You are on page 1of 9

STUDI PELINDIAN MANGAN DARI BIJIH MANGAN DIOKSIDA MENGGUNAKAN

ASAM SULFAT
(STUDY IN LEACHING OF MANGANESE FROM MANGANESE DIOXIDE ORES BY
SULFURIC ACID)

ABSTRAK
Proses pelindian mangan dari bijih mangan dioksida dalam larutan asam sulfat telah berhasil
dilakukan. Tujuan penelitian untuk mempelajari pengaruh dari kecepatan pengadukan,
konsentrasi asam sulfat dan perbandingan massa padatan/larutan terhadap mangan yang
terekstrak. Dalam penelitian ini, bijih mangan dipreparasi melalui proses reduksi
menggunakan arang pada 700 oC selama 120 menit dan selanjutnya dilindi menggunakan
larutan asam sulfat. Pada setiap percobaan, sebanyak 75 gram sampel dimasukkan dan
dilindi dengan 750 ml larutan H2SO4 dalam gelas reaktor. Setelah proses pelindian, kemudian
disaring dan dianalisa dengan menggunakan Atomic Absorption Spectrometer. Hasil
percobaan menunjukkan bahwa laju pelindian meningkat dengan naiknya kecepatan
pengadukan dan konsentrasi asam serta menurunnya rasio perbandingan persen padatan.
Kondisi optimum diperoleh pada kecepatan pengadukan 400 rpm, konsentrasi asam 12%
H2SO4 pada 75 oC selama 180 menit dengan mangan terekstrak sebesar 84,61% Mn.

Kata kunci : asam sulfat, bijih mangan, pelindian, mangan sulfat.

ABSTRACT
The leaching of manganese from manganese dioxide ores in sulfuric acid solution was
investigated. The effects of agitation, sulfuric acid concentration and solid/liquid mass ratio
on the leaching efficiency of manganese were studied. In this study, manganese dioxide
ores were treated by reduction roasting using charcoal as a reductant at 700 oC for 120 min.
Then, roasted samples were subjected to extract manganese by sulfuric acid leaching. in
each leaching test, 75 g of sample was put and leached in a glass reactor with 750 mL
sulfuric acid solution. At the end of each leaching experiment, the slurry was filtered and
filtrate was analyzed by Atomic Absorption Spectrometer. The experimental results indicated
that the leaching rate increases with the increases of the agitation, sulfuric acid
concentration and with the decreases of solid/liquid mass ratio. The optimal condition for
leaching manganese from manganese dioxide ores was determined as the agitation of 400
rpm and sulfuric acid concentration of 12% for 180 min at 75 oC. Under the optimal
condition, the leaching efficiency of manganese can reach 84.61%.

Keywords: leaching, manganese ore, manganese sulfate, sulfuric acid.

