You are on page 1of 29

MAKALAH AGAMA ISLAM II

PROBLEMATIKA DAKWAH KAMPUS

Oleh :
1. Aminatus Zahro (081411231046)
2. Bibi Benazir (081411231059)
3. Ucha Nadia F (081411233019)
4. Ruwaidatus Sholihah (081411331036)
5. Mayasari Hariyanto (081411555013)
6. Nur Roudho (081411531013)
7. Eva Fahmadiyah (081411731039)

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2017
DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................................................ i
DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
1.3 Tujuan ................................................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 4
2.1 Makna Dakwah ................................................................................................... 4
2.1.1 Dakwah Kampus .......................................................................................... 4
2.1.2 Problematika Dakwah Kampus ................................................................... 5
2.2 Dalil Motivasi Berdakwah ................................................................................... 5
2.3 Jenis Dakwah ...................................................................................................... 6
2.4 Manhaj Dakwah ................................................................................................ 11
2.5 Sifat-sifat Nabi .................................................................................................. 16
2.6 Tujuan Dakwah ................................................................................................. 20
2.7 Problematika Dakwah Kampus dan Solusinya ................................................. 21
2.7.1 Solusi Permasalahan Dakwah Kampus ..................................................... 22
BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 25
3.1 Simpulan ........................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 26

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu gejala yang menarik untuk diperhatikan di kalangan Perguruan
Tinggi akhir-akhir ini ialah kondisi kehidupan keagamaan. Kerinduan dan
keinginan untuk membangun kehidupan yang islami telah mendorong para aktivis
muslim untuk menggencarkan aktivitas dakwah di lingkungan kampus. Dakwah
sendiri ialah suatu aktivitas mengajak, menyeru , atau mendorong manusia untuk
berbuat baik, sebagaimana Allah memerintahkannya dalam Al-Quran surat Ali
Imran : 104,
Dan hendaklah diantara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh (berbuat) yang maruf dan mencegah dari yang mungkar.
Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. (Q.S. Ali Imran : 104).

Berdasarkan perintah tersebut, kita diperintahkan untuk senantiasa


mengajak atau berdakwah kepada kebaikan. Dakwah tidak hanya dilakukan pada
kalangan orang-orang yang alim, tetapi berbagai lapisan masyarakat pun
seharusnya tersiram oleh dakwah, tak terkecuali masyarakat kampus. Kampus yang
umumnya sebagai tempat dimana kaum intelektual belajar dan bergelut dengan
buku-buku tebal, tempat dimana para generasi muda penuh semangat dengan
pemikiran-pemikiran yang brilian dapat menjadi media yang efektif untuk
pergerakan dakwah. Kampus adalah bentuk miniatur kecil sebuah negara, dimana
didalamnya terdapat masyarakat yang komplek dan terdapat organisasi-organisasi
mahasiswa maupun komunitas dalam kelembagaan kampus yang statusnya formal.
Disinilah kemudian lahir pemimpin-pemimpin masa depan, mahasiswa dapat
mengembangkan potensinya dalam ruang lingkup yang kecil atau yang lebih besar
lagi. Mahasiswa yang terkenal sebagai agent of change adalah aset terbesar suatu
bangsa dalam melakukan pergerakan dan perubahan. Hal ini tak dapat dipungkiri
jika dilihat dari berbagai peristiwa bersejarah yang telah dilalui negara ini tak luput
dari generasi muda maupun mahasiswa. Oleh karena itu mahasiswa dapat

1
mengambil peran sebagai pengajak, pembawa perubahan, atau pendakwah
dikalangan kampus.
Dakwah kampus sedikit berbeda dengan dakwah pada umumnya, dimana
target atau sasarannya adalah orang-orang yang berintelektual, memiliki latar
belakang yang bermacam-macam, penuh dengan pemikiran-pemikiran budaya,
sehingga perlu metode khusus dalam penyampaiannya. Salah satu tujuan besarnya
adalah membumikan dinul Islam dan tujuan khususnya adalah mensuplai alumni
yang berafiliasi terhadap Islam serta mengoptimalkan peran kampus dalam proses
transformasi masyarakat menuju masyarakat yang madani. Dengan tujuan tersebut,
maka dakwah kampus merupakan sebuah dakwah yang harus dilakukan. Untuk
seorang Aktivis Dakwah Kampus (ADK), dakwah di kampus dapat dijadikan
sebagai langkah awal dalam latihan berdakwah, sebagai tempat latihan beramal,
mempersiapkan diri untuk memasuki medan dakwah yang lebih berat, yakni
dakwah di masyarakat kelak (Rosada, et al., 2007).
Pada realitanya, menjalankan sebuah tugas atau amanah dakwah bukanlah
perkara yang mudah.Seperti halnya kehidupan, ada rintangan dan hambatan yang
harus dilalui untuk dapat mencapai tujuan yang dicita-citakan. Problematika
dakwah kampus tidak hanya menyangkut pendai dan sasarannya, melainkan juga
lingkungan yang dapat mendukung maupun menghambat jalannya dakwah. Oleh
karena itu dalam makalah ini akan dibahas mengenai problematika dakwah kampus
dan solusinya. Sehingga dapat mengidentifikasi dan menjawab masalah-masalah
yang sering timbul dalam dakwah kampus.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa makna dakwah dan dalil yang mendasari perintah berdakwah ?
2. Bagaimana jenis-jenis dakwah dan manhaj dakwah yang benar dan sesuai
dengan contoh Rasulullah ?
3. Bagaimana problematika dakwah yang terjadi di kampus dan solusi
permasalahannya ?

2
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui makna dakwah dan dalil yang mendasari perintah berdakwah.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis dakwah dan manhaj dakwah yang benar dan sesuai
dengan contoh Rasulullah.
3. Untuk mengetahui dan mengidentifikasi problematika dakwah yang terjadi di
kampus dan solusi permasalahannya.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Makna Dakwah


Secara etimologis, menurut para ahli bahasa, kata dakwah berasal dari bahasa
Arab yaitu kata daa-yadu-dawatan, yang memiliki arti mengajak atau
menyeru. Secara terminologis, dakwah adalah mengajak atau menyeru manusia
agar menempuh kehidupan ini di jalan Allah Swt, berdasarkan ayat Al-Quran:
"Serulah oleh kalian (umat manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah, nasihat
yang baik, dan berdebatlah dengan mereka secara baik-baik..." (QS. An-
Nahl:125). Pengertian dakwah pada hakikatnya adalah mengajak manusia kepada
Allah dengan hikmah dan nasihat yang baik, sehingga mereka meninggalkan thagut
dan beriman kepada Allah agar mereka keluar dari kegelapan jahiliyah menuju
cahaya Islam.

