Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN UMUM
PT. Kideco Jaya Agung didirikan Pada Tahun 1982, setelah hampir 10
akhirnya pada tahun 1992 pihak PT. Kideco Jaya Agung menandatangani
PT. Kideco Jaya Agung yang bertempat di Desa Batu Kajang Kecamatan
batubara komersial pertamanya Pada Tahun 1993, dimulai dengan target produksi
3 juta ton pertahun dengan luas lahan konsesi yang dimiliki mencapai 50.921
Ha.Pada tahun 1998 produksi tahunan PT. Kideco Jaya Agung mencapai 5 juta
ton pertahun hingga Pada Tahun 2005 PT Kideco Jaya Agung mampu
menghasilkan 18.2 juta batubara bitumen dengan volume akumulasi 100 juta ton.
yang ke-4 pada tahun 2006, kapasitas produksi tahunan yang sebelumnya 18.2
juta ton per tahun meningkat menjadi 22 juta ton per tahun. Hingga pada tahun
2009 PT.Kideco Jaya Agung kembali melakukan kontruksi perluasan yang ke-5
mulai dibuka, dan produksi pada kawasan SSB (Susubang) dimulai pada bulan
2-1
juli, hingga Pada Tahun 2012 PT. Kideco Jaya Agung produksi 34 juta ton per
tahun dan Pada Tahun 2015 PT. Kideco Jaya Agung merencanakan memproduksi
00 00 LS. Daerah ini dapat dicapai dari kota Balikpapan menuju Penajam (PPU)
melalui penyeberangan feri selama 2 jam ataupun speed boat selama 15 menit,
2-2
2.3 Keadaan Lingkungan
Penduduk asli yang bermukim di sekitar lokasi tambang adalah suku Paser,
Bugis, Jawa, Toraja dan Timor. Jumlah penduduk yang terdapat di sekitar lokasi
kehidupan sehari-hari (gotong royong, tenggang rasa dan toleransi terhadap nilai
Climate) serta mempunyai dua musim yaitu musim hujan antara Bulan Oktober
sampai dengan Maret dan musim kemarau antara Bulan April sampai dengan
2-3
September. Intensitas hujan di daerah penyelidikan sangat bervariasi dari rendah
2.4Kondisi Geologi
Kideco Jaya Agung masuk dalam sub cekungan paser, yang tersusun oleh satuan
batuan berumur Pra tresier sampai kuarter, secara umum hampir semua satuan
batuan pengisi sub cekungan ini telah mengalami deformasi kecuali endapan yang
berumur kuarter.
Wilayah PKP2B PT. Kideco Jaya Agung khususnya area Roto dan
memanjang dari Utara Selatan sampai Timur Laut Barat Daya, dengan
kemiringan sayap lipatan antara 10 sampai 60 dan pada beberapa tempat hampir
vertical. Lipatan yang terdapat pada daerah ini adalah lipatan asimetri dimana
lipatan bagian dalam lebih terjal dari bagian luar.Struktur sesar di daerah ini
terdiri dari sesar naik dan sesar turun. Arah sesar sesar hampir sama dengan arah
2-4
10 dengan ketinggian antara 80 m hingga 200 m di atas permukaan laut. Sungai
yang terdapat di dalam wilayah ini berpola dendritik dan bermeander dengan
sungai utama sungai Kandilo. Sebagian kecil pola awal topografi di wilayah ini
2.4.2 Geomorfologi
Keadaan morfologi daerah PT. Kideco Jaya Agung terdiri dari lereng
dengan aliran sungai di Timur dan Barat dari Selatan perbukitan tersebut.
2.4.3 Statigrafi
A. Statigrafi Regional
Urutan satuan batuan tersier yang mengisi sub cekungan Paser, di urutkan
dari muda ke tua adalah : Formasi Warukin, Formasi Berai, Formasi Pemaluan,
dengan Formasi Kuaro dan Tanjung. Formasi Kuaro dan Formasi Tanjung ini
menutupi secara tidak selaras dengan batuan dasar yang berumur Pratersier berupa
Formasi Pitap, Formasi Haruyan, dan batuan tektonik (ultramafik). Seluruh satuan
batuan ini ditutupi secara tidak selaras oleh satuan batuan berumur kuarter.
