Professional Documents
Culture Documents
Analisis Arus Lalu Lintas Di Simpang Tak
Analisis Arus Lalu Lintas Di Simpang Tak
TESIS
Oleh
Juniardi
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2006
ABSTRACT
iii
ABSTRAK
Judul: Analisis Arus Lalulintas di Simpang Tak Bersinyal (Studi kasus simpang
Timoho dan Simpang Tunjung Kota Yogyakarta), Juniardi.
Kata kunci : Simpang tak bersinyal, Kinerja, lag kritis, serapan lalulintas jalan minor.
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i
LEMBARAN PENGESAHAN ................................................................................. ii
ABSTRAK................................................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ............................................................................................... v
DAFTAR ISI ............................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. x
DAFTAR LAMBANG, NOTASI DAN SINGKATAN ........................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2. Pokok Permasalahan ......................................................................... 2
1.3. Tujuan Penelitian .............................................................................. 2
1.4. Pembatasan Permasalahan ................................................................ 2
1.5. Lokasi Penelitian .............................................................................. 3
1.6. Manfaat Penelitian ............................................................................ 5
vi
3.3.1.2. Ektraksi data .............................................................. 28
1. Data Arus Lalu Lintas............................................. 29
2. Data waktu gap atau Lag ........................................ 30
3.3.2. Data Sekunder......................................................................... 30
3.4. Analisis Data Penelitian. 31
3.4.1. Analisis emp .......................................................................... 31
3.4.2. Analisis Gap ......................................................................... 32
3.4.3. Hubungan Volume Konflik lalu lintas dengan Kapasitas....... 34
vii
Simpang Timoho ................................................................... 80
5.5.2. Analisis Hubungan Potensial Kapasitas Lalulintas Jalan
Minor terhadap Volume Konflik Lalulintas
Simpang Tunjung.................................................................. 82
BAB VI PENUTUP
6.1. Kesimpulan ....................................................................................... 85
6.2. Saran ................................................................................................. 86
LAMPIRAN
A. Karakteristik Arus Lalulintas Di Simpang Tak Bersinyal
B. Data Volume Lalulintas Simpang Tak Bersinyal
C. Uji Satistik Kesamaan Rata-rata Data Survai Lalulintas
D. Menghitung Nilai Ekivalen Mobil Penumpang (emp)
E. Menghitung Kinerja Simpang Tak Bersinyal
F. Data dan Perhitungan Lag Kritis di Simpang Tak Bersinyal
G. Data Follow-Up Time di Simpang Tak Bersinyal
H. Volume Konflik Lalulintas di Simpang Tak bersinyal
viii
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
A. KARAKTERISTIK ARUS LALULINTAS SIMPANG TAK BERSINYAL
xvii
DAFTAR TABEL
ix
5.32. Waktu terkecil dan terbesar pengemudi memasuki simpang kondisi
Kendaraan tak berhenti di jalan minor.............................................................. 79
5.33. Waktu terkecil dan terbesar pengemudi memasuki simpang kondisi
Kendaraan berhenti di jalan minor .................................................................. 79
3.4. Perbedaan Potensi Kapasitas Lalulintas Jalan minor
Pendekat A dan Pendekat C di simpang Timoho ............................................. 82
x
DAFTAR LAMBANG, NOTASI DAN SINGKATAN
Taraf signifikan
dk Derajat kebebsasan
e Konstanta 2,718282
Singkatan
Co Kapasitas dasar (smp/jam)
C Kapasitas sungguhnya (smp/jam)
LV Light Vehicle / kendaraan ringan
HV Heavy Vehicle / kendaraan berat
MC Motor Cycle / sepeda motor
UM Unmotorized / kendaraan tidak bermotor
tf folloe-up Time
IT Intersection Type
MKJI Manual Kapasitas Jalan Indonesia
pce Passenger Car Equivalent
pcu Passenger Car Unit
emp Ekivalen Mobil Penumpang
smp Satuan Mobil Penumpang
D Delay / tundaan
DS Degree of Saturation / Derajat Kejenuhan
Res Residentia / Pemukiman
SF Side Fraction/ Hambatan Samping
xi
1
BAB I
PENDAHULUAN
maka kendaraan yang berada di jalan yang hirarkinya lebih rendah akan bergabung
dengan arus lalulintas di jalan yang hirarkinya lebih tinggi.
Simpang yang dianalisa pada penelitian ini adalah simpang tak bersinyal tiga
lengan Jl. dr Sutomo Jl. Tunjung Baru dan simpang empat lengan Jl. IPDA Tut
Harsono - Jl. Timoho dan Bale Rejo kota Yogyakarta. Kondisi simpang tersebut
menunjang terjadinya kemacetan lalu lintas dan kecelakaan, karena kawasan tersebut
merupakan jalan menuju pusat perekonomian, pusat perkantoran, kampus dan rekreasi.
4. Dalam MKJI (1997) simpang tak bersinyal khususnya kota Yogyakarta hanya
diwakili satu sample dari 33 simpang tak bersinyal yang dianalisa.
5. Kota Yogyakarta yang mempunyai luas 32,02 km2 dengan jumlah penduduk
514.472 jiwa, hal ini berdampak besar pada pelayanan transportasi khususnya
kinerja simpang tak bersinyal.
6. Kondisi geometik simpang relative datar.
7. Jarak pandang yang cukup luas.
8. Pada jalan major tidak memiliki median
9. Simpang empat lengan type 422 dan simpang tiga lengan type 322
mendekati 900. Jl. IPDA Tut Harsono merupakan salah satu alternative pengguna jalan
untuk menuju arah selatan yang merupakan lokasi perumahan, perkantoran
pemerintahan dan kampus.
Utara
Jl. Gayam
Jl. IPDA Tut Harsono
Jl. Kenari
Gambar 1.1. Peta lokasi objel penelitian simpang tak bersinyal di Kota Yogyakarta
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Simpang
Simpang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari jaringan jalan. Di daerah
perkotaan biasanya banyak memiliki simpang , dimana pengemudi harus memutuskan
untuk berjalan lurus atau berbelok dan pindah jalan untuk mencapai satu tujuan.
Simpang dapat didefenisikan sebagai daerah umum dimana dua jalan atau lebih bergabung
atau bersimpangan, termasuk jalan dan fasilitas tepi jalan untuk pergerakan lalulintas di
dalamnya (Khisty, 2005).
Secara umum terdapat 3 (tiga) jenis persimpangan, yaitu : (1) simpang sebidang,
(2) pemisah jalur jalan tanpa ramp, dan (3) interchange (simpang susun).
Simpang sebidang (intersection at grade) adalah simpang dimana dua jalan atau lebih
bergabung, dengan tiap jalan mengarah keluar dari sebuah simpang dan membentuk
bagian darinya. Jalan-jalan ini disebut kaki simpang/lengan simpang atau pendekat.
Dalam perancangan persimpangan sebidang, perlu mempertimbangkan elemen
dasar yaitu :
1. Faktor manusia, seperti kebiasaan mengemudi, waktu pengambilan keputusan,
dan waktu reaksi.
2. Pertimbangan lalu lintas, seperti kapasitas, pergerakan berbelok, kecepatan
kendaraan, ukuran kendaraan, dan penyebaran kendaraan.
3. Elemen fisik, seperti jarak pandang, dan fitur-fitur geometrik.
4. Faktor ekonomi, seperti konsumsi bahan bakar, nilai waktu.
Tabel 2.1. Notasi, Istilah dan Definisi pada simpang tak bersinyal
Notasi Istilah Definisi
Kondisi Geometrik
Lengan Bagian simpang jalan dengan pendekat
masuk atau keluar
Jalan Utama Adalah jalan yang paling penting pada
simpang jalan, misalnya dalam hal klasifikasi
jalan. Pada suatu simpang 3 jalan yang
menerus selalu ditentukan sebagai jalan
utama
A, B, C, D Pendekat Tempat masuknya kendaraan dalam suatu
lengan simpang jalan. Pendekat jalan utama
notasi B dan D dan jalan simpang A dan C.
Dalam penulisan notasi sesuai dengan
perputaran arah jarum jam.
Wx Lebar Masuk Pendekat Lebar dari bagian pendekat yang diperkeras,
X (m) diukur dibagian tersempit, yang digunakan
oleh lalu lintas yang bergerak. X adalah nama
pendekat.
Wi Lebar Pendekat Lebar efektif rata-rata dari seluruh pendekat
Simpang Rata-Rata pada simpang
WAC Lebar Pendekat Jalan Lebar rata-rata pendekat ke simpang dari
WBC Rata-Rata (m) jalan
Jumlah Lajur Jumlah lajur ditentukan dari lebar masuk
jalan dari jalan tersebut
Kondisi Lingkungan
Jumlah penduduk dalam suatu daerah
CS Ukuran Kota
perkotaan
SF Hambatan Samping Dampak terhadap kinerja lalu lintas akibat
kegiatan sisi jalan .
