Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
A. Embriologi payudara
Payudara mulai tumbuh sejak mingu keenam masa embrio berupa penebalan
ectodermal di sepanjang garis yang terbentang dari aksila sampai region inguinal.
Setelah lahir, terjadi penurunan kadar estrogen yang merangsang hipofisis untuk
memproduksi prolatin. Prolaktin inilah yang menimbulkan perubahan pada
payudara.1
B. Anatomi Payudara
Payudara merupakan kelenjar aksesoris kulit yang terletak pada iga dua
sampai iga enam, dari pinggir lateral sternum sampai linea aksilaris media.
Kelenjar ini dimiliki oleh pria dan wanita. Dua pertiga bagian atas mammae
terletak dia atas otot pektoralis mayor, sedangkan sepertiga bawahnya terletak di
atas otot serratus anterior, otot oblikus eksternus abdominis, dan otot rektus
abdominis. Namun, pada masa pubertas, payudara wanita lambat laun akan
membesar hingga membentuk setengah lingkaran, sedangkan pada pria tidak.
Pembesaran ini terutama terjadi akibat penimbunan lemak dan dipengaruhi oleh
hormon-hormon ovarium.2
Payudara terdiri atas dua jenis jaringan, yaitu jaringan glandular (kelenjar)
dan jaringan stromal (penopang). Jaringan kelenjar meliputi kelenjar susu (lobus)
dan salurannya (ductus). Sedangkan jaringan penopang meliputi jaringan lemak
dan jaringan ikat. Selain itu, payudara juga memiliki aliran limfe. Aliran limfe
payudara sering dikaitkan dengan timbulnya kanker maupun penyebaran
(metastase) kanker payudara.2
Setiap payudara terdiri atas 15-20 lobus yang tersusun radier dan berpusat
pada papilla mammae, masing-masing mepunyai saluran bernama duktus
laktiferus. Diantara lobules terdapat jaringan ikat yang disebut ligamentum
Cooper yang memberi kerangka untuk payudara. Saluran utama tiap lobus
memiliki ampulla yang membesar tepat sebelum ujungnya yang bermuara ke
papilla. Tiap papilla dikelilingi oleh daerah kulit yang berwarna lebih gelap yang
disebut areola mammae. Pada areola mammae, terdapat tonjolan-tonjolan halus
yang merupakan tonjolan dari kelenjar areola di bawahnya.2
Gambar. Anatomi mammae
Menurut Hoskins et al (2005) Untuk mempermudah menyatakan letak suatu
kelainan, payudara dibagi menjadi lima regio, yaitu: (1) Kuadran atas bagian
medial (inner upper quadrant), (2) Kuadran atas bagian lateral (outer upper
quadrant), (3) Kuadran bawah bagian medial (inner lower quadrant), (4) Kuadran
bawah bagian lateral (outer lower quadrant) dan (5) Regio puting susu (nipple).
3. Faktor resiko
Terdapat berbagai faktor yang diperkirakan meningkatkan risiko kanker
payudara, antara lain faktor usia, genetik dan familial, hormonal, gaya hidup,
lingkungan, dan adanya riwayat tumor jinak.5
a) Usia
Insiden kanker payudara semakin meningkat seiring bertambahnya umur
seorang wanita. Satu dari delapan keganasan payudara invasive ditemukan pada
wanita berusia di bawah 45 tahun. Dua dari tiga keganasan payudara invasive
ditemukan pada wanita berusia 55 tahun. Pada perempuan, besarnya insidens ini
akan berlipat ganda setiap 10 taun, tetapi kemudian akan menurun drastic setelah
masa menopause. Angka kejadian kanker payudara rata-rata pada wanita usia 45
tahun ke atas. Kanker jarang timbul sebelum menopause, adapun pada usia
sebelum 35 tahun, yang paling sering menyebabkan benjolan pada payudara
adalah fibroadenoma dan penyakit fibrokistik. Kanker dapat didiagnosis pada
wanita premenopause atau sebelum usia 35 tahun, tetapi kankernya cenderung
lebih agresif, derajat tumor yang lebih tinggi, dan stadiumnya lebih lanjut,
sehingga survival rates-nya lebih rendah.5
5. Klasifikasi
Benjolan pada payudara yang merupakan suatu keganasan biasanya akan
memberikan gambaran klinis yang lebih buruk. Terdapat beberapa jenis kanker
payudara:
Non Invasive Mixed Connective and
Invasive Ephitelial Cancer
Ephitelial Cancer Epithelial Tumor
- Lobular Carcinoma - Invasive Lobular - Phyllodes tumor
In Situ (LCIS) Carcinoma (10%-15%) benign and
- Ductal Carcinoma - Invasive Ductal malignant
In Situ (DCIS) Carcinoma - Carcinosarcoma
- Tipe papillar, - NOS (50%-70%) - Angiocarcinoma
cribriform, solid - Tubular carcinoma
dan comedo. (2%-3%)
- Mucinous/colloid
carcinoma (2%-3%)
- Medullary
carcinoma (5%)
- Invasive cribriform
carcinoma (1%-3%)
- Invasive papillary
carcinoma (1%-2%)
- Adenoid cystic
carcinoma (1%)
- Metaplastic
carcinoma (1%)
Karsinoma mammae noninvasif secara luas dibagi menjadi dua jenis utama:
LCIS dan DCIS (atau karsinoma intraductal). LCIS, pernah dianggap sebagai lesi
ganas, kini dianggap lebih sebagai faktor risiko perkembangan kanker mammae.
