Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
OLEH :
LILIK MUIZZAH
109101000044
PEMINATAN GIZI
2013M/1434H
ii
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN GIZI KESEHATAN MASYARAKAT
Skripsi, Agustus 2013
ABSTRAK
Komponen kebugaran yang paling penting dan berhubungan langsung dan utama
dengan kesehatan adalah daya tahan kardiorespiratori (Fatmah, 2011). Daya tahan
Kardiorespirasi yang tinggi menunjukkan kemampuan bekerja yang tinggi, yang berarti
kemampuan untuk mengeluarkan sejumlah energi yang cukup besar dalam periode
waktu yang lama.
Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan kuantitatif
dengan desain cross sectional study. Sampel penelitian berjumlah 94 mahasiswi. Data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari instansi terkait dan data
primer yang diperoleh melalui wawancara dan pengukuran langsung kepada responden.
Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis univariat dan bivariat.
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa rata-rata tingkat kebugaran
kardiorespiratori sebesar 112,45-119,38 kali/menit artinya pada mahasiswi
kebugarannya kurang baik. Kemudian dari hasil analisis bivariat dengan tingkat
kemaknaan 5%, diperoleh 2 faktor yang berhubungan dengan kebugaran
kardiorespiratori yakni Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan P value 0,015 dan Asupan
Protein dengan P value 0,043.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka penulis menyarankan kepada
mahasiswi agar ditengah padatnya jadwal perkuliahan untuk selalu mengonsumsi
makanan dalam jenis, porsi dan frekuensi yang sesuai dengan pola makan gizi seimbang
serta mengontrol berat badan dan bagi mahasiswa kesehatan masyarakat peminatan gizi
dapat mengadakan konseling gizi kepada rekan-rekan mahasiswa lain mengenai
kebugaran dan faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti pemahaman untuk
mengonsumsi makanan yang bergizi, melakukan aktivitas fisik terutama olahraga yang
teratur.
iii
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
DEPARTMENT OF PUBLIC HEALTH
SPECIALISATION PUBLIC HEALTH NUTRITION
Skripsi, August 2013
ABSTRACT
The most important fitness components and has contact directly with the primary
health care is cardiorespiratory endurance (Fatmah, 2011). The highest cardiorespiratory
endurance showes a high ability to work, which means ability to expend considerable
amounts of energy at a long period of time.
This research is a quantitative analytical approach which using a cross-sectional
study design. Sample of this research was 94 female students. The data which is used in
this study is secondary data from relevant agencies and primary data obtained through
interviews and measurement of the respondent directly. The data analysis was performed
using univariate and bivariate analysis.
Based on this research, it is known that the average fitness level of 112,45 to
119,38 kardiorespiratori times/min it means student fitness is unfavorable. Then based
on the results of the bivariate analysis with a significance level of 5%, there are 2 factors
related to fitness cardiorespiratory Body Mass Index (BMI) with P value 0,015 and
protein intake with the P value of 0,043.
Based on these results, the author suggestes the students to eat foods with
balanced although they have a tigth schedule of classes. And also control their weight
for a public health students, specialisation public health nutrition should held nutrition
conseling to others students about fitness and the factors which influenced their fitness,
such as understanding to consume nutrition food, do physical exercise regularly.
iv
vi
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
nikmat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Hubungan Antara Kebugaran Dengan Status Gizi Dan Aktivitas Fisik Pada
petunjuk, bimbingan, dan motivasi dari berbagai pihak, untuk itu secara khusus penulis
Afiffur Rahman atas do’a, dukungan, nasehat, dan kasih sayang yang tiada henti dan
4. Ir. Febrianti, M.Si. selaku dosen gizi dan ketua Program Studi Kesehatan
5. Seluruh dosen dan staf Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
6. Dian Sri Rdjeki, M.Gz dan dr. Indrarti Soekotjo, Sp.KO yang telah memberikan
viii
7. Teman-teman Gidza Holic, khususnya Tika, Fitri, Nursyam, Lulu, Fahad, Mufika,
8. Teman-teman kosan Dina, Fida, ka Uji, Ninta, Ratih yang telah memberikan
Aprilianti, Annisa Fatmaulida, Nurlia, Santi, terima kasih untuk persahabatan yang
indah ini.
10. Khairil Anam yang telah bersedia menjadi tempat curhat dan banyak memberikan
11. Ita Hanani kakakku yang super memberikan dukungan dan motivasi hidup pada
penulis.
Dengan memanjatkan doa kepada Allah SWT, penulis berharap semua kebaikan
yang telah diberikan mendapatkan balasan dari Allah SWT dan semoga skripsi ini
Penulis
RIWAYAT HIDUP
ix
Data Diri :
Telepon : 085885282062
E-mail : lilik_iza@yahoo.com
Riwayat Pendidikan :
Formal
Non Formal
x
DAFTAR ISI
xi
C. Populasi dan Sampel ............................................................................................... 61
D. Pengumpulan Data .................................................................................................. 64
BAB V HASIL PENELITIAN ...................................................................................... 71
A. Analisis Univariat ................................................................................................... 71
1. Distribusi Kebugaran pada Mahasiswi Program Studi Kesehata Masyarakat UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013 .............................................................. 71
2. Distribusi Aktivitas Fisik pada Mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013. ..................................................... 73
3. Distibusi Status Gizi berdasarkan Asupan Gizi pada Mahasiswi Program Studi
Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013................. 74
B. Analisis Bivariat ..................................................................................................... 78
1. Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Kebugaran pada Mahasiswi Program
Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013 ....... 79
2. Hubungan Persen Lemak Tubuh dengan Kebugaran pada Mahasiswi Program
Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013 ....... 80
3. Hubungan Aktifitas Fisik dengan Kebugaran pada Mahasiswi Program Studi
Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013................. 80
4. Hubungan Asupan Energi dengan Kebugaran pada Mahasiswi Program Studi
Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013................. 81
5. Hubungan Asupan Protein dengan Kebugaran pada Mahasiswi Program Studi
Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013................. 82
6. Hubungan Asupan Vitamin A dengan Kebugaran pada Mahasiswi Program Studi
Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013................. 83
7. Hubungan Asupan Vitamin B1 dengan Kebugaran pada Mahasiswi Program
Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013 ....... 83
8. Hubungan Asupan Fe dengan Kebugaran pada Mahasiswi Program Studi
Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013................. 84
9. Hubungan Asupan Zn dengan Kebugaran pada Mahasiswi Program Studi
Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013................. 85
BAB VI PEMBAHASAN............................................................................................... 86
A. Kebugaran Pada Mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2013 ........................................................................... 86
B. Gambaran serta Hubungan antara Status Gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh,
Persen Lemak Tubuh, Asupan Gizi dan Aktivitas Fisik dengan Kebugaran pada
Mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2013 ............................................................................................................. 88
1. Gambaran dan Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Kebugaran ................... 88
xii
2. Gambaran dan Hubungan Persen Lemak Tubuh dengan Kebugaran................... 91
3. Gambaran dan Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kebugaran ............................. 92
4. Gambaran dan Hubungan Asupan Energi dengan Kebugaran ............................. 96
5. Gambaran dan Hubungan Asupan Protein dengan Kebugaran ............................ 99
6. Gambaran dan Hubungan Asupan Vitamin A dengan Kebugaran .................... 102
7. Gambaran dan Hubungan Asupan B1 dengan Kebugaran .................................. 103
8. Gambaran dan Hubungan Zat Besi (Fe) dengan Kebugaran .............................. 105
9. Gambaran dan Hubungan Asupan Zn dengan Kebugaran ................................. 107
BAB VII PENUTUP..................................................................................................... 110
A. Simpulan ............................................................................................................... 110
B. Saran ...................................................................................................................... 111
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 114
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
5.12 Analisis Hubungan Persen Lemak Tubuh dengan Kebugaran pada
Mahasiswi Kesehatan Masyarakat Tahun 2013 80
5.13 Analisis Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kebugaran pada Mahasiswi
Kesehatan Masyarakat Tahun 2013 81
5.14 Analisis Hubungan Asupan Energi dengan Kebugaran pada Mahasiswi
Kesehatan Masyarakat Tahun 2013 81
5.15 Analisis Hubungan Asupan Protein dengan Kebugaran pada
Mahasiswi Kesehatan Masyarakat Tahun 2013 82
5.16 Analisis Hubungan Asupan Vitamin A dengan Kebugaran pada
Mahasiswi Kesehatan Masyarakat Tahun 2013 83
5.17 Analisis Hubungan vitamin B1 dengan Kebugaran pada Mahasiswi
Kesehatan Masyarakat Tahun 2013 84
5.18 Analisis Hubungan Asupan Fe dengan Kebugaran pada Mahasiswi
Kesehatan Masyarakat Tahun 2013 84
5.19 Analisis Hubungan Asupan Zn dengan Kebugaran pada Mahasiswi
Kesehatan Masyarakat Tahun 2013 85
xv
DAFTAR BAGAN
No Nama Bagan Hal
2.1 Kerangka Teori 52
3.1 Kerangka Konsep 55
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
spiritual kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit dan kecacatan (WHO,
2013). Kemudian kebugaran jasmani adalah suatu kondisi dimana seorang individu
memiliki energi yang cukup dan vitalitas untuk menyelesaikan tugas sehari- hari dan
kegiatan rekreasi aktif tanpa kelelahan yang tidak semestinya (Nieman, 1998).