PENDAHULUAN Papua (ESDM, 2015). Pemanfaatan


Indonesia memiliki sumber daya sumber daya mineral mangan tersebut
mineral cukup berlimpah yang belum bisa memberikan dampak positif bagi
termanfaatkan secara optimal. Salah satu perekonomian Indonesia karena mangan
sumber daya mineral tesebut adalah bijih digunakan dalam berbagai industri seperti
mangan yang cadangannya di Indonesia industi pembuatan baja, cat, pupuk,
cukup besar, namun terdapat di berbagai ternak, kimia dan sel baterai (Youcai, L.,
lokasi di Indonesia. Potensi bijih mangan et al., 2014). Namun sampai saat ini,
terdapat di Pulau Sumatera, Kepulauan pengolahan mineral mangan belum
Riau, Pulau Jawa, Pulau Kalimantan, Pulau optimal dimanfaatkan Indonesia. Dimana
Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan masih banyak dijumpai industri - industri
di Indonesia yang harus mengimpor bahan reduktor berupa kokas atau arang kayu.
baku, diantaranya bahan kimia untuk Namun karena faktor lingkungan dan
memenuhi kebutuhannya karena bahan efisiensi energi maka produksi
baku yang dapat diproduksi didalam ferromangan sekarang ini hampir semua
negeri masih terbatas. Kondisi ini terjadi menggunakan electric arc furnace (Zhang,
karena masih lemahnya kemampuan W., 2007). Untuk bijih mangan berkadar
teknologi di Indonesia untuk menaikkan rendah proses ekstraksi umumnya
nilai tambah sumber daya mineral dilakukan dengan jalur hidrometalurgi
tersebut. Usaha-usaha telah dilakukan (Youcai, L., et al., 2014). Hingga saat ini
untuk menaikkan nilai tambah mineral penelitian dilakukan untuk mengekstraksi
Indonesia yaitu melalui kegitan penelitian logam mangan melalui pelindian reduktif
dan adanya kebijakan pemerintah terkait dengan berbagai jenis reduktor. untuk
dengan peraturan tentang usaha menghasilkan produk akhir berupa oksida
pertambangan mineral Indonesia. sebagai bahan depolarisator baterai kering
Terkait dengan kegiatan atau untuk bahan baku industri pupuk.
peningkatan nilai tambah mineral melalui Senyawa mangan dioksida (MnO2)
kegiatan pengolahan dan pemurnian, merupakan senyawa yang stabil baik
pemerintah telah menetapkan batasan dalam kondisi asam ataupun basa,
minimum produk pengolahan dan/atau sehingga untuk mengolah bijih mangan
pemurnian untuk mineral - mineral yang harus dilakukan dengan proses reduksi
boleh diekspor dalam Peraturan Menteri terlebih dahulu menggunakan reduktor
Energi dan Sumber daya Mineral ESDM (Zhang, YB., 2013). Proses yang
Nomor 7 Tahun 2012. Untuk mineral bijih digunakan dalam mengolah bijih mangan
mangan dengan batasan minimum kadar rendah adalah proses pelindian
pengolahan pemurnian yaitu Mn > 60% pemanggangan reduktif dan pelindian
(untuk paduan Mn) dan MnO 2 > 98%. reduktif dalam media larutan asam sulfat
Peningkatan nilai tambah mineral di dalam atau asam klorida (Zhang, W., 2007).
negeri ini merupakan tantangan sekaligus Batubara merupakan reduktor pada
peluang untuk membangun kemandirian teknologi konvensional dalam mereduksi
dan daya saing bangsa. mangan dioksida menjadi mangan oksida
Mangan kadar tinggi atau biasa yang kemudian dilindi dengan asam sulfat
disebut dengan metallurgical grade yaitu (Suere, E., 2003). Penelitian berkembang
bijih mangan dengan kadar mangan diatas menuju penggunaan berbagai jenis
44% yang biasanya digunakan untuk reduktor seperti gas alam, asam oksalat,
kepentingan industri baja sebagai metanol, karbohidrat, karbon, sulfur
ferromangan atau untuk baja dengan dioksida (Yuanbo, Z., Zhixiong, Y.,
unsur mangan sebagai alloying element. Guanghui, L., Tao, J ., 2013), hidrogen
Sedangkan mangan kadar yang lebih dan biomas (Zhao, Y., Zhu, G., Cheng, Z.,
rendah atau low grade manganese ore 2010; Jianrong, X., et al., 2014). Produk
umumnya dipergunakan untuk pemanggangan kemudian dilindi dalam
kepentingan selain industri baja seperti media larutan asam sulfat dengan
untuk pembuatan mangan dioksida (MnO 2) tambahan reduktor seperti SO2, FeSO4,
sebagai bahan depolarisator baterai H2O2 dan H2C2O4 (Das, S.C, Sahoo, P.K,
kering, keramik atau senyawa bahan kimia Rao, P.K, 1982). Sementara pelindian
(Zhang, W., 2007). media larutan asam klorida menggunakan
Ekstraksi bijih mangan berkadar reduktor nickel matte (Nayl, A.A., Ismail,