Dinamakan LCIS jika terjadi pada lobulus diperluas sampai asini dan isinya.
DCIS adalah lesi lebih heterogen, dan dibagi menjadi empat kategori luas: papiler,
cribriform, solid (padat), dan comedo. DCIS dianggap sebagai ruang yang
dikelilingi oleh membran yang dipenuhi dengan sel ganas dan berlapis yang terdiri
dari sel-sel myoepithelial walaupun masih ada kemungkin normal. Empat kategori
morfologi adalah prototipe dari lesi murni, namun pada kenyataannya tipe tersebut
menyatu satu sama lain. Tipe papillary dan cribriform dapat berubah menjadi
kanker invasif dalam waktu yang lama dan stadium yang lebih rendah. Berbeda
dengan tipe solid dan comedo, lesi umumnya dengan cepat dapat berubah menjadi
lesi invasive dengan stadium yang tinggi.
Karsinoma mammae invasif disebabkan oleh infiltrasi sel ke sejumlah
stroma, atau dengan pembentukan lembaran sel yang terus-menerus dan monoton
sehingga menghilangkan fungsi utama kelenjar mammae. Kanker mammae
invasif dibagi secara histologi menjadi kanker lobular dan duktal. Perbedaan
kedua jenis kanker dapat dilihat memalui mamogram, kanker lobular cenderung
menyerang payudara tunggal dan secara klinis tidak terlihat adanya massa sampai
stadium lanjut. Kanker duktal cenderung tumbuh sebagai massa yang lebih
koheren, membentuk kelainan diskrit pada mammogram dan muncul lebih awal
seperti benjolan pada payudara.8
a) Infiltrating ductal carcinoma (IDC)6
1) Kanker payudara invasive yang banyak ditemukan (80% kasus).
2) Banyak ditemukan pada wanita perimenopause dan postmenopause.
3) Sel duktus menginvasi stroma dalam bentuk histologik yang
bermacam-macam menggambarkan scirrhous, medullary, comedo,
colloid, papillary, atau tubular.
4) Penyebarannya ke aksila, tulang, paru-paru, hepar, otak.
b) Infiltrating lobular carcinoma (ILC)6
1) Kanker payudara invasive terbanyak kedua (10% kasus).
2) Berasal dari sel-sel duktus terminal dan seperti LCIS memiliki
kemungkinan besar menjadi bilateral.
3) Penebalan pada payudara.
4) Penyebarannya ke aksila, meninges, dan permukaan serosa.
c) Pagets disease6
1) Kejadiannya 2 % dari seluruh kanker payudara invasive.
2) Tanda dan gejala : nyeri, gatal pada puting dengan atau tanpa
discharge darah, dengan atau tanpa teraba masa pada subareolar.
3) Penatalaksanaan : biasanya membutuhkan radikal mastektomi.
d) Inflammatory carcinoma6
1) 2-3% dari seluruh kejadian kanker payudara invasive.
2) Kanker payudara yang mematikan.
3) Invasi vaskular dan limfatik dapat terlihat pada evaluasi patologi.
4) Tanda dan gejala : eritema, peau dorange, dan retraksi puting.
5) Penatalaksanaan : terdiri dari chemoteraphy diikuti dengan
pembedahan dan atau radiasi, bergantung pada respon dari
chemoteraphy.
7. Diagnosis
Semua benjolan di payudara harus diuji dengan triple test yang terdiri dari
pemeriksaan fisik, mamografi, dan biopsi.
a) Anamnesis
Pemeriksa menentukan usia pasien dan tanyakan riwayat reproduksi,
termasuk usia saat menarche, ketidakteraturan menstruasi, dan usia saat
menopause. Tanyakan apakah pernah operasi payudara sebelumnya, khususnya
biopsi payudara dan apa saja temuan patologisnya. Tanyakan apakah pernah
histerektomi. Tanya tentang riwayat kehamilan dan menyusui. Riwayat
penggunaan kontrasepsi oral dan HRT pada menopause. Tanyakan riwayat kanker
khususnya kanker mammae di keluarga.8
Tanyakan tentang keluhan yang dirasakan pasien terutama pada bagian
payudara, apakah ada nyeri payudara, keluar cairan dari puting, dan ada atau
tidaknya massa di payudara. Jika ada massa berapa lama massa itu hadir, apa yang
telah terjadi sejak penemuannya, dan apakah ada perubahan dengan siklus haid.
