You are on page 1of 11

Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan pada klien dengan Urolitiasis dilaksanakan melalui pendekatan


proses perawatan terdiri dari : pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan, dan evaluasi
(Doengoes, 2000. Hal 686-694).
1. Pengkajian
Dasar data pengkajian pasien
a. Aktivitas/istirahat
Gejala : pekerjaan monoton, pekerjaan dimana pasien terpajan pada lingkungan bersuhu
tinggi. Keterbatasan aktivitas/mobilisasi sehubungan dengan kondisi sebelumnya.
b. Sirkulasi
Tanda : peningkatan TD/nadi (nyeri, ansietas, gagal ginjal). Kulit hangat dan kemerahan ;
pucat.
c. Eliminasi
Gejala : riwayat adanya/ISK kronis ; obstruksi sebelumnya (kalkulus). Penurunan haluaran
urine, kandung kemih penuh. Rasa terbakar, dorongan berkemih. Diare,
Tanda : oliguria, hematuria, piuria. Perubahan pola berkemih.
d. Makanan/cairan
Gejala : mual/muntah, nyeri tekan abdomen. Diet tinggi purin, kalsium oksalat, dan /atau
fosfat. Ketidakcukupan pemasukan cairan, tidak minum air dengan cukup.
Tanda : distensi abdominal ; penurunan/tak adanya bising usus. Muntah.
e. Nyeri/kenyamanan
Gejala : episode akut nyeri berat, nyeri kolik. Lokasi tergantung pada lokasi batu. Contoh
pada panggul di region sudut kostovertebral ; dapat menyebar ke punggung, abdomen, dan
turun kelipat paha/genetalia. Nyeri dangkal kostan menunjukkan ada pelvis atau kalkulus
ginjal.
Nyeri dapat digambarkan sebagai akut, hebat tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain.
Tanda : melindungi ;perilaku distraksi. Nyeri tekan pada area pada palpasi.
f. Keamanan
Gejala : penggunaan alcohol, demam, menggigil.
g. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat kalkulus dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, gout, ISK kronis
riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya, hiperparatiroidisme. Penggunaan
antibiotic, antihipertensi, natrium bikarbonat, alupurinol, fosfat, tiazid, pemasukan berlebihan
kalsium atau vitamin.
Pertimbangan Rencana Pemulangan : DRG menunjukkan rerata lama dirawat : 3,4 hari.
h. Pemeriksaan diagnostik
Urinalisa : warna kuning, coklat gelap, berdarah secara umum menunjukkan SDM, SDP,
Kristal,
Urine : (24 jam) kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin mungkin meningkat.
Hitung darah lengkap : SDP mungkin meningkat menunjukan infeksi/septicemia.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan peningkatan kontraksi ureteral, trauma jaringan, pembentukan
edema, ischemia seluler ditandai dengan keluhan nyeri kolik, prilaku melindungi, gelisah,
merintih, fokus pada diri sendiri, nyeri wajah, tegangan otot, respon otonomik.
b. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi
ginjal atau ureteral, obstruksi mekanik, inflamasi ditandai dengan urgensi dan frekuensi:
Liguria (retensi) dan hematuria.
c. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual/muntah
d. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan belajar berhubungan dengan
kurang terpajan/ kurang mengingat, salah intepretasi/informasi. Tidak mengenal sumber
informasi ditandai dengan pertanyaan, meminta informasi, peryataan salah konsepsi.

3. Perencanaan
a. Nyeri berhubungan dengan peningkatan kontraksi ureteral, trauma jaringan, pembentukan
edema, ischemia seluler ditandai dengan keluhan nyeri kolik, prilaku melindungi, gelisah,
merintih, fokus pada diri sendiri, nyeri wajah, tegangan otot, respon otonomik. Tujuan : nyeri
hilang, keseimbangan cairan dipertahankan. Kriteria hasil : nyeri hilang, tampak rileks,
mampu istirahat dengan tepat.
Intervensi/rasional
Intervensi: Catat lokasi, lamanya intensitas dan penyebaran. Rasional: membantu
mengevaluasi tempat obstruksi dan kemajuan gerakan kalkulus.
Intervensi: Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan ke staf terhadap perubahan
kejadian/karakteristik nyeri. Rasional: memberikan kesempatan untuk pemberian analgesic
sesuai waktu dan mewaspadakan staf akan kemungkinan lewatnya batu/terjadi komplikasi.
Intervensi: berukan kenyamanan, contoh pijatan punggung, lingkungan istirahat. Rasional :
meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot, dan meningktkan koping.
Intervensi: Bantu atau dorong penggunaan napas berfokus, bimbingan imajinasi, dan
aktivitas terapetik. Rasional : mengarahkan kembali perhatian dan membantu dalam relaksasi
otot.
Intervensi: Berikan obat sesuai indikasi : narkotik, contoh meperidin (Demerol), morfin.
Rasional : biasanya diberikan selama akut untuk menurunkan kolik uretral dan meningkatkan
relaksasi otot/mental.
Intervensi: Berika kompres hangat pada punggung. Rasional : menghilangkan tegangan otot
dan dapat menurunan reflex spasme.
b. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi
ginjal atau ureteral, obstruksi mekanik, inflamasi ditandai dengan urgensi dan frekuensi:
Liguria (retensi) dan hematuria. Tujuan : mampu berkemih dengan normal. Kriteria hasil :
tidak mengalami tanda obstruksi.
Intervensi/rasional
Intervensi: Awasi pemasukan dan pengeluaran dan karakteristik urine. Rasional :
memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi, contoh infeksi dan
perdarahan.
Intervensi: Tentukan pola berkemih norml pasien dan perhatikan variasi. Rasional : kalkulus
dapat menyebabkan eksitabilitas saraf, yang menyebabkan sensasi kebutuhan berkemih
segera.
Intervensi: Dorong meningkatkan pemasukan cairan. Rasional : peningkatan hidrasi
membilas bakteri, darah, dan debris dan dapat membantu lewatnya batu.
Intervensi: Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh elektrolit, BUN, kretainin. Rasional :
peniggian BUN, kreatinin dan elektrolit mengindikasikan disfungsi ginjal.
Intervensi: Ambil urine untuk culture dan sensifitas. Rasional : menetukan adanya ISK, yang
penyebab komplikasi.
c. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual/muntah. Tujuan
: mempertahankan keseimbangan cairan adekuat. Kriteria hasil : membrane mukosa lembab,
turgor kulit baik, berat badan normal.
Intervensi/rasional :
Intervensi: Awasi pemasukan dan pengeluaran. Rasional : membandingkan keluaran actual
dan yang diantisipasi membantu dalam ealuasi adanya/derajat stasis/kerusakan ginjal.
Intervensi: Catat insiden muntah, diare, perhatikan karakteristik muntah dan diare. Rasional :
mual/muntah dan diare secra umum berhubungan dengan kolik ginjal.
Intervensi: Tindakan pemasukan cairan sampai 3-4 L/hari dalam toleransi jantung. Rasional
: mempertahankan keseimbangan cairan untuk homeostasis juga tindakan mencuciyang
dapat membilas batu keluar.
Intervensi: Awasi tanda vital. Rasional : indicator hidrasi/volume sirkulasi dan kebutuhan
intervensi.
d. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan belajar berhubungan dengan
kurang terpajan/ kurang mengingat, salah intepretasi/informasi. Tidak mengenal sumber
informasi ditandai dengan pertanyaan, meminta informasi, peryataan salah konsepsi. Tidak
mengenal masalah/sumber masalah. Tujuan : menyatakan pemahaman proses penyakit,
menghubungkan gejala dengan factor penyebab. Kriteria hasil : melakukan perubahan perilku
yang perlu dan berpartisipasi dalam program pengobatan.
Intervensi/Rasional
Intervensi:Kaji ulang proses penyakit dan harapan di masa dating. Rasional : memberikan
pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi.
Intervensi: Tekankan pentingnya peningkatan cairan, rasional : pembilasan system ginjal
menurunkan kesempatan statis ginjal dan pembentukan batu.
Intervensi: Diet rendah purin, contoh membatasi daging berlemak, kalkun, tumbuhan polog,
gandum, alkohol. Rasional : menurunkan pemasukan oral terhadap prekusor asam urat.
Intervensi: Diet rendah kalsium, contoh membatasi susu, keju, sayur berdaun hijau, yogurt.
Rasional : menurunkan risiko pembentukan batu kalsium.
Intervensi: Diet rendah oksalat. Rasional : menurnukan pembentukan batu kalsium.
Intervensi: Diet rendah kalsium. Rasional : mencegah kalkulus fosfat dengan membentuk
presipitasi yang tak larut dalam traktus GI.

4. Implementasi
Menurut Carpenito (2009, hal 57) komponen implementasi dalam proses keperawatan
mencakup penerapan ketrampilan yang diperlukan untuk mengimplentasikan intervensi
keperawatan. Ketrampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk implementasi biasanya
berfokus pada:
a. Melakukan aktivitas untuk klien atau membantu klien.
b. Melakukan pengkajian keperawatan untuk mengidentifikasi masalah baru atau memantau
status masalah yang telah ada
c. Member pendidikan kesehatan untuk membantu klien mendapatkan pengetahuan yang baru
tentang kesehatannya atau penatalaksanaan gangguan.
d. Membantu klien membuat keptusan tentang layanan kesehatannya sendiri
e. Berkonsultasi dan membuat rujukan pada profesi kesehatan lainnya untuk mendapatkan
pengarahan yang tepat.
f. Memberi tindakan yang spesifik untuk menghilangkan, mengurangi, atau menyelesaikan
masalah kesehatan.
g. Membantu klien melakukan aktivitasnya sendiri
h. Membantu klien mengidentifikasi risiko atau masalah dan menggali pilihan yang tersedia.

5. Evaluasi
Menurut Hidayat (2008 Hal 124) Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses
keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana
keperawatan tercapai atau tidak. Dalam melakukan evaluasi perawat harusnya memiliki
pengetahuan dan kemampuan dalam memahami respons terhadap intervensi keperawatan,
kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang dicapai serta kemampuan
dalam menghubungkan tindakan keperawatan pada kriteria hasil.

TINJAUAN KASUS
Pada tinjauan kasus ini, penulis melakukan pengkajian kasus yaitu kasus pada klien
Urolitiasis yang dirawat di Ruang Bedah Pria. Dalam tinjauan kasus ini, penulis akan
menguraikan tentang Asuhan Keperawatan yang dilakukan terhadap klien Urolitiasis selama
tiga hari melalui pendekatan proses keperawatan.

A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama Tn. M, umur : 72 tahun, jenis kelamin laki-laki, agama islam, suku/bangsa Aceh,
pendidikan SMA, pekerjaan petani, alamat ds bade bila kecamatan nisam antara, tanggal
masuk 27 Juni 2012 No. CM 03 83 03. Ruag Bedah Pria, dengan diagnosa medis Urolitiasis.
2. Data Riwayat masuk
Keluhan masuk : klien mengeluh nyeri di bagian belakang pinggang dengan skala nyeri (6).
Riwayat Keluhan : klien masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri bagian belakang pinggang,
nyeri yang dirasakan klien berupa nyeri akut yaitu kadang hilang kadang juga timbul, klien
juga mengatakan nyerinya menyebar ke paha, klien sudah mengalami penyakit seperti ini
sekitar 6 bulan yang lalu, namun klien tidak memeriksakan dirinya ke rumah sakit karena
hanya menganggap nyeri biasa yang timbul sesekali. Seminggu yang lalu nyeri klien lebih
sering timbul lalu kemudian klien datang untuk berobat jalan ke rumah sakit umum cut
meutia dan klien dianjurkan untuk dirawat.
3. Riwayat keperawatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
1) Keluhan utama : Nyeri akut di bagian belakang pinggang.
2) Kronologis keluhan : sudah mengalami hal tersebut selama 6 bulan yang lalu.
a) Faktor pencetus : kopi berlebihan, input cairan (-).
b) Timbulnya keluhan : bertahap
c) Lamanya ; bisa mencapai durasi sampai 30 menit.
d) Skala nyeri 6 (nyeri sedang)
e) Upaya mengatasi dengan cara duduk bila sedang bekerja.
3) Riwayat kesehatan masa lalu.
a) Riwayat alergi obat seperti alergi pada obat, makanan, binatang dan lain lain tidak ada.
b) Riwayat kecelakaan tidak ada.
c) Riwayat dirawat dirumah sakit ; klien mengatakan belum pernah dirawat dirumah sakit
hanya saja berobat jalan di puskesmas tempat tinggal klien.
d) Riwayat pemakaian obat : klien tidak ada ketergantungan kepada obat obatan.

4) Riwayat kesehatan keluarga.


Klien mengatakan tidak pernah ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti klien.
Genogram :
Genogram keluarga Tn. M dengan urolitiasis
Keterangan: Gambar 1 genogram
keluarga Tn. M dengan Urolitiasis dari pengkajian genogram tidak didapatkan data bahwa
penyakit yang diderita klien adalah penyakit keturunan / genetik .
5) penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang menjadi faktor resiko tidak ada
anggota keluarga yang menderita penyakit yang dapat mencetus terjadinya penyakit yang
diderita klien saat ini.
6) Riwayat psikososial dan spiritual.
a) Orang terdekat dengan klien adalah istri klien dan anak anaknya.
b) Interaksi dalam keluarga, dengan pola komunikasi yang baik dan terbuka, pembuat keputusan
dengan cara musyawarah antara anggota keluarga, klien juga mengikuti seluruh kegiatan
kemasyarakatan seperti gotong royong dan keikut sertaan klien dalam pembangunan
gampoeng.
c) Dampak penyakit klien terhadap keluarga terganggu akan masalah ekonomi keluarga.
d) Masalah yang mempengaruhi klien usia klien yang sudah lanjut usia.
e) Mekanisme koping terhadap stress dengan cara pemecahan masalah melalui proses
mengumpulkan seluruh anggota keluarga dan bermusyawarah.
f) Persepsi klien terhadap penyakitnya, hal yang sangat dipikirkan saat ini adalah kapan
penyakitnya ini sembuh, harapan setelah perawatan adalah dapat pulang kerumah dan
melanjutkan aktivitas seperti biasanya, perubahan yang dirasakan setelah jatuh sakit adalah
klien tidak dapat berkerja seperti biasanya.
g) Sistem nilai kepecayaan klien tidak ada yang bertentangan dengan penyakitnya biarpun klien
dirawat dirumah sakit namun klien masih tetap melakukan ibadah solat 5 waktu.
h) Klien beragama islam dan selalu bersembahyang dan berdoa agar mendapatkan ridha dari
allah atas masalah kesehatan yang menimpanya.
i) Kondisi lingkungan rumah, klien tinggal di lingkungan dengan mayoritas penduduknya
berpekerjaan petani.
7) Pola kebiasaan
a) Pola nutrisi
Pola nutrisi sebelum sakit klien makan dengan frekuensi 2-3 kali/hari dengan nafsu makan
baik, tidak ada makanan yang tidak disukai, tidak ada makanan yang menyebabkan klien
alergi, makanan yang dapat menigkatkan nyeri pada klien jika makan makanan seperti daging
berlemak dan susu, penggunaan obat obatan sebelum makan tidak ada, penggunaan alat
bantu makan tidak ada.
Pola nutrisi klien dirumah sakit, frekuensi 3 kali/hari, nafsu makan baik, porsi makan yang
dihabiskan 1 porsi, waktunya teratur karena dirumah sakit klien juga mendapatkan pelayanan
dari ahli gizi, tidak ada makanan yang menyebabkan klien alergi, makanan diet M II, makan
dengan dibantu oleh keluarga.

b) Pola eliminasi
Sebelum sakit BAK Klien dengan frekuensi 6-8 kali/24jam, dengan warna kuning keruh.
Dirumah sakit BAK klien selama dirumah sakit 800cc/24 jam dengan warna kuning
kemerahan dan keruh, nyeri ketika BAK, retensi urine dan cateter (+) ukuran 20. Klien
mengatakan sering merasa ingin BAK dan ketika BAK klien merasa nyeri.
Pola BAB sebelum masuk rumah sakit baik dengan frekuensi 1-2 kali/hari, tidak ada
konstipasi.
Setelah sakit Pola BAB dengan frekuensi 1 kali/sehari, waktunya tidak tentu, warna
kecoklatan, terjadi tidak disertai dengan distensi abdomen.
c) Pola personal hygiene
Sebelum masuk rumah sakit klien mandi dengan frekuensi 2 kali/hari, pagi dan sore hari,
Dirumah sakit klien hanya di seka oleh keluarga 2 kali sehari pada pagi dan sore hari.
Oral hygiene sebelum sakit 2 kali sehari setiap setelah mandi pada pagi dan sore.

Oral hygiene setelah sakit 2 kali sehari setiap setelah diseka pada pagi dan sore.
Cuci rambut sebelum sakit selalu mencuci rambut ketika mandi pada pagi dan sore hari.
Setelah sakit tidak pernah mencuci rambut setelah klien masuk rumah sakit.
d) Pola istirahat
Sebelum sakit klien tidur siang pada jam 14-15 wib, dan tidur malam pada jam 22-06 wib,
dengan kebiasaan sebelum tidur berdoa.
Sebelum sakit klien tidur siang pada jam 14-15 wib, dan tidur malam pada jam 22-06 wib,
dengan kebiasaan sebelum tidur berdoa.
e) Pola aktivitas dan latihan
Sebelum sakit bekerja dari jam 08 pagi sampai dengan 13 siang, tidak berolah raga, tidak ada
keluhan ketika bekerja.
Setelah sakit klien tidak dapat bekerja seperti biasanya..
f) Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan klien adalah klien perokok namun klien tidak
meminum alcohol dan penggunaan NAPZA.
4. Pengkajian fisik
a. Pemeriksaan fisik umum
Berat badan sebelum dan setelah sakit 54 kg, tinggi badan 163cm. tekanan darah 130/90
mmHg, nadi 80 x/menit, frekuensi napas 24 kali/menit, suhu tubuh 37oC, Keadaan umum
sedang, Pembesaran kelenjar getah bening tidak ada.

b. Sistem penglihatan
Sisi mata simetris, Kelopak mata normal, Pergerakan bola mata normal. Konjungtiva
berwarna kekuning kuningan, Kornea jernih pada mata kanan dan mata kiri, Sclera ikterik,
Pupil isokor, Otot mata tidak ada kelainan, Fungsi penglihatan baik, Pemakaian lensa kontak
tidak, Reaksi terhadap cahaya baik.
c. Sistem pendengaran
Daun telinga kanan dan kiri normal, Karakteristik serumen warna kuning kecoklatan dengan
bau khas, Kondisi telinga tengah normal, Cairan dari telinga tidak ada, Perasaan penuh di
telinga tidak, Tinnitus tidak, Fungsi pendengaran normal, Gangguan keseimbangan tidak,
Pemakaian alat bantu tidak
d. Sistem wicara normal
e. Sistem pernapasan
Jalan napas bersih, Pernapasan tidak sesak, Menggunakan otot bantu pernapasan tidak,
Frekuensi 24 x/menit. Jenis pernapasan spontan. Kedalaman pernapasan dalam, Batuk tidak,
Sputum tidak, Palpasi dada tidak ada tumor, Suara napas vesicular, Tidak ada nyeri saat
bernapas, Penggunaan alat bantu napas tidak
f. Sisitem kardiovaskuler
1) Sirkulasi perifer
Nadi 80x/menit dengan irama teratur, denyut kuat, Tekanan darah 130/90 mmHg, Distensi
vena jugularis kiri dan kanan tidak ada, Temperature kulit hangat, Warna kulit normal,
Edema tidak ada
2) Sirkulasi jantung
Kecepatan denyut apical 80x/menit, Irama teratur, Tidak ada kelainan bunyi jantung, Sakit
dada tidak.
g. Sistem hematologi
Pucat tidak, Perdarahan tidak
h. Sistem saraf pusat
Keluhan sakit kepala tidak, Tingkat kesadaran compos mentis, Glaslow coma scale E: 4, M
:6. V: 5, Tanda tanda peningkatan TIK tidak ada, Gangguan sistem persyarafan tidak ada
i. Sistem pencernaan
Gigi utuh tidak ada caries, Penggunaan gigi palsu tidak, Stomatis tidak, Lidah kotor tidak,
Saliva normal, Muntah tidak, Bising usus 5x/menit, Diare tidak, Konstipasi tidak, Hepar
teraba, Abdomen lembek
j. Sistem endokrin
Pembesaran kelenjar tiroid tidak ada, Napas berbau khas, Luka gangrene tidak.
k. Sistem urogenital
Balance cairan, intake 1000-1200ml/24jam, out put tidak terdeteksi, BAK warna kuning
kemerahan dan keruh, adanya retensi urine, dengan keluhan nyeri pinggang, skala nyeri 6.
l. Sistem integument
Turgor kulit baik, Temperature kulit hangat, Warna kulit normal, Keadaan kulit baik,
Kelainan kulit tidak, Kondisi kulit daerah pemasangan infus lembab, Keadaan rambut baik,
kebersihan rambut bersih
m. Sistem musculoskeletal
Kesulitan dalam pergerakan tidak, Sakit pada tulang dan sendi tidak Fraktur tidak, Keadaan
tonus otot baik.
5. Data tambahan (pemahaman tentang penyakit)
klien mengatakan masih kurang mengerti terhadap penyakit yang dialaminya, tidak tahu
tentang perkembangan penyakit nya dan prosedur pengoabatannya, dan klien tampak cemas
saat menyatakan perasaannya. klien berharap perawat dan doker yang merawat klien dapat
memberitahukan penjelasan tentang penyakit klien dan prosedur pengobatan yang diberikan
kepadanya.
6. Pemeriksaan laboratorium
Analisa darah : HB : 11,6. LED : 24, Eritrosit : 4,9, lekosit : 10,1, hematrokit : 37,1, MCV :
76, MCH : 23,9, MCHC : 31,3, RDW : 15,4, trombosit : 194, glukosa : 94, gol darah : B
Analisa urine : berat jenis 1,020, PH, protein 25 mg (+), blod dan HB 25/ml (+), leukosit 25
(+), eritrosit 10-25, leukosit 5-10, epitel 10-15.
7. Penatalaksanaan
Infus NaCL 07% 10 tt/m, drip Ciprofloxcacin 500ml/12 jam, injeksi ketorolak 3% 1amp/8
jam, injeksi ondasetron 1 amp/12 jam, cateter urin, diet M II.
8. Data fokus
Data subjektif : klien mengeluh nyeri di bagian belakang pinggang, klien juga mengatakan
nyerinya menyebar ke paha. Klien mengatakan sering merasa ingin BAK dan ketika BAK
klien merasa nyeri. klien mengatakan masih kurang mengerti terhadap penyakit yang
dialaminya dan proesedur pengobatannya.
Data objektif :skala nyeri 6 (nyeri sedang) lokasi nyeri pada bagian belakang pinggang dan
menjalar kebagian paha, durasi paling lama 30 menit. out put 800cc/24jam, BAK warna
kuning kemerahan dan keruh, retensi urine dan cateter (+) ukuran 20. klien tampak cemas
saat menyatakan perasaannya, klien berharap perawat dan doker yang merawat klien dapat
memberitahukan penjelasan tentang penyakit klien dan prosedur pengobatan yang diberikan
kepadanya.

9. Analisa data
Data subjektif : klien mengeluh nyeri di bagian belakang pinggang, klien juga mengatakan
nyerinya menyebar ke paha Data objektif : skala nyeri 6 (nyeri sedang) lokasi nyeri pada
bagian belakang pinggang dan menjalar kebagian paha, durasi paling lama 30 menit.
Masalah : Nyeri Penyebab: peningkatan kontraksi ureteral.
Data subjektif ; Klien mengatakan sering merasa ingin BAK dan ketika BAK klien merasa
nyeri Data objektif : out put 800cc/24jam, BAK warna kuning kemerahan dan keruh, retensi
urine dan cateter (+) ukuran 20. Analisa urine : berat jenis 1,020, PH , protein 25 mg (+), blod
dan HB 25/ml (+), leukosit 25 (+). Masalah : perubahan eliminasi urin. Penyebab stimulasi
kandung kemih oleh batu.

Data subjektif : klien mengatakan masih kurang mengerti terhadap penyakit yang
dialaminya dan proesedur pengobatannya. Data objektif : klien tampak cemas saat
menyatakan perasaannya mengenai penyakit yang dideritanya kepada perawat, hal yang
sangat dipikirkan oleh klien saat ini adalah kapan penyakitnya ini sembuh, klien menyatakan
bahwa harapan klien terhadap perawat dan dokter yang merawatnya dapat memberitahukan
penjelasan tentang penyakit klien dan prosedur pengobatan yang diberikan kepadanya.
Masalah : Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan,
Penyebab ; kurang terpajan.

B. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan kontraksi ureteral ditandai dengan keluhan nyeri,
skala nyeri 6 (nyeri sedang) lokasi nyeri pada bagian belakang pinggang dan menjalar
kebagian paha, durasi paling lama 30 menit.

2. perubahan eliminasi urin berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu ditandai
oleh BAK warna kuning kemerahan dan keruh, retensi urine.

3. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan, berhubungan


dengan kurang terpajan ditandai oleh klien tampak cemas harapan akan kesembuhan
penyakitnya.

C. Intervensi
1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan kontraksi ureteral ditandai dengan keluhan nyeri,
skala nyeri 6 (nyeri sedang) lokasi nyeri pada bagian belakang pinggang dan menjalar
kebagian paha, durasi paling lama 30 menit. Tujuan: nyeri hilang, keseimbangan cairan
dipertahankan. Kriteria hasil: nyeri hilang, tampak rileks, mampu istirahat dengan tepat.
Intervensi/rasional
Intervensi: Catat lokasi, lamanya intensitas dan penyebaran. Rasional: membantu
mengevaluasi tempat obstruksi dan kemajuan gerakan kalkulus.
Intervensi: Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan ke staf terhadap perubahan
kejadian/karakteristik nyeri. Rasional : memberikan kesempatan untuk pemberian analgesic
sesuai waktu dan mewaspadakan staf akan kemungkinan lewatnya batu/terjadi komplikasi.
Intervensi: Berikan tindakan nyaman, contoh pijatan punggung, lingkungan istirahat.
Rasional : meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot, dan meningktkan koping.
Intervensi: Bantu atau dorong penggunaan napas berfokus, bimbingan imajinasi, dan
aktivitas terapetik. Rasional : mengarahkan kembali perhatian dan membantu dalam
relaksasi otot.
Intervensi: Berikan obat sesuai indikasi : narkotik, contoh meperidin (Demerol), morfin.
Rasional : biasanya diberikan selama akut untuk menurunkan kolik uretral dan
meningkatkan relaksasi otot/mental.
Intervensi: Berikan kompres hangat pada punggung. Rasional : menghilangkan tegangan
otot dan dapat menurunan reflex spasme.
2. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu ditandai
oleh BAK warna kuning kemerahan dan keruh, retensi urine. Tujuan : mampu berkemih
dengan normal. Kriteria hasil : tidak mengalami tanda obstruksi.
Intervensi/rasional
Intervensi: Awasi pemasukan dan pengeluaran dan karakteristik urine. Rasional :
memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi, contoh infeksi dan
perdarahan.
Intervensi: Tentukan pola berkemih norml pasien dan perhatikan variasi. Rasional :
kalkulus dapat menyebabkan eksitabilitas saraf, yang menyebabkan sensasi kebutuhan
berkemih segera.
Intervensi:Dorong meningkatkan pemasukan cairan. Rasional : peningkatan hidrasi
membilas bakteri, darah, dan debris dan dapat membantu lewatnya batu.
Intervensi: Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh elektrolit, BUN, kretainin. Rasional :
peniggian BUN, kreatinin dan elektrolit mengindikasikan disfungsi ginjal.
Intervensi: Ambil urine untuk culture dan sensifitas. Rasional : menetukan adanya ISK, yang
penyebab komplikasi.
3. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan belajar berhubungan kurang
terpajan ditandai oleh klien tampak cemas harapan akan kesembuhan penyakitnya. Tujuan :
menyatakan pemahaman proses penyakit, menghubungkan gejala dengan factor penyebab.
Kriteria hasil : melakukan perubahan perilku yang perlu dan berpartisipasi dalam program
pengobatan.
Intervensi/Rasional
Intervensi: Kaji ulang proses penyakit dan harapan di masa dating. Rasional : memberikan
pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi.
Intervensi: Tekankan pentingnya peningkatan cairan, rasional : pembilasan system ginjal
menurunkan kesempatan statis ginjal dan pembentukan batu.
Intervensi: Diet rendah purin, contoh membatasi daging berlemak, kalkun, tumbuhan polog,
gandum, alkohol. Rasional : menurunkan pemasukan oral terhadap prekusor asam urat.
Intervensi: Diet rendah kalsium, contoh membatasi susu, keju, sayur berdaun hijau, yogurt.
Rasional : menurunkan risiko pembentukan batu kalsium.
Intervensi: Diet rendah oksalat. Rasional : menurunkan pembentukan batu kalsium.
Intervensi: Diet rendah kalsium. Rasional : mencegah kalkulus fosfat dengsn membentuk
presipitasi yang tak larut dalam traktus GI.

D. Implementasi dan Evaluasi


Implementasi Tanggal 28 Juni 2012 Jam 09:00 Wib
Diagnosa I : Nyeri berhubungan dengan peningkatan kontraksi ureteral
Implementasi : Mengkaji tingkat nyeri, mencatat lokasi, karakteristik, beratnya ( nyeri
sedang, skala nyeri 6, lokasi nyeri belakang pinggang), menganjurkan pada klien untuk
laporkan perubahan nyeri dengan cepat, mempertahankan istirahat dengan posisi semifowler,
mengajarkan teknik relaksasi ketika nyerinya timbul, memberikan kompres hangat pada
daerah punggung.
Evaluasi
subjektif : klien mengatakan nyeri di bagian belakang pinggang, klien juga mengatakan
nyerinya menyebar ke paha. Objektif : skala nyeri 6 (nyeri sedang) lokasi nyeri pada bagian
belakang pinggang dan menjalar kebagian paha, durasi paling lama 30 menit. Analisa Data :
Masalah belum teratasi. Perencanaan : Tindakan dilanjutkan.

Implementasi Tanggal 28 Juni 2012 Jam 10.30 Wib


DX II : perubahan eliminasi urin berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu.
Implementasi : Mengawasi pemasukan dan pengeluaran dan karakteristik urine (input
peroral 1000-1500ml/24 jam, input perparental NaCL 10 tt/menit out put 800cc/24 jam),
mendorong klien untuk melakukan pemasukan cairan peroral.melakukan kolaborasi dengan
tim laboratorium.
Evaluasi
Subjektif :
Klien mengatakan sering merasa ingin BAK dan ketika BAK klien merasa nyeri, Objektif :
input perparental NaCL 10tt/m, out put 800cc/24 jam, BAK warna kuning kemerahan dan
keruh, retensi urine dan cateter (+) ukuran 20. Analisa urine : berat jenis 1,020, PH 6, protein
25 mg (+), blod dan HB 25/ml (+), leukosit 25 (+). Analisa Data : Masalah belum teratasi.
Perencanaan : Tindakan dilanjutkan.

Implementasi Tanggal 28 Juni 2012 Jam 11:30 Wib


DX III : Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan,
berhubungan dengan kurang terpajan.
Implementasi : menngkaji ulang tentang proses penyakit dan harapan klien mendatang,
membatasi klien makan makanan yang rendah purin seperti daging berlemak. Menekankan
kepada klien pentingnya peningkatan cairan melalui oral.

Evaluasi
Subjektif : klien mengatakan mengerti terhadap penyakit yang dialaminya dan proesedur
pengobatannya. Data objektif : klien memberikan respon balik saat perawat mendiskusikan
tentang keadaan klien, klien juga mempertahankan utnuk meningkatkan pemasukan peroral
sebanyak 800-1000ml/hari. Analisa Data : Masalah teratasi. Perencanaan : Tindakan
dihentikan.
Implementasi Tanggal 29 Juni 2012 Jam 09:00 Wib
Diagnosa I : Nyeri berhubungan dengan peningkatan kontraksi ureteral
Implementasi : Mengkaji tingkat nyeri, mencatat lokasi, karakteristik, beratnya ( nyeri
sedang, skala nyeri 4, lokasi nyeri belakang pinggang), menganjurkan pada klien untuk
laporkan perubahan nyeri dengan cepat, mempertahankan istirahat dengan posisi semifowler,
mengajarkan teknik relaksasi ketika nyerinya timbul, memberikan kompres hangat pada
daerah punggung.
Evaluasi
subjektif : klien mengatakan nyeri berkurang. Objektif : skala nyeri 4 (nyeri sedang) lokasi
nyeri pada bagian belakang pinggang, durasi paling lama 20 menit. Analisa Data : Masalah
teratasi sebagian. Perencanaan : Tindakan dilanjutkan.

Implementasi Tanggal 29 Juni 2012 Jam 10.30 Wib


DX II : perubahan eliminasi urin berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu.
Implementasi : Mengawasi pemasukan dan pengeluaran dan karakteristik urine, mendorong
klien untuk melakukan pemasukan cairan peroral. melakukan kolaborasi pemberian antibiotik
drip ciprofloxacin 500ml/12 jam.
Evaluasi
Subjektif : Klien mengatakan sering merasa ingin BAK, Objektif : input perparental NaCL
10tt/m, out put 1000cc/24 jam, BAK warna kuning kemerahan dan keruh, retensi urine dan
cateter (+) ukuran 20., drip ciprofloxacin. Analisa Data : Masalah teratasi sebagian.
Perencanaan : Tindakan dilanjutkan.

Implementasi Tanggal 30 Juni 2012 Jam 09:00 Wib


Diagnosa I : Nyeri berhubungan dengan peningkatan kontraksi ureteral
Implementasi : Mengkaji tingkat nyeri, mencatat lokasi, karakteristik, beratnya ( nyeri
sedang, skala nyeri 3, lokasi nyeri belakang pinggang), menganjurkan pada klien untuk
laporkan perubahan nyeri dengan cepat, mempertahankan istirahat dengan posisi semifowler,
mengajarkan teknik relaksasi ketika nyerinya timbul, memberikan kompres hangat pada
daerah punggung.
Evaluasi
subjektif : klien mengatakan nyerinya berkurang nyeri di, klien juga mengatakan nyerinya
menyebar ke paha Objektif : skala nyeri 3 (nyeri sedang) lokasi nyeri pada bagian belakang
pinggang, durasi paling lama 15 menit. Analisa Data : Masalah teratasi teratasi sebagian.
Perencanaan : Tindakan dilanjutkan.
Implementasi Tanggal 30 Juni 2012 Jam 10.30 Wib
DX II : perubahan eliminasi urin berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu.
Implementasi : Mengawasi pemasukan dan pengeluaran dan karakteristik urine, mendorong
klien untuk melakukan pemasukan cairan peroral. Mengontrol kelancaran cairan infus (NaCL
10tt/I+drip ciprofloxacin 500ml/12 jam).
Evaluasi
Subjektif :
Klien mengatakan sering merasa ingin BAK. Objektif : input perparental NaCL 10tt/m+drip
ciprofloxacin 500ml/12 jam, out put 1200cc/24jam, BAK warna kuning kemerahan dan
keruh, retensi urine dan cateter (+) ukuran 20. Analisa Data : Masalah belum teratasi.
Perencanaan : Tindakan dilanjutkan.

You might also like