Setiap perkataan, pemikiran, atau perbuatan yang secara eksplisit ataupun


implisit mengajak orang ke arah kebaikan (dalam perspektif Islam), perbuatan baik,
amal saleh, atau menuju kebenaran dalam bingkai ajaran Islam, dapat disebut
dakwah. Berikut merupakan dalil dalam Al-Quran surat Yunus ayat 25 yang
menerangkan mengenai dakwah.

Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga), dan menunjuki orang yang


dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam).

2.1.1 Dakwah Kampus


Dakwah kampus merupakan suatu istilah yang terdiri dari dua kata,
yaitu dakwah dan kampus. Masing-masing kata tersebut merupakan istilah
yang diambil dari Bahasa asing, bukan istilah dari Bahasa Indonesia. Kata
dakwah berasal dari Bahasa arab ( ad-dawah) yang berarti
memanggil, mengundang, meminta, mengajak, menyeru, mendorong, dan
memohon. Sedangkan kampus merupakan komunitas yang sarat dengan

4
potensi. Kampus dianggap tempat yang paling strategis dalam melahirkan
calon-calon pemimpin bangsa. Artinya, kampus sebagai pusat orang-orang
yang unggul (centre of excellent). Melalui lembaga-lembaga yang ada, setiap
warga kampus berpeluang mengembangkan potensinya.

2.1.2 Problematika Dakwah Kampus


Problematika dakwah kampus merupakan masalah atau kendala-
kendala yang dihadapi baik saat melakukan dakwah ataupun setelah dan
sebelum melakukan dakwah yang dialami oleh para dai. Problematika
dakwah kampus merupakan permasalahan penyampaian seruan dakwah dan
pengkajian nila-nilai islami di dalam kampus.
Kini, problematika dan tantangan Dakwah Kampus semakin hari
semakin berat. Ada dua faktor yang mempengaruhi dakwah kampus, yaitu
faktor intern dan ekstern.

2.2 Dalil Motivasi Berdakwah


Berikut diberikan beberapa dalil mengenai motivasi dalam berdakwah.
Surat Fushilat ayat 33



Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada
Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk
orang-orang yang menyerah diri?" (QS Fushilat : 33).
Surat At-Taubah ayat 71
Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka
(adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh
(mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat,
menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan
diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana. (QS 9:71)
Surat Al-Maidah ayat 78-79

5
Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa
putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu
melampaui batas. (5: 78).Mereka satu sama lain selalu tidak melarang
tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang
selalu mereka perbuat itu. (5: 79).
Surat Ali Imran ayat 104

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang maruf dan mencegah dari yang munkar
,merekalah orang-orang yang beruntung (QS. Al-Imran : 104).
Surat Al Ashr: 1-3

)2(

) 1(
)3(



Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat
menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya
menetapi kesabaran. (QS. Al Ashr: 1-3).

2.3 Jenis Dakwah


Berdasarkan cara penyampaiannya, dakwah dibagi menjadi 6 jenis, yaitu :
a. Dakwah Fardiyah
Dakwah fardiyah merupakan metode dakwah Islam yang dilakukan
seseorang kepada seseorang atau sekelompok kecil orang. Dakwah fardiyah
dapat juga dikatakan sebagai dakwah dengan pendekatan personal. Keunggulan
dari dakwah ini yaitu dapat dilakukan dimanapun dan kapanpun. Bahkan
kemajuan madu atau orang yang didakwahi dapat dipantau dan hasilnya lebih
berkualitas. Ada tujuh tahapan dalam dakwah fardiyah, yaitu:

1. Membina hubungan dengan objek dakwah sebaik mungkin.

6
2. Membangkitkan keimanan, tauhidullah atau keimanan yang sangat kokoh
kepada Allah taala.
3. Membantu memperbaiki objek dakwah dengan ibadah yang diwajibkan dan
amalan yang membuatnya selalu ingat kepada Allah.
4. Menjelaskan bahwa ibadah tidak hanya sebatas sholat, zakat, puasa dan haji,
tetapi juga setiap aktivitas dinilai ibadah jika diniatkan karena Allah.
5. Menjelaskan tentang kewajiban dakwah kepada sesama umat Islam.
6. Menjelaskan bahwa dakwah tidak dapat dilakukan seorang diri, tetapi harus
dilakukan secara berjamaah.
7. Mengenalkan dengan jamaah mana ia harus bergabung dan juga memberikan
kontribusinya demi keberlangsungan dakwah Islam.
b. Dakwah Ammah
Dakwah ammah yaitu dakwah yang ditujukan kepada orang banyak atau
masyarakat umum, misal orang-orang di sekitar kampus, tanpa ada hubungan
intensif antara dai (pendakwah) dan madu (objek dakwah). Tujuan daripada
dakwah ammah yaitu untuk mengajak masyarakat lebih mengenal Allah,
RasulNya dan Islam. Dakwah ammah merupakan jenis dakwah yang dilakukan
oleh seseorang dengan media lisan yang ditujukan kepada orang banyak dengan
maksud menanamkan pengaruh kepada mereka. Media yang dipakai biasanya
berbentuk khotbah (pidato). Dakwah ammah ini kalau ditinjau dari segi
subyeknya, ada yang dilakukan oleh perorangan dan ada yang dilakukan oleh
organisasi tertentu yang berkecimpung dalam soal-soal dakwah. Contoh dari
dakwah ammah bisa dalam bentuk ceramah atau dalam ranah yang lebih formal
adalah khutbah karena memiliki rukun yang harus dilaksanakan tertib.
c. Dakwah Bil Lisan
Dakwah bil lisan merupakan metode dakwah yang dalam aktivitas
dakwahnya menggunakan lisan. Dakwah bil lisan contohnya ceramah, tabligh
akbar, khutbah dan lain sebagainya. Awalnya dakwah ini dilakukan karena
kebudayaan awal manusia yang sedikit sekali yang dapat membaca dan menulis.
Namun dakwah ini tetap ada hingga saat ini walaupun zaman sudah modern,
karena masih dirasa efektif.