Jika mengarah pada kanker, lakukan penyelidikan tentang gejala konstitusional
seperti nyeri tulang, penurunan berat badan dan perubahan pernapasan.8
b) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan dimulai dengan pasien dalam posisi duduk tegak dengan
inspeksi untuk melihat adanya massa, asimetris, dan perubahan kulit. Puting susu
diperiksa, apakah ada retraksi atau tidak, keluar cairan atau tidak, cairan berwarna
apa dan perhatikan apakah ada retrasi payudara, perubahan warna payudara
menjadi kemerahan, massa pada axilla dan ketidaknyamanan otot sekitar
payudara.8
Penggunaan pencahayaan yang tepat secara tidak langsung dapat
mengobservasi adanya dimpling halus dari kulit atau puting disebabkan oleh
neoplasma menarik ligamen Cooper. Manuver sederhana seperti peregangan
lengan ke atas kepala atau menegangkan otot pectoralis dapat menilai
kesimetrisan payudara dan dimpling.8
Edema kulit, sering disertai dengan eritema, menghasilkan tanda klinis
dikenal sebagai peau d'orange. Hati-hati jika ada peradangan dapat keliru dengan
mastitis akut. Perubahan inflamasi dan edema pada kanker disebabkan karena
obstruksi saluran limfatik subkutis oleh emboli sel karsinoma. Kadang-kadang,
tumor besar dapat menghasilkan obstruksi saluran getah bening yang
mengakibatkan edema kulit diatasnya (nodul satelit).8
Sementara pasien masih dalam posisi duduk, pemeriksa mengangkat lengan
pasien dan palpasi ketiak untuk mendeteksi adanya pembesaran kelenjar getah
bening axilla. Ruang supraklavikula dan infraklavikularis sama-sama diraba untuk
mengetahui adanya pembesaran kelenjar limfe. Massa dideskripsikan sesuai
dengan ukuran, bentuk, konsistensi, mobile atau terfiksir, nyeri atau tidak dan
lokasi.8
c) Pemeriksaan Penunjang
1) Mamografi
Mamografi sedapat mungkin dilakukan sebagai alat bantu diagnostik
utama, terutama pada usia di atas 30 tahun. Walaupun mamografi
sebelumnya normal, jika terdapat keluhan baru, maka harus dimamografi
ulang. Mammografi dapat mengambarkan keadaan payudara dalam 2 posisi,
craniocaudal (CC) dan mediolateral oblique (MLO). Posisi MLO
merupakan posisi terbaik untuk menggambarkan kondisi jaringan mammae
bagian kuadran atas dan axillary tail of spence. Sedangkan CC memberikan
gambaran yang baik untuk kondisi jaringan mammae dari aspek medial.
Selain itu, mamografi juga digunakan sebagai guide untuk prosedur
pemeriksaan lain seperti FNA.1
Pada mamografi, lesi yang mencurigakan ganas menunjukkan salah
satu atau beberapa gambaran sebagai berikut: lesi asimetris, kalsifikasi
pleomorfik, tepi ireguler atau berspikula, atau terdapat peningkatan densitas
dibandingkan sekitarnya. Gambaran kalsifikasi disekitar lesi atau massa
mengindikasikan adanya kanker mammae pada massa yang tidak dapat
teraba dan mikrokalsifikasi merupakan satu-satunya gambaran kanker
mammae pada wanita muda.1
Pada salah satu penelitian terhadap 41.427 penderita, sensitivitasnya
mencapai 82,3% dengan spesifisitas 91,2%. Walaupun demikian, bila
hasilnya negatif, harus tetap dilakukan pemeriksaan lanjutan.3,5
2) Ultrasonografi
Ultrasonografi merupakan pemeriksaan penunjang kedua yang paling
sering digunakan. USG sangat berguna untuk membedakan lesi solid dan
kistik setelah ditemukan kelainan pada mamografi. Pemeriksaan ini juga
dapat digunakan pada kondisi klinis tertentu, misalnya pada wanita hamil
yang mengeluh ada benjolan di payudara sedangkan hasil mamografinya
tidak jelas walaupun sudah diulang. Selain itu ultrasonografi juga dapat
digunakan untuk panduan saat biopsi jarum atau core biopsy3,5 Pada USG
kista mammae digambarkan dengan batas halus dengan gambaran echoic.
