You are on page 1of 22

BAB I.

PENDAHULUAN

Tidak dapat dipungkiri, sumberdaya mineral sebagai salah satu sumberdaya alam, merupakan
sumber yang sangat penting dalam menopang perekonomian Indonesia. Bahkan beberapa
jenis mineral, yakni minyak dan gas bumi, pernah menjadi soko guru perekonomian
Pemerintah. Dalam skala global, mineral – khususnya penghasil energi utama; bahkan
berperan strategis dalam menentukan peta perpolitikan dunia. Sementara mineral dalam
bentuk logam mulia emas juga memiliki posisi penting dalam perekonomian dunia.

Dalam perkembangan peradaban umat manusia, mineral logam telah membuat manusia
selangkah lebih maju melewati peradaban zaman batu. Sejalan dengan kemajuan teknologi,
semakin banyak pula mineral yang dieksploitasi demi memenuhi berbagai macam kebutuhan
manusia. Jadi secara singkatnya dapat dikatakan bahwa kehidupan manusia tidak dapat
dilepaskan dari peranan berbagai macam sumberdaya mineral.

Namun sayangnya sumberdaya mineral adalah sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui
lagi, pada suatu saat sumberdaya tersebut tidak akan ada lagi di bumi jika terus – menerus
digunakan. Selain itu sumberdaya mineral juga memiliki nilai berbeda diwaktu yang berbeda,
serta rentan dipengaruhi oleh isu – isu global dunia. Disinilah pentingnya kebijaksanaan
pemerintah dalam mengelola sumberdaya mineral dengan cara memahami seutuhnya
karakteristik dan potensi sumberdaya mineral di Indonesia guna kemajuan dan kemakmuran
bangsa.

BAB II. KARAKTERISTIK DAN POTENSI SUMBERDAYA MINERAL

DI INDONESIA

2.1. Karakteristik Sumberdaya Mineral di Indonesia

Penyebaran mineral di Indonesia tidak merata sesuai kondisi geologi di sepanjang bentang
kepulauan nusantara. Perkembangan ilmu geologi telah memberikan gambaran tentang cara
terjadinya mineral dan berbagai faktor yang mengendalikannya. Dengan mengetahui faktor –
faktor geologi, penyebaran mineral itu dapat diperkirakan. Karena itu diperlukan pengetahuan
tentang kondisi geologi yang mencakup seluruh wilayah Indonesia.

Melalui pemetaan geologi, baik secara remote sensing (penginderaan jarak jauh) maupun dari
hasil ground truth (kenyataan lapangan), Indonesia telah memiliki peta geologi yang
mencakup seluruh wilayah Indonesia. Berdasar peta geologi tersebut para ahli dapat
menyusun berbagai teori atau hipotesis dalam tujuan pencarian mineral, sebab pembentukan
mineral berkaitan dengan berbagai proses geologis.

Berdasar teori geologi terbaru yang dikenal dengan teori tektonik global dan teori tektonik
lempeng, maka jalur – jalur magmatik yang membawa cebakan mineral di kepulauan
Indonesia telah dapat diketahui dan diprediksi letaknya. Pemetaan geologi yang selesai pada
tahun 1995 memanfaatkan teori tersebut dalam menelusuri penyebaran batuan,
menyimpulkan bahwa di Indonesia terdapat 15 jalur mineralisasi logam dasar, sebagai dasar
karakteristik sumberdaya mineral di Indonesia.

Pembentukan mineral logam sangat erat kaitannya dengan proses magmatik. Lingkungan
pembentukan mineral logam umumnya dijumpai di dalam batuan vulkanik. Hal ini dapat
dipahami karena proses magmatik berlangsung simultan dengan kegiatan gunung api.
Sebagai akibat erosi yang intensif, batuan magmatik tersebut dapat muncul ke permukaan dan
hanya menyisakan sedikit batuan vulkanik. Jika permukaan erosi tersebut tepat berada pada
zona mineralisasi, maka mineral logam telah tersingkap dan sangat mudah untuk diperoleh.

2.2. Potensi Sumberdaya Mineral di Indonesia

Mineral yang dipakai sehari – hari dalam kehidupan umat manusia tidak semuanya terdapat
di Indonesia. Diperkirakan hanya 30% atau 30 Macam mineral utama terdapat di Indonesia.
Mineral tersebut adalah emas, perak, tembaga, nikel, timah putih, timah hitam, alumunium,
besi, mangan, chromit, minyak bumi, gas bumi, batubara, yodium, berbagai garam, berbagai
mineral industri (asbes, bentonit, zeolit, belerang, fosfat, batu gamping dll), batu mulia,
termasuk intan, dan bahan bangunan. Mineral langka masih belum diketahui di Indonesia,
demikian juga uranium, hingga saat ini belum tersedia data yang rinci mengenainya.

Beberapa mineral telah menjadi andalan sektor pertambangan di Indonesia. Produksi dan
cadangannya juga cukup besar. Timah, misalnya, memproduksi sekitar 15% produksi dunia,
sementara cadangannya lebih kurang 8% cadangan dunia. Cadangan nikel mencapai 15%
cadangan dunia, tetapi produksinya baru mencapai 10% produksi dunia. Berikut ini
disampaikan beberapa angka mengenai mineral andalan Indonesia, disertai pula beserta
cadangan potensinya. Klasifikasi yang dipakai adalah klasifikasi Mckelvey (1973). Angka –
angka tersebut disampaikan dalam bentuk tabel berikut :

Tabel 2.1. Perbandingan Taksiran Cadangan Mineral Indonesia dan Dunia

Taksiran cadangan
Nama Mineral Perbandingan
Indonesia Dunia
1. Timah 865 ton 11.100.000 ton 8%
2. Nikel 15 juta ton 100 juta ton 14%
3. Tembaga 6 juta ton 126 juta ton 5%
4. Batubara 32 milyar ton 663 milyar ton 2%
5. Alumunium 934 juta ton 139.000 juta ton 0,7%
6. Minyak bumi 9,1 milyar barrel 916,6 milyar barrel 1%
7. Gas bumi 0,138 juta BSCF 6,9 juta BSCF 2%

Potensi minyak dan gas bumi terkandung dalam 60 cekungan dan baru 25% yang
dieksploitasi. Menurut perkiraan, sumberdaya minyak bumi mencapai lebih kurang 70 – 72
milyar barrel, sedangkan yang sudah diteliti dan sudah dapat digolongkan sebagai cadangan
baru kurang lebih 9 – 10 milyar barrel. Sumberdaya dan cadangan minyak bumi Indonesia
akan bertambah terus bila eksplorasi terus dilakukan. Belum lagi potensi yang mungkin ada
di dalam batuan yang lebih tua (batuan Pra-Tersier), karena sejauh ini minyak dan gas bumi
baru diproduksi dari batuan berumur Tersier karena lebih dangkal letaknya. Demikian pula
potensi sumberdaya mineral lainnya yang masih bisa untuk dikembangkan.

BAB III. DISKUSI DAN PEMBAHASAN

PENTINGNYA KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENGELOLA


SUMBERDAYA MINERAL DI INDONESIA
Pertambangan minyak dan gas bumi pernah menjadi soko guru perekonomian pemerintah.
Namun karena kurangnya eksplorasi di bidang migas ini telah menyebabkan kita harus
mengimpor minyak mentah untuk menutup defisit konsumsi BBM yang setiap tahun
meningkat 6-7%. Padahal sebelum krisis besar tahun 1998 dengan adanya iklim investasi di
sektor pertambangan yang cukup kondusif, di sektor pertambangan umum banyak PMA yang
masuk. Meski masih didominasi oleh PMA seperti Freeport, INCO dan Newmont Mining
karena investasi memerlukan modal besar dan teknologi canggih. Namun belakangan tumbuh
pula perusahaan swasta seperti Medco, perusahaan nasional seperti Pertamina dan sejumlah
BUMN dominan seperti Aneka Tambang dan Batu Bara.