berhubungan dengan resiko rendah penyakit kronis. Diperlukan aktivitas fisik yang
aktif ditambah dengan latihan fisik yang benar, teratur dan terukur untuk mencapai
control, komputer, lift dan tangga berjalan tanpa diimbangi dengan aktivitas fisik
otot dan daya tahan, fleksibilitas) dan komposisi tubuh yang optimal adalah
1
2
langsung dan utama dengan kesehatan adalah daya tahan kardiorespiratori (Fatmah,
yang tinggi, yang berarti kemampuan untuk mengeluarkan sejumlah energi yang
cukup besar dalam periode waktu yang lama berhubungan langsung dan utama
dan membawa oksigen untuk berbagai jaringan dalam tubuh kita (Prentice, 2004).
Bugar tidaknya seseorang dapat dinilai dari kekuatan maksimum pergerakan otot dan
dengan tes laboratorium yang disebut pemasukan oksigen (VO2max). Uji kebugaran
aerobik menggunakan dua metode yaitu langsung dan tidak langsung. Metode
selama melakukan aktivitas fisik dan metode tidak langsung dapat dilakukan dengan
metode prediksi detak jantung (Astrad, 1977 dalam Fatmah, 2011). Pada individu
yang bugar, detak jantung atau denyut nadi lebih sedikit jumlahnya karena sistem
Step tes merupakan salah satu jenis pengukuran tingkat kebugaran seseorang,
3
menggunakan tes naik turun bangku dalam waktu yang paling singkat dan
perhitungan paling sederhana sehingga dapat digunakan pada populasi yang banyak,
bugar jika denyut nadi seteleh tes berkisar antara 50-102 kali/menit bagi laki-laki dan
Data dari Behavioral Risk Factor Surveillance System (BRFSS) survey tahun
2001-2003 pada masyarakat Asia dan Hawaii atau masyarakat di Kepulauan Pasifik
lainnya diperoleh data 61% memiliki tubuh yang tergolong tidak bugar (Kruger, 2004
Indonesia menurut data Sport Development Index (SDI) pada tahun 2006 menujukkan
kondisi yang rendah yaitu 1,08% masuk dalam ketegori baik sekali, 4,07% baik,
13,55% sedang, 43,90% kurang, dan 37,40% kurang sekali (Maksum dalam
Cassandra, 2011).
kerja dan olahraga. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia oleh Direktorat Bina
Kesehatan Kerja dan Olahraga tahun 2011 telah mengadakan kegiatan kebugaran
jasmani. Dengan adanya konsep “beraktivitas fisik agar sehat dan bugar” diharapkan
negatif akibat kurang berolahraga dan cedera olahraga (Kemenkes RI, 2011).
Berdasarkan laporan dan penelitian yang dilakukan oleh beberapa institusi terhadap
4
generasi muda dan orang dewasa pada dasawarsa terakhir ini, dapat disimpulkan
bahwa tingkat kebugaran jasmani orang Indonesia secara umum kurang baik atau
pada usia remaja dibandingkan dengan laki-laki, hal ini diperkuat dengan penelitian
kebugaran yang dilakukan pada siswi kelas II Sekolah Menengah Kejuruan Pangudi
Luhur Tarcisius dengan menggunakan Harvard Step Test menunjukkan bahwa status
kebugaran sebanyak 78,1% berada pada kriteria kurang, 15,6% berada pada kriteria
sedang, dan 6,3% berada pada kriteria baik (Eliyus, 2005 dalam Mustakim, 2010).
Penelitian yang dilakukan pada remaja putri usia 18-19 tahun di Fakultas Kesehatan
median denyut nadi setelah tes diketahui 54,7% tergolong tidak bugar yang dihitung
dengan metode step tes YMCA 3 minute (Indrawagita, 2009). Kemudian penelitian
dari 30 orang responden remaja usia 18 hingga 23 tahun yang diteliti, 22 orang
yang kurang akan mencerminkan kekurangan pula dalam kemampuan bekerja, baik
lama maupun daya tahannya untuk bekerja ataupun prestasi kerjanya (Turhayati,
2000).
5
berpengaruh terhadap penurunan kinerja dan produktivitas dan dalam jangka waktu
yang lama akan menimbulkan penyakit jantung koroner dan penyakit degeneratif
lainnya. Penyakit jantung koroner (Coronary artery disease (CAD)) masih menjadi
yang terbesar dari seluruh kematian, yang berjumlah 17,3 juta jiwa setiap tahunnya,
kemudian diikuti penyakit kanker sebanyak 7,6 juta jiwa dan diabetes sebanyak 1,3
juta jiwa. Disamping itu, jumlah kematian akibat CVD ini menggambarkan 30% dari
seluruh kematian di dunia dengan 7,3 juta orang diantaranya berhubungan dengan
penyakit jantung koroner dan 6,2 juta orang diantaranya berkaitan dengan penyakit
stroke (WHO, 2013). Penyakit CVD dan diabetes erat kaitannya dengan kejadian
obesitas. Pada tahun 2008, lebih dari 1,4 miliar orang dewasa dan lansia di dunia
mengalami overweight, dengan lebih dari 200 juta laki-laki dan sekitar 300 juta
jantung memiliki prevalensi 7,2 % , diabetes melitus 1,1 %, dan kanker 0,4 % . Rata-
rata kota Jakarta yang paling banyak prevalensi kejadian penyakit tidak menular
tingkat kebugaran aerobik yang lebih tinggi dapat mencegah dari penyakit yang
et.al. (1998) memecahkan hipotesis bahwa terdapat kolerasi yang positif antara
dan dewasa. Kemudian terdapat faktor lain yang berhubungan dengan kebugaran
6
pada perempuan selain dari aktivitas fisik. Diketahui jenis kelamin termasuk salah
satu faktor yang menentukan tingkat kebugaran kardiovaskuler (Haskell and Kiernan,
2000). Laki-laki memiliki kondisi tubuh yang lebih bugar dari pada perempuan
(Mustakim, 2010).
perempuan usia 19-52 tahun terdapat hubungan yang bermakna antara persen lemak
Asupan makanan untuk memperoleh zat gizi juga menjadi salah satu penentu
status kebugaran. Penelitian disuatu negara memberikan hasil bahwa asupan gizi
sumber energi (karbohidrat dan lemak) lebih memberi pengaruh kuat pada
(Paul,et.al, 2004 dalam Prawestri 2011). Selain itu, sebuah studi juga menyatakan
bahwa terdapat hubungan bermakna antara asupan gizi berupa zat gizi mikro dengan
antara kebugaran mahasiswi angkatan 2009 usia (18-19) tahun dibandingkan dengan
angkatan 2010 usia (20-21) tahun (Oranobuka, 2011 dalam Sharkley, 2011). Tingkat
mempengaruhi secara signifikan dengan penyebab kematian (Blair, et.al. 1996 dalam
Prawestri, 2011).
