You are on page 1of 16

1

BANTUAN HIDUP DASAR PADA DEWASA

A. Definisi
Bantuan Hidup Dasar pada dewasa adalah tindakan pertolongan medis sederhana yang dilakukan
pada penderita yang mengalami henti jantung sebelum diberikan pertolongan medis lanjutan.

B. Tujuan
Memberikan bantuan sirkulasi dan pernafasan yang adekuat sampai keadaan henti jantung
teratasi atau sampai penderita dinyatakan meninggal.

C. Henti nafas dan henti Jantung


Henti nafas adalah berhentinya pernafasan spontan disebabkan gangguan jalan nafas, baik parsial
maupun total atau karena gangguan dipusat pernafasan. Henti jantung adalah berhentinya
sirkulasi peredaran darah karena kegagalan jantung untuk melakukan kontraksi secara efektif.
Keadaan tersebut bisa disebabkan oleh penyakit primer dari jantung atau penyakit sekunder non-
jantung. Henti nafas dan henti jantung merupakan dua keadaan yang sering berkaitan, sehingga
penata laksanaanya tidak bisa terpisahkan.

C.1. Penyebab Henti Nafas

1. Sumbatan jalan nafas


Jalan nafas dapat mengalami sumbatan total atau parsial. Sumbatan jalan nafas total
dapat menimbulkan henti jantung mendadak karena berhentinya suplai oksigen baik ke
otak maupun ke miokard. Sumbatan jalan nafas parsial umumnya lebih lambat
menimbulkan keadaan henti jantung, namun usaha yang dilakukan tubuh untuk bernafas
dapat menyebabkan kelelahan.
Kondisi-kondisi yang menyebabkan sumbatan jalan nafas :
a) Benda asing (termasuk darah)
b) Muntahan
c) Edema laring atau bronkus akibat trauma langsung pada wajah atau tenggorokan.
d) Sparme laring atau bronkus akibat radang atau trauma.
e) Tumor.

2. Gangguan Paru
2

Kondisi-kondisi paru yang menebabkan gangguan oksigenasi dan ventilasi antara lain :
a) Infeksi
b) Aspirasi
c) Edema paru
d) Kontusio paru
e) Keadaan tertentu yang menyebabkan rongga paru tertekan oleh benda asing, seperti
pneumotoraks, hematotoraks, efusi pleura
3. Gangguan neuromuskular
Kondisi-kondisi yang menyebabkan penurunan kemampuan otot-otot utama pernafasan
(otot dinding dada, diafragma dan otot interkostal) untuk mengembangkempiskan paru
antara lain:
a) Miastenia gravis
b) Sindroma Guillian Barre
c) Sklerosis multipel
d) Poliomielitis
e) Kiposkoliosis
f) Distrofi muskular
g) Penyakit motor neuron

C.2. Penyebab Henti Jantung


Henti jantung dapat disebabkan karena primer atau sekunder. Kondisi primer penyebab henti
jantung :
1. Gagal jantung
2. Tamponade jantung
3. Miokarditis
4. Kardiomiopati hipertrofi
5. Fibrilasi ventrikel yang mungkin disebabkan oleh iskemia miokard, infark miokard,
tersengat listrik, gangguan elektrolit atau konsumsi obat-obatan.
C.3. Indikasi Bantuan Hidup Dasar
1. Henti jantung
2. Henti nafas
3. Tidak sadarkan diri
D. Pelaksanaan Bantuan Hidup Dasar
3

Urutan pelaksanaan Bantuan Hidup Dasar yang benar akan memeperbaiki tingkat keberhasilan.
Berdasarkan panduan Bantuan Hidup Dasar yang dikeluarkan oleh American Heart Association
dan European Society of Resuscitation, pelaksanaan Bantuan Hidup Dasar dimulai dari penilaian
kesadaran penderita, aktivitas layanan gawat darurat dan dilanjutkan dengan tindakan
pertolongan yang diawali dengan CABD (Circulation-Airway-Breathing-Defibrillator).

