Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNGARAN
2017
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan
ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Ae. albopictus, ditandai dengan demam 2 - 7
hari disertai dengan manifestasi perdarahan, penurunan jumlah trombosit < 100.000 /
virus Dengue. Lebih dari 100 negara tropis dan subtropis pernah mengalami letusan
demam berdarah. Kurang dari 500.000 kasus setiap tahun di rawat di RS dan ribuan
orang meninggal.
Penyakit Demam Berdarah Dengue masih merupakan permasalahan di Jawa
Tengah dimana pada tahun 2015 Incidence Rate (IR) penyakit DBD sebesar 47,9 per
100.000 penduduk dengan Case Fatality Rate (CFR) sebesar 1,6 persen.
Sebagai akibatnya hampir 35% paien DHF yang terlambat ditangani di RS
mengalami syok hipovolemik hingga meninggal. Saat ini angka kejadian DHF di RS
semakin meningkat, tidak hanya pada kasus anak, tetapi pada remaja dan juga dewasa.
Oleh karena itu diharapkan perawat memiliki ketrampilan dan pengetahuan yang cukup
dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan DHF. Ketrampilan yang
kecepatan dalam menangani pasien yang mengalami Dengue Syok Sindrom (DSS).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan DBD ?
2. Apa epidemologi dari DBD ?
3. Apa saja etiologi dari infeksi postpartum ?
4. Apa saja klasifikasi dari DBD ?
5. Apa manifestasi dari DBD ?
6. Bagaimana penatalaksanaan pada pasien DBD?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan DBD ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari DBD
2. Untuk mengetahui epidemologi dari DBD
3. Untuk mengetahui etiologi dari DBD
4. Untuk mengetahui klasifikasi dari DBD
5. Untuk mengetahui manifestasi dari DBD
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada pasien DBD
7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien DBD
BAB II
Tinjauan Teori
A. Pengertian
DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan
ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Ae. albopictus, ditandai dengan demam 2
- 7 hari disertai dengan manifestasi perdarahan, penurunan jumlah trombosit <
100.000 / mm3, adanya kebocoran plasma ditandai peningkatan hematokrit 20 %
dari nilai normal. (Kemenkes, 2013)
B. Epidemologi
Dengue adalah penyakit virus nyamuk yang menyebar paling cepat didunia.
Dalam 50 tahun terakhir kejadian telah meningkat 30-fold. Diperkirakan 50 juta
infeksi dengue terjadi setiap tahun dan sekitar 2,5 milyar orang hidup dinegara-
negara endemik dengue.
Sejak tahun 2000, epidemi dengue telah menyebar ke daerah-daerah baru dan
telah meningkat di derah yang sudah terkena. Pada tahun 2003 delapan negara
termasuk didalmnya Indonesia melaporkan kasus demam berdarah. Dengue epidemi
adalah masalah utama di indonesia, Myanmar, Sri lanka, thailand, dan timor leste
yang dimuson tropis dengan zona khatulistiwa dimana Aedes aegypty ini tersebar
luas didaerah perkotaan dan pedesaan, dimana beberapa serotipe virus yang beredar
dan dengue adalah penyebab utama rawat inap dan kematian pada anak-anak.
C. Etiologi
Virus dengue (DEN) adalah virus RNA berantai tunggal kecil terdiri dari
empat serotipe yang berbeda (DEN 1-DEN 4) dan sekarang dikenal sebagai
flaviviridae, famili flaviviridae. Serotipe utama selama beberapa tahun terakhir
adalah DEN 2 dan DEN 3. Serotipe berbagai virus dengue menular kemanusia
melalui gigitan nyamuk Aedes terinfeksi, terutama Ae. Aegypti. Nyamuk ini adalah
spesies tropis dan subtropis secara luas didistribusikan di seluruh dunia. Wabah
demam berdarah dengue juga dikaitkan dengan Aedes albopictus. Hostnya adalah
manusia yang telah digigit oleh nyamuk dan masa inkubasinya adalah 4-10 hari.
(WHO, 2009)
D. Klasifikasi
Menurut WHO (2009) klasifikasi dan derajat keparahan dari infeksi virus
dengue yaitu kriteria probable dengue, warning sign, dan kriteria severe dengue.
E. Manifestasi Klinis
Menurut WHO (2009) membagi 3 gejala klinis demam berdarah dengue menjadi 3
fase yaitu:
pada tahap ini, demam masih berlangsung pada hari ke 3-7 hari
namun temperatur sedikit menurun yaitu 37,5-38 C atau lebih rendah dan
juga menyebabkan peningkatan permebialitas kapiler dengan level
hematokrit yang meningkat. Ini menandai awal dari fase kritis. Periode
kebocoran plasma berlangsung selama 24-48 jam.
