Professional Documents
Culture Documents
PENGEMBANGAN KURIKULUM
OLEH :
FADLI
A. Pendahuluan
Dalam pengembangan kurikulum, tidak hanya melibatkan orang yang terkait langsung
dengan dunia pendidikan saja, namun di dalamnya melibatkan banyak orang, seperti:
politikus, pengusaha, orang tua peserta didik, serta unsur-unsur masyarakat lainnya yang
merasa berkepentingan dengan pendidikan.
Keragaman sosial, budaya, aspirasi politik, dan kemampuan ekonomi memberikan tekanan
yang sama, kalau tidak dapat dikatakan lebih kuat dibandingkan perbedaan filosofi, visi, dan
teori yang dianut para pengambil keputusan mengenai kurikulum. Perbedaan filosofi, visi,
dan teori para pengambil keputusan seringkali dapat diselesaikan melalui jenjang otoritas
yang dimiliki seseorang walaupun dilakukan dalam suatu proses deliberasi yang paling
demokratis sekali pun. Ketika perbedaan filosofi, visi, dan teori itu terselesaikan maka proses
pengembangan dokumen kurikulum dapat dilakukan dengan mudah. Tim yang direkrut
adalah tim yang diketahui memiliki filosofi, visi, dan teori yang sejalan atau bahkan mereka
yang tidak memiliki ketiga kualitas itu tetapi ahli dalam masalah konten yang akan
dikembangkan sebagai konten kurikulum.
Keragaman sosial, budaya, aspirasi politik, dan kemampuan ekonomi adalah suatu realita
masyarakat dan bangsa Indonesia. Realita tersebut memang berposisi sebagai objek periferal
dalam proses pengembangan kurikulum nasional. Posisi sebagai objek ini tidak
menguntungkan karena ia seringkali diabaikan oleh para otoritas pengembang kurikulum.
Sayangnya, kedudukannya yang menjadi objek berubah menjadi subjek dan penentu dalam
implementasi kurikulum tetapi tetap tidak dijadikan landasan ketika guru mengembangkan
kurikulum. Padahal keragaman itu berpengaruh langsung terhadap kemampuan guru dalam
melaksanakan kurikulum, kemampuan sekolah dalam menyediakan pengalaman belajar, dan
kemampuan siswa dalam berproses dalam belajar serta mengolah informasi menjadi sesuatu
yang dapat diterjemahkan sebagai hasil belajar. Artinya, keragaman itu menjadi suatu
variabel bebas yang memiliki kontribusi sangat signifikan terhadap keberhasilan kurikulum
baik sebagai proses (curriculum as observed, curriculum as experienced, curriculum as
implemented, curriculum as reality) tetapi juga kurikulum sebagai hasil.
Waring (dalam cienurani, 2008) mengemukan posisi keragaman sebagai variabel bebas
memang berada pada tataran sekolah dan masyarakat di mana suatu kurikulum
dikembangkan dan diharapkan menjadi pengubah yang tangguh sesuai dengan kebutuhan
masyarakat yang dapat diperkirakan (perceived needs of a society). Secara nyata pengaruh
tersebut berada pada diri guru yang bertanggungjawab terhadap pengembangan kurikulum
dan pada siswa yang menjalani kurikulum. Dengan perkataan lain, pengaruh tersebut berada
pada tataran yang tak boleh diabaikan sama sekali di mana studi kurikulum memperlihatkan
kerentanan, dan kemungkinan besar kurikulum berubah atau bahkan berbeda sama sekali
dengan apa yang telah direncanakan dan diputuskan. Oleh karena itu, keragaman sosial,
budaya, ekonomi, dan aspirasi politik harus menjadi faktor yang diperhitungkan dan
dipertimbangkan dalam sosialisasi kurikulum, dan pelaksanaan kurikulum
Berdasarkan uraian tersebut, maka timbul suatu permasalahan: faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi pengembangan kurikulum? Oleh karena itu, makalah ini bertujuan untuk
mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pengembangan kurikulum.