7
dunia, Asia maupun Indonesia masih menunjukkan tingkat kebugaran pada level
menunjukkan bahwa banyaknya perempuan dalam usia 17-21 tahun yang memiliki
tingkat kebugaran dalam skala yang rendah. Dimana pada usia tersebut rata-rata
adalah usia sekolah sebagai siswa dan mahasiswa. Kebugaran (daya tahan
kardiorespiratori) pada masa sekolah penting untuk mendukung aktivitas kerja dalam
lainnya yang berhubungan dengan rendahnya aktivitas fisik yang jika tidak dicegah
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut terkait
mempengaruhi seperti IMT, persen lemak tubuh, asupan gizi dan aktivitas fisik pada
B. Rumusan Masalah
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
berjenis kelamin perempuan (AIS, 2013). Dimana rentang usia rata-rata adalah 18-23
tahun yang termasuk dalam rentang usia produktif, karena pada usia produktif seperti
kemampuan jantung dan paru-paru untuk mensuplai dan membawa oksigen untuk
8
berbagai jaringan dalam tubuh kita sehingga seluruh fungsi tubuh dapat menunjang
kegiatan belajar mengajar, organisasi, serta latihan yang berperan dalam kegiatan
kampus dan masyarakat dan dapat melakukan kegiatan sehari-hari dengan optimal
dan tidak cepat lelah sebagai langkah preventif diri sebagai mahasiswa Kesehatan
Studi pendahuluan yang dilakukan kepada 30 orang mahasiswa yang terdiri dari
15 orang perempuan dan 15 orang laki-laki dinilai dari kapasitas maksimal untuk
minutes step test yang kemudian dihitung berdasarkan denyut nadinya setelah
ditunjukkan dari jumlah denyut nadi ≥113 (kali/ menit) pada perempuan dan ≥102
laki-laki. Dan 33,7% mahasiswa bugar dengan jumlah denyut nadi <113 (kali/menit)
pada perempuan dan ≥102 pada laki-laki. Idealnya intensitas latihan menghasilkan
jumlah denyut nadi yang lebih sedikit yaitu 50-102 kali/menit (laki-laki) dan 52-113
menunjukkan bahwa kurangnya kegiatan untuk latihan fisik atau olahraga yang rutin
pertandingan futsal dan latihan fisik lainnya. Kemudian ditambah dengan hasil studi
melaksanakan aktivitas olahraga. Olahraga adalah salah satu cara untuk mencapai
mengetahui hubungan antara faktor lain yang mempengaruhi kebugaran (daya tahan
kardiorespiratori) seperti Indeks Massa Tubuh (IMT), persen lemak tubuh, asupan
C. Pertanyaan Penelitian
2. Bagaimana gambaran status gizi menurut Indeks Massa Tubuh (IMT) dan persen
lemak tubuh pada mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif
4. Bagaimana gambaran asupan gizi berupa energi dan protein maupun vitamin A,
vitamin B1, zat besi (Fe), dan seng (Zn) pada mahasiswi Program Studi
5. Apakah ada hubungan antara IMT dengan kebugaran pada mahasiswi Program
6. Apakah ada hubungan persen lemak tubuh dengan kebugaran pada mahasiswi
7. Apakah ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kebugaran pada mahasiswi
8. Apakah ada hubungan antara asupan energi dengan kebugaran pada mahasiswi
9. Apakah ada hubungan antara asupan protein dengan kebugaran pada mahasiswi
10. Apakah ada hubungan antara asupan vitamin A dengan kebugaran pada
2013?
11. Apakah ada hubungan antara asupan vitamin B1 dengan kebugaran pada
2013?
12. Apakah ada hubungan antara asupan zat besi (Fe) dengan kebugaran pada
2013?
13. Apakah ada hubungan antara asupan seng (Zn) dengan kebugaran pada
2013?
11
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara status gizi (Indeks Massa Tubuh (IMT), persen
lemak tubuh, asupan gizi) dan aktivitas fisik dengan kebugaran pada mahasiswi
2013.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran tingkat kebugaran pada mahasiswi Program Studi
b. Mengetahui gambaran status gizi menurut Indeks Massa Tubuh (IMT) dan
tahun 2013.
e. Mengetahui gambaran status gizi berdasarkan asupan gizi berupa energi dan
protein maupun vitamin A, vitamin B1, zat besi (Fe), dan seng (Zn) pada
tahun 2013.
tahun 2013.
tahun 2013.
tahun 2013.
tahun 2013.
tahun 2013.
m. Mengetahui hubungan antara asupan zat besi (Fe) dengan kebugaran pada
tahun 2013.
tahun 2013.
13
E. Manfaat Penelitian
belajar.
b. Dapat menjadikan studi acuan terkait aktivitas fisik untuk program kerja
Masyarakat.
b. Dapat dijadikan referensi atau sumber dan acuan dalam melakukan penelitian
lanjutan.
bulan Juni sampai Agustus 2013 pada mahasiswi Program Studi Kesehatan
antara kebugaran dengan status gizi (IMT, persen lemak tubuh, dan asupan gizi) dan
aktivitas fisik pada mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif
14
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kebugaran
1. Pengertian Kebugaran
energi yang cukup dan vitalitas untuk menyelesaikan tugas sehari-hari dan
kegiatan rekreasi aktif tanpa kelelahan yang tidak semestinya (Nieman, 1998).
lingkungan yang harus diatasi dengan cara yang efisien, tanpa kelelahan yang
berlebihan dan telah pulih sempurna sebelum datang tugas yang sama pada esok
2. Klasifikasi Kebugaran
biasa dengan tuntutan yang berlebih, dimana tidak terjadi kelelahan dan
15
16
related fitness) dan kebugaran yang berhubungan dengan keterampilan atau yang
disebut dengan skill-related fitness (Hoeger dan Hoeger, 1996). Berikut akan
dipengaruhi oleh hereditas, pola hidup sehat, akivitas fisik yang cukup dan
kesehatan manusia dengan jalan mencegah kelebihan berat badan dan juga
genetik dengan latihan fisik dan mental yang cukup untuk menyiapkan pikiran
kecepatan, daya tahan, dan skill motorik neuromuskular yang spesifik terkait
gulat, permain baseball sekolah menengah, pelari jarak jauh pada kelompok
usia senior, atau pemain muda sepak bola dapat meningkatkan performa
3. Komponen Kebugaran
sukses dalam olahraga seperti tenis, sepakbola, bola voli, golf, dan basket akan
tetapi, banyak ahli merasa bahwa komponen tersebut memiliki sedikit hubungan
kecepatan, kekuatan dan daya ledak serta memiliki hubungan terhadap kesehatan
diukur secara terpisah dengan latihan spesifik yang sudah dirancang untuk
dari setiap komponen mayor melalui program latihan terangkai dengan baik.
