You are on page 1of 8

HUBUNGAN USIA DEMENSIA DAN KEMAMPUAN

FUNGSIONAL PADA LANSIA

Sri Suwarni, Setiawan, M. Mudadsir Syatibi


Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Fisioterapi

Abstract: Age, Dementia, Functional Ability, The Elderly. Increased life expectancy
figures and the high cost of care for the elderly with dementia was associated with
decreased functional ability to know how dependent elderly people in their daily
activities. To determine the relationship of age, dementia and functional ability in the
elderly. The study design was a descriptive study with observational analytic method
with cross sectional study, done in parlors Wredha Dharma Bhakti Surakarta with 32
elderly subjects who met the inclusion criteria, age range 61-85 years. Dementia is
measured using the Mini Mental State Examination (MMSE) and functional ability with
Groningen Activity Restriction Scale (GARS). The results of statistical tests test the
relationship (1) between age and dementia, p = 0.099 and r = - 0.297, meaning no
meaningful relationship, negative and weak between the two variables. (2) between age
and functional abilities, p = 0.000 and r = 0.699, which means that there is a
meaningful relationship, positive and strong between the two variables. (3) between
dementia with functional ability, p = 0.002 and r = - 0.535, meaning that there is a
meaningful relationship, negative and strong between the two variables. there is no
relationship of age on dementia but there is a strong relationship between age and
functional ability and dementia of the functional ability of the elderly. Mean age was
not linear with the increase in the incidence of dementia, but age and dementia are the
root causes deterioration of functional ability in the elderly. Physiotherapy with various
modalities that exist, can play a role to help maintain the functional capability of the
elderly so that the slogan of healthy aging can be realized.

Keywords: Age, Dementia, Functional Ability, The Elderly.

Abstrak : Usia, Demensia, Kemampuan Fungsional, Lansia. Peningkatan angka usia


harapan hidup dan tingginya biaya perawatan lansia dengan demensia dihubungkan
dengan penurunan kemampuan fungsional untuk mengetahui seberapa besar
ketergantungan lansia dalam aktivitas kesehariannya. Untuk mengetahui hubungan usia,
demensia dan kemampuan fungsional pada lansia. Rancangan penelitian ini adalah
penelitian deskriptif dengan metode obsevasional analitik dengan pendekatan cross
sectional study, dilakukan di panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta dengan subyek 32
orang lansia yang memenuhi kriteria inklusi, rentang usia 61 85 tahun. Demensia
diukur menggunakan Mini Mental State Examination (MMSE) dan kemampuan
fungsional dengan Groningen Activity Restriction Scale (GARS). Hasil uji statistik uji
hubungan (1) antara usia dan demensia, p = 0,099, dan r = - 0,297, berarti tidak ada
hubungan yang bermakna, negatif dan lemah diantara kedua variabel. (2) antara usia
dan kemampuan fungsional, p = 0,000 dan r = 0,699, yang berarti ada hubungan yang
bermakna, positif dan kuat diantara kedua variabel. (3) antara demensia dengan

34
Sri Suwarni, Hubungan Usia Demensia Dan Kemampuan 35

kemampuan fungsional, p = 0,002, dan r = - 0,535, artinya ada hubungan yang


bermakna, negatif dan kuat diantara kedua variabel. Tidak terdapat hubungan usia
terhadap demensia tetapi terdapat hubungan yang kuat antara usia dengan kemampuan
fungsional dan demensia terhadap kemampuan fungsional lansia. Berarti bertambahnya
usia tidak linier dengan bertambahnya angka kejadian demensia, namun usia dan
demensia merupakan faktor penyebab terjadinya kemunduran kemampuan fungsional
pada lansia. Fisioterapi dengan berbagai modalitas yang ada, bisa berperan untuk
membantu memelihara kemampuan fungsional pada lansia sehingga slogan healthy
aging bisa terwujud.

Kata Kunci: Usia, Demensia, Kemampuan Fungsional, Lansia.