B. Pengertian Kurikulum
Dalam pandangan klasik, lebih menekankan kurikulum dipandang sebagai rencana pelajaran
di suatu sekolah. Pelajaran-pelajaran dan materi apa yang harus ditempuh di sekolah, itulah
kurikulum. George A. Beauchamp (dalam Sudrajat, 2008) mengemukakan bahwa : A
Curriculun is a written document which may contain many ingredients, but basically it is a
plan for the education of pupils during their enrollment in given school. Dalam pandangan
modern, pengertian kurikulum lebih dianggap sebagai suatu pengalaman atau sesuatu yang
nyata terjadi dalam proses pendidikan, seperti dikemukakan oleh Caswel dan Campbell
(dalam Sudrajat, 2008) yang mengatakan bahwa kurikulum to be composed of all the
experiences children have under the guidance of teachers. Dipertegas lagi oleh pemikiran
Ronald C. Doll (dalam Sudrajat, 2008) yang mengatakan bahwa : the curriculum has
changed from content of courses study and list of subject and courses to all experiences
which are offered to learners under the auspices or direction of school.
Untuk mengakomodasi perbedaan pandangan tersebut, Hamid Hasan (dalam Sudrajat, 2008)
mengemukakan bahwa konsep kurikulum dapat ditinjau dalam empat dimensi, yaitu:
kurikulum sebagai suatu ide; yang dihasilkan melalui teori-teori dan penelitian,
khususnya dalam bidang kurikulum dan pendidikan.
kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, sebagai perwujudan dari kurikulum sebagai
suatu ide; yang didalamnya memuat tentang tujuan, bahan, kegiatan, alat-alat, dan
waktu.
kurikulum sebagai suatu kegiatan, yang merupakan pelaksanaan dari kurikulum
sebagai suatu rencana tertulis; dalam bentuk praktek pembelajaran.
kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan konsekwensi dari kurikulum sebagai
suatu kegiatan, dalam bentuk ketercapaian tujuan kurikulum yakni tercapainya
perubahan perilaku atau kemampuan tertentu dari para peserta didik.
Sementara itu, Purwadi (dalam Sudrajat, 2008) memilah pengertian kurikulum menjadi enam
bagian, yaitu :
Dalam perspektif kebijakan pendidikab nasional sebagaimana dapat dilihat dalam Undang-
Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa: Kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu
Dalam Sukmadinata (2006 : 158), ada tiga faktor yang mempengaruhi pengembangan
kurikulum, yaitu :
Perguruan Tinggi
Masyarakat
Sistem nilai
1. Pergururan Tinggi
Pertama, dari segi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikembangkan
diperguruan tinggi umum. Pengetahuan dan teknologi banyak memberikan sumbangan bagi
isi kurikulum serta proses pembelajaran. Jenis pengetahuan yang dikembangkan di perguruan
tinggi akan mempengaruhi isi pelajaran yang akan dikembangkan dalam kurikulum.
Perkembangan teknologi selain menjadi isi kurikulum juga mendukung pengembangan alat
bantu dan media pendidikan.
Kedua, dari segi pengembangan ilmu pendidikan dan keguruan serta penyiapan guru-guru
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK, seperti IKIP, FKIP, STKIP). Kurikulum
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan juga mempengaruhi pengembangan kurikulum,
terutama melalui penguasaan ilmu dan kemampuan keguruan dari guru-guru yang
dihasilkannya.
Pengusaan keilmuan, baik ilmu pendidikan maupun ilmu bidang studi serta kemampuan
mengajar dari guru-guru akan sangat mempengaruhi pengembangan dan implementasi
kurikulum di sekolah. Guru-guru yang mengajar pada berbagai jenjang dan jenis sekolah
yang ada dewasa ni, umumnya disiapkan oleh LPTK melalui berbagai program, yaitu
program diploma dan sarjana. Pada Sekolah Dasar masih banyak guru berlatar belakang
pendidikan SPG dan SGO, tetapi secara berangsur-angsur mereka mengikuti peningkatan
kompetensi dan kualifikasi pendidikan guru melalui program diploma dan sarjana.
2. Masyarakat
Sekolah merupakan bagian dari masyarakat, yang diantaranya bertugas mempersiapkan anak
didik untuk dapat hidup secara bermatabat di masyarakat. Sebagai bagian dan agen
masyarakat, sekolah sangat dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat di tempat sekolah
tersebut berada. Isi kurikulum hendaknya mencerminkan kondisi masyarakat penggunanya
serta upaya memenuhi kebutuhan dan tuntutan mereka.