tinggi dilakukan melalui jalur pirometalurgi I.M., Aly, H.F., 2011). Hasil produk proses
yaitu untuk memproduksi ferromangan pelindian umumnya dilakukan treatment
dan silikon mangan yang kebutuhannya dengan elektrolisis untuk mendapatkan
terus meningkat. Pada awalnya MnO2 (Zhang, W., Cheng, C,Y., 2007).
ferromangan diproduksi dengan Pemanfaatan sumber daya mineral
menggunakan blast furnace dengan bijih mangan kadar rendah menjadi MnO 2
dapat dilakukan dengan proses
pemanggangan reduktif yang dilanjutkan
dengan proses pelindian dalam media
larutan asam. Namun kesulitan untuk
mendapatkan material MnO2 dengan
kemurnian tinggi masih banyak dijumpai.
Kondisi ini terjadi karena lemahnya
pemahaman parameter - parameter
proses yang berpengaruh dalam proses
pelindian tersebut.
Beberapa parameter proses yang
perlu diteliti meliputi rasio massa padatan
terhadap larutan, konsentrasi media asam, Gambar 1. Skematik Alat Pelindian.
kecepatan pengadukan, ukuran partikel,
temperatur dan waktu pelindian.
Metode
Mengetahui pengaruh parameter-
Sebelum proses pelindian, bijih
parameter tersebut menjadi keharusan
mangan dikeringkan, kemudian
supaya dapat mengolah bijih mangan
dihancurkan dengan Jaw crusher dan
menjadi produk bernilai ekonomis secara
dihaluskan dengan Disc mill sehingga
efisien. Penelitian ini difokuskan pada
diperoleh ukuran yang homogen dibawah
proses pelindian bijih mangan dalam
200 mesh. Kemudian dilakukan roasting di
media larutan asam sulfat. Adapun
dalam tungku pembakaran pada
tujuannya untuk mengetahui pengaruh
temperatur 700 o
C selama 2 jam.
dari parameter kecepatan pengadukan,
Selanjutnya dilakukan proses pelindian
konsentrasi asam sulfat dan rasio persen
dengan asam sulfat menggunakan reaktor
solid terhadap mangan yang terekstrak.
beaker gelas. Percobaan pelindian
Dengan mengetahui pengaruh dari
dilakukan dengan memvariasikan
parameter-parameter tersebut diharapkan
parameter kecepatan pengadukan,
dapat memberi gambaran dalam usaha
konsentrasi asam sulfat dan rasio padatan
pemanfaatan sumber daya mineral lokal
terhadap larutan untuk setiap 1, 2 dan 3
khususnya bijih mangan guna
jam. Setelah proses pelindian pada waktu
meningkatkan daya saing dan kemandirian
tertentu sejumlah larutan diambil dengan
bangsa.
menggunakan pipet sebanyak 5 ml
kemudian disaring. Larutan yang telah
BAHAN DAN METODE
diambil kemudian diencerkan dan dianalisa
Bahan dan Alat menggunakan AAS (Atomic Absorption
Bahan yang digunakan dalam Sepectrometer) untuk mengetahui
percobaan proses pelindian ini berupa bijih konsentrasi mangan yang terekstrak.
mangan yang berasal dari daerah
Karangnunggal, Tasikmalaya Jawa HASIL DAN PEMBAHASAN
Barat. Serbuk arang kayu sebagai reduktor
Karakteristik Bijih Mangan
dan larutan H2SO4 p.a sebagai reagen
Sebelum dilakukan percobaan
pelindi. Peralatan yang digunakan dalam
pelindian bijih mangan, sampel bijih
pecobaan ini meliputi Jaw crusher dan
mangan terlebih dahulu dikarakterisasi.
Disc mill untuk mengancurkan dan
Karakterisasi dilakukan untuk mengetahui
menghaluskan bijih mangan, tungku
komposis kimia dalam bijih mangan
pembakaran digunakan untuk meroasting
tersebut. Hasil pengujian komposisi kimia
bijih mangan, Beaker gelas berkapasitas
bijih mangan dengan menggunakan XRF
1000 ml yang dimodifikasi sebagai reaktor
ditunjukkan dalam Tabel 1.
proses pelindian (gambar skematik pada
Dari hasil pengujian komposisi kimia
Gambar 1).
seperti pada Tabel 1 terlihat bahwa
kandungan bijih mangan terdiri 55,60 % 37,44; 42,92; 46,24; 56,76; 59,46; 67,42;
MnO2 dan 12,19 % SiO2, 11,88 % Fe2O3 72,5 dan fasa SiO2 pada sudut 20,96 dan
sebagai pengotor utamanya. Hasil ini 26,70 sedangkan fasa Fe2O3 pada sudut
sesuai dengan karakteristik yang dilakukan 41,12. Sedangkan hasil komposisi kimia
dengan analisa difraksi sinar-X dimana bijih mangan menggunakan AAS ( Atomic
fasa utama yang terbentuk adalah Absorption Spectrometer), kandungan Mn
mangan oksida, silika dan besi oksida. dalam bijih mangan sebesar 56,37 %.
Pola difraksi dan fasa yang terbentuk dari Karakteristik awal bijih mangan ini penting
bijih mangan ditunjukkan pada Gambar 2. dilakukan untuk menentukan langkah dan
Pola-pola yang terbentuk dari analisa tahapan proses selanjutnya.
XRD meliputi fasa MnO2 pada sudut 28,76;