PENDAHULUAN penderita demensia di dunia diperkirakan


Kelompok lanjut usia (lansia) akan 65,7 juta orang pada 2030 dan
dipandang sebagai kelompok masyarakat 115.400.000 pada tahun 2050, dan lebih
yang berisiko mengalami gangguan dari 90% dari semua kasus mulai antara
kesehatan. Masalah yang menonjol pada orang-orang dengan usia lebih dari 65
kelompok tersebut adalah menurunnya (WHO, 2012).
respon lansia terhadap kemampuan Sejumlah masalah kesehatan
aktivitas fungsional fisik. Hal ini terjadi menjadi lebih umum seiring
sejalan dengan bertambahnya usia bertambahnya usia. Ini termasuk masalah
seseorang dan proses kemunduran yang kesehatan mental serta masalah kesehatan
diikuti dengan munculnya gangguan fisik, terutama demensia. Diperkirakan 27
fisiologis, penurunan fungsi, gangguan juta orang terkena demensia di seluruh
kognitif, gangguan afektif dan psikososial dunia, dengan biaya perawatan di banyak
(Palestin et al, 2010). negara maju sudah melampaui biaya
Data dari badan pusat statistik perawatan orang dengan penyakit jantung
yang dikutib Hnur (2008) menyatakan, dan kanker atau gabungan. Tingkat
diperkirakan terjadi peningkatan usia diagnosis demensia baru akan meningkat
harapan hidup di Indonesia dari usia 64,5 karena profil usia dan pergeseran
tahun pada 2000 menjadi 67,4 tahun pada penduduk (Valenzuela, 2009)
2010 dan 71,1 tahun pada 2020. Peningkatan angka penderita
Sedangkan dilihat dari prosentase terjadi demensia akan berpengaruh pada
peningkatan angka harapan hidup sebesar kemampuan dalam memenuhi kebutuhan
9,77%, pada tahun 2010 dan pada tahun perawatan diri dalam melakukan aktivitas
2020 sebesar 11,34%. Indonesia sehari-hari pada lansia. Adanya
diperkirakan akan mengalami keterbatasan dari keluarga maka akan
pertambahan warga lansia terbesar seluruh mengambil keputusan untuk
dunia, antara tahun 1990 2025, yaitu menggunakan jasa perawat dan hal ini
sebesar 414% menurut data USA Bureau akan banyak menelan biaya karena
of the Census. ketergantungan lansia demensia dalam
Seperti dengan penuaan penduduk, menjalani sisa umurnya. Banyaknya lansia
terjadi peningkatan orang tua yang terkena dengan demensia yang belum terdata dan
demensia di dunia. Di masa depan, jumlah rendahnya penelitian tentang kondisi ini
36 Jurnal Keterapian Fisik, Volume 2, No 1,Mei 2017, hlm 01-61

