Professional Documents
Culture Documents
Korespondensi (correspondence): Widya Kusumadewy, Departemen Ortodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Jl. Salemba Raya
No. 4 Jakarta Pusat, Indonesia. E-mail: widy.dewi@gmail.com
ABSTRACT
Background: Ankylosed tooth is fusion between cementum or dentin with alveolar bone. Ankylosis may occur in primary or
permanent teeth, but more frequent in primary teeth. The etiology of ankylosed tooth due to genetic factors, trauma, and local
metabolism. Clinically, the ankylosed deciduous teeth can be seen infraocclusion. Upon percussion, a sharp sound is noticed, and
radiograph showed discontinuity of periodontal membrane. Purpose: This case report describes treatment of ankylosed deciduous
molars using esthetic restoration during orthodontic treatment. Case: A female patient aged 15 years 7 months presented with
a skeletal class I, bimaxillary prognatism and bimaxillary dental protrusion, class II canine relationship, upper midline shift to
the right and unerupted upper left lateral incisor. Some maxillary and mandibular deciduous molars were infraocclusion without
permanent tooth on radiograph and showed minimal resorpsion. The tooth also showed sharp sound on percussion. The suspected
deciduous tooth were engaged into orthodontic wire for 3 months and confirmed no mobility. A diagnosis of ankylosis was made.
Case management: The treatment plan for ankylosed tooth was restored the anatomic coutour and form. The right mandibular
deciduous molars recountoured using fixed crowns and the left maxillary deciduous first molar recountoured with composite resin.
After 13 months into orthodontic treatment, canine was in class I relationship, correction of midline shift and good interdigitation.
Conclusion: Proper diagnosis for suspected ankylosed tooth is necessary, so appropriate treatment plan can be done.
ABSTRAK
Latar belakang: Gigi ankilosis merupakan fusi antara sementum dan atau dentin dengan tulang alveolar. Hal ini terjadi pada gigi
sulung maupun gigi permanen, namun lebih sering terjadi pada gigi sulung terutama jika benih gigi permanen hilang. Penyebab
terjadinya ankilosis adalah karena faktor genetik, trauma, dan metabolisme lokal. Secara klinis, gigi sulung yang ankilosis dapat
terlihat infraklusi, dan pada perkusi akan menimbulkan bunyi tajam. Sedangkan pada pemeriksaan radiograf tidak terlihat adanya
membran periodontal. Tujuan: Laporan kasus ini membahas penatalaksanaan gigi sulung ankilosis disertai kehilangan benih gigi
permanen menggunakan restorasi estetik selama perawatan ortodonti. Kasus: Wanita usia 15 tahun 7 bulan, hubungan skeletal
kelas I dengan bimaxillary prognatism dan bimaxillary dental protrusion, hubungan kaninus kelas II, garis tengah gigi atas
bergeser ke kanan, dan agenesis gigi 22. Terdapat beberapa gigi sulung ankilosis pada rahang atas dan bawah disertai kehilangan
benih gigi permanen, sedikit resorbsi akar pada radiograf serta terdengar suara lebih nyaring pada gigi saat diperkusi. Gigi-gigi
diikutsertakan dalam perawatan ortodonti selama 3 bulan dan tidak terdapat mobilitas, maka disimpulkan bahwa gigi tersebut
Kusumadewy dan Ismania : Penatalaksanaan kasus maloklusi yang disertai dengan gigi sulung ankilosis
20 Jurnal PDGI 65 (1) Hal. 19-26 2016
mengalami ankilosis. Tatalaksana kasus: Perawatan pada gigi ankilosis dilakukan dengan cara mengembalikan bentuk anatomis
gigi. Gigi molar sulung bawah kanan direkonturing dengan mahkota cekat dan gigi molar satu sulung atas kiri direkonturing
dengan menggunakan tumpatan resin komposit. Setelah 13 bulan perawatan didapatkan hubungan kaninus kelas I, garis tengah
gigi berimpit, dan interdigitasi yang baik. Simpulan: Penegakkan diagnosa pada gigi yang dicurigai ankilosis sangat penting
sehingga dapat dilakukan penatalaksanaan yang tepat
A B C
Gambar 3. A) 64 resorbsi akar 1 3 apikal; B) 75 resorbsi akar mesial 1 3 apikal; C) 84 resorbsi akar mesial 1 3 apikal, 85 kondisi akar
baik.