Masyarakat yang ada di sekitar sekolah mungkin merupakan masyarakat yang homogen atau
heterogen. Sekolah berkewajiban menyerap dan melayani aspirasi-aspirasi yang ada di
masyarakat. Salah satu kekuatan yang ada dalam masyarakat adalah dunia usaha.
Perkembangan dunia usaha yang ada di masyarkat akan mempengaruhi pengembangan
kurikulum. Hal ini karena sekolah tidak hanya sekedar mempersiapkan anak untuk selesai
sekolah, tetapi juga untuk dapat hidup, bekerja, dan berusaha. Jenis pekerjaan yang ada di
masyarakat berimplikasi pada kurikulum yang dikembangkan dan digunakan sekolah.
3. Sistem Nilai
Dalam kehidupan bermasyarakat terdapat sistem nilai, baik nilai moral, keagamaan, sosial,
budaya maupun nilai politis. Sekolah sebagai lembaga masyarakat juga bertangung jawab
dalam pemeliharaan dan pewarisan nilai-nilai positif yang tumbuh di masyarakat.
Sistem nilai yang akan dipelihara dan diteruskan tersebut harus terintegrasikan dalam
kurikulum. Persoalannya bagi pengembang kurikulum ialah nilai yang ada di masyarakat itu
tidak hanya satu. Masyarakat umumnya heterogen, terdiri dari berbagai kelompok etnis,
kelompok vokasional, kelompok intelek, kelompok sosial, dan kelompok spritual keagamaan,
yang masing-masing kelompok itu memiliki nilai khas dan tidak sama. Dalam masyarakat
juga terdapat aspek-aspek sosial, ekonomi, politk, fisik, estetika, etika, religius, dan
sebagainya. Aspek-aspek tersebut sering juga mengandung nilai-nilai yang berbeda.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengakomodasi pebagai nilai yang tumbuh
di masyarakat dalam kurikulum sekolah, diantaranya :
Berdasarkan analisis kami, bukan hanya 3 (tiga) faktor yang dikemukan oleh
Sukmadinata (2006) saja, yang merupakan faktor-faktoe yang mempengaruhi
pengembangan kurikulum, tetapi masih ada faktor lain yang dapat mempengaruhi
pengembangan kurikulum. Salah satunya landasan pengembangan kurikulum itu
sendiri. Landasan pengembangan kurikulum sangat mempengaruhi pengembangan
kurikulum karena bila landasannya berupa maka akan mempengaruhi pengembangan
kurikulum.
Filosofis
Psikologis
Sosial budaya
Politik
Pembangunan negara dan perkembangan dunia
Ilmu dan teknologi (IPTEK)
1. Filosofis
Filsafat memegang peranan penting dalam pengembangan kuikulum. Sama halnya seperti
dalam Filsafat Pendidikan, kita dikenalkan pada berbagai aliran filsafat, seperti: perenialisme,
essensialisme, eksistesialisme, progresivisme, dan rekonstruktivisme. Dalam pengembangan
kurikulum pun senantiasa berpijak pada aliran aliran filsafat tertentu, sehingga akan
mewarnai terhadap konsep dan implementasi kurikulum yang dikembangkan. Dengan
merujuk kepada pemikiran Ella Yulaelawati (dalam Sudrajat, 2008), di bawah ini diuraikan
tentang isi dari masing-masing aliran filsafat, kaitannya dengan pengembangan kurikulum.
Masing-masing aliran filsafat pasti memiliki kelemahan dan keunggulan tersendiri. Oleh
karena itu, dalam praktek pengembangan kurikulum, penerapan aliran filsafat cenderung
dilakukan secara selektif untuk lebih mengkompromikan dan mengakomodasikan berbagai
kepentingan yang terkait dengan pendidikan. Meskipun demikian saat ini, pada beberapa
negara dan khususnya di Indonesia, tampaknya mulai terjadi pergeseran landasan dalam
pengembangan kurikulum, yaitu dengan lebih menitikberatkan pada filsafat
rekonstruktivisme. Ini merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pengembangan
kurikulum (dari teacher center menjadi student center).