Namun kontribusi sektor tambang terhadap pendapatan negara hanya mencapai 4 persen pada
tahun 2005, akibat sebagian besar produksi mineral diekspor dalam bentuk bahan mentah
seperti emas, nikel, timah, boksit, dan batubara. Setelah hampir 40 tahun indonesia mengelola
sektor tambang ternyata masih belum mampu mengembangkan industri hilir berbahan baku
mineral. Hal inilah yang menyebabkan sektor tambang tidak memberikan value added yang
nyata buat perekonomian nasional.

Dengan telah mengetahui karakteristik dan potensi sumberdaya mineral di Indonesia,


Pemerintah sebenarnya dapat mengambil langkah kebijakan yang paling strategis dalam
pengelolaannya. Kebijakan tersebut hendaknya disusun secara cermat dan hati – hati karena
kesempatan untuk memanfaatkannya hanya satu kali, sekali keliru dalam menetapkan
kebijakan, sumberdaya tersebut akan hilang untuk selama – lamanya. Jika hanya mengikuti
pesanan negara maju, selamanya Indonesia hanya akan menjadi wilayah pengerukan. Tanpa
perubahan drastis dan mendasar, kemiskinan dan kerusakan lingkungan akan selamanya
menjadi wajah sektor pertambangan di Indonesia.

Pemerintah sebagai pelaksana dari peraturan perundangan, sudah seharusnya segera


membenahi sektor tambang agar bisa memberikan kontribusi yang lebih signifikan terhadap
perekonomian negara sekaligus tanpa mengorbankan keselamatan rakyat dan lingkungan.

BAB IV. KESIMPULAN

Karakteristik sumberdaya mineral di Indonesia telah banyak tersingkap melalui aplikasi teori
tektonik global dan teori tektonik lempeng. Melalui penerapan teori tersebut dapat ditelusuri
jalur – jalur magmatik yang membawa cebakan mineral bahkan ke tempat yang belum
disentuh sama sekali, umpamanya di dasar laut. Sebagai contoh, pembentukan mineral logam
sangat erat kaitannya dengan proses magmatik, sehingga mineral logam umumnya dijumpai
di dalam batuan vulkanik. Dengan mengetahui karakteristik tersebut, pengelolaan dan
eksplorasi mineral dapat direncanakan dengan pertimbangan yang lebih baik.

Masih banyak potensi kekayaan sumberdaya mineral indonesia yang belum dapat
dimanfaatkan secara maksimal. Bahkan sumberdaya dan cadangan mineral yang ada masih
dapat bertambah jika eksplorasi terus dilakukan. Potensi tersebut antara lain terdapat pada
batuan yang lebih tua atau Pra – Tersier. Sejauh ini minyak dan gas bumi baru diproduksi
dari batuan berumur Tersier, karena lebih dangkal letaknya. Demikian pula halnya dengan
potensi sumberdaya mineral lainnya yang ada di bentang kepulauan Indonesia.

Agar bisa memberikan kontribusi yang lebih signifikan terhadap perekonomian negara,
Pemerintah sebagai pelaksana dari peraturan perundangan sudah seharusnya segera
membenahi sektor tambang. Kebijakan dan langkah yang ditempuh harus didasari
pemahaman tentang karakteristik dan potensi sumberdaya mineral sekaligus pertimbangan
dampaknya bagi manusia dan lingkungannya.

Blog ini sengaja dibuat hanya untuk kepentingan hiburan dan sekedar mengisi waktu luang. Segala
sesuatu yang tertulis di blog ini tidak sepenuhnya dapat dibuktikan kebenarannya maka daari itu
gunakan informasi yang ada di blog ini dengan bijak.

Most popular topics

Topics with no replies

Calendar

April 2015 M T W T F S S

« Dec

1 2 3 4 5

6 7 8 9 10 11 12

13 14 15 16 17 18 19

20 21 22 23 24 25 26

27 28 29 30

Featured Posts

Selamat Natal 2014

by • 25 December 2014

Terang telah bersinar atas mereka yang diam di negeri kekelaman. Sebab seorang anak telah lahir
untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya,
dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang…

Read more →

Simulasi Traffic Light Dengan Arduino Uno


by • 10 July 2014

Cerita lain kuliah di Jurusan Fisika F MIPA UNS, bukan hanya masuk kuliah mendengarkan ceramah
sambil mengerjakan tugas di atas kertas. Di mata kuliah Mikrokomputer dan Antarmuka yang
diampu oleh Bapak Nuryani, berhasil dibuat suatu simulasi traffic light dengan menggunakan…

Read more →

Kuliah Lapangan Geologi fisis “Bayat-Wonogiri”

by • 8 July 2014

Salah satu pengalaman dari kuliah di semester 6 adalah kuliah lapangan mata kuliah Geologi Fisis di
Jurusan Fisika F MIPA UNS yang diampu oleh Bapak Sorja Koesuma. Bekerja sama dengan Jurusan
Teknik Sipil UNS, diadakan kuliah lapangan yang dilaksanakan di…

Read more →

Recently Active

Profile picture of julius indra kusuma

Profile picture of Semut Hitam

Profile picture of Gun Gun Gunawan

Profile picture of Astarini Arlita Sari

Profile picture of M Andri Hamdani

Profile picture of Puspa Anggun Kinanthi

Profile picture of Inayah Adi Oktaviana

Profile picture of Ashari Alfiyahya

Profile picture of Irfan Andriarto

Profile picture of rofiquzzaki

Profile picture of Khabib Bima Setiyawan

Profile picture of Riyanto

Profile picture of Rizal Nurhidayat


Profile picture of Tori Nuariza Sutanto

Profile picture of Momon

Online

There are no users currently online

Pergerakan Lempeng Penyusun dan Pengaruhnya Terhadap Kondisi Geologi Indonesia

by • 19 March 2014

Dalam memahami dan mempelajari karakteristik geologi Indonesia, sangat penting untuk ditelusuri
sejarah pembentukan awal kepulauan nusantara ini. Rutten yang didukung oleh Van Bemellen
menyatakan bahwa awal pemebentukan kepulauan nusantara dapat ditelusuri dari bukti-bukti,
yakni dimuali dengan tenggelamnya Zona Anambas, yang merupakan Kontinen Asal, diperkirakan
terjadi pada pada 300 juta tahun yang lalu (pada kurun geologi Devon). Tenggelamnya zona
Anambas ini mengakibatkan wilayah di sekitarnya mencari keseimbangannya sendiri. Dalam rangka
mencari keseimbangan itulah berturut-turut bagian bagian dari muka bumi ini ada yang timbul
kembali dan ada yang tenggelam secara perlahan-lahan dalam kurun waktu geologi tertentu.

Untuk sampai pada bentuknya yang sekarang, konon Landas Kontinen Sunda (Indonesia bagian
barat) telah mengalami delapan kali/tahap pembentukan daratan (orogenesa). Di bagian Indonesia
timur kejadiannya hampir sama dengan bagian barat, Kontinen Asal di bagian timur yang oleh Van
Bemmelen disebut Central Banda Basin atau yang kita kenal dengan nama Laut Banda, mengalami
pembentukan sebanyak tujuh tahap.