kebersihan gigi dan mulut yang sedang, kesehatan ke kiri 1 mm dan midline gigi bawah normal. Bentuk
gingiva sedang, tidak terdapat kegoyangan gigi, lengkung gigi atas dan bawah oval. Terdapat gigi
palatum sedang dan ukuran lidah sedang. berjejal sedang pada gigi anterior atas dan bawah.
Masih terdapat gigi sulung yaitu gigi 54, 53, Berdasarkan pemeriksaan klinis intra oral
63, 64, 75, 84, 85 Tidak terdapat gigi 22, 24, 35, terlihat bahwa gigi 85, 84, 75 infraklusi. Ketika
44, 45 Hubungan molar tetap kanan kelas II 1/2 operator melakukan perkusi pada gigi 64, 85, 84,
cusp, hubungan molar tetap kiri kelas I, hubungan 75 terdapat bunyi yang berbeda yaitu lebih nyaring
kaninus kanan kelas II 1 cusp, hubungan kaninus dibandingkan dengan gigi tetangganya serta tidak
kiri kelas II. Overjet 2,5 mm, sedangkan overbite 1,5 terdapat mobilitas dibandingkan dengan gigi sulung
mm. Curve of spee dalam, midline gigi atas bergeser lainnya. Dari pemeriksaan radiograf, ternyata tidak
Kusumadewy dan Ismania : Penatalaksanaan kasus maloklusi yang disertai dengan gigi sulung ankilosis
22 Jurnal PDGI 65 (1) Hal. 19-26 2016
terdapat benih gigi permanen dibawah gigi sulung dan mengikutsertakan gigi yang dicurigai ankilosis
tersebut dan kondisi akar secara umum masih baik yaitu 64, 75, 84, 85. Pada bulan ketiga observasi
(Gambar 3). Keadaan klinis di atas memberikan mobilitas gigi-gigi 64, 75, 84, 85 dilakukan namun
indikasi kemungkinan adanya ankilosis pada ternyata tidak terdapat kegoyangan, maka braket
gigi-gigi tersebut. Pada foto panoramik (Gambar pada gigi ankilosis yang infraklusi dilepas dan
4) terlihat densitas tulang cukup baik, ketinggian kemudian gigi dilewati agar tidak menyebabkan
tulang normal, akar tidak paralel, terdapat gigi gangguan oklusi pada gigi-gigi tetangganya. Setelah
54, 53, 63, 64, 75, 84, 85. Agenesis 22, 24, 35, 44, 45. enam bulan, gigi 15 yang ektrusi telah terkoreksi.
Impaksi gigi 38 dan 48. Infraklusi gigi 85, 84, 75. Gigi 13 didistalisasi untuk mendapatkan hubungan
Berdasarkan analisa sefalometrik disimpulkan kaninus kelas I dan sisa ruang antara gigi 12 dan
hubungan rahang orthognati dengan bimaxillary 13 nantinya akan digunakan untuk retraksi gigi
prognatism dan bimaxillary dental protrusion. Profil anterior atas. Koreksi midline gigi atas ke kanan
skeletal lurus dengan arah pertumbuhan wajah dilakukan.
hipodivergen. Setelah 13 bulan, sasaran perawatan telah
Diagnosis kasus ini adalah pasien wanita, tercapai yaitu sudah tidak terdapat gigi-gigi yang
usia 15 tahun 7 bulan. Tipe wajah mesofasial, persistensi, gigi-gigi 84 dan 85 yang ankilosis
seimbang dan bibir atas tidak simetris dengan dan infraklusi dilakukan rekonturing dengan
profil jaringan lunak cembung. Hubungan rahang menggunakan mahkota cekat, gigi 65 dilakukan
orthognati dengan bimaxillary prognatism dan rekonturing dengan tumpatan resin komposit,
bimaxillary dental protrusion. Profil skeletal lurus sedangkan gigi 75 tidak dilakukan perbaikan
dengan arah pertumbuhan wajah hipodivergen.
