You are on page 1of 62

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Instansi Pemerintah adalah organisasi yang merupakan kumpulan orang-

orang yang dipilih secara khusus untuk melaksanakan tugas Negara sebagai

bentuk pelayanan kepada orang banyak. Peranan manusia dalam organisasi

sebagai pegawai memegang peranan yang menentukan, karena hidup matinya

suatu organisasi pemerintah semata-mata tergantung pada Pegawai, pegawai

merupakan faktor penting dalam setiap organisasi pemerintahan, Pegawai

merupSakan faktor penentu dalam pencapaian tujuan instansi pemerintah secara

efektif dan efisien, Pegawai yang menjadi penggerak dan penentu jalannya

organisasi.

Pengelolaan Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Daerah

Kabupaten Timor Tengah Utara akan berjalan dengan baik bila pegawai bekerja

dengan disiplin. Disiplin harus diterapkan dengan segera dan secepat mungkin

serta diterapkan secara konsisten. Demikian pula setiap orang berdisiplin sudah

tidak mustahil, baik dalam instansi atau organisasi dimama mereka berkerja akan

selalu memperlihatkan sebagai suatu organisasi yang sehat suatu organisasi

dengan prestasi yang dapat diandalkan.

Disiplin yang baik mencerminkan besarnya tanggung jawab seseorang

terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini mendorong gairah kerja,

semangat kerja, dan terwujudnya tujuan organisasi, karyawan, serta masyarakat

1
pada umumnya. Melalui disiplin akan mencerminkan kekuatan karena biasanya

seseorang yang berhasil dalam karyanya, studinya biasanya adalah mereka yang

memiliki disiplin yang tinggi. Seseorang yang sehat biasanyapun memiliki

disiplin yang baik, dalam arti ia memiliki keteraturan di dalam menjaga dirinya

dan tertib dalam melaksanakan tugasnya, pelaksanaan program kedisiplinan yang

dijalankan didalam lembaga / instansi akan membantu untuk mengarahkan dan

mengontrol segala tindakan dan prilaku para personil pegawai untuk selalu ada

dalam ketentuan-ketentuan yang telah di tetapkan pelaksanaan kedisiplinan

pegawai ini, akan menjadikan para pegawai untuk selalu bertanggung jawab,

bekerja tepat waktu, efektif dan efesien, sehingga secara tidak langsung akan

mendorong untuk meningkatkan prestasi kerjanya. Selain itu, lembaga/

instansi harus memperhatikan sampai pegawai, sehingga akan memberikan suatu

timbal balik yang positif dalam mewujudkan tujuan organisasi.

Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan merupakan salah

satu wujud kepedulian pemerintah terhadap masyarakat untuk memberikan

pelayanan-pelayanan bagi seluruh masyarakat yang ada di Kabupaten Timor

Tengah Utara dan juga pemerintah tidak perlu bersikap lemah dalam menghadapi

para pegawai intansi pemerintah. Seorang pemimpin yang lemah bukan hanya

akan mengacaukan jalannya pemerintahan tetapi juga akan kehilangan rasa

hormat dari para bawahannya. Pemerintah telah mempunyai perturan permainan

dan harus ditaati bersama, maka pelanggaran terhadap peraturan pemerintah ini

haruslah dikenakan tindakan pendisiplinan.Badan Ketahanan Pangan dan

2
Pelaksana Penyuluhan bertujuan untuk membantu pemerintah Kabupaten

Timor Tengah Utara dalam merumuskan memimpin, mengkoordinasikan,

membina, dan mengendalikan tugas-tugas yang bersifat spesifik dibidang

Pertanian sehingga masyarakat mampu mengolah sumber daya dan memanfaatkan

potensi yang ada di daerah akan berjalan dengan baik apabila pegawainya

bekerja dengan disiplin. Disiplin harus diterapkan dengan secara konsisten.

Demikian pula setiap orang berdisiplin sudah tidak mustahil, baik dalam instansi

atau organisasi dimana mereka berkerja akan memperlihatkan sebagai suatu

organisasi yang kuat dengan prestasi yang dapat diandalkan. Selaku Kepala

Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Timor Tengah

Utara memaparkan tupoksinya adalah menyelenggarakan pembinaan dan tata

laksana, perencanaan, kepegawaian, keuangan, perlengkapan dan rumah tangga

dan humas serta penerbitan untuk menunjang pelaksanaan program Bupati

Kabupaten Timor Tengah Utara. Setelah itu penjelasan dari Kepala Bidang

yaitu Kabid-kabid dimana bidang tersebut mempunyai tugas untuk menyediakan

menstribusikan, menjaga keamanan pangan, pengembangan tehnolgi pertainian

bagi masyarakat dan semua Kabid memaparkan bahwa tugas yang di emban

pada bidangnya adalah melaksanakan sosialisasi/pembinaan, pengembangan dan

penerapan kepada semua masyarakat petani untuk mengolah sumber daya alam

yang ada di kabupaten Timor Tengah Utara dan juga memanfaatkan pekarangan

rumah dengan berkelompok sehingga bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Pada penjelasan selan jut nya oleh Kepala Bidang Keamanan Komsumsi Pangan

3
di mana mengkomsumsi pangan lokal harus dalam bentuk segar dan

menjelaskan bahwa di bidangnya mengembang tugas mengawasi semua bahan

pangan lokal supaya jangan menggunakan bahan kimia seperti formalin/bahan

pengawet.

Berdasarkan penjelasan diatas pada Badan Ketahanan Pangan dan

Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Timor Tengah Utara yang memiliki jumlah

pegawai 53 orang yang terdiri dari jenjang pendidikan dapat dilihat pada :

Tabel: 1.1
Jenjang pendidikan dan status pegawai
No Jenjang Jumlah Prosentase Jumlah Prosen
. Pendidikan PNS ( 40 ) (%) Honorer tase (%)
( 13 )
1. SD 1 1,9 % - -
2. SMP 1 1,9 % - 1,9 %
3. SMA 5 12,5 % 5 3,84 %
4. D-3 3 7,5 % - -
5. S1 30 75 % 8 6.15 %
Sumber data:Kasubag kepegawaian Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana
Penyuluhan Kabupaten Timor Tengah Utara

Berdasarkan data tersebut di atas yang pada kenyataannya dengan jumlah

pegawai yang cukup banyak yang ada di Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana

Penyuluhan Kabupaten Timor Tengah Utara terlambat dan berkerja secara tidak

optimal dan tidak sesuai dengan ketentuan jam kantor serta kurang memberikan

pelayanan yang optimal. Berdasarkan kenyataan tersebut sebelum sesuai dengan

teori,maka penulis perlu melakukan peyusunan tugas proposal dengan Judul :

Disiplin Kerja Pegawai Pada Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana

Penyuluhan Kabupaten Timor Tengah Utara.

4
1.3. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas,maka permasalah yang dapat

dikemukakan yaitu sebagai berikut: Bagaimanakah disiplin kerja pegawai

pada Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten

Timor Tengah Utara.

1.4. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini :Mengdeskripsikan

disiplin kerja pegawai pada Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana

Penyuluhan Kabupaten Timor Tengah Utara.

1.4. Manfaat Penelitian

1) Manfaat Praktis

a. Sebagai bahan masukan bagi pegawai pada Badan Ketahanan

Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Timor Tengah Utara

agar dapat melaksanakan disiplin kerja.

b. Sebagai bahan masukan bagi manajemen Badan Ketahanan

Pangan dan pelaksana Penyuluhan Kabupaten Timor Tengah

Utara dalam menentukan kebijakan yang berhubungan dengan

pelaksanaan disiplin kerja pegawai

2) Manfaat Teoritis

5
a. Bagi civitas akademika sebagai tambahan pengetahuan mengenai

sikap disiplin kerja pegawai pada Badan Ketahanan Pangan dan

Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Timor Tengah Utara .

b. Bagi penulis sebagai tambahan pengetahuan tentang pelaksanaan

disiplin kerja pegawai pada Badan Ketahanan Pangan dan

Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Timor Tengah Utara .

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Disiplin Kerja

Secara etimologis disiplin berasal dari bahasa inggris dicipline yang

berarti pengikut atau penganut pengajaran, latihan dan sebagainya.Untuk itu

disiplin kerja adalah sikap atau perilaku kesanggupan pegawai negeri sipil untuk

mentaati kewajiban dan menghindari larangan yang telah ditentukan dalam

peraturan perundang undangan dan atau peraturan kedinasan yang apabila tidak

dditaati atau dilanggar akan dijatuhkan hukuman disiplin.

Selain itu Sinungan (2005:145). Melukiskan bahwa :

Disiplin merupakan suatu keadaan tertentu dimana orang - orang


yang tergabung dalam organisasi tunduk pada peraturan - peraturan
yang ada dengan rasa senang hati Sedangkan kerja adalah segala
aktivitas manusia yang dilakukan untuk menggapai tujuan yang telah
ditetapkanya. Disiplin itu berasal dari bahasa Latin dari kata discipline
yang berarti latihan atau pendidikan kesopanan dan kerohanian serta
pengembangan tabiat.

Hadisaputro menyatakan bahwa kata disiplin dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia (KBBI) Edisi Ketiga tahun 2001 ada tiga makna: (1). tata tertib

(di sekolah, kemiliteran dst); (2).Ketaatan kepada peraturan (tata tertib dst);

3) bidang study yang memiliki objek sistem dan metode tertentu.

Dari ketiga makna tersebut Hadisaputro, 2003 : 4 menyimpulkan bahwa


Disiplin adalah tata tertib yang seyogyanya dipatuhi, dalam hal ini
oleh pegawai negeri sipil dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya.
Sedangkan berkomunikasi dengan karyawan agar mereka bersedia
untuk mengubah suatu perilaku serta sebagai suatu upaya untuk
meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua

7
peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku Disiplin
kerja memerlukan perhatian khusus dan proses iprosedur yang
seharusya.

Menurut Prijodarminto, (1993 : 15) Disiplin adalah :

suatu Kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dariserangkaian


perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, keteraturan dan
ketertiban.Karena sudah menyatu dengan dirinya,maka sikap atau
perbuatan perbuatan yang dilakukan bukan lagi atau sama sekali tidak
dirasakan beban bahkan sebaliknya akan membebani dirinya bilamana
ia tidak berbuat sebagaiman lazimnya. Nilai - nilai kepatuhan telah
menjadi bagian diperilaku dalam kehidupannya.

Dalam pembahasan buku Human Resource Management (1991:76)

tentang pengertian disiplin sebagai berikut: Disiplin kerja adalah suatu

kondisi dalam organisasi dimana para karyawan menampilkan dirinya masing-

masing sesuai peraturan organisasi dan standar perilaku yang dapat diterima.

Kendati demikian Rivai(2004:44) lebih melihat pada disiplin kerja sebagai

berikut:

Disiplin kerja adalah suatu alat yang digunakan para manajer untuk
berkomunikasi dengan karyawan agar mereka bersedia untuk mengubah
suatu perilaku serta sebagai suatu upaya untuk meningkatkan kesadaran
dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan norma-
norma sosial yang berlaku Disiplin kerja memerlukan perhatian khusus
dan proses prosedur yang seharusya.

Hal ini sesuai dengan pendapat Davis ( 1985 : 367 ) yang melukiskan bahwa

Disiplin kerja memerlukan perhatian proses yang seharusnya, yang


berarti berarti bahwa prosedur harus menunjukan karyawan yang
bersangkutan benar-benar terlibat. Keperluan proses yang seharusnya itu
dimaksudkan adalah pertama, suatu prasangka yang tak bersalah sampai
pembuktian karyawan berperan dalam pelanggaran. Kedua, hak untuk
didengar dalam beberapa kasus terwakilkan oleh karyawan lain. Ketiga,
disiplin itu dipertimbangkan dalam hubungannya dengan keterlibatan

8
pelanggaran. Sejalan dengan tujuan dari penelitian tentang disiplin kerja
pegawai yang dilakukan ini, maka dapat dikatakan bahwa salah satu
upaya untuk dapat meningkatkan motivasi pegawai adalah d engan
diterapkannya disiplin kerja melalui berbagai peraturan dan ketentuan
dalam organisasi. Adapun cara yang dapat dilakukan adalah dengan
disiplin preventif dan disiplin korektif.

Pendisiplinan yang bersifat preventif adalah tindakan yang mendorong

para karyawan untuk taat kepada berbagai ketentuan yang berlaku dan memenuhi

standar yang telah ditetakan. Artinya melalui kejelasan dan penjeplasan tentang

pola sikap, tindakan dan perilaku yang diinginkan dari setiap anggota organisasi

diusahakan pencegahan jangan sampai para karyawan berperilaku negatif .