yang memotivasi peneliti untuk meneliti gangguan kognitif yang saat dilakukan tes
hubungan umur dan demensia terhadap skrining memiliki skor MMSE kurang
kemampuan fungsional pada lansia. dari 24. Pada skor demikian sudah dapat
dikategorikan mengalami gangguan
METODE PENELITIAN kognitif yang mengarah ke demensia.
Desain yang digunakan pada Kemampuan fungsional adalah
penelitian ini adalah cross sectional study, kemampuan gerak dan fungsi baik
yaitu variabel - variabelnya diukur dalam kemampuan mobilitas atau perawatan diri.
waktu yang bersamaan (Notoadmojo, Dalam hal ini lansia bisa mengalami
2005). Pengukuran ini digunakan untuk kemunduran fungsional yang cukup
mengidentifikasi hubungan usia, dan berarti. Kemunduran fungsi mobilitas
demensia terhadap kemampuan fungsional meliputi penurunan kemampuan mobilitas
lansia. Statistik deskriptif didilakukan di tempat tidur, berpindah, jalan/ ambulasi
untuk menaksir kualitas data berupa jenis dan mobilitas dengan alat adaptasi.
variabel, ringkasan statistik (mean, Kemunduran kemampuan perawatan diri
median, modus, standar deviasi, dan lain- meliputi penurunan aktivitas makan,
lain), distribusi, dan representasi mandi, berpakaian, defekasi dan
bergambar (grafik), tanpa rumus berkemih, merawat rambut, gigi, serta
probabilistik apapun (Dodge, 2006). kumis dan kuku.
Dalamt penelitian ini uji hipotesis korelasi Instrumen untuk mengukur
yang dipakai adalah Rank Spearman kemampuan fungsional pada orang
karena skala data dari variabel yang dengan demensia sangat penting untuk
dihubungkan adalah ordinal dan numerik mendiagnosa, memantau perkembangan
(Dahlan, 2004). penyakit, merencanakan strategi
Keterbatasan dalam pemenuhan pengobatan, dan bantuan melakukan
kebutuhan ADL dan atau IADL menjadi penelitian. Kemampuan fungsional
parameter kemunduran kemampuan meliputi kegiatan dasar hidup sehari-hari
fungsional lansia Usia dan demensia pada (dasar ADL) dan kegiatan instrumental
lansia berpengaruh pada kemunduran hidup sehari-hari (IADL). Dasar ADL
kemampuan fungsionalnya. meliputi keterampilan dasar perawatan
Penelitian dilaksanakan pada bulan diri: makan, berpakaian, toilet, dan mandi;
April 2014 di Panti Wreda Dharma Bakti, IADL termasuk kompleks keterampilan
yang terletak di kecamatan Pajang tingkat tinggi: menyiapkan makanan,
Laweyan Surakarta. Variabel dalam managingfinance, minum obat, dan
penelitian ini terdiri dari : (1) variabel 1 bepergian.
(V1): umur, (2) variabel 2 (V2): demensia
dan (3) variabel 3 (V3): kemampuan HASIL PENELITIAN
fungsional. Karakteristik Responden
Definisi operasional lansia yaitu Penelitian ini dilakukan pada
seseorang baik laki-laki maupun lansia yang terdaftar sebagai anggota panti
perempuan yang mempunyai umur mulai wredha Dharma Bhakti milik Dinas Sosial
dari 60 tahun keatas yang merupakan Kecamatan Laweyan kota Surakarta. Panti
penghuni di Panti Wredha Dharma Bakti. wreda ini menampung 89 lansia dengan
Demensia yaitu lansia yang mengalami
Sri Suwarni, Hubungan Usia Demensia Dan Kemampuan 37