Hubungan molar kanan kelas II dan molar kiri
kelas II, hubungan kaninus kanan dan kiri kelas II. Tabel 1. Analisa sefalometri sebelum dan setelah 13 bulan
Overjet 2,5 mm, overbite 1,5 mm, crossbite gigi 23 perawatan
dan 33, ektrusi gigi 15 sebanyak 2 mm dan gigi 25 SEBELUM SETELAH 13BULAN
RATA-RATA
sebanyak 1 mm, infraklusi gigi 85, 84, 75, midline PERAWATAN PERAWATAN
shifting lengkung gigi atas 1 mm ke kiri, persistensi SNA 82 88 87
54, 53, 63, 64, 75, 84, 85, agenesis 22, 24, 35, 44, 45 SNB 80 88 86
dan dicurigai terjadi ankilosis pada gigi 64, 75, 84, ANB 2 0 1
85. Namun penegakkan diagnosa ankilosis tetap Facial Angle 87 93 91
sulit sehingga gigi-gigi tersebut diobservasi dengan Angle of
0 1 2
Convexity
cara tes mobilitas selama awal perawatan.
Go angle 123 126 125
SN-MP 32 25 27
Interincisal
TATALAKSANA KASUS Angle
130 113 122
Pencabutan gigi 54, 53, dan 63 dilakukan terlebih UI-SN 104 125 113
dahulu. Perawatan dimulai dengan levelling aligning LI-MP 90 95 95
Kusumadewy dan Ismania : Penatalaksanaan kasus maloklusi yang disertai dengan gigi sulung ankilosis
Jurnal PDGI 65 (1) Hal. 19-26 2016 23
kontur gigi karena tidak terdapat infraklusi sambil Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa terdapat
terus diobservasi apakah terjadi kegoyangan. Regio perubahan beberapa nilai sefalometri setelah 13
gigi 22 yang hilang digantikan sementara dengan bulan perawatan. Perubahan terjadi pada nilai SNA
protesa akrilik. Hubungan kaninus kanan dan kiri dan SNB. Hal ini terjadi karena adanya pergerakan
netroklusi, crossbite gigi 23 dan 33, serta posisi gigi mandibula ke bawah belakang dengan nilai SNA
15 yang ektrusi sudah terkoreksi. yang berkurang 1 serta SNB yang berkurang 2.
Kusumadewy dan Ismania : Penatalaksanaan kasus maloklusi yang disertai dengan gigi sulung ankilosis
24 Jurnal PDGI 65 (1) Hal. 19-26 2016
Pergerakan ini juga dapat dilihat dengan adanya tersebut ankilosis kemudian braket dilepas agar
perubahan nilai Go angle. Perubahan dental terutama tidak menimbulkan gangguan interdigitasi.
pada gigi atas dengan berkurangnya inklinasi yang Terdapat beberapa penatalaksanaan gigi
protrusif pada gigi anterior atas dari 125 menjadi ankilosis, Sleten (2003) mengatakan bahwa gigi
113, terlihat juga dengan bertambahnya sudut molar-2 sulung ankilosis dengan mahkota yang
interinsisal sebesar 9 (dari 113 menjadi 122). baik, akar dan prosesus alveolar pada pasien
dewasa dapat bertahan cukup lama di dalam mulut.