Gambar 1 : Lempeng Penyusun Bumi

Berdasarkan perkembangan geologi tersebut, dapat dinyatakan bahwa wilayah Indonesia dibentuk
oleh interaksi setidaknya tiga lempeng penyusun bumi: Lempeng Indo-Australia, Lempeng Laut
Filipina, dan Lempeng Eurasia yang merupakan lempeng kontinen. Perbedaan antara lempeng yang
disusun oleh lempeng samudera dan kontinen adalah lempeng samudera bersifat basah karena
disusun oleh material yang kaya akan unsur Fe, Mg dan Ni, bersifat kaku dan mempunyai berat jenis
yang tinggi, sementara lempeng kontinen merupakan lempeng benua yang secara kimia bersifat
relatif asam dan mempunyai berat jenis lebih rendah dibandingkan lempeng samudera.

Lempeng-lempeng tadi bergerak satu sama lain di mana pergerakan lempeng-lempeng ini kemudian
bertemu pada satu zona tumbukan yang disebut dengan zona subduksi. Interaksi ketiga lempeng
tadi mengakibatkan pengaruh pada hampir seluruh kepulauan yang ada di Indonesia, kecuali
Kalimantan. Dengan pergerakan lempeng tektonik yang terjadi mampu membentuk muka bumi
serta menimbulkan gejala–gejala alam seperti gempa tektonik, letusan gunung api, dan tsunami.
Pergerakan lempeng tektonik di bumi digolongkan dalam tiga macam batas pergerakan lempeng,
yaitu konvergen, divergen, dan transform (pergeseran).

Batas Divergen : Terjadi pada dua lempeng tektonik yang bergerak saling memberai (break
apart). Ketika sebuah lempeng tektonik pecah, lapisan litosfer menipis dan terbelah, membentuk
batas divergen. Pada lempeng samudra, proses ini menyebabkan pemekaran dasar laut (seafloor
spreading). Sedangkan pada lempeng benua, proses ini menyebabkan terbentuknya lembah retakan
(rift valley) akibat adanya celah antara kedua lempeng yang saling menjauh tersebut.

Batas Konvergen : Terjadi apabila dua lempeng tektonik tertelan (consumed) ke arah kerak bumi,
yang mengakibatkan keduanya bergerak saling menumpu satu sama lain (one slip beneath another).
Wilayah dimana suatu lempeng samudra terdorong ke bawah lempeng benua atau lempeng
samudra lain disebut dengan zona tunjaman (subduction zones). Di zona tunjaman inilah sering
terjadi gempa. Pematang gunung-api (volcanic ridges) dan parit samudra (oceanic trenches) juga
terbentuk di wilayah ini.

Batas Transform : Terjadi bila dua lempeng tektonik bergerak saling menggelangsar (slide each
other), yaitu bergerak sejajar namun berlawanan arah. Keduanya tidak saling memberai maupun
saling menumpu. Batas transform ini juga dikenal sebagai sesar ubahan-bentuk (transform fault).

Pengaruh dari pergerakan lempeng tadi secara langsung berupa pergerakan kerak bumi di batas
pergerakan lempeng tadi yakni menghasilkan lajur gunung api yang memanjang dari Sumatera
sampai Nusa Tenggara dan membentuk sebuah rangkaian gunung api. Rangkaian gunung api ini
dikenal dengan istilah busur vulkanik dan berhenti di Pulau Sumbawa, kemudian berbelok arah ke
Laut Banda menuju arah utara ke daerah Maluku Utara, Sulawesi Utara dan terus ke Filipina.
Pergerakan ketiga lempeng tadi juga dapat menimbulkan patahan atau sesar yaitu pergeseran
antara dua blok batuan baik secara mendatar, ke atas maupun relatif ke bawah blok lainnya.
Patahan atau sesar ini merupakan perpanjangan gaya yang ditimbulkan oleh gerakan-gerakan
lempeng utama. Patahan atau sesar inilah yang akan menghasilkan gempa bumi di daratan dan
tanah longsor. Akibatnya, bangunan yang ada di atas zona patahan ini sangat rentan mengalami
runtuhan.

Patahan atau sesar-sesar ini juga akan mempengaruhi resistensi atau kekuatan pada batuan yang
dilewatinya, menyebabkan batuan- batuan tadi menjadi rapuh dan mudah mengalami erosi. Apabila
jenis batuan tersebut merupakan batuan yang porous ( berongga), maka akan menimbulkan hal yang
lebih fatal lagi. Curah hujan yang tinggi akan menyebabkan air hujan masuk ke dalam rongga batuan
dan menyebabkan lama kelamaan batuan tersebut akan mengalami pergerakan massa batuan dalam
bentuk blok besar yang menimbulkan tanah longsor, terutama daerah dengan kemiringan lereng
yang curam.

Dari segi ilmu kebumian, Indonesia benar-benar merupakan daerah yang sangat menarik. Hal ini
terlihat dari rupa bumi, jenis dan sebaran endapan mineral serta energi yang terkandung di
dalamnya. Oleh sebab itulah, berbagai konsep geologi mulai berkembang di sini, atau mendapatkan
tempat yang tepat untuk mengujinya.

Indonesia merupakan wilayah yang memiliki salah satu paparan benua yang terluas di dunia
(Paparan Sunda dan Paparan Sahul), dengan satu-satunya pegunungan lipatan tertinggi di daerah
tropika sehingga bersalju abadi (Pegunungan Tengah Papua), dan di sini pulalah satu-satunya di
dunia terdapat laut antarpulau yang terdalam (Laut Banda dengan kedalaman 5000 meter), dan laut
sangat dalam antara dua busur kepulauan (Dalaman Weber yang mencapai kedalaman 7500 meter).
Dua jalur gunung api besar dunia bertemu di Nusantara. Beberapa jalur pegunungan lipatan dunia
pun saling bertemu di Indonesia. Indonesia pun dibentuk oleh begitu banyaknya biodiversitas
Indonesia.

Meskipun Indonesia hanya meliputi sekitar 4% dari luas daratan di Bumi, mempunyai begitu banyak
mamalia, 1/8 dari jumlah yang terdapat di dunia. Satu dari enam burung, amfibia, dan reptilia dunia
terdapat di Indonesia; satu dari sepuluh tumbuhan dunia terdapat di Indonesia. Indonesia juga
memiliki keanekaragaman ekosistem yang lebih besar dibandingkan dengan kebanyakan negara
tropika lainnya. Sejarah geologi dan geomorfologinya yang beranekaragam, dan kisaran ikim dan
ketinggiannya telah mengakibatkan terbentuknya banyak jenis hutan daratan dan juga hutan rawa,
sabana, hutan bakau dan vegetasi pantai lainnya, gletsyer, danau-danau yang dalam dan dangkal,
dan lain-lain.

Salah satu jalur timah terkaya di dunia menjulur sampai di Nusantara, daerahnya mempunyai
akumulasi minyak dan gas bumi yang tergolong besar. Meskipun berumur muda, batubara Indonesia
yang jumlahnya cukup besar dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Tak kalah pentingnya
adalah endapan nikel dan kromit yang terbawa oleh tesingkapnya kerak Lautan Pasifik di beberapa
wilayah di Indonesia Timur.