Massa benigna digambarkan dengan kontur halus, berbentuk lingkaran atau
oval, echoic dan batas jelas. Kanker mammae digambarkan sebagai massa
dengan dinding yang irregular dan batas halus tetapi tidak bisa mendeteksi
massa < 1 cm. Usg juga digunakan sebagai guide FNA.1
Hasil pemeriksaan USG maupun mamografi dapat diklasifikasikan
menurut panduan The American College of Radiology yang dikenal sebagai
ACR-BIRADS, sebagai berikut:3,5
Kategori 0: Harus dilakukan mamografi untuk menentukan
diagnosis
Kategori 1: Negatif atau tidak ditemukan lesi
Kategori 2: Jinak. Biasanya kista simpleks. Ulang USG 1 tahun lagi
Kategori 3: Kemungkinan jinak. Sering ditemukan pada FAM.
Ulang USG 3-6 bulan.
Kategori 4: Curiga abnormal. Harus dibiopsi.
Kategori 5: Sangat curiga ganas. Dikelola sesuai panduan kanker
payudara dini.
Kategori 6: Kanker. Hasil biopsi memang benar keganasan
payudara, dikelola sebagai kanker payudara dini.
3) Biopsi
Biopsi tidak dilakukan terhadap semua kasus benjolan payudara.5
adapun macam-macam biopsi antra lain :
a) Fine-Needle Aspirasi6
Angka kesakitan rendah.
Murah.
Hanya 1-2 % rata-rata positif palsu.
Negatif palsu sampai 10 %.
Membutuhkan ahli patologis yang memiliki keahlian.
Aspirasi jarum halus (FNA) telah menjadi bagian rutin dari
diagnosis fisik massa payudara. Hal ini dapat dilakukan dengan jarum
22-gauge. Kegunaan utama FNA ialah dapat membedakan massa yang
solid dari massa kistik, dan dapat dilakukan setiap kali massa ditemukan
pada payudara. FNA akan ditunda jika mamografi atau hasil evaluasi
radiografi lain membingungkan. Dengan menggunakan FNA dalam
pemeriksaan rutin payudara, biopsi terbuka dapat dihindari kecuali jika
dibutuhkan pemeriksaan penunjang yang lain. Karsinoma tidak akan
terdeteksi jika biopsi bedah dilakukan ketika (1) aspirasi jarum tidak
menghasilkan cairan kista dan massa padat yang dapat didiagnosis, (2)
cairan kista yang dihasilkan kental dan bercampur darah, dan (3) cairan
dapat dihasilkan tetapi massa tidak terlihat.8
Sensitivitas FNA untuk menentukan kanker mammae 90-99% dan
spesifitasnya 98%.7
b) Biopsy Ultrasound
Teknik ini dilakukan oleh ahli bedah sebagai alternatif
dilakukannya biopsy terbuka, tetapi penggunannya masih sangat jarang.7
c) Biopsy Terbuka (Eksisi)
Setelah dilakukannya biopsi terbuka maka specimen harus segera
dikiri ke laboratorium untik pemeriksan histologi.7
4) MRI
MRI mendeteksi adanya kanker mammae sama seperti mamografi.
Karena itu jika dalam pemeriksaan fisik dan mamografi tidak terlihat adanya
kanker, maka saat dilakukan pemeriksaan MRI kemungkinan ditemukan
adanya kanker pun sangat rendah. Biasanya MRI digunakan untuk
screening pada wanita muda yang mempunyai riwayat genetik kanker
mammae dan evaluasi dengan mamografi terbatas disebabkan peningkatan
densitas jaringan mammae, pada wanita yang baru saja didiagnosis kanker
mammae dan pada wanita yang punya riwayat kanker mammae
kontralateral.1
5) Duktografi
Indikasi utama untuk duktografi adalah keluarnya cairan dari puting
termasuk jika mengandung darah. Sebelumnya kontras disuntikan ke salah
satu atau lebih duktus kelenjar mammae kemudian lakukan mammografi
dengan posisi supinasi. Kanker akan terlihat sebagai massa irregular atau
multipel filling defect intraluminal.1
10. Prognosis
Stadium klinis dari kanker payudara merupakan indikator terbaik untuk
menentukan prognosis penyakit ini. Angka kelangsungan hidup 5 tahun pada
penderita kanker payudara yang telah menjalani pengobatan yang sesuai
mendekati:
1. 95% untuk stadium 0
2. 88% untuk stadium I
3. 66% untuk stadium II
4. 36% untuk stadium III
5. 7% untuk stadium IV