Jika pasien membaik pada 24-48 jam setelah fase kritis, reabsorbsi
cairan ekstravaskuler dalam 48-72 jam, dimana keadaa umum akan membaik,
nafsu makan bertambah, gejala gastrointestinal berkurang, status
hemodinamik stabil, dan diuresis terjadi. Ruam, pruritis, bradikardia dapat
terjadi pada fase ini. Hematokrit dapat kembali stabil atau menurun akibat
efek pengenceran dari absorbsi cairan. Sel darah putih perlahan mengalami
peningkatan setelan suhu tubuh menurun diikuti dengan peningkatan
trombosit. Respiratory distress akibat efusi pleura masif dan asites dapat
terjadi akibat terapi cairan IV yang berlebih sewaktu fase kritis ataupun fase
pemulihan yang dapat dikaitkan dengan edema paru atau gagal ginjal
kongestif.
Demam berdarah berat didefinisikan oleh satu atau lebih hal berikut:
(1) kebocoran plasma yang dapat menyebabkan syok dan/atau akumulasi
cairan dengan atau tidak adanya distress pernafasan dan atau(2) perdarahan
berat (3) kerusakan organ.
F. Penatalaksanaan
1. Pencegahan
4. Penanggulangan seperlunya
1) Bila :
c. Langkah kegiatan
b) Beri paracetamol untuk demam yang tinggi jika pasien tidak merasa
nyaman. Interval pemberian paracetamol harus tidak kurang dari 6 jam.
Kompres hangat jika pasien masih demam tinggi, jangan memeberikan
asetil salisilat dan asam (aspirin), ibuprofen, atau non steroid anti
inflamsi agen sebab obat tersebut dapat memperparah gastritis atau
perdarahan. Asetil salisifat (aspirin) dapat menyebabkan Reyes
Syndrom.
2. Grup B
Jika pasien dengan demam berdarah dengan tanda bahaya, rencana tindakan
yang harus dilakukan adalah :
b) Nilai kembali status klinis pasien dan cek ulang hematokrit. Jika
hematokrit tetap sama atau hanya mengalami sedikit kenaiakn
lanjutkan dengan terapi yang sama (2-3 ml/kg/jam) sampai 2-4 jam.
Jika tanda-tanda vital memburuk dan hematkrit meningkat dengan
cepat naikan cairan kira-kira 5-10 ml/kg/jam selama 1-2 jam. Nilai
ulang status klinis pasien. Cek ulang hematokrit dan nilai ulang
ketepatan tetesan infus.
3. Group C
2) Perdarahan berat
4) Bolus cairan lebih lanjut dari kristaloid atau koloid mungkin diberikan
selama 24-48 jam berikutnya.
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia kurang dari
15 tahun), jenis kelamin, alamat pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang tua
kesadaran kompos mentis.turunnya panas terjadi antara hari ke 3 dan ke 7 dan anak
semakin lemah. Kadang kadang disertai dengan keluhan batuk, pilek, nyeri telan,
mual dan muntah anoreksia, diare/konstipasi,sakit kepala, nyeri otot dan persendian,
nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata terasa pegal,serta adanya manifestasi
maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat faktor predisposisinya. Pasien yang
menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, dan nafsu makan menurun.
Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang
mencukupi, maka akan mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya
menjadi kurang.
7. Kondisi lingkungan.
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih (
diare/konstipasi, sementara DHF pada grade III dan IV bisa terjadi melena.
3) Eliminasi urine (buang air kecil) perlu dikaji apakah sering kencing,
menjadi kurang.
5) Kebersihan, upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan
aegypti.
6) Perilaku dan tanggapan keluarga bila ada keluarga yang sakit serta upaya
Inspeksi, adalah pengamatan secara seksama terhadap status kesehatan klien (inspeksi
adanya lesi pada kulit). Perkusi, adalah pemeriksaan fisik dengan jalan mengetukkan
jari tengah ke jari tengah lainnya untuk mengetahui normal atau tidaknya suatu organ
tubuh. Palpasi, adalah jenis pemeriksaan fisik dengan meraba klien. Auskultasi,
Adapun pemeriksaan fisik pada anak DHF diperoleh hasil sebagai berikut:
a. Keadaan umum :
spontan petekia, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil, dan tidak
teratur.