Kondisi Lalu Lintas
PLT Rasio Belok Kiri Rasio kendaraan belok kiri PLT = QLT/Q
Arus kendaraan bermotor total di simpang
QTOT Arus Total dengan menggunakan satuan veh, pcu dan
AADT
PUM Rasio Kendaraan Tak Rasio antara kendaraan tak bermotor dan
Bermotor kendaraan bermotor di simpang
QMI Arus Total Jalan Jumlah arus total yang masuk dari jalan
Simpang/minor simpang/minor (veh/h atau pcu/h)
QMA Arus Total Jalan Jumlah arus total yang masuk dari jalan
Utama/major utama/major (veh/h atau pcu/h)
Sumber : MKJI 1997
9
2.3. Lebar Pendekat jalan rata-rata, Jumlah Lajur dan Tipe Simpang
Lebar pendekat rata-rata untuk jalan simpang dan jalan utama dapat dihitung
menggunakan rumusan sebagai berikut :
WAC = (WA + WC) / 2 dan .(1)
WBD = (WB + WD) /2 ..(2)
Lebar pendekat rata-rata untuk seluruh simpang adalah :
W1 = (WA + WC + WB + WD ) / Jumlah lengan simpang (3)
Jika a = 0, maka W1 = WC + WB + WD ) / Jumlah lengan simpang
Jumlah lajur yang digunakan untuk keperluan perhitungan ditentukan dari lebar
rata-rata pendekat jalan untuk jalan simpang dan jalan utama sebagai berikut :
D B
d
b
C
Pada dasarnya ada empat jenis pertemuan gerakan lalu lintas adalah :
1. Crossing (Memotong)
2. Diverging (Memisah/Menyebar)
Single Multiple
Gambar 2.2. Jenis pertemuan gerakan arus lalu lintas (Hobbs.F.D, 1974)
12
Didalam daerah simpang lintasan kendaraan akan berpotongan pada satu titik-
titik konflik, konflik ini akan menghambat pergerakan dan juga merupakan lokasi potensial
untuk tabrakan (kecelakaan). Jumlah potensial titik-titik konflik pada simpang tergantung
dari :
keterangan :
Titik konflik persilangan (3 titik)
Titik konflik penggabungan (3 titik)
Titik konflik penyebaran (3 titik)
13
Keterangan :
Titik konflik persilangan (16 titik)
Titik konflik penggabungan (8 titik)
Titik konflik penyebaran (8 titik)
- Untuk DS 0,6 :
DTi = 2 + (8.2078xDS ) [(1 DS )x2] .(6)
1,0504
DTi = [(1 DS )x1,8] ....(7)
[0,2742 (0.2042 xDS )]
DT MI =
[(Q SMPxDT i )(Q MAxDT MA)] .(10)
QMI
keterangan ;
jalan yang belum dikenalnya. Dalam peristiwa tertentu, pengemudi cenderung untuk
mengikuti kelakuan pengemudi-pengemudi lainnya.
Selain faktor-faktor tersebut di atas, faktor lain yang mempengaruhi perilaku
manusia sebagai pengemudi kendaraan adalah :
1. Sifat perjalanan (bekerja, rekreasi, berbelanha, berjalan-jalan, dan lainnya),
2. Kecakapan dan kebiasaan dalam mengemudikan kendaraan,
3. Pengetahuan tentang peraturan berlalu lintas di jalan raya,
4. Kemampuan dan pengalaman mengemudi,
5. Kondisi fisik pengemudi
Pendidikan mengemudi yang memadai meliputi pengetahuan tentang interaksi
manusis-kendaraan-lingkungan, mengembangkan keahlian mengemudi, dan
mempengaruhi secara positif perilaku calon pengemudi. Ini akan menciptakan
kebiasaan pengemudi yang lebih aman, yang akan menghasilkan penurunan jumlah
kecelakaan. Hukum dan penegakannya memberikan petunjuk dan motivasi demi
terwujudnya perilaku pengemudi yang aman dan efisien.
Untuk memahami pengemudi berperilaku seperti yang mereka lakukan, dapat
diketahui dari motif dan sikapnya. Perilaku seringkali dapat menentukan bagaimana
seseorang pengemudi bereaksi terhadap situasi pada saat mengemudikan kendaraan.
Motif dapat dikaitkan dengan rasa takut akan kecelakaan, takut dikritik, dan perasaan
tanggung jawab sosial, kehendak untuk memberikan contoh, rasa bangga dalam
kesempurnaan penampilan, dan takut dihukum. Sedangkan sikap sering menentukan
bagaimana pengemudi bereaksi terhadap situasi berkendaraan dan sikap cenderung
dikaitkan dengan perbuatan sesuatu yang tidak perlu, bermain dengan kendaraan
bergerak lainnya, balapan, kecerobohan, pamer, dan mengendara ketika lelah.
Sukarno dan Wimpy Santosa (2000), dalam penelitiannya di simpang jalan
Gayam Kota Yogyakarta menunjukkan bahwa sikap pengemudi kendaraan tidak
menghiraukan rambu-rambu STOP dan YIELD ketika akan memasuki simpang tak
bersinyal.
Gap
5 4
1 2
Gambar. 2.5. Celah antara dua kendaraan di simpang tak bersinyal tiga lengan
Gap
Gap
Gambar. 2.6. Celah antara dua kendaraan di simpang tak bersinyal empat lengan
( Hummer.J.E, 1994)
Jalan Major/Utama
Lag
Jl. Minor
Gambar. 2.7. Lag antara dua kendaraan di simpang tak bersinyal tiga lengan (Hobbs.
F.D, 1974)
Lag
Jalan Minor
Gambar. 2.8. Lag antara dua kendaraan simpang tak besinyal empat lengan
2.9. Rata-rata Gap yang diterima dan Gap kritis (Critical Gap)
Salter (1981) menyebutkan secara umum terdapat 2 (dua) jenis gap, yaitu gap
yang diterima atau gap yang ditolak. Hewitt (1985) mendefinisikan Gap kritis sebagai
selang waktu (gap) minimum antara dua kendaraan yang berurutan pada arus jalan
20
utama yang memungkinkan pengemudi kendaraan pada arus jalan minor untuk dapat
memasuki dan bergabung dengan arus jalan utama. Dewanti (1992), melakukan
penelitian gap yang diterima di simpang 4 (empat) tidak bersinyal di Bandung. Gap
dibedakan kedalam gap untuk jenis kendaraan ringan dan sepeda motor. Gap untuk
jalan minor sebesar 2,12 detik untuk kendaraan ringan dan 2,06 detik untuk sepeda
motor. Gap untuk jalan mayor sebesar 0,77 detik untuk kendaraan ringan dan 1,57
detik untuk sepeda motor. Metode penentuan besarnya gap kritis dilakukan dengan
metode Probit.
Analisis gap kritis diperoleh dalam penelitian ini menggunakan metode grafis.
Metode ini diterapkan oleh Raff dan Hart (1950) sebagaimana diuraikan dalam Traffic
and Highway Engineering (Nicholas J.G dan Lester A.H, 2002). Data yang diplotkan
t (r m)
merupakan data gap ditolak dan gap diterima. t c = t1 +
(n p) + (r m)
keterangan ;
C. Metode Headway
Ekivalen mobil penumpang bisa ditentukan dengan pencatatan headway antara
kendaraan-kendaraan yang melintas, pengamatan dibagi dalam kelompok seperti :
1. Mobil penumpang mengikuti mobil penumpang
2. Mobil barang mengikuti mobil penumpang
22
D. Metode kapasitas
Nilai emp untuk kendaraan dihitung dengan metode kapasitas dengan
menggunakan persamaan regresi linier berganda. Persamaan regresi linier berganda
adalah sebagai berikut : Q = a1*QLVij + a2*QHVij + a3*QMCij + a4*QUMij (16)
Q = Jumlah kendaraan dalam smp memasuki persimpangan per periode penggalan
waktu lima menitan.
QLVij, QHVij, QMCij, QUMij : Jumlah kendaraan ringan, kendaraan berat, sepeda motor,
dan kendaraan tak bermotor dalam periode i penggalan j
secara berurutan.
a1, a2, a3, a4 : merupakan nilai ekivalen mobil penumpang (emp) kendaraan ringan,
kendaraan berat, sepeda motor, dan kendaraan tak bermotor.
a1 = emp untuk mobil penumpang LV = 1, maka persamaan (16) dapat ditulis menjadi :
Q = QLVij + a2*QHVij + a3*QMCij + a4*QUMij ...(17)
Dengan menganggap Q sebagai konstanta dan QLVij sebagai variable bebas, maka
persamaan (17) ditulis menjadi : QLVij = Q - a2*QHVij - a3*QMCij - a4*QUMij .(18)
Ketentuan uji statistik untuk penerimaan nilai emp kendaraan adalah berdasarkan
hal-hal sebagai berikut :
a. Jika Probabilitas () > 0,05, maka koefisien tidak bisa dipakai,
b. Jika F hitung F tabel, maka persamaan adalah bersifat nyata,
c. Jika R mendekati 1 atau -1, maka persamaan regresi hubungan linier sempurna,.
d. Tolak Ho jika thitung > to atau thitung < - to dengan hipotesis : Ho adalah
koefisien regresi tidak berbeda nyata sehingga tidak memberikan sumbangan
kepada semua persamaan, dan H1 adalah koefisien berbeda nyata sehingga
memberikan sumbangan pada persamaan.
23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
PERMASALAHAN
* Bagaimana kondisi arus lalu lintas simpang tak bersinyal
* Banyaknya perilaku pengemudi yang datang dari jalan minor melintasi simpang tidak menunggu celah
pada arus lalulintas yang sangat variatif.
* Dengan Gap/Lag kritis, berapa potensi kapasitas kendaraan di jalan minor dapat memasuki simpang.
STUDI LITERATUR
SURVEI PENDAHULUAN
IDENTIFIKASI DATA
PENGGOLONGAN KENDARAAN
LV HV MC UM
A N A L I S A
1. Menentukan emp dengan metode kapasitas
2. Menganalisa kinerja simpang dengan cara MKJI 1997 dengan emp hasil lapangan
dan nilai emp dari MKJI 1997
3. Hubungan Konflik Volume Lalulintas simpang dengan Potensi Kapasitas
Lalulintas di jalan minor.
4. Analisa Gap Critical dengan Raff Method.
Jl. Timoho
Jl. IPDA Tut Harsono
Gambar 3.2. Foto Situasi Simpang Tak Bersinyal Empat Lengan Jl. IPDA Tut
Harsono Jl. Timoho Bale Rejo di Kota Yogyakarta
Dalam studi di simpang tak bersinyal akan diamati mengenai kinerja, perilaku
pengemudi mengambil celah diantara kendaraan dan kapasitas potensial pergerakan
kendaraan di jalan minor untuk dapat memasuki simpang.