Sedangkan disiplin korektif dilakukan jika ada pegawai yang nyata-nyata telah

melakukan pelanggaran atas ketentuan-ketentuan yang berlaku atau gagal

memenuhi standar yang telah ditetapkan, kepadanya dikenakan sanksi

disipliner. Berat atau ringannya suatu sanksi tentunya tergantung pada bobot

pelanggaran yang telah terjadi. Pengenaan sanksi dapat mengikuti prosedur

yang sifatnya hierarki. Artinya pengenaan sanksi diprakarsai oleh atasan

langsung karyawan yang bersangkutan, diteruskan kepada pimpinan yang lebih

tinggi dan keputusan akhir pengenaan sanksi tersebut diambil oleh pejabat

pimpinan yang memang berwenang untuk itu. Prosedur tersebut ditempuh

dengan dua maksud, yaitu bahwa pengenaan sanksi dilakukan secara obyektif

dan bahwa sifat sanksi sesuai dengan bobot pelanggaran yang telah dilakukan. Di

samping factor obyektivitas dan kesesuaian bobot hukuman dengan

pelanggaran, pengenaan sanksi harus pula bersifat mendidik dalam arti agar

9
terjadi perubahan sikap dan perilaku di masa depan dan bukan terutama

menghukum seseorang karena tindakannya di masa lalu. Pengenaan sanksi pun

harus mempunyai nilai pelajaran dalam arti mencegah orang lain melakukan

pelanggaran serupa. Tidak kurang pentingnya untuk memperhatikan bahwa

manajemen harus mampu menerapkan berbagai ketentuan yang berlaku secara

efektif dan tidak hanya sekedar merupakan pernyataan di atas kertas. Sikap

dan perilaku yang demikian ini tercipta melalui proses binaan keluarga,

pendidikan dan pengalaman atau pengenalan dari keteladanan dari

lingkungannya. Disiplin akan membuat dirinya tahu membedakan hal-hal apa

yang seharusnya wajib dilakukan, yang boleh dilakukan, yang tak sepatutnya

dilakukan (karena merupakan hal-hal yang dilarang). Prijodarminto, (1993:16)

berpendapat Disipin terbagi pada tiga aspek yaitu sikap mental, pemahaman

dan sikap kelakuan, diuraikan sebagai berikut:

1) Sikap mental (mental attitude),yang merupakan sikap taat dan tertib


sebagai sebagai hasil atau pengembangan dari latihan, pengendalian
pikiran dan pengendalian watak;
2) Pemahaman yang baik mengenai sistim aturan perilaku,norma kriteria,dan
standar yang sedemikian rupa ,sehingga pemahaman tersebut menumbuhkan
menumbuhkan pengertian yang mendalam atau kesadaran,bahwa ketatan
akan aturan, norma,kriteria,dan standar tadi merupakan merupakan syarat
mutlak untuk mencapai keberhasilan(sukses);
3) Sikap kelakuan yang secara wajar menunjukkan kesanggupan hati,untuk
mentaati segala hal secara cermat dan tertib
.
Dalam sebuah organisasi, diperlukan suatu sosialisasi/pembinaan bagi

pegawai untuk mencegah terjadinya pelanggaran-pelanggaran terhadap ketentuan

yang telah ditetapkan. Dan seorang pimpinan memerlukan alat untuk melakukan

10
komunikasi dengan para karyawanya mengenai tingkahlaku para pegawai dan

bagaimana memperbaiki perilaku para pegawai dan bagaimana memperbaiki

perilaku para pegawai menjadi lebih baik lagi. Disiplin kerja yang diterapkan

merupakan alat komunikasi pimpinan seperti dikemukakan Rivai (2004:44) yang

menyebutkan bahwa :

Disiplin kerja adalah suatu alat yang digunakan para manajer untuk
mengubah suatu perilaku serta sebagai suatu upaya untuk meningkatkan
kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan
dan norma- norma sosial yang berlaku.

Hal ini sesuai dengan pendapat dari Nawawi (199 8 : 104) , bahwa

disiplin adalah :

sebagai usaha mencegah terjadinya pelanggaran pelanggaran terhadap


ketentuan yang telah disetujui bersama dalam melaksanakan kegiatan agar
pembinaan hukuman pada seseorang atau kelompok orang dapat
dihindari .

Sementara itu Sutisna, ( 1989 : 109 ) mendefinisikan disiplin adalah :

a).Suatu proses atau hasil pengarahan atau pengendalian dorongan


atau kepentingan demi cita - cita untuk mencapai tindakan efektif
yang dapat diandalkan; b).Pencarian cara - cara bertindak yang terpilih
dengan gigih aktif dan diarahkan sendiri sekalipun menghadapi
rintangan atau gangguan.

Oleh Sinungan (1997:135) dijabarkan bahwa disiplin adalah :

Sikap kejiwaan dari seseorang atau sekelompok orang yang


senantiasa berkehendak untuk mengikuti/mematuhi segala aturan yang
telah ditetapkan. Disiplin juga berarti latihan yang mengembangkan
pengendalian diri, watak atau ketertiban dan efisiensi;kepatuhan atau

11
ketaatan terhadap ketentuan dan peraturan pemerintah atau etik ,norma
dan kaidah yang berlaku ,dalam masyarakat,

Menurut Davis disiplin kerj dapat diartikan sebagai pelaksanaan

manajemen untuk :

memperteguh pedoman-pedoman organisasi.Disiplin pada hakikatnya


adalah kemampuan untuk mengendalikan diri dalam bentuk tidak
melakukan seuatu tindakan yang tidak sesuai dan bertentangan dengan
sesuatu yang telah di tetapkan dan melakukan sesuatu yang
mendukung dan melindungi sesuatu yang telah ditetapkan.Dalam
kehidupan seharI-hari dikenal dengan disiplin diri,disiplin belajar dan
disiplin kerja.Sedangkan disiplin kerja merupakan kemampuan seseorang
untuk secara teratur, tekun secara terus - menerus dan bekerja sesuai
dengan aturan -aturan yang berlaku dengan tidak melanggar aturan-
aturan yang sudah ditetapkan.

Arisandy juga mengemukakan bahwa disiplin kerja adalah :

suatu sikap,perilaku yang dilakukan secara sukarela dan penuh kesadaran


serta keadaan untuk mengikuti peraturan yang telah ditetapkan perusahaan
baik tertulis maupun tidak tertulis.Perilaku tidak disiplin yang timbul
merupakan cerminan dari persepsi negatif karyawan terhadap kontrol
yang dilakukan Sebaliknya perilaku disiplin yang timbul merupakan
cerminan dari persepsi positif tehadap kontrol atasan Di sisi
lain,disiplin kerja merupakan upaya pengaturan waktu dalam bekerja
yang dilakukan secara teratur dengan mengembangkan dan mengikuti
aturan kerja yang ada.

Menurut Saydam ( 1996 : 286-287 ) menjelaskan bentuk disiplin kerja yang baik

yang terlihat pada suasana:

1.Tingginnya rasa kepedulian pegawai terhadap pencapaian tujuan


perusahaan
2.Tingginya semangat dan gairah kerja dan inisiatif para pegawai dalam
melakukan pekerjaan ;
3.Besarnya rasa tanggung jawab para pegawai untuk melaksanakan tugas
dengan sebaikbaiknya;
4.Berkembangnya rasa memiliki dan rasa solidaritas yang tinggi dikalangan
pegawai;

12
5.Meningkatnya efisiensi dan produktivitas para pegawai.Sementara itu
kelemahan disiplin kerja pegawa i terlihat pada suasana kerja sebagai
berikut:
1.Tingginya angka absensi pegawai
2.Sering terlambatnya pegawai untuk masuk kantor atau pulang lebi cepat
dari jam yang sudah ditentukan;
3.Menurunnya semangat dan gairah kerja;
4.Berkembangnya rasa tidak puas , saling curiga dan saling melempar
tanggung jawab;
5.Yang Penyelesaian pekerjaan lambat karena pegawai lebihsenang
mengobrol dari pada kerja :
6.Tidak terlaksananya supervisi dan waskat yang baik;
7.Sering terjadinya konflik antar pegawai dan pimpinan perusahaan.

Disiplin bila sudah menyatu dengan dirinya, maka sikap atau perbuatan

yang dilakukan bukan lagi atau sama sekali tidak dirasakan sebagai beban,

bahkan akan sebaliknya akan membebani dirinya bilamana ia tidak berbuat

sebagaimana mestinya. Dengan demikian disiplin kerja seseorang dalam bekerja

merupakan sikap atau perlakuan ketaatan, ketertiban, tanggungjawab dan

loyalitas pegawai terhadap segala tata tertib yang berlaku dalam organisasi.

Bila pegawai bertindak atau berbuat sesuai dengan keinginan organisasi maka

peraturan itu menjadi efektif. Disiplin kerja bila pegawai datang tepat waktu,

mempergunakan alat kantor dengan rasa tanggungjawab, hasil pekerjaan

memuaskan dan bila bekerja dengan semangat tinggi

Menurut pendapat Werther yang dikutip oleh Manullang (1988 : 96 ),

menyatakan bahwa;

Disiplin adalah upaya manajemen untuk mengusahakan agar


karyawan mentaati peraturan - peraturan dalam organisasi.a beranggapan
bahwa disiplin sebagai suatu latihan untuk mengubah dan mengoreksi

13
pengetahuan,sikap dan perilaku sehingga karyawan akan berusaha untuk
bekerja sama dan meningkatkan kinerjanya bagi perusahaan.

Sedangkan menurut Manullang (1988 : 56), berpendapat bahwa: Disipli

adalah adalah melaksanakan apa yang telah disetujui bersama antara

pimpinan dengan para pekerja baik persetujuan tertulis, lisan ataupun berupa

peraturan-peraturan dan kebiasaan-kebiasaan. Menurut Nitisemito ( 1995 : 106 ),

menyatakan bahwa disiplin adalah suatu sikap, tingkah laku dan perbuatan yang

sesuai dengan peraturan dari organisasi baik secara tertulis maupun tidak tertulis.

Saydam (1996 : 284 ) menyatakan bahwa disiplin adalah

sikap kesediaan dan kerelaan seseorang untuk mematuhi dan mentaati


segala norma-norma peraturan yang berlaku disekitarnya. Dari pendapat
para ahli tersebut diatas, terlihat dengan jelas faktor faktor terpenting
dari disiplin kerja adalah sikap dan perilaku yang taat dan tunduk pada
peraturan yang ada dengan penuh kesadaran. Sehubungan dengan hal
tersebut diatas penulis merumuskan disiplin kerja adalah suatu sikap
pegawai, tingkah laku pegawai, dan perbuatan pegawai yang sesuai
dengan peraturan organisasi baik secara tertulis maupun tidak tertulis.

Moukijat (1984:96) mengemukakan disiplin adalah kegiatan manejemen adalah

kegiatan manajemen untuk menjalankan standar standar organisasional.

Handoko (1992 : 208) memberikan pengertian disiplin adalah :

Suatu kegiatan manajemen untuk menjalankan standar- standar organisasi


Disiplin merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan dalam
suatu organisasi . Karena bila karyawan dalam melaksanakan tugas
tidak memiliki disiplin kerja yang tinggi, maka hasil yang dicapai
tidak akan sesuai sebagaimana yang diharapkan .

Jika dicermati rumusan tentang definisi di atas maka terdapat kesamaan

makna disiplin sebagai kesadaran diri atau kekuatan yang berkembang dalam diri

14
sendiri,dan untuk mematuhi atau mentaati nilai, norma,dan peraturan . Definisi

disiplin yang dikemukakan diatas memandang disiplin sebagai kepatuhan yang

datang secara sadar,sukareala dan ada pengaruh dari luar baik yang bersifat

ajakkan ataupun perintah atau paksaan. Kesadaran diri untuk mentaati nilai-nilai,

norma,dan peraturan tanpa ada paksaan atau perintah akan menumbuhkan

kebebasan berinisiatif, kebebasan untuk mengeluarkan ide,gagasan dan pendapat

yang bertanggung jawab . Sedangkan menurut Hasibuan (2003:193-194)

mendefinisikan bahwa :

Kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang mentaatai semua


peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku.
Kedisiplinan diartikan jika karyawan selalu datang dan pulang tepat
pada waktunya,mengerjakan semua pekerjaannya dengan baik,mematuhi
semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Disiplin kerja

adalah suatu sikap mental yang dimiliki oleh pegawai dalam menghormati dan

mematuhi peraturan yang ada di dalam organisasi tempat bekerja dan dilandasi

karena adanya tangung jawab bukan karena keterpaksaan, sehingga dapat

mengubah perilaku menjadi lebih baik dari pada sebelumnya. Untuk mencapai

hasil yang baik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, perlu adanya disiplin

kerja yang baik dari personil yang bersangkutan. Hasibuan (1996:212)

mengemukakan bahwa:

Disiplin yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggungjawab terhadap


tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Karena hal ini akan mendorong
gairah kerja atau semangat kerja, dan mendorong terwujudnya tujuan
organisasi. Kedisiplinan harus ditegakkan dalam suatu organisasi karena

15
tanpa dukungan disiplin personil yang baik, maka organisasi akan sulit
dalam mewujudkan tujuannnya. Jadi dapatlah dikatakan bahwa
kedisiplinan merupakan kunci keberhasilan suatu organisasi dalam
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Untuk memelihara dan
meningkatkan kedisiplinan yang baik, itu tidaklah mudah.

Muhaimin (2004:6) melukiskan bahwa terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi disiplin kerja karyawan yang mencakup:Tujuan dan kemampuan

yakni pekerjaan yang dibebankan pada seseorang karyawan harus sesuai

dengan kemampuannya supaya karyawan dapat bekerja dengan sungguh dan

disiplin dalam mengerjakan tugasnya;

a) Teladan pimpinan yakni teladan pimpinan sangat berperan dalam


menentukan kedisiplinan karyawan karena pimpinan dijadikan teladan
dan panutan oleh para bawahannya;
b) Balas jasa yakni untuk mewujudkan kedisiplin karyawan yang baik maka
Perusahaan harus memberikan balas jasa yang memang sesuai dengan
haknya.
c) Keadilan yakni penyamarataan perlakuan terhadap bawahan karena
padadasarnya setiap manusia menganggap dirinya penting dan ingin
diperlakukan sama dengan orang lain;
d) Pengawasan melekat yakni memberikan pengawasan langsung kepada
para bawahan sehingga dengan demikiann para karyawan akan merasa
mendapat perhatian, pengarahan dan pengawasan dari atasanny;
e) Sanksi hukuman yaitu pemberian sanksi terhadap para karyawan yang
terbukti telah melanggar peraturan yang berlaku;
f) Ketegasan yaitu ketegasan sikap yang dimiliki oleh atasan untuk
menghukum para karyawan yang melakukan kesalahan;
g) Hubungan kemanusiaan yaitu hubungan baik yang bersifat vertikal
maupun horizontal yakni hubungan antara atasan dengan bawahan
maupun hubungan sesama rekan kerja.

Menurut Hasibuan (2006:214) faktor yang mempengaruhi disiplin kerja

diantaranya adalah motivasi kerja, teladan pimpinan, balas jasa, keadilan,

16
waskat, sanksi hukuman, ketegasan dan hubungan kemanusiaan. Semua

pengertian di atas dapat diuraikan di bawah ini :

1) Motivasi Kerja
Motivasi Kerja ikut mempengaruhi tingkat kedisiplinan karayawan.Tujuan
yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta cukup
menantang bagi kemampuan karyawan. Hal ini berarti bahwa
tujuan(pekerjaan) yang dibebankan kepada karyawan harus sesuai dengan
tugasnya.
2) Teladan Pimpinan
Teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan
karyawan karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para
bawahannya.Pimpinan harus memberi contoh yang baik, berdisiplin baik,
adil, serta sesuai kata dengan perbuatan. Dengan teladan yang baik,
kedisiplinan bawahanpun ikut baik. Jika teladan Pimpinan kurang baik
(kurang berdisiplin), para bawahanpun akan kurang disiplin.
3) Balas Jasa
Balasan jasa(gaji dan kesejahteraan) ikut mempengaruhi kedisiplinan
karyawan karena balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan
karyawan terhadap perusahaan atau pekerjannya. Jika kecintaan karyawan
semakin baik terhadap pekerjaan, kedisiplinan mereka akan semakin baik
pula.
4) Keadilan
Keadilan ikut mendorong terwujudnya disiplin kerja karyawan, karena
ego dan sifat manusia yang selalu merasa dirinya penting dan meminta
diperlu kukan sama dengan manusia lainnya.
5) Waskat
Waskat(pengawasan melekat) adalah tindakkan nyata dan paling efektif
dalam mewujudkan disiplin karyawan perusahaan.Dengan waskat berarti
atasan harus aktif dan langsung mengawasi perilaku,moral,sikap gairah
kerja, dan prestasi kerja bawahannya. Hal ini berarti atasan harus selalu
ada atau hadir di tempat kerja agar dapat mengawasi dan memberi
petunjuk ada bawahannya yang mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan pekerjaannya.
6) Sanksi Hukuman
Sanksi hukuman sangat berperan penting dalam memelihara disiplin
karyawan. Dengan sanksi hukuman yang semakin berat, karyawan akan
semakin takut melanggar peraturan-peraturan perusahaan, sikap dan
perilaku indisipliner karyawan akan berkurang.
7) Ketegasan
Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi
tindak disiplinan karyawan perusahaan.Pimipinan harus berani dan tegas

17
bertindak untuk menghukum setiap karyawaan yang indisipliner sesuai
dengan sanksi hukuman yang telaah ditetapkan.
8) Hubungan Kemanusian
Hubungan kemanusian yang harmonis diantara sesama karyawan ikut
menciptakan akan kedisiplinan yang baik pada perusahaan.

2.2. Fungsi Disiplin Kerja

Disiplin kerja sangat dibutuhkan oleh setiap pegawai. Disiplin

menjadi persyaratan bagi pembentukan sikap, perilaku dan tata kehidupan

berdisiplin yang akan membuat para pegawai mendapat kemudahan dalam

bekerja, dengan begitu akan menciptakan suasana kerja yang kondusif dan

mendukung usaha pencapaian tujuan. Pendapat tersebut dipertegas oleh

pernyataan Tuu (2004:38) yang mengemukakan beberapa fungsi disiplin,antara

lain: a). Menata kehidupan bersama; b).Membangun kepribadian; c).Melatih

kepribadian; d).Pemaksaan; e).Human; f).Menciptakan lingkungan kondusif .

Disiplin berfungsi mengatur kehidupan bersama, dalam suatu kelompok

tertentu atau dalam masyarakat dengan begitu, hubungan yang terjalin antara

individu satu dengan individu lain menjadi lebih baik dan lancar.Disiplin juga

dapat membangun kepribadian seorang pegawai lingkungan yang memiliki

disiplin yang baik, sangat berpengaruh terhadap kepribadian seseorang.

Lingkungan organisasi yang memiliki keadaan yang tenang, tertib dan tenteram

sangat berperan dalam membangun kepribadian yang baik. Disiplin merupakan

sarana untuk melatih kepribadian pegawai agar senantiasa menunjukan kinerja

yang baik sikap, perilaku, dan pola kehidupan yang baik dan berdisiplin tidak

18
terbentuk dalam waktu yang lama salah satu proses untuk membentuk kepribadian

tersebut dilakukan melalui proses untuk membentuk kepribadian tersebut

dilakukan melalui proses latihan. Latihan tersebut dilaksanakan bersama antar

pegawai, pimpinan dan seluruh personil yang ada dalam organisai tersebut.

2.3. Faktor-Faktor Disiplin Kerja

Helmi (1996:37) melukiskan pembentukkan perilaku dipengaruhi oleh interaksi

antara :

faktor kepribadian dan factor lingkungan (situasional).

1. Faktor Kepribadian
Faktor yang penting dalam kepribadian seseorang adalah nilai yang
dianut Sistem nilai dalam hal ini yang berkaitan langsung dengan
disiplin. Nilai-nilai yang menjunjung disiplin yang diajarkan atau
ditanamkan orang tua, guru dan masyarakat akan digunakan sebagai
acuan bagi penerapan disiplin ditempat kerja. Sistem nilai akan
terlihat dari sikap seseorang, Sikap yang diharapkan akan
tercermin dalam perilaku.
2. Faktor Lingkungan
Disiplin kerja yang tinggi tidak muncul begitu saja tetapi
merupakan suatu proses belajar yang terus-menerus. Proses
pembelajaran agar dapat efektif maka pemimpin yang merupakan
panutan perlu memperhatikan prinsip-prinsip konsistensi, adil,
bersikap positif dan terbuka. Selain faktor kepimpinan, gaji,
kesejahteran , dan sistem penghargaan bagi karyawan merupakan
faktor yang tidak boleh dilupakan.

2.4. Ciri-Ciri Disiplin Kerja.

Disiplin merupakan sikap mental yang tercermin dalam perbuatan atau

tingkahlaku perorangan, kelompok atau masyarakat berupa ketaatan terhadap

peraturan-peraturan atau ketentuan yang ditetapkan pemerintah atau etik

,norma dan kaidah yang berlaku dalam masyarakat untuk tujuan tertentu

19
dan kemudian menurut Sinungan disiplin tersebut tercermin dalam pola tingkah

laku dengan ciri-ciri sebagai berikut: (a) . Adanya hasrat yang kuat untuk

melaksanakan sepenuhnya apa yang sudah menjadi norma, etik dan kaidah yang

berlaku dalam masyarakat; (b). Adanya perilaku yang dikendalikan; (c). adanya

ketaatan.

(Sinungan, 1997: 145-146) . Dari ciri-ciri pola tingkah laku pribadi

disiplin tersebut, jelaslah bahwa disiplin membutuhkan pengorbanan baik itu

perasaan,waktu,kenikmatan dan lain - lain.Sedangkan menurut Helmi (1996 :

34) terdapat beberapa indikator dari disiplin kerja yang meliputi:

a) Disiplin kerja tidak semata-mata patuh dan taat terhadap penggunaan


jam kerja saja,misalnya datang dan pulang sesuai dengan jadwal,tidak
datang kerja dan tidak mencuri-curi waktu ;
b) Upaya mentaati peraturan tidak didasarkan rasa takut , atau paksa
c) Komitmen dan loyal pada organisasi yaitu tercermin dari bagaimana
sikap dalam bekerja. Sebaliknya,perilakuyang sering menunjukkan
ketidakdisiplinan atau melanggar peraturan terlihat dari tingkat absensi
yang tinggi tinggi, penyalahgunaan waktu istirahat dan makan siang,
meninggalkan pekerjaan tanpa ijin , membangkang , tidak jujur ,berjudi,
berkelahi , berupa berkelahi ,berpura - pura sakit,sikap manja yang
berlebihan merokok pada waktu terlarang dan perilaku yang
menunjukkan semangat kerja rendah.

Dari uraian - uraian di atas disimpulkan bahwa karyawan atau

pegawai yang memiliki disiplin kerja terlihat dari adanya rasa kepedulian

terhadap pencapaian tujuan perusahaan dengan berusaha mengikuti peratura dan

bekerja sebaik-baiknya untuk kepentingan perusahaan,adanya semangat gairah

dan inisiatif dengan mencari ide atau cara menyelesaikan pekerjaan,adanya rasa

tanggung jawab dengan berusaha untuk selalu menjaga peralatan kantor dan

20
intropeksi diri bila mengalam kegagalan,adanya rasa memiliki dan rasa solidaritas

dengan bekerja sama dan saling memiliki antar rekan kerja, adanya

efisiensidengan menggunakan fasilitas sesuai kebutuhan dan menggunakan

waktu secara maksimal.

2.5. Macam-Macam Disiplin Kerja

Ada dua macam disiplin kerja yaiu disiplin diri dan disiplin kelompok:

1. Disiplin Diri

Disiplin diri merupakan proses belajar (sosialisasi) yang berasal dari

keluarga dan lingkungan masyarakat .Pimpinan juga dapat menjadi model

peran yang sangat efektif bagi berkembangnya disiplin diri. Disiplin diri

sangat besar peranannya dalam mencapai tujuan organisasi. Jika harapan

organisasi terpenuhi maka karyawan akan mendapat penghargaan dari

organisasi. Dengan disiplin diri seorang karyawan dapat menghar gai diri

sendiri dan menghargai orang lain.

2. Disiplin Kelompok

Kegiatan organisasi bukanlah kegiatan yang bersifat individual semata. Selain

disiplin diri masih diperlukan disiplin kelompok. Hal ini didasarkan atas

pandangan bahwa di dalam kelompok kerja terdapat standar ukuran prestasi

yang telah ditentukan oleh perusahaan. Berarti setiap karyawan akan berusaha

semaksimal mungkin memenuhi standar prestasi tersebut. Dapat dikatakan

bahwa standar ukuran prestasi, salah satunya dengan melalui disiplin yang

21
diterapkan oleh pihak organisasi. Disiplin kelompok akan tercipta jika disiplin

diri telah tumbuh dari dalam sehingga pegawai memiliki disiplin diri sendiri.

Jenis disiplin menekankan penegakkan disiplin oleh masing-masing

karyanwa, sementara pimpinan berupaya agar karywan mengetahui dan

memahami standar serta peraturan kerja dengan harap harapan perilaku dan

akan cenderung pada pekerja adiri karyawan Artinya suatu kelompok akan

menghasilkan pekerjaan yang optimal jika masing-masing anggota kelompok

dapat memberikan peran yang sesuai dengan hak dan tanggung jawabnya.

Sementara itu Handoko (1989:208) merumuskan disiplin secara lengkap dalam

tiga kategori, yaitu :

1) Disiplin Prevent
Tindakan yang dilakukan untuk mendorong akan mentaati ketentuan
atau standar dan peraturan dengan batas wewenang, tugas dan
tanggungjawab serta target kerja tetentu.
2) Disiplin Korektif
Tindakkan yang dilakukan setelah terjadi satu pelanggaran tertentu
sehingga bisa mencegah pelanggaran lebih lanjut dan perilaku karyawan
akan kembali kepada ketentuan standar dan peraturan yang ada. Disiplin
korektif ini biasanya berbentuk jenis hukuman tertentu yang disebut
dengan tindakkan indisipliner dengan tujuan;
a) Memperbaiki perilaku karyawan terhadap pelanggaran ketentuan;
b) Mencegah karyawan atau orang lain melakukan pelanggaran yang
sama
c) Mempertahankan kinerja kelompok yang konsisten dan efektif.
3)Disiplin Progresif
Tindakkan pendisiplinan terhadap setiap pengulangan pelanggar dengan
sanksi atau hukuman yang lebih tinggi.Tujuan dari pendisiplinan progresif
adalah untuk memberikan kesempatan kepada karyawan yang
bersangkutan agar memperbaiki diri sebelum dikenakan hukuman yang
lebih serius. Penegakan disiplin dengan cara ini masih memberi waktu
bagi pimpinan untuk bekerja sama dengan karyawan yang berangkutan
agar memperbaiki kesalahan yang dilakukannya disiplin, prenventif
dilakukan untuk mendorong karyawa agar mentaati peraturan korektif

22
adalah tindakkan yang dilakukan setelah terjadi satu pelanggaran
sehingga bisa mencegah pelanggaran lebih lanjut, sedangkan progresif
adalah bentuk pendisiplinan dimana karyawan melakukan pengulangan
pelanggaran dijatuhkan hukuman yang lebih berat. Tujuannya adalah
mmemberikan kesempatan bagi karyawan untuk memperbaiki diri
sebelum terkena hukuman yang lebih serius. Berdasarka pembentukannya
maka disiplin kerja dapat dibagi menjadi disiplin intrinsik dan disiplin
ekstrinsik. Disiplin intrinsik merupakan merupakan disiplin kerja yang
muncul dari diri sese orang yang dengan kesadaran dan ke sukarelannya,
taat serta patuh terhadap nilai - nilai, norma dan peraturan, khususnya
yang ditetapkan suatu organisasi atau lingkungan dimana karyawan
berada. Sedangkan disiplin ekstrinsik adalah disiplin yang muncul
karena dipaksa oleh orang lain atau pihak lain di luar dirinya untuk
mentaati nilai, norma dan aturan. Biasanya disiplin ini terjadi karena
adanya ancaman sanksi dan hukuman.

2.6. Kerangka Pemikiran

Disiplin kerja Ketepatan Sasaran Pelayanan


PNS Kecepatan Publik
Konsisten

Pelayanan Prima

Disiplin kerja merupakan tindakan atau perilaku seseorang terhadap

tanggung jawab kegiatan kerjanya. Dimana disiplin kerja adalah suatu upaya

menggerakkan karyawan dalam menyatukan suatu peraturan dan mengarahkan

untuk tetap mematuhi peraturan sesuai dengan pedoman yang berlaku pada

organisasi.

Pembahasan disiplin pegawai berangkat dari pandangan bahwa tidak ada

manusia yang sempurna, luput dari kekhilafan dan kesalahan. Oleh karena itu

setiap organisasi perlu memiliki berbagai ketentuan yang harus ditaati oleh para

23
anggotanya, standar yang harus dipenuhi. Disiplin merupakan tindakan

manajemen untuk mendorong para anggota organisasi memenuhi tuntutan

berbagai ketentuan tersebut. Dengan perkataan lain, tujuan dari disiplin pegawai

adalah untuk memberikan pelatihan yang berusaha memperbaiki dan membentuk

pengetahuan, sikap dan perilaku pegawai sehingga para pegawai tersebut secara

Sukarela berusaha bekerja secara kooperatif dengan para pegawai lain serta

meningkatkanprestasi kerjanya. Dalam pelaksanaannya motivasi pegawai dapat

dilakukan dengan menggunakan dua metode motivasi, yaitu motivasi langsung

dan motivasi tak langsung. Motivasi langsung adalah motivasi yang diberikan

secara langsung kepada setiap individu karyawan untuk memenuhi kebutuhan

serta kepuasannya. Jadi sifatnya khusus, seperti pujian, penghargaan, tunjangan

hari raya, bonus dan bintang jasa. Sedangkan motivasi tak langsung adalah

motivasi yang diberikan hanya merupakan fasilitas-fasilitas yang mendukung

serta menunjang gairah kerja atau kelancaran tugas sehingga para karyawan betah

dan bersemangat melakukan pekerjaannya. Misalnya, kursi yang empuk, mesin-

mesin yang baik, ruangan kerja yang terang dan nyaman, suasana pekerjaan yang

serasi, serta penempatan karyawan yang tepat supaya karyawan semangat

bekerja. Sejalan dengan tujuan dari penelitian tentang disiplin kerja pegawai yang

dilakukan ini, maka dapat dikatakan bahwa salah satu upaya untuk dapat

meningkatkan disiplin kerja melalui berbagai peraturan dan ketentuan dalam

organisasi.

24
Adapun cara yang dapat dilakukan adalah dengan disiplin preventif dan

disiplin korektif. Pendisiplinan yang bersifat preventif adalah tindakan yang

mendorong para karyawan untuk taat kepada berbagai ketentuan yang berlaku

dan memenuhi standar yang telah ditetakan. Artinya melalui kejelasan dan

penjelasan tentang pola sikap, tindakan dan perilaku yang diinginkan dari setiap

anggota organisasi diusahakan pencegahan jangan sampai para karyawan

berperilaku negatif. Sedangkan disiplin korektif dilakukan jika ada pegawai yang

nyata-nyata telah melakukan pelanggaran atas ketentuan ketentuan yang

berlaku atau gagal memenuhi standar yang telah ditetapkan, kepadanya

dikenakan sanksi disipliner. Berat atau ringannya suatu sanksi tentunya

tergantung pada bobot pelanggaran yang telah terjadi. Pengenaan sanksi dapat

mengikuti prosedur yang sifatnya hierarki. Artinya pengenaan sanksi

diprakarsai oleh atasan langsung karyawan yang bersangkutan, diteruskan kepada

pimpinan yang lebih tinggi dan keputusan akhir pengenaan sanksi tersebut

diambil oleh pejabat pimpinan yang memang berwenang untuk itu. Prosedur

tersebut ditempuh dengan dua maksud, yaitu bahwa pengenaan sanksi dilakukan

secara obyektif dan bahwa sifat sanksi sesuai dengan bobot pelanggaran yang

telah dilakukan.

Di samping factor obyektivitas dan kesesuaian bobot hukuman dengan

pelanggaran, pengenaan sanksi harus pula bersifat mendidik dalam arti agar

terjadi perubahan sikap dan perilaku di masa depan dan bukan terutama

menghukum seseorang karena tindakannya di masa lalu. Pengenaan sanksi pun

25
harus mempunyai nilai pelajaran dalam arti mencegah orang lain melakukan

pelanggaran serupa. Tidak kurang pentingnya untuk memperhatikan bahwa

manajemen harus mampu menerapkan berbagai ketentuan yang berlaku secara

efektif. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa pentingnya disiplin

kerja untuk menyalurkan, mengarahkan atau mendorong seseorang untuk bekerja

giat mencapai hasil yang optimal sesuai dengan apa yang diharapkan. Dengan

demikian dapat diambil kesimpulan bahwa pentingnya disiplin kerja untuk

menyalurkan, mengarahkan atau mendorong seseorang untuk bekerja giat

mencapai hasil yang optimal sesuai dengan apa yang diharapkan, kemudian

pada akhirnya motivasi pegawai suatu organisasi tercapai.

26
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

deskriptif kualitatif.

3.2.Sumber data

Dalam penelitian peneliti ini ada 2 (dua ) sumber yaitu :

2. Informen yaitu data diperoleh peneliti langsung dari sumbernya yang berupa

kata-kata dari informen yang diwawancarai sebagai sumber utama yang

dipilih dari subjek yang menguasai permasalahan,mengetahui lebih

banyak,,memiliki data dan bersedia memberikan data

1. Dokumentasi yaitu data yang langsung didapat dari tempat / lokasi penelitian

3.3. Fokus Penelitian

1. Ketepatan Kerja menggunakan metode kerja

2. Kecepatan penyelesaian pekerjaan

3. Konsisten dengan aturan.

3 .4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini ada beberapa jenis pengumpulan yang digunakan

penulis yaitu:

1. Observasi/Pengamatan yaitu dengan melakukan pengamatan dilokasi

penelitian. Teknik ini dipergunakan untuk memperoleh data tentang proses

27
penerapan disiplin kerja yang diterapkan dilingkungan Badan Ketahanan

Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Timor Tengah Utara dan

aplikasinya yang saat ini dijalankan oleh seluruh pegawai Badan Ketahanan

Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Timor Tengah Utara.

2. Wawancara, yang merupakan metode pengumpulan data dengan cara bertanya

langsung kepada responden, dalam hal ini kepada pegawai Observasi, yang

merupakan metode pengumpulan data dengan cara pengamatan dan

pencatatan terhadapdata yang ditemukan di lapangan .

3. Dokumentasi, yakni melakukan pencatatan berbagai dokumen yang ada.

Teknik ini dilakukan untuk memperoleh data tentang prosedur pencatatan

daftar hadir dan daftar hadir pada kegiatan/acara khusus pegawai dan daftar

penilaian pelaksanaan pekerjaan (DP3) atau dengan berkomunikasi langsung

untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini. Data primer

yang dikumpulkan dari responden yang ada tentang disiplin kerja dan

semangat kerja pegawai pada Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana

Penyuluhan Kabupaten Timor Tengah Utara.

3.5. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan

metode deskriptif Kualitatif, menurut Miles dan Huberman (1992) bahwa

analisis deskriptif melalui tiga alur, yaitu : 1). Data reduction; 2). Data display;

3). Conclusion drawing/verification Sesuai data yang diperoleh di Badan

28
Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Timor Tengah Utara .

Maka peneliti ini menggunakan teknik analisis data kualitatif diskriptif yang

berpedoman pada berfikir induksi dan dedukasi. Menurut penelitian kualitatif

dapat melakukan analisis data sejak pengumpulan data sampai data terkumpul

seluruhnya. Sebelum data dianalisis oleh peneliti terlebih dahulu diolah (data

proccesing) kemudian dilakukan proses editing yaitu data diperiksa terlebih

dahulu oleh peneliti secara seksama kemudian dilanjutkan dengan pemberian

kode agar mempermudah dalam analisis data. Dalam menganalisis data, penelitian

menggunakan model analisis interaktif (interactive model) yang mengandung

empat komponen yang saling berkaitan yaitu (pengumpulan data,

penyederhanaan data, pemaparan data dan penarikan dan pengajuan simpulan).

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan mulai sejak awal sampai

sepanjang sproses penelitian berlangsung, dalam penelitian ini di gunakan analisis

data dengan menggunakan model interaktif.

29
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskrepsi objek /Gambaran Umum penelitian

4.1.1.Tugas Pokok dan Fungsi BKP 3 Kabupaten Timor Tengah Utara

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Timor Tengah Utara Nomor 9

Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah, Inspektorat dan Lembaga Teknis Daerah Lainnya, Badan Ketahanan

Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Timor Tengah Utara mempunyai

tugas pokok melaksanakan penyiapan bahan koordinasi dan perumusan kegiatan

dibidang Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan.

Dalam menyelenggarakan tugas pokok tersebut, Badan KetahananPangan

dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Timor Tengah Utara mempunyai fungsi

sebagai berikut :

1. Perumusan kebijakan penyediaan ketahanan pangan dan penyuluhan pertanian,

perikanan dan kehutanan ;

2. Pemberian pelayanan penunjang penyelenggaraan ketahanan pangan dan

penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan;

3. Penyiapan bahan koordinasi pelaksanaan pemantauan konsumsi dan keamanan

pangan, ketersediaan, distribusi dan kerawanan pangan, penyelenggaraan

penyuluhan dan pengembangan teknologi serta pengembangan kelembagaan

penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan;

30
4. Pelayanan tugas dan administrasi kepada instansi terkait dalam rangka

peningkatan ketahanan pangan dan penyuluhan pertanian, perikanan dan

kehutanan;

5. Pengelolaan tata usaha, kepegawaian, keuangan, perlengkapan, sarana dan

prasarana serta rumah tangga

6. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Bupati Timor Tengah Utara.

Untuk melaksanakan fungsi tersebut maka Badan Ketahanan Pangan dan

Pelaksana Penyuluhan memiliki Kewenangan sebagai berikut :

1. Penyiapan bahan koordinasi, perumusan dan penetapan kebijakan

penyediaan, distribusi, konsumsi dan keamanan pangan ;

2. Merencakan operasional Ketersediaan dan Distribusi Pangan yang meliputi

Kerawanan Pangan, Kelembagaan Cadangan Pangan, Sarana dan prasarana,

Harga dan Akses pangan;

3. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan Intervensi rawan pangan

berdasarkan indikator SKPG untuk penanaganan kerawanan pangan dan

pemberdayaan daeah rawan pangan sedini mungkin;

4. Pemantauan dan Analisis perkembangan harga pangan strategis seta

penyebarluasan informasi pangan dan akses sibilitas pangan;

5. Mengidentifikasi pangan lokal, sosialisasi penganekaragaman konsumsi dan

mutu pangan dan masyarakat;

6. Melakukan identifikasi, pengumpulan dan pengolahan data dan pengkajian

ketahanan pangan sebagai bahan informasi ketahanan pangan;

31
7. Perumusan kebijakan penyelenggaraan penyuluhan pertanian, perikanan dan

kehutanan, pengembangan dan penyerapan teknologi dalam rangka

peningkatan Sumber Daya Manusia dan adopsi teknologi;

8. Penyusunan Programa dan Tata Penyuluhan ;

9. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan pengkajian dan penyerapan

teknologi untuk meningkatkan PKS tenaga penyuluh dan petani;

10. Merencanakan operasional pengembangan kelembagaan Penyuluhan,

pemerintah pemerintah, swasta dan penyuluhan swadaya;

11. Melakukan penilaian, verifikasi dan pembelian legalitas kelembagaan

masyarakat.

12. Mengadakan penilaian dan lomba bagi tenaga penyuluh, kelembagaan

masyarakat (Poktan, Gapoktan/Federasi) yang berprestasi;

13. Menjalin kerjasama penyuluhan dengan Komisi Penyuluhan, Swasta,

Lembaga/Instansi terkait dan Organisasi profesi penyuluhan untuk

meningkatkan jalinan kemitraan di daerah;

14. Merencanakan dan melaksanakan Diklat teknis dan fungsional bagi tenaga

penyuluh dan petani;

15. Merencanakan dan melaksanakan temu teknis, temu koordinasi, temu tugas

dan temu usaha;

16. Pembinaan teknis pengelolaan BPP di tingkat kecamatan;

17. Pelaksanaan administrasi angka kredit jabatan fungsional bagi penyuluh;

18. Pengelolaan perpustakaan pertanian;

32
19. Pelaksanaan tugas-tugas pembantuan yang diberikan pemerintah Propinlsi

dan atau Pemerintah Pusat;

20. Pengelolaan administrasi umum yang meliputi ketatausahaan, keuangan,

kepegawaian, perlengkapan dan peralatan Dinas.

4.1.2 Struktur Organisasi

Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Timor

Tengah Utara, dalam kedudukannya dipimpin oleh seorang Kepala Badan, yang

bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah Kabupaten Timor

Tengah Utara.

33
Adapun bentuk Struktur Organisasi BKP3 Kabupaten Timor Tengah Utara adalah sebagai berikut :

Lampiran 4.1
Struktur Organisasi

KEPALA BADAN
DRS. EMANUEL ANUNU
SEKRETARIS
Yoseph Kefi,SP

SUB BAGIAN UMUM DAN SUB BAGIAN SUB BAGIAN PROGRAM,


KEUANGAN KEPEGAWAIAN DAN DATA EVALUASI
Jasintha Abuk,Amd Landelinus Susu Jermias Dala Ngapa,SP

BIDANG KETERSEDIAAN DAN BIDANG KONSUMSI DAN BIDANG PENYELENGGARAAN BIDANG PENGEMBANGAN
DISTRIBUSI PANGAN KEAMANAN PANGAN PENYULUHAN DAN KELEMBAGAAN PENYULUHAN
Robertus Nggorong,SP Drs.Petrus Mali Seran PENGEMBANGAN TEKNOLOGI Siprianus Podhi, SP
Ir. Manase Sira

SUB BIDANG SUB BIDANG SUB BIDANG SUB BIDANG SISTEM SUB BIDANG SUB BIDANG SUB BIDANG SUB BIDANG
KERAWANAN KELEMBAGAAN, KONSUMSI DAN INFORMASI PROGRAMA DAN PENGKAJIAN DAN KELEMBAGAAN KERJASAMA
KETAHANAN PANGAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT PENYULUHAN
PANGAN CADANGAN DAN MUTU PANGAN PENERAPAN
Laurentius Anin,SP Y.Danla
Bhaltasar Neno,SP HARGA PANGAN MASYARAKAT TATA PENYULUHAN TEKNOLOGI Sakarias Suan,SP
Nahak Pius, SP M.Ketmoen, SPt Melky .T Taek,SP Benediktus Neno,SP Ngapa,sp

UPTB

Sumber data : Kasubag kepegawaian Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyulyhan Kabupaten Timor Tengah
Utara

34
Dari Struktur yang ada, maka dijelaskan bahwa terdapat sejumlah jabatan

dengan rincian sebagai berikut pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.1
Jabatan
No Nama Jabatan Keadaan/status
1. Kepala Badan Terisi

2. Sekertaris Badan Terisi


3. Bidang Ketersediaan dan Distribusi Pangan Terisi
4. Bidang Konsumsi dan Keamanan Pangan Terisi
5 Bidang Penyelenggaraan Penyuluhan dan Terisi
Pengembangan Teknologi
6 Bidang Pengembangan Kelembagaan Penyuluhan Terisi
7 Sub.Bagian Umum dan Keuangan Terisi
8 Sub.Bagian Kepegawaian Terisi
9 Sub.Bagian Program Data dan Evaluasi Terisi
10 Sub.Bidang Kerawanan Pangan Terisi
11 Sub.Bidang Kelembagaan, cadangan dan harga pangan Terisi
12 Sub.Bidang Konsumsi dan Mutu pangan masyarakat Terisi
13 Sub.Bidang Sistem Informasi Ketahanan Pangan Terisi
14 Sub.Bidang Program dan Pengembangan Tata Terisi
Penyuluhan
15 Sub.Bidang Pengkajian dan Penerapan Teknologi Terisi
16 Sub.Bidang Kelembagaan Masyarakat Terisi
17 Sub.Bidang Kerjasama Penyuluhan Terisi
Sumber data: Sekertariat (Kepegawaian) BKP3 Kabupaten Timor Tengah Utara

4.1.3.Sistem dan Prosedur Tata Kerja

Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan (BKP3) sampai dengan

saat ini tidak melaksanakan kegiatan ataupun urusan perijinan yang berimplikasi

diperlukannya sebuah dokumen SOP. (Standard Operating Prosedure).Dalam

pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)

Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan sesuai dengan Peraturan Daerah

TTU Nomor : 9 Tahun 2008 dilengkapi dengan jabatan Kepala satu sekretariat dan 4

35
(empat) Bidang dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing jabatan seperti uraian

dibawah ini :

1.Kepala badan

Tugas: Melakukan pengkoordinasian, perumusan sasaran, pembinaan, pengarahan,

evaluasi dan pelaporan serta pengawasan dan pengendalian agar penyelenggaraan

program dan kegiatan operasional ketahanan pangan dan pelaksanaan penyuluhan

yang meliputi kesekretariatan, ketersediaan dan distribusi pangan, konsumsi dan

keamanan pangan, penyelenggaraan penyuluhan dan pengembangan teknologi serta

pengembangan kelembagaan penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan agar

diperoleh hasil yang efektif, efisien, dan akuntabel, demi terwujudnya ketahanan

pangan dan kemandirian petani-nelayan. Dengan rincian uraian tugas sebagai berikut:

1) Mengkoordinasikan penyusunan rencana program dan kegiatan ketahanan

pangan dan pelaksanaan penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan agar

dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan dalam rencana pembangunan

jangka menengah daerah (RPJMD) dan rencana strategis (RENSTRA) SKPD;

2) Mengkoordinasikan perumusan sasaran program dan rencana kinerja tahunan

dan lima tahunan dari setiap bidang berdasarkan renncana strategis SKPD

sebagai pedoman pelaksanaan tugas.

3) Merumuskan dan menetapkan kebijakan, standar, norma dan pedoman

operasional ketahanan pangan dan pelaksanaan penyuluhan dengan

berpedoman pada ketentuan dan peraturan yang berlaku.

36
4) Mengkoordinasikan pengumpulan data, identifikasi, pengolahan dan

pengkajian terhadap ketersediaan pangan, pengadaan pangan, cadangan

pangan, distribusi pangan, harga pangan, akses pangan, konsumsi pangan dan

gizi, mutu pangan, keamanan pangan, ketenagaan penyuluh, kelembagaan

penyuluhan, metode dan media penyuluhan, sesuai norma dan standar untuk

mendapatkan rumusan model/pola pengembangan ketahanan pangan dan

penyuluhan.

5) Mengkoordinasikan pencegahanan dan pengendalian masalah pangan

sebagai akibat menurunnya ketersediaan pangan melalui sistem kewaspadaan

pangan dan gizi (SKPG) untuk memperoleh masukan demi terwujudnya

ketersediaan panga, pengadaan pangan, cadangan pangan, distribusi pangan,

harga pangan, akses pangan, konsumsi pangan dan gizi, mutu pangan dan

keamanan pangan.

6) Mengkoordinasikan pengembangan kelembagaan sertifikasi produk pangan

segar dan pabrikan pangan skala kecil/rumah tangga untuk menjamin mutu

dan keamanan pangan.

7) Mengkoordinasikan pengembangan kemampuan inspektur, fasilitator,

keamanan pangan wilayah kabupaten.

8) Membina penerapan norma, standar dan akreditasi kelembagaan, penetapan

sertifikasi dan akreditasi jabatan fungsional keamanan pangan dan penyuluh

pertanian, perikanan dan kehutanan

37
9) Mengkoordinasikan pengembangan kelembagaan penyuluhan dan

penyusunan program penyuluhan sebagai pedoman penyusunan rencana kerja

penyuluh.

10) Mengkoordinasikan penyelenggaraan pelatihan dan kursus bagai penyuluh

pertanian, perikanan dan kehutanan dan petani-nelayan.

11) Mengkoordinasikan penyelenggaraan percontohan pertanian, perikanan dan

kehutanan serta pengkajian dan penerapan teknologi spesifik lokal

12) Membina, mengendalikan dan mengevaluasi ketersediaan pangan, pengadaan

pangan, cadangan pangan, distribusi pangan, harga pangan, akses pangan,

konsumsi pangan dan gizi, mutu pangan, keamanan pangan, ketenagaan

penyuluh, kelembagaan penyuluhan, metode dan media penyuluhan sesuai

norma dan standar untuk mendapatkan bahan/ data/ informasi gula

pengambilan keputusan.

13) Menyelenggarakan sinkronisasi program lintas sektor secara rutin dan berkala

dalam rangka penyamaan persepsi untuk pelaksanaan tugas bidang ketahanan

pangan dan pelaksanaan penyuluhan.

14) Merumuskan dan menetapkan laporan pelaksanaan budaya kerja, pengawasan

melekat, akuntabilitas kinerja pemerintahan,laporan kinerja keuangan dan

laporan kinerja badan sesuai ketentuan dan prosedur yang berlaku untuk

digunakan sebagai bahan pertanggungjawaban pelaksanaan kinerja badan.

15) Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lain yang diberikan atasan, baik secara

lisan maupun tertulis.

38
2.Sekretaris badan

Tugas: Melakukan perencanaan operasional, membagi tugas, memberi petunjuk,

mengatur, mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan kegiatan pelayanan

administrasi umum, bidang keuangan, kepegawaian, program, data dan evaluasi

berdasarkan ketentuan dan prosedur yang berlaku agar terwujudnya pelayanan

admnistrasi yang cepat, tepat dan lancar dengan rincian uraian tugas

sbb:merencanakan langkah operasional sekretariat berdasarkan rencana kerja badan

dan kegiatan tahunan serta sumber data yang ada agar tersedia perencanaan

yang partisipatif dan akomodatif.Membagi tugas dan memberi petunjuk kepada

bawahan baik secara tertulis maupun lisan sesuai dengan bidang tugas masing-

masing agar tercapai efektifitas pelaksanaan tugas,

1) Menyelia pelaksanaan tugas berdasarkan rencana kerja dan tugas pokok agar

tercapai hasil yang efektif dan efisien.

2) Membagi tugas penyusunan rencana program/kegiatan badan berdasarkan

data dari bidang di lingkup badan agar tersedia program kerja yang

partisipatif.

3) Memberi petunjuk pembinaan kepegawaian sesuai ketentuan dan prosedur

yang berlaku agar terwujud aparatur yang handal dan memiliki kompetensi.

4) Memberi petunjuk pelaksanaan layanan administrasi umum dan keuangan

kepada semua unsur yang ada di badan agar tercipta pelayanan administrasi

yang cepat, tepat, dan lancar.

39
5) Melaporkanpengawasan melekat, budaya kerja,kinerja badan, kinerja

keuangan, dan pelaporan kinerja lainnya untuk bahan pertanggungjawaban.

6) Melaporkan hasil pelaksanaan tugas secara berkala dan insidentil kepada

atasan sebagai pertanggungjawaban.

7) Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan baik

secara lisan maupun tertulis sesuai tugas dan fungsi.

3. Bidang ketersediaan dan distribusi pangan

Bidang ini membawahi Sub bidang Kerawanan Pangan dan Sub.Bidang

Kelembagaan, Cadangan dan Harga Pangan.

Tugas : Merencanakan Operasional Ketersediaan Dan Distribusi Pangan yang

Meliputi Kerawanan pangan, Kelembagaan, Cadangan pangan, Sarana/prasarana,

Harga dan Akses pangan Berdasarkan prosedur dan ketentuan yang berlaku untuk

peningkatan distribusi dan aksesibilitas pangan, dengan rincian uraian tugas sebagai

berikut:

Merencanakan langkah-langkah operasional Distribusi Pangan berdasarkan renstra

SKPD agar tersedia Perencanaan yang partisipatif dan Akomodatif;

1) Membagi tugas dan memberi petunjuk teknis kepada bawahan secara tertulis

maupun lisan sesuai bidang tugas masing-masing agar tercapai efektivitas

pelaksanaan tugas;

2) Mengoreksi hasil kerja bawahan berdasarkan rencana kerja guna

penyempurnaan lebih lanjut;

40
3) Menyelia Pelaksanaan Tugas berdasarkan Rencana Kerja agar tercapai hasil

yang efektif dan efisien;

4) Mengoreksi dan menyempurnakan konsep bahan kebijakan dan pedoman

operasional berdasarkan norma dan standart untuk menjadi acuan dalam

penyelenggaraan distribusi pangan;

5) Melaksanakan pengkajian dan pengembangan kelembagaan distribusi, sarana

dan prasarana, pola distribusi melalui identifikasi, pengolahan dan analisis

data/informasi untuk meningkatkan perimbangan distribusi antar wilayah ;

6) Mengatur layanan penyajian data dan informasi harga pangan melalui media

cetak dan elektronik agar terinformasinya perkembangan harga pangan secara

periodik;

7) Mengkoordinir kegiatan pencegahan kerawanan pangan masyarakat melalui

pemantauan dan rapat-rapat koordinasi untuk meningkatkan aksesibilitas

pangan masyarakat;

8) Merencanakan operasional pengembangan jaringan pasar melalui rumusan

dan sosialisasi pola-pola distribusi, kemitraan, kelembagaan, dan sarana

prasarana distribusi untuk meningkatkan distribusi pangan;

9) Mengevaluasi kelembagaan distribusi dan sarana prasarana, harga dan

kerawanan pangan sesuai norma dan standar untuk mendapatkan

bahan/data/informasi guna pengambilan keputusan selanjutnya;

10) Melaporkan hasil pelaksanaan tugas secara berkala dan insidentil kepada

atasan sebagai pertanggungjawaban;

41
11) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala BKP3

4. Bidang konsumsi dan keamanan pangan

Bibang ini membawahi Sub. Bidang Konsumsi dan Mutu Pangan Masyarakat

dan Sub. Bidang Sistem Informasi Ketahanan Pangan.

TUGAS : Merencanakan Operasional Konsumsi dan Keamanan Pangan meliputi

konsumsi informasi pangan, mutu dan keamanan pangan berdasarkan ketentuan dan

prosedur yang berlaku untuk peningkatan konsumsi pangan masyarakat, dengan

rincian tugas sebagai berikut :

1) Merencanakan langkah operasional pengembangan konsumsi dan keamanan

pangan berdasarkan Renstra SKPD.

1. Membagi tugas dan memberi petunjuk teknis pelaksanaan kegiatan bidang

konsumsi dan keamanan pangan kepada bawahan

2. Menyelia pelaksanaan tugas berdasarkan rencana kerja agar tercapai hasil yang

efektif dan efisien

3. Melakukan identifikasi, pengumpulan data, pengolahan dan pengkajian

terhadap konsumsi pangan dan gizi, mutu pangan dan keamanan pangan sesuai

norma dan standar untuk mendapatkan bahan/data/informasi guna pengambilan

keputusan selanjutnya.

4. Melaksanakan pengembangan kelembagaan dan pabrikan pangan skala

kecil/rumah tangga melalui identifikasi dan perumusan pola/model

pengembangan untuk menjamin keanekaragaman konsumsi pangan.

42
5. Melakukan pembinaan, pengendalian dan evaluasi terhadap konsumsi pangan

dan gizi, mutu pangan, keamanan pangan sesuai norma dan standar untuk

mendapatkan bahan/data/informasi guna pengambilan keputusan selanjutnya

6. Mengembangkan pangan pokok masyarakat melalui identifikasi, penyusunan

pola konsumsi pangan masyarakat dan sosialisasi untuk peningkatan kwalitas

konsumsi pangan masyarakat berbasis bahan baku lokal

7. Melakukan pengumpulan dan analisis data/informasi ketahanan pangan melalui

pengembangan Sistem Informasi Ketahanan Pangan (SIKAP) untuk

menyiapkan data dan informasi perkembangan ketahanan pangan secara

periodik

8. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas bidang konsumsi dan keamanan pangan

secara berkala kepada atasan

9. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala BKP3

5. Bidang penyelenggaraan penyuluhan dan pengembangan teknologi

Bidang ini membawahi Sub.bidang Programa dan Pengembangan Tata Penyuluhan

dan Sub.bidang Pengkajian dan Penerapan Teknologi.

TUGAS : Merencakan operasional penyelenggaraan penyuluhan pertanian, perikanan

dan kehutanan dan pengembangan teknologi meliputi bidang Programa dan

Pengembangan Tata Penyuluhan dan Sub.bidang Pengkajian dan Penerapan

Teknologi berdasarkan ketentuan dan prosedur yang berlaku untuk meningkatkan

43
sumber daya manusia petani-nelayan dan adopsi inovasi teknologi pertanian,

perikanan dan kehutaan, dengan rincian tugas sebagai berikut :

1. Merencanakan langkah operasional penyelenggaraan penyuluhan pertanian,

perikanan dan kehutanan dan pengembangan teknologi berdasarkan renstra

SKPD

2. Membagi tugas dan memberi petunjuk teknis kepada bawahan secara tertulis

maupun lisan sesuai bidang tugas masing-masing agar tercapai efektivitas

pelaksanaan tugas.

3. Mengevaluasi hasil kerja bawahan berdasarkan rencana kerja guna

penyempurnaan lebih lanjut

4. Menyelia kebijakan dan strategi penyeleggaraan penyuluhan pertanian,

perikanan dan kehutanan serta paket teknologi berdasarkan norma dan standar

sebagai acuan dalam pelaksanaan tugas

5. Mengkoordinasikan kegiatan penyuluhan, pengembangan metode dan

mekanisme kerja penyuluhan melalui kajian, sosialisasi dan rapat koordinasi

untuk peningkatan penyelenggaraan penyuluhan

6. Mengevaluasi dan menyempurnaan materi penyuluhan melalui identifikasi,

analisis dan sosialisasi untuk tercapainya penyebaran informasi materi

penyuluhan bagi pelaku utama (petani, pekebun, peternak, nelayan,

pembudidayaan ikan, dan pengolah ikan beserta kelompok atau individu

masyarakat di dalam dan sekitar kawasan hutan) dan pelaku usaha (perorangan

dan koorporasi)

44
7. Melakukan pembinaan terhadap penyelenggaraan penyuluhan sesuai norma,

standar dan peraturan yang berlaku agar terciptanya kemitraan antara pelaku

utama, pelaku usaha, penyuluh dan instansi/lembaga terkait.

8. Merencanakan operasional percontohan pertanian, perikanan dan kehutanan

sesuai perkembangan teknologi spesifik lokal.

9. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas secara berkala dan insidentil kepada atasan

sebagai pertanggungjawaban.

10. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala BKP3

6. Bidang pengembangan kelembagaan penyuluhan

Bidang ini membawahi Sub. Bidang Kelembagaan Masyarakat dan Sub.Bidang

Kerjasama Penyuluhan.

TUGAS : Merencanakan Operasional Pengembangan Kelembagaan Penyuluhan

Pemerintah, Swasta dan Penyuluhan Swadaya yang meliputi Sub bidang

Kelembagaan Masyarakat dan Sub Bidang Kerjasama Penyuluhan Berdasarkan

Ketentuan dan Prosedur yang berlaku untuk meningkatkan pelayanan, pangkalan data

dan jaringan Informasi Penyuluhan, dengan rincian uraian Tugas sebagai berikut :

1) Merencanakan langkah operasional pengembangan kelembagaan penyuluhan;

2) Membagi tugas dan memberi petunjuk teknis kepada bawahan secara tertulis

maupun lisan sesuai bidang tugas masing-masing agar tercapai efektivitas

pelaksanaan tugas;

3) Mengevaluasi hasil kerja bawahan berdasarkan rencana kerja guna

penyempurnaan lebih lanjut;

45
4) Menyelia kebijakan dan strategi pengembangan penyuluhan pemerintah

Swasta, dan swadaya serta kerjasama penyuluhan;

5) Mengkoordinasikan kegiatan peningkatan kapasitas penyuluh PNS,Swadaya

dan Swasta melalui pendidikan dan pelatihan,temu teknis,temu tugas,

lokakarya serta temu lapang dan menjalin kerjasama dengan komisi

penyuluhan atau organisasi profesi penyuluhan lainnya untuk peningkatan

kemampuan penyelenggaraan penyuluhan;

6) Mengevaluasi dan menyempurnakan mekanisme dan tata kerja melalui

identifkasi, analisis, advokasi, dan sosialisasi untuk tercapainya proses

penyelenggaraan penyuluhan secara berkelanjutan;

7) Melakukan pembinaan terhadap kelembagaan penyuluhan sesuai norma dan

peraturan yang berlaku agar tercipta kerjasama penyuluhan antara pelaku

utama, pelaku usaha,aparat penyuluh, komisi penyuluhan, organisasi profesi

penyuluhan, swasta dan instansi/lembaga terkait;

8) Merencanakan operasional pengembangan, kelembagaan,ketenagaan,sarana

dan prasarana penyuluhan sesuai dinamika perkembangan;

9) Melaporkan hasil pelaksanaan tugas secara berkala dan insidentil kepada

atasan sebagai pertanggungjawaban;

10) Melaksanakan tugas tugas lain yang diberikan oleh Kepala BKP3.

46
Tabel 4.2
Data Sarana dan Prasarana
No Jenis Barang Jumlah Keadaan Sumber Dana
1 Kendaraan Roda 4 2 unit Baik APBN
2 Kendaraan Roda 2 60 unit Baik APBN
3 Traktor Lahan Kering 3 unit Baik APBN + APBD
4 Hand Traktor 5 unit Baik APBD I
5 Gedung Kantor 1 unit Baik APBD
6 Gedung BPP (Kecamatan) 4 unit 2 rusak + 2 APBD
7 Meja Biro 9 unit baik APBD
8 Meja Biro 37 unit Baik APBD
9 Lemari kayu arsip 12 unit Baik APBD
10 Lemari kaca arsip 2 unit Baik APBD
11 Rak buku 2 unit Baik APBD
12 Kursi Sofa 2 unit Baik APBD
13 Meja Kaca 2 unit Baik APBD
14 Meja Komputer 8 unit Baik APBD
15 Brankas 1 unit Baik APBD
16 Meja Plastik 4 unit Baik APBD
17 Kotak sampah 19 unit Baik APBD
18 Dispenser Mini 6 unit Baik APBD
19 PC. Komputer 2 unit Baik APBD
20 Komputer layar datar 2 unit Baik APBD
21 Laptop 5 unit Baik APBD
22 Camera Digital 2 unit Baik APBD
23 Handy Camp 1 unit Rusak APBD
24 Printer 3 unit Baik APBD
25 Kursi Kayu 11 unit Rusak APBD

Sumber dari : Sekertariat Kasubag Umum dan Keuangan

4.1.4.Visi,Misi,Tujuan dan Sasaran Pelayanan BKP3 Kab.Timor Tengah Utara

Visi dan Misi BKP3 Visi Kabupaten Timor Tengah Utara Tahun 2011-

2015 adalah: Terwujudnya masyarakat TTU yang sejahtera, adil, demokratis dan

Mandiri melalui Pemberdayaan Potensi Sumber Daya Manusia Laki-laki dan

Perempuan serta Sumber Daya Alam Secara Lestari

47
Berdasarkan Visi Kabupaten Timor Tengah Utara, maka lahirlah Visi Badan

Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Tahun 2015- 2017 sebagai berikut :

Terwujudnya Ketahanan Pangan Berbasis Rumah Tangga Dengan Kelembagaan

Pelaku Utama,Pelaku Usaha Yang Mandiri, Berwawasan Agribisnis Dan

Berkelanjutan Menuju Masyarakat TTU Sejahtera Tahun 2017

Berdasarkan pada pernyataan visi , maka dapat dijelaskan maknanya sebagai

berikut: Bahwa Untuk Mencapai Masyarakat TTU Yang Sejahtera Pada Tahun

2015 dari Aspek Ketahanan Pangan , Maka Kebutuhan Akan Pangan Dalam Jumlah

Yang Cukup, Dengan Mutu Yang Terjamin, Aman Dikonsumsi Dan Terjangkau

Harganya Oleh Setiap Rumah Tangga, Adalah Suatu Keharusan Yang Didukung Pula

Oleh Kelembagaan Pelaku Utama dan Pelaku Usaha sebagai Komponen Utama

Pembangunan Ketahanan Pangan Yang perlu diberdayakan Sehingga Bebas Dari

Ketergantungan Dari Pihak Lain, Memiliki Kemampuan Untuk Berkembang Secara

Terus Menerus, Dapat Mengambil Tindakan Secara Cepat dan Tepat,Dapat Merespon

Peluang Pasar Dengan Menghasilkan Produk Yang Bernilai Tambah dengan

Menggunakan Inovasi dan Teknologi Untuk Peningkatan Produktivitas .

Selanjutnya dapat dijelaskan pernyataan masing-masing visi sebagai berikut:

1).Ketahanan pangan adalah : kondisi terpenuhinya pangan bagi setiap rumah

tangg, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup baik jumlah maupun

mutunya, aman, merata dan terjangkau.

2).Kelembagaan pelaku utama-pelaku usaha adalah : lembaga informal yang

ditumbuhkankembangkan dari,oleh dan untuk kepentingan bersama.

48
3).Pelaku utama adalah : masyarakat di dalam dan di sekitar kawasan hutan,

petani,pekebun,peternak,nelayan, pembudi daya ikan dan pengolah ikan beserta

keluarga intinya;

4).Pelaku usaha adalah : perorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang

dibentuk menurut hukum Indonesia yang mengelolah usaha pertanian,

perikanan dan kehutanan;

5).Pelaku utama-pelaku usaha yang mandiri yaitu; pelaku utama-pelaku usaha

yang memiliki kepercayaan diri, mampu mengambil tindakan tepat dan cepat,

proaktif dan inisiatif serta selalu bekerjasama/bermitra tanpa tergantung pada

pihak lain;

6).Pelaku utama-pelaku usaha yang berwawasan agribisnis yaitu ; pelaku utama-

pelaku usaha yang selalu berorientasi pasar, efisiensi tinggi, mampu merespon

perubahan pasar dan menghasilkan produk yang bernilai tambah serta

menggunakan inovasi teknologi sebagai sumber produktivitas;

7).Masyarakat yang sejahtera yaitu suatu kondisi masyarakat yang aman dan

tentram, bebas dari segala gangguan alam ataupun akibat ulah manusia serta

serba berkecukupan baik jasmani maupun rohani.

Untuk tercapainya VISI Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan

Kabupaten TTU maka telah ditetapkan MISI Badan Ketahanan Pangan dan

Pelaksana Penyuluhan, yaitu:

49
1).Mewujudkan pelayanan prima, akuntabel dan transparan ( Good governance)

kepada masyarakat dibidang ketahanan pangan dan penyuluhan pertanian,

perikanan dan kehutanan melalui peningkatan kualitas aparatur dan sarana

prasarana;

2).Meningkatkan kualitas pemantauan, pengkajian, pengembangan dan

perumusan kebijakan ketahanan pangan,yang meliputi: Aspek ketersediaan,

Distribusi dan Kerawanan Pangan; aspek Konsumsi dan Keamanan pangan:

3).Memberdayakan pelaku utama dan pelaku usaha melalui peningkatan kualitas

kelembagaan, ketenagaan, dan penyelenggaraan penyuluhan yang berbasis

spesifik lokalita, efektif, partisipatif, dan berorientasi agribisnis ;

4).Mengembangkan hubungan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi yang

harmonis antar lembaga terkait dalam kegiatan perencanaan,pemantauan

4.2.Data Fokus penelitian

4.2,1.Kecepatan penyelesaian pekerjaan

Kecepatan merupakan penggunaan waktu dalam melaksanakan tugas dan

pekerjaan dalam tempo atau tenggang waktu yang singkat dapat terselesainya

,menurut Bapak Emanuel Anunu yang menyatakan bahwa:

Pegawai melaksanakan tugas yang diberikkan oleh pimpinan sudah mulai


membaik ,karena semua pekerjaan diselesaikan dalam waktu yang ditentukan
oleh atasan /pimpinan sehingga pekerjaan selesai pada waktunya maka dengan
demikian pegawai konsisten terhadap pekerjaannya .Atau sebaliknya apabila
pimpinan membutuhkan data dengan secepat maka pegawai sudah sselalu
siapkan.
Hal yang sama juga dinyatakan oleh Ibu hendeika Ga sebagai berikut berikut:

50
sudah mulai baik sebab pekerjaan yang diberikan oleh atasan diselesaikan
dengan cepat karena selama ini tidak ada pegawai yang menunda-nunda
pekerjaan yang di berikan oleh pimpinan/kepala.

Menurut bapak Yoseph Kefi.

Disiplin kerja pegawai dapat terlaksana dengan baik atas kesadaran dari dalam
diri pegawai akan pentingnya disiplina kerja sebab peraturan dan tata tertib
yang ada jelas dan tegas ,oleh itu dalam melaksanakan tugas kita tiap hari
harus berpedoman pada aturan yang ada
.Dari apa yang dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa disiplin pegawai dalam

hal disiplin kerja sudah baik. Semua karyawan sudah cepat dalam melaksanakan

pekerjaan sesuai dengan peraturan yang berlaku dan disiplin kerja pegawai dapat

terlaksana dengan baik atas kesadaran dari dalam diri pegawai akan pentingnya

disiplinan kerja.

Sedangkan metode yang digunakan dalam penyelesaian kerja yaitu metode

biasa dimana bila selesai kerja harus disahkan oleh pimpinan dan apabila pimpinan

tidak ada di tempat maka harus menunggu sampai hingga pulang.

4.2.2.Ketepatan penyelesaian pekerjaan

Menurut bapak Robertus Nggorong yang menyatakan bahwa:

penyelesaikan tugas selalu tepat waktu karena fasilitas yang dipakai untuk
melakanakan tugas selau ada walaupun masih banyak kekurangan-
kekurangannya tetapi selalu menyelesaikan pekerjaan tepat pada waktu yang di
tentukan oleh atasan.
Pernyataan ini juga dikuatkan oleh Bapak Falentinus Tnesi sebagai berikut:

peraturan di sini tentang pekerjaan tidak memberatkan asalkan pegawai mau


dan tekun dalam melaksanakan pekerjaan yang diberikan oleh atasan.

51
Hal yang sama dinyatakan oleh Ibu Veronika K.Laot sebagai berikut :

pekerjaan itu bisa selesai tepat waktu asal fasilitas yang digunakan tidak
mengalami gangguan atau rusak .

Menurut bapak Yoseph Kefi bahwa metode yang digunakan adalah:

sistim disposisi yaitu setiap surat yang masuk harus lewat sekertaria baru ke
pimpinan untuk didisposisikan kepada Kabid atau Kasubid atau tidak
langsung tujuan dari surat tersebut.

Dari apa yang dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa disiplin pegawai

dalam hal kerja sudah baik. Semua karyawan sudah cepat dan tepat melaksanakan

tugas /pekerjaan sesuai dengan waktu yang diberikan dan menggunakan sistim tidak

langsung pada tujuan.

Hal yang sama dengan bapak Yoseph Kefi juga disampaikan oleh bapak

Melki T.Taek bahwa:

disiplin kerja pegawai dapat terlaksana dengan baik atas kesadaran dari dalam
diri pegawai akan pentingnya disiplin kerja dan ada peraturannya sudah jelas
dan tegas dalam melaksanakan serta para pegawai harus berpedoman pada tata
tertib yang berlaku .

4.2.3.Konsistensi dengan aturan yang berlaku

Menurut bapak Nahak Pius yang menyatakn bahwa :

dalam melaksanakan tugas dan kerja pegawai selama ini berpatokan pada
aturan kerja sehingga pekerjaan yang dikerjakan selalu cepat dan tepat pada
waktu yang ditentukan.

Bapak Lorentius Anin menyatakan bahwa :

pegawai juga harus konsisten dengan penggunaan fasilitas kantor, dalam


melaksanakan tugas baik itu alat elektronik seperti leptop,komputer maupun

52
kendaraan beroda dua dan roda empat sehingga tidak mengganggu aktifas
pegawai di kantor maupun di desa sebab semua fasilitas ditujukan demi
menunjang kelancaran pekerjaan sehingga pekerjaan dapat terselesaikan
dengan seefektif dan seefisien mungkin.

Secara umum sepanjang pengamatan kami terhadap kepatuhan pegawai dalam

menggunakan fasilitas kantor yang ada, para pegawai menggunakannya semaksimal

mungkin dan bertanggung jawab dan bisa dikatakan konsisten Dalam melaksanakan

tugas para pegawai Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan dilengkapi

dengan fasilitas yang memadai seperti ruangan ,komputer,mesin ketik dan

sebagainya.

4.3.Pembahasan.

4.3.1.Ketepatan Penggunaan Metode Kerja

Dalamm kaitan itu, maka aparat pemerintah harus dapat memberikan pelayanan

yang lebih profesional, efektif, efisien, sederhana, transparan, tepat waktu, dan

adaptasi serta dapat membangun kualitas sumberdaya manusia dalam arti

meningkatkan kapasitas individu aktor pemerintahan dan memberdayakan

masyarakat dalam memanfaatkan produk-produk pemerintahan.

Sebagai suatu organisasi pemerintahan tentu harus memiliki berbagai sumber

daya untuk menjalankan berbagai tugas dan fungsi dalam rangka merealisasikan

tujuan-tujuannya. Hal ini sejalan dengan pengertian organisasi dari Schulze (dalam

Sutarto, 1989 : 22) bahwa

pada dasarnya adalah penggabungan dari orang-orang, benda-benda, alat-alat


perlengkapan, ruang kerja dan segala sesuatu yang bertalian dengannya yang
dihimpun dalam hubungan yang teratur dan efektif untuk mencapai tujuan
yang diinginkan.

53
Dalam pengertian ini kiranya dipahami bahwa satu diantara berbagai sumber daya

dalam menggerakkan organisasi pemerintahan adalah sumber daya manusianya

sebagai penggerak organisasi tersebut. Apabila dikaitkan dengan hasil analisis dalam

penelitian ini maka dapat dikemukakan bahwa kecepatan kerja dari aparat dalam

melaksanakan tugas dan pekerjaannya masih rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa

aparat masih kurang cepat dalam melaksanakan tugas sebagaimana mestinya. Hal

tersebut berkisar pada kesadarannya didalam melaksanakan tugas, ketulusannya,

kesabarannya dalam melaksanakan tugasnya.. Karena tiap pegawai harus ada

motivasi dari dalam diri sebagai pendorong kerja yang berupa kesadaran mengenai

pentingnya atau manfaat pekerjaan yang dilaksanakannya. Dengan kata lain motivasi

ini bersumber dari pekerjaan yang dikerjakan, baik karena mampu memenuhi

kebutuhan, atau menyenangkan, atau memungkinkan mencapai suatu tujuan karena

memberikan harapan tertentu yang positif dimasa depan. Misalnya pekerja yang

bekerja secara berdedikasi semata karena memperoleh kesempatan untuk

mengaktualisasikan dirinya secara maksimal.

Kemudian menurut pendapat Maslow (dalam Asnawi 2000:16) mengatakan

bhwa:

Suatu potensi intrinsik yang bersifat internal yang telah ada pada diri manusia,
ia dapat bersifat pasif tetapi juga bisa bersifat aktif. Apabila ia bersifat aktif
maka ia membutuhkan respon.

54
Demikian halnya juga dengan motivasi ekstrinsik, yaitu suatu pendorong

kerja yang bersumber dari luar diri pekerja sebagai individu, berupa suatu kondisi

yang mengharuskannya melaksanakan pekerjaan secara maksimal. Sebagaimana hasil

penelitian ini bahwa aparat sebagai pelayan masyarakat mengharapkan adanya suatu

perhatian dari pimpinan baik pimpinan di tingkat bawah maupun pimpinan di tingkat

atas (kepala ) .

Dari pendapat tersebut, maka dapat dijelaskan bahwa sebagai sebuah

organisasi harus memiliki komitmen yang kuat dalam menjalankan tugas dan

fungsinya untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Sebagaimana telah dijelaskan

sebelumnya bahwa tugas dan fungsi adalah sebagai garda terdepan pemerintah daerah

yang bertugas secara langsung dan berhadapan dengan masyarakat. Oleh karena itu

aparat wajib menyelenggarkan kegiatan pelayanan kepada masyarakat yang menjadi

kewenangannya.

Berkaitan dengan itu, maka kecepatan kerja aparat menjadi sangat penting

artinya dalam upaya untuk lebih memaksimalkan proses kecepatan secara efektif,

efisien dan bertanggung jawab. Penjelasan ini juga mencoba menguraikan bagaimana

kondisi lingkungan organisasi pemerintahan berinteraksi dengan karakteristik aparat

sehingga membangun semangat kebersamaan dalam meningkatkan prestasi kerja.

Dalam kenyataannya di lapangan menunjukkan bahwa interaksi antara

individu-individu di pemerintahan menimbulkan konsekuensi terhadap motivasi kerja

aparat sebagai modal utama dalam menggerakkan individu-individu yang ada

didalamnya. Oleh karena itu, motivasi kerja aparat sebagai penggerak dalam

55
menjalankan tugas dan tanggungjawab masing-masing harus dimiliki oleh setiap

individu dan selanjutnya dapat menjadi kekuatan yang besar dari suatu organisasi

dalam mencapai tujuannya.

Dalam konteks penyelenggaraan pelayanan yang berkualitas sebagai visi dan tujuan

organisasi pemerintah, Wasistiono (2000:1) menegaskan bahwa :

dalam suatu organisasi, termasuk organisasi pemerintah daerah, faktor utama


yang mempengaruhi kemampuan dan keberhasilan pencapaian tujuan adalah
faktor manusia yang ada dalam organisasi itu sendiri. Artinya bahwa tingkat
pencapaian tujuan organisasi pemerintahan akan turut dipengaruhi oleh
perilaku individu aparat pemerintah itu sendiri mengembang tugas fungsinya
sebagai pelayan masyarakat. Dengan demikian maka faktor manusia yang ada
didalam organisasi pemerintahan memerlukan penggerak sebagai modal
dalam pelaksanaan tugas. Penggerak semangat kerja bisa diperoleh dari dalam
diri maupun dari luar.

Dalam hubungannya dengan peningkatan kualitas pelayanan, Thoha (1998 : 119)

mengemukakan bahwa : Untuk meningkatkan kualitas pelayanan civil, organisasi

publik (birokrasi publik) harus mengubah posisi dan peran (revitalisasi) dalam

memberikan layanan publik. Dari yang suka mengatur dan memerintah berubah

menjadi suka melayani, dari yang suka menggunakan pendekatan kekuasaan, berubah

menjadi suka menolong menuju ke arah yang fleksibel dan yang sloganis menuju

cara-cara kerja yang realistik pragmatis. Sebagai seni, layanan itu terbentuk sebagai

upaya aparat pemerintahan untuk mengefektifkan kegiatan atau pelayanannya sesuai

dengan kondisi orang, makhluk, atau lingkungan yang dilayaninya. Oleh sebab itu,

aparat pemerintahan harus benar-benar berkualitas : kreatif, inovatif, proaktif, dan

berfikir positif. Oleh karena itu,apabila dikaitkan dengan hasil penelitian dan

56
pengolahan data maka dapat disimpulkn bahwa untuk dapat meningkatkan

kemampuan individu-individu aparat pemerintahan secara berkualitas maka

diperlukan adanya perbaikan kerja pemerintahan secara lebih baik dan berorientasi

pada kepentingan rakyat dan pembangunan kebersamaan (kemitraan). Menurut Thoha

(1995 : 181) bahwa

Kualitas pelayanan civil sangat tergantung kepada individual aktor. Hal ini
memberi pemahaman bahwa pelayanan yang berkualitas sangat ditentukan
oleh keseluruhan aspek dari manusia selaku pegawai atau birokrat termasuk
motivasinya. Suatu pelayanan yang berkualitas dengan sendirinya akan
memberikan kepuasan kepada masyarakat .

seperti yang dikemukakan oleh Tjiptono (1996 : 54) bahwa :kualitas pelayanan

memiliki hubungan yang erat dengan kepuasan pelanggan.

Mengacu pada pendapat tersebut maka analisis terhadap kualitas layanan civil

menitik beratkan pada upaya untuk mengetahui tingkat kepuasan masyarakat terhadap

kualitas layanan yang diberikan. Kualitas layanan civil yang secara signifikan

dipengaruhi oleh motivasi kerja aparat berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan

data masih rendah.

Aspek kecepatan, ketepatan kemudahan, dan keadilan dalam proses layanan

civil belum sepenuhnya dirasakan oleh masyarakat.Kehidupan masyarakat yang

semakin kompleks menuntut adanya suatu pelayanan yang sempurna dan berkualitas,

dan hal itu tidak dapat diwujudkan oleh aparat sebagai abdi negara dan abdi

masyarakat.

Kecepatan dalam proses layanan civil belum terlihat secara signifikan, bahkan

masih ditemui proses layanan yang berbelit dan membutuhkan waktu yang relatif

57
lama. Kecepatan dalam hal ini dimaksudkan agar layanan civil diperoleh masyarakat

dengan cepat dan tidak perlu berlama-lama. Untuk itu aparat harus memeliki

kesiapan merealisasikan kebutuhan tersebut, tanpa ada alasan untuk menunda atau

memperlambat proses layanan,

4.3.2.Kecepatan Penyelesaian pekerjaan

Berdasarkan keseluruhan hasil Penelitian , baik wawancara dan pengamatan

maka dapat dikatakan bahwa secara umum motivasi kerja aparat pada Badan

Ketahanan Pangan dan Pelaksanan Penyuluhan meliputi kecepatan kerja , ketepatan

dan konsisten kerja pegawai negeri sipil belum sesuai dengan harapan dan tuntutan

organisasi,karena pegawai menjadi objek dari penyelenggaraan kegiatan

Penyelenggaraan kegiatan organisasi kedepan sehingga mampu menumbuhkan

motivasi dalam diri setiap pegawai dengan maksud mampu berkreatifitas dan

memiliki inovasi-inovasi terbaru dalam melaksanakan pekerjaan atau tugas yang

diberikan pimpinan atau atasan instansi.

4.3.3.Konsistensi dengan aturan yang berlaku

Ketepatan dan kecepatan, yaitu adanya kepastian waktu, kuantitas, kualitas dan

finasial yang dibutuhkan. Prinsip yang harus dijadikan sebagai pedoman adalah

semakin cepat semakin baik. Prinsip pelayanan yang harus dikembangkan dalam

suatu institusi adalah pelayanan prima yang berbasis kecepatan dan ketepatan. Bukan

58
prinsip gremet-gremet angger slamet atau lambat-lambat tetapi selamat, tetapi cepet-

cepet angger selamet. Makanya yang diperlukan adalah kecepatan dan ketepatan.

Kerja yang cepat dan tepat merupakan kerja yang menggunakan keterukuran

yang jelas. Jika pekerjaan bisa diselesaikan sehari maka akan diselesaikannya tepat

waktu. Jika pekerjaan itu menghabiskan anggaran tertentu, maka akan dilaksanakan

sesuai dengan ukuran anggaran yang tepat. Jika bisa seperti itu maka tidak akan

terjadi kasus mark up dan sebagainya, juga bukan kerja yang menjadikan sesuatu

yang mudah menjadi sulit.

Rasionalitas dan kecerdasan emosi, yaitu keseimbangan antara kecerdasan

intelektual dan emosional. Ternyata di dalam kehidupan ini yang dibutuhkan bukan

sekedar orang yang cerdas secara intelektual saja. Kenyataannya banyak orang yang

cerdas intelektual tetapi justru tidak berhasil dalam kehidupannya. Kehidupan ini

bukan hanya membutuhkan logika akan tetapi juga kecerdasan emosi yang didasari

oleh pemahaman tentang perasaan dan kemanusiaan.

Melalui kecerdasan logika manusia akan menyatakan ya atau tidak. Akan tetapi untuk

menyatakan ya atau tidak tentu dibutuhkan pertimbangan kemanusiaan. Melalui

keseimbangan antara kecerdasan intelektual dan emosional maka akan memunculkan

keteguhan dan ketegasan. Dan yang tidak boleh dilupakan adalah kecerdasan spiritual

yang berbasis pada keyakinan dan moralitas kebaikan. Dengan menggabungkan

ketiganya dalam kerja maka seseorang akan bisa meraih kebahagiaan yang memadai.

Berdasark uraian pekerjaan data focus di atas dalam sebuah organisasi baik

swasta maupun pemerintah merupakan kumpulan informasi mengenai pekerjan atau

59
garis besar mengenai apa saja kewajiban, tanggung jawab dan wewenang yang

dipegang serta harus dilaksanakan oleh para pegawai. Selain itu, uraian pekerjaan

juga menjelaskan tentang tata cara pelaksanaan tugas - tugas tersebut demi

tercapainya tujuan organisasi secara efektif dan efisien.

Berdasarkan penjelasan di atas, uraian pekerjaan yang memuat tugas pokok dan

fungsi untuk para pegawai tersebut memiliki peran yang cukup penting dalam

organisasi sehingga harus disusun secara jelas dan terarah. Hal tersebut dikarenakan

meskipun perancangan pekerjaan telah dilakukan dengan benar, akan tetapi pekerjaan

tersebut harus ditetapkan secara jelas sebagai pedoman kerja pegawai, maka dalam

pelaksanaan tugas - tugas tersebut akan optimal dan konsisten.

60
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

1. Ketepatan pegawai dalam menyelesaikan pekerjaa tidak menggunakan metode

baru tapi menggunakan metode biasa yaitu kalau pimpinan keluar harus tunggu

sampai pimpinan kembali baru dilanjutkan sampai selesai .

2. Sementara kecepata kerja pegawai dalam melaksanakan pekrjaan sudah cepat dan

teliti sehingga tidak ada yang dilupakan seperti surat menyurat harus di paraf dari

kepala sub bidang dilanjutkan dengan kepala bidang dengan berakhir di pimpinan

untuk ditanda tangan lalu dikirim ke Alamat tujuannya dan menggunakan metode

tidak langsung.

3. Segala tugas dan kerja sudah konsistensi dengan aturan kerja yang berlaku sudah

baik.Untuk penggunaan fasilitas kantor juga sudah digunakan sebagaimana

mestinya yaitu digunakan untuk mperlancar kegiatan yang berhubungnan dengan

tugas.

5.2. Saran

1. Untuk melaksanakan pekerjaan yang dikerjakan harus tekun sehingga cepat selesai

2. Dalam melaksanakan pekerjaan yang di tugaskan oleh pimpinan harus selalu

menggunakan metode yang berlaku yaitu koreksi dari kepala sub bidang sampai

pada meja pimpinan.

3.Dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan harus berpatokan dengan aturan yang

berlaku

61
DAFTAR PUSTAKA

Ani, Fauziyah. 2005. Pengaruh Pengawasan Kerja dan Disiplin Kerja


terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Bagian Produksi
Pelintingan di Perusahaan Rokok Kretek Sukun Mc
Wartono Kudus (online) lib.unnes.ac.id/420/ diakses pada 5 April
2013
Davis ( 1985 )Disiplin kerja Prijodarminto, (1993 ) berpendapat Disipin terbagi pada
tiga aspek
Davis, Keith dan Newstroom, W.John. 2000. Perilaku dalam Organisasi Jilid
Kedua. Jakarta: Erlangga
Fathoni, Abdurrahmat, 2006. Metode penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi.
Jakarta : Rineka Cipta.
Hadisaputro, 2003 Disiplin adalah tata tertib yang seyogyanya dipatuhi
Hasibuan (2003)
Helmi (1996 ) Pembentukkan perilaku dipengaruhi oleh interaksi
Helsmi (1996 ) indikator dari disiplin kerja
Kusumadiantho, Herman. 2000. Jurnal Universitas Pelita Harapan
Leteiner & Levin, Terjemahan Soejono. Disiplin Kerja
Lubis. 2011. Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Disiplin Kerja Karyawan
PTPN IV Unit Kebun Mandonga. Studi Kasus : Kantor Camat Mandonga
Kota Kendar
Mandonga. Studi Kasus : Kantor Camat Mandonga Kota Kendari
Prijodarminto, (1993) Disipin terbagi pada tiga aspek yaitu sikap mental
pemahaman dan sikap kelakuan
Saminah ,W.O.2004. Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil Di Kantor Kecamatan
Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta,2005.
Sinungan ( 2005 ). Disiplin merupakan suatu keadaan tertentu diman
Saydam ( 1996 ) Disiplin kerja yang baik yang terlihat pada suasan
Triguno,2000, Budaya Kerja, PT Golden Terayon Press, Jakarta.
Wahjosumidjo,1987, Kepemimpinan dan Motivasi, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Sinungan ( 2005 ). Disiplin merupakan suatu keadaan tertentu dimana
orang - orang yang tergabung dalam organisasi tunduk
Subekti, Heru. 2008. Disiplin kerja.

Sumber lain
___. 2008. Ciri Orang Berdisiplin
(online) http://www.avin.staff@ugn.ac.id diakses pada 5 April 2013
Kusumadiantho, Herman. 2000. Jurnal Universitas Pelita Harapan
Leteiner & Levin, Terjemahan Soejono. Disiplin Kerja
Karyawan (online)http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/490/jbptunikompp-gdl-andisetiad-
24496- 4-unikom_a-i.pdfdiakses pada 5 April 2013
Subekti, Heru. 2008. Disiplin kerja.
http://subektiheru.blogspot.com/2008/03/disiplin-kerja.html
Sudrajat, Ahmad. 2008. Konsep Disiplin Kerja.http://akhmadsudrajat, Kerja.http:
Kerja.http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/11/05 /konsep-disiplin kerja

62

You might also like