2. Psikologis
Sukmadinata (2006: 46) mengemukakan bahwa minimal terdapat dua bidang psikologi yang
mendasari pengembangan kurikulum yaitu (1) psikologi perkembangan dan (2) psikologi
belajar. Psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku
individu berkenaan dengan perkembangannya. Dalam psikologi perkembangan dikaji tentang
hakekat perkembangan, pentahapan perkembangan, aspek-aspek perkembangan, tugas-tugas
perkembangan individu, serta hal-hal lainnya yang berhubungan perkembangan individu,
yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan mendasari pengembangan
kurikulum. Psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu
dalam konteks belajar. Psikologi belajar mengkaji tentang hakekat belajar dan teori-teori
belajar, serta berbagai aspek perilaku individu lainnya dalam belajar, yang semuanya dapat
dijadikan sebagai bahan.
1. Motif; sesuatu yang dimiliki seseorang untuk berfikir secara konsisten atau keinginan
untuk melakukan suatu aksi.
2. Bawaan; yaitu karakteristik fisik yang merespons secara konsisten berbagai situasi
atau informasi.
3. Konsep diri; yaitu tingkah laku, nilai atau image seseorang.
4. Pengetahuan; yaitu informasi khusus yang dimiliki seseorang.
5. Keterampilan; yaitu kemampuan melakukan tugas secara fisik maupun mental.
Kelima kompetensi tersebut mempunyai implikasi praktis terhadap perencanaan sumber daya
manusia atau pendidikan. Keterampilan dan pengetahuan cenderung lebih tampak pada
permukaan ciri-ciri seseorang, sedangkan konsep diri, bawaan dan motif lebih tersembunyi
dan lebih mendalam serta merupakan pusat kepribadian seseorang. Kompetensi permukaan
(pengetahuan dan keterampilan) lebih mudah dikembangkan. Pelatihan merupakan hal tepat
untuk menjamin kemampuan ini. Sebaliknya, kompetensi bawaan dan motif jauh lebih sulit
untuk dikenali dan dikembangkan.
3. Sosial-Budaya
Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Sebagai suatu rancangan,
kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Kita maklumi bahwa pendidikan
merupakan usaha mempersiapkan peserta didik untuk terjun ke lingkungan masyarakat.
Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan semata, namun memberikan bekal pengetahuan,
keterampilan serta nilai-nilai untuk hidup, bekerja dan mencapai perkembangan lebih lanjut
di masyarakat.
Peserta didik berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik formal maupun informal
dalam lingkungan masyarakat dan diarahkan bagi kehidupan masyarakat pula. Kehidupan
masyarakat, dengan segala karakteristik dan kekayaan budayanya menjadi landasan dan
sekaligus acuan bagi pendidikan.
Dengan pendidikan, kita tidak mengharapkan muncul manusia manusia yang menjadi
terasing dari lingkungan masyarakatnya, tetapi justru melalui pendidikan diharapkan dapat
lebih mengerti dan mampu membangun kehidupan masyakatnya. Oleh karena itu, tujuan, isi,
maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi, karakteristik,
kekayaan dan perkembangan yang ada di masyakarakat.
Sejalan dengan perkembangan masyarakat maka nilai-nilai yang ada dalam masyarakat juga
turut berkembang sehingga menuntut setiap warga masyarakat untuk melakukan perubahan
dan penyesuaian terhadap tuntutan perkembangan yang terjadi di sekitar masyarakat.
Israel Scheffer (dalam Sukmadinata, 2006: 60) mengemukakan bahwa melalui pendidikan
manusia mengenal peradaban masa lalu, turut serta dalam peradaban sekarang dan membuat
peradaban masa yang akan datang. Dengan demikian, kurikulum yang dikembangkan sudah
seharusnya mempertimbangkan, merespons dan berlandaskan pada perkembangan sosial
budaya dalam suatu masyarakat, baik dalam konteks lokal, nasional maupun global.
4. Politik
Wiles Bondi (dalam Sudrajat, 2008) dalam bukunya `Curriculum Development: A Guide to
Practice turut menjelaskan pengaruh politik dalam pembentukan dan pengembangan
kurikulum.