Lokasi simpang yang menjadi objek penelitian dapat dilihat dalam gambar 1.1.
Gambar detail geometrik simpang tak bersinyal dapat dilihat dalam gambar 3.4. dan
gambar 3.5.
25
Gambar 3.3. Foto Situasi simpang Tiga Lengan Jl. Dr. Sutomo Jl. Tunjung Baru di
Kota Yogyakarta
26
7,9 m
Jalan Major
2,7 m
(Jl. IPDA Tut Harsono)
10 m 2,7 m
2,2 m
2,7 m
Jala
n Minor
10 m
6m
4,65 m Jl. Bale Rejo )
(Jl. Timoho)
Jalan Minor 0
1
10 m
Jalan Major
(Jl. IPDA Tut Harsono)
2,7 m
2,7 m
7,9 m
Tidak skala
8,90 m
Jalan Major
(Jl. DR. Sutomo)
2,1 m
B
5,3 m
Jalan Minor
C
7,70 m
10 m
D 3.2 m
10 m
Jalan Major
8,90 m
3. Handy Talky
4. Peralatan tulis
Variabel yang diamati adalah :
a) Waktu antara kendaraan
b) Jumlah kendaraan yang melewati persimpangan pada masing-masing lengan.
c) Waktu maneuver kendaraan yang melintasi persimpangan
d) Komposisi kendaraan
Dari data yang sudah diperoleh melalui Handycam kemudian di ekstraksi
menggunakan komputer dan video player.
Tabel. 3.1. Contoh tabel untuk membuat kurva komulatif gap/lag diterima dan ditolak.
t1
n
n
r m tc p
0 1 2 3 4 5 6
Waktu gap t (detik)
Gambar. 3.6. Kurva distribusi kumulatif untuk gap/lag yang diterima dan yang ditolak
keterangan ;
m = Jumlah gap/lag yang diterima < t1
r = Jumlah gap/lag yang ditolak > t1
n = Jumlah gap/lag yang diterima < t1
p = Jumlah gap/lag yang ditolak > t1
Dari gambar 3.6. didapatkan gap kritis : tc = t1 + t1 .. (19.)
Dengan menggunakan bentuk segitiga (diarsir lihat gambar 3.6.) yang sebangun dapat
dituliskan :
t1 t t1
= . (20)
r m n p
t (r m)
t1 = (n p) + (r m) ... (21)
34
Jalan Minor
10 11 12
6
5 Jalan Major
4
Jalan Major 1
2
3
9 8 7
Jalan Minor
5
4
Jalan Major
Jalan Major 2
3
9 7
Jalan Minor
2. Belok Kanan
V4
Dari Jalan Major V2 + V3c
V2
(Vc,4)
V3
V6
V5
3. Gerak Lurus 1 a V4
V1
Dari Jalan Minor (V3) + V2 + V1 + V6 + V2
2 V3
(Vc,8) V5 + V4
V8
V12 V11
1 V6
(V3) a+ V2 + V 1
2 V5
4. Belok Kanan V1
1 V3
(V11 + V12d)
2 V7
Gambar 3.9. Definisi dan Perhitungan volume konflik lalulintas Menurut HCM 1994
disesuaikan dengan lajur lalulintas di Indonesia.
36
Setelah mendapatkan volume konflik lalulintas simpang dan nilai follow-up time,
dengan formula dari HCM (1994) hitung potensi kapasitas laulintas jalan minor
dengan persamaan sebagai berikut
y Vc , y t o
3600
C p,s = e 3600
(23)
tf
keterangan ;
37
Kondisi masing-masing ruas jalan terdiri dari dua arah dan dua lajur tanpa pembatas
(median). Pada jalan utama memiliki trotoar pada kedua sisi dan pada jalan minor tidak
memiliki trotoar pada kedua sisi jalan.
Data simpang Timoho kota Yogyakarta adalah sebagai berikut (gambar sketsa simpang
dapat dilihat pada gambar 3.4. halaman 25) :
1. Lebar jalan utama (jalan sebelah utara /pendekat B dan jalan sebelah
selatan/pendekat D) = 7,90 meter
2. Lebar jalan minor :
a. Jalan Bale Rejo (jalan sebelah timur/pendekat C) = 6,00 meter
b. Jalan Timoho (jalan sebelah barat/pendekat A) = 4,65 meter
3. Pemisah arah pada jalan utama merupakan marka jalan garis putus-putus yang
kurang jelas
4. Pemisah arah pada kedua jalan minor tidak ada garis marka jalan
5. Kondis perkerasan baik terbuat dari lapis aspal.
6. Pada jalan minor tidak terdapat rambu STOP atau rambu YIELD.
Simpang Tunjung di kota Yogyakarta adalah simpang tiga lengan tak bersinyal
yang terletak di persilangan jalan Tunjung Baru dan jalan DR.Sutomo yang merupakan
jalan kolektor primer dan berfungsi sebagai jalan utama/major di simpang.
Kondisi masing-masing ruas jalan terdiri dari dua arah dan dua lajur tanpa pembatas
(median). Pada jalan utama dan jalan minor memiliki trotoar pada kedua sisi.
Data simpang Tunjung kota Yogyakarta adalah sebagai berikut (gambar sketsa simpang
dapat dilihat pada gambar 3.5. halaman. 26) :
1. Lebar jalan utama (jalan sebelah utara /pendekat B dan jalan sebelah
selatan/pendekat D) = 8,90 meter
2. Lebar jalan minor (jalan sebelah timur/pendekat C) = 7,70 meter
3. Pemisah arah pada jalan utama merupakan marka jalan berupa garis putus-putus
yang masih terlihat dengan jelas
4. Pemisah arah jalan minor garis marka jalan
5. Kondisi perkerasan baik terbuat dari lapis aspal.
38
Penggolongan kendaraan disesuaikan dengan buku Manual Kapasitas Jalan
Indonesia (MKJI) 1997, yaitu kendaraan ringan atau Light Vehicle (LV), kendaraan
berat atau Heavy Vehicle (HV), sepeda motor atau Motor cycle (MC), dan kendaraan
tidak bermotor atau Unmotorozed (UM).
Pengolahan dan perhitungan jumlah data volume lalulintas dilakukan dengan
menggunakan seperangkat peralatan computer dengan melihat hasil rekaman dari
kamera video dan melakukan penghitungan dengan bantuan Hand Counter dan dicatat
pada kertas format survai perhitungan volume lalulintas.
39
Volume lalu lintas periode pagi
7000
(kend/jam)
5000
4000
3000
2000
1000
0
Waktu
5000
Volume Lalu Lintas
4500
4000
(kend./jam)
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
Waktu
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
Waktu
Gambar 4.1. Volume Lalu lintas Kendaraan di Simpang Timoho kota Yogyakarta
Hari Senin tanggal 12 Juni 2006
40
Volume Lalu Lintas Periode Pagi
Waktu
5000
4000
3000
2000
1000
0
Waktu
6000
5000
(kend./jam)
4000
3000
2000
1000
0
Waktu
Gambar 4.2. Volume Lalu lintas Kendaraan di Simpang Timoho kota Yogyakarta
Hari Rabu tanggal 14 Juni 2006
41
Volume Lalulintas Periode Pagi
Waktu
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
Waktu
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
Waktu
Gambar 4.3. Volume Lalu lintas Kendaraan di Simpang Tunjung kota Yogyakarta
Hari Selasa tanggal 13 Juni 2006
42
Volume Lalulintas Periode Pagi
Waktu
8000
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
Waktu
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
Waktu
Gambar 4.4. Volume Lalu lintas Kendaraan di Simpang Tunjung kota Yogyakarta
Hari Kamis tanggal 15 Juni 2006
Dari data-data volume lalulintas di simpang diperoleh volume lalulintas puncak
pada :
1. Simpang Timoho pada hari Senin jam 06:35 06:40 dengan volume lalulintas
6.216 kendaraan/jam.
2. Simpang Tunjung pada hari Selasa jam 06:30 06: 35 dengan volume lalulintas
9.960 kendaraan/jam
43
4.2.3. Data Lag
Data Lag diambil di lokasi studi dengan menggunakan kamera video pada
periode pagi, siang dan sore , pengambilan data selama dua hari masing-masing selama
satu jam. Data yang diambil merupakan semua lag yang ada baik yang diterima
maupun lag yang ditolak tanpa pemilihan.
Nilai lag merupakan perbedaan waktu, antara waktu yang diperlukan kendaraan
di jalan minor dengan waktu yang diperlukan kendaraan di jalan major untuk menuju
satu titik di simpang. Pengambilan waktu dimulai ketika kendaraan di jalan minor
bersiap memasuki simpang dan bumper kendaraan di jalan minor berada di ujung jalan
minor atau bumper kendaraan berada pada terusan pinggir jalan major.
Nilai lag diterima adalah selisih waktu antara waktu yang diperlukan kendaraan
dari jalan minor belok kanan dengan waktu yang diperlukan kendaraan dari arah kanan
di jalan major menuju satu titik yang sama di simpang, dan kendaraan dari jalan minor
dapat memasuki simpang untuk bergabung dengan kendaraan yang berada di jalan
major dari arah kiri dan tanpa hambatan dari kendaraan arah kanan di jalan major.
Nilai lag ditolak adalah selisih waktu antara waktu yang diperlukan kendaraan
dari jalan minor belok kanan dengan waktu yang diperlukan kendaraan dari arah kanan
di jalan major satu titik yang sama, dan kendaraan dari jalan minor tidak dapat
memasuki simpang untuk bergabung dengan kendaraan dari arah kiri di jalan major
karena ada hambatan dari kendaraan arah kanan di jalan major.