Beberapa individu berlatih untuk mengembangkan kekuatan dan daya tahan otot
pelari terkemuka memiliki kebugaran jantung dan paru yang baik namun rendah
kesehatan.
menggambarkan kualitas fisik seseorang dari sisi yang tergolong vital, yaitu
oksigen yang dapat digunakan oleh tubuh per menit saat melakukan kegiatan
atau latihan fisik. Saat tubuh sedang menghadapi beban aktivitas fisik, energi
seorang individu karena berarti dengan satu kali curah, oksigen yang
berarti antar individu diturunkan oleh kualitas kerja tiga sistem dalam tubuh,
yaitu: (1) respirasi eksternal (fungsi paru-paru), (2) transpor udara (sistem
kardiovaskuler seperti jantung, pembuluh darah dan darah), dan (3) respirasi
internal (penggunaan oksigen oleh sel tubuh untuk produksi energi) (Prentice
yang memiliki aktivitas fisik yang berat, kapasitas vital dan pernapasan
dari paru-paru pun akan meningkat. Setelah itu, transpor udara pada sistem
volume darah sekuncup dan frekuensi atau jumlah denyut jantung. Terakhir,
respirasi internal terjadi pada sel-sel di dalam tubuh (sel-sel otot dan rangka)
lemak (energi) menjadi ATP untuk kontraksi otot dan produksi panas. Proses
terakhir ini terjadi saat individu melakukan aktivitas fisik. (Prentice dan
b. Komposisi Tubuh
Komposisi tubuh adalah rasio dari lemak dan berat bebas lemak dan
jumlah total relatif dari otot, lemak, tulang dan bagian vital dalam tubuh
Lemak tubuh yang sehat berkisar antara 15% untuk laki-laki dan 23%
tubuh seperti tes skinforld, under water weight (UWW). Tes tersebut
memberikan estimasi yang lebih baik untuk berat badan ideal daripada tabel
tinggi badan berat badan. Berat badan terbagi menjadi lemak dan massa
bebas lemak. Massa bebas lemak terdiri dari otot, tulang dan air. Persen
jika seseorang memiliki berat badan yang tinggi tetapi komposisi tubuhnya
lebih banyak terdiri atas otot atau massa bukan lemak, risiko kesehatan yang
dimiliki tidak sebesar pada orang dengan lebih banyak massa lemak (Mood,
menggambarkan apakah berat badan atlet tersebut lebih banyak terdiri dari
massa lemak atau bukan lemak (otot). Apabila persentase lemak menurun
22
2006).
tingkat energi dasar mereka dan menempatkan mereka pada risiko yang
latihan yang terus menerus. Oleh karena itu agar jasmani kita sehat maka
d. Kelentukan
memutar tubuhnya (Haskell dan Kienan, 2000). Otot, ligamen, dan tendon
23
cedera dan rasa sakit pada otot, mengurangi tekanan darah dan stres
daerah gerak yang maksimal, bergantung pada panjang otot, tendon, dan
kesegaran jasmani kita baik, maka kita tidak hanya melakukan latihan untuk
salah satu komponen saja, tetapi juga berlatih untuk memperbaiki semua
komponen.
4. Pengukuran Kebugaran
menggambarkan sejauh mana kualitas fisik seseorang saat ini dan setelah
beraktivitas fisik.
24
jenis kemampuan yang akan diukur terutama yang berhubungan dengan jenis
aerobik (VO2max) dapat dilakukan menggunakan alat Douglas Bag (dua kantung
udara yang disambung dengan selang pada mulut dan hidung dengan cara
treadmill dan sepeda ergometer) pada individu yang telah dipasangi spirometer
25
individu yang diuji sehingga volume pertukaran gas serta detak jantung dapat
dua cara, yaitu tes maksimal dan submaksimal. Pada tes maksimal, VO2max
diukur pada kondisi kelelahan maksimum selama melakukan beban latihan fisik
anak-anak atau lanjut usia akan menghentikan beban latihan fisik saat mereka
ini menganggap bahwa ambilan oksigen dan detak jantung berhubungan linear
terampil dan tidak praktis untuk tes massal (Rowland, M.D, 1996 dan Nieman,
dinyatakan dalam satuan milliliter per menit (ml/menit) atau milliliter per
kilogram berat badan per menit (ml/ kgBB/ menit). Satuan VO2max dengan berat
jantung (Astrad, 1977 dalam Fatmah, 2011). Pada individu yang bugar, detak
jantung atau denyut nadi lebih sedikit jumlahnya karena sistem kardiorespiratori
bekerja secara lebih efisien, yaitu setiap detak oksigen yang terpompa dalam
(Aspaugh, 1997). Tujuan yang ingin dicapai dalam olahraga pada dasarnya
Tabel 2.1
Jenis-Jenis Latihan Fisik
Jenis Latihan Fisik Instrumen
Tes lari 12 menit (Metode Cooper) Lintasan
Tes lari 2,4 km Lintssan
Tes dengan Ergocycle Sepeda Ergometer
Tes Naik Turun Bangku
- Havard Step Test (untuk laki- - Bangku setinggi 20 inci (70
laki) cm)
- Queen’s College step test - Bangku setinggi 16.25 inci
- YMCA (Young Men’s (57 cm)
Christian Association) 3- - Bangku setinggi 12 inci (31
minute step test cm)
pada jumlah sampel besar adalah pengukuran kebugaran aerobik dengn tes naik-
turun bangku (step test). Pengukuran ini berdasarkan pada denyut nadi saat atau
Diantara ketiga macam tes naik-turun bangku, waktu paling singkat dan
perhitungan paling sederhana terdapat pada YMCA 3-minute (tes bangku 3 menit
YMCA) sehingga cocok untk tes yang dilakukan secara massal (Nieman,
biasanya digunakan untuk tes massal selama 3 menit dan memiliki perhitungan
dengan perhitungan denyut nadi sesaat setelah tes dilakukan (Jones, 2010).
Recovery denyut nadi 5 menit setelah tes naik turun tangga 3 menit
Semakin cepat denyut nadi kembali seperti sebelum tes, maka akan semakin
bugar seseorang tersebut (Chen, 2006 dalam Nanda, 2012). Penelitian yang
dilakukan oleh Yuan, Fu, Zhang, Li dan Sahan (2008) dalam Nanda (2012)
membuktikan bahwa tes naik turun bangku-3 menit YMCA ini merupakan
cm step test dan squat-up down test karena memiliki reliabilitas tertinggi karena
denyut nadi setelah melakukan tes bangku 3 menit YMCA dapat dilihat dalam
tabel 2.2 :
Tabel 2.2
Tingkat Kebugaran Berdasarkan Norma Tes Bangku 3 Menit YMCA
Usia
18-25 26-35 36-45 46-55 56-65 65+
Kategori
Laki-laki
Istimewa 50-76 51-76 49-76 56-82 60-77 59-81
28
Usia
18-25 26-35 36-45 46-55 56-65 65+
Kategori
Baik 77-84 79-85 80-88 87-93 86-94 87-92
Diatas Rata-rata 88-93 88-94 92-98 95-101 97-100 94-102
Rata-rata 95-100 96-102 100-105 103-109 103-109 104-110
Dibawah Rata- 102-107 104-110 108-113 111-117 111-117 114-118
rata
Buruk 111-119 114-121 116-124 119-128 119-128 121-126
Sangat Buruk 124-157 126-161 130-163 131-154 131-154 130-151
Perempuan
Istimewa 52-81 58-80 51-84 63-91 60-92 70-92
Baik 85-93 85-92 89-96 92-101 97-103 96-101
Diatas Rata-rata 96-102 95-101 100-104 102-110 106-111 104-111
Rata-rata 104-110 104-110 107-112 111-118 113-118 116-121
Dibawah Rata- 113-120 113-119 115-120 119-124 119-127 123-126
rata
Buruk 122-131 122-129 124-132 123-132 129-135 128-133
Sangat Buruk 135-169 134-171 137-169 133-171 141-174 135-155
Sumber : Nieman, 2007
seluruhnya oleh tubuh. Misalnya, lari sprint 100 m, tenis lapangan, bulutangkis.
