You are on page 1of 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembagan laju penyakit di Indonesia dewasa ini sangat

memprihatinkan. Tanpa adanya usaha-usaha pengawasan dan pencegahan

yang sangat cepat, usaha-usaha di bidang ekonomi dan sosial yang telah

dilaksanakan secara maksimal, masih belum memberi hasil yang diharapkan.

Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Hal

ini berarti bahwa manusia mempunyai keistimewaan dibanding dengan

makhluk hidup yang lain. Salah satu keistimewaan yang menonjol adalah

perilakunya, namun perilaku manusia berbeda dengan perilaku mahkluk hidup

yang lain. Sejalan dengan batasan perilaku menurut Skinner maka perilaku

kesehatan adalah respons seseorang terhadap stimulus atau objek yang

berkaitan dengan sehat-sakit (Notoatmodjo, 2010).

Penyakit Tuberculosis sudah ada sejak ribuan tahun sebelum masehi.

Menurut hasil penelitian, penyakit tuberculosis sudah ada sejak zaman mesir

kuno yang dibuktikan dengan penemuan pada mumi dan penyakit ini juga

sudah ada pada kitab pengobatan cina ‘ pen tsao ‘ sekitar 5000 tahun yang lalu

(Widoyono, 2008).

Meningkatnya kasus HIV/AIDS dari tahun ke tahun, diperkirakan kasus

TBC menjadi bertambah (reemerging disease). Ronal Bayer, seorang ahli

kesehatan masyarakat dari Amerika serikat, menyatakan bahwa kasus TBC

merupakan bukti kegagalan para ahli kesehatan masyarakat, dengan adanya

1
2

fakta bahwa peningkatan status ekonomi mampu menurunkan kasus secara

signifikan.

WHO mempekirakan bakteri ini telah membunuh sekitar 2 juta jiwa

setiap tahunnya. Antara tahun 2002- 2020 diperkirakan sekitar 1 miliar

manusia akan terinfeksi. Dengan kata lain pertambahan jumlah infeksi lebih

dari 56 juta jiwa setiap tahunnya. Biasanya 5-10 persen diantara infeksi

berkembang menjadi penyakit, dan 40 persen diantara yang berkembang

menjadi penyakit dapat berakhir dengan kematian.

Jika dilakukan perhitungan, pertambahan jumlah pasien TBC akan

bertambah sekitar 2,8-5,6 juta jiwa setiap tahun dan 1,1-2,2 juta jiwa

meninggal setiap tahun karena TBC. Perkiraan dari WHO, yaitu sebanyak 2-4

orang terinfeksi TBC setiap detik dan hampir 4 orang setiap menit meninggal

karena TBC. Kecepatan penyebaran TBC bisa meningkat lagi sesuai dengan

peningkatan penyebaran HIV/AIDS dan munculnya bakteri TBC yang resisten

terhadap obat (Anggraeni, 2011).

Diperkirakan setiap tahun terjadi sekitar 450.000 kasus baru TBC, dengan

sekitar 1/3 penderita ditemukan di Puskesmas, 1/3 ditemukan di pelayanan

rumah sakit atau klinik pemerintah dan swasta dan sisanya belum terjangkau

unit pelayanan kesehatan. Sedangkan kematian karena TBC diperkirakan

175.000 per tahun. Penyakit TBC menyerang sebagian besar kelompok sosio

ekonomi rendah (Anggareni, 2011).

Berdasarkan data WHO, kawasan Asia tenggara, menunjukan bahwa

TBC membunuh sekitar 2.000 jiwa setiap hari. Sekitar 40% dari kasus TBC di

dunia berada di kawasan Asia Tenggara. Dua diantara tiga negara dengan
3

jumlah penderita TBC terbesar di dunia, yaitu India dan Indonesia. Indonesia

berada di bawah India dan Cina di wilayah Asia. Di Indonesia, TBC kembali

muncul sebagai penyebab kematian utama setelah penyakit jantung dan

saluran pernapasan (Anggraeni, 2011).