Bagian tertentu Indonesia sangat baik untuk dihuni. Ini tidak hanya berlaku saat ini yang
memungkinkan orang dapat bercocok tanam dan memperoleh hasil yang baik karena tanah subur
dan air yang berlimpah, tetapi juga pada masa lampau, sebagaimana terbukti dengan temuan fosil
manusia purba di beberapa tempat di Indonesia. Maka, Indonesia penting dalam dunia
paleoantropologi sebagai salah satu pusat buaian peradaban manusia di dunia. Semua kepentingan
dan keunikan geologi Indonesia ini timbul karena latar belakang perkembangan tektonik wilayah
Nusantara. Di sinilah wilayah tempat saling bertemunya tiga lempeng besar dunia yang
menghasilkan deretan busur kepulauan dan jajaran gunung api, tanah yang subur, pemineralan yang
kaya dan khas, pengendapan sumber energi yang melimpah, dan rupa bumi yang menakjubkan.

Blog ini sengaja dibuat hanya untuk kepentingan hiburan dan sekedar mengisi waktu luang. Segala
sesuatu yang tertulis di blog ini tidak sepenuhnya dapat dibuktikan kebenarannya maka daari itu
gunakan informasi yang ada di blog ini dengan bijak.

Most popular topics

Topics with no replies

Calendar

April 2015 M T W T F S S

« Dec

1 2 3 4 5

6 7 8 9 10 11 12

13 14 15 16 17 18 19

20 21 22 23 24 25 26

27 28 29 30

Featured Posts

Selamat Natal 2014

by • 25 December 2014

Terang telah bersinar atas mereka yang diam di negeri kekelaman. Sebab seorang anak telah lahir
untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya,
dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang…

Read more →

Simulasi Traffic Light Dengan Arduino Uno


by • 10 July 2014

Cerita lain kuliah di Jurusan Fisika F MIPA UNS, bukan hanya masuk kuliah mendengarkan ceramah
sambil mengerjakan tugas di atas kertas. Di mata kuliah Mikrokomputer dan Antarmuka yang
diampu oleh Bapak Nuryani, berhasil dibuat suatu simulasi traffic light dengan menggunakan…

Read more →

Kuliah Lapangan Geologi fisis “Bayat-Wonogiri”

by • 8 July 2014

Salah satu pengalaman dari kuliah di semester 6 adalah kuliah lapangan mata kuliah Geologi Fisis di
Jurusan Fisika F MIPA UNS yang diampu oleh Bapak Sorja Koesuma. Bekerja sama dengan Jurusan
Teknik Sipil UNS, diadakan kuliah lapangan yang dilaksanakan di…

Read more →

Recently Active

Profile picture of julius indra kusuma

Profile picture of Semut Hitam

Profile picture of Gun Gun Gunawan

Profile picture of Astarini Arlita Sari

Profile picture of M Andri Hamdani

Profile picture of Puspa Anggun Kinanthi

Profile picture of Inayah Adi Oktaviana

Profile picture of Ashari Alfiyahya

Profile picture of Irfan Andriarto

Profile picture of rofiquzzaki

Profile picture of Khabib Bima Setiyawan

Profile picture of Riyanto

Profile picture of Rizal Nurhidayat


Profile picture of Tori Nuariza Sutanto

Profile picture of Momon

Online

There are no users currently online

Pergerakan Lempeng Penyusun dan Pengaruhnya Terhadap Kondisi Geologi Indonesia

by • 19 March 2014

Dalam memahami dan mempelajari karakteristik geologi Indonesia, sangat penting untuk ditelusuri
sejarah pembentukan awal kepulauan nusantara ini. Rutten yang didukung oleh Van Bemellen
menyatakan bahwa awal pemebentukan kepulauan nusantara dapat ditelusuri dari bukti-bukti,
yakni dimuali dengan tenggelamnya Zona Anambas, yang merupakan Kontinen Asal, diperkirakan
terjadi pada pada 300 juta tahun yang lalu (pada kurun geologi Devon). Tenggelamnya zona
Anambas ini mengakibatkan wilayah di sekitarnya mencari keseimbangannya sendiri. Dalam rangka
mencari keseimbangan itulah berturut-turut bagian bagian dari muka bumi ini ada yang timbul
kembali dan ada yang tenggelam secara perlahan-lahan dalam kurun waktu geologi tertentu.

Untuk sampai pada bentuknya yang sekarang, konon Landas Kontinen Sunda (Indonesia bagian
barat) telah mengalami delapan kali/tahap pembentukan daratan (orogenesa). Di bagian Indonesia
timur kejadiannya hampir sama dengan bagian barat, Kontinen Asal di bagian timur yang oleh Van
Bemmelen disebut Central Banda Basin atau yang kita kenal dengan nama Laut Banda, mengalami
pembentukan sebanyak tujuh tahap.

Gambar 1 : Lempeng Penyusun Bumi

Berdasarkan perkembangan geologi tersebut, dapat dinyatakan bahwa wilayah Indonesia dibentuk
oleh interaksi setidaknya tiga lempeng penyusun bumi: Lempeng Indo-Australia, Lempeng Laut
Filipina, dan Lempeng Eurasia yang merupakan lempeng kontinen. Perbedaan antara lempeng yang
disusun oleh lempeng samudera dan kontinen adalah lempeng samudera bersifat basah karena
disusun oleh material yang kaya akan unsur Fe, Mg dan Ni, bersifat kaku dan mempunyai berat jenis
yang tinggi, sementara lempeng kontinen merupakan lempeng benua yang secara kimia bersifat
relatif asam dan mempunyai berat jenis lebih rendah dibandingkan lempeng samudera.

Lempeng-lempeng tadi bergerak satu sama lain di mana pergerakan lempeng-lempeng ini kemudian
bertemu pada satu zona tumbukan yang disebut dengan zona subduksi. Interaksi ketiga lempeng
tadi mengakibatkan pengaruh pada hampir seluruh kepulauan yang ada di Indonesia, kecuali
Kalimantan. Dengan pergerakan lempeng tektonik yang terjadi mampu membentuk muka bumi
serta menimbulkan gejala–gejala alam seperti gempa tektonik, letusan gunung api, dan tsunami.
Pergerakan lempeng tektonik di bumi digolongkan dalam tiga macam batas pergerakan lempeng,
yaitu konvergen, divergen, dan transform (pergeseran).

Batas Divergen : Terjadi pada dua lempeng tektonik yang bergerak saling memberai (break
apart). Ketika sebuah lempeng tektonik pecah, lapisan litosfer menipis dan terbelah, membentuk
batas divergen. Pada lempeng samudra, proses ini menyebabkan pemekaran dasar laut (seafloor
spreading). Sedangkan pada lempeng benua, proses ini menyebabkan terbentuknya lembah retakan
(rift valley) akibat adanya celah antara kedua lempeng yang saling menjauh tersebut.

Batas Konvergen : Terjadi apabila dua lempeng tektonik tertelan (consumed) ke arah kerak bumi,
yang mengakibatkan keduanya bergerak saling menumpu satu sama lain (one slip beneath another).
Wilayah dimana suatu lempeng samudra terdorong ke bawah lempeng benua atau lempeng
samudra lain disebut dengan zona tunjaman (subduction zones). Di zona tunjaman inilah sering
terjadi gempa. Pematang gunung-api (volcanic ridges) dan parit samudra (oceanic trenches) juga
terbentuk di wilayah ini.

Batas Transform : Terjadi bila dua lempeng tektonik bergerak saling menggelangsar (slide each
other), yaitu bergerak sejajar namun berlawanan arah. Keduanya tidak saling memberai maupun
saling menumpu. Batas transform ini juga dikenal sebagai sesar ubahan-bentuk (transform fault).