E. Penilaian Respons
Penilaian respons dilakukan setelah penolong yakin bahwa dirinya sudah aman untuk melakukan
pertolongan. Penilaian respons dilakukan dengan cara menepuk-nepuk dan menggoyangkan
penderita sambil berteriak memanggil penderita. Hal yang perlu diperhatikan setelah melakukan
penilaian respons penderita:

1. Bila penderita menjawab atau bergerak terhadap tespons yang diberikan, maka usahakan
tetap kedalam posisi mantap, sambil terus melakukan pemantauan tanda-tanda vital
sampai bantuan datang.
2. Bila penderita tidak memberikan respon serta tidak bernafas atau bernafas tidak normal
(gasping), maka penderita dianggap mengalami kejadian henti jantung. Langkah
selanjutnya yang perlu dilakukan adalah melakukan aktivasi sistem layanan gawat
darurat.

Pemeriksaan penilaian respons korban

F. Pengaktifan Sistem Layanan Gawat Darurat


Setelah melakukan pemeriksaan kesadaran penderita dan tidak didapatkan respons dari
penderita, hendaknya penolong meminta bantuan orang terdekat untuk menelepon sistem
layanan gawat darurat (atau sistem kode biru bila dirumah sakit). Bila tidak ada orang lain di dekat
penolong untuk membantu, maka sebaiknya penolong menelepon sistem layanan gawat darurat.
4

Saat melaksanakan percakapan dengan petugas layanan gawat darurat, hendaknya dijelaskan
lokasi penderita, kondisi penderita, serta bantuan yang sudah diberikan kepada penderita.

G. Kompresi Jantung (Circulation)


Sebelum melakukan kompresi dada pada penderita, penolong harus melakukan pemeriksaan
awal untuk memastikan bahwa penserita dalam keadaan tanpa nadi saat akan dilakukan
pertolongan. Pemeriksaan dilakukan dengan melakukan perabaan denyutan arteri karotis dalam
waktu maksimal 10 detik. Melakukan pemeriksaan denyut nadi bukan hal yang mudah dilakukan,
bakan tenaga kesehatan yang menolong mungkin memerlukan waktu yang agak panjang untuk
memeriksa denyut nadi, sehingga :
Tindakan pemeriksaan denyut nadi bisa tidak dilakukan oleh penolong awam dan
langsung mengasumsikan terjadi henti jantung jika seorang dewasa mendadak tidak
sadarkan diri atau penderita tanpa respons yang bernafas tidak normal.
Pemeriksaan arteri karotis dilakukan dengan memegang leher penderita dan mencati
trakea dengan 2-3 hari. Selanjutnya dilakukan perabaan bergeser ke lateral sampai
menemukan batas trakea dengan otot samping leher (tempat lokasi arteri karotis
berada).

Pemeriksaan nadi karotis

H. Pelaksanaan Kompresi Dada


5

Kompresi dada terdiri dari pemberian tekanan secara kuat dan berirama pada setengah bawah
dinding sternum. Penekanan ini menciptakan aliran darah yang akan melalui meningkatkan
tekanan intratorakal serta penekanan langsung pada dinding jantung. Komponen yang perlu
diperhatikan saat melakuakn kempresi dada :
Penderita dibaringkan ditempat yang datar dan keras
Tentukan lokasi kompresi didada dengan cara meletakkan telapak tangan yang telah
saling berkaitan dibagian setengah bawah sternum
Frekuensi minimal 100 kali per menit
Kdealaman minimal 5 cm (2 inch)
Penolonga awam melakikan kmompresi minimal 100 kali permenit tanpa interupsi.
Penolong terlatih tanpa alat bantu nafas lanjutan melakukan kompresi dan ventilasi
dengan perbandingan 30 : 2 (setiap 30 kali kompresi efektif, berikan 2 nafas bantuan).