berbagai latar belakang keluarga dan maksimum 42 dari rentang skor antara 17
pendidikan. - 68. Untuk memperjelas hasil analisis
Sejumlah 38 orang yang bersedia deskriptif dari penelitian ini berdasarkan
menjadi subyek diperoleh 32 subyek usia, skor MMSE, dan skor GARS dapat
lansia (laki laki 7 orang, perempuan 25 dilihat pada tabel 2.
orang) yang memenuhi kriteria inklusi Tabel 2
yaitu lansia yang bersedia Analisis Deskriptif Subyek Penelitian
menandatangani surat persetujuan (inform Variabel N
Mi Ma Ran Mea Std.
consent), bersedia dilakukan tes Mini n x ge n Deviasi
Mental State Examination dan juga tes 75,7
Umur 32 61 85 24 7,834
kemampuan fungsional dengan indeks 2
GARS. Semua subyek berhasil
17,8
menyelesaikan pengambilan data sampai MMSE 32 9 23 14 4,231
1
selesai yang dimulai tanggal 11 sampai
30 April 2014 28,0
GARS 32 17 42 25 8,570
9
Hasil analisis deskriptif distribusi
frekuensi karakteristik usia subyek Sementara itu tingkat gangguan
penelitian adalah kelompok usia elderly kognitif (demensia) subyek berdasarkan
(60 74) tahun sebanyak 13 orang skor dari skrining dengan MMSE di
(40,625%), dan pada kelompok usia old dominasi oleh kelompak dengan gangguan
(75 90) tahun sebanyak 19 orang kognitif ringan dimana skor MMSE yang
(59,375%). didapat antara 18 23 yaitu ada 18 (56,25
%) orang subyek. Sementara yang
Tabel 1
mengalami gangguan kognitif berat ada
Distribusi Frekuensi Usia Dan Jenis
14 (43,75 %) orang dengan skor MMSE
Kelamin
Rentang Laki- antara 1 17.
Perempuan Jumlah Presentase Jenis skala data dalam penelitian
Umur laki
Elderly ini adalah data kategorik (ordinal),
4 9 13 40,625%
(60 - 74) sehingga menggunakan rumus uji
Old (75
3 16 19 59,375% hubungan dengan Spearman Rank
- 90) (Sugiyono, 1999). Untuk mencari nilai
Total 7 25 32 100% hubungan diantara variabel tersebut,
Hasil analisis deskriptif dari dengan menggunakan SPSS for Windows
penelitian ini berdasarkan usia, skor versi 11.5.
MMSE, dan skor GARS adalah bahwa
jumlah subyek penelitian sebanyak 32 PEMBAHASAN
orang yang terdiri dari dua golongan usia Uji Hubungan Antara Usia dengan
menurut WHO yaitu elderly dan old Demensia
dengan usia minimum 61 tahun, Uji hubungan antara usia dan skor
maksimum 85 tahun. Besar skor MMSE MMSE menunjukkan bagaimana tingkat
subyek didominasi kelompok yang dan sifat hubungan antara usia dan
mengalami gangguan kognitif ringan gangguan kognitif atau demensia pada
dengan skor minimum adalah 9, subyek penelitian ini. Hasil analisis uji
maksimum adalah 23. Sedangkan besar hubungan didapatkan bahwa besar nilai
skor GARS subyek minimum adalah 17,
38 Jurnal Keterapian Fisik, Volume 2, No 1,Mei 2017, hlm 01-61

hubungan (r) antara usia dengan MMSE semakin berat. Pada nilai significancy
adalah - 0,297 yang berarti korelasi kedua yang diperoleh adalah p = 0, 000 atau p <
variabel lemah dan bersifat negatif yaitu 0,05 yang artinya ada korelasi yang
jika variabel usia naik maka nilai variabel bermakna antara kedua variabel. Tabel 4.3
MMSE rendah. Dalam interpretasi MMSE akan memperjelas tentang hal ini.
jika skor yang diperoleh semakin rendah Hal ini bisa diartikan bahwa
berarti semakin berat gangguan kognitif kemunduran kemampuan fungsional yang
yang dialami oleh subyek. Pada nilai bisa dilihat dari skor GARS yang terjadi
significancy yang diperoleh adalah p = pada lansia dipengaruhi oleh faktor
0,099 atau p > 0,05 yang artinya tidak ada bertambahnya usia. Sehingga kemunduran
korelasi yang bermakna antara kedua fungsional yang terjadi akan semakin
variabel. Hal ini dapat diperjelas dengan berat seiring dengan semakin tua usia
tabel 4.3. seseorang. Pada proses penuaan secara
Hasil uji korelasi yang diperoleh normal (penuaan primer) berhubungan
adalah berarti bahwa usia tidak dengan kemunduran kapasitas fisiologis,
berhubungan dengan kejadian demensia. misalnya kekuatan otot, kapasitas aerobik,
Skor MMSE yang mewakili variable koordinasi neuromotorik, dan fleksibilitas.
demensia diperoleh hasil yang bervariasi Penuaan yang sesuai dengan
dengan sebaran usia yang bervariasi pula. kronologis usia dipengaruhi oleh faktor
Hal ini bisa diartikan setiap pertambahan endogen, perubahan dimulai dari sel
usia maka tidak diikuti dengan penurunan jaringan organ sistem pada tubuh.
skor MMSE. Sebagian besar orang Proses penuaan sekunder (faktor eksogen)
mengira bahwa demensia adalah penyakit lebih mempercepat proses disabilitas
yang hanya diderita oleh para Lansia, fungsional lansia dibanding penuaan
kenyataannya demensia dapat diderita primer (faktor endogen). Peningkatan
oleh siapa saja dari semua tingkat usia dan disabilitas fungsional yang terkait dengan
jenis kelamin. usia tersebut memiliki risiko terhadap
aktivitas fisik yang terbatas. Penurunan
Uji Hubungan Antara Usia Dengan fungsi tubuh pada lansia akan
Kemampuan Fungsional mengakibatkan permasalahan gangguan
Uji hubungan antara usia dan gerak dan fungsi lansia. Lansia mengalami
GARS disini dimaksudkan untuk penurunan fungsi jalan, fungsi
mengetahui tingkat dan sifat hubungan keseimbangan, kemampuan fungsional,
antara usia dan kemampuan fungsional kemandirian dalam aktivitas kehidupan
yang dinyatakan dengan skor GARS. Dari sehari-hari.
uji hubungan didapatkan hasil sebagai
berikut bahwa besar nilai hubungan (r) Uji Hubungan Antara Demensia Dengan
antara usia dengan GARS sebesar 0,699, Kemampuan Fungsional
yang berarti korelasi kedua variabel kuat Uji hubungan antara MMSE dan
dan bersifat positif yaitu jika variabel usia GARS adalah untuk mengetahui tingkat
naik maka nilai variabel GARS juga naik. dan sifat dari hubungan antara demensia
Dalam interpretasi skor GARS yaitu atau gangguan kognitif diukur dengan
semakin banyak skor yang diperoleh maka MMSE dengan kemampuan fungsional
disabilitas fungsional yang dialami
Sri Suwarni, Hubungan Usia Demensia Dan Kemampuan 39