Pengaruh dari pergerakan lempeng tadi secara langsung berupa pergerakan kerak bumi di batas
pergerakan lempeng tadi yakni menghasilkan lajur gunung api yang memanjang dari Sumatera
sampai Nusa Tenggara dan membentuk sebuah rangkaian gunung api. Rangkaian gunung api ini
dikenal dengan istilah busur vulkanik dan berhenti di Pulau Sumbawa, kemudian berbelok arah ke
Laut Banda menuju arah utara ke daerah Maluku Utara, Sulawesi Utara dan terus ke Filipina.
Pergerakan ketiga lempeng tadi juga dapat menimbulkan patahan atau sesar yaitu pergeseran
antara dua blok batuan baik secara mendatar, ke atas maupun relatif ke bawah blok lainnya.
Patahan atau sesar ini merupakan perpanjangan gaya yang ditimbulkan oleh gerakan-gerakan
lempeng utama. Patahan atau sesar inilah yang akan menghasilkan gempa bumi di daratan dan
tanah longsor. Akibatnya, bangunan yang ada di atas zona patahan ini sangat rentan mengalami
runtuhan.

Patahan atau sesar-sesar ini juga akan mempengaruhi resistensi atau kekuatan pada batuan yang
dilewatinya, menyebabkan batuan- batuan tadi menjadi rapuh dan mudah mengalami erosi. Apabila
jenis batuan tersebut merupakan batuan yang porous ( berongga), maka akan menimbulkan hal yang
lebih fatal lagi. Curah hujan yang tinggi akan menyebabkan air hujan masuk ke dalam rongga batuan
dan menyebabkan lama kelamaan batuan tersebut akan mengalami pergerakan massa batuan dalam
bentuk blok besar yang menimbulkan tanah longsor, terutama daerah dengan kemiringan lereng
yang curam.

Dari segi ilmu kebumian, Indonesia benar-benar merupakan daerah yang sangat menarik. Hal ini
terlihat dari rupa bumi, jenis dan sebaran endapan mineral serta energi yang terkandung di
dalamnya. Oleh sebab itulah, berbagai konsep geologi mulai berkembang di sini, atau mendapatkan
tempat yang tepat untuk mengujinya.

Indonesia merupakan wilayah yang memiliki salah satu paparan benua yang terluas di dunia
(Paparan Sunda dan Paparan Sahul), dengan satu-satunya pegunungan lipatan tertinggi di daerah
tropika sehingga bersalju abadi (Pegunungan Tengah Papua), dan di sini pulalah satu-satunya di
dunia terdapat laut antarpulau yang terdalam (Laut Banda dengan kedalaman 5000 meter), dan laut
sangat dalam antara dua busur kepulauan (Dalaman Weber yang mencapai kedalaman 7500 meter).
Dua jalur gunung api besar dunia bertemu di Nusantara. Beberapa jalur pegunungan lipatan dunia
pun saling bertemu di Indonesia. Indonesia pun dibentuk oleh begitu banyaknya biodiversitas
Indonesia.

Meskipun Indonesia hanya meliputi sekitar 4% dari luas daratan di Bumi, mempunyai begitu banyak
mamalia, 1/8 dari jumlah yang terdapat di dunia. Satu dari enam burung, amfibia, dan reptilia dunia
terdapat di Indonesia; satu dari sepuluh tumbuhan dunia terdapat di Indonesia. Indonesia juga
memiliki keanekaragaman ekosistem yang lebih besar dibandingkan dengan kebanyakan negara
tropika lainnya. Sejarah geologi dan geomorfologinya yang beranekaragam, dan kisaran ikim dan
ketinggiannya telah mengakibatkan terbentuknya banyak jenis hutan daratan dan juga hutan rawa,
sabana, hutan bakau dan vegetasi pantai lainnya, gletsyer, danau-danau yang dalam dan dangkal,
dan lain-lain.

Salah satu jalur timah terkaya di dunia menjulur sampai di Nusantara, daerahnya mempunyai
akumulasi minyak dan gas bumi yang tergolong besar. Meskipun berumur muda, batubara Indonesia
yang jumlahnya cukup besar dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Tak kalah pentingnya
adalah endapan nikel dan kromit yang terbawa oleh tesingkapnya kerak Lautan Pasifik di beberapa
wilayah di Indonesia Timur.

Bagian tertentu Indonesia sangat baik untuk dihuni. Ini tidak hanya berlaku saat ini yang
memungkinkan orang dapat bercocok tanam dan memperoleh hasil yang baik karena tanah subur
dan air yang berlimpah, tetapi juga pada masa lampau, sebagaimana terbukti dengan temuan fosil
manusia purba di beberapa tempat di Indonesia. Maka, Indonesia penting dalam dunia
paleoantropologi sebagai salah satu pusat buaian peradaban manusia di dunia. Semua kepentingan
dan keunikan geologi Indonesia ini timbul karena latar belakang perkembangan tektonik wilayah
Nusantara. Di sinilah wilayah tempat saling bertemunya tiga lempeng besar dunia yang
menghasilkan deretan busur kepulauan dan jajaran gunung api, tanah yang subur, pemineralan yang
kaya dan khas, pengendapan sumber energi yang melimpah, dan rupa bumi yang menakjubkan.

Tektonika lempeng

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Ini adalah artikel bagus. Klik untuk informasi lebih lanjut.

Lempeng-lempeng tektonik di bumi barulah dipetakan pada paruh kedua abad ke-20.

Tectonics plates (preserved surfaces)

Teori tektonika Lempeng (bahasa Inggris: Plate Tectonics) adalah teori dalam bidang geologi yang
dikembangkan untuk memberi penjelasan terhadap adanya bukti-bukti pergerakan skala besar yang
dilakukan oleh litosfer bumi. Teori ini telah mencakup dan juga menggantikan Teori Pergeseran
Benua yang lebih dahulu dikemukakan pada paruh pertama abad ke-20 dan konsep seafloor
spreading yang dikembangkan pada tahun 1960-an.

Bagian terluar dari interior bumi terbentuk dari dua lapisan. Di bagian atas terdapat litosfer yang
terdiri atas kerak dan bagian teratas mantel bumi yang kaku dan padat. Di bawah lapisan litosfer
terdapat astenosfer yang berbentuk padat tetapi bisa mengalir seperti cairan dengan sangat lambat
dan dalam skala waktu geologis yang sangat lama karena viskositas dan kekuatan geser (shear
strength) yang rendah. Lebih dalam lagi, bagian mantel di bawah astenosfer sifatnya menjadi lebih
kaku lagi. Penyebabnya bukanlah suhu yang lebih dingin, melainkan tekanan yang tinggi.