Penentuan lokasi kompresi dan posisi penolong terhadap


penderita saat melakukan kompresi

I. Airway dan Breating (Ventilasi)


Perubahan yang terjadi pada alur Bantuan Hidup Dasar ini sesuai dengan panduan American Heart
Association mengenai Bantuan Hidup Dasar, bahwa penderita yang mengalami henti jantung
umumnya memiliki penyebab primer gangguan jantng, sehingga kompresi secepatnya harus
dilakukan dari pada menghabiskan waktu untuk mencari sumbatan benda asin pada jalan nafas.

Setelah melakuakn tndakan kompresi selama 30 kali maka dilanjutkan dengan pemberian
bantuan nafas sebanyak 2 kali yang diawali dengan membuka jalan nafas. Posisi penderita saat
diberikan bantuan nafas tetap terlentang. Jika mungkin dengan dasar yang keras dan datar
dengan posisi penolong tetap berada dismping penderita.
Hal yang diperhatikan dalam ventilasi :
Nafas bantuan 2 kali dalam waktu 1 detik setiap hembusan
6

Berikan bantua nafas sesuai dengan kapasitas volume tidal yang cukup untuk
memperlihatkan pengangkatan diding dada
Berikan bantuan nafas bersesuaian dengan komresi dengan perbandingan 2 kali bantuan
nafas setelah 30 kali kompresi

J. Buka Jalan Nafas


Pada penderita tidak sadarkan diri, maka otot-otot tubuh akan melemah termasuk otot rahang
dan leher. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan lidah dan epiglotis terjatuh kebelakan dan
menyumbat jalan nafas. Jalan nafas dapat dibuka oleh penolong dengan metode:
1. Head tilt chin lift maneuver (dorong kepala kebelakang sambil mengangkat dagu).
Tindakan ini aman dilakukan bila penderita tidak dicurigai mengalami gangguan/ trauma
tulang leher.

Head tilt chin lift maneuver


2. Bila penderita dicurigai mengalami gangguan/ trauma leher, maka tindakan untuk
membuka jalan nafas dilakukan dengan cara menekang rahang bawah kearah belakang/
posterior (jaw thrust).

Jaw thrust

Setelah dilakukan tindakan membuka jalan nafas, langkah selanjutnya dalah dngan memberikan
nafas bantuan. Tindakan pemberian jalan nafas, serta maneuver look, listen and feel (lihat, dengar
7

dan rasakan) tidak dikerjakan lagi, kecuali jika tindakan pemerian nafas bantuan tidak
menyebabkan paru terkembang secara baik.

K. Breating (Ventilasi)
Tindakan pemberian nafas bantuan dilakukan kepada penderita henti jantung setelah satu siklus
kompresi dilakukan (30 kali kompresi). Pemberian nafas bantuan bisa dilakukan dengan metode:
1. Mulut ke Mulut

pernafasan mulut-ke-mulut

Metode pertolongan ini merupakan metode yang paling mudah dan cepat.oksigen yang
dipakai berasal dari udara yang dikeluarkan oleh penolong. Cara melakukan pertolongan
adalah:
Mempertahankan posisi head tilt chin lift, yang dilanjutkan dengan menjepit
hidung menggunakan ibu jari dan telunjuk tangan.
Buka sedikit mumut penderita, tarik nafas panjang dan tempelkan rapat bibir
penolong melingkari mulut penderita, kemudian hembuskan lambat, setiap
tiupan selama 1 detik dan pastikan sampai dada terangkat.
Tetap pertahankan head tilt chin lift, lepaskan mulut penolong dari mulut
penderita, lihat apakah dada penderita turun waktu ekshalasi.

