You are on page 1of 4
dentika Dental Journal, Vol 13, No. 1, 2008: (98-101) PERKEMBANGAN SUMBER CAHAYA DALAM BIDANG KEDOKTERAN GIGI Sri Fitriyani*, Ellyza Herda** *Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah Kuala Kampus Universitas Syiah Kuala Darussalam-Banda Aceh **Departemen Iimu Material Kedokteran Gigi (IMKG) Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Indonesia JL Salemba Raya No. 4 Jakarta Pusat, 10430 Abstract Dental light curing unit is a device that ean emit fight within a specific wavelength in order to cure or harden resin based restorative materials (composite resin). Polymerization of restorative material that activated by light has initiator that sensitive to the light. The initiator initiates chemical reaction (polymeryzation). The first curing Unit used ultraviolet (UV) as light resources. The UV radiation can damage puip, therefore other light curing units like halogen lamp, plasma arc cure (PAC), and light emiting diode (LED) have been developed. This development fits the needs of safety light resource and is able to produce a high quality restoration. Key words: resin composite, QTH, PAC, LED PENDAHULUAN Sumber cahaya digunakan untuk mengehtivasi fotoinisiator material restoratif berbasis resin untuk memulai polimerisasi. Fotoinisiator diaktivasi oleh foton. Perubahan struktur molekul material resto~ ratif (polimerisasi) terjadi karena konversi mono- mer menjadi jaringan (network) polimer. umlsh fotoinisiator yang teraktivasi bergantung pada kon- sentrasi fotoinisiator dalam material dan energi foton. Keduanya bergantung pada sumber cahaya. Aktivasi fotoinisiator terjadi pada panjang gelom- bang yang spesifik. Camphorquinone merupakan foloinisiator yang paling umum digunakan dalam bidang kedokteran gigi. Aktivitas puncak panjang gelombang berada di antara 470 dan 480 nm Sumber cahaya untuk material restorati berbasis resin (resin komposit) telah diperkenalkan pada tahun 1970. Unit curing yang pertama dikeluarkan menggunakan sumber cahaya ultraviolet.” Radiasi ultraviolet (radiasi dengan panjang gelombang di bawah 385 nm) dan radiasi cahaya (iluminasi) dengan panjang gelombang di atas 500 nm dapat menyebabkan kerusakan pada pulpa dan harus dieliminasi dari radiasi yang dihasilkan oleh lampu curing pada kedokteran gigi. Berdasarkan standar 1SO (SO T$10650, 1999), intensitas cahaya dapat Kekuatan cahaya yang dikeluarkan <1% dan selebihnya dihasilkan dalam bentuk panas.® Intensitas cahaya yang digunakan untuk memper- ‘oleh polimerisasi yang adekuat yaitu 300mW/cm* pada daerah panjang gelombang 400-515 nm de- gan waktu penyinaran sesuai dengan anjuran pa- ‘brik.'! Unit halogen direkomendasikan secara umum dengan waktu penyinaran antara 20 detik dan 60 detik untuk ketebalan komposit 2 mm.’ Ke- kurangan lampu halogen adalah panas yang diha- silkan menyebabkan degradasi Komponen sumber cahaya terhadap waktu sehingga waktu hidup efek- tifmya terbatas + 100 jam® Hal ini dapat mem- pengaruhi efektifitas sumber cahaya yang akan menghasilkan sifat fisik dan mekanik yang rendah dan meningkatnya resiko kegagalan restorasi lebih awal.*** Sukspsnya restorasi koinposit secara klinis bergantung pada polimerisasi yang sempur- na, Polimerisasi yang tidak sempuma dapat memu- runkan sifat fisik dan mekanik material. Sebagai contoh yaitu, polimerisasi yang tidak sempurna akan menghasilkan nilai kekerasan yang rendah, Hal ini menyebabkan restorasi akan-mengalami kebocoran akibat gaya kunyah yang diterima di dalam rongga mulut. PLASMA ARC CURING (PAC) Plasma are dibuat dasi dua elektroda dalam lam- pu Xenon. Panas yang dikeluarkan sampai bebe- rapa ribu derajat selsius. Plasma yang telzh panas menghasilkan panas dan cahaya. Intensitas cabaya yang yang diberikan oleh unit plasma lebih besar dibandingkan unit lampu halogen. as £0 ome] i Gambar |. Spektral iradigsi unit QTH, LED dan komforkuinon* 99 Waktu penyinarannya menurun sampai 75%, tetapi unit plasma tetap membutuhkan filter yang sama seperti unit halogen, Filipov dkk. menyata- kan bahwa plasma arc tidak mampu mempoli- merisasi material restoratif secara optimal dengan menggunakan waktu penyinaran yang direkoinen- dasikan oleh pabrik.