44
1 1
1
1
A
A
A
A
A A
A A
1 1
1 1
45
1 1 1 1
1
1
A
A
A
A
A A
A A
1 1 1 1
1 1
46
Untuk mendapatkan data lag dilakukan pengumpulan data dengan cara :
1. Catat waktu ketika bumper depan kendaraan di jalan minor berada di ujung jalan
minor, yang disebut dengan waktu awal.
2. Memperhatikan posisi titik pertemuan antara kendaraan dari jalan minor dan
kendaraan di jalan major di simpang dengan cara memutar gambar video berulang-
ulang.
3. Catat waktu ketika bumper depan kendaraan dari jalan minor dan waktu ketika
bumper depan kendaraan di jalan major berada pada titik pertemuan di simpang,
yang disebut dengan waktu akhir.
4. Hitung selisih waktu akhir dengan waktu awal, yang disebut dengan nilai lag.
5. Pengambilan nilai lag dibagi dua kondisi :
a. Kendaraan di jalan minor TAK BERHENTI ketika memasuki simpang.
b. Kendaraan di jalan minor BERHENTI ketika memasuki simpang.
Dari hasil survai dan pengumpulan data lag dapat dilihat pada lampiran F mulai
dari tabel F.1.a. sampai dengan tabel F.38, dan tabel di bawah ini merupakan rekap
jumlah data nilai lag di simpang Timoho dan simpang Tunjung kota Yogyakarta :
Tabel 4.1. Jumlah data Nilai Lag di Simpang TIMOHO hari Senin tanggal
12 Juni 2006 Pendekat C
Tabel 4.2. Jumlah data Nilai Lag di Simpang TIMOHO hari Senin tanggal
12 Juni 2006 Pendekat A
47
Tabel 4.3 Jumlah data Nilai Lag di Simpang TIMOHO hari Rabu tanggal
14 Juni 2006 Pendekat C
Tabel 4.4 Jumlah data Nilai Lag di Simpang TIMOHO hari Rabu tanggal
14 Juni 2006 Pendekat A
Tabel 4.5 Jumlah data Nilai Lag di Simpang TUNJUNG hari Selasa tanggal
13 Juni 2006
Tabel 4.6 Jumlah data Nilai Lag di Simpang TUNJUNG hari Kamis tanggal
15 Juni 2006
48
4.2.4. Data Follow-up Time
Data follow-up time merupakan waktu antara kendaraan depan dengan
kendaraan berikutnya yang berada di jalan minor ketika memasuki simpang, dan kedua
kendaraan yang beriringan tersebut berhasil masuk simpang secara bersamaan tanpa
hambatan dari kendaraan dari arah yang lain. Survai data Follow-up time dilakukan
untuk mencari rata-rata waktu yang diperlukan kendaraan dari jalan minor secara
beriringan dapat melintasi simpang.
Jalan Major
2 1 2 1
(a). Waktu awal di Simpang empat lengan (c). Waktu awal di Simpang tiga
lengan
Jl.Major
2 2
Jalan Minor Jalan Minor
Jalan Minor
1 1
49
Untuk mendapatkan data Follow-up time dari hasil kamera video dilakukan
pengumpulan data dengan cara :
1. Mengamati kendaraan yang beriringan dari jalan minor akan memasuki simpang
tanpa berhenti,
2. Memutar kembali gambar dari kamera video secara berulang-ulang untuk
mengetahui posisi kendaraan.
3. Mencatat waktu kendaraan 1 ketika kendaraan 1 berada di ujung jalan minor,
disebut waktu awal
4. Mencatat waktu kendaraan 2 ketika kendaraan 1 telah memasuki simpang dan
kendaraan 2 berada di ujung jalan minor, disebut waktu akhir.
5. Selisih waktu akhir terhadap waktu awal merupakan nilai follow-up time.
Dari hasil survai dan pengumpulan data follow-up time, fluktuasi waktu
ditunjukkan dalam gambar 4.7. sampai dengan gambar 4.12, dan nilai-nilai data
Follow-up time secara detail dapat dilihat pada lampiran G pada tabel G.1. dan tabel
G.2.
7 6
6 5
Waktu t f
5 4
(detik)
4 3
3 2
2
1 1
0 0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 0 1 2 3 4 5 6
5
4
3
2
1
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Jumlah Dat a
50
follow-up time Periode Pagi Follow-up time Periode Siang
9 t f rata-rata = 3,02 detik 7
W a k t u t f ( d e tik )
7 6
W a k tu tf
6 5
(d e tik )
5 4
3 3
2 2
1 1
0
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75
Jumlah Data Jumlah Data
7
6
5
4
3
2
1
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75
Jumlah Data
51
Follow-up time Periode Pagi Follow-up time Periode Siang
W a k tu tf
W a k tu tf
( d e tik )
( d e tik )
5 3
4 2
3
2 1
1 0
0 0 1 2 3 4 5 6 7 8
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Jumlah Data Jumlah Data
5
(detik)
4
3
2
1
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Jumlah Data
52
Follow-up time Periode Pagi Follow-up time Periode Siang
W a k tu tf
W a k tu tf
(d e t i k )
5
(d e t i k )
5 4
4 3
3 2
2 1
1
0 0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70
6
(detik)
5
4
3
2
1
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70
Jumlah Data
53
Follow-up time Pe riode Pagi
7
6
5
4
3
2
1
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 10 0 110 12 0 13 0 14 0 150 16 0 170 18 0 19 0 2 0 0 2 10
Jumlah Data
6
5
4
3
2
1
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 12 0 130 140 150 16 0 170 18 0 190 200
Jumlah Data
7
6
Waktu tf (detik)
5
4
3
2
1
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160
Jumlah Data
54
Follow-up time Periode Pagi
t f rat a-rat a = 2 ,0 1 det ik
7
6
Waktu tf(detik)
5
4
3
2
1
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 10 0 110 12 0 13 0 14 0 15 0 16 0 17 0 18 0 19 0
Jumlah Data
12
Waktu tf (detik)
10
8
6
4
2
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 10 0 110 12 0 13 0 14 0 15 0 16 0 17 0 18 0 19 0 200
Jumlah Data
7
6
5
4
3
2
1
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200
Jumlah Data
Dari data-data nilai follow-up time diperoleh follow-up time rata-rata adalah
sebagai berikut :
1. Simpang Timoho kota Yogyakarta :
Hari Senin = 3,23 detik, hari Rabu = 3,11 detik, dan rata-rata = 3,17 detik
2. Simpang Tunjung kota Yogyakarta
Hari Selasa = 2,17 detik, hari Kamis = 2,10 detik, dan rata-rata = 2,14 detik.
55
56
BAB V
Pengambilan keputusan :
a. Berdasarkan perbandingan t hitung dengan t tabel :
Terima hipotesis
data < hipotesis
harga Ho jika
statistik harga
dariharga statistik
tabel (tabel yang dihitung berdasarkan
t), yang
Tolak Ho jika
data > harga statistik statistik
dari tabel (tabel t), dihitung berdasarkan
b. Berdasarkan nilai probabilitas atau signifikansi :
Hipotesa : Ho : = o
H1 : o
Jika probabilitas > 0,05, maka Ho diterima
Jika probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak.
57
Tabel 5.1. Hasil Uji Kesamaan Rata-rata Volume Lalulintas Pada Simpang
No Simpang Waktu Survai Thitung Ttabel Sig. (2-tailed) Hasil
1 Timoho Senin dan Rabu 1,231 1,988 0,227 Diterima
2 Tunjung Selasa dan Kamis -1,932 1,988 0,061 Diterima
Sumber Perhitungan data Survai ( lampiran C)
5.2. Analisis Nilai Ekivalen Mobil Penumpang (emp) di Simpang Tak Bersinyal
Nilai emp kendaraan di simpang tak bersinyal dihitung dengan menggunakan
metode kapasitas menggunakan analisis regresi linier berganda terhadap semua waktu
survai. Persamaan regresi berganda sesuai rumus (13) dalam bab III sehingga nilai
koefisien masing-masing persamaan merupakan nilai emp.
Data volume lalulintas sebanyak 72 data yang ada selama 2 hari, dianalisis dengan
persamaan regresi linier berganda sebagai berikut :
Tabel 5.2. Nilai emp kendaraan berdasarkan analisis regresi menggunakan seluruh data
di simpang Timoho kota Yogyakarta
Simpang Tunjung kota Yogyakarta mempunyai data hari Selasa dan hari Kamis
di gabung, sehinga jumlah data menjadi 72 data volume lalulintas. . Seluruh data
dianalisis dengan analisis regresi linier berganda.