diukur dengan GARS yang dimiliki secara keseluruhan fungsional otak akan
subyek penelitian. terganggu. Dimana terjadinya perubahan
Dari uji hubungan diperoleh hasil pada otak yang berkaitan dengan
bahwa besar nilai hubungan (r) antara penurunan ingatan berada pada
MMSE dengan GARS sebesar -0,535, kemampuan jaringan otak yaitu transmisi
yang berarti korelasi kedua variabel kuat informasi dari satu titik ke titik yang lain
dan bersifat negatif yaitu jika variabel melalui neurotransmitter, reseptor dan
MMSE naik maka nilai variabel GARS sinaps. Penurunan tersebut secara
turun. Hal ini bisa diinterpretasikan langsung akan menyebabkan pengurangan
semakin besar skor MMSE maka kondisi kerapatan sinapsis sehingga mengurangi
gangguan kognitif subyek semakin ringan. kecepatan derajat keterkaitan antar
Interpretasi skor GARS adalah semakin neuron, hal ini akan mengurangi
kecil skornya maka semakin ringan kecepatan dan kapasitas pemprosesan
disabilitas fungsional yang dialami informasi.
subyek. Pada nilai significancy yang Perubahan fungsi kognitif terlihat
diperoleh adalah p = 0, 002 atau p < 0,05 sebagai gejala awal faktor neurologis
yang artinya terdapat korelasi yang sebelum muncul gangguan perilaku sosial
bermakna antara kedua variabel. Hal ini seperti gangguan aktifitas sehari-hari,
bisa dilihat pada tabel 3 gangguan perilaku okupasional dan
gangguan partisipasi sosial (Palestin et al,
Tabel 3 2010). Sementara Samus (2009)
Uji Hubungan Antar Variabel Dengan menyatakan bahwa penduduk dengan
Spearman Rank demensia memang memiliki tingkat
Variabel
r (koefisien p ketergantungan fungsional yang tinggi,
korelasi) (significancy) dibandingkan dengan mereka yang
Umur Demensia
memiliki berbagai macam gangguan,
Umur
Kemampuan - 0,297 0,099 seperti gangguan mental dan beberapa
Fungsional 0,699 0,000 gangguan medis yang dialami.
Demensia - 0.535 0.002 Ada juga pendapat yang
Kemampuan menyatakan defisit kognitif tidak
Fungsional
mengganggu kapasitas untuk hidup
Dari hasil analisis ini bisa mandiri, berbeda dengan individu dengan
diasumsikan bahwa demensia bisa demensia yang menyajikan defisit
menjadi faktor terjadinya penurunan fungsional yang diucapkan, seperti Yang
kemampuan fungsional. Pada penderita diamati pada penyakit Alzheimer AD
demensia akan terjadi perubahan fungsi (Pereira et al., 2010;Brown et al., 2011;
yang terjadi pada otak. Sementara itu otak Seelye et al., 2013)
merupakan pusat koordinasi semua organ
dalam tubuh manusia, sehingga jika KESIMPULAN DAN SARAN
terjadi kerusakan pada otak maka akan Berdasarkan analisis statistik uji
berpengaruh pada tubuh secara korelasi yang telah dilakukan maka bisa
keseluruhan. diambil kesimpulan bahwa
Orang dengan demensia akan 1. Tidak ada hubungan yang bermakna
mengalami atropi pada otaknya sehingga antara umur dan demensia pada lansia
40 Jurnal Keterapian Fisik, Volume 2, No 1,Mei 2017, hlm 01-61