2. Mulut ke Hidung
8

Pernafasan mulut ke hidung

Nafas bantuan ini dilakukan bila pernafasan mulut-ke-mulut sulit dilakukan, misalnya
karena trismus. Caranya adalah katupkan mulut penderita sesetai chin lift, kemudian
hembuskan udara seperti pernafasan mulut-ke-mulut. Buka mulut penderita waktu
ekshalasi.

L. Bantuan Hidup Dasar dengan 2 Penolong


Beberapa hal yang harus diperhatikan saat melakukan Bantuan Hidup Dasar dengan 2 penolong:
1. Tiap penolong harus mengerti peranan masing-masing. Satu orang penolong memberikan
pernafasan bantuan sedangkan penolong yang lain melakukan kompresi dada. Bila
penolong kedua tiba di tempat kejadian saat pertolongan sedang dilakukan oleh penolong
pertama, maka penolong kedua memberikan bantuan setelah penolong pertama
melakukan satu siklus bantuan yang diakhiri dengan 2 nafas bantuan.
2. Penolong yang melakukan kompresi dada memberikan pedoman dengan cara
menghitung dengan suara keras.
3. Sebaiknya perputaran penolong dilakukan setiap 5 siklus. Sebelum melakukan
perpindahan tempat, penolong yang melakukan kompresi memberikan aba-aba bahwa
akan dilakukan perpindahan tempat setelah kompresi ke 30 dan dilanjutkan pemberian 2
nafas bantuan. Penolong yang memberikan nafas bantuan segera mengambil tempat
disamping penderita untuk melakukan kompresi. Hal tersebut terus berlanjut samapai
bantuan dinyatakan boleh dihentikan.

Komplikasi yang mungkin terjadi saat melakukan Bantuan Hidup Dasar:


9

1. Aspirasi regurgitasi
2. Fraktur costae-sternum
3. Pneumotoraks, hematotoraks, kontusio paru
4. Laserasi hati atau limpa

BANTUAN HIDUP DASAR PADA ANAK

A. Pendahuluan
Bantuan Hidup Dasar yang diberikan untuk anak dan bayi berbeda dengan yang dilakuakn untuk
orang dewasa.

B. Sebab-sebab Henti Jantung pada Anak


1. Kegawatan napas yang tidak dikelola dengan benar
2. Akibat penyakit atau trauma
3. Masalah gangguan irama jantung primer jarang terjadi pada anak umur kurang dari 8 tahun

C. Tahapan-tahapan Bantuan Hidup Dasar pada Anak


Secara garis besar, prinsip pertolongan Banuan Hidup Dasar baik dewasa atau anak harus
dikerjaan secara berurutan. Namun yang sangat perlu diperhatikan mengenai cara pemberian
Bantuan Hidup Dasar adalah jumlah penolong dan adanya usaha napas atau tidak. Untuk anak
usia > 8 tahun, pertolongan sama dengan dewasa.

D. Penilaian respons
Penilaian respons pada anak dilakukan setelah penolong yakin bahwa tindakan yang akan
dilakukan bersifat aman bagi penolong dan anak yang ditolong. Pertama kali yang diperika adalah
apakah penderita tersebut memberikan respons terhadap rangsangan dengan memenggil dan
menepuk atau menggoyangkan penderita sambil memperhatikan apakah ada tanda-tanda
trauma pada anak tersebut.

E. Mengaktifkan sistem gawat darurat


Bila penderita tidak memberikan respons dan penolong lebih dari satu orang, minta tolon kepada
orang terdekat untuk menelpon system gawat darurat dan mengambil AED. Bila penolong
seorang diri dan henti jantung disaksikan/ mendadak baru terjadi, segera aktifkan system gawat
10

darurat dan ambil AED bila tersedia. Bila penolong seorang diri dan henti jantung tidak disaksikan,
lakukan RJP selama 2 menit lalu aktifkan system gawat darurat dan ambil AED.