* Jika waktu penyinarannya ditingkatkan dapat mengakibatkan kerusakan ter- adap pulpa dan jaringan periodontal. Panjang ge- lombang yang dimiliki plasma arc sekitar 470 nm. LIGHT EMITING DIODE (LED) Light emiting diode merupakan teknologi terbaru Uuntuk mempolimerisasi material restoratif kedok- teran gigi yang diaktivasi oleh cahaya. Lighte- miting diode menggunakan penghubung semikon- duktor untuk menghasilkan cahaya pada filamen panas yang digunakan pada Jampu halogen."* LED. ‘menghasilkan cabaya tampak dengan efek kuan- tum mekanik. Kombinasi spesial dengan dua semi Konduktor yang berbeda digunakan untuk meng- cemisikan sifat cahaya dengan distribusi spektral ba- ‘gian sempit yang spesifik. Dengan kata lain, tekno- ogi LED lebih efesien untuk mengkonversi arus listrik menjadi cabaya. Waktu hidup efektif yang dimiliki LED adalah 1000 jam’ dan mengalami sedikit degradasi pada oue put terhadap waktu.°*"* Unit ini tidak menggunakan filter karena spektral out put LED Galium Nitrida sesuai dengan serapan spektrum camphorquinone (Gambar 1).'?°™" Beberapa hasil penelitian menunjukkan_kele- bihan unit LED dibandingkan dengan unit lainnya. Alomari dan Mansour menyatakan bahwa shrin- kage yang diperoleh pada restorasi yang dipolime- risasi menggunakén unit LED lebih rendah diban- dingkan dengan unit halogen.'® Garcia dk. dan ‘Usumez melaporkan bahwa polimerisasi menggu- nakan LED menghasilkan derajat konversi dan sta- bilitas struktur tiga dimensi lebih tinggi dibanding- ‘kan dengan penggunaan unit halogen dan PAC.” Unit LED juga menghasilkan tingkat kedalaman polimerisasi yang lebih besar dibandingkan unit halogen dengan menggunakan intensitas cahaya yang sama,’ Tingkat kedalaman ini dickur meng- ‘gunakan Knoop Hardness dan analisis derajat kon- versi_ menggunakan spektroskopi FTIR (Fourier Transform Infra Red). Hal ini juga didukung oleh penelitian Fitriyani yang menyatakan bahwa tidak’ ada perbedaan yang signifikan tingkat polimerisasi untuk ketebalan komposit nano partikel 2 dan 3 ‘mm. Penelitian ini menggunakan intensitas cahaya ddan waktu penyinaran yang sama. Tingkat polime- risasi diukur menggunakan FTIR.” Stahl et al, telah merekomendasikan bahwa standar ISO 4049 100 untuk sifat flexural strength dicapai dengan peng- gunaan unit LED yang) memiliki radiasi lebih renah dibandingkan unit Komersil dari halogen."* Selain itu, peningkatan temperatur pada jaringan pulpa selama pembuatan restoratif merupakan s2- Jah satu potensi terjadinya kerusakan pada pulpa. Panas material restorati€ ditransfer kepada pulpa. ‘Temperatur yang dihasilkan selama curing pada material restoratif dikontribusi oleh sumber cabsya. Emisi termal cahaya LED lebih rendah dibanding- kan dengan cahaya halogen, Karena LED meng- gunakan semikonduktor yang mengubah energi lisirik menjadi panas secara langsung."