Formasi Warukin
2-5
dibagian Timur Cekungan Barito, yang dikenal dengan synorogenicyang mulai
Litologi yang terdapat pada bagian bawah Formasi Warukin tersusun atas
batu lempung dengan sisipan batubara serta lapisan batupasir kuarsa. Pada bagian
tengah formasi ini masih diendapkan batulempung, batubara dan sisipan batupasir
batupasir kuarsa serta sisipan batubara yang tebal. Formasi ini diendapkan
didaerah laut dangkal atau litoral (Triono dan Mulyana, 2007), sedangkan
partikel sedimen berbeda yang biasanya dijumpai pada dataran banjir disekitar
muara sungai, sedangkan batubara didaerah ini muncul sebagai sisipan yang
lingkungan laut dangkat (Litoral) hingga paralik yang berupa secara berangsur
kebagian atas menjadi endapan fluviodeltaik. Umur dari formasi ini diperkirakan
berkisar antara 450 650 meter dan menebal kearah Tinggian Meratus dengan
Formasi Berai
Formasi ini memiliki umur Oligosen Awal Miosen Awal dan diendapkan
secara selaras diatas Formasi Tanjung. Pada bagian bawah formasi ini terdapat
2-6
litologi batugamping yang massif. Setelah itu, pada bagian atas dari formasi ini,
Formasi ini memiliki ketebalan sekitar 100 m dengan pola penyebaran yang
dikontrol oleh ketinggian purba pada pembentukan cekungan yang lebih tua.
Formasi Pamaluan
Tabel 2. 1
2-7
Formasi Tanjung
awal, diendapkan selam awal genang laut tersier. Formasi tanjung diendapkan
Litologi yang terdapat pada formasi ini terdiri dari batupasir kuarsa yang berbutir
Tabel 2. 2
Stratigrafi lokal area Roto Utara, satuan batuan yang terdapat di area Roto
2-8
kuarsa (dominan), lempung (5 10 %), mengandung oksida besi yang mengalami
adanya bidang perlapisan (massif), memiliki sifat agak pecah pecah (brittle) dan
(lempung dan pasir masing masing 50 %).Batuan ini umumnya berwarna kelabu
lunak dan jarang menunjukkan bidang perlapisan (masif).Batuan ini memiliki sifat
sangat keras bila dalam kondisi kering dan sangat lengket bila dalam kondisi
Stratigrafi lokal area Roto Tengah, satuan batuan penyusun blok Roto
Batulumpur memiliki warna abu abu terang hingga abu abu gelap, lunak dan
jarang menunjukkan bidang perlapisan.Batuan ini memiliki sifat sangat keras bila
dalam kondisi kering dan sangat lengket bila dalam kondisi basah.Batulanau
memiliki warna abu abu terang hingga gelap, tersusun dari komposisi mineral
memiliki sifat agak pecah pecah (brittle) dan sedikit lengket bila dalam kondisi
2-9
basah.Batubara berwarna hitam, mengkilap, terang, keras, pecahan konkoidal tak
beraturan.
Stratigrafi lokal area Roto Selatan tersusun oleh batulumpur abu abu,
keras, batupasir putih keabu abuan, berbutir halus hingga sedang, massif keras,
dan sisipan batubara berwarna hitam kecoklatan, kilap lilin, brittle, keras.
keras, batupasir berwarna putih keabu abuan, berbutir halus hingga sedang,
massif keras dan sisipan batubara berwarna kecoklatan, kusam, keras, bidang
deformasi, mulai dari Pratersier sampai Tersier Akhir. Akibat deformasi tersebut
terbentuklah struktur geologi yang berupa sinklin, antiklin dan sesar. Batuan
sedangkan batuan Pratersier 40. Pola lipatan yang terbentuk umumnya berupa
lipatan tidak simetris (unsimetris), dengan kemiringan bagian luar yang lebih
besar.
berumur Prajura yaitu batuan ulta mafik mengalami displacement, terlipatkan dan
2 - 10
tersesarkan. Kegiatan tektonik ini diikuti oleh aktivitas magma dan pengendapan
sedimen klastika serta vulkanik, yang merupakan penyusun Formasi Pintap dan
terjadinya deformasi batuan oleh sesar naik. Pengangkatan yang terjadi pada awal
Eosen, diikuti oleh pendangkalan cekungan serta proses erosi membantuk Formasi
Pada Kala Oligosen hingga Miosen Awal terjadi penurunan cekungan yang
diiringi pengendapan Formasi Berai dan formasi Pamaluan. Kala Eosen Tengah
hingga Eosen Akhir terjadi susut laut dan terbentuklah endapan darat Formasi
baru yang dikenal sebagai lipatan seret (dragfault), sehingga struktur lipatan yang
terbentuk di daerah ini dapat dibedakan atas lipatan primer dan lipatan sekunder,
yang secara umum terlihat sebagai perlipatan yang terdiri dari dua struktur sinklin
dan satu struktur antiklin, dimana struktur sinklin tersebut dinamakan sebagai
sinklin roto bagian utara dan sinklin samurangau. Sinklin roto bagian utara ini
merupakan lipatan rebah yang memiliki sayap tidak simetris antara sayap barat
dan sayap timur. Sayap barat sinklin roto bagian utara memiliki arah N 185 E
2 - 11
Sedangkan sayap timur dari singklin tersebut memiliki arah sayap N 2 E N 10
E dengan arah kemiringan 41 - 71 ke arah timur, terutama Pit Roto Utara sector
II. Wilayah antiklin, ditempati oleh Pit Roto Utara sector I, sedangkan sayap barat
dan sayap timur masing masing ditempati oleh sector IV dan sector II.