Energi pada metabolisme anaerobik akan disalurkan pada jenis latihan yang berupa
ledakan otot dan memiliki intensitas tinggi. Oleh karena itu, pengukuran kebugaran
anaerobik mengarah pada komponen daya tahan dan kekuatan otot. Beberapa
yaitu Margaria stair-running test (tes berlari naik tangga Margaria) dan tes
anaerobik Wingate (Rowland M.D, 1996). Prinsip dasar dalam pelaksanaan tes ini
Dalam penerapannya perlu dicermati siapa yang menjadi populasi yang akan
menjalani tes kebugaran jasmani. Bila populasi yang akan menjalani tes kebugaran
kapasitas tes cukup kapasits aerobik. Namun, untuk menyeleksi terhadap populasi
yang homogen maka dapat dilakukan pengukuran kapasitas aerobik dan anaerobik
menggerakan kontraksi otot. Per molekul glukosa berbeda dengan 2 molekul jika
Dan hasil oksidasi lemak yang berlebih, persendian energi yang memadai untuk
dapat memperpanjang latihan. Latihan aerobik dapat dilakukan dari beberapa menit
hingga beberapa jam. Latihan aerobik dapat dilakukan dengan bersantai sambil
Sekitar tahun 2000 ini, skor kebugaran aerobik (VO2max) telah dipandang
sebagai cara mengukur kebugaran yang terbaik dan dipercayai memiliki hubungan
1. Genetik
Level kemampuan fisik seseorang dipengaruhi oleh gen yang ada dalam
tubuh. Genetik atau keturunan yaitu sifat-sifat spesifik yang ada dalam tubuh
2011).
Magnus, dan Tambs (1994) berpendapat bahwa lebih dari setengah perbedaan
keturunan. Faktor keturunan lainnya seperti fisik dan komposisi tubuh juga
dari segi kebugaran aerobik. Hasil suatu penelitian yang dilakukan pada 35
wanita kulit hitam dan kulit putih menyatakan bahwa kebugaran aerobik pada
wanita kulit hitam lebih rendah dibandingkan dengan kelompok wanita kulit
2. Jenis Kelamin
paru dan sebagainya. Sampai pubertas biasanya kebugaran anak laki-laki hampir
31
sama dengan anak perempuan, tapi setelah pubertas kebugaran pada laki-laki dan
perbedaan hormon testosteron dan esterogen, dan kadar hemoglobin yang lebih
rendah.
3. Umur
mencapai maksimal pada usia 25-30 tahun, kemudian akan terjadi penurunan
kapasitas fungsional dari seluruh tubuh, kira-kira sebesar 0,8-1% pertahun, tetapi
bila rajin berolahraga penurunan ini dapat dikurangi sampai separuhnya (Depkes,
2002).
ditingkatkan, bahkan setelah usia 70 (de Vreis, 1986 dalam Sharkley, 2011).
32
4. Status Kesehatan
1989 dalam Haskell dan kiernan, 2000). Kemampuan untuk menjalani aktivitas
fisik yang lebih berat dari biasanya dapat diketahui dengan menggambarkan
status kesehatan seseorang. Hal tersebut juga diperlukan sebelum melakukan tes
meliputi kondisi jantung berdasarkan keterangan dokter, ada atau tidaknya nyeri
dada saat beraktivitas dan tidak beraktivitas, rasa pusing atau pengalaman
kehilangan kesadaran, masalah tulang dan sendi, obat tekanan darah atau jantung
yang sedang dikonsumsi serta alasan lain yang berhubungan dengan kesehatan
CO pada hemoglobin sebesar 200-300 kali lebih kuat dari oksigen. Hal ini berarti
(Astrand, 1992).
33
dan sel tubuh. Nikotin dapat mempersempit pembuluh darah dan mengahalangi
peredaran darah. Alkohol juga dapat memberikan akibat yang merugikan kepada
1992).
rendah kandungan tar, nikotin, memiliki risiko lebih kecil dibandingkan dengan
perokok yang mengonsumsi lebih banyak zat berbahaya tersebut. Tetapi itu
6. Aktivitas Fisik
latihan fisik yang bersifat aerobik dilakukan secara teratur akan mempengaruhi
atau meningkatkan daya tahan kardiovaskular dan dapat mengurangi lemak tubuh
(Depkes, 1994 dalam Fatmah, 2011). Aktivitas fisik adalah pergerakan tubuh
merupakan bagian dari aktivitas fisik, sedangkan olahraga adalah aktivitas fisik
yang mempergunakan otot-otot besar yang bersifat baik kompetitif maupun non
tingkat kebugaran seseorang. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa latihan
fisik merupakan salah satu faktor yang menghambat proses penuaan yang
34
ditandai dengan penurunan kapasitas aerobik dan kekuatan otot yang akan
Para ahli epidemiologi membagi aktivitas fisik ke dalam dua kategori, yaitu
aktivitas fisik terstruktur (kegiatan olahraga) dan aktivitas fisik tidak terstruktur
Aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur dapat mengurangi risiko terhadap
kanker kolon. Selain itu juga memberikan efek positif terhadap penyakit seperti
mengontrol perilaku yang berisiko seperti merokok, alkohol, serta juga dapat
7) Mencegah obesitas
35
dan aturan tertentu dengan tujuan meningkatkan efisiensi fungsi tubuh yang hasilnya
a. Intensitas latihan
Makin besar intensitas latihan, makin besar pula efek latihan tersebut.
b. Lamanya latihan
bermanfaatkan bagi kesegaran jantung dan tidak berbahaya, maka harus berlatih
c. Frekuensi latihan
latihan. Olahraga dilakukan secara teratur setiap hari atau 3 kali seminggu
paling sering digunakan saat ini adalah self-reported survey (survei dengan
orang dewasa pada 7 hari sebelumnya. Jenis aktivitas fisik lebih spesifiknya
fisik sedang sehingga membuat bernafas agak lebih kuat daripada biasanya
serta dilakukan minimal 10 menit. Aktivitas fisik berat adalah aktivitas yang
menggunakan tenaga fisik kuat sehingga nafas jauh lebih cepat dari biasanya
Tabel 2.3
Jenis Aktivitas Fisik Sedang dan Berat
No Aktivitas Fisik Sedang Aktivitas Fisik Berat
1 Berjalan cepat Berlari
2 Menari Mendaki bukit
3 Berkebun Bersepeda cepat
4 Melakukan pekerjaan rumah Aerobik
tangga (menyapu, mengepel)
5 Berburu Berenang cepat
6 Bermain dengan anak-anak Bertanding olahraga (sepak
bola, voli, basket)
7 Badminton Menyekop atau menggali parit
8 Membawa/memindahkan Membawa/memindahkan
barang (<20 kg) beban (>20kg)
Sumber : WHO, 2011
37
penjumlahan dari aktivitas berjalan, aktivitas sedang, dan aktivitas berat dalam
durasi (menit) dan frekuensi (hari). MET merupakan hasil dari perkalian dari Basal
Metabolisme Rate dan METs-menit hasil dari dihitung dengan mengalikan skor
METs dengan kegiatan yang dilakukan dalam menit. Nilai METs untuk berjalan
adalah 3,3; aktivitas sedang adalah 4,0; dan aktivitas berat adalah 8,0.