7
Yang termasuk ke dalam dakwah bil lisan yaitu:
1. Qaulan marufan atau dengan cara berbicara dalam kegiatan sehari-hari
dengan misi dakwah. Misal memberikan salam Assalamualaikum,
membaca basmalah ketika memulai pekerjaan dan hamdalah saat selesai
mengerjakan sesuatu.
2. Mudzakarah yaitu mengingatkan ketika ada orang yang berbuat salah, baik
dalam beribadah atau perbuatan sehari-hari.
3. Nahehatuddin ialah memberikan nasehat kepada seseorang yang terkena
masalah agar tetap mampu melaksanakan ibadah dengan baik.
4. Majelis talim yaitu sebuah perkumpulan dalam membahas suatu ilmu agama
yang disampaikan oleh seorang ustadz.
5. Pengajian umum merupakan dakwah di depan khalayak dengan materi yang
sedikit namun menarik, misal tabligh akbar.
6. Mujadalah yaitu diskusi masalah agama untuk diakhiri dengan kesepakatan
bersama tentang sebuah kesimpulan.
d. Dakwah Bil Haal
Dakwah bil haal merupakan metode dakwah Islam dengan perbuatan atau
amal nyata. Metode dakwah ini dimaksudkan agar madu (objek dakwah) dapat
mengikuti jejak sang dai. Metode dakwah ini juga membuktikan bahwa dakwah
tidak hanya sebatas omdo (omong doang) tetapi benar-benar dipraktikan dalam
kehidupan sehari-hari.
e. Dakwah Bit-Tadwin
Di zaman modern ini, metode dakwah bit tadwin (dakwah melalui tulisan)
dirasa sangat efektif. Karena penyebarannya lebih cepat melalui internet, kitab-
kitab, majalah, koran dan tulisan-tulisan lainnya media apapun. Memasuki
zaman global seperti saat sekarang ini, pola dakwah bit at-Tadwin (dakwah
melalui tulisan) baik dengan menerbitkan kitab-kitab, buku, majalah, internet,
koran, dan tulisan-tulisan yang mengandung pesan dakwah sangat penting dan
efektif. Keuntungan lain dari dakwah model ini tidak menjadi musnah meskipun
sang dai, atau penulisnya sudah wafat. Menyangkut dakwah bit-Tadwim ini

8
Rasulullah saw bersabda, Sesungguhnya tinta para ulama adalah lebih baik dari
darahnya para syuhada.
f. Dakwah Bil Hikmah
Dakwah bil hikmah merupakan metode dakwah yang disampaikan dengan
cara yang bijaksana. Metode ini mengedepankan cara persuasif sehingga orang-
orang yang didakwahi tidak merasa dipaksa, merasa tertekan atau pun
menimbulkan konflik. Dakwah ini melakukan pendekatan sedemikian rupa
sehingga pihak obyek dakwah mampu melaksanakan dakwah atas kemauannya
sendiri, tidak merasa ada paksaan, tekanan maupun konflik. Dalam kitab Al-
Hikmah Fi Al Dakwah Ilallah Taala oleh Said bin Ali bin wahif al-Qathani
diuraikan lebih jelas tentang pengertian Al-Hikmah. Menurut bahasa, Al-
Hikmah artinya adil, ilmu, sabar, kenabian, dan Al-Quran; memperbaiki
(membuat manjadi lebih baik atau pas) dan terhindar dari kerusakan; ungkapan
untuk mengetahui sesuatu yang utama dengan ilmu yang utama; obyek
kebenaran (al-haq) yang didapat melalui ilmu dan akal; serta pengetahuan atau
marifat.
Dalil mengenai dakwah diantaranya yaitu :
QS. Al Ashr: 1-3
)2( ) 1(





Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat
menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya
menetapi kesabaran. (QS. Al Ashr: 1-3).
HR. Bukhari

Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat (HR. Bukhari)
Hadits ini diriwayatkan oleh shahabat Abdullah bin Amr bin Al Ash bin
Wail bin Hasyim bin Suaid bin Saad bin Sahm As Sahmiy. Beliau adalah
salah satu diantara Al Abaadilah (para shahabat yang bernama Abdullah,
seperti Abdullah Ibn Umar, Abdullah ibn Abbas, dan sebagainya) yang

9
pertama kali memeluk Islam, dan seorang di antara fuqaha dari kalangan
shahabat. Beliau meninggal pada bulan Dzulhijjah pada peperangan Al
Harrah, atau menurut pendapat yang lebih kuat, beliau meninggal di Thaif.
Nabi shallallaahu alaihi wa sallam memerintahkan untuk menyampaikan
perkara agama dari beliau, karena Allah subhanahu wa taala telah
menjadikan agama ini sebagai satu-satunya agama bagi manusia dan jin (yang
artinya), Pada hari ini telah kusempurnakan bagimu agamamu dan telah
kusempurnakan bagimu nikmat-Ku dan telah aku ridhai Islam sebagai agama
bagimu (QS. Al Maidah : 3). Tentang sabda beliau, Sampaikan dariku
walau hanya satu ayat, Al Maafi An Nahrawani mengatakan, Hal ini agar
setiap orang yang mendengar suatu perkara dari Nabi shallallahu alaihi wa
sallam bersegera untuk menyampaikannya, meskipun hanya sedikit.
Tujuannya agar nukilan dari Nabi shallallaahu alaihi wa sallam dapat segera
tersambung dan tersampaikan seluruhnya. Hal ini sebagaimana sabda beliau
shallallaahu alaihi wa sallam, Hendaklah yang hadir menyampaikan pada
yang tidak hadir. Bentuk perintah dalam hadits ini menunjukkan hukum
fardhu kifayah.
HR. Muslim
Di dalam sebuah hadits Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassallam
memerintahkan setiap muslim untuk menghilangkan kemungkaran sesuai
dengan kemampuannya:
Barangsiapa diantara kalian yang melihat kemunkaran, hendaknya dia
merubah dengan tangannya, kalau tidak bisa hendaknya merubah dengan
lisannya, kalau tidak bisa maka dengan hatinya, dan yang demikian adalah
selemah-lemah iman. (HR. Muslim)
QS. Al-Imran : 104

10
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang maruf dan mencegah dari yang munkar
,merekalah orang-orang yang beruntung (QS. Al-Imran : 104).
Dakwah merupakan kewajiban individual umat Islam. Itulah sebabnya Islam
disebut agama dakwah. Artinya, agama yang harus disebarkan kepada
seluruh umat manusia. Hal itu antara lain diisyaratkan dalam sejumlah ayat
Al-Quran. Aktivitas dakwah niscaya menjadi bagian dalam kehidupan sehari-
hari seorang Muslim. Kesadaran akan kewajiban beradakwah harus ada pada
diri setiap Muslim. Berdakwah sama wajibnya dengan ibadah ritual seperti
sholat, zakat, puasa, dan haji. Menurut KHM. Isa Anshary (1984), setiap
muslim adalah da'i (juru dakwah). Menjadi seorang muslim, kata Anshary,
otomatis menjadi juru dakwah, menjadi mubalig, bila dan di mana saja, di
segala bidang dan ruang.

