memiliki argumentasi kuat secara
ekonomi, ada baiknya kita melihat komparasi situasi ekonomi antara ketika krisis
1997/98 dan krisis 2008. Biasanya, indikator yang digunakan untuk melihat adanya
tekanan terhadap pasar keuangan kita adalah nilai tukar, IHSG, cadangan devisa, uang
beredar, inflasi, dan indikator perbankan8.
Pada tahun 1997/1998 Suku bunga SBI juga lebih tinggi dibanding suku
bunga KI dan KMK. Situasi ini menyebabkan, bank lebih suka menaruh dananya pada
SBI dibandingkan menyalurkan kredit. Kondisi ini, berbeda dengan situasi tahun
2008. Sekalipun terjadi peningkatan suku bunga, namun tekanan suku bunga
perbankan tidak setinggi krisis 1997/1998. Disamping itu, sekalipun meningkat, suku
bunga SBI juga masih lebih rendah dibanding suku bunga KI dan KMK, sehingga
tidak mengurangi minat bank menyalurkan kredit.
Berdasarkan analisis di atas, terlihat bahwa situasi krisis pada tahun 2008
memang berbeda dibandingkan krisis tahun 1997/1998. Bila menggunakan ukuran
sistemik, situasi krisis 1997/1998 jauh lebih sistemik dibandingkan krisis tahun
2008. Oleh karenanya, karena argumentasi bail out Century didasarkan pada alasan
bisa menimbulkan krisis sistemik, tentunya memang harus ditelaah secara objektif
bagaimana ukuran sistemik yang dipakai tersebut. Kita juga tidak tahu bagaimana
suasana psikologis yang terjadi ketika bail out Century diputuskan. Patut diduga
bahwa krisis 1997/1998 masih menghantui para pengambil kebijakan kita waktu itu.

Bawa Perppu JPSK Ke MA Atau MK


Untuk menentukan kebijakan bail out Century, yang kini sudah masuk
wilayah politik, tepat atau tidak tepat, Pansus DPR RI tidak bisa hanya mengandalkan
judgement ekonomi. Karena Pansus adalah lembaga politik, semestinya mendasarkan
keputusannya pada judgement hukum. Sayangnya payung tersebut juga tidak ada.
Meski UU BI, sejak 2004 telah mengamanatkan agar kita memiliki UUJPSK, ternyata
hingga kini tidak berhasil diwujudkan Pemerintah dan DPR. Sementara itu, Perppu
JPSK inisiatif Pemerintah, kini tidak jelas kedudukannya untuk menjustifikasi
kelayakan bail out Century.
8
Harian Republika, Edisi 07 Januari 2010
Perlu diketahui bahwa bail out Century bermula dari penetapan Century
sebagai bank gagal sistemik. Penetapan ini didasarkan pada Perppu JPSK. Penulis
berpendapat, secara hukum penetapan Century sebagai bank gagal sistemik yang
kemudian berimplikasi pada bail out tahap pertama sebesar Rp632 milyar adalah sah,
karena didasarkan pada Perppu JPSK yang diakui dalam hukum ketatanegaraan kita.
Sayangnya, Perpu JPSK hanya berlaku 3 bulan. Terlebih lagi, pada Sidang Paripurna
18 Desember 2008, DPR dikabarkan juga tidak menyetujui Perppu JPSK. Akibat
ketidakpastian hukum inilah yang kini menimbulkan komplikasi hukum atas bail out
Century pada empat tahap selanjutnya hingga mencapai Rp6,7 trilyun.