Lapisan litosfer dibagi menjadi lempeng-lempeng tektonik (tectonic plates). Di bumi, terdapat tujuh
lempeng utama dan banyak lempeng-lempeng yang lebih kecil. Lempeng-lempeng litosfer ini
menumpang di atas astenosfer. Mereka bergerak relatif satu dengan yang lainnya di batas-batas
lempeng, baik divergen (menjauh), konvergen (bertumbukan), ataupun transform (menyamping).
Gempa bumi, aktivitas vulkanik, pembentukan gunung, dan pembentukan palung samudera
semuanya umumnya terjadi di daerah sepanjang batas lempeng. Pergerakan lateral lempeng
lazimnya berkecepatan 50–100 mm/a.[1]
Daftar isi

1 Perkembangan Teori

2 Prinsip-prinsip Utama

3 Jenis-jenis Batas Lempeng

4 Kekuatan Penggerak Pergerakan Lempeng

4.1 Gaya Gesek

4.2 Gravitasi

4.3 Gaya dari luar

4.4 Signifikansi relatif masing-masing mekanisme

5 Lempeng-lempeng utama

6 Referensi

Perkembangan Teori

Peta dengan detail yang menunjukkan lempeng-lempeng tektonik dan arah vektor gerakannya

Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, geolog berasumsi bahwa kenampakan-kenampakan
utama bumi berkedudukan tetap. Kebanyakan kenampakan geologis seperti pegunungan bisa
dijelaskan dengan pergerakan vertikal kerak seperti dijelaskan dalam teori geosinklin. Sejak tahun
1596, telah diamati bahwa pantai Samudera Atlantik yang berhadap-hadapan antara benua Afrika
dan Eropa dengan Amerika Utara dan Amerika Selatan memiliki kemiripan bentuk dan nampaknya
pernah menjadi satu. Ketepatan ini akan semakin jelas jika kita melihat tepi-tepi dari paparan benua
di sana.[2] Sejak saat itu banyak teori telah dikemukakan untuk menjelaskan hal ini, tetapi semuanya
menemui jalan buntu karena asumsi bahwa bumi adalah sepenuhnya padat menyulitkan penemuan
penjelasan yang sesuai.[3]

Penemuan radium dan sifat-sifat pemanasnya pada tahun 1896 mendorong pengkajian ulang umur
bumi,[4] karena sebelumnya perkiraan didapatkan dari laju pendinginannya dan dengan asumsi
permukaan bumi beradiasi seperti benda hitam.[5] Dari perhitungan tersebut dapat disimpulkan
bahwa bahkan jika pada awalnya bumi adalah sebuah benda yang merah-pijar, suhu Bumi akan
menurun menjadi seperti sekarang dalam beberapa puluh juta tahun. Dengan adanya sumber panas
yang baru ditemukan ini maka para ilmuwan menganggap masuk akal bahwa Bumi sebenarnya jauh
lebih tua dan intinya masih cukup panas untuk berada dalam keadaan cair.
Teori Tektonik Lempeng berasal dari Hipotesis Pergeseran Benua (continental drift) yang
dikemukakan Alfred Wegener tahun 1912.[6] dan dikembangkan lagi dalam bukunya The Origin of
Continents and Oceans terbitan tahun 1915. Ia mengemukakan bahwa benua-benua yang sekarang
ada dulu adalah satu bentang muka yang bergerak menjauh sehingga melepaskan benua-benua
tersebut dari inti bumi seperti 'bongkahan es' dari granit yang bermassa jenis rendah yang
mengambang di atas lautan basal yang lebih padat.[7][8] Namun, tanpa adanya bukti terperinci dan
perhitungan gaya-gaya yang dilibatkan, teori ini dipinggirkan. Mungkin saja bumi memiliki kerak
yang padat dan inti yang cair, tetapi tampaknya tetap saja tidak mungkin bahwa bagian-bagian kerak
tersebut dapat bergerak-gerak. Di kemudian hari, dibuktikanlah teori yang dikemukakan geolog
Inggris Arthur Holmes tahun 1920 bahwa tautan bagian-bagian kerak ini kemungkinan ada di bawah
laut. Terbukti juga teorinya bahwa arus konveksi di dalam mantel bumi adalah kekuatan
penggeraknya.[3][9][10]

Bukti pertama bahwa lempeng-lempeng itu memang mengalami pergerakan didapatkan dari
penemuan perbedaan arah medan magnet dalam batuan-batuan yang berbeda usianya. Penemuan
ini dinyatakan pertama kali pada sebuah simposium di Tasmania tahun 1956. Mula-mula, penemuan
ini dimasukkan ke dalam teori ekspansi bumi,[11] namun selanjutnya justeru lebih mengarah ke
pengembangan teori tektonik lempeng yang menjelaskan pemekaran (spreading) sebagai
konsekuensi pergerakan vertikal (upwelling) batuan, tetapi menghindarkan keharusan adanya bumi
yang ukurannya terus membesar atau berekspansi (expanding earth) dengan memasukkan zona
subduksi/hunjaman (subduction zone), dan sesar translasi (translation fault). Pada waktu itulah teori
tektonik lempeng berubah dari sebuah teori yang radikal menjadi teori yang umum dipakai dan
kemudian diterima secara luas di kalangan ilmuwan. Penelitian lebih lanjut tentang hubungan antara
seafloor spreading dan balikan medan magnet bumi (geomagnetic reversal) oleh geolog Harry
Hammond Hess dan oseanograf Ron G. Mason[12][13][14][15] menunjukkan dengan tepat
mekanisme yang menjelaskan pergerakan vertikal batuan yang baru.

Seiring dengan diterimanya anomali magnetik bumi yang ditunjukkan dengan lajur-lajur sejajar yang
simetris dengan magnetisasi yang sama di dasar laut pada kedua sisi mid-oceanic ridge, tektonik
lempeng menjadi diterima secara luas. Kemajuan pesat dalam teknik pencitraan seismik mula-mula
di dalam dan sekitar zona Wadati-Benioff dan beragam observasi geologis lainnya tak lama
kemudian mengukuhkan tektonik lempeng sebagai teori yang memiliki kemampuan yang luar biasa
dalam segi penjelasan dan prediksi.

Penelitian tentang dasar laut dalam, sebuah cabang geologi kelautan yang berkembang pesat pada
tahun 1960-an memegang peranan penting dalam pengembangan teori ini. Sejalan dengan itu, teori
tektonik lempeng juga dikembangkan pada akhir 1960-an dan telah diterima secara cukup universal
di semua disiplin ilmu, sekaligus juga membaharui dunia ilmu bumi dengan memberi penjelasan bagi
berbagai macam fenomena geologis dan juga implikasinya di dalam bidang lain seperti paleogeografi
dan paleobiologi.

Prinsip-prinsip Utama

Bagian lapisan luar, interior bumi dibagi menjadi lapisan litosfer dan lapisan astenosfer berdasarkan
perbedaan mekanis dan cara terjadinya perpindahan panas. Llitosfer lebih dingin dan kaku,
sedangkan astenosfer lebih panas dan secara mekanik lemah. Selain itu, litosfer kehilangan
panasnya melalui proses konduksi, sedangkan astenosfer juga memindahkan panas melalui konveksi
dan memiliki gradien suhu yang hampir adiabatik. Pembagian ini sangat berbeda dengan pembagian
bumi secara kimia menjadi inti, mantel, dan kerak. Litosfer sendiri mencakup kerak dan juga
sebagian dari mantel.

Suatu bagian mantel bisa saja menjadi bagian dari litosfer atau astenosfer pada waktu yang berbeda,
tergantung dari suhu, tekanan, dan kekuatan gesernya. Prinsip kunci tektonik lempengan adalah
bahwa litosfer terpisah menjadi lempengan-lempengan tektonik yang berbeda-beda. Lempengan ini
bergerak menumpang di atas astenosfer yang mempunyai viskoelastisitas sehingga bersifat seperti
fluida. Pergerakan lempengan bisa mencapai 10–40 mm/a (secepat pertumbuhan kuku jari) seperti
di Mid-Atlantic Ridge, ataupun bisa mencapai 160 mm/a (secepat pertumbuhan rambut) seperti di
Lempeng Nazca.[16][17]

Lempeng-lempeng ini tebalnya sekitar 100 km dan terdiri atas mantel litosferik yang di atasnya
dilapisi dengan hamparan salah satu dari dua jenis material kerak.