2.4 Manhaj Dakwah


Manhaj para nabi maksudnya adalah jalan, metode dan sarana yang
ditempuh oleh para Rasul dalam berdakwah kepada Allah. Dakwah kepada Allah
adalah kewajiban dan satu keharusan agama. Sejauh dakwah ini sesuai dengan
manhaj para rasul termasuk Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, maka dakwah
ini akan di terima disisi Allah, berhasil dan memiliki pengaruh baik serta terbukti
memberikan hasil dengan idzin Rabb. Namun setiap kali dakwah itu jauh dari
manhaj para rasul, baik dahulu atau sekarang, dakwah ini akan pahit hasilnya,
tertolak dan membuat fitnah. Dakwah seperti ini, ibarat orang yang mengurai
benang setelah di pintal. Sudah menjadi kewajiban setiap dai dan orang yang
berkecimpung didalamnya untuk mengetahui, memahami dan mengikuti jalan yang
telah di tempuh oleh para nabi dalam dakwah mereka kepada Allah. Allah telah
menjelaskan dalam kitabNya dan menceritakan kepada kita kisah-kisah para nabi.
Dia jelaskan jalan, cara dan hal yang diutamakan para nabi. Demikian juga Nabi
kita Shallallahu alaihi wa sallam telah menjelaskan haal itu dalam sunnahnya yang
shahih. Berikut diberikan manhaj para nabi :

11
a. Memulai dengan tauhid dan memfokuskan materi dakwah pada tauhid.
Semua Nabi dan Rasul selalu memulai dakwahnya dengan memperbaiki
segi akidah. Hal ini sesuai dengan tuntutan akal, hikmah dan fitrah.
Sebagaimana pernyataan berikut:
1. Bahwa kerusakan-kerusakan yang berkaitan dengan masalah akidah
manusia, berupa kemusyrikan, khurafat dan bidah, jauh lebih berbahaya
daripada kerusakan-kerusakan dibidang hukum, ekonomi, sosial dan
pemerintahan.
2. Sesungguhnya Allah SWT tidak mengutus para Rasul kecuali untuk
mengajarkan kepada ummat manusia tentang kebaikan, memberikan
peringatan akan siksaan Allah, dan menjauhkan dari tindak kejahatan. Allah
SWT berfirman yang artinya; Manusia itu adalah ummat yang satu, maka
Allah mengutus para Nabi, sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi
peringatan. (al-Baqarah: 213)
3. Allah SWT tidak membebani para pembawa risalah untuk menjatuhkan
satu daulah Islamiyah demi tegaknya daulah yang lain. Allah tidak pula
membebani mereka untuk mencapai tujuan kekuasaan, karena dakwah yang
menempatkan penegakan daulah sebagai tujuan pertama dan utama, tidak
akan terlepas dari tendensi mencari kekuasaan dunia, kedudukan dan
jabatan. Pada diri Nabi sendiri, kalaupun harus melakukan dakwah dengan
tahapan penegakan daulah, bukanlah karena hal yang lain, akan tetapi untuk
menegakkan daulah dengan hanya niatan yang ikhlash memenuhi perintah
Allah berkenaan dengan jihad di jalan-Nya, dan dalam rangka meninggikan
kalimat Allah di muka bumi-Nya.
Akidah yang pertama kali diserukan oleh para Nabi adalah tiga pilar:
1. Iman kepada Allah , dengan tauhid yang sempurna
2. Iman kepada kenabian, dengan ketaatan yang sempurna
3. Iman dengan hari akhir, dengan kepasrahan yang sempurna..
Dengan dibarengi tiga pilar ini maka masyarakat beralih dari jahili menuju
Islam.

12
b. Mempertimbangkan Situasi dan Kondisi
Ketika Rasulullah SAW berada di Makkah dan Ummat Islam masih sedikit
sedangkan musuh sangat banyak dan kuat, maka beliau cukup mengajak
kepada agama Islam, menjelaskan kebaikan-kebaikan Islam dan berusaha
menarik simpati masyarakat. Disini Nabi melancarkan jihad dakwah dan
melarang jihad perang karena hal tersebut bertolak belakang dengan perilaku
hikmah. Dan dalam dakwahnya Nabi e banyak melakukan
strategi mudaroh atau musalamah.
Ketika beliau hijrah ke Madinah, jumlah ummat Islam telah banyak dan
kuat, sementara permusuhan orang-orang kafir kepada Islam semakin hebat.
Maka Nabi SAW memerintahkan jihad perang disamping jihad dakwah.
Sungguh pada diri Rasulullah terdapat suri tauladan yang sangat baik bagi
kaum muslimin.
c. Ucapan Nabi SAW dalam berdakwah selalu sesuai dengan objek dakwah
Seruan Nabi SAW kepada kaumnya yang di dakwahi memiliki banyak
keistimewaan antara lain:
1. Nabi SAW berbicara dengan kaumnya dengan lisan dan bahasa mereka

2. Ucapan Nabi SAW sangat jelas, beliau memiliki kata, kalimat dan gaya
yang dapat dicerna oleh semua lapisan.
3. Untuk memahamkan satu ajaran beliau menggunakan seribu cara yang
dalam bahasa al-Qur`an disebut .
4. Khitab Nabi selalu didukung oleh argumentasi (dalil) dan alasan hukum
(talil) yang memuaskan sebagaimana yang diajarkan oleh Allah SWT
didalam al-Qur`an. Seperti dalam surat al-Nur ayat 58.
5. Ucapan Nabi selalu serius dan meyakinkan, menggugah emosi dan akal
secara serempak.
6. Ucapan beliau fokus dan konsisten dalam berfikir dan berucap, tidak
bingung dan membingungkan.