Tabel 1. Komposisi Kimia Bijih Mangan dengan XRF.


Formula MnO2 SiO2 Fe2O3 Na2O Al2O3 CaO MgO BaO P2O5 TiO2 K2O
% Berat 55,60 12,19 11,88 6,75 6,02 2,57 1,58 0,94 0,67 0,54 0,47

Gambar 2. Pola Difraksi Sinar-X Sampel Bijih Mangan.

Proses Roasting Bijih Mangan Fasa-fasa yang terbentuk setelah


Proses Roasting/pemanggangan proses pemanggangan adalah MnO, Mn 3O4
dilakukan dengan mencampur sebanyak dan SiO2. Fasa MnO terbentuk pada sudut
1500 gram bijih mangan dengan 300 gram 34,98; 40,70 & 58,80 dan fasa Mn 3O4 pada
arang kayu pada temperatur 700 oC sudut 32,68; 36,14 & 59,98 sedangkan
selama 2 jam. Proses roasting dilakukan fasa SiO2 pada sudut 26,70 & 50,18.
untuk merubah fasa dalam bijih mangan Berdasarkan Gambar 1 dan Gambar 2,
dari MnO2 menjadi MnO. Merubah fasa dapat dilihat bahwa fasa MnO2 yang
menjadi MnO sangat penting dilakukan terbentuk setelah dilakukan roasting
karena Mn4+ relatif stabil dalam larutan berubah menjadi MnO sedangkan fasa
asam sehingga untuk mengekstrak Mn SiO2 tidak terjadi perubahan. Selain kedua
(melalui proses pelindian) dilakukan dalam fasa tersebut, masih terdapat fasa Mn 3O4
kondisi tereduksi (menjadi Mn2+). Fasa- karena pada temperatur 700 oC reaksi
fasa yang terbentuk dari hasil pengujian reduksi bijih mangan dengan karbon
difraksi sinar-X pada bijih mangan hasil membentuk fasa MnO belum berlangsung
proses roasting ditunjukkan pada Gambar secara sempurna.
3.
Hasil analisa komposisi kimia AAS digunakan untuk perhitungan nilai
kandungan unsur Mn dalam bijih mangan persen mangan yang terekstrak (% Mn
setelah proses roasting dengan Terekstrak) pada proses pelindian.
menggunakan AAS sebesar 51,90 %. Data
hasil pengujian komposisi kimia dengan

Gambar 3. Pola Difraksi Sinar-X Bijih Mangan Setelah Proses Roasting.