Yang pertama adalah kerak samudera atau yang sering disebut dengan "sima", gabungan dari silikon
dan magnesium.

Yang kedua adalah kerak benua yang sering disebut "sial", gabungan dari silikon dan aluminium.

Kedua jenis kerak ini berbeda dari segi ketebalan di mana kerak benua memiliki ketebalan yang jauh
lebih tinggi dibandingkan dengan kerak samudera. Ketebalan kerak benua mencapai 30–50 km
sedangkan kerak samudera hanya 5–10 km.

Dua lempeng akan bertemu di sepanjang batas lempeng (plate boundary), yaitu daerah di mana
aktivitas geologis umumnya terjadi seperti gempa bumi dan pembentukan kenampakan topografis
seperti gunung, gunung berapi, dan palung samudera. Kebanyakan gunung berapi yang aktif di dunia
berada di atas batas lempeng, seperti Cincin Api Pasifik (Pacific Ring of Fire) di Lempeng Pasifik yang
paling aktif dan dikenal luas.
Lempeng tektonik bisa merupakan kerak benua atau samudera, tetapi biasanya satu lempeng terdiri
atas keduanya. Misalnya, Lempeng Afrika mencakup benua itu sendiri dan sebagian dasar Samudera
Atlantik dan Hindia.

Perbedaan antara kerak benua dengan kerak samudera ialah berdasarkan kepadatan material
pembentuknya.

Kerak samudera lebih padat daripada kerak benua dikarenakan perbedaan perbandingan jumlah
berbagai elemen, khususnya silikon.

Kerak benua lebih padat karena komposisinya yang mengandung lebih sedikit silikon dan lebih
banyak materi yang berat. Dalam hal ini, kerak samudera dikatakan lebih bersifat mafik ketimbang
felsik.[18] Maka, kerak samudera umumnya berada di bawah permukaan laut seperti sebagian besar
Lempeng Pasifik, sedangkan kerak benua timbul ke atas permukaan laut, mengikuti sebuah prinsip
yang dikenal dengan isostasi.

Jenis-jenis Batas Lempeng

Tiga jenis batas lempeng (plate boundary).

Ada tiga jenis batas lempeng yang berbeda dari cara lempengan tersebut bergerak relatif terhadap
satu sama lain. Tiga jenis ini masing-masing berhubungan dengan fenomena yang berbeda di
permukaan. Tiga jenis batas lempeng tersebut adalah:

Batas transform (transform boundaries) terjadi jika lempeng bergerak dan mengalami gesekan
satu sama lain secara menyamping di sepanjang sesar transform (transform fault). Gerakan relatif
kedua lempeng bisa sinistral (ke kiri di sisi yang berlawanan dengan pengamat) ataupun dekstral (ke
kanan di sisi yang berlawanan dengan pengamat). Contoh sesar jenis ini adalah Sesar San Andreas di
California.

Batas divergen/konstruktif (divergent/constructive boundaries) terjadi ketika dua lempeng


bergerak menjauh satu sama lain. Mid-oceanic ridge dan zona retakan (rifting) yang aktif adalah
contoh batas divergen

Batas konvergen/destruktif (convergent/destructive boundaries) terjadi jika dua lempeng


bergesekan mendekati satu sama lain sehingga membentuk zona subduksi jika salah satu lempeng
bergerak di bawah yang lain, atau tabrakan benua (continental collision) jika kedua lempeng
mengandung kerak benua. Palung laut yang dalam biasanya berada di zona subduksi, di mana
potongan lempeng yang terhunjam mengandung banyak bersifat hidrat (mengandung air), sehingga
kandungan air ini dilepaskan saat pemanasan terjadi bercampur dengan mantel dan menyebabkan
pencairan sehingga menyebabkan aktivitas vulkanik. Contoh kasus ini dapat kita lihat di Pegunungan
Andes di Amerika Selatan dan busur pulau Jepang (Japanese island arc).

Kekuatan Penggerak Pergerakan Lempeng

Pergerakan lempeng tektonik bisa terjadi karena kepadatan relatif litosfer samudera dan karakter
astenosfer yang relatif lemah. Pelepasan panas dari mantel telah didapati sebagai sumber asli dari
energi yang menggerakkan lempeng tektonik. Pandangan yang disetujui sekarang, meskipun masih
cukup diperdebatkan, adalah bahwa kelebihan kepadatan litosfer samudera yang membuatnya
menyusup ke bawah di zona subduksi adalah sumber terkuat pergerakan lempengan.

Pada waktu pembentukannya di mid ocean ridge, litosfer samudera pada mulanya memiliki
kepadatan yang lebih rendah dari astenosfer di sekitarnya, tetapi kepadatan ini meningkat seiring
dengan penuaan karena terjadinya pendinginan dan penebalan. Besarnya kepadatan litosfer yang
lama relatif terhadap astenosfer di bawahnya memungkinkan terjadinya penyusupan ke mantel yang
dalam di zona subduksi sehingga menjadi sumber sebagian besar kekuatan penggerak-pergerakan
lempengan. Kelemahan astenosfer memungkinkan lempengan untuk bergerak secara mudah
menuju ke arah zona subduksi [19] Meskipun subduksi dipercaya sebagai kekuatan terkuat
penggerak-pergerakan lempengan, masih ada gaya penggerak lain yang dibuktikan dengan adanya
lempengan seperti lempengan Amerika Utara, juga lempengan Eurasia yang bergerak tetapi tidak
mengalami subduksi di manapun. Sumber penggerak ini masih menjadi topik penelitian intensif dan
diskusi di kalangan ilmuwan ilmu bumi.

Pencitraan dua dan tiga dimensi interior bumi (tomografi seismik) menunjukkan adanya distribusi
kepadatan yang heterogen secara lateral di seluruh mantel. Variasi dalam kepadatan ini bisa bersifat
material (dari kimia batuan), mineral (dari variasi struktur mineral), atau termal (melalui ekspansi
dan kontraksi termal dari energi panas). Manifestasi dari keheterogenan kepadatan secara lateral
adalah konveksi mantel dari gaya apung (buoyancy forces) [20] Bagaimana konveksi mantel
berhubungan secara langsung dan tidak dengan pergerakan planet masih menjadi bidang yang
sedang dipelajari dan dibincangkan dalam geodinamika. Dengan satu atau lain cara, energi ini harus
dipindahkan ke litosfer supaya lempeng tektonik bisa bergerak. Ada dua jenis gaya yang utama
dalam pengaruhnya ke pergerakan planet, yaitu friksi dan gravitasi.

Gaya Gesek

Basal drag
Arus konveksi berskala besar di mantel atas disalurkan melalui astenosfer, sehingga pergerakan
didorong oleh gesekan antara astenosfer dan litosfer.