58
Tabel 5.3. Nilai emp kendaraan berdasarkan analisis regresi menggunakan seluruh data
di simpang Tunjung kota Yogyakarta
5.2.2. Analisis regresi linier berganda menggunakan data yang dibagi menjadi
dua kelas interval
Simpang Timoho kota Yogyakarta mempunyai data hari Senin dan hari Rabu di
gabung menjadi 72 data volume lalulintas. Nilai volume lalulintas terendah 3.156 dan
yang tertinggi 6.216. Pembagian kelas interval sebagai berikut :
Kelas interval 1 :Volume lalulintas 3.156 sampai dengan volume lalulintas 4.686
Kelas interval 2 :Volume Lalulintas 4.687 sampai dengan volume lalulintas 6.216
Tabel 5.4. Nilai emp kendaraan berdasarkan analisis regresi menggunakan data yang
dibagi menjadi dua kelas interval di simpang Timoho kota Yogyakarta
Nilai emp
Kendaraan
Kelas interval 1 Kelas interval 2
LV 1,00 1,00
HV -0,0399 -5,436
MC 0,007812 -0,0554
UM -0,0783 -0,98
Jumlah Data 52 20
Sumber : data survai lalulintas ( lampiran D tabel D.2.a sampai dengan Tabel D.2.c)
Simpang Tunjung kota Yogyakarta mempunyai data hari Selasa dan hari Kamis
di gabung menjadi 72 data volume lalulintas. Nilai volume lalulintas terendah 4.776
dan yang tertinggi 9.960. Pembagian kelas interval sebagai berikut :
Kelas interval 1 : Volume lalulintas 4.776 sampai dengan volume lalulintas 7.368
Kelas interval 2 : Volume lalulintas 7.369 sampai dengan volume lalulintas 9.960
59
Tabel 5.5. Nilai emp kendaraan berdasarkan analisis regresi menggunakan data yang
dibagi menjadi dua kelas interval di simpang Tunjung kota Yogyakarta
Nilai emp
Kendaraan
Kelompok 1 Kelompok 2
LV 1,00 1,00
HV 0,880 7,420
MC 0,08773 0,154
UM -0,468 -0,110
Jumlah Data 58 14
Sumber : data survai lalulintas ( lampiran D tabel D.9.a sampai dengan tabel D.9.c)
5.2.3. Analisis regresi linier berganda menggunakan data yang dibagi menjadi
tiga kelas interval
Simpang Timoho kota Yogyakarta mempunyai data hari Senin dan hari Rabu di
gabung menjadi 72 data volume lalulintas. Nilai volume lalulintas terendah 3.156 dan
yang tertinggi 6.216. Pembagian kelas interval sebagai berikut
Kelas interval 1 : Volume lalulintas 3.156 sampai dengan volume lalulintas 4.176
Kelas interval 2 : Volume lalulintas 4.177 sampai dengan volume lalulintas 5.196
Kelas interval 3 : Volume lalulintas 5.197 sampai dengan volume lalulintas 6.216
Tabel 5.6. Nilai emp kendaraan berdasarkan analisis regresi menggunkan data yang
dibagi menjadi tiga kelas interval di simpang Timoho kota Yogyakarta
Nilai emp
Kendaraan
Kelas interval 1 Kelas interval 2 Kelas interval 3
LV 1,00 1,00 1,00
HV -0,694 -3,332 9,913
MC 0,001818 -0,313 -0,246
UM -0,189 -0,478 0,815
Jumlah Data 33 33 6
Sumber : data survai lalulintas ( lampiran D tabel D.3.a sampai dengan tabel D.3.d )
Simpang Tunjung kota Yogyakarta mempunyai data hari Selasa dan hari Kamis
di gabung menjadi 72 data volume lalulintas. Nilai volume yang terendah 4.776 dan
yang tertinggi 9.960. Pembagian kelas interval sebagai berikut :
Kelas interval 1 :Volume lalulintas 4.776 sampai dengan volume lalulintas 6.504
Kelas interval 2 :Volume lalulintas 6.505 sampai dengan volume lalulintas 8.232
Kelas interval 3 :Volume lalulintas 8.233 sampai dengan volume lalulintas 9.960.
60
Tabel 5.7. Nilai emp kendaraan berdasarkan analisis regresi menggunakan data yang
dibagi menjadi tiga kelas interval di simpang Tunjung kota Yogyakarta
Nilai emp
Kendaraan
Kelas interval 1 Kelas interval 2 Kelas interval 3
LV 1,00 1,00 1,00
HV 0,913 -0,204 11,104
MC 0,06057 0,02517 0,299
UM 0,279 -0,851 -0.525
Jumlah Data 47 14 11
Sumber : data survai lalulintas ( lampiran D tabel D.10.a sampai tabel D.10.d )
5.2.4. Analisis regresi linier berganda menggunakan data yang dibagi menjadi
empat kelas interval
Simpang Timoho kota Yogyakarta Simpang Timoho kota Yogyakarta
mempunyai data hari Senin dan hari Rabu di gabung menjadi 72 data volume lalulintas.
Nilai volume lalulintas terendah 3.156 dan tertinggi 6.216. Pembagian kelas interval
sebagai berikut :
Kelas interval 1 :Volume lalulintas 3.156 sampai dengan volume lalulintas 3.921
Kelas interval 2 :Volume lalulintas 3.922 sampai dengan volume lalulintas 4.686
Kelas interval 3 :Volume lalulintas 4.687 sampai dengan volume lalulintas 5.451
Kelas interval 4 :Volume lalulintas 5.452 sampai dengan volume lalulintas 6.216.
Tabel 5.8. Nilai emp kendaraan berdasarkan analisis regresi menggunakan data yang
dibagi menjadi empat kelas interval di simpang Tunjung kota Yogyakarta
Nilai emp
Kendaraan Kelas Kelas Kelas Kelas
interval 1 interval 2 interval 3 interval 4
LV 1,00 1,00 1,00 1,00
HV -0,593 0,292 -5,360 15,810
MC -0,0622 -0,182 -0,396 -1,867
UM -0,197 -0,152 -1,120 4,117
Jumlah Data 19 33 15 5
Sumber : data survai lalulintas ( lampiran D tabel D.4.a. sampai dengan tabel D. 4. e)
Simpang Tunjung kota Yogyakarta mempunyai data hari Selasa dan hari Kamis
di gabung menjadi 72 data volume lalulintas. Nilai volume lalulintas terendah 4.776
dan tertinggi 9.960. Pembagian kelas interval sebagai berikut :
Kelas interval 1 :Volume lalulintas 4.776 sampai dengan volume lalulintas 6.072
61
Kelas interval 2 :Volume lalulintas 6.073 sampai dengan volume lalulintas 7.368
Kelas interval 3 :Volume lalulintas 7.369 sampai dengan volume lalulintas 8.664
Kelas interval 4 :Volume lalulintas 8.665 sampai dengan volume lalulintas 9.960.
Tabel 5.9. Nilai emp kendaraan berdasarkan analisis regresi menggunakan data yang
dibagi menjadi empat kelas interval di simpang Tunjung kota Yogyakarta
Nilai emp
Kendaraan Kelas Kelas Kelas Kelas
interval 1 interval 2 interval 3 interval 4
LV 1,00 1,00 1,00 1,00
HV 1,923 -4,983 -2,748 9,774
MC 0,05238 -0,310 0,428 0,411
UM 0,01452 -0,889 -0,221 -0,494
Jumlah Data 37 21 4 10
Sumber perhitungan data survai lalulintas (lihat lampiran D tabel D.11.a sampai tabel D.11. e
5.2.5. Analisis regresi linier berganda menggunakan data yang dibagi menjadi
lima kelas interval
Simpang Timoho kota Yogyakarta Simpang Timoho kota Yogyakarta
mempunyai data hari Senin dan hari Rabu di gabung menjadi 72 data volume lalulintas.
Nilai volume lalulintas terendah 3.156 dan tertinggi 6.216. Pembagian kelas interval
sebagai berikut :
Kelas interval 1 :Volume lalulintas 3.156 sampai dengan volume lalulintas 3.768
Kelas interval 2 :Volume lalulintas 3.769 sampai dengan volume lalulintas 4.380
Kelas interval 3 :Volume lalulintas 4.381 sampai dengan volume lalulintas 4.992
Kelas interval 4 :Volume lalulintas 4.992 sampai dengan volume lalulintas 5.604.
Kelas interval 5 :Volume lalulintas 5.604 sampai dengan volume lalulintas 6.216
Tabel 5.10. Nilai emp kendaraan berdasarkan analisis regresi menggunakan data yang
dibagi menjadi lima kelas interval di simpang Tunjung kota Yogyakarta
Nilai emp
Kendaraan Kelas Kelas Kelas Kelas Kelas
interval 1 interval 2 interval 3 interval 4 interval 5
LV 1,00 1,00 1,00 1,00 1.00
HV -0,950 -0,244 -3,702 - 15,876
MC -0,235 -0,255 -0,533 - -1,922
UM -0,281 -0,220 -0,530 0,769 5,596
Jumlah Data 12 26 28 2 4
Sumber : data survai lalulintas ( lampiran D tabel D.5.a. sampai dengan tabel D. 5. f)
62
Simpang Tunjung kota Yogyakarta mempunyai data hari Selasa dan hari Kamis
di gabung menjadi 72 data volume lalulintas. Nilai volume lalulintas terendah 4.776
dan tertinggi 9.960. Pembagian kelas interval sebagai berikut :
Kelas interval 1 :Volume lalulintas 4.776 sampai dengan volume lalulintas 5.813
Kelas interval 2 :Volume lalulintas 5.814 sampai dengan volume lalulintas 6.850
Kelas interval 3 :Volume lalulintas 6.851 sampai dengan volume lalulintas 7.886
Kelas interval 4 :Volume lalulintas 7.887 sampai dengan volume lalulintas 8.923.
Kelas interval 5 :Volume lalulintas 8.924 sampai dengan volume lalulintas 9.960
Tabel 5.11. Nilai emp kendaraan berdasarkan analisi regresi menggunakan data yang
dibagi menjadi lima kelas interval di simpang Tunjung kota Yogyakarta
5.2.6. Analisis regresi linier berganda menggunakan data yang dibagi menjadi
enam kelas interval
Simpang Timoho kota Yogyakarta Simpang Timoho kota Yogyakarta
mempunyai data hari Senin dan hari Rabu di gabung menjadi 72 data volume lalulintas.