13
7. Ucapan beliau jauh dari bias yang membuat salah paham atau yang
menusuk perasaan madu, tetapi lembut, bijak dan obyektif sebagaimana
perintah Allah Ta'ala.

d. Mempermudah tidak mempersulit, memotivasi tidak membuat pesimis.


e. Mengajak kepada tawassuth (berbuat secukupnya & sekedarnya) dalam
segala hal.
(( ))
Allah memerintah tawassuth dan itidal dan mencela taqshir
(mempermudah) dan ghuluw (melebih - lebihkan).

Tawassuth dalam ibadah (dengan menggabungkan antara Ikhlash kepada


mabud dan mutabaah kepada rasul). Tawassuth mengenai para Nabi, ulama
dan wali, dalam sedekah dan infak, makan, minum, gerak, jalan dan suara dan
dalam segala hal.
f. Menerapkan prinsip tatsabbut dalam hal-hal yang dikhawatirkan buruk
akibatnya dan prinsip tasabuq dalam hal-hal yang dikhawatirkan
terlewatkan kesempatannya.
Allah SWT berfirman:

Dalam satu qiraat keduanya dibaca


Allah SWT mencela orang yang mudah menyebar isu:

14
Dan Allah memerintah bersegera dalam kebaikan:

g. Memperioritaskan kemashlahatan yang paling utama


Rasullulah SAW telah bersabda:
))
,

((

Yang paling afdhal shalat itu tepat pada waktunya tetapi demi mashlahat
persatuan maka beliau memerintahkan agar kita shalat bersama mereka.
h. Memilih satu diantara dua mashlahat yang paling utama serta satu
diantara dua mudharat yang paling ringan.
Dua kaidah ini banyak disinggung oleh ayat al-Quran, dan diantaranya
adalah mafhum mukhalafah (pemahaman kontras) dari firman Allah:

Jika nasihat itu akan mendatangkan bahaya besar maka meninggalkannya


adalah wajib.
i. Memanfaatkan setiap sarana (wasilah) yang mubah (diperbolehkan
dalam agama)
Syeikh Nashir al-Sadi berkata: . Diantara sifat pejuang agama
adalah tegar, berani, sabar dan berupaya dengan semua sarana yang bisa
menolong agama, dengan jiwanya, dengan hartanya, dengan suaranya, dengan
pangkat dan profesinya. Beliau juga berkata: Sampai orang mukmin
yang shadiq dalam iman dan marifatnya ada yang meniatkan tidur, istirahat
dan kelezatannya agar kuat melakukaan kebaikan, membina raga agar dapat
melakukan ibadah dan meningkatkan ketahanannya dalam kebaikan.

15
Syeikh Abdul Aziz Ibn Baz mengatakan: Adapun berhubungan
dengan para penguasa dan orang-orang yang memiliki kekuatan luas, mereka
terkena kewajiban yang lebih banyak lagi, mereka wajib menyampaikan
dakwah ini kepada seluruh penjuru dunia yang mungkin mereka jangkau,
dengan cara yang mungkin, dengan bahasa-bahasa yang digunakan oleh umat
manusia dan mereka wajib menyampaikan syariat Allah dengan bahasa-bahasa
itu. Hingga agama ini sampai kepada setiap orang dengan bahasa yang ia
fahami, dengan bahasa Arab atau lainnya. Sesungguhnya hal tersebut saat ini
sangat mungkin dilakukan, dengan sangat mudah, dengan cara-cara yang sudah
diterangkan diatas; melalui siaran radio, televisi, jurnalistik dan sarana-sarana
lain yang memungkinkan saat ini dan tidak mungkin dimasa lalu. Begitupula
wajib bagi para khatib
j. Teratur dan rapi dalam berdakwah.
Diantara sebab kemenangan yang diajarkan oleh Allah SWT adalah sabar
dan bagus dalam memenej (tadbir, tartib, tanzhim) semua gerak pasukan (QS.
Ali Imran: 121). Identifikasi kebutuhan, pembagian tugas, penempatan orang,
komando kontrol adalah lazim dilakukan oleh Nabi e. Sebagaimana beliau
menganalisa kekuatan, kelemahan, tantangan dan peluang serta mengambil
langkah-langkah antisipasi.

2.5 Sifat-sifat Nabi


Berikut ini adalah sifat-sifat rasulullah yang dapat diteladani ketika
berdakwah:
a. Jujur (ash-shidqu)

Nabi SAW bersabda: "Buatkanlah jaminan enam hal kepadaku tentang


dirimu, maka aku akan menjamin kamu masuk surga, yaitu: jujurlah jika kamu
berkata; tepatilah jika kamu berjanji; tunaikanlah jika kamu dipercaya;
peliharalah kehormatanmu, pejamkan matamu; dan jagalah kedua tanganmu."
Hadits ini mengandung makna jujur dalam perkataan yang di dalamnya
termasuk pula kalimat tauhid dan lainnya. Apabila seseorang telah bersaksi
bahwa tiada illah selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah maka ia harus