Dibandingkan dengan penyakit menular lainya, TBC juga menjadi

pembunuh nomor satu di kawasan Asia Tenggara, jumlahnya 2-3 kali lipat

dari jumlah kematian yang disebabkan oleh HIV/AIDS yang berada di

peringkat kedua. Berdasarkan Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada

tahun 2007 menyatakan jumlah penderita Tuberkulosis di Indonesia sekitar

528 ribu atau berada di posisi ke tiga di dunia setelah India dan Cina (WHO,

2007).

Hampir 10 tahun lamanya Indonesia menempati urutan ke-3 sedunia

dalam hal jumlah penderita tuberkulosis (TB). Baru pada tahun ini turun ke

peringkat ke-5 dan masuk dalam pencapaian kinerja 1 tahun Kementerian

Kesehatan. Laporan WHO pada tahun 2009, mencatat peringkat Indonesia

menurun ke posisi lima dengan jumlah penderita TBC sebesar 429 ribu orang.

Lima negara dengan jumlah terbesar kasus insiden pada tahun 2009 adalah

India, Cina, Afrika Selatan, Nigeria dan Indonesia (WHO, 2010).

Penyakit TBC menjadi masalah sosial karena sebagian besar penderitanya

adalah kelompok usia kerja produktif, kelompok ekonomi lemah dan tingkat

pendidikan rendah. Selain itu masalah lainnya adalah pengobatan penyakit

TBC memerlukan jangka waktu yang lama dan rutin yaitu 6-8 bulan. Dengan

demikian, apabila penderita meminum obat secara tidak teratur/tidak selesai,

justru akan mengakibatkan terjadinya kekebalan ganda kuman TBC terhadap


4

Obat Anti-Tuberculosis (OAT), yang akhirnya untuk pengobatannya penderita

harus mengeluarkan biaya yang tinggi/mahal serta dalam jangka waktu yang

relative lebih lama (Laban, 2008).

Berdasarkan dari hasil studi pendahuluan tanggal 9 Januari 2012 data

yang didapat untuk tahun 2010 dari Dinas Kesehatan Kota Puskesmas

Pekauman menempati peringkat pertama jumlah penderita TBC dari seluruh

Puskesmas di Kota Banjarmasin dengan total penderita 808 orang, di

Puskesmas Pekauman penderita mencapai 108 orang (13,36%) dari seluruh

Puskesmas Penderita TBC di Banjarmasin (Dinkes Kota Banjarmasin, 2012).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada tanggal 11 Januari 2012 di

wilayah kerja puskesmas Pekauman penderita Tb Paru pada tahun 2011

berjumlah 112 orang, dimana diantaranya laki-laki ada 64 dan perempuan ada

48 orang, juga dari hasil wawancara dengan 10 penderita TB paru pada saat

memeriksakan kesehatannya ke Puskesmas, ternyata dari 10 orang penderita

TB Paru ada 6 orang disimpulkan bahwa warga kurang memperhatikan

kesehatan dirinya tentang tanda dan gejala yang dialami dan menganggap hal

tersebut hanya masalah biasa sehingga warga tidak peduli dalam pencegahan

dan pengobatannya. Selain itu, ada beberapa faktor yang mempengaruhi

terjadinya penyakit TB Paru, salah satunya yaitu perilaku kesehatannya yang

kurang dan anggota keluarga yang tidak menasehati kepada pasien agar tidak

meludah sembarangan masih sering terjadi, artinya lebih banyak dibiarkan

pasien TBC meludah sembarangan.

Hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti yang berjumlah 10 orang

yang dilakukan wanwancara, yang langsung peneliti observasi kerumah


5

penderita tersebut ternyata daerah Pekauman merupakan daerah yang padat

mencapai 40%, banyak gang yang berdempetan sempit dan rumah yang

letaknya berdempetan, dan banyak rumah bedakan sehingga pencahayaan

kurang itu mencapai 60%. Kondisi ini akan memungkinkan bagi pertumbuhan

bakteri mycobacterium tuberculosis.