Dana Bail Out Century Bagian Keuangan Negara


Isu lain yang juga krusial adalah status dana yang digunakan Lembaga
Penjamin Simpanan (LPS) untuk mem-bail out Century. Sebagian berpendapat bahwa
dana bail out Century bukan bagian keuangan negara, karena dibayarkan dari hasil
premi nasabah. Sebagian yang lain berpendapat bahwa dana LPS adalah bagian
keuangan negara.
Untuk menentukan dana LPS itu bagian dari keuangan negara atau tidak, kita
bisa mengambil analogi BUMN. BUMN adalah perusahaan milik negara yang
modalnya berasal dari APBN yang dipisahkan. Menurut UU Keuangan Negara,
BUMN adalah bagian dari keuangan negara yang berasal dari kekayaan negara yang
dipisahkan. Jadi, sekalipun dana yang digunakan untuk kegiatan investasi (misalnya:
BUMN Asuransi) berasal dari dana nasabah, institusi BUMN adalah bagian dari
keuangan negara. Itulah sebabnya, institusi hukum dapat menetapkan status korupsi
bila aktivitas investasi BUMN dilakukan dengan melanggar ketentuan.
Analogi yang terjadi di BUMN ini sesungguhnya sama dengan LPS. Cara
kerja LPS itu mirip dengan BUMN Asuransi. Dimana, LPS menerima premi nasabah
dan menginvestasikannya dalam jenis-jenis investasi, termasuk penyertaan modal
sementara (PMS) ke Century. Jika ternyata dalam kegiatan investasi LPS tersebut
terdapat kerugian negara, institusi hukum dapat menetapkan adanya unsur korupsi,
bila kerugian investasi ini dilakukan karena melanggar ketentuan. Terlebih lagi, status
hukum LPS bukanlah badan hukum berbentuk Perseroan Terbatas (PT), sebagaimana
BUMN, tetapi masih menggunakan sistem APBN9.
3. Aspek Hukum Kasus Bank Century
9
Harian Republika, Edisi 07 Januari 2010
Kasus Bank Century telah menjadi bola panas yang menggelinding memasuki
kawasan politik dan hukum. Kasus politik akan ditangani oleh pansus angket Bank
Century sedangkan aspek hukum akan ditangani oleh KPK dan aparat hukum lainnya.
Berikut ini, sebuah kutipan dari Guru Besar Universitas Indonesia,
Hikmahanto Juwana, yang dikutip dari Harian Kompas edisi Rabu, 9 Desember 2009.
Berbagai aspek hukum bermunculan terkait dengan Bank Century. Sebagai
mantan anggota Tim 8, penulis diundang Menteri Keuangan, 1 Desember. Pertemuan
diisi penjelasan isu Bank Century yang disinggung dalam laporan dan rekomendasi
Tim 8.
Dari identifikasi, ada delapan isu hukum terkait kasus Bank Century, yaitu :
a. Pertama, soal penalangan pemerintah dan Bank Indonesia (BI) yang tergabung
dalam Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), dan Lembaga Penjamin
Simpanan (LPS), Rp 6,7 triliun.
Masalah hukum muncul, apakah kebijakan yang diambil tepat dilakukan dan sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. Isu hukum pertama ini memunculkan isu hukum kedua yang didasarkan kecurigaan
publik. Publik curiga, kebijakan penalangan Bank Century dilakukan tidak untuk
menyelamatkan dunia perbankan dari ketidakpercayaan masyarakat. Penalangan
dicurigai sebagai pintu memanfaatkan dana guna kepentingan tertentu.Istilah
perampokan dan penumpang gelap pun muncul dalam kebijakan penalangan
Bank Century. Guna memvalidasi kecurigaan pemanfaatan dana talangan, sejumlah
pihak meminta agar Pusat Pelaporan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK)
membuka aliran dana talangan dari Bank Century.

c. Permintaan ini memunculkan isu hukum ketiga, yaitu permintaan Kepala PPATK
untuk mendapatkan landasan hukum bagi dibukanya aliran dana kepada lembaga
bukan institusi penegak hukum. Ini karena UU Tindak Pidana Pencucian Uang
hanya menyebutkan, hanya aparat penegak hukum yang dapat meminta informasi
dari PPATK.

d. Dalam koridor ini, bergulir wacana peraturan pemerintah pengganti undang-


undang atau fatwa Mahkamah Agung yang akan memungkinkan PPATK
melakukan penyampaian informasi tentang aliran dana.Dalam konteks kecurigaan
atas aliran dana talangan, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Bendera
mengungkap pihak-pihak yang menerima aliran dana bailout Bank Century. Pihak-
pihak yang disebut Bendera merasa dicemarkan nama baiknya sehingga
memunculkan isu hukum keempat.

e. Selanjutnya, Bank Century memunculkan isu hukum kelima, berupa sangkaan dan
dakwaan tindak pidana yang dilakukan manajemen dan pemegang saham lama.
Bahkan, diduga sejumlah aset telah dilarikan ke luar negeri. Robert Tantular dan
Lila Gondokusumo telah divonis bersalah pengadilan negeri meski vonis itu belum
memiliki kekuatan hukum tetap. Sementara polisi berupaya menangkap pemegang
saham berkewarganegaraan asing yang sempat ke luar Indonesia dan memburu aset
di luar negeri yang diduga berasal dari Bank Century.

f. Isu hukum keenam adalah diperdayanya nasabah Bank Century oleh manajemen
lama untuk membeli produk Antaboga. Nasabah merasa dirugikan karena produk
Antaboga Bank Century bukan produk yang mendapat perlindungan.

g. Ketujuh, Bank Century memunculkan masalah hukum terkait pencairan dana yang
dimiliki Budi Sampoerna. Budi Sampoerna adalah salah satu nasabah besar Bank
Century yang ingin menarik dananya saat LPS telah mengambil alih Bank Century.

h. Terakhir, penyadapan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) atas pengacara


Budi Sampoerna. Penyadapan ini melibatkan Kepala Bareskrim Mabes Polri saat
itu.