16
jujur terhadap dirinya maupun orang lain. Ia harus menyesuaikan apa yang
dikatakan olehnya dengan apa yang diperbuat.
b. Dapat Dipercaya ( Al-Amaanah )
Menunaikan apa yang dipercayakan kepadanya mengandung dua
pengertian, yaitu amanah antara dirinya dengan Allah dan amanah antara dirinya
dengan manusia. Menunaikan amanah Allah ditempuh dengan cara
melaksanakan semua perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Sedangkan
menunaikan amanah manusia ditempuh dengan cara menjaga apa yang
dipercayakan kepadanya.
c. Menyampaikan ( At-Tabligh )
Rasulullah selalu menyampaikan apa yang diwahyukan kepadanya kepada
umatnya. Tidak ada satu pun wahyu yang tidak disampaikan apalagi
disembunyikan. Karena takut kepada Allah, menjelang ajal beliau berkhotbah
pada haji Wada'. Beliau meminta kesaksian kepada umatnya, "Apakah aku sudah
menyampaikan?" Umatnya menjawab, "Shodaqta, qod balaghta (benar, engkau
telah menyampaikan)." Rasulullah berseru, "Wahai Tuhanku, persaksikanlah."
Sebagian kaum muslimin yang telah mengabdikan dirinya sebagai pengemban
dakwah hendaklah berusaha untuk menyampaikan ajaran-ajaran Islam dengan
benar, tidak disembunyikan, apalagi jika ada yang memintanya karena hukum
menyembunyikan ilmu jika diminta adalah dosa besar. Allah berfirman:
"Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan
jika tidak kau kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) engkau tidak
menyampaikan amanah-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia.
Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir."
(QS. Al Maidah : 67)
d. Cerdas (Al-Fathoonah)
Sudah kita ketahui bersama, meskipun Rasulullah adalah seorang nabi
yang ummi, beliau termasuk nabi yang sangat cerdas, baik cerdas dalam sisi
intelektualnya maupun cerdas dalam menyusun strategi dakwahnya sehingga
hanya dalan waktu 23 tahun beliau mampu menancapkan bendera Islam di
belahan dunia ini. Dalam berbagai riwayat disebutkan, bagaimana beliau

17
menyusun strategi perang, memotivasi kaum muslimin dan sebagainya.
Bagaimana beliau tetap bersikap sabar, kasih sayang, dan tidak pernah
memendam dendam terhadap kaum yang lain.
e. Kemaksuman ('Ismah )
Kemasukman ('Ismah ) adalah bebas dari kesalahan/dosa-dosa baik besar
maupun kecil. Rasulullah merupakan manusia maksum yang berarti bahwa
beliau terbebas dari kesalahan terutama dalam menyampaikan risalah Allah. Apa
yang diperbuat, dikatakan, dan didiamkan Rasul semata-mata adalah wahyu dari
Allah. Allah berfirman dalam Q.S. An-Najm: 3--4 : "Dan tiadalah yang
diucapkan itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain
hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)." Sifat 'ismah ini hanya dimiliki
Rasulullah. Para sahabat dan umat Islam pada umumnya tidak mungkin untuk
mencapai derajat ismah tersebut. Derajat yang mampu dicapai umat Islam adalah
derajat iffah. Untuk mencapai derajat tersebut manusia harus selalu berupaya
dengan melakukan kegiatan-kegiatan, di antaranya ( menurut kitab Al Adzkar )
adalah berpuasa sunnah dan qiyamullail.
f. Selamat dari Aib
Sebagai pengemban dakwah, dalam sikap dan tingkah laku hendaklah
berusaha untuk mengindarkan diri dari perbuatan yang dapat menimbulkan aib
apalagi fitnah. Misalnya menonton bioskop, pergi ke tempat-tempat maksiat.
Sekalipun kita dianjurkan untuk berhati-hati dalam berbuat, kita tidak
dibenarkan untuk ragu-ragu secara berlebihan dalam melaksanakan perbuatan
karena sikap ragu-ragu sudah merupakan tanda bahwa kita telah tergoda setan.
g. Ketika berdakwah rasulullah menyampaikkannya dengan kehati-hatian, sabar
dan. menggunakan bahasa yang mudah dipahami .Saat Rasulullah melakukan
amar maruf nahyi mungkar, beliau selalu memperhatikan akibat yang
ditimbulkan, jika sekiranya beliau beranggapan bahwa amar maruf nahyi
mungkar tersebut menimbulkan kemadharatan, maka beliau akan menahan diri
untuk tidak melakukannya terlebih dahulu. Beliau akan melakukannya dengan
menunggu waktu yang paling tepat, sehingga akan dapat diterima oleh orang
yang diberi nasehat.Namun jika amar maruf nahyi mungkara yang akan beliau

18
sampaikan dipandang tidak mengandung mudharat ,maka beliau akan segera
menyampaikannya.
h. Sifat tegas merupakan cara Rasul dalam merespon sebuah kemungkaran. Jika
suatu kemungkaran dipandang masih bisa disampaikan dengan cara lemah-
lembut dan simpatik, maka beliau akan menempuh cara tersebut, akan tetapi jika
setelah diperhitungkan kondisinya membutuhkan ketegasan,maka beliau akan
menempuhnya.Bahkan beliau juga akan menunjukkan roman muka merah
karena marah untuk menekan pelaku kemungkaran supaya kembali ke jalan yang
benar.Contoh lain yang mencermikan sifat tegas rasulullah adalah ketika rasul
menegur praktek dagang yang menipu.Rasulullah tak segan-segan memukul
orang yang melanggar syariat serta menyita harta sebagai hukuman bagi
pelanggar syariat dalam transaksi perdagangan. Pelanggaraan syariat itu seperti
jual beli barang haram (haram dimakan, diminum), jual beli yang mengandung
unsur riba. Rasulullah saw jika melewati seorang pedagang, maka beliau selalu
memeriksa barang dagangannya. Jika beliau melihat ada unsur penipuan yang
merugikan pembeli, beliau akan langsung menegur dan memberinya nasihat.
Bukan hanya itu, Rasulullah juga menunjukkan bagaimana cara dagang yang
benar.
i. Sifat yang lemah lembut yaitu dalam merespon sebuah kejadian (tindakan
kesalahan), beliau tidak pernah bersikap kasar ataupun mencaci maki seseorang
yang berbuat salah. Namun sebaliknya, beliau sangat lapang dada dan selalu
memberikan kesempatan untuk memperbaiki diri. Kalaupun beliau harus
mengungkapkan rasa kesalnya terhadap sebuah kesalahan, maka beliau tidak
langsung menunjuk hidung si pelaku.
Dari sifat-sifat diperoleh beberapa hikmah dalam dalam dakwahnya
rasulullah, yaitu arahan secara bijaksana dengan melihat situasi dan kondisi
bertahap dalam menyamoaikan pesan ,mengambil yang paling ringan madharatnya,
dan mengambil yang paling tinggi kemaslhatannya diantara dua maslahat.Selain itu
nilai konsistensi dan nilai keteladanan menjadi hikmah yang diteladani dari sifat
rasulullah. Maksud dari nilai konsistensi adalah bahwa Nabi saw selalu istiqomah,
tetap pada pendirian, tanpa mengenal putus asa untuk terus berdakwah kendatipun

19
berbagai tantangan, godaan, bujukan sampai kepada teror yang sering ia peroleh,
bahwa Nabi saw konsekuen dengan apa yang diucapkan tanpa harus menarik
kembali apa yang didakwahkannya, karena memandang dirinya belum
mampu/enggan mempraktekkannya. Adanya kesesuaian antara apa yang beliau
ucapkan dengan apa yang beliau perbuat, demikian pula sebaliknya apa yang beliau
perbuat itulah yang beliau katakan. Rasulullah saw memang sangat terkenal dengan
sifat dan akhlaknya yang agung. Dikalangan kafir Quraisy sendiri mengakui akan
kejujuran beliau, sampai diberi gelar al-Amin (jujur). Allah swt juga menegaskan
dalam al-Quran akan kebagusan perangai beliau, artinya: Dan Sesungguhnya
kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (QS. Al-Qalam: 4). Itulah beberapa
sifat yang dimiliki rasulullah ketika berdakwah dan ini bisa diimplementasikan
dalam metode dakwah di kampus.