Nilai volume yang terendah 3.156 dan yang tertinggi 6.216. Pembagian kelas interval
sebagai berikut :
Kelas interval 1 :Volume lalulintas 3.156 sampai dengan volume lalulintas 3.666
Kelas interval 2 :Volume lalulintas 3.667 sampai dengan volume lalulintas 4.176
Kelas interval 3 :Volume lalulintas 4.177 sampai dengan volume lalulintas 4.686
Kelas interval 4 :Volume lalulintas 4.687 sampai dengan volume lalulintas 5.196
Kelas interval 5 :Volume lalulintas 5.197 sampai dengan volume lalulintas 6.706
Kelas interval 6 :Volume lalulintas 5.707 sampai dengan volume lalulintas 6.216
63
Tabel 5.12. Nilai emp kendaraan berdasarkan analisis regresi menggunakan data yang
dibagi menjadi enam kelas interval di simpang Tunjung kota Yogyakarta
Nilai emp k
Kendaraan Kelas Kelas Kelas Kelas Kelas Kelas
interval 1 interval 2 interval 3 interval 4 interval 5 interval 6
LV 1,00 1,00 1,00 1,00 1.00 1,00
HV -0,950 -0,882 -0,149 -2,609 - 0,500
MC -0,235 -0,411 -0,419 -0,852 -0,504 -
UM -0,281 -0,340 -0,466 -1,086 -0,276 -29,00
Jumlah Data 12 21 19 14 3 3
Sumber : data survai lalulintas ( lampiran D tabel D.6.a. sampai dengan tabel D. 6. g)
Simpang Tunjung kota Yogyakarta mempunyai data hari Selasa dan hari Kamis
di gabung menjadi 72 data volume lalulintas. Nilai volume yang terendah 4.776 dan
yang tertinggi 9.960. Pembagian kelas interval sebagai berikut :
Kelas interval 1 :Volume lalulintas 4.776 sampai dengan volume lalulintas 5.640
Kelas interval 2 :Volume lalulintas 5.640 sampai dengan volume lalulintas 6.504
Kelas interval 3 :Volume lalulintas 6.505 sampai dengan volume lalulintas 7.368
Kelas interval 4 :Volume lalulintas 7.369 sampai dengan volume lalulintas.8.232
Kelas interval 5 :Volume lalulintas 8.233 sampai dengan volume lalulintas 9.096
Kelas interval 6 :Volume lalulintas 9.097 sampai dengan volume lalulintas 9.960
Tabel 5.13. Nilai emp kendaraan berdasarkan analisis regresi menggunakan data yang
dibagi menjadi enam kelas interval di simpang Tunjung kota Yogyakarta
Nilai emp k
Kendaraan Kelas Kelas Kelas Kelas Kelas Kelas
interval 1 interval 2 interval 3 interval 4 interval 5 interval 6
LV 1,00 1,00 1,00 1,00 1.00 1,00
HV 0,457 -0,973 -0,407 - - 9,757
MC -0,240 -0,09882 -0,407 0,526 -0,238 0,416
UM -0,284 -0,03939 -0,595 -0,0771 - -0,488
Jumlah Data 21 26 11 3 2 9
Sumber : data survai lalulintas ( lampiran D tabel D.13.a sampai tabel D.13. g )
5.2.7. Analisis regresi linier berganda menggunakan data yang dibagi menjadi
tujuh kelas interval
Simpang Timoho kota Yogyakarta Simpang Timoho kota Yogyakarta
mempunyai data hari Senin dan hari Rabu di gabung menjadi 72 data volume lalulintas.
64
Nilai volume lalulintas terendah 3.156 dan tertinggi 6.216. Pembagian kelas interval
sebagai berikut :
Kelas interval 1 :Volume lalulintas 3.156 sampai dengan volume lalulintas 3.593
Kelas interval 2 :Volume lalulintas 3.594 sampai dengan volume lalulintas 4.030
Kelas interval 3 :Volume lalulintas 4.031 sampai dengan volume lalulintas 4.467
Kelas interval 4 :Volume lalulintas 4.468 sampai dengan volume lalulintas 4.905
Kelas interval 5 :Volume lalulintas 4.906 sampai dengan volume lalulintas 5.342
Kelas interval 6 :Volume lalulintas 5.343 sampai dengan volume lalulintas 5.779
Kelas interval 7 :Volume lalulintas 5.780 sampai dengan volume lalulintas 6.216
Tabel 5.14. Nilai emp kendaraan berdasarkan analisis regresi menggunakan data yang
dibagi menjadi tujuh kelas interval di simpang Tunjung kota Yogyakarta
Nilai emp
Kelas Kelas Kelas Kelas Kelas Kelas Kelas
Kendaraan interval interval interval interval interval Interval interval
1 2 3 4 5 6 7
LV 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1.00 1,00
HV - -2,091 2,869 -3,045 -1,836 - 0,500
MC -0,259 -0,381 -0,282 -0,694 -0,950 -0,504 -
UM -0,226 -0,652 -0,599 -0,313 -0,943 -0,278 -29,00
Jumlah Data 11 14 17 19 5 3 3
Sumber : data survai lalulintas ( lampiran D tabel D.7.a. sampai dengan tabel D. 7. h)
Simpang Tunjung kota Yogyakarta mempunyai data hari Selasa dan hari Kamis
di gabung menjadi 72 data volume lalulintas. Nilai volume lalulintas terendah 4.776
dan tertinggi 9.960. Pembagian kelas interval sebagai berikut :
Kelas interval 1 :Volume lalulintas 4.776 sampai dengan volume lalulintas 5.517
Kelas interval 2 :Volume lalulintas 5.518 sampai dengan volume lalulintas 6.257
Kelas interval 3 :Volume lalulintas 6.258 sampai dengan volume lalulintas 6.998
Kelas interval 4 :Volume lalulintas 6.999 sampai dengan volume lalulintas.7.738
Kelas interval 5 :Volume lalulintas 7.739 sampai dengan volume lalulintas 8.479
Kelas interval 6 :Volume lalulintas 8.480 sampai dengan volume lalulintas 9.219
Kelas interval 7 :Volume lalulintas 9.097 sampai dengan volume lalulintas 9.960
65
Tabel 5.15. Nilai emp kendaraan berdasarkan analisis regresi menggunakan data yang
dibagi menjadi tujuh kelas interval di simpang Tunjung kota Yogyakarta
Nilai emp
Kelas Kelas Kelas Kelas Kelas Kelas Kelas
Kendaraan interval interval Interval interval interval Interval interval
1 2 3 4 5 6 7
LV 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1.00 1,00
HV 0,265 1,197 -6,017 - -3,077 - 10,185
MC -0,381 -0,01367 -0,451 -0,134 - - 0,449
UM 0,0962 -0,229 -1,025 -2,083 -0,846 -0,57 -0,515
Jumlah Data 18 22 16 3 3 2 8
Sumber : data survai lalulintas ( lampiran D tabel D.14.a sampai tabel D.14. h
Tabel 5. 16. Rekapitulasi Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Yang memenuhi
Ketentuan Uji Statistik untuk Simpang TIMOHO kota Yogyakarta
Pengelompokan
Data Unsur Koefisien R F Sig Jumlah data Ftabel
Tabel 5. 17. Rekapitulasi Hasil Analisis Regresi Linier Bergnada Yang memenuhi
Ketentuan Uji Statistik untuk simpang TUNJUNG Kota Yogyakarta
Pengelompokan Jumlah
Ftabel
Data Unsur Koefisien R F Sig data
Kelas interval 5 Konstanta 3.020,694 0,000
pada
analisis regresi a1 (HV) -4,983 0,014
menggunakan
0,692 12,702 21 3,20
data yang a2 (MC) -0,310 0,011
dibagi menjadi
empat kelas a3 (UM) -0,889 0,008
interval
Kelas interval3 Konstanta 3.830,433 0,000
pada
analisais regresi a1 (HV) -6,017 0,004
menggunakan
0,864 11,734 16 3,49
data yang a2 (MC) -0,451 0,001
dibagi menjadi
tujuh kelas a3 (UM) -1,025 0,007
interval
Berdasarkan ketentuan uji statistik didapat nilai emp lapangan sebagai berikut :
1. Simpang Timoho : LV = 1,00, HV = 3,702, dan MC = 0,533
2. Simpang Tunjung : LV = 1,00, HV = 6,017, dan MC = 0,451
Nilai emp dari MKJI adalah : LV = 1,00, HV = 1,3, dan MC = 0,5
Pada kedua simpang yang di analisis terdapat perbedaan nilai-nilai emp kendaraan
disebabkan :
A. Lalulintas kedua simpang mempunyai karakteristik yang berbeda seperti : volume
lalulintas, geometrik simpang, lokasi simpang.
B. Letak simpang Timoho berada jauh dari pusat kota sehingga didominasi arus dari
pemukiman dan perkantoran Pemerintah Daerah yang berada tidak di pusat kota
Yogyakarta, sedangkan simpang Tunjung didominasi arus lalulintas dalam kota
karena simpang Tunjung terletak di pusat kota Yogyakarta.
C. Perbedaan nilai emp lapangan dengan nilai emp dari MKJI 1997 disebabkan
komposisi kendaraan yang berbeda. Dalam MKJI untuk simpang empat lengan
batasannya adalah: kendaraan ringan (LV) rata-rata 56 % (min. 29 %, mak. 75
%) di lapangan 15,05 %, kendaraan berat (HV) rata-rata 3 % (min. 1 % , mak. 7
%) di lapangan 0,66 %, sepeda motor (MC) rata-rata 33 % (min. 19 %, mak. 67
persen) di lapangan 79,54 %, dan kendaraan tak bermotor (UM) rata-rata 8 %
(min. 1 %, mak. 22 %) di lapangan 4,75 %. Untuk simpang tiga lengan :
kendaraan ringan (LV) rata-rata 56 % (min. 34 %, mak. 78 %) di lapangan 15,63
%, kendaraan berat (HV) rata-rata 5 % (min. 1 %, mak. 10 persen) di lapangan
0,36 %, sepeda motor (MC) rata-rata 32 % (min. 15 %, mak. 54 %) di lapangan
78,32 %, dan kendaraan tak bermotor (UM) rata-rata 7 % (min. 1 %, mak. 25 %)
di lapangan 3,17 %. Komposisi kendaraan berdasarkan ukuran kota menurut
MKJI 1997 untuk jumlah penduduk 0,5 1 M adalah : kendaran rngan (LV) = 40
%, kendaraan berat (HV) = 3 %, sepeda moto (MC) = 57 %, dan rasio kendaraan
tak bermotor (UM/MV) = 0,14.