F. Kompresi Jantung (Circulation)


Pemeriksaan denyut nadi pada bayi dan anak sebelum melakukan kompresi adalah hal yang tidak
mudah. Pemeriksaan pada arteri besar pada bayi tidak dilakukan pada arteri karotis, melainkan
pada arteri brakialis atau arteri femoralis. Sedangkan untuk anak berumur lebih dari satu tahun
dapat dilakukan mirip pada orang dewasa.

Pemeriksaan sirkulasi pada anak dan bayi

Kompresi dilakukan segera pada anak dan bayi yg tdk sadarkan diri,tidak ada denyut nadi serta
tidak bernapas. Yang menjadi perbedaan dalam melaksanakan kompresi adalah teknik kompresi
pada bayi yang menggunakan teknik kompresi 2 jari atau 2 ibu jari , sedangkan pada anak berumur
kurang dari 8 tahun teknik satu tangan.

Kompresi pada bayi dan anak

G. Kompresi dada pada anak umur 1-8 tahun


1. Letakkan tumit satu tangan pada setengah bawah sternum, hindarkan jari jari pada tulang iga
anak.
2. Menekan sternum sekitar 5cm dengan kecepatan minimal 100 kali permenit.
11

3. Setelah 30 kali kompresi buka jalan napas dan berikan 2 kali napas bantuan sampai dada
terangkat (1 penolong)
4. Kompresi dan napas bantuan dengan rasio 15:2 (penolong)

H. Kompresi dada pada bayi


1. Letakkan 2 jari 1 tangan pada setengah bawah sternum lebar 1 jari berada dibawah garis
intermammari.
2. Menekan sternum sekitar 4cm kemudian angkat tanpa melepas jari dari sternum dengan
kecepatan 100 kali per menit.
3. Setelah 30 kali kompresi buka jalan naps dan berikan 2kali napas bantuan sampai
dada terangkat (1 penolong)
4. Kompresi dan napas bantuan dengan rasio 15:2 (penolong)

I. Airway dan Breating (Ventilasi)


Setelah melakukan kompresi (untuk 1 penolong) atau 15 kompresi (untuk 2 penolong) maka
diberikan dua napas bantuan . Teknik memberikan napas bantuan pada anak serupa dengan
tekinik pada dewasa. Namun harus diperhatikan pemberian volume pernapasan tidak berlebihan
jika memberikan bantuan napas dengan kantong pernapasan untuk mencegah pneumotoraks.

J. Posisi Mantap pada Anak dan Bayi


Jika anak atau bayi sudah dalam sirkulasi spontan (ROSC = Return of Spontaneous Circulation)
maka bayi atau anak tersebut dibaringkan kedalam posisi mantap.

Posisi mantap pada bayi dan dewasa

Untuk anak berumur 1-8 tahun posisi mantap yang dilakukan serupa dengan dewasa. Untuk bayi
langkah yang dilakukan adalah:
12

1. Gendong bayi dilengan penolong sambil menyangga perut dan dada bayi dengan kepala
bayi terletak lebih rendah.
2. Usahakan tidak menutupi mulut dan hidung bayi.
3. Monitor dan rekam tanda vital, kadar respon, denyut nadi dan pernapasan sampai
pertolongsn medis datang.

SUMBATAN JALAN NAPAS OLEH BENDA ASING

A. PENDAHULUAN
Sumbatan jalan napas merupakan gangguan pada jalan napas napas yang dapat diatasi namun
jarang terjadi dan berpotensi menimbulkan kematian bila tidak mendapatkan penatalaksanaan
yang benar. Orang yang tidk sadarkan diri mudah mengalami sumbatan jalan napas, baik yang
disebabkan oleh intriksik<lidah> ataupun ekstrinsik <benda asing>. Penatalaksanaan yang baik
merupakan kunci untuk mencegah kematian akibat sumbatan jalan napas. Kasus sumbatan jalan
napas pada dewasa umumnya terjadi pada saat makan. Sedangkan pada bayi atau anak keadaan
tersebut terjadi pada saat makan atau sedang bermain, walaupun sudah diawasi oleh orang tua
atau pengasuh anak.

