You are on page 1of 6

Teori Robert B Seidman

Robert B.Seidman menyatakan bahwa the law of the noon transferability of law (hukum
tentang tidak dapat ditranspernya hukum). Pada prinsipnya teori ini menyatakan bahwa tidak
semua aturan yang berlaku pada suatu masyarakat tertentu dapat ditransper dan berlaku dengan
baik pada masyarakat lain karena adanya perbedaan sistem nilai yang dianut oleh masyarakat
bersangkutan.

Dari uraian diatas maka dapat dipahami bahwa efektif berlakunya hukum sangat ditentukan
olehculture bagaimana hukum itu dapat diterima oleh masyarakat karena sejalan dengan nilai,
budaya, sistem yang hidup dalam masyarakat.

Bahwa basis bekerjanya hukum adalah masyarakat, maka hukum akan dipengaruhi oleh faktor-
faktor atau kekuatan sosial mulai dari tahap pembuatan sampai dengan pemberlakuan. Kekuatan
sosial akan berusaha masuk dalam setiap proses legislasi secara efektif dan efesien. Peraturan
dikeluarkan diharapkan sesuai dengan keinginan, tetapi efek dari perturan tersebut tergantung dari
kekuatan sosial seperti budaya hukumnya baik, maka hukum akan bekerja dengan baik pula, tetapi
sebaliknya apabila kekuatannya berkurang atau tidak ada maka hukum tidak akan bisa berjalan.
Karena masyarakat sebagai basis bekerjanya hukum.

Menurut Robert B. Seidman, untuk melihat bekerjanya hukum dalam masyarakat dapat dilihat dari
tiga elemen, yaitu: 1) lembaga pembuat peraturan; 2) lembaga pelaksana peraturan; dan 3)
pemangku peran. Tiga elemen tersebut, disebut dengan proses pembuatan hukum; proses
penegakan hukum; dan pemakai hukum, merupakan hal yang sangat penting untuk menilai
berfungsinya hukum atau bekerjanya hukum dalam masyarakat. Hukum diharapkan dapat
berfungsi optimal, dan bekerja dengan baik dalam masyarakat, serta harus diperhatikan secara
sungguh-sungguh.

Ketiga komponen ini mendukung berjalannya sistem hukum di suatu negara. Secara realitas sosial,
keberadaan sistem hukum yang terdapat dalam masyarakat mengalami perubahan-perubahan
sebagai akibat pengaruh, apa yang disebut dengan modernisasi atau globalisasi baik itu secara
evolusi maupun revolusi.

Pendekatan model Seidman bertumpu pada fungsinya hukum, berada dalam keadaan seimbang.
Artinya hukum akan dapat bekerja dengan baik dan efektif dalam masyarakat yang diaturnya.

1
Diharapkan ketiga elemen tersebut harus berfungsi optimal. Memandang efektifitas hukum dan
bekerjanya hukum dalam masyarakat perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut.

Pertama, lembaga pembuat peraturan; apakah lembaga ini merupakan kewenangan maupun
legitimasi dalam membuat aturan atau undang-undang. Berkaitan dengan kualitas materi
normatifnya, apakah sudah memenuhi syarat dan jelas perumusannya. Kedua, pentingnya penerap
peraturan; pelaksana harus tegas melaksanakan perintah undang-undang tanpa diskriminasi atau
equal justice under law. Ketiga, pemangku peran; diharapkan mentaati hukum, idealnya dengan
kualitas internalization. Perilaku dan reaksi pemangku peran merupakan umpan balik kepada
lembaga pembuat peraturan maupun pelaksanan peraturan. Apakah kedua elemen tersebut telah
melakukan fungsinya dengan optimal.

Bekerjanya hukum tidak cukup hanya dilihat dari tiga elemen yang telah diuraikan di atas, perlu
didukung lagi dengan model hukum yang dikemukakan dalam proposisi-proposisi Robert B.
Seidman, sebagai berikut.

Pertama, every rule of law prescribe how a role occupant is expected to act. (Setiap peraturan
hukum menurut aturan-aturan, dan memerintahkan pemangku peran seharusnya bertindak dan
bertingkah laku);

Kedua, how a role occupant will act in respons to norm of law is function of the rules laid down,
their sanctions, the activity of enforcement institutions, and the inhere complex of social, political,
and other forces affecting him. (Respon dan tindakan yang dilakukan oleh pemangku peran
merupakan umpan balik dari fungsi suatu peraturan yang berlaku. Termasuk sanksi-sanksi yaitu
kinerja dan kebijakan lembaga pelaksana/penetap peraturan dan lingkungan strategis (lingstra)
yang mempengaruhinya);

Ketiga, how the enforcement institution, will act in respons to norm of law is a function of the rule
laid down their sanctions, the inhere complex of social, political, and other process affecting them,
and the feedbacks from role occupants. (Tindakan-tindakan yang diambil oleh lembaga-lembaga
pelaksana peraturan sebagai respon terhadap peraturan hukum merupakan fungsi dari peraturan
hukum yang berlaku beserta sanksi-sangksinya dan seluruh kekuatan dalam lingkungan strategi
(lingstra) yang mempengaruhi dirinya, secara umpan balik sebagai respon dari pemangku peran
atau yang dikenai peraturan hukum); dan

2
Keempat, how the law maker will act is a function of the rules laid down for their behavior their
sanction, the inhere complex of social, political, ideological, and other forces affecting them, and
the feedbacks from role occupants and bureaucracy. (Tindakan apa yang diambil oleh pembuat
undang-undang, juga merupakan fungsi peraturan hukum yang berlaku, termasuk sanksi-
sanksinya dan pengaruh seluruh kekuatan strategis (ipoleksosbud hankam) terhadap dirinya, serta
umpan balik yang datangnya dari para pemangku peran, pelaksana, dan penerap peraturan).