Ketersediaan zat gizi dalam tubuh akan berpengaruh pada kemampuan otot
mendapatkan gizi yang memadai untuk kegiatan fisiknya dan tidur (Fatmah,
2011). Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi, dibedakan antara gizi kurang, baik, dan lebih (Almatsier,
2002). Definisi lain menyebutkan bahwa status gizi adalah ekspresi dari keadaan
Dalam dunia olahraga, keadaan (status) gizi baik dan ketersediaan energi dalam
jumlah yang cukup serta pada waktu yang tepat sangat penting. Teknik dan latihan
38
apabila tidak dilengkapi dengan status gizi yang baik tidak akan mencapai prestasi
membawa pada kebutuhan energi yang lebih besar pada sistem aerobik untuk
melakukan dan melangsungkan pergerakan badan. Oleh karena itu, kelebihan berat
badan umumnya menyebabkan saat kelelahan yang jauh lebih dini (Woolford,
menaikkan temperatur massa bukan lemak (lean body-mass). Oleh karena itu,
dengan persen lemak yang besar, suhu tubuh akan meningkat lebih banyak
Sebuah penelitian yang dilakukan di Maputo, Mozambik dari 2316 orang anak-
anak dan remaja berusia 6–18 tahun menyatakan bahwa kelompok gizi lebih
(underweight) lebih buruk dalam tes kekuatan, sama baiknya dalam aspek
kelenturan dan ketangkasan, namun justru lebih baik dalam daya tahan
8. Asupan Gizi
Asupan gizi merupakan salah satu faktor yang menentukan kebugaran karena
berkaitan dengan aktivitas fisik dan status gizi. Keadaan atau status gizi sangat
ditentukan oleh kebiasaan makan yang baik dalam jangka waktu yang lama (Proyek
Proses pencapaian kebugaran tidak terlepas dari pengaturan gizi. Pada awalnya
pengaturan gizi hanya fokus pada penanggulangan defisiensi zat gizi untuk
pencegahan penyakit kronis. Namun, dampak dari perubahan gaya hidup dan
peningkatan umur harapan hidup maka konsep bugar mulai diterapkan. Konsep
bugar yang dimaksud adalah kemampuan untuk hidup aktif dan sehat dan
keseimbangan zat gizi mikro dan makro (Fatmah, 2011). Asupan gizi yang harus
a. Energi
Indrawagita, 2009). Hal ini berkaitan dengan penelitian yang dilakukan pada
atlet yang membutuhkan berat badan yang ringan dan rendah konsumsi
1989).
40
Sebuah penelitian yang dilakukan pada wanita dan pria berusia 47– 48 tahun
menyatakan bahwa zat gizi yang berpengaruh lebih kuat pada komponen
berupa makronutrien, yaitu karbohidrat dan lemak (Paul, et.al, 2004 dalam
Indrawagita, 2009).
b. Protein
Protein adalah salah satu zat gizi esensial yang sangat penting. Protein
memiliki fungsi fisiologis yang penting. Protein memilki fungsi fisiologis untuk
sekolah menegah dan perguruan tinggi atlet mempercayai bahwa performa atlet
(Gutin, et.al, 2002). Selain itu, penelitian lain menyatakan bahwa terdapat
hubungan yang bermakna antara asupan protein dengan status gizi menurut
c. Vitamin A
Vitamin A adalah salah satu vitamin larut lemak. Secara teoritis, defisiensi
karoten (berasal dari vitamin A) dalam darah dengan daya tahan kardiovaskuler
dan penyembuhan penyakit jantung koroner dan kanker. Hal ini dikaitkan
2006).
d. Vitamin B1
Vitamin B1 atau thiamin merupakan jenis vitamin yang larut dalam air,
masuk ke dalam krebs. Thiamin sangat penting untuk fungsi normal dari sistem
saraf dan penurunan energi dari glikogen dalam otot (Williams, 2002).
Zat besi memiliki fungsi utama dalam tubuh sebagai alat transportasi dan
utilitas dari oksigen. Fungsi zat besi penting dalam penggunaan oksigen dalam
tubuh. Fungsi ini terutama penting bagi seseorang yang melakukan latihan
42
aerobik berupa daya tahan dan harus memiliki asupan yang cukup (Williams,
2002). Zat gizi bersatu dengan protein hemoglobin dalam sel darah merah
sehingga dapat membantu melepaskan energi sebagai bahan bakar untuk kerja
f. Seng (Zn)
Tubuh mengandung 2-2,5 gram seng yang tersebar dihampir semua sel.
Sebagian besar seng berada dalam hati, prankreas, ginjal, otot dan tulang.
Jaringan yang banyak mengandung seng adalah bagian mata, kelenjar prostat,
spermatozoa, kulit dan rambut, dan kuku (Almatsier, 2006). Status seng yang
menjadi lelah dan turunnya tenaga selama puncak kerja, kemudian status Zn
panjang adalah dengan menerapkan pola makan seimbang, beraneka ragam, rendah
lemak terutama lemak jenuh, mengutamakan makanan sumber protein dari ikan dan
serta mengurangi garam dan gula. Untuk mengetahui angka kecukupan gizi dewasa
Tabel 2.4
Angka Kecukupan Gizi Usia Dewasa
Laki-Laki Perempuan
Zat Gizi 19-29 30-49 50-64 19-29 30-49 50-64
tahun tahun tahun tahun tahun tahun
Energi (Kkal) 2550 2350 2250 1900 1800 1750
Protein (gram) 60 60 60 50 50 50
Vitamin A (RE) 600 600 600 500 500 500
Vitamin D (µg) 5 5 10 5 5 10
Vitamin E (mg) 15 15 15 15 15 15
Vitamin K (µg) 65 65 65 55 55 55
Tiamin (mg) 1,2 1,2 1,2 1,0 1,0 1,0
Riboflavin (mg) 1,3 1,3 1,3 1,1 1,1 1,1
Niasin (mg) 16 16 16 14 14 14
Asam Folat (µg) 400 400 400 400 400 400
Piridoksin (mg) 1,3 1,3 1,7 1,3 1,3 1,5
Vitamin B12 (µg) 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4
Vitamin C (µg) 90 90 90 90 90 90
Kalsium (mg) 800 800 1000 800 800 1000
Fosfor (mg) 600 600 600 600 600 600
Magnesium (mg) 290 300 300 250 270 270
Besi (mg) 13 13 13 26 26 12
Yodium (µg) 150 150 150 150 150 150
Seng (mg) 13 13,4 13,4 9,3 9,8 9,8
Selenium (µg) 30 30 30 30 30 30
Mangan (mg) 2,3 2,3 2,3 1,8 1,8 1,8
Flour (mg) 3 3,1 3,1 2,5 2,7 2,7
Sumber :Widya Pangan Gizi Nasional 2014
44
a. Energi
aktivitas fisik. Usia dewasa muda yang berkisar antara 19-49 tahun merupakan
usia produktif, banyak kegiatan yang dilakukan terutama pada pekerja buruh
kebutuhan energi pada orang dewasa aktif lebih tinggi dibandingkan kelompok
usia lanjut 50-64 tahun. AKG pada perempuan usia 19-29 tahun adalah 1900
b. Protein
mengganti protein yang hilang sehari-hari melalui urin, kulit, feses, dan rambut
serta untuk mengganti sel-sel yang rusak. Pada usia ini seseorang tidak
(AKG Depkes RI, 2004). Asupan protein lebih dari jumlah yang dianjurkan
sebagai akibat tingginya asupan lemak jenuh dan kolesterol yang terdapat pada
c. Vitamin
Seimbang (PUGS). Masalah kekurangan vitamin pada usia dewasa bisa terjadi
tahun dan 500 IU untuk yang berumur 19 tahun (AKG Depkes RI, 2004). Di
g. Mineral
apabila makana sehari-hari sesuai dengan PUGS. Angka kecukupan besi untuk
laki-laki dewasa muda dan setengah tua adalah 13 mg/hari untuk perempuan
kecukupan besi perempuan dewasa muda lebih tinggi dari pada dewasa setengah
tua karena pada usia tersebut perempuan kehilangan besi tiap bulan melalui haid.