Roto Selatan merupakan bagian sayap sinklin Roto bagian barat yang
1. Bagian utara yang letaknya membujur dari arah timur laut hinggabarat daya,
2. Bagian selatan merupakan lapisan monoklin bagian dari sayap sinklin roto
bagian barat yang arahnya membujur dari barat laut hingga tenggara, pada
E, dan F.
Wilayah ini terletak diantara patahan samurangau dan patahan roto, dan
dibentuk oleh struktur antiklin yang menujam (plunging out) ke arah selatan.Pada
antiklin ini terdapat lokasi penggalian yang disebut Pit M (Roto Tengah).
merupakan bagian dari lapisan monoklin sayap sinklin roto bagian timur dengan
menjadi empat bagian yaitu: Pit Samurangau (Pit SM) sector A (Paku) di bagian
2 - 12
utara, Sektor B dan C (Popor) di bagian tengah, serta sector D (Suara) di bagian
2.6 KegiatanPenambangan
gali muat serta Dump Truck (DT) sebagai alat angkutnya. Kegiatan penambangan
tanah tempat pohon tersebut tumbuh, sehingga nantinya tidak tercampur dengan
tanah subsoilnya. Pepohonan (tidak berbatang kayu keras) yang dipisahkan ini
Kegiatan pembersihan lahan ini baru dilaksanakan pada lahan yang benar-
benar segera akan ditambang. Sedangkan lahan yang belum segera ditambang
wajib tetap dipertahankan pepohonan yang tumbuh di lahan tersebut. Hal ini
reklamasi dapat dimanfaatkan kembali. Pengupasan top soil ini dilakukan sampai
2 - 13
pada batas lapisan subsoil, yaitu pada kedalaman dimana telah sampai di lapisan
Kegiatan pengupasan tanah pucuk ini terjadi jika lahan yang digali masih
berupa rona awal yang asli (belum pernah digali/tambang). Tanah pucuk yang
telah terkupas selanjutnya di timbun dan dikumpulkan pada top soil bank. Untuk
selanjutnya tanah pucuk yang terkumpul di top soil bank pada saatnya nanti akan
dipergunakan sebagai pelapis teratas pada lahan disposal yang telah berakhir dan
alat gali berupa alat berat jenis big bulldozer yang berfungsi sebagai alat pemecah
bebatuan (proses ripping dan dozing). Batuan penutup yang telah hancur tersebut
selanjutnya diangkat oleh alat berat jenis excavator dan dipindahkan ke alat
angkut. Dump truck ini beroperasi dari loading point di front tambang menuju ke
areal disposal.
bertahap, yaitu dimulai dengan membuat lapisan OB dasar seluas areal disposal
nantinya dinyatakan selesai, maka permukaan disposal akan diberilapisan top soil
2 - 14
(tidakterasering). Sedangkanderajatkemiringankonturbukitinisekitar 14 derajat.
Setelahpenggalianbatuanpenutupselesai,
makakegiatanpenambanganberikutnyaadalah proses
ataslapisanbatubaradapatdihilangkanhinggasebersihmungkin.
tambangdapatberlangsunglebihcepat,
jikadibandingkandenganpengangkutanbatubarasecaralangsungdari front
2 - 15
tambangke stockpile pelabuhan. Hal inimengingatjarakantaralokasi front
penggunaannyahanyaapabilakondisitambangcukupterganggudenganadanyagenang
an air dalamjumlahbanyak.
kompartemen, yaitu :
tambangtersebutdisalurkankeperairanumumatausungai.
2 - 16
adalahasamsehinggacenderungmerusaklingkungan, baikterhadaphewan biota air
maupuntumbuhandisekitarperairantersebut.
2.6.6 Pengolahan
batubara yang akan dihasilkan nanti, PT. Kideco Jaya Agung memiliki batubara
bitumen rendah abu dan rendah sulfur sehingga pada proses pengolahan batubara
di PT. Kideco Jaya Agung hanya melakukan proses reduksi ukuran batubara
dengan tanaman yang sesuai atau hamper sama seperti pada saat tambang belum
dibuka.
pun lingkungan, baik terhadap pit yang sedang aktif maupun pit yang telah
ditambang.
2 - 17
2 - 18