Di bawah ini ditunjukkan komposisi kendaraan hasil survai di simpang Timoho
dan simpang Tunjung kota Yogyakarta.
68
90%
80%
Persentase Kendaraan
70%
60% LV rata-rata = 14,69 % LV
Jumlah Data
100%
90%
80%
Persentase Kendaraan
Jumlah Data
Gambar 5.2. Komposisi Kendaraan di SImpang Timoho hari Rabu
90%
80%
70%
Persentase Kendaraan
LVrata-rata = 15,87% LV
60%
HVrata-rata = 0,37%
Mcrata-rata = 80,45%
HV
50%
Um rata-rata = 3,31% MC
40%
UM
30%
20%
10%
0%
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1314 15 1617 18 1920 2122 23 2425 2627 28 2930 3132 33 3435 3637 38
Jumlah Data
Gambar 5.3. Komposisi Kendaraan di simpang Tunjung hari Selasa
69
100%
90%
80%
Persentase Kendaraan
70%
LV
60% LVrata-rata = 16,70 %
HVrata-rata = 0,34 % HV
50% MCrata-rata = 79,76 % MC
40% UMrata-rata = 3,15 %
UM
30%
20%
10%
0% 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 2 0 212223 24 2 526 2 72 82 9 3 0 3 13 2 3 33 4 3536 3738
Jumlah Data
Tabel. 5.18. Analisis Kapasitas Simpang Timoho Empat Lengan Tak Bersinyal
Simpang Tunjung merupakan simpang tiga lengan tak bersinyal di kota Yogyakarta
yang mempunyai tipe simpang 322 (lihat lampiran E dalam tabel E.9.). Dibawah ini
disampaikan hasil analisis kapasitas simpang dalam bentuk tabel dan secara detailnya
ada dalam lampiran E.
71
Tabel. 5.19. Analisis Kapasitas Simpang Tunjung Tiga Lengan Tak Bersinyal
Berdasarkan perkalian kapasitas dasar (Co) pada kondisi ideal simpang dengan
faktor-faktor koreksi (F) diperoleh kapasitas di simpang sebagai berikut :
Simpang Timoho Kota Yogyakarta : - dengan emp MKJI, C = 2.837 smp/jam
- dengan emp lapangan, C = 2.850 smp/jam
Simpang Tunjung Kota Yogyakarta : - dengan emp MKJI , C = 2.401 smp/jam
- dengan emp lapangan, C = 2.437 smp/jam
keterangan :
Qtot = Arus total sesungguhnya (smp/jam)
C = Kapasitas (smp/jam)
72
menunjukkan bahwa tundaan yang terjadi masih bisa diterima dan sesuai dengan
kondisi dilapangan.
Peluang antrian yang terjadi berdasarkan analisis yang menggunakan nilai emp
dari MKJI 1997 di simpang TIMOHO adalah Qpa = 52,46 persen, Qpb = 98,24 persen
dan simpang TUNJUNG Qpa = 169,16 persen, Qpb = 256,97 persen, sedangkan
peluang antrian yang dianalisis menggunakan nilai emp lapangan yang terjadi untuk
simpang TIMOHO adalah Qpa = 65,70 persen, Qpb = 117,67 persen dan simpang
TUNJUNG Qpa = 147,94 persen, Qpb = 229,50 persen.
Peluang antrian pada jam puncak kedua simpang melampaui 35% (nilai batas
yang diberikan MKJI), sehingga diindikasikan terjadinya antrian yang cukup besar
sehingga diperlukan pemikiran langkah-langkah penanganan masalah simpang lebih
lanjut.
di jalan minor, kondisi TAK BERHENTI di jalan minor dan kondisi gabungan
kendaraan BERHENTI dan TAK BERHENTI di jalan minor.. Lag kritis yang dianalisis
merupakan lag kritis harian pada masing-masing pendekat, gabungan dua pendekat
jalan minor dan gabungan hari,
Tabel 5.28. Nilai Lag kritis simpang Timoho gabungan hari Senin dan Rabu
Tabel 5.31. Nilai Lag kritis simpang Timoho gabungan hari Senin dan Rabu
Perilaku pengemudi memasuki simpang tak bersinyal dapat juga dilihat dari selisih
waktu terkecil dan terbesar antara kendaraan dari jalan minor dengan kendaraan di
jalan major seperti terlihat dalam tabel berikut :
Tabel 5.32. Waktu terkecil dan terbesar pengemudi memasuki simpang kondisi
kendaraan TAK BERHENTI di jalan minor (detik)
Min. 0,67 0.63 1,04 0,50 0,79 0,79 1,29 0,83 0,71 0,54 0,92 0,88
Mak. 6,42 3,33 5,46 4,21 4,58 4,04 4,13 4,46 4,88 4,75 3,36 6,71
Tabel 5.33. Waktu terkecil dan terbesar pengemudi memasuki simpang kondisi
kendaraan BERHENTI di jalan minor (detik)
Min. 0,75 0,63 1,50 0,96 0,88 0,92 1,71 1,42 1,64 0,54 1,12 0,88
Mak. 5,79 16,79 6,08 10,79 5,17 11,88 4,92 6,38 7,83 7,42 4,46 7,42
Pada kondisi kendaraan tak berhenti di jalan minor, pada hari senin di pendekat
C simpang Timoho mempunyai waktu terkecil yaitu 0,67 detik, hal ini menunjukkan
perilaku pengemudi yang agresif. Namun kecenderungan pengemudi tidak menunggu
celah lebih banyak terjadi di simpang Tunjung, karena waktu untuk memasuki simpang
terkecil 0,92 detik dan terbesar 3,36 detik.
Pada kondisi kendaraan berhenti di jalan minor, di pendekat A hari Rabu
simpang Timoho dan simpang Tunjung pada hari selasa menunjukkan perilaku
pengemudi yang masih menghormati hak prioritas kendaraan lain, karena selisih waktu
kendaraan berpotongan pendekat A sebesar 1,71 detik sampai 4,92 detik sedangkan di
Tunjung hari Selasa 1,64 detik sampai 7,83 detik..
80
700
Lag kritis = 2,81 det
100
0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500
Vollume Konflik Vc,x (kendaraan/jam)
Hasil analisis ditunjukkan di bawah ini dalam bentuk gambar kurva sebagai berikut :
Berdasarkan analisis hubungan potensi kapasitas lalulintas jalan minor terhadap volume
konflik lalulintas pada simpang diperoleh:
Hari Senin dan Hari Rabu di Gabungkan, maka :
Pendekat C : nilai lag kritis 2,81 detik dan follow-up time 3,17 detik.. Volume konflik
terkecil 1.776 kendaraan/jam sedangkan volume konflik terbesar 3.948
kendaraan/jam. Serapan potensi kapasitas lalulintas dari pendekat C sebesar
296 smp/jam (7,51 % ) sampai dengan 621 smp/jam (34,56 %).
Pendekat A : nilai lag kritis 3,33 detik dan follow-up time 3,17 detik..Volume konflik
terkecil 2.028 kendaraan/jam sedangkan volume konflik terbesar 3.912
kendaraan/jam. Serapan potensi kapasitas lalulintas dari pendekat A sebesar
170 smp/jam (4,36 %) sampai dengan 425 smp/jam (20,95 %).
Perbedaan serapan potensi kapasitas lalulintas jalan minor untuk dapat memasuki
simpang tak bersinyal, hal ini disebabkan berbedanya nilai lag kritis kendaraan dari
jalan minor memasuki simpang tak bersinyal, semakin besar lag kritis akan semakin
kecil potensi kapasitas lalulintas jalan minor yang dapat memasuki simpang.
Perbedaan untuk volume konflik lalulintas simpang yang sama adalah :
82
Tabel 5. 34. Perbedaan Potensi Kapasitas Lalulintas Jalan Minor Pendekat A terhadap
Pendekat C di Simpang Timoho Kota Yogyakarta.
Dengan mengetahui besar volume konflik lalulintas di simpang, nilai lag kritis, dan
nilai follow-up time, maka dapat dihitung potensi kapasitas dengan menggunakan
persamaan 5.1 (lampiran H tabel H.5.b dan tabel H. 6. b).Hasil analisis ditunjukkan di
bawah ini dalam bentuk gambar kurva sebagai berikut :
Potensi Kapasitas Lalulintas
Tf = 2,14 detik
400
300
200
100
0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000
Volume Konflik Lalulintas Simpang (kend./jam)
Gambar 5.6. Hubungan Potensi Kapasitas Lalulintas Jalan Minor Terhadap Volume
Konflik Lalulintas Simpang di Simpang Tunjung Kota Yogyakarta
Berdasarkan analisis hubungan potensi kapasitas lalulintas jalan minor terhadap
volume konflik lalulintas pada simpang diperoleh:
Hari Selasa dan hari Kamis digabungkan, maka nilai lag kritis 2,70 detik dan follow-up
time 2,14 detik., dan volume konflik terkecil 2.844 kendaraan/jam sedangkan volume
konflik terbesar 7.446 kendaraan/jam dapat menyerap potensi kapasitas lalulintas dari
jalan minor (pendekat C) sebesar 58 .sampai dengan 464 smp/jam. Jadi arus lalulintas
jalan minor yang dapat terserap di simpang tak bersinyal adalah sebesar 0,78 persen
sampai dengan 16,32 persen dari volume konflik lalulintas simpang.