Proses Pelindian Mangan Dari data pada Tabel 2, terlihat


Proses pelindian dilakukan untuk bahwa komposisi kimia Mn semakin tinggi
mendapatkan larutan kaya akan Mn dari dengan naiknya kecepatan pengadukan
bijih mangan. Pada percobaan pelindian dan lamanya waktu proses. Persen
ini diamati mengenai pengaruh dari mangan terekstrak dalam percobaan
parameter kecepatan pengadukan, pengaruh kecepatan pengadukan selama
konsentrasi larutan asam dan persen 1, 2 dan 3 jam pada plindian bijih mangan
padatan pada temperatur 75 oC selama 1, ditunjukkan pada Gambar 4. Dari gambar
2 dan 3 jam. tersebut, dapat dijelaskan bahwa persen
mangan terekstrak meningkat dengan
Pengaruh Kecepatan Pengadukan
bertambahnya kecepatan pengadukan.
Pengaruh kecepatan pengadukan
Peningkatan kecepatan pengadukan dari
pada pelindian bijih mangan dilakukan
200 sampai 400 rpm, meningkatkan
pada temperatur 75 oC menggunakan
persen mangan terekstrak dari 36,94%
konsentrasi larutan asam 6% H 2SO4 dan
menjadi 50,87%. Namun, jika kecepatan
10% persen padatan. Dalam mengamati
pengadukan lebih besar dari 400 rpm,
pengaruh dari parameter kecepatan
persen mangan terekstrak cenderung
pengadukan ini, variasi kecepatan
relatif stabil.
pengadukan yang digunakan sebesar 200,
Berdasarkan hasil pengaruh
300, 400 dan 500 rpm. Hasil analisa
kecepatan pengadukan ini, maka
komposisi kimia Mn menggunakan AAS
parameter kecepatan pengadukan yang
terhadap filtrat hasil pelindian pada
digunakan pada proses pelindian bijih
berbagai kecepatan pengadukan disajikan
mangan selanjutnya adalah 400 rpm.
dalam Tabel 2.

Tabel 2. Komposisi Mn Hasil Pelindian Berdasarkan RPM dengan AAS.


Mn (%)
RPM
Waktu (menit)
200 300 400 500
60 9,90 16,89 24,12 24,96
120 15,20 21,64 25,69 25,56
180 19,17 24,75 26,40 26,60

Gambar 4. Pengaruh Kecepatan Pengadukan pada Pelindian Bijih Mangan terhadap Persen
Mangan Terekstrak.