° PEMBAHASAN Sumber cahaya dalam bidang kedokteran gigi mengalami perkembangan yang pesat. Perkem- ‘bangan tersebut dimotivasi dari adanya kelemahan- kelemahan yang diperoleh dari sumber cabaya yang telah ada. Ada beberapa kelemahan lampu halogen antara lain; panas yang dihasilkan dapat menyebabkan degradasi Komponen sumber cahaya terhadap waktu sehingga waktu hidup efektifnya terbatas + 100 jam. Sedangkan untuk PAG, inten- sitas cahaya yang diberikan oleh unit plasma lebih, besar dibandingkan unit lampu halogen. Jika waktu penyinarannya ditingkatkan dapat mengakibatkan kerusakan terhadap pulpa dan jaringan periodontal, Untuk sumber cahaya LED memiliki kelebihan di antaranya yaitu, memiliki serapan yang sesuai dengan serapan kamphorkuinon, waktu hidup efek- Gif 1000 jam, menghasilkan tingkat kedalaman Polimerisasi dan nilai flexural strength yang lebih besar dibandingkan unit halogen, dan emisi cahaya yang dihasilkan LED lebih tendah dibandingkan unit halogen. Disain cahaya dan sistem filter dikembangkan untuk memberikan target serapan fotoinisiator de- nngan serapan maksimum 460-480 nm. Ada 3 jenis alat curing yang telah dikembangkan dalam bidang kedokteran_ gigi yaitu QUH (Quartz Ting-sten Halogen), PAC (Plasma Are Curing) dan LED (Light Emitting Diode). Ketiganya berbeda dalam panjang gelombang yang digunakan. Variasi sum- ber cahaya dapat mempengaruhi polimerisasi kom- posit tidak hanya didasarkan pada fotoaktivasi chomporquinon tetapi juga kemampuan foto- inisiator lainnya yang memiliki perbedaan daerah puncak serapan pada daerah cahaya tampak™. Poli- merisasi resin yang diaktivasi cahaya tidak hanya bergantung pada kuantitas cahaya tetapi juge dipe- ngaruhi dari kualitas cahaya seperti panjang gelom- bang. Hal ini dikarenakan kuantitas cahaya belum_ menjamin meningkatnya derajat konversi matriks dentka Dental Journal, Vot 13, No. 1, 2008: (98-101) komposit.* Beberapa hasi! penelitian melaporkan bahwa polimerisasi paling efektif jika panjang gelombangnya berada pada 410-500 nm. Serapan suatu. sumber cahaya diharapkan sama dengan spay fowinisiator yaitu comphorguinon (470 im). Waktu curing merupakan variabel Klinik yang paling penting karena parameter tersebut secara langsung mempengaruhi para dokter gigi dalam memilih unit light curing. Mereka memilih light curing yang memiliki waktu curing yang tidak terlalu lama untuk efektifitas kerja di Klinik. Me- ningkatnya waktu polimerisasi juga dapat mening- atkan derajat konversi. Efek ini ditunjukkan pada unit curing PAC, Waktu polimerisasi 3 detik pada PAC tidak cukup, hal ini ditunjukkan dari sifat mekanik yang tidak optimal pada komposit dan hasil pelepasan monomer dari spesimen komposit yang lebih tinggi dibandingkan dengan polime- risasi_menggunakan lampu halogen selama 40 detik?®, Menurut Okte dkk. lampu halogen merupa- kan unit curing yang banyak digunakan dalam bi- dang kedokteran gigi. Namun, waktu curing yang berbeda menghasilkan derajat konversi yang berbeda pula. Hal ini ditunjukkan dengan nila ke- kerasan yang diperoleh setelah dipotimerisas. Waktu curing 40 detik memperoleh kekerasan yang lebih besar dibandingkan waktu curing 20 letik. Hal ini dikarenakan waktu curing 40 detik ‘memiliki waktu yang lebih lama sehingge memberi ‘kesempatan pada monomer matriks antuk terkon- versi lebih banyak.” Sumber cahaya dalam bidang kedokteran gigi yang digunakan untuk mempolimerisasi: material ‘yang diaktivasi cahaya masih menjadi bahan per- bincangan di seluruh dunia. Peneliti-peneliti men- coba mencari suatu alat yang mampu memberikan hasil yang optimal. Hasil yang ditarapkan mampw menghasilkan sifat_ mekanik, fisik, biologi_dan kimia yang optimal. 7 Menjadi tantangan bagi Kita, untuk mencoba ‘mendesain suatu sumber cahaya yang dapat meng- hasilkan restorasi yang tahan dalam jangka waktu lebih lama. Daftar Pustaka 1, The American Dental Association. Visible light curing. JADA 2002; 133 (10); 1430-1, Peris AR, Mitsui FHO, Amaral CM, Ambrosano GMB, Pimenta LAF. The effect of composite type fon microhardness when using quartz-tungsten- halogen (QTH) or LED lights. Op Dent 2005; 3005): 649-54, 3. Nomoto R, McCabe IF, Hirano S, Comparison of halogen plasma and LED curing units. Operative Firriyani: Development of light resources of curing unit in dentistry 10. u 14 15, 16, Dentistry 2004; 29(3): 287-94. Rueggcberg