Empat proposisi di atas, secara jelas menggambarkan bagaimana bekerjanya suatu peraturan
hukum dalam masyarakat. Teori Seidman ini dapat dipakai untuk mengkaji peraturan hukum yang
dibuat oleh para elite negara, dan apakah bekerjanya hukum berfungsi sebagaimana mestinya dan
efektif berlakunya dalam masyarakat, atau justru sebaliknya tidak efektif bekerjanya.

Kelebihan teori ini adalah hukum dapat bekerja dan berfungsi tidak sekedar apa yang diharapkan
oleh pembuat peraturan hukum, tetapi telah diteliti pada komponen elemen yang tidak bekerja
sebagaimana mestinya. Maksudnya tidak bekerja itu, bisa datangnya dari pembuat peraturan
hukum, atau dari para penerap peraturan/pelaksana, ataukah dari pemangku peran. Selain itu dapat
dikaji kendala-kendala eksternal global yang menyebabkan hukum tidak dapat dilaksanakan
sebagaimana mestinya.

Kekurangan teori ini adalah penggunaan peraturan hukum tersebut untuk waktu dan tempat yang
berbeda dan juga dengan lembaga penerap sanksi yang berbeda serta kompleks kekuatan sosial,
politik, ekonomi, yang mempengaruhi pemegang peran yang berbeda pula, dapat menimbulkan
aktivitas pemegang peran yang sama dengan yang terjadi di tempat asal dari peraturan-
peraturan hukum tersebut serta pembentukan hukum memakan waktu dan proses yang cukup lama.

3
Teori David M Trubek

Sala satu ciri hukum menurut David M. Trubek adalah dalam hal penggunaannya yang secara aktif
dan sadar untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan tertentu itu antara lain, tersusun dari kemauan
social kemasyarakatan yang mengejawantahkan menjadi kebijakan negara. Disini terjalin suatu
mekanisme bawah-atas (bottom-up) dalam pembentukan hukum, hukum kebiasaan yang hidup
dimasyarakat menjiwai hukum yang diberlakukan secara nasional. Namun seiring dengan
menguatnya negara mekanisme itu kemudian terkikis sehingga negara memperoleh legitimas
politis untuk membuat dan memberlakukan hukum tanpa mesti mencari dukungan dari
masyarakat.

Usaha-usaha untuk memastikan hubungan hukum dan perkembangan masyarakat ternyata masih
memancing timbulnya kritik-kritik. David M Trubek dalam bukunya Toward a Social Theory of
Law, mencoba untuk meninjau kembali berbagai konsep dan teori mengenai hubungan antara
hukum dan perkembangan masyarakat yang ada serta mengutarakan dengan jelas kritiknya
terhadap pandangan tradisional mengenai peranan hukum modern dalam menciptakan masyarakat
modern-industrial.

Kritik tersebut datang sehubungan dengan pemakaian hukum modern itu sendiri untuk mencapai
masyarakat modern industrial, kepercayaan terhadap kemampuan hukum modern tersebut pada
hakikatnya bersumber pada anggapan, yang dinamakan perkembangan itu adalah sama dengan
evolusi menuju kepada bentuk kemajuan seperti yang dialami oleh bangsa-bangsa barat dan
hukum modern adalah sama dengan struktur hukum dan kebudayaan barat, sehingga Negara-
negara sedang berkembang memang ditakdirkan untuk menjadi Negara yang terbelakang sampai
mereka memakai system hukum barat (Trubek, 1972:16,17). Kritik selanjutnya berhubungan
dengan sifat etnosentrik dari konsep pembaruan tersebut. Oleh karena konsep hukum modern dari
pembaru itu diselimuti oleh pandangan yang berakar pada masyarakatnya sendiri mengenai
peranan hukum dalam masyarakat , maka apa yang disarankannya untuk diterapkan pada Negara-
negara sedang berkembang justru bisa menimbulkan hasil-hasil yang sebaliknya cacat yang
terdapat di sini terutama berhubungan dengan penggunaan hukum secara instrumental, yaitu
sebagai sarana yang secara sadar dipakai untuk membentuk masyarakat.Pengguna hukum secara
demikian itu makin memperkuat kedudukan Negara, oleh karena konsepsi tersebut memberikan

4
keleluasan dan kesempatan yang besar kepada Negara untuk mengambil tindakan-tindakan yang
dipandangnya perlu guna membawa masyarakat kepada perubahan yang dikehendaki dan
menuangkan kebijakan-kebijakan tersebut kedalam hukum.

Kelebihan dari teori ini adalah penerapan ternyata tidak dengan begitu saja mampu bergandengan
dengan dijalankannya prinsip-prinsip rule of law dengan semestinya, namun menurut konsep
modernisasi, justru diantara keduanya itu terdapat hubungan saling menunjang yang erat yang
membuat hukum dapat terlahir dengan cepat.

Kekurangan teori ini adalah perkembangan menjadi lain disebabkan oleh karena kelompok
otoriter memegang kekuasaan dan menghilangkan dasar yang penting bagi dioperasikannya
prinsip-prinsip rule of law bagi masyarakat oleh penguasa.

5
Analisis

Kedua teori Robert M. Seidman dan teori David M. Trubek adalah berbeda namun keduanya tetap
dibutuhkan karena negara butuh acuan dalam penerapan hukum / role mode namun tetap
menyesuaikan dan mempertimbangkan kebutuhan dari masyarakat dan negara itu sendiri (teori
Robert Seidman) namun negara juga butuh penunjang dalam hal penegakan aturan dan/atau
peraturan yang lebih cepat.

You might also like