(r = - 0,297 dan p = 0,099 atau p > fungsional yang dialami subyek. Pada
0,05) yang berarti korelasi kedua nilai significancy yang diperoleh
variabel lemah dan bersifat negatif artinya terdapat korelasi yang
yaitu jika variabel umur naik maka bermakna antara kedua variabel.
nilai variabel demensia yang diwakili Berdasarkan sifat hubungan antara
dengan instrument MMSE rendah dan demensia dengan kemampuan fungsional
dalam interpretasi MMSE jika skor dari hasil penelitian ini maka bisa dipakai
yang diperoleh semakin rendah maka sebagai landasan Fisioterapis dalam
semakin berat gangguan kognitif yang peranannya dalam kasus geriatri. Dimana
dialami oleh subyek, sedangkan dari dengan latihan atau berlatih maka
nilai significancy bisa diartikan tidak kemampuan fungsional pada lansia akan
ada korelasi yang bermakna antara menjadi lebih prima sehingga kognitifnya
kedua variabel. bisa terjaga. Dan jika kemampuan
2. Ada hubungan yang bermakna antara fungsional ditingkatkan maka bisa
umur dan kemampuan fungsional menekan penurunan angka demensia.
pada lansia, (r = 0,699 dan p = 0,000 Dengan berbagai modalitas yang
atau p < 0,05) yang berarti korelasi dimiliki, maka profesi Fisioterapi bisa
kedua variabel kuat dan bersifat membantu berperan dalam meningkatkan
positif yaitu jika variabel umur naik kemampuan fungsional pada lansia.
maka nilai variabel kemampuan Misalnya dengan berbagai latihan
fungsional yang diwakili oleh penguatan dan daya tahan bisa membantu
instrument GARS juga naik dan untuk menstabilkan kondisi
dalam interpretasi skor GARS yaitu muskuloskeletal dalam menunjang
semakin banyak skor yang diperoleh kemampuan fungsionalnya.
maka disabilitas fungsional yang Fisioterapis juga dapat berperan
dialami semakin berat, sedangkan dalam membantu orang dengan demensia
dari nilai significancy yang diperoleh untuk tetap dapat mempertahankan
berarti ada korelasi yang bermakna kualitas hidup dengan latihan yang
antara kedua variabel. digunakan untuk meningkatkan fungsi
3. Ada hubungan yang bermakna antara fisik, seperti senam otak (brain gym)
demensia dan kemampuan fungsional untuk kognitif dan beberapa latihan yang
pada lansia, (r = -0,535 dan p = 0, 002 difokuskan pada latihan yang digunakan
atau p < 0,05) yang berarti korelasi untuk meningkatkan kualitas dan
kedua variabel kuat dan bersifat kemandirian aktifitas lansia sehari hari.
negatif yaitu jika variabel demensia Beberapa latihan tersebut yang
dengan instrument MMSE naik maka dilaksanakan dengan baik maka
nilai variabel kemampuan fungsional diharapkan dapat memperoleh hasil yang
dengan instrument GARS turun, hal maksimal sehingga terjadi peningkatan
ini bisa diinterpretasikan semakin kemampuan aktifitas dan mobilitas pada
besar skor MMSE maka kondisi lansia. Hal ini juga dapat meningkatkan
gangguan kognitif subyek semakin motivasi dan mengurangi tingkat stres
ringan dan untuk interpretasi skor pada lansia yang bersangkutan.
GARS adalah semakin kecil skornya Harapannya dengan pemberian berbagai
maka semakin ringan disabilitas program fisioterapi akan mempunyai
Sri Suwarni, Hubungan Usia Demensia Dan Kemampuan 41