Pada penelitian ini pasien diobservasi minimal
PEMBAHASAN selama 5 tahun dan 86 % gigi molar sulung masih
Penegakkan diagnosa penting seperti pada kasus dapat berfungsi dengan baik.10 Pada pasien ini
ini terutama pada gigi yang dicurigai ankilosis tahap tumbuh kembang sudah terlewati, sehingga
yaitu gigi 64, 85, 84, 75, sehingga dapat melakukan direncanakan untuk melakukan built up dengan
penatalaksanaan kasus dengan tepat. Perawatan menggunakan protesa cekat untuk memperbaiki
ortodonsia dimulai dengan pemasangan braket ketinggian oklusal gigi ankilosis. Gigi-gigi 84
pada semua gigi termasuk gigi yang diperkirakan dan 85 yang ankilosis dan infraklusi dilakukan
ankilosis untuk menegakkan diagnosis. Pada rekonturing dengan menggunakan mahkota cekat,
pemeriksaan intra oral, gigi 85, 84, 75 terlihat gigi 65 dilakukan rekonturing dengan tumpatan
infraklusi disertai dengan ekstrusi gigi 15, tidak resin komposit. Rekonturing dilakukan dengan
terdapat kegoyangan gigi walaupun pasien sudah pertimbangan kondisi gigi ankilosis yang masih baik
berusia 15 tahun dan tidak terlihat adanya gigi dengan resorbsi akar minimal, infraklusi sedang
permanen yang mulai erupsi. Kondisi ini berbeda dengan mahkota klinis yang cukup untuk dilakukan
jika dibandingkan dengan gigi sulung lain yang preparasi, tidak terdapat benih gigi permanen,
terdapat pada pasien yaitu gigi 54, 53, 63 dengan posisi gigi tetangga baik dan ekstrusi gigi antagonis
gigi permanen yang sudah terlihat erupsi. Beberapa sudah terkoreksi dengan perawatan ortodonti dan
jurnal mengatakan bahwa secara klinis, gigi sulung tahap tumbuh kembah telah selesai. Sedangkan gigi
yang ankilosis dapat terlihat infraklusi.1, 4, 10 Makin 75 tidak dilakukan perbaikan kontur gigi karena
dini usia onset maka makin parah ankilosis yang tidak terdapat infraklusi.
terjadi.10, 13 Perawatan ortodonti pada kasus ini dilakukan
Ketika dilakukan perkusi dengan menggunakan untuk koreksi kelainan dental seperti gigitan silang
gagang instrumen logam, terdengar suara yang pada kaninus kiri, hubungan kaninus kelas II,
berbeda dengan gigi normal. Pada gigi ankilosis ekstrusi 15, midline shifting lengkung gigi atas 1 mm
tidak terdapat mobilitas walaupun terjadi resorbsi ke kiri. Setelah 13 bulan perawatan hampir semua
akar dan akan menimbulkan bunyi yang tajam masalah utama terkoreksi, hubungan kaninus
(kling atau ring) ketika dilakukan perkusi.4 kelas I, posisi gigi 15 sudah terkoreksi, perbaikan
Namun pemeriksaan dengan melakukan perkusi midline dan interdigitasi diikuti dengan pemasangan
bersifat subjektif, untuk itu perlu dilakukan retainer.
pemeriksaan lain. Berdasarkan pembahasan di atas dapat
Pada gambaran radiograf periapikal terlihat disimpulkan bahwa pada pasien ini gigi 65, 84,
bahwa keempat gigi yang infraklusi memiliki 85 terlihat infraklusi dengan permukaan oklusal
kondisi akar yang masih baik, gigi 64,75 dan 84 berada sejajar dengan titik kontak gigi tetangganya.