2.6 Tujuan Dakwah


Tujuan dakwah Qurani antara lain sebagai berikut:
1. Mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya yang terang benderang
2. Menegakkan fitrah insaniyah
3. Memotivasi untuk beriman
4. Memotivasi untuk beribadah
5. Memenangkan ilham takwa atas ilham fujr
6. Mendorong orang menjadi Muslim seutuhnya
7. Mendorong pencapaian takwa
Tujuan Dakwah Kampus :
a. Mempertebal dan memperkokoh keimanan warga kampus, terutama para
mahasiswa, sehingga mereka tidak tergoyahkan oleh pengaruh-pengaruh
negatif dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan faham-faham
yang membayakan kehidupan kampus (sektarianisme ekstrim).
b. Mengajak dan mendorong para mahasiswa Muslim untuk meningkatkan
pengetahuan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan mereka atas
ajaran Islam, sehingga diharapkan akan tumbuh generasi muda Muslim
yang tangguh secara ilntelektual dan spiritual.

20
c. Mengajak para mahasiswa untuk bersama-sama menciptakan suasana dan
tata kehidupan kampus yang Islami, yang di dalamnya mencerminkan
perikehidupan yang diliputi oleh akhlak karimah (mulia), baik dalam etika
berpakaian maupun pergaulan.

2.7 Problematika Dakwah Kampus dan Solusinya


Kampus merupakan dunia mahasiswa yang mempunyai peran yang sangat
penting untuk negara ini kelak. Maka diperlukannya sekumpulan mahasiswa yang
membentuk organisasi yang bergerak dalam bidang dakwah islam yang
diharapkannya untuk menjadikan mahasiswa-mahasiswa yang berpegang teguh
dengan Al-Quran dan yang diluar islam agar merasakan keindahan islam,
rahmatan lil alamin.
Keberjalanan dakwah kampus tentu tidak mudah. Problema-problema yang
terjadi seiring dengan jalannya dakwah kampus, problem internal dan eksternal.
Banyak juga yang menilai dakwah kampus tidak cocok dengan era sekarang ini,
memandang sebelah mata bahwa dakwah hanya bisa dilakukan dalam masjid saja.
Identifikasi problematika dakwah kampus :
a. Ghozwul Fikri
Penyerangan dengan berbagai cara terhadap pemikiran umat islam guna
merubah apa yang ada di dalamnya sehingga tidak lagi bisa mengeluarkan
darinya hal-hal yang benar karena telah bercampur aduk dengan hal-hal yang
tidak islami. Dalam arti luas Ghazwul Fikri adalah cara atau bentuk penyerangan
yang senjatanya berupa pikiran, tulisan, ide-ide, teori, argumentasi, dan
propaganda.
b. Sarana dan prasarana
Sarana dan Prasarana kurang atau terbatas dalam menjunjung tinggi
aktivitas dakwah kampus Kurangnya fasilitas yang mendukung. Kurang
memadainya fasilitas yang mendukung dalam pelaksanaan dakwah kampus
merupakan salah satu faktor penghambat. Dalam kenyataannyakita sering kali
kesulitan mencari tempat untuk melakukan dakwah, adapun masjid yang ada
masih kurang bisa memenuhi kebutuhan dikarenakan masjid di kampus
merupakan tempat umum yang tidak bisa digunakan secara leluasa.

21
Kalaupuningin meminjam ruangan di kampus, perlu melalui birokrasi yang
cukup lama dan perlu membayar sejumlah uang untuk penjaga ruang.
c. Sosiokultural-budaya
Sebagaimana diketahui adanya sikap hidup pragmatisme, materialisme,
naturalisme, hedonisme, ataupun keterasingan dosen dengan mahasiswa dan
masyarakat, dll
d. Komunikasi
Terbatas sarananya ataupun kemampuan komunikasi secara efektif kurang
dimiliki oleh para aktivis. Tentang adanya majelis dakwah di kampus. Adapun
mading yang disediakan,nyatanya masih kurang efektif dalam menyebarkan
informasi tentang dakwah karena sikap masyarakat kampus sendiri yangkurang
tertarik untuk membaca mading yang sudah dibuat,kemampuan komunikasi
secara efektif kurang dimiliki oleh para aktivis. Tidak hanya itu, publikasi juga
dilakukan melaluivia SMS, namun tidak seluruh komponen masyarakat kampus
dapat dijangkau
e. Sumber dana yang kurang tatkala menyelenggarakan program-program dakwah.
Dana turut mempengaruhi dalam pelaksanaan dakwah. Dana diperlukan untuk
mengajak masyarakat kampus mengikuti majelis dakwah, salah satunya
diperlukan untuk menghidangkan konsumsi kepada masyarakat kampus
sehingga membuat mereka nyaman saat mengikuti dakwah. Meskipun hanya
segelas air kita tetap membutuhkan dana untuk membelinya. Selain itu
menyediakan dana untuk menyewa ruangan untuk mengadakan dakwah.
f. Penyelenggaraan pendidikan yang melanggar akhlaq/adab Islam
Dapat diambil contoh yaitu suasana ikhtilat yang terjadi di semua sudut kegiatan
masyarakat kampus.
g. Sifat apatis masyarakat kampus.
Faktor yang paling sulit diatasi selama ini adalah mengubah paradigma
masyarakat kampus yang apatis terhadap aktivitas dakwah. Beberapa dari
mereka menganggap dakwah hanyalah hal yang tidak berguna dan
membosankan. Hal ini membuat mereka malas mengikuti dakwah.
2.7.1 Solusi Permasalahan Dakwah Kampus