Slab suction

Arus konveksi lokal memberikan tarikan ke bawah pada lempeng di zona subduksi di palung
samudera. Penyerotan lempengan (slab suction) ini bisa terjadi dalam kondisi geodinamik di mana
tarikan basal terus bekerja pada lempeng ini pada saat ia masuk ke dalam mantel, meskipun
sebetulnya tarikan lebih banyak bekerja pada kedua sisi lempengan, atas dan bawah

Gravitasi

Runtuhan gravitasi: Pergerakan lempeng terjadi karena lebih tingginya lempeng di oceanic ridge.
Litosfer samudera yang dingin menjadi lebih padat daripada mantel panas yang merupakan
sumbernya, maka dengan ketebalan yang semakin meningkat lempeng ini tenggelam ke dalam
mantel untuk mengkompensasikan beratnya, menghasilkan sedikit inklinasi lateral proporsional
dengan jarak dari sumbu ini. :Dalam teks-teks geologi pada pendidikan dasar, proses ini sering
disebut sebagai sebuah doronga. Namun, sebenarnya sebutan yang lebih tepat adalah runtuhan
karena topografi sebuah lempeng bisa jadi sangat berbeda-beda dan topografi pematang (ridge)
yang melakukan pemekaran hanyalah fitur yang paling dominan. Sebagai contoh, pembengkakan
litosfer sebelum ia turun ke bawah lempeng yang bersebelahan menghasilkan kenampakan yang
bisa memengaruhi topografi. Lalu, mantel plume yang menekan sisi bawah lempeng tektonik bisa
juga mengubah topografi dasar samudera.

Slab-pull (tarikan lempengan)

Pergerakan lempeng sebagian disebabkan juga oleh berat lempeng yang dingin dan padat yang
turun ke mantel di palung samudera.[21] Ada bukti yang cukup banyak bahwa konveksi juga terjadi
di mantel dengan skala cukup besar. Pergerakan ke atas materi di mid-oceanic ridge mungkin sekali
adalah bagian dari konveksi ini. Beberapa model awal Tektonik Lempeng menggambarkan bahwa
lempeng-lempeng ini menumpang di atas sel-sel seperti ban berjalan.

Namun, kebanyakan ilmuwan sekarang percaya bahwa astenosfer tidaklah cukup kuat untuk
secara langsung menyebabkan pergerakan oleh gesekan gaya-gaya itu. Slab pull sendiri sangat
mungkin menjadi gaya terbesar yang bekerja pada lempeng. Model yang lebih baru juga memberi
peranan yang penting pada penyerotan (suction) di palung, tetapi lempengan seperti Lempeng
Amerika Utara tidak mengalami subduksi di manapun juga, tetapi juga mengalami pergerakan
seperti juga Lempeng Afrika, Eurasia, dan Antarktika. Kekuatan penggerak utama untuk pergerakan
lempengan dan sumber energinya itu sendiri masih menjadi bahan riset yang sedang berlangsung

Gaya dari luar


Dalam studi yang dipublikasikan pada edisi Januari-Februari 2006 dari buletin Geological Society of
America Bulletin, sebuah tim ilmuwan dari Italia dan Amerika Serikat berpendapat bahwa komponen
lempeng yang mengarah ke barat berasal dari rotasi Bumi dan gesekan pasang bulan yang
mengikutinya. Mereka berkata karena Bumi berputar ke timur di bawah bulan, gravitasi bulan
meskipun sangat kecil menarik lapisan permukaan bumi kembali ke barat.

Beberapa orang juga mengemukakan ide kontroversial bahwa hasil ini mungkin juga menjelaskan
mengapa Venus dan Mars tidak memiliki lempeng tektonik, yaitu karena ketiadaan bulan di Venus
dan kecilnya ukuran bulan Mars untuk memberi efek seperti pasang di bumi.[22]

Pemikiran ini sendiri sebetulnya tidaklah baru. Hal ini sendiri aslinya dikemukakan oleh bapak dari
hipotesis ini sendiri, Alfred Wegener, dan kemudian ditentang fisikawan Harold Jeffreys yang
menghitung bahwa besarnya gaya gesek oasang yang diperlukan akan dengan cepat membawa
rotasi bumi untuk berhenti sejak waktu lama.

Banyak lempeng juga bergerak ke utara dan barat, bahkan banyaknya pergerakan ke barat dasar
Samudera Pasifik adalah jika dilihat dari sudut pandang pusat pemekaran (spreading) di Samudera
Pasifik yang mengarah ke timur. Dikatakan juga bahwa relatif dengan mantel bawah, ada sedikit
komponen yang mengarah ke barat pada pergerakan semua lempeng

Signifikansi relatif masing-masing mekanisme

Pergerakan lempeng berdasar pada data satelit GPS NASA JPL. Vektor di sini menunjukkan arah dan
magnitudo gerakan.

Vektor yang sebenarnya pada pergerakan sebuah planet harusnya menjadi fungsi semua gaya yang
bekerja pada lempeng itu. Namun, masalahnya adalah seberapa besar setiap proses ambil bagian
dalam pergerakan setiap lempeng Keragaman kondisi geodinamik dan sifat setiap lempeng
seharusnya menghasilkan perbedaan dalam seberapa proses-proses tersebut secara aktif
menggerakkan lempeng. satu cara untuk mengatasi masalah ini adalah dengan melihat laju di mana
setiap lempeng bergerak dan mempertimbangkan bukti yang ada untuk setiap kekuatan penggerak
dari lempeng ini sejauh mungkin.

Salah satu hubungan terpenting yang ditemukan adalah bahwa lempeng litosferik yang lengket pada
lempeng yang tersubduksi bergerak jauh lebih cepat daripada lempeng yang tidak. Misalnya,
Lempeng Pasifik dikelilingi zona subduksi (Ring of Fire) sehingga bergerak jauh lebih cepat daripada
lempeng di Atlantik yang lengket pada benua yang berdekatan dan bukan lempeng tersubduksi.
Maka, gaya yang berhubungkan dengan lempeng yang bergerak ke bawah (slab pull dan slab
suction) adalah kekuatan penggerak yang menentukan pergerakan lempeng kecuali untuk lempeng
yang tidak disubduksikan. Walau bagaimanapun juga, kekuatan penggerak pergerakan lempeng itu
sendiri masih menjadi bahan perdebatan dan riset para ilmuwan

Lempeng-lempeng utama

Peta lempeng-lempeng tektonik

Lempeng-lempeng tektonik utama yaitu:

Lempeng Afrika, meliputi Afrika - Lempeng benua

Lempeng Antarktika, meliputi Antarktika - Lempeng benua

Lempeng Australia, meliputi Australia (tergabung dengan Lempeng India antara 50 sampai 55 juta
tahun yang lalu)- Lempeng benua

Lempeng Eurasia, meliputi Asia dan Eropa - Lempeng benua

Lempeng Amerika Utara, meliputi Amerika Utara dan Siberia timur laut - Lempeng benua

Lempeng Amerika Selatan, meliputi Amerika Selatan - Lempeng benua

Lempeng Pasifik, meliputi Samudera Pasifik - Lempeng samudera

Lempeng-lempeng penting lain yang lebih kecil mencakup Lempeng India, Lempeng Arabia, Lempeng
Karibia, Lempeng Juan de Fuca, Lempeng Cocos, Lempeng Nazca, Lempeng Filipina, dan Lempeng
Scotia.

Pergerakan lempeng telah menyebabkan pembentukan dan pemecahan benua seiring berjalannya
waktu, termasuk juga pembentukan superkontinen yang mencakup hampir semua atau semua
benua. Superkontinen Rodinia diperkirakan terbentuk 1 miliar tahun yang lalu dan mencakup hampir
semua atau semua benua di Bumi dan terpecah menjadi delapan benua sekitar 600 juta tahun yang
lalu. Delapan benua ini selanjutnya tersusun kembali menjadi superkontinen lain yang disebut
Pangaea yang pada akhirnya juga terpecah menjadi Laurasia (yang menjadi Amerika Utara dan
Eurasia), dan Gondwana (yang menjadi benua sisanya)

You might also like