3) Grade III : Keadaan umum lemah, kesadaran apatis, somnolen, nadi lemah,
tidak terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin berkeringat dan kulit
tampak sianosis.
b. Kepala dan leher.
1) Wajah : Kemerahan pada muka, pembengkakan sekitar mata, lakrimasi dan
sianosis.
3) Hidung : Epitaksis
4) Tenggorokan : Hiperemia
5) Leher : Terjadi pembesaran kelenjar limfe pada sudut atas rahang daerah
servikal posterior.
c. Dada (Thorax).
Nyeri tekan epigastrik, nafas dangkal.
Pada Stadium IV :
d. Abdomen (Perut).
Palpasi : Terjadi pembesaran hati dan limfe, pada keadaan dehidrasi turgor
kulit dapat menurun, suffiing dulness, balote ment point (Stadium IV).
hiponatremia.
6) Urium dan Ph darah mungkin meningkat.
7) Asidosis metabolic : Pco2<35-40 mmHg.
8) SGOT/SGPT mungkin meningkat.
B. Diagnosa keperawatan
1) Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolar-kapiler (Domain 3, kelas
4, 00030)
2) Hipertermia berhubungan dengan penyakit (Domain 11, Kelas 6, 00007).
3) Nyeri Akut berhubungan dengan agen cidera biologis (infeksi).(Domain 12, Kelas 1,
00132).
4) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan untuk
kelas 4, 00030)
NOC :
NIC
Airway Management
NOC : Termoregulasi
Kriteria hasil :
Ada penurunan suhu kulit
Tidak ada dehidrasi
Denyut nadi radial tidak terganggu
NIC :
3. Dx.3 : Nyeri Akut berhubungan dengan agen cidera biologis (infeksi).(Domain 12,
Kelas 1, 00132).
NOC
Kontrol nyeri
Tingkat nyeri
Kriteria hasil
NIC :
Pain management
Analgesic Administration
1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
2. Cek instruktur dokter tentang, jenis obat, dan frekuensi
3. Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian
lebih dari satu
4. Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
5. Tentukan lokasi
NOC
Status nutrisi
Status nutrisi : asupan makanan dan cairan
Status nutrisi : asupan nutrisi
Kriteria Hasil
NOC
Perfusi jaringan
Kriteria hasil
1. Aliran darah melalui pembuluh darah perifer dalam kisaran normal
NIC
Perawatan sirkulasi
Peningkatan latihan
1. Dapatkan izin medis untuk melakukan rencana latihan peregangan, sesuai dengan
kebutuhan.
2. Bantu mengembangkan rencana latihan yang menggabungkan urutan tertib
gerakan peregangan, kenaikan dalam durasi gerakan pada fase menahan (hold
phase ), dan kenaikan dalam jumlah pengulangan untuk setiap gerakan lambat
meregang menahan, konsisten dengan tingkat kebugaran muskuloskeletal atau
adanya hal bersifat patologi
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah penyakit menular yang disebabkan
oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang ditandai dengan
demam mendadak 2 sampai dengan 7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah/lesu,
gelisah, nyeri ulu hati, disertai tanda perdarahan di kulit berupa bintik perdarahan
(petechiae, lebam (echymosis) atau ruam (purpura). Kadang-kadang mimisan, berak
darah, muntah darah, kesadaran menurun atau renjatan (Shock).
Penyakit Demam Berdarah Dengue masih merupakan permasalahan di Jawa
Tengah. Paien DHF yang terlambat ditangani di RS mengalami syok hipovolemik
hingga meninggal. Saat ini angka kejadian DHF di RS semakin meningkat, tidak
hanya pada kasus anak, tetapi pada remaja dan juga dewasa. Oleh karena itu
diharapkan perawat memiliki ketrampilan dan pengetahuan yang cukup dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan DHF. Ketrampilan yang sangat
dibutuhkan adalah kemampuan untuk mengidentifikasi tanda-tanda syok dan
kecepatan dalam menangani pasien yang mengalami Dengue Syok Sindrom (DSS).
Daftar Pustaka
World Health Organization. 2009. Dengue Guidelines for Diagnosis, Treatment, Prevention
and Control. P.1-147.
Kemenkes. 2011. Modul Pengendalian Demam Berdarah Dengue. Jakarta
Kemenkes. 2013. Buku Saku Pengendalian Demam Berdarah Dengue untuk Pengelola
Program DBD Puskesmas. Jakarta