terdapat resorbsi pada 1/3 pada gigi 65, 75, 84, 85 Hal ini terjadi karena gigi ankilosis tidak bergerak
tidak memiliki benih gigi permanen. Gambaran sementara gigi tetangganya terus erupsi. sedangkan
ligamen periodontal tidak terlihat jelas. Menurut pada gigi 75 tidak terdapat infraklusi. Ketika
Albers, ankilosis lebih sering terjadi pada gigi sulung dilakukan perkusi pada gigi terdengar bunyi
terutama jika benih gigi permanen hilang.4 Pada gigi yang lebih nyaring dibandingkan dengan gigi
sulung tersebut terdapat resorbsi akar namun tidak sebelahnnya. Dari pemeriksaan radiograf, membran
menunjukkan mobilitas sehingga untuk melihat periodontal tidak terlihat dengan jelas. Kemudian
apakah akan terjadi mobilitas, maka pada pasien pada pasien dilakukan uji mobilitas dengan
ini gigi-gigi tersebut tetap dipasang braket dengan memasang braket pada gigi yang dicurigai ankilosis
observasi apakah terdapat mobilitas atau tidak. dan setelah 3 bulan pemakaian ternyata tidak
Setelah 3 bulan pemasangan braket ternyata tidak terdapat pergerakan. Perawatan pada gigi ankilosis
terdapat mobilitas, maka disimpulkan bahwa gigi tersebut adalah dengan memperbaiki bentuk
Kusumadewy dan Ismania : Penatalaksanaan kasus maloklusi yang disertai dengan gigi sulung ankilosis
Jurnal PDGI 65 (1) Hal. 19-26 2016 25
anatomis menggunakan restorasi estetis berupa 6. Biederman W. Etiology and treatment of tooth ankylosis.
mahkota cekat pada gigi 84, 85 dan tumpatan resin Am J Orthod and Dentofac Orthop 1962; 48: 670-84.
7. Noble J, Karaiskos N, Wiltshire W. Diagnosis and
komposit pada gigi 65. Setelah 13 bulan perawatan
management of the infraerupted primary molar. Br Dent
ortodonti, didapatkan hubungan kaninus kelas J 2007; 203: 632-4.
I, garis tengah gigi berimpit dan gigi berjejal 8. Dias C, Closs LQ, Fontanella V, Araujo FBd. Vertikal
terkoreksi. Penegakkan diagnosis terhadap gigi alveolar growth in subject with infraoccluded mandibular
ankilosis sangat penting agar mendapatkan rencana deciduous molars. Am J Orthod and Dentofac Orthop
perawatan yang sesuai sehingga estetik dan fungsi 2012; 141: 81-6.
9. Loriato LB, Machado AW, Souki BQ, Pereira TJ. Late
pengunyahan dapat terkoreksi
diagnosis of dentoalveolar ankylosis: impact on
effectiveness and efficiency of orthodontic treatment.
Am J Orthod Dentofacial Orthop 2009; 135(6): 799-808.
DAFTAR PUSTAKA 10. Sletten DW, Smith BM, Southard KA, Casco JS, Southard
1. Suprabha BS, Pai SM. Ankylosis of primary molar along TE. Retained decidous mandibular molars in adult: A
with congenitally missing first permanent molar. J radiographic study of long-term changes. Am J Orthod
Indian Soc Pedod Prev Dent 2006; 24 Suppl 1: S35-7. Dentofacial Orthop 2003; 124(6): 625-30.
2. Becker A, Karnel-Rem RM. The effect of infraocclusion: 11. Kennedy D. Review: Treatment strategies for ankylosed
Part 3. Dental arch length and the midline. Am J Orthod primary molars. Eur Archieves of Paediatric Dentistry
and Dentofac Orthop 1992; 102: 427-33. 2009; 10(4): 201-10.
3. Becker A, Karnel-Rem RM. The effect of infraocclusion: 12. Robinson S, Chan M. New teeth from old: treatment
Part I: Tilting of the adjacent teeth and local space loss. options for retained primary teeth. Br Dent J 2009; 207(7):
Am J Orthod and Dentofac Orthop 1992; 102: 256-64. 315-20.
4. Albers DD. Ankylosis of teeth in the developing 13. Kurol J. Impacted and ankylosed teeth: Why, when, and
dentition. Quintessence Int 1986; 17: 303-8. how to interfene. Am J Orthod Dentofacial Orthop 2006;
5. Ponduri S, Birnie DJ, Sandy JR. Infraocclusion od 129(4 Suppl): S86-90.
secondary deciduous molars-an unusual outcome. J
Orthod 2009; 36: 186-9.