22
1. Kader dalam dakwah. Kader dalam dakwah kampus harus mampu
memposisikan dirinya pada sistem dan mampu memberdayakan
atau berkontribusi secara total dalam bersosialisasi di dalamnya, baik dal
am lingkup studinya, tempat tinggal, maupun Unit Kegiatan Mahasiswa
yang lain.
2. Tantangan untuk menjaga kualitas hasil dan proses para aktivisdakwah di
dalamnya, baik dalam hal perkuliahan maupundalam aktifitas organisasi
dan berdakwah.
3. Menjadi Pembentukan dan pencetakan SDM yang memilikikemampuan
atau kompetensi diniyah, fikriyah, maupunharakiyah yang baik bagi para
kadernya.
4. Pengadaan kesekretariatan untuk mempermudah jalannyakegiatan
dakwah yang bisa digunakan kapan saja dan melalui birokrasi yang
panjang Selain itu dapat menghemat biaya yang biasa digunkan untuk
meminjam ruangan. Adanya kesekretariatan ini juga bisa digunakan untuk
menyimpan investaris dan membuat perpustakaan mini tentang islam yang
terbuka untuk siapa saja.
5. Memperluas jaringan publikasi, antara lain dengan cara;menyebarkan
selebaran pengumuman atau poster tentangadanya majelis dakwah. Selain
itu bisa melalui SMS gatewayyakni suatu program dimana bisa
menyebarkan SMS keseluruhmasyarakat kampus dengan sekali enter,
namun sebelumnyaharus menghimpun nomer handphone yang
dibutuhkan.
6. Pendekatan personal dan intensif ke seluruh pihak-pihak yang apatis
karena halini dinilai paling efektif dalam mengubah paradikma seseorang.
Meskipun perlu waktu yang lama dantidak bisa menyeluruh secara
bersamaan, karena memang mengubah paradikma seseorang tidak bisa
dalam waktu yang singkat. Selain itu kita harus memberi tauladan yang
baiksebagai muslim, agar orang ingin kita ajak mengikuti dakwah tidak
ragu.

23
7. Melakukan wirausaha dan penggalangan dana untukmenyediakan dana
secara terus menerus. Wirausaha dapat dilakukan oleh setiap perkumpulan
islam yang ada, sedangkanuntuk penggalangan dana dapat disebarkan
melalui kotak amal yang diletakkan di masjid.

24
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
a. Dakwah kampus merupakan implementasi dakwah di lingkungan kampus yang
bertujuan untuk mengajak atau menyeru civitas akademika untuk senantiasa
kembali kepada islam dengan memanfaatkan sarana formal dan informal dalam
kampus. Sesuai dengan perintah Allah dalam QS. An-Nahl:125 yang menyeru
manusia untuk saling memberi nasehat dan mengajak kepada jalan Allah.
b. Pedoman dakwah haruslah bersumber pada Al-Quran dan Sunnah Nabi agar
sesuai dengan ajaran agama dan tidak menimbulkan fitnah. Hal tersebut dapat
dilakukan dengan memulai dan memfokuskan materi tauhid, berdakwah sesuai
dengan objek dakwah, menyampaikan dengan cara yang mudah dimengerti dan
tidak mempersulit, mengajak kepada tasawwuh, menerapkan prinsip tatsabbut
dan tasabuq, dsb. Selain itu, hendaknya dalam berdakwah selalu mengikuti sifat-
sifat Rasulullah sebagai tauladan ummat islam.
c. Dalam pelaksanaannya ada beberapa kendala dan hambatan yang kemudian
menjadi problematika dakwah kampus. Problem-problem ini dapat disebabkan
karena faktor internal dan eksternal, seperti kondisi lingkungan yang tidak
mendukung, ghozwul fikri, faktor sosial-budaya, komunikasi yang kurang
efektif, dana, sikap apatis, dsb yang membutuhkan penanganan khusus dalam
penyelesaiaannya. Oleh karena itu menjadi seorang pendakwah haruslah dapat
meposisikan dirinya dalam berbagai elemen agar dapat merangkul semua
golongan masyarakat, khususnya dilingkungan kampus.

25
DAFTAR PUSTAKA

Drs. Samsul Munir Amin, M. (2009). Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah.

Majalah As-Sunnah Edisi 03/Tahun VI/1423H/2002M Diterbitkan Yayasan


Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo Purwodadi Km.8 Selokaton
Gondangrejo Solo 57183

Nugroho, Garin. Seni Merayu Massa. Jakarta: buku kompas, 2005.


Osolihin. Asyiknya Jadi Pengemban Dakwah . http : / / osolihin. Wordpress .
com / 2007 / 05 / 14/asyiknya-jadi-pengemban dakwah/ Mei 14th,
2007.
Rosada, A., Pratama, C., Noer, D. L., Perdana, G. A., Nurhakim, M. L., Hayati, N.,
. . . Ikawati, V. (2007). Risalah Manajemen Dakwah Kampus. Bandung:
GAMAIS PRESS.
Rubiyanah MA dan Ade Masturi, M. (2010). Pengantar Ilmu Dakwah. Ciputat:
Lembaga Penelitian UIN.
Yusnadi MSi & Ahmad Sabban Rajagukguk, S.Sos.I 10 Jun 05 09:58 WIB Menata
Dakwah Yang Holistik Dalam Menjawab Problematika Umat WASPADA
Online.
https://itha911.wordpress.com/kumpulan-makalah-2/ilmu-dakwah-bentuk-bentuk-
dakwah/

https://www.satujam.com/dakwah-islam/

https://almanhaj.or.id/2933-manhaj-para-rasul-dalam-berdakwah-kepada-
allah.html

http://muslimahpejuang.wordpress.com/2011/01/10/dakwah-kampus-
probrematika-dan-solusinya/
http://walkintomylife-eyan.blogspot.co.id/2012/11/jenis-jenis-dakwah.html

http://www.risalahislam.com/2015/07/pengertian-dakwah-arti-kata-istilah-
dan.html

26
http://www.aldakwah.org/index.php/ct-menu-item-3/ct-menu-item-5/31-metode-
rasul-dalam-berdakwah.

27

You might also like