FA, Twiggs W, Cughman WF, Khajotia S. Lifetime intensity profiles of 11 light- curing units. J Dent Res 1996; 75: 380 (abstract Mavropoulus A, Standt CB, Kiliaridis S, Krej Light curing time reduction: in vitto evaluation of ‘ew intensive Jightemitting diode curing units. Bur J Ortho 2005; 27 408-12. Usumez S, Buyukyilmaz T, Karaman AL. Effect of lightemiting diode on bond strength of orthodontic brackets. Angle Orthod 2003; 74(2): 259- Mills RW,Uhl A, and Jandt KD. Optical power ‘outputs, spectra and dental composite depth of cure, obiained with blue light emitting diode (LED) and halogen light curing units (LCUs). J Dent Res 2002. Stahl F, Ashworth SH, Jandt KD, Mills RW. Light- emitting diode (LED) polymerization of denial composite: Flexural properties and polymerization potential. Biomaterials 2000; 21: 1379-85. ‘Yoon TH, Lee K, Lim BS, Kim W. Degree of polymerization of resin composite by different light sources. J.Oral Rehab 2002; 29: 1165-73. Yap AUI, Soh MS. Curing efficacy of a new generation high-power LED lamp. Dent Mater 2005; 30(6): 758-63, ‘Aravmudhan K, Rakowski D, Fan PL. Variation of depth of cure and intensity with distance using LED coring lights. Denial Materials 2006; 22: 988-94. Owens BM."Evaluation of curing performance of light-emitting polymerization units. Laser Surg/ Eleetrotheraphy 2006; 17: 1-6. Fillpov 1A, Viadimirov SB, Residual monomer in & composite resin after light curing with different sources, Light iintensites and spectra of radiation, Braz Dent J 2006; 17(1): 34-38. Olte Z, Villata P, Garcia-Godoy F, Ir Garcia- Godoy F, Murray P. Effect of curing time and fight curing systems on the surface hardness of compo- ‘mers. Op Dent 2005; 30(4) 540-5. Nita K. Effect of light guide tip diameter of LED- light curing unit on polymerization of light-cured composites. Dental Materials 2005, 21: 217-23. Yap AUS, Soh MS. Thermal emission by different light-curing units. Op Dent 2003; 28(3): 260466. 101 17. Martinelli J, Pites-De-Souza FDP, Casemiro LA, Tirapelli C, Fanzeri H. Abrasion resistance of composite polymerized by lightemitting diodes (LED) and halogen light-curing units. Braz Dent J 2006; 17(1): 29-33, 18, Alomori QD, Mansour YF. Effect of LED curing modes on cusp deflection and hardness of composite restorations. Op Dent 2005; 3046): 684- 89. 19. Usumez. A, Ozturk N, Ozturk B. Two-year color changes of light-cured composite: Influence of different lightcuring units. Operative Dentistry 20085; 303): 655-60, 20. Garcia AH, Lozano MAM, Vila JCBscribano AB, Galve PF. Composite resin. A Review of the Materials and Clinical Indications. Med Oral Patol Oral Cir Bucal 2006; | 1: 215-20. Fitiyani S. Pengaruh Intensitas Cahaya Terhadap Derajat Konversi Komposit Nano Partikel. Tesi, Jakarta: Program Studi mu Kedokteran Gigi Dasar, Kekhususan Iimu Material Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Indonesia, 2007. 22. Trajilo M. Newman SM, Stanbury JW. Use of Near-IR to monitor the influence of external heating con dental composite photopolymerization. Dent Mater 2004; 20: 766-77. 23, Usumez A, Ozturk N, Ozturk B. Two-year color changes of light-cured composite: Influencen of different lightcuring units. Op Dent 2005; 30-5; 655-60. 24, Nitta K. Effect of light guide tip diameter of LED- Light curing unit on polymerization of light-cured ‘composites. Dent Mater 2005; 21: 217-23, 25. Uotasli $, Teavergil A, Lassila LVJ, Vallittu, PK. ‘The degree of conversion of fiber-reinforced composites polymerized using different light-curing sources. Dent Mater 2005; 21: 4689-15. 26. Oxte Z, Villalte P, Garcia-Godoy F, Jr Garcia~ Godoy F, Murray P. Effect of curing time and light curing systems on the surface hardiness of compo- mers, Op Dent 2005; 30-4: 540-5. 21

You might also like