Pengaruh Konsentrasi Asam H2SO4, persen mangan terekstrak


Salah satu parameter yang diamati meningkat secara signifikan yakni sebesar
dalam proses pelindian bijih mangan 80,70%, 83,97% dan 84,61% pada proses
adalah konsentrasi asam sulfat. pelindian selama 1,2 dan 3 jam.
Konsentrasi asam sulfat yang digunakan Persen mangan terekstrak
dalam percobaan ini sebesar 3%, 6%, meningkat secara signifikan dengan
9%, 12% dan 15% H2SO4 dengan naiknya konsentasi asam sulfat dari 3%
kecepatan pengadukan 400 rpm dan sampai 9% dan kenaikannya relatif stabil
persen padatan 10% pada temperatur 75 pada konsentrasi 12% sampai 15%.
o
C. Hasil pengujian komposisi kimia Peningkatan persen mangan terekstrak
menggunakan AAS terhadap filtrat dari semakin tinggi karena penambahan asam
proses pelindian berdasarkan konsentrasi sulfat dapat meningkatkan laju kecepatan
asam sulfat dapat dilihat pada Tabel 3. reaksi dan laju difusi H+. Hal ini
Komposisi Mn tertinggi diperoleh pada disebabkan karena semakin besar
konsentrasi 12% H2SO4 sebesar 43,91% konsentrasi pereaksi (H2SO4), maka
Mn. Sedangkan hasil persen mangan semakin banyak ion - ion H+ yang bereaksi
terekstrak dalam percobaan pengaruh sehingga semakin banyak Mn terbentuk.
konsentrasi asam sulfat pada proses Dengan demikian, reaksi semakin cepat
pelindian bijih mangan selama 1, 2 dan 3 berlangsung. sebaliknya, jika konsentrasi
jam ditunjukkan pada Gambar 5. Pada berkurang, maka ion - ion H + akan sedikit
konsentrasi 3% H2SO4, Persen mangan dan laju reaksi juga akan berkurang.
terekstrak diperoleh sebesar 36,30%, Peningkatan nilai persen mangan
37,32% dan 40,04% pada pelindian terekstrak juga bertambah sejalan dengan
masing-masing selama 1, 2 dan 3 jam. lamanya waktu proses pelindian.
Pada penggunaan asam sebesar 12%
Tabel 3. Komposisi Mn Hasil Pelindian Berdasarkan Konsentrasi dengan AAS.
Mn (%)
H2SO4 (%)
Waktu (menit)
3 6 9 12
60 18,84 24,12 34,70 42,40
120 19,37 25,69 40,04 43,58
180 20,78 26,40 42,28 43,91

Gambar 5. Pengaruh Kecepatan Konsentrasi Asam Sulfat pada Pelindian Bijih Mangan
terhadap Persen Mangan Terekstrak.

Pengaruh Persen Padatan Sedangkan persen mangan


Setelah percobaan pengaruh terekstrak dari hasil percobaan pengaruh
kecepatan pengadukan dan konsentrasi persen padatan pada pelindian bijih
asam, selanjutnya dilakukan percobaan mangan ditunjukkan pada Gambar 6.
pengaruh persen padatan. Kondisi yang Persen mangan terekstrak semakin
digunakan dalam mengamati pengaruh menurun dengan penambahan jumlah
perbandingan persen padatan terhadap padatan terhadap larutan. Pada persen
larutan sebesar 3%, 5%, 10% dan 15% padatan yang rendah, jumlah ion H+ yang
dengan temperatur 75 oC, kecepatan bereaksi lebih banyak dibandingkan pada
pengadukan 400 rpm dan konsentrasi persen padatan yang tinggi dalam kondisi
12% H2SO4. Bijih mangan yang digunakan konsentrasi dan volum larutan yang sama.
seberat 22,5 gram, 37,5 gram, 75 gram Peningkatan jumlah padatan bijih mangan
dan 112,5 gram dalam 750 ml larutan dapat menurunkan nisbah konsentrasi
H2SO4. Data hasil analisa menggunakan larutan pelindi terhadap berat bijih
AAS terhadap filtrat dari proses pelindian mangan itu sendiri sehingga menyebabkan
dengan variasi rasio padatan ditunjukkan reaksi berjalan lebih lambat. Selain itu,
dalam Tabel 4. Dari data-data tersebut, pada persen padatan yang tinggi, jumlah
dapat dilihat bahwa kecenderungan pengotor yang ikut bereaksi lebih banyak
kandungan mangan yang diperoleh sehingga kebutuhan asam juga meningkat
semakin rendah dengan bertambahnya yang berakibat pada penurunan laju
persen padatan dan semakin tinggi jika reaksi.
waktu proses semakin lama.
Parameter persen padatan persen padatan, maka semakin tinggi juga
merupakan hal yang penting untuk diamati kapasitas pelindian, reagen dan kebutuhan
karena hubungannya dengan kapasitas energi yang diperlukan.
produksi pelindian. Semakin tinggi nilai

Tabel 4. Komposisi Mn Hasil Pelindian Berdasarkan Rasio Padatan dengan AAS.