B. PENGENALAN SUMBATAN JALAN NAPAS OLEH BENDA ASING PADA DEWASA


Karena pengenalan sumbatan jalan napas akibat benda asing merupakan kunci utama untuk
kesuksesan penatalaksanaan, maka penolong harus bias membedakan keadaan tersebut dengan
pingsan, kejang atau kondisi lainnya yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan mendadak.,
sianosis,atau penurunan kesadaran.

Sumbatan yang disebabkan oleh benda asing bisa bersifat ringan atau berat, bergantung dari
seberapa besar sumbatan yang terjadi. Bila penolong menjumpai penderita memberikan tanda
tanda sumbatan jalan napas yang berat, maka pertolongan harus segera dilakukan. Tanda tanda
sumbatan jalan napas yg terganggu antara lain adalah petukaran udara yg buruk serta diikuti
dengan kesulitan bernapas yg meningkat seperti batuk tanpa suara, sianosis, atau tidak bisa
berbicara. Kadang kala penderita memperagakan cekikan dilehernya untuk memperlihatkan
13

tanda universal tercekik. Segera tanyakan penderita apakah dia tersedak? Bila penderita
menjawab dengnan anggukan berarti penderita mengalami sumbatan jalan napas yang berat.

C. PENATALAKSANAAN SUMABATAN JALAN NAPAS OLEH BENDA ASING PADA DEWASA


Yang harus diutamakan adalah pengenalan terhadap gejala sumbatan berat oleh benda asing,
karena tindakan tersebut memerlukan penatalaksanaan segera untuk mencegah terjadinya
kematian.
1. Penanganan Penderita Tidak Sadarkan Diri
Bila penolong mendapatkan penderita tidak sadarkan diri akibat sumbatan jalan napas,
langkah langkah yang harus dilakukan:
Segera aktifkan layanan gawat darurat,panggil bantuan
Segera baringkan penderita lakukan kompresi 30 kali bila mulut penderita terbuka
segera periksa mulut penderita apakah benda asing sudah bias dikeluarkan atau belum.
Bila belum bias dikeluarkan terus lakukan kompresi jantung,kompresi ini bertujuan
untuk mengeluarkan benda asing yang menyumbat jalan napas dan tujuan sekundernya
untuk membantu sirkulasi.
Bila benda asing yang padat sudah terlihat maka boleh dikeluarkan secara manual.
2. Penatalaksanaan penderita sadar
Pada penderita sadar penatalaksanaan sumbatan jalan napas dibagi berdasarkan ringan
beratnya sumbatan yang dialami oleh penderita.
Sumbatan ringan
Bila penderita masih bias berbicara dan hanyamengalami sumabatan ringan maka
penolong merangsang penderita untuk batuk tanpa melakukan tindakan dan terus
mengobservasi.
Sumbatan berat
Penolong bertanya kepada penderita apa yang terjadi. Setelah yakin pada kondisi
penderita selanjutnya penolong melakukan abdominal thrust dengan cara sebagai
berikut:
o Penolong berdiri dibelakang penderita kemudian lingkarkan kedua lengan pada
bagian atas abdomen.
o Condongkan penderita kedepan kepalkan tangan penolong dan letakkan diantara
umbilukus dan iga.
14

o Raih kepalan tangan tersebut dengan lengan yang lain,tarik kedalam dan atas secara
mendadak sebanyak 5kali. Bila tindakan tersebut gagal, lakukan kembali 5
abdominal thrust berulang ulang sampai sumbatan berhasil dikeluarkan atau
penderita tdk sadarkan diri.