tingkat kemandirian yang optimal dan diakses tanggal 07/01/2014, dari


kualitas hidup yang baik, sehingga healthy http://inna-ppni.or.id.
aging bisa terwujud di Indonesia. Pereira,F.S., Yassuda,M.S.,
Lansia dengan demensia perlu Oliveira,A.M., Diniz,B.S.,
dukungan dari keluarga baik berupa Radanovic,M.,Talib, L. L., et al.;
perhatian, pengertian dan kasih sayang. 2010;. Profiles of functional
Keluarga diharapkan mengerti dan faham deficits in mild cognitive
akan kondisi lansia dengan demensia ini. impairment and dementia: benefits
Jika hal ini terjadi diharapkan stabilitas from objective measurement.; J.
fisik dan psikologis penderita bisa stabil Int. Neuropsychol. Soc.; 16, 297
dan kondisi demensianya tidak bertambah 305.
parah. Samus,QM., Mayer,L., Onyike,CU.,
Lansia diharapkan selalu aktif Brandt,J., Baker,A., McNabney,
untuk melakukan olahraga atau latihan M., Rabins, PV., Lyketsos,CG.,
dalam rangka mempertahankan kebugaran Rosenblatt, A.,; 2009; Correlates
fisik yang bisa berimplementasi pada Of Functional Dependence Among
kemampuan fungsionalnya. Usia dan Recently Admitted Assisted Living
demensia merupakan variabel yang kuat Residents With And Without
pengaruhnya terhadap kemunduran Dementia;
kemampuan fungsional seseorang. Hal ini http://www.ncbi.nlm.nih.gov;
sejalan dengan studi Palestin, 2010; diakses tanggal 13 juni 2014
Seelye, A. M., Schmitter-Edgecombe, M.,
DAFTAR RUJUKAN Cook, D. J., and Crandall, A.;
Brown, P. J., Devanand, D. P., Liu, X., 2013; Naturalistic assessment of
Caccappolo, E., and Alzheimers everyday activities and prompting
disease Neuroimaging Initiative; technologies in mild cognitive
2011; Functional impairment in impairment. J. Int. Neuropsychol.
elderly patients with mild Soc. 19, 442452.
cognitive impairment and mild Sugiyono, 1999; Statistik Nonparametrik
Alzheimer disease; Untuk Penelitian; penerbit CV
Arch.Gen.Psychiatry ; 68, 617 Alfabeta, Bandung.
626. Valenzuela, M., Sachdev, P.; 2009; Can
Dahlan, SM.; 2004; Statistikan Untuk Cognitive Exercise Prevent the
Kedokteran Dan Kesehatan, Onset of Dementia? Systematic
Jakarta Arkans.seri I. Review of Randomized Clinical
Hnur, 2008; Menyambut Hari Lansia 29 Trials with Longitudinal Follow-
Mei Gerakan Nasional up; Am J Geriatr Psychiatry;
Pemberdayaan Lanjut Usia; 17:179 187.
http://gemari.or.id/listartikel.php?
idedisi=&amp;kat=16; diakses
tanggal 04 Juli 2014
Palestin, B.; 2010; Pengaruh Umur,
Depresi, dan Demensia Terhadap
Disabilitas Fungsional Lansia;

You might also like