Mn (%)
Persen Solid (%)
Waktu (menit)
3 5 10 15
60 44,80 42,45 42,40 36,76
120 50,29 46,58 43,58 38,07
180 51,25 51,20 43,91 43,42

Gambar 6. Pengaruh Persen Padatan pada Pelindian Bijih Mangan terhadap Persen Mangan
Terekstrak.

KESIMPULAN DAN SARAN temperatur proses yang optimum serta


Dari data hasil percobaan dan melakukan kajian lebih lanjut pada
pembahasan diperoleh kesimpluan bahwa berbagai fraksi ukuran paritkel bijih
laju pelindian meningkat dengan naiknya mangan.
kecepatan pengadukan, konsentrasi
larutan H2SO4 dan waktu pelindian serta UCAPAN TERIMA KASIH
dengan penurunan rasio persen padatan. Penulis mengucapkan terimakasih
Kondisi optimum didapat pada konsentrasi kepada Pusat Penelitian Metalurgi dan
12% H2SO4, kecepatan pengadukan 400 Material, Lembaga Ilmu Pengetahuan
rpm pada temperatur 75 oC selama 3 jam Indonesia yang telah memfasilitasi
dengan mangan terekstrak sebesar penelitian ini.
84,61%. Dalam percobaan pelindian bijih
mangan ini masih didapat kelemahan
DAFTAR PUSTAKA
yakni dilakukan hanya pada temperatur
Das, S.C, Sahoo, P.K, Rao, P.K, 1982 :
75oC, sehingga saran untuk penelitian
Extraction Of Manganese from Low
selanjutnya dapat mencoba melakukan
grade Manganese Ores by Ferrous
variasi temperatur untuk mendapatkan
Sulfate Leaching, Hydrometallurgy 8 Manganese Dioxide,
(I), pp. 35-47. Hydrometallurgy 89, pp. 137-159.
ESDM, 2015: Data Pertambangan Mineral Zhao, Y., Zhu, G., Cheng, Z., 2010:
dan Batu bara. Thermal analysis and kinetic
http://www.tekmira.esdm.go.id/, modeling of manganese oxide ore
(diunduh pada tanggal 1 Septembert reduction using biomass straw as
2015 pukul 14.00 WIB). reductant, Hydrometallurgy, vol.
Habashi,F, 1997: Handbook of Extractive 105, pp 96-102.
Metallurgy Vol II. Primary Metals,
Secondary Metals, Light Metals,
Wiley-VCH.
Jianrong, X., et al., 2014: Kinetics of
reduction leaching of manganese
dioxide ore with Phytolacca
americana in sulfuric acid solution ,
Journal of Saudi Chemical Society.
Levenspiel, O., 1999: Chemical Reaction
Engineering, 3th edition, John Willey
and Sons, NewYork.
Nayl, A.A., Ismail, I.M., Aly, H.F., 2011:
Recovery of pure MnSO4H2O by
reductive leaching of manganese
from pyrolusite ore by sulfuric acid
and hydrogen peroxide,
International Journal of Mineral
Processing 100, pp. 116123.
Suere, E., Olsen, Metere Tangstad, 2003:
Production Of Manganese ferro
Alloys, Tapir Academic Press.
Xike, T., et al., 2010: Reductive leaching
of manganese from low-grade
manganese dioxide ores using
corncob as reductant in sulfuric acid
solution, Hydrometallurgy 100 pp.
157160.
Youcai, L., et al., 2014: Study on
hydrometallurgical process and
kinetics of manganese extraction
from low-grade manganese
carbonate ores, International Journal
of Mining Science and Technology
24, pp. 567571.
Yuanbo, Z., Zhixiong, Y., Guanghui, L.,
Tao, J ., 2013: Manganese
extraction by sulfur-based reduction
roastingacid leaching from low-
grade manganese oxide ores,
Hydrometallurgy 133, pp. 126132.
Zhang, W., Cheng, C,Y., 2007: Manganese
Metallurgy Review Part I: Leaching
of Ore/Secondary Materials and
Recovery of Electrolytic/Chemical

You might also like