Kurva hubungan potensi kapasitas lalulintas jalan minor terhadap volume
konflik lalulintas simpang yang digabungkan seperti gambar 5.7. di bawah ini:
84
400
Jalan minor
simpang Tunjung
300 Pendekat A simpang lag kritis = 2,70 det
Timoho tf =2,14 det
200
Lag kritis = 3,33 det
tf = 3,17 det
100
Y = 1.135,648 e-0,00034 X 2.844
3.912
0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000 5500 6000 6500 7000 7500 8000
Volume
Volume Konflik
Konflik Lalulintas
Lalulintas Di Simapng (kend./jam)
Simpang (kend./jam)
ambar 5.7. Gabungan Hubungan Potensi Kapasitas Lalulintas Jalan Minor Terhadap
Volume Konflik Lalulintas Simpang Timoho dan Simpang Tunjung
Dalam gambar 5.7. terlihat garis kurva hubungan potensi kapasitas lalulintas
jalan minor di simpang Tunjung lebih curam.
Tabel 5.35. Persentase kemiringan garis kurva hubungan potensi kapasitas lalulintas
jalan minor terhadap volume lalulintas simpang tak bersinyal.
Tabel 5.35. memperlihatkan untuk volume konflik lalulintas yang sama, perbedaan
potensi kapasitas lalulintas jalan minor dan persentase kemiringan yang besar berada di
simpang Tunjung. Sehingga jika volume konflik lalulintas simpang bertambah, maka
penurunan potensi kapasitas lalulintas jalan minor di simpang Tunjung lebih besar
dibandingkan dengan penurunan potensi kapasitas lalulintas di simpang Timoho.
BAB VI
PENUTUP
6.1. KESIMPULAN
Hasil yang diperoleh dari penelitian analisisi arus lalulintas di simpang tak bersinyal
disimpulkan sebagai berikut :
1. Perbedaan kinerja simpang tak bersinyal antara kinerja simpang yang dianalisis
menggunakan nilai emp dari MKJI 1997 dengan kinerja simpang yang dianalisis
menggunakan nilai emp lapangan, hal ini disebabkan berbedanya nilai emp akibat
komposisi kendaraan lapangan di luar klasifikasi komposisi kendaraan dari MKJI.
2. Kinerja simpang tak bersinyal yang menjadi objek penelitian sangat buruk, hal ini
terlihat dari nilai derajat kejenuhan (DS) di simpang Timoho (emp sesuai MKJI)
= 1,161, DS (emp lapangan) = 1,315, di simpang Tunjung DS (emp sesuai MKJI)
= 2,190 dan DS (emp lapangan) = 2,039. Tundaan (DT) simpang Timoho (emp sesuai
MKJI) = 32.58 det/smp, DT (emp lapangan) = 187,42 det/smp, di simpang Tunjung
tundaan lalulintas simpang kedua-duanya bernilai negative. Peluang antrian (QP) di
simpang Timoho (emp sesuai MKJI) = 52,46 % - 98,24 %, QP (emp lapangan )
= 65,70 % - 117,67 %, di simpang Tunjung QP (emp sesuai MKJI) = 169,16 % -
256,97) dan QP (emp lapangan) = 147,94 % - 229,50 %..
3. Nilai lag kritis di simpang Timoho pendekat C (pendekat Timur) adalah 2,81 detik,
pendekat A (pendekat Barat) adalah 3,33 detik dan nilai lag kritis simpang Timoho
empat lengan tak bersinyal adalah 2,94 detik. Nilai lag kritis di simpang Tunjung tiga
lengan tak bersinyal adalah 2,70 detik. Hal ini mengindikasikan perilaku pengemudi
tidak menunggu celah ketika memasuki simpang tak bersinyal. Pada simpang Tunjung
nilai lag lebih kecil dengan volume lalulintas lebih besar, hal ini menunjukkan bahwa
pengemudi di simpang Tunjung dari jalan minor lebih agresif untuk menyelesaikan
maneuver yang diperlukan ketika memasuki simpang.
4. Potensi kapasitas lalulintas jalan minor yang dapat terserap di simpang Timoho kota
Yogyakarta pendekat C adalah 7,51 % sampai dengan 34,94 % dari volume konflik
lalulintas simpang tersebut, pendekat A adalah 4,36 % sampai dengan 20,95% dari
volume konflik lalulintas simpang tersebut. Potensi kapasitas lalulintas jalan minor
85
yang dapat diserap di simpang Tunjung kota Yogyakarta adalah 0,78 % sampai
dengan 16,32 % dari volume konflik lalulintas simpang tersebut. Semakin kecil
serapan potensi kapasitas lalulintas jalan minor untuk memasuki simpang, semakin
banyak kendaraan berhenti di ruas jalan minor.
5. Hubungan potensi kapasitas lalulintas jalan minor terhadap volume konflik lalulintas
simpang, pada volume konflik lalulintas yang sama di simpang Tunjung mempunyai
kelengkungan kurva lebih curam dengan kemiringan 16,67 % sedangkan di simpang
Timoho garis kelengkungan kurva lebih landai yitu kemiringan 10,86 % untuk
pendekat A dan kemiringan 12,27 % untuk pendekat C. Artinya pada simpang
Tunjung dengan sedikit pertambahan volume konflik lalulintas di simpang
menyebabkan penurunan potensi serapan yang besar.
6. Perbedaan karakteristik arus lalulintas di simpang Timoho dan Tunjung yaitu perilaku
pengemudi di simpang Tunjung dengan volume lalulintas yang lebih ramai banyak
yang tidak menunggu celah hal ini dilihat dari nilai lag simpang Tunjung (2,70 det.)
lebih kecil dari nilai lag simpang Timoho (2,94 det), selisih waktu kendaraan saling
berpotongan di simpang sebesar 0,92 detik sampai 3,36 detik.
6.2. SARAN
Dari hasil penelitian ini disarankan sebagai berikut :
* Perlu diteliti peluang antrian pada masing-masing lengan simpang.
* Simpang Timoho perilaku pengemudi tidak menunggu celah dan agresif, hal ini terlihat dari
selisih waktu antara kendaraan dari jalan minor dengan kendaraan dari jalan major didapat
waktu 0,67 detik, maka diperlukan pembuatan garis berhenti dan pemisah lajur kendaraan
untuk memasuki simpang dengan marka dan rambu..
* Perlu peninjauan kesesuaian geometrik simpang berdasarkan kondisi lalulintas yang ada
saat ini dan prediksi tahun yang akan datang, terutama pada pendekat barat simpang
Timoho yang mempunyai lebar hanya 4,65 m tanpa bahu jalan, dan besar lag 3,33 detik dan
serapan kendaraan yang kecil yaitu sebesar 4,36 % sampai 20,95 %.
* Simpang Tunjung harus di pasangkan lampu lalulintas karena DS > 2, tundaan bernilai
negatif, dan peluang antrian simpang 147,94 % - 229,50 % serta kecilnya serapan kendaraan
dari jalan minor untuk memasuki simpang dengan demikian kondisi simpang sudah sangat
jelek dan tidak dapat dipertahankan lagi sebagai simpang tak bersinyal.
86
DAFTAR PUSTAKA
............., 1993, Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu
Lintas Jalan, Aneka I, Semarang
............, 1997, Manual Kapasitas Jalan (MKJI), Departemen Pekerjaan Umum,
Direktorat Jenderal Binamarga, Jakarta.
............., 1994, Transportation Reasearch Board National Research Council, Special
Report 209 Third Edition, Washington. DC.
Box. P.C, Joseph C. Oppenlander, 1976, Manual of Traffic Engineering Studies, Institute
of Transportation Engneering, Arlington, Virginia.
Dewanti, 1992, Crossing Behaviour and Gap Acceptance at an Insignalized Intersection
in Bandung, Thesis S-2, ITB, Bandung
Edwards J. D, 1992, Transportation Planning Handbook, Englewood Cliffs, New Jersey
Garber, N.J, Hoel, L.A, 2002, Traffic and Highway Engineering, Third Edition,
University of Virginia
Gattis. J.L, Member, ASCE, and Low S.T, 1999, Gap Acceptance At Atypical Stop-
Controlled Intersections, Journal of Transportation Engineering/may/june.
Hobbs, F.D, 1979, Traffic Planning and Engineering Second edition, Pergamon Press,
Birmingham.
Hummer J.E, 1994, Manual of TransportationEngineering Studies, Institute of
Transportation Engineering, by Prentice-Hall, inc, Englewood Cliffs, New Jersey.
Hewitt, R.H., 1985, A Compatison Between Some Method of Measuring Critical Gap,
Traffic Engineering and Control.
Khisty. C.J, Kent L.B, 2005, Transportation Engineering, An Introduction/Third Edition.
Published by Pearson Education,
May, A.D, 1990, Traffic Flow Fundamental. Pretice Hall. Englewood Cliffs, New Jersey
McShane, W.R, Roess. R.P, 1990, Traffic Engineering, By Prentice Hall inc,
Englewood, new Jersey.
Morlok EK, 1985, Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi, ahli bahasa oleh
Johan K. Hainim, Erlangga, Jakarta.
NAASRA, 1988, Guide to Traffic Engineering Practice, National Association of
Australian State Road Authotities, Sydney.
87
Selter. R. J, 1974, Highway Traffic Analysis And Design, University of Bradford.
Selter. R.J, 1981, Traffic Engineering Worked Examples, University of Bradford,
London
Sudjana, 1996, Metoda Statistik, Tarsito, Bandung
Sukarno, dkk, 2003,Penentuan Gap di Suatu Simpang Tiga Dengan Rambu Yield atau
Rambu Stop, Jurnal Teknik Sipil Vol 4 No. 1
Taylor. M.A.P, Young,W, 1988, Traffic Analisys New Technology & New Solution,
Hargreen Publishing Company, North Melbourne.
88