Makanan sumber besi adalah daging merah, hati, kuning telur, sayuran hijau,
sebanyak 26 mg per hari (AKG Depkes RI, 2004). AKG Depkes RI (2004)
per hari.
46
tidak langsung.
Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian
yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Pengukuran yang mudah untuk
dilakukan dan tidak membutuhkan dana yang cukup besar serta dapat digunakan
a. Antropometri
macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai umur
proposi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh.
Dalam program gizi masyarakat, pemantauan status gizi anak dewasa dapat
mengukur beberapa parameter, antara lain: umur, berat badan, tinggi badan,
lingkar kepala, lingkar lengan, lingkar pinggul dan tebal lemak bawah kulit.
yaitu pembagian antara berat badan (BB) per tinggi badan (TB) dalam
bahwa batasan berat badan normal orang ditentukan berdasarkan nilai Body
Mass Index (BMI) dikenal dengan Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT
merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa
mencapai usia harapan hidup lebih panjang. Berikut adalah rumus IMT :
Keterangan :
IMT = Indeks Massa Tubuh
BB = Berat Badan (kg)
TB = Tinggi Badan (m2)
Tabel 2.5
Klasifikasi IMT Dewasa Menurut Depkes RI (2004)
tebal lemak, (5) The Bod Pod (alat pengukuran) (Fahey, et.al, 2004).
48
memanfaatkan perbedaan sifat lemak terhadap daya angkat air, yaitu lemak
mengapung dalam air sementara massa bukan lemak tenggelam dalam air.
untuk masuk ke dalam air sehingga cukup sulit dilakukan. Alat ini akurat untuk
menentukan persen lemak tubuh (Fahey, et.al, 2004). The Bod Pod yang
tekanan udara pada tubuh sehingga diperoleh besar volume tubuh. Melalui
metode tersebut, persen lemak tubuh dapat dikalkulasikan dari volume tubuh
lemak tubuh karena lemak merupakan isolator listrik sehingga semakin lambat
aliran listrik dari satu kutub ke kutub lain, semakin tinggi persen lemak tubuh
mengetimasi persen lemak tubuh. Pada saat ini telah dikembangkan alat portable
tubuh pada monitornya. Metode ini adalah yang paling populer digunakan karena
ketersediaan alat-alat BIA yang variatif serta mudah dipakai untuk masyarakat
teknik tersebut tergolong sangat akurat, namun membutuhkan biaya mahal serta
tubuh dengan tepat. Metode ini tidak rumit, murah dan praktis untuk pengukuran
pelatihan yang sama sehingga hasil menjadi akurat (Fahey, et.al, 2004).
Tabel 2.6
Klasifikasi Persen Lemak Tubuh pada Perempuan
Persen Lemak Tubuh (%)
Kategori
< 19 tahun 20-29 tahun
Baik Sekali 17,0 18,0
Baik 17,1-22,0 18,1-23,0
Cukup 22,1 -27 23,1-28
Buruk 27,1- 32,0 28,1 -33
Buruk Sekali ≥ 32,1 ≥ 33,1
Sumber : Depdiknas Pengembangan Olaharaga, 2012
a. Recall 24 Jam
bahan makanan yang dikonsumsi selama 24 jam yang lalu. Data yang
(sendok, gelas, piring dan lain-lain) atau ukuran lainnya yang biasanya
ini jangan dilakukan hanya 1 kali (1x24 jam) karena akan menghasilkan data
menghasilkan gambaran asupan zat gizi lebih optimal dan memberikan variasi
yang lebih besar tentang intake harian individu. Menurut Supariasa (2002)
sebagai berikut :
responden
2) Ketepatan sangat tergantung pada daya ingat respoden, oleh karena itu
ini tidak cocok dilakukan pada anak usia dibawah 7 tahun, orang tua
(under estimate).
E. Kerangka Teori
jenis kelamin, status gizi, aktivitas fisik, kebiasaan merokok, asupan gizi. Ditambah
menurut Sharkley (2011) faktor yang mempengaruhi kebugaran adalah genetik, usia,
jenis kelamin, status gizi, aktivitas fisik, kemudian Astrad (1992) menjelaskan
aktivitas fisik dan kebiasaan merokok, Hoeger (2011) menjelaskan status kesehatan,
Williams (2002) menjelaskan asupan gizi dan Nieman (1998) menjelaskan faktor
52
Bagan 2.1
Kerangka Teori
Genetik
Umur
Jenis Kelamin
Status Kesehatan
Status Gizi
-IMT
-Persen Lemak Tubuh
Asupan Gizi
-Energi
-Protein
-Vitamin A
-Zat Besi ( fe)
-Seng (Zn)
Sumber : ModifikasiAstrad (1992), Nieman (1998), Williams (2002), Fatmah (2011), Hoeger (2011), dan
Sharkley (2011)
BAB III
A. Kerangka Konsep
Tujuan umum dari penelitian ini yaitu ingin mengetahui hubungan antara status
gizi dengan kebugaran dilihat dari Indeks Massa Tubuh (IMT), persen lemak tubuh,
asupan gizi dan aktifitas fisik pada Mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah tahun 2013.
jenis kelamin, status gizi, aktivitas fisik dan asupan gizi yang dijadikan sebagai
variabel independen. Tetapi tidak semua faktor dapat diteliti dengan asumsi sebagai
berikut:
a. Genetik.
yang tidak dapat dicegah atau tidak dapat dimodifikasi (Prentice, 2004).
c. Status Kesehatan
Status kesehatan juga tidak diteliti karena homogen pula. Seluruh reponden yang
menggunakan kuesioner PAR-Q and You. Jika diketahui dari pertanyaan terkait
53
54
kesehatan yang baik. Sedangkan variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. IMT
IMT menggambarkan komposisi tubuh manusia yang terdiri dari jaringan adiposa
dan Lean Body Mass. Komposisi tubuh sesorang yang berlebihan dapat
Lemak tubuh yang berlebihan akan memperberat kerja jantung sehingga akan
c. Aktivitas Fisik
Latihan fisik merupakan salah satu faktor yang menghambat proses penuaan yang
d. Asupan Gizi (Energi, Protein, Vitamin A, Vitamin B1, Zat Besi dan Seng)
Asupan makanan zat gizi makro terutama karbohidrat, lemak, dan protein akan
dipergunakan untuk menghasilkan energi dan sebagian disimpan dalam hati dan
otot yang dapat dipergunakan untuk melakukan aktivitas fisik guna mencapai
performa. Selain itu diperlukan zat gizi mikro untuk memelihara proses dalam
kebugaran.
