You are on page 1of 6

C.

PATOFISIOLOGI
Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah tetap terbukanya duktus arteriosus setelah lahir,
yang menyebabkan dialirkannya darah secaralangsung dari aorta (tekanan lebih tinggi) ke
dalam arteri pulmoner (tekanan lebih rendah). Aliran kiri ke kanan ini menyebabkan
resirkulasi darah beroksigen tinggi yang jumlahnya semakin banyak dan mengalir ke dalam
paru, serta menambah beban jantung sebelah kiri. Usaha tambahan dari ventrikel kiri untuk
memenuhi peningkatan kebutuhan ini menyebabkan pelebaran dan hipertensi atrium kiri
yang progresif.
Dampak semuanya ini adalah meningkatnya tekanan vena dan kapiler pulmoner,
menyebabkan terjadinya edema paru. Edema paru ini menimbulkan penurunan difusi
oksigen dan hipoksia dan terjadi konstriksi arteriol paru yang progresif. Akan terjadi
hipertensi pulmoner dan gagal jantung kanan jika keadaan ini tidak dikoreksi melalui terapi
medis atau bedah.
Penutupan PDA terutama tergantung pada respons kontriktor dari duktus terhadap tekanan
oksigen dalam darah. Faktor lain yang mempengaruhi penutupan duktus adalah kerja
prostaglandin, tahapan pulmoner dan sistemik, besarnya duktus dan keadaan si bayi
(prematur atau cukup bulan). PDA lebih sering terdapat pada bayi prematur dan
kurangdapat ditoleransi karena mekanisme kompensasi jantungnya tidak berkembang baik
dan pirau kiri ke kanan itu cenderung lebih besar.
(Bets & Sowden, 2002)

G. PENATALAKSANAAN
1. Medis
a. Penatalaksanaan konservatif: Restriksi cairan dan pemberian obat-obatan: Furosemid
(lasix) diberikan bersama restriksi cairan untuk meningkatkan diuresis dan mengurangi efek
kelebihan beban kardiovaskuler. Pemberian indomethacin (inhibitor prostaglandin) untuk
mempermudah penutupan duktus, pemberian antibiotik profilaktik untuk mencegah
endokarditis bakterial.
b. Pembedahan: pemotongan atau pengikatan duktus.
c. Non pembedahan: penutupan dengan alat penutup dilakukan pada waktu kateterisasi
jantung.
(Betz & Sowden. 2002 : 377-378)
2. Keperawatan
Pasien PDA baru dirawat di rumahsakitbila sedang mendapat infeksi saluran naps, karena
biasanya sangat dipsnea dan sianosis sehingga pasien terlihat payah. Masalah pasien yang
perlu diperhatikan ialah bahaya terjadinya gagal jantung, resiko terjadinya infeksi saluran
napas, kebutuhan nutrisi, gangguan rasa aman dan nyaman, kurangnya pengetahuan orang
tua mengenai penyakit.
a. Bahaya terjadinya gagal jantung
Dengan adanya pirau kiri dari kiri ke kanan darah yang mengalir ke bilik kanan menjadi lebih
banyak. Ini berarti beban arteri pulmonalis dan otot bilik kanan yang ototnya tidak setebal
bilik kiri akan menjadi lebih berat danakibatnya akan terjadi gagal jantung. Bayi memerlukan
perawatan yang baik dan pengawasan medis yang teratur agar bila terjadi sesuatu lekas
dapatdiambil tindakan, karena itu bayi harus secara teratur kontrol di bagian kardiologi atay
dokter yang menanganinya.
b. Resiko Infeksi Saluran Pernapasan
Pasien dengan pirau kiri ke kanan mudah mendapat infeksi saluran napas karena darah di
dalam paru-paru lebih banyak sehingga pertukaranoksigen tidak adekuat. Dalam perawatan
perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Ruangan harus cukup ventilasi, tetapi boleh terlalu dingin
2) Baringkan dengan kepala lebih tinggi (semi fowler)
3) Jika banyak lendir baringkan dengan letak kepala ekstensi dengan memberi ganjal di
bawah bahunya (untuk memudahkan lendir keluar).
4) Sering isap lendirnya, bila terlihat banyak lendir di dalam mulut, bila akan memberi
minum, atau bila akan mengubah sikap berbaringnya.
5) Ubah sikap berbaringnya setiap 2 jam. Lap dengan air hangat bagian yang tertekan dan
diberi bedak.
6) Bila dipnea sekali diberikan oksigen 2-4 L per menit. Lebih baik periksa astrup dahulu
untuk menentukan kebutuhan oksigen yang sebenarnya sesuai dengan kebutuhan.
7) Observasi tanda vital
c. Kebutuhan nutiri
Karena bayi susah makan/minum susu maka masukan nutrisi tidak mencukupi
kebutuhannya untuk pertumbuhan. Kecukupan makanan sangat diperlukan untuk
mempertahankan kesehatan bayi sebelum dioperasi. Makanan yang terbaik adalah ASI, jika
tidak ada ASI diganti dengan susu formula yang cocok. Berikan makanan tambahan yang
sesuai dengan umurnya misalnya buah, biskuit, bubur susu atau tim saring.
Bayi yang sangat dipsnea susah mengisap dot atau menetek, maka perlu dipasang infus
untuk memenuhi kalori dan dapat juga untuk memasukkan obat secara intravena atau untuk
koreksi asidosis. Infus biasanya diberikan cairan 3:1, yaitu glukosa 5% dikombinasi dengan
NaCL 0,9 %. Perhatikan tetesan tidak boleh terlalu cepat karena memnambah bebankerja
jantung.
d. Gangguan rasa aman dan nyaman
1) Baringkan semifowler untuk menghindari isi rongga perut mendesak paru.
2) Berikan oksigen sesuai dengan keadaan sianosisnya (rumus 1-2 L/menit)
3) Ubah posisi tidur setiap 2-3 jam, lap tubuhnya supaya kering, kemudian dibedaki, hati-hati
debu bedak terhirup yang menyebabkan pasien batuk.
4) Selimuti pasien agar tidak kedinginan tetapi tidak boleh mengganggu pernapasan
5) Hati-hati jika menghisap lendir, jangan memacu mundurnya kateter.
6) Jika bekas infis terjadi hematoma, oleskan jel thrombophob atau kompres dengan
alkohol.
7) Jika orang tua tidak menunggui harus lebih diperhatikan, ajak berbicara walaupun pasien
seorang bayi.
e. Kurang pengetahuan orang tua mengenai penyakit
Orang tua pasien perlu dibertahu bahwa pengobatan anaknya hanya dengan jalan operasi.
Selama operasi belum dilakukan anak akan selalu menderita infeksi saluran pernapasan
berulang, sedangkan untuk operasi diperlukan kesehatan tubuh yang baik karenanya anak
perlu perawatan yang cermat.
1) Anak harus mendapatkan makanan yangcukup bergizi. Susu boleh diberikan lebih
banyak karena biasanya nafsu makannya kurang.
2) Hindarkan kontak dengan orang/anak yang sedang sakit misalnya batuk, pilek.
3) Hindarkan bayi/anak kontak dengan banyak orang untuk mencegah infeksi (bila tidak
perlu sekali tidak usah dibawa ke luar rumah)
4) Agar secara teratur dibawa kontrol di bagian kardiologi. Bila mendapat obat harus
diberikan dengan benar.
5) Usahakan agar lingkungan ruah bersih. Rumah cukup ventilasi dan sinar matahari, tetapi
kamar tidur jangan dingin. Bila menggunakan AC, pasien harus diselimuti tetapi tidak
membebani pernapasannya. Jangan mandi terlalu pagi atau terlalu sore dan harus
menggunakan air hangat.
(Ngastiyah. 2005 : 95-98)

C. PATHWAY KEPERAWATAN
Duktus arteriosus terbuka
(Malformasi jantung)
Cardiac Output Menurun

Suplai Darah ke lambung Oedem Paru Aktivitas meningkat

Gangguan fungsi Tekanan Paru Meningkat Kerja Jantung


mukosa lambung meningkat

Mukosa lambung Proses difusi O2 + CO2 CO sampai turun


terganggu

Gangguan Pertukaran GasAsam lambung meningkat Kelemahan Fisik


Intoleransi Aktivitas
Merangsang medulla
Resiko Infeksi
Intake nutrisi kurang Daya tahan tubuh turun
Gangguan
Pertumbuhan & Perkembangan
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

(Price dan Wilson. 1995 : 585)

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan curah jantung b.d. malformasi jantung
2. Gangguan pertukaran gas b.d. hipoventilasi
3. Intoleransi aktivitas b.d. kelemahan fisik
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. intake yang kurang
5. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d. tidak adekuatnya masukan nutrisi
6. Resiko infeksi b.d. malnutrisi.
(Nanda. 2005-2006)

E. INTERVENSI
1. DX I
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan curah jantung normal.
NOC: Pompa jantung efektif
Kriteria Hasil:
a. Nadi dalam batas normal
b. Ukuran jantung normal
c. Tidak ada suara jantung yang abnormal
d. Tidak terjadi disritmia
Ket Skala:
1 = Tidak pernah menunjukkan
2. = Jarang menunjukka
3 = Kadang menunjukkan
4 = Sering menunjukkan
5 = Selalu menunjukkan
NIC: Cardiac Care
1) Evaluasi adanya nyeri dada (intensitas, lokasi, dan durasi)
2) Catat adanya disritmia jantung
3) Monitor adanya perubahan tekanan darah
4) Monitor status pernapasan yang menandakan gagal jantung
5) Monitor toleransi aktivitas pasien

2. DX II
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pertukaran gas kembali
normal.
NOC: Status pernapasan: pertukaran gas
Kriteria Hasil:
a. Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan
b. Tidak ada gejala distensi pernapasan
c. GDA dalam rentang normal
Ket Skala:
1 = Tidak pernah menunjukkan
2. = Jarang menunjukka
3 = Kadang menunjukkan
4 = Sering menunjukkan
5 = Selalu menunjukkan
NIC: Terapi Oksigen
1) Observasi warna kulit dan kelembapan mukosa yang merupakan tanda sianosis.
2) Kaji status pernapasan
3) Awasi suhu tubuh
4) Pertahankan istirahat tidur
5) Monitor GDA
6) Kolaborasi perberian oksigen

3. DX III
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan pola aktivitas normal.
NOC: Penghematan Energi
Kriteria Hasil:
a. Melaporkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas
b. Tanda-tanda vital dalam rentang normal
Ket Skala:
1 = Tidak pernah menunjukkan
2. = Jarang menunjukka
3 = Kadang menunjukkan
4 = Sering menunjukkan
5 = Selalu menunjukkan
NIC: Pengelolaan Energi
1) Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas
2) Berikan lingkungan yang tenang dan batasi pengnjung
3) Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat
4) Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan
5) Jelaskan pentingnya istirahat dan perlunya antara istirahat dan aktivitas.

4. DX IV
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan status nutrisi terenuhi.
NOC: Status Nutrisi
Kriteria Hasil:
a. Mempertahankan status nutrisi
b. Mempertahankan berat badan
c. Melaporkan keadekuatan tingkat nergi
Ket Skala:
1 = Tidak adekuat
2 = Ringan
3 = Sedang
4 = Kuat
5 = Adekuat total
NIC: Manajemen Nutrisi
1) Kaji Status nutrisi pasien
2) Timbang berat badan interval yang tepat
3) Pantau asupan nutrisi parenteral yang adekuat
4) Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana memenuhinya.
5) Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian diit yang sesuai.

5. DX V
Tujuan: Setelah dilakukan tindalan keperawatan diharapkan peningkatan ukuran tubuh dan
berat badan normal dan perkembangan normal.
NOC: Pertumbuhan
Kriteria Hasil:
a. Anak mencapai tahapan pertumbuhan normal yang diharapkan sesuai dengan
beratbadan dan usia.
b. Anak mencapai tahapan yang penting mengenai perubahan fisik, kognitif dan kemajuan
psikososial dengan pencapaian sesuai usia tanpa keterlambatan dari rentang yang
diharapkan.
c. Pasien akan mencapai tingkat kesejahteraan yang tertinggi kemandirian pertumbuhan.
Ket Skala:
1 = Ekstreem
2 = Berat
3 = Sedang
4 = Ringan
5 = Tidak ada penyimpangan
NIC:
a. Pemantauan Nutrisi
1) Kaji keadekuatan masukan nutrisi
2) Kembangkan rencana untuk pengelolaan makanan
3) Timbang berat badan dalam interval yang sesuai
b. Peningkatan Perkembangan
1) Bantu Pasien dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan
2) Beri makan dan benda-benda yang sesuai dengan usia
3) Berikan aktivitas untuk meningkatkan interaksi diantara anak-anak.

6. DX VI
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi infeksi
NOC: Pengendalia Resiko
Kriteria Hasil:
a. Mengindikasikan status gastrointestinal, pernapasan, genitaurinaria, dan imun dalam
batas normal
b. Terbebas dari tanda dan gejala infeksi
c. Mendapatkan imunisasi yang tepat
Ket Skala:
1 = Tidak pernah menunjukkan
2. = Jarang menunjukka
3 = Kadang menunjukkan
4 = Sering menunjukkan
5 = Selalu menunjukkan
NIC: Pengendalian Infeksi
1) Pantau tanda/gejala infeksi (suhu, kulit, suhu tubuh, lesi, kulit, keletihan, malaise)
2) Kaji faktor yang meningkatkan serangan infeksi (usia, tinggkat imun rendah, malnutrisi)
3) Instruksikan pada keluarga pasien untuk menjaga hygiene anaknya untuk melindungi
tubuh terhadap infeksi.
4) Pantau hasil laboratorium (protein serum danalbumin)
5) Kolaborasi: pemberian antibiotik

You might also like