TBC adalah penyakit yang sangat perlu mendapat perhatian untuk

ditanggulangi karena bakteri Mycobacterium Tuberculosis sangat mudah

menular melalui udara pada saat pasien TBC batuk atau bersin, bahkan pada

saat meludah dan berbicara. Satu penderita bisa menyebarkan bakteri TBC ke

10-15 orang dalam satu tahun. Oleh karena itu, jelaslah bahwa TBC adalah

pembunuh massal yang harus diberantas. Berdasarkan fenomena diatas maka

peneliti tertarik melakukan penelitian tentang “Hubungan persepsi dengan

perilaku kesehatan pada penderita Tb paru di wilayah kerja Puskesmas

Pekauman ‘’.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah dalam penelitian ini

”Adakah Hubungan persepsi dengan Perilaku kesehatan pada penderita TB

Paru di Wilayah kerja Puskesmas Pekauaman Banjarmasin ?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui Hubungan

Persepsi Dengan perilaku kesehatan pada penderita TB paru di wilayah

kerja puskesmas Pekauman Banjarmasin.


6

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini yaitu:

a. Untuk mengidentifikasi persepsi penderita TB paru di Wilayah Kerja

Puskesmas Pekauman.

b. Untuk mengidentifikasi perilaku kesehatan penderita TB paru di

Wilayah Kerja Puskesmas Pekauman.

c. Untuk menganalisis hubungan persepsi dengan perilaku kesehatan

pada penderita TB paru di Wilayah Kerja Puskesmas Pekauman.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Puskesmas

a. Dapat memberikan informasi yang besar kepada pasien, keluarga, dan

masyarakat, sehingga dapat lebih mengenal dan mengetahui mengenai

penyakit TB Paru khususnya dalam hal perilaku kesehatan tentang

mengenali gejala awal TB Paru sehingga dapat mencegah terjadinya

penyakit.

b. Dapat digunakan sebagai bahan atau masalah yang dapat diangkat

dalam penyuluhan kesehatan bagi pasien, keluarga, masyarakat yang

menderita TB Paru agar dapat meningkatkan perilaku kesehatan dan

dapat mengetahui pencegahan penyakit TB Paru.

2. Bagi Peneliti

Manfaat yang diperoleh adalah untuk memperdalam ilmu

pengetahuan tentang pencegahan TB Paru dan untuk mengetahui

hubungan persepsi klien dengan perilaku kesehatan pada penderita TB

paru di wilayah kerja puskesmas Pekauman Banjarmasin.


7

E. Keaslian Penelitian

1. Perilaku kesehatan penderita Tb Paru (Studi tentang makna penyakit Tb

Paru dan perilaku sakit penderita Tb Paru di pemukiman nelayan

kelurahan kedung cowek kecamatan Bulak kota Surabaya (Himawan

Happy Rahadian). Penelitian ini menggunakan metode penelitian

Kualitatif dengan pengambilan sampel menggunakan purposive sampling,

data yang di peroleh dengan observasi dan wawancara, hasil yang di

peroleh dari penelitian ini adalah respon dan tindakan penderita Tb Paru

sangat kurang akibat sosialisasi dan pengetahuan yang kurang mengenai

penyakit Tb Paru secara detail.

Perbedaan penelitian ini dengan sebelumnya adalah terletak pada

variabelnya, variabel yang di teliti oleh peneliti sekarang menggunakan

dua variabel, menggunakan metode penelitian kuantitatif.

2. Persepsi keluarga terhadap anggota keluarga yang menderita Tuberkulosis

paru di Wilayah kerja Puskesmas Teluk Dalam Banjarmasin (Dewi

Anggraini) tahun 2011. Penelitian ini menggunakan metode penelitian

kualitatif, data yang di peroleh dengan menggunakan wawancara secara

mendalam dengan informan.

Perbedaan penelitian ini dengan sebelumnya adalah terletak pada

variabelnya, variabel yang di teliti oleh peneliti sekarang menggunakan

dua variabel dan menggunakan metode penelitian kuantitatif. Dalam

tehnik pengambilan sampel peneliti sekarang menggunakan porposive

sampling.

You might also like