4. Penyelesaian Kasus Bank Century


Melihat berbagai masalah hukum yang muncul dari Bank Century, banyak pihak
cenderung melakukan generalisasi. Akibatnya terjadi pencampuradukan isu,
menambah kesimpangsiuran, dan mempersulit penyelesaian berbagai kasus hukum
Bank Century.
Padahal, setiap isu hukum Bank Century memiliki pendekatan berbeda dalam
penyelesaian secara hukum dan forum. Sanksi hukum pun bisa berbeda-beda, mulai
dari administratif, ketatanegaraan, pidana, atau perdata.
Pada isu hukum pertama, karena terkait kebijakan, maka DPR berhak
mempertanyakan kebijakan penalangan Bank Century kepada pemerintah. Proses ini
telah dimulai dengan disetujuinya hak angket oleh DPR.
Pada isu kedua, terkait kecurigaan penalangan dimanfaatkan bukan untuk
penyelamatan dunia perbankan, maka harus dilakukan penyelidikan dan penyidikan
oleh penegak hukum. Kepolisian, kejaksaan, atau KPK berwenang memulai proses
hukum ini.
Isu hukum ketiga pun harus mendapat jalan keluar. Instrumen hukum apa yang
tepat sebagai landasan bagi Kepala PPATK untuk membuka informasi aliran dana
penalangan.
Terkait isu hukum keempat, pencemaran nama baik telah diadukan ke polisi,
maka prosesnya harus diserahkan pada mekanisme yang ada.
Penyelesaian isu kelima, publik perlu mengawal proses hukum Robert Tantular
dan kawan- kawan. Jika terbukti melakukan kejahatan, mereka harus mendapat
hukum setimpal.
Isu keenam harus dicarikan jalan keluar yang tepat secara hukum agar kerugian
nasabah akibat manipulasi manajemen lama Bank Century dapat dikembalikan.
Isu ketujuh terkait pencairan dana Budi Sampoerna juga harus mendapat
penyelesaian. Bukan tidak mungkin isu hukum akan berujung gugatan perdata Budi
Sampoerna kepada Bank Century.
Terakhir, penyadapan yang dilakukan KPK terhadap pengacara Budi Sampoerna
harus mendapat penuntasan. KPK melakukan penyadapan karena ada proses hukum
yang dijalankan.

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan berbagai pendapat yang telah dipaparkan, penulis menarik kesimpulan
bahwa penyelesaian secara politik bail out Century ini akan cepat selesai bila telah ada
kejelasan status Perppu JPSK. Bila Perppu JPSK dinyatakan sah, keputusan bail out
Century pada periode bail out tahap keempat, secara politik juga sah dan berarti Pansus
DPR harus menghentikan penyelidikannya.
Sedangkan, bila Perppu JPSK dinyatakan tidak sah, pengambil kebijakan bail out
Century wajib mempertanggungjawabkannya secara politik. Sementara kasus pidana
dan korupsinya, biarlah aparat hukum yang menanganinya.
Terlepas dari sistemik dan tidak sistemik, polemik bail out Century sejatinya berasal
dari ketidakjelasan status Perppu JPSK. Oleh karenanya, sebelum penyelesaian kasus
Century ini berlarut, sebaiknya Perppu JPSK perlu mendapat klarifikasi dari institusi
hukum tertinggi (MA/MK) terkait dengan keabsahannya atas penggunaannya dalam
mem-bail out Century.

B. Saran
1. Dalam hal ini, penulis mengusulkan agar Pemerintah, BI, dan DPR meminta
pendapat hukum ke institusi hukum tertinggi (Mahkamah Agung/MA atau
Mahkamah Konstitusi/MK). Bila keputusan hukum ini keluar, akan semakin jelas
bagaimana bentuk penyelesaian bail out Century, baik secara politik dan hukum
2. Proses penyelesaian hukum atas Bank Century perlu mendapat pengawalan.
Sejumlah tokoh mewanti-wanti agar setiap proses yang ada tidak masuk angin dan
dapat dilakukan secara transparan. Kekhawatiran ini memiliki dasar mengingat
proses hukum pada masa lampau kerap kandas karena ada berbagai kompromi.
3. Berbagai kekusutan yang ditimbulkan Bank Century diharapkan dapat terkuak dan
pihak-pihak yang harus bertanggung jawab bisa dimintakan pertanggungjawabannya
sesuai kesalahannya. Seiring dengan itu, kesabaran publik tentu amat diharapkan.
Publik diharapkan tidak terlalu terburu-buru menghakimi ujung penyelesaian
berbagai masalah hukum yang ada.

DAFTAR PUSTAKA
Buku
Usman, Rachmadi. Aspek aspek Hukum Perbankan di Indonesia. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama. 2001

Wijayanta, Bambang dan Widyaningsih, Aristanti. Ekonomi & Akuntansi : Mengasah


Kemampuan Ekonomi. Jakarta : PT. Grafindo Media Pratama. 2001

Siamat, Dahlan, Manajemen Lembaga Keuangan : Kebijakan Moneter dan Perbankan,


Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2005.

Website
http://www.tempointeraktif.com/hg/hukum/2009/11/14/brk,20091114-208353,id.html

http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/08/01/03021761/tafsir.ulang.sistem.ekonomi.indones
ia

http://banking.blog.gunadarma.ac.id/2009/10/31/sistem-perbankan-indonesia-yang-cacat-
sejak-lahir/

http://id.wikipedia.org/wiki/Bank

http://www.bi.go.id

Lainnya
Harian Kompas, Edisi 09 Desember 2009

Harian Republika, Edisi 07 Januari 2010

You might also like