Hal ini jelas menunjukkkan bahwa pengembangan kurikulum dipengaruhi oleh proses politik,
kerana setiap kali tampuk pimpinan sesebuah negara itu bertukar, maka setiap kali itulah
kurikulum pendidikan berubah.
Pada awalnya, ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki manusia masih relatif
sederhana, namun sejak abad pertengahan mengalami perkembangan yang pesat. Berbagai
penemuan teori-teori baru terus berlangsung hingga saat ini dan dipastikan kedepannya akan
terus semakin berkembang
Akal manusia telah mampu menjangkau hal-hal yang sebelumnya merupakan sesuatu yang
tidak mungkin. Pada jaman dahulu kala, mungkin orang akan menganggap mustahil kalau
manusia bisa menginjakkan kaki di bulan, tetapi berkat kemajuan dalam bidang Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi pada pertengahan abad ke-20, pesawat Apollo berhasil mendarat
di Bulan dan Neil Amstrong merupakan orang pertama yang berhasil menginjakkan kaki di
Bulan.
Kemajuan cepat dunia dalam bidang informasi dan teknologi dalam dua dasa warsa terakhir
telah berpengaruh pada peradaban manusia melebihi jangkauan pemikiran manusia
sebelumnya. Pengaruh ini terlihat pada pergeseran tatanan sosial, ekonomi dan politik yang
memerlukan keseimbangan baru antara nilai-nilai, pemikiran dan cara-cara kehidupan yang
berlaku pada konteks global dan lokal.
Selain itu, dalam abad pengetahuan sekarang ini, diperlukan masyarakat yang
berpengetahuan melalui belajar sepanjang hayat dengan standar mutu yang tinggi. Sifat
pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai masyarakat sangat beragam dan canggih,
sehingga diperlukan kurikulum yang disertai dengan kemampuan meta-kognisi dan
kompetensi untuk berfikir dan belajar bagaimana belajar (learning to learn) dalam
mengakses, memilih dan menilai pengetahuan, serta mengatasi situasi yang ambigu dan
antisipatif terhadap ketidakpastian.
Perkembangan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, terutama dalam bidang
transportasi dan komunikasi telah mampu merubah tatanan kehidupan manusia. Oleh karena
itu, kurikulum seyogyanya dapat mengakomodir dan mengantisipasi laju perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, sehingga peserta didik dapat mengimbangi dan sekaligus
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kemaslahatan dan kelangsungan
hidup manusia.
Kurang waktu
Kekurang sesuaian pendapat (baik antara sesama guru dengan kepala sekolah dan
administrator)
Karena kemampuan dan pengetahuan guru sendiri.
Masyarakat merupakan sumber input dari sekolah, karena keberhasilan pendidikan, ketetapan
kurikulum yang dugunakan membutuhkan bantuan, serta input fakta dari mayarakat.
1. Masalah biaya.
E. Penutup
Proses perkembangan kurikulum sebagai sifatnya yang sentiasa berubah turut dipengaruhi
oleh faktor-faktor persekitaran yang merangsang reaksi manusia yang terlibat dalam
kepentingannya. Hasrat terhadap perubahan kurikulum itu menggambarkan keperluan
pendidikan yang menjadi wadah penerus kemajuan bangsa dan negara itu sendiri. Faktor-
faktor yang mempengaruhi pembentukan dan perkembangan kurikulum adalah elemen yang
saling berkait antara satu sama lain. Dapat dikatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan kurikulum itu sendiri mencerminkan idealisme dan perubahan
keperluan masyarakat dan negara, melalui institusi persekolahan yang akan meneruskan
kebudayaan.
Pergururan Tinggi
Masyarakat
Sistem Nilai
Filosofis
Psikologis
Sosial-Budaya
Politik
Pembangunan Negara Dan Perkembangan Dunia
Ilmu dan Teknologi (IPTEK)
REFERENSI
Chamisijatin, Lisa, dkk. 2008. Pengembangan Kurikulum SD. Jakarta : Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2006. Pengembangan Kurikum; Teori dan Praktek. Bandung:
Remaja Rosdakarya.