D. SUMBATAN JALAN NAPAS OLEH BENDA ASING PADA BAYI DAN ANAK
Panduan terbaru yang dikeluarkan oleh American Heart Associatin tidak terdapat perbedaan
dengan panduan sebelumnya. Namun pedoman yang dilakukan utuk dewasa tidak bias
diterapkan pada bayi dan anak. Umumnya benda asing yang menyebabkan sumbatan jalan napas
pada bayi dan anak adalah benda cair, diikuti benda asing yang bersifat padat seperti kancing,
mainan atau makanan padat.

Tanda yang dikeluarkan oleh anak bila mengalami sumbatan jalan naps biasanya menangis sambil
diikuti reflek batuk untuk mengeluarkan benda asing tersebut. Batuk merupakan reflek yang
aman untuk mengeluarkan benda asing pada anak dibandingkan maneuver apapun.

E. PENATALAKSANAAN SUMBATAN JALAN NAPAS OLEH BENDA ASING PADA BAYI DAN ANAK
1. Penatalaksanaan pada penderita sadar
Tindakan back blows bias dilakukan untuk bayi atau anak. Cara melakukannya sebagai
berikut:
o Posisikan bayi atau anak dengan posisi kepala mengarah kebawah supaya gaya
gravitasi dapat membantu mengeluarkan benda asing.
o Penolong berlutut atau duduk dapat menopang bayi dipangkuannya dengan lebih
aman saat melakukan tindakan.
o Untuk bayi, topang kepala dengan menggunakan ibujari disisi rahang dan rahang
yang lain menggunakan satu atau dua jari tangan yang sama. Jangan sampai
menekan jaringan lunak dibawah rahang karena akan menyebabkan sumbatan
jalan napas kembali. Sedangkan untuk anak berusia diatas 1 tahun kepala tidak
perlu ditopang secara khusus.
15

Back blows

o Lakukan tindakan back blows secara kuat dengan menggunakan telapak tangan
ditengah punggung. Tujuan tindakan itu untuk mengupayakan sumbatan benda
asing terlepas setelah satu hentakan,bukan krn akumulasi ke 5 hentakan.
o Bila gagal, dilakukan tindakan lanjutan yaitu chest trust pada bayi dan abdominal
trust pada anak berusia diatas 1 tahun.
Tindakan chest trust
o Tindakan dilakukan dgn memposisikan bayi dengan kepala dibawah dan posisi
terlentang. Tindakan ini akan lebih aman bila penolong meletakkan punggung bayi
dilengan yang bebas serta menopang ubun ubun dengan tangan.
o Topang peletakkan bayi pada lengan dengan menggunakan bantuan paha
penolong.
o Identifikasi daerah yang akan dilakukan tekanan < bagian bawah sternum>.
Kemudian lakukan chest tust. Bila benda asing belum keluar tindakan diulang
kembali dari awal.
Abdominal trust
o Dilakukan pada anak umur diatas 1 tahun. Caranya dengan berdiri atau berlutut
dibelakang penderita . letakkan lengan penolong dibawah lengan penderita serta
mengelilingi penderita.
o Kepalkan tangan penolong letakkan antara umbilikus dan sternum.
o Raih kepaln tersebut dengan tangan yang lain serta hentakan kearah atas dan
belakang <arah tubuh penderita>.
o Lakukan sebanyak 5kali pastikan tindakan yang dilakukan tidak mengenai prosesus
xypoideus atau iga bagian bawah . bila benda asing tidak berhasil dikeluarkan
tindakan dilakukan berulang lagi.
16

2. PENATALAKSANAAN PADA PENDERITA TIDAK SADAR


Pada penderita yang mengalami sumabatan jalan napas oleh benda asing dan tidak
sadarkan diri penatalaksanaannya menyerupai bantuan hidup dasar, yaitu segera berikan
kompresi sebanyak 30 kali dilanjutkan dengan memberikan 2 napas bantuan. Usahakan
untuk memeriksa posisi benda asing setiap kali mulut penderita terbuka saat dilakukan
kompresi. Bila memungkinkan dikeluarkan sebaiknya cepat dikeluarkan.

You might also like