55
Dengan pernyataan diatas maka kerangka konsep dari variabel yang akan
diteliti yaitu variabel independen meliputi status gizi (Indeks Massa Tubuh (IMT),
persen lemak tubuh, asupan gizi) dan aktifitas fisik adalah sebagai berikut:
Bagan 3.1
Kerangka Konsep
IMT
Aktivitas Fisik
Asupan Energi
Kebugaran
Asupan Protein
Asupan Vitamin A
Asupan Vitamin B1
B. Definisi Operasional
Tabel 3.1
Definisi Operasional
Skala
No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur
Ukur
Variabel Dependen
1 Kebugaran Nilai kebugaran yang diperoleh Metode YMCA 3- Perhitungan denyut Jumlah denyut nadi Rasio
dari pengukuran daya curah minute step test nadi setelah setelah tes kebugaran
jantung pada sistem (tes bangku 3 melakukan dalam satu menit
kardiorespiratori setelah menit YMCA) YMCA3-minute (kali/menit)
melakukan step test naik turun step test (tes
tangga yang dilakukan oleh bangku 3 menit
mahasiswi YMCA)
Variabel Independen
1 Indeks Massa Ukuran keadaan gizi mahasiswi 1. Timbangan Pengukuran Nilai IMT dalam Rasio
Tubuh (IMT) yang dihitung dari perbandingan Injak (Seca) antropometrik kg/m2
antara berat badan dalam 2. Mircotoise
kilogram dibagi dengan tinggi
badan dalam meter yang
dikuadratkan
2 Persen Lemak Persentase massa lemak dari berat BIA (Bioelectric
Pengukuran dengan Nilai Persen Lemak Rasio
Tubuh badan total pada mahasiswi Impedance) alat BIA Tubuh dalam %
(Bioelectric
Impedance
Analysis)
4 Asupan gizi Jumlah rata-rata energi yang Kuesioner Recall Penghitungan Jumlah asupan Rasio
Energi dikonsumsi oleh mahasiswi yang 24 jam Recall 2 x 24 jam energi dalam kkal
berasal dari makanan, minuman
57
Skala
No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur
Ukur
dan suplemen dalam satu hari
dilakukan sebanyak 2 kali pada
hari yang berlainan.
5 Asupan Protein Jumlah rata-rata protein yang Kuesioner Recall Penghitungan Jumlah asupan Rasio
dikonsumsi dari makanan, 24 jam Recall 2 x 24 jam protein dalam gram
minuman dan suplemen dalam (gr)
satu hari sebelum wawancara
yang dilakukan sebanyak 2 kali
pada hari yang berlainan.
6 Asupan Jumlah rata-rata vitamin A yang Kuesioner Recall Penghitungan Jumlah asupan Rasio
Vitamin A dikonsumsi dari makanan, 24 jam Recall 2 x 24 jam vitamin A dalam
minuman dan suplemen dalam mikrogram (µg)
satu hari sebelum wawancara
yang dilakukan sebanyak 2 kali
pada hari yang berlainan.
7 Asupan Jumlah rata-rata vitamin B1 yang Kuesioner Recall Penghitungan Jumlah asupan Rasio
Vitamin B1 dikonsumsi dari makanan, 24 jam Recall 2 x 24 jam vitamin B1 dalam
minuman dan suplemen dalam miligram (mg)
satu hari sebelum wawancara
yang dilakukan sebanyak 2 kali
pada hari yang berlainan.
8 Asupan Zat Besi Jumlah rata-rata zat besi (Fe) Kuesioner Recall Penghitungan Jumlah asupan zat Rasio
(Fe) yang dikonsumsi dari makanan, 24 jam Recall 2 x 24 jam besi (Fe) dalam
minuman dan suplemen dalam miligram (mg)
satu hari sebelum wawancara
yang dilakukan sebanyak 2 kali
pada hari yang berlainan.
9 Asupan Seng (Zn) Jumlah rata-rata seng (Zn) yang Kuesioner Recall Penghitungan Jumlah asupan Seng Rasio
58
Skala
No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur
Ukur
dikonsumsi dari makanan, 24 jam Recall 2 x 24 jam (Zn) dalam miligram
minuman dan suplemen dalam (mg)
satu hari sebelum wawancara
yang dilakukan sebanyak 2 kali
pada hari yang berlainan.
C. Hipotesis
1. Ada hubungan antara status gizi berdasarkan IMT dengan kebugaran pada
tahun 2013.
2. Ada hubungan status gizi berdasarkan persen lemak tubuh dengan kebugaran
3. Ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kebugaran pada mahasiswi Program
4. Ada hubungan antara asupan energi dengan kebugaran pada mahasiswi Program
5. Ada hubungan antara asupan protein dengan kebugaran pada mahasiswi Program
2013.
2013.
8. Ada hubungan antara asupan zat besi (Fe) dengan kebugaran pada mahasiswi
2013.
59
60
9. Ada hubungan antara asupan seng (Zn) dengan kebugaran pada mahasiswi
2013.
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
independen yaitu Indeks Massa Tubuh (IMT), persen lemak tubuh, asupan gizi dan
aktivitas fisik dengan variabel dependen yaitu kebugaran dilakukan pada saat yang
ekonomis dalam hal waktu, dan hasilnya dapat diperoleh dengan cepat
(Notoatmodjo, 2010).
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai Agustus tahun 2013 di Program
Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
61
62
2. Sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswi Program Studi Kesehatan
berikut:
19-21 tahun.
terhadap lemahnya daya tahan tubuh setelah melakukan pengujian step test.
tes tersebut.
Keterangan:
Ζ = Koefisien Fisher
r = Koefisien kolerasi antara aktivitas fisik tingkat
moderat dengan estimasi kebugaran
kardiorespiratori aerobik anak 0,33 (Kristensen,
et,al, 2010)
n = Jumlah sampel
Z 1-α/2 = 1,96 (tingkat kepercayaan 0,5%)
Z 1-β = 1,28 (kekuatan uji 90%)
Ζ = Koefisien Fisher 0,34 hasil perhitungan dengan
r sebesar 0,33
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus tersebut, diperoleh bahwa besar
penelitian ini adalah simple random sampling, yaitu pengambilan sampel secara acak,
sesuai langkah yang ditetapkan. Dengan pembagian jumlah sampel per angkatan sebagai
berikut:
Tabel 4.1
Pembagian Jumlah Sampel
Angkatan Jumlah
2009 52/ 305 x 94 = 16
2010 56/305 x 94 = 17
2011 105/305 x 94 = 32
2012 92/ 305 x 94 = 29
Total 94
64
Sampel pada setiap angkatan diambil secara acak berdasarkan undian dan
sebanyak 94 orang dicocokkan dengan kriteria yang ditentukan, jika terdapat responden
yang tidak sesuai maka dilakukan drop out dan dipilih kembali sampai menemukan
D. Pengumpulan Data
1. Sumber Data
a. Data Primer
status gizi dengan antropometri (tinggi dan berat badan serta persen lemak
tubuh), asupan gizi dengan wawancara recall 24 jam, aktivitas fisik dengan
b. Data Sekunder
Data sekunder yang diperoleh adalah data mengenai profil dan jumlah
2. Instrumen Penelitian
b) Kuesioner penelitian yang berisi pendahuluan dan kolom data diri, prosedur
pemgumpulan data, kolom recall 24 jam, kolom recall aktivitas fisik (IPAQ)
Pengumpulan data dilakukan dengan membagi tahapan menjadi tiga pos. Pos
pertama merupakan pos wawancara recall 24 jam, pos kedua merupakan pos
tes fisik. Jika diketahui ada sampel yang tidak memenuhi kriteria maka
wawancara food recall 24 jam dan recall aktivitas fisik dengan kuesioner
IPAQ (2005).
dilakukan pengukuran. Hasil pengukuran dicatat pada lembar entri data pada
prosedur (lampiran) dan hasil perhitungan denyut nadi ditulis pada lembar entri
4. Pengukuran Data
a) Kebugaran
melakukan tes jika ≥1 jawaban “Tidak”. Untuk tes bangku 3 menit YMCA
Dalam penelitian ini status gizi dengan melihat Indeks Massa Tubuh
presisi dan akurasi. Hasil pengukuran dihitung dari pembagian antara berat
badan dibagi dengan tinggi badan (dalam m2) oleh mahasiswi gizi kesehatan
masyarakat.
alat BIA (Bioelectric Impedance Analyses) secara langsung oleh mahasiswi gizi
kesehatan masyarakat.
d) Aktivitas Fisