You are on page 1of 13

Persetujuan Pembimbing

SEMINAR
DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2017

NAMA : SAPRUDIN
NIM : F14140076
PROGRAM STUDI : TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM
JUDUL MAKALAH : ANALISIS DAN PENGENDALIAN
KEBISINGAN PADA PROSES
PENGOLAHAN SAWIT DI PTPN
VIII PKS KERTAJAYA LEBAK,
BANTEN
NAMA PEMBIMBING : Ir. MAD YAMIN, MT
DIVISI : TEKNIK MESIN DAN OTOMASI
HARI/TANGGAL : JUMAT/24 NOVEMBER 2017
JAM : 13.00-16.00
TEMPAT : RK. PAU
SUMMARY

SAPRUDIN. Cabin Design Analysis on Four Wheel Tractors Using Rapid Upper
Limb Assessment Analysis and Controling Noise of Pocessing Palm in PTPN VIII
PKS Kertajaya Lebak, Banten by MAD YAMIN

For supporting food independence, the government plans to expand new field. In
2014-2015, the government has produced apporximately forty five thousand
hectares new field. The number of farmer a decrease from 31232184 people to
26135469 people in 2009-2013. One of the causes of the farmer reduction is many
villagers move to life in the city. Currently, 53.3% Indonesian people life in the
city, moreover in 2035, people who is projected to live in city will be 66.6%.
Therefore, the government also gives a policy about giving four-wheeled tractor to
help farmers. But, the majority of four-wheeled tractors in Indonesia are produced
overseas and assembled in Indonesia. Tractor need many improvement to
compatible with Indonesian people. So, the use of anthropometry in agricultural
machine design is important to be noted. In case of four-wheeled tractors design,
inappropriate levers position ensued the operators inappropriate working posture.
One of the tractors which is developed by PT. Pindad is a four-wheeled tractor type
PTM-90. The objectives of this research are to design four-wheeled tractors cabin
based on applied anthropometry and analize the postures come along using Rapid
Upper Limb Assessment (RULA). First, measuring the dimensions of the physical
environment of the space such as; the overall dimension of the steering wheel, the
location, the dimensions, the angle of the levers and pedals, the dimensions of the
bench, and other supporting parts. Afterwards, interviewing the operator about the
operation of the tractor such as the position of both hands during tractor operation
and the use of exiting levers. Later on, using secondary data from 5th, 50th, and 95th
percentiles of Javanese farmers anthropometry to build a mannequin.
Subsequently, creating virtual environment of the steering room from premier data
using CATIA V5R20 x64 software. Thereafter, analyzing the correlation between
the mannequin and the virtual environment based on. If the score is more then 2,
there will be redesigned to make an appropriate design with farmers posture.

Keywords: noise, sound level meter, ear plug


contoh

RINGKASAN

Untuk mendukung ketahanan pangan, pemerintah berencana untuk memperluas


bidang baru. Pada 2014-2015, pemerintah telah menghasilkan sekitar empat puluh
lima ribu hektar lahan baru. Jumlah petani turun dari 31232.184 orang menjadi
26135.469 orang pada tahun 2009-2013. Salah satu penyebab berkurangnya petani
adalah banyak penduduk desa yang pindah ke kota. Saat ini, 53,3% masyarakat
Indonesia tinggal di kota, apalagi pada tahun 2035, orang yang diproyeksikan
tinggal di kota akan 66,6%. Karena itu, pemerintah juga memberikan kebijakan
tentang pemberian traktor roda empat untuk membantu petani. Tapi, mayoritas
traktor roda empat di Indonesia diproduksi di luar negeri dan dirakit di Indonesia.
Traktor membutuhkan banyak perbaikan agar sesuai dengan masyarakat Indonesia.
Jadi, penggunaan antropometri dalam desain mesin pertanian penting untuk
diperhatikan. Jika desain traktor roda empat, posisi pengungkit yang tidak tepat
terjadi karena postur kerja operator yang tidak sesuai. Salah satu traktor yang
dikembangkan oleh PT. Pindad adalah tipe traktor roda empat tipe PTM-90. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk merancang kabin traktor roda empat berdasarkan
antropometri terapan dan menganalisa postur disertai dengan Rapid Upper Limb
Assessment (RULA). Pertama, mengukur dimensi lingkungan fisik ruang seperti;
dimensi keseluruhan lingkar kemudi, lokasi, dimensi, sudut tuas dan pedal, dimensi
bangku, dan bagian pendukung lainnya. Setelah itu, wawancarai operator tentang
pengoperasian traktor seperti posisi kedua tangan selama operasi traktor dan
penggunaan pengungkit yang keluar. Kemudian, dengan menggunakan data
sekunder dari antropometri kelima, 50, dan 95 dari antropometri petani Jawa untuk
membangun manekin. Selanjutnya, menciptakan lingkungan virtual dari ruang
kemudi dari data utama menggunakan perangkat lunak CATIA V5R20 x64. Setelah
itu, analisis korelasi antara manekin dan lingkungan virtual berdasarkan. Jika
skornya lebih dari 2, akan didesain ulang untuk membuat desain yang sesuai dengan
postur petani.
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Penggunaan teknologi maju sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan


hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan pengendalian yang tepat
akan dapat merugikan manusia itu sendiri. Penggunaan teknologi maju tidak dapat
dielakan, terutama pada era industrialisasi yang ditandai adanya proses mekanisasi,
elektrifikasi dan modernisasi serta transformasi globalisasi. Dalam keadaan
demikian penggunaan mesin-mesin, pesawat, instalasi, dan bahan-bahan berbahaya
akan terus meningkat sesuai kebutuhan industrialisasi. Namun demikian, disisi lain
kemajuan teknologi juga mengakibatkan berbagai dampak yang merugikan yaitu
berupa terjadinya peningkatan pencemaran lingkungan, kecelakaan kerja dan
timbulnya berbagai macam penyakit akibat kerja (Tarwaka, 2008).
Keselamatan kerja bertujuan melindungi tenaga kerja atas hak
keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan
meningkatkan produksi serta produktivitas nasional, menjamin keselamatan setiap
orang lain yang berada di tempat kerja, sumber produksi dipelihara dan
dipergunakan secara aman dan efisien. Perlindungan keselamatan karyawan
mewujudkan produktifitas yang optimal (Sumamur, 2009).
Suara bising sering timbul dari mesin-mesin dan sarana angkutan (mesin-
mesin kontruksi). Produsen mesin-mesin dan sarana angkutan pada prinsipnya
diwajibkan untuk mendesain produk mereka agar supaya produk tersebut sedikit
memancarkan suara sehingga, tidak menimbulkan suara bising (Schenk et. al 2008
didalam Luxson, 2012). Suara bising dapat menyebabkan kerusakan pendengaran,
menghalangi komunikasi, mengganggu tidur, penyebab gangguan sistem
cardiovasculer dan psycho-physhiological, mengurangi kinerja, dan menimbulkan
respon gangguan dan perubahan di dalam perilaku sosial (Luxson, 2012).
Kebisingan dapat mempengaruhi kesehatan fungsi tubuh. Gangguan
fisiologis pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu apalagi bila
terputus-putus atau yang datangnya tiba-tiba. Gangguan dapat berupa peningkatan
tekanan darah ( 10 mmHg), peningkatan nadi, konstruksi pembuluh darah perifer
terutama pada tangan dan kaki, serta dapat menyebabkan pucat dan gangguan
sensoris. Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan pusing/sakit kepala.
Hal ini disebabkan bising dapat merangsang situasi reseptor vestibular dalam
telinga dalam yang akan menimbulkan efek pusing/vertigo, perasaan mual, susah
tidur dan sesak nafas disebabkan oleh rangsangan bising terhadap sistem saraf,
keseimbangan organ, kelenjar endokrin, tekanan darah, sistem pencernaan dan
keseimbangan elektrolit (Luxson, 2012).
Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Isabella (2011) mengenai
pengaruh kebisingan terhadap denyut nadi para tenaga kerja di PT. Sekar Bengawan
Karanganyar. Ada pengaruh kebisingan terhadap denyut nadi, hasil pengukuran
kebisingan dibagian produksi mesin rata-rata adalah 92,3 dB, sedangkan kebisingan
dibagian gudang rataratanya adalah 69,2 dB. Hasil ratarata denyut nadi dibagian
produksi mesin adalah sebesar 6,92/menit, sedangkan dibagian gudang adalah
3,00/menit dimana tenaga kerja bekerja selama 8 jam per hari atau 40 jam
seminggu.
Dan menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Harahap (2011) bahwa
adanya pengaruh mengenai intensistas kebisingan terhadap peningkatan denyut
nadi pada bagian weafing dan finishing PT. Iskandar Indah Printing Textile
Surakarta, rata-rata peningkatan denyut nadi pekerja terpapar bising di atas nilai
ambang batas adalah 10,7 denyut/menit, sedangkan pada pekerja yang terpapar
bising masih dalam ambang normal adalah 9,5 denyut/menit.
PTPN VIII PKS Kertajaya Lebak, Banten adalah industri pengolahan sawit
yang mempunyai 600 orang karyawan tetap dan 1.200 orang karyawan lepas. Di
PTPN VIII PKS Kertajaya sendiri untuk para pekerjanya mempunyai
kemungkinan, terkena resiko gangguan kesehatan khususnya gangguan fisiologis
yang mempengaruhi kenaikan denyut nadi yang diakibatkan oleh paparan bising
dari sumber mesin-mesin produksi. Oleh karena itu para pekerja di PTPN VIII PKS
Kertajaya Lebak, Banten diharapkan selalu menggunakan alat pelindung diri saat
bekerja. Berdasarkan survei pendahuluan di PTPN VIII PKS Kertajaya Lebak,
Banten, bahwa pekerja belum mengetahui tentang keselamatan dan kesehatan kerja.
Berdasarkan hasil pengamatan pada tempat proses pengolahan sawit di PKS
Kertajaya bahwa tingkat kebisingan sangat tinggi karena dilihat dari susah untuk
berkomunikasi dengan pekerja dalam jarak dekat yang terganggu dengan suara
mesin-mesin produksi sangat keras yang bersumber dari mesin dan pipa steam yang
bocor. Sedangkan para karyawan bekerja lebih dari 8 jam (jam 07.00 19.00 )
dalam satu hari. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik melakukan penelitian
mengenai analisis dan pengendalian kebisingan pada proses pengolahan sawit di
PTPN VIII PKS Kertajaya Lebak, Banten.

Perumusan Masalah

Kesejahteraan pegawai merupakan hal yang perlu diperhatikan agar para


pegawai dapat bekerja dengan baik. Kesejahteraan bukan hanya berupa penghasilan
yang dapat dibawa pulang, namun aspek kesehatan dan kondisi lingkungan kerja
yang nyaman dan aman juga merupakan bagian dari kesejahteraan yang harus
diterima oleh pegawai. Salah satu gangguan yang perlu diperhatikan di lingkungan
kerja yaitu kebisingan. Di sektor industri, bising berarti bunyi yang sangat
menggangu dan membuang energi (Harrianto 2010).

Tujuan

1. Mengukur kebisingan di enam stasiun pengolahan, yaitu stasiun perebusan,


stasiun pengempa, stasiun penebah buah, stasiun klarifikasi,dan stasiun
pengolahan buji ditambah dua stasiun penunjang, yaitu stasiun boiler dan
stasiun pembangkit listrik.
2. Menentukan durasi aman maksimum berada pada area kerja berdasarkan
nilai batas kebisingan sesuai dengan stasndarisasi ketenagakerjaan yang
telah ditetapkan.
3. Memberikan masukan tentang manajemen pengendalian kebisingan untuk
mengurangi peluang kerusakan pendenganran.

Ruang Lingkup Penelitian

Perhatian dalam memecahkan masalah agar dapat terpusat, maka perlu


dilakukan pembatasan masalah, beberapa batasan-batasan terhadap masalah yang
dibahas yaitu:
1. Penelitian difokuskan pada penentuan titik pengabilan data kebisingan pada
setiap stasiun di PKS Kertajaya Lebak, Banten.
2. Analisis intensitas kebisingan pada stasiun yang diukur
3. Pengendalian kebisingan pada stasiun pengolahan sawit yang memiliki
intensitas kebisingan tinggi.
Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini diantaranya:


1. Dapat menambah pengetahuan dan keterampilan dalam menyelesaikan dan
menganalisa masalah mengenai itensitas kebisingan dan dampak yang
diakibatkannya.
2. Dapat menjadi gambaran dan bahan masukan bagi perusahaan tentang
bahaya pemaparan kebisingan terhadap pekerja khususnya terhadap
dampak stres kerja dan gangguan pendengaran, sehingga perusahaan
diharapkan dapat melakukan upaya pengendalian kebisingan terhadap
tenaga kerja untuk mengurangi risiko tersebut.
3. Dapat memahami tentang efek kebisingan terhadap kesehatan khususnya
mengenai masalah stres kerja dan gangguan pendengaran.

METODOLOGI

Tempat dan Waktu Penelitian

Peneitian tentang analisis dan pengukuran kebisingan serta pengendalian


kebisingan ini dilaksanakan di PTPN VIII Pabrik Kelapa Sawit Kertajaya, yang
beralamat di Jl. Saketi Malimping Banjarsari, Lebak, Banten. Priode waktu
penelitian dari Januari 2018 Sampai dengan Februari 2018.

Alat dan Bahan Penelitian


Peralatan yang digunakan untuk penelitian ini, yaitu sound level meter RS-
232 digunakan untuk mengukur kebisingan., meteran digunakan untuk mengukur
dan memetakan ruangan, stopwatch digunakan untuk mengukur waktu, alat tulis
digunakan untuk mencatat hasil pengukuran, leptop digunakan untuk mengolah
data, golden software surfer 8 merupakan perangkat lunak yang digunakan untuk
membuat pola sebaran kebisingan, kuesioner, microsoft excel 2016 merupakan
perangkat lunak yang digunakan untuk mengolah data, dan microsoft word.
Prosedur Penelitian

Tahapan penlitian secara umum terdiri dari tahap pendahuluan, pengambilan


data, pengolahan data, dan analisis data. Tahapan tersebut akan diuraikan sebagai
berikut:
1. Tahap Pendahuluan
Tahap pendahuluan penelitian dilakukan sebagai percobaan
pemngambilan data untuk mengetahui kemungkinan permasalahan yang
terjadi selama melakukan peneliatian. Hal pertama yang dilakukan adalah
melakukan survey tempat-tempat yang akan diukur kebisingannya.
Kemudian menentukan titik-titik lokasi pengukuran yang memungkinkan,
terutama pada tempat-tempat dimana pekerja mengalami pemaparan.
Pekerja yang dimaksud disini adalah operator dan karyawan yang berlaku
lalang.
Titik pengukuran ini berjarak 1 meter tegak lurus sehingga kalu
digambarkan akan terlihat seperti persegi-persegi dan disetiap titik sudutnya
itulah titik pengukurannya. Keadaan ini disesuaikan denga stasiun yang
tidak terlalu besar dan berjarak 2 meter jika stasiun cukup besar. Keadaan
ini diseuikan dengan stasiun yang bersangkutan. Selain itu, pada tahap ini
juga memberikan penjelasan kepada pekerja tentang prosedur dalam
pengambilan data.
2. Pengambilan Data
Pengukuran kebisingan dilakukan dengan cara mengukur tingkat
kebisingan pada stasiun-stasiun pengolahan dan penunjang. Ada pun lokasi
pengukurannya adalah sebagi berikut :
a. Stasiun perebusan
Pada stasiun ini titik pengukuran kebisingan yang diukur sebanyak 32
titik pengukuran dengan jarak 1x1 meter.
b. Stasiun penebahan dan pengempa
Pada staiun ini titik pengukuran kebisingan yang diukur sebanyak 40
titik pengukuran dengan jarak 1x1 meter.
c. Stasiun Pemurnian
Pada staiun ini titik pengukuran kebisingan yang diukur sebanyak 20
titik pengukuran dengan jarak 1x1 meter.
d. Stasiun Pengolahan Kernel
Pada stasiun ini titik pengukuran kebisingan yang diukur sebanyak 35
titik pengukuran dengan jarak 1x1 meter.
e. Stasiun Boiler
Pada staiun ini titik pengukuran kebisingan yang diukur sebanyak 40
titik pengukuran dengan jarak 1x1 meter.
f. Stasiun Pembangkit
Pada stasiun ini titik pengukuran kebisingan yang akan diukur sebanyak
41 titik pengukuran dengan jarak 1x1 meter.
Pengukuran dilakukan pada saat proses pengolahan sawit
berlangsung pada titik-titik yang telah ditentukan sebelumnya. Tingkat
kebisingan diukur dengan mengunakan sound level meter sebanyak 4
kali ulangan dengan interval waktu 10 detik setiap pengulangan.
Pengukuran pada tiap titik juga dilakukan pada waktu-waktu yang
mewakili tiap shif kerja, yaitu shif A (pukul 07.00-19.00 WIB). Shif B
(pukul 19.00-07.00 WIB).

3. Pengolahan Data
Data-data hasil pengukuran kebisingan digunakan sebagai input data
pembuatan kontur kebisingan yang ada di masing-masing stasiun untuk
setiap shif dengan menggunakan sofwere Golden Surfer.
4. Analisis Data
Data hasil pengukuran kebisingan yang diukur dengan menggunakan
sound level meter yang dibaca tiap 10 detik dengan 4 kali ulangan pada
masing-masing titik dianalisis untuk mendapatkan nilai Leq untuk tiap-tiap
shif. Persamaan tingkat kebisingan dalam interval waktu tertentu adalah
(Wilson, 1989) :

1
= 10 log 1010

1

dimana :
Leq = tingkat kebisingan dari kebisingan yang berubah-ubah (frekuensi)
selama rentang waktu tertentu yang setara dengan tingkat kebisingan
dari kebisingan steady pada selang waktu yang sama (dB(A))
N = jumlah kali pengukuran dalam rentang waktu tertentu
Li = tingkat kebisngan pada pengukuran ke-i (dB(A)

Hasil analisis dibuat peta kontur kebisingan dengan menggunakan


sofware Golden Surfer. Distribusi tingkat kebisingan dapat dilihat dari peta
kemudian dianalisis pola dan karakteristik kebisingan di masing-masing
stasiun silihat dari tiap-tiap shif.
Hasil data pengukuran kebisingan dianalisis untuk menentukan lama
waktu maksimum aman yang diperbolehkan bagi pekerja berada di masing-
masing stasiun dengan cara interpolasi dari standar kebisingan yang ada
tabel diatas.
Apabila lama waktu yang diperbolehkan tidak 12 jam kerja/hari, perlu
dilakukan analisis pemilihan alat pelindung diri telinga yang dapat
mereduksi kebisingan yang melebihi abang batas tersebut sehingga pekerja
dapat bekerja 12 jam kerja/hari pada lokasi tersebut dengan aman.

Mulai

Penentuan Titik
Pengukuran

Pengukuran Kontur di
Wawanacara dan
kebisingan pada masing masing
kuisioner
stasiun- stasiun stasiun tiap-tiap
kusdioner shift

Kenyaman dan Besar


kesehatan kerja kebisingan

Hasil perhitungan lama


waktu pemaparan yang Analisis
aman berdasarkan pemilihan alat
standar menaker RI, dan pelindung
ISO, dan OSHA telinga

Memenuhi
12 jam kerja

Selesai

Gambar 1 Diagram alir tahap penelitian


Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi merupakan tahap perbandingan hasil dari analisis yang telah
dilakukan pada tiap pengambilan data yang meliputi pengukuran intensitas
kebisingan dengan menggunakan sound level meter pada setiap stasiun dan
pengambilan data dengan cara wawancara dan kuisioner pada karyawan yang
berada di staiun dengan intensitas kebisingan yang tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Harahap IMC. 2011. Pengaruh Intensitas Kebisingan Terhadap Peningkatan Denyut Nadi
di Bagian Process dan Finishing PT. Iskanadar Indah Printing Texstile Surakarta.
[Skripsi]. Surakarta : Fakultas Ilmu Kesehatan UMS.
Harrianto R. 2010. Buku Ajar Kesehatan Kerja. Jakarta (ID): EGC.
Isabella NA. 2011. Pengaruh Kebisingan Terhadap Denyut Nadi Para Tenaga Kerja Di
PT. Sekar Bengawan Karanganyar. [Skripsi]. Surakarta : Fakultas Kedokteran UNS.
Luxson M, Darlina S dan Malaka T. 2012. Kebisingan Di Tempat Kerja. Jurnal
Kesehatan Bina Husada. Vol.6. No.2. Agustus 2010. Palembang : Program Pasca
Sarjana Kesehatan Masyarakat STIK Bina Husada.
Sumamur PK. 2009. Higiene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja (Hiperkes). Jakarta :
Sagung Seto.
Setiyanto T. 2013. Pengaruh intesitas kebisingan Terhadap Kenaikan Denyut Nadi pada
Pekerja di PT. Pertani (persero) Cabang Surakarta. [Skripsi] Surakarta (ID) :
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Tarwaka. 2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Manajemen Dan Implementasi K3 Di
Tempat Kerja. Surakarta : Harapan Press.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel jumlah perluasan areal tanam pangan dalam hektare


Tahun Total
No Provinsi 2011-
2011 2012 2013 2014 2015
2015
Lampiran 2. Tabel jumlah bantuan alat dan mesin pertanian traktor roda 4

Tahun Total
No Provinsi 2011-
2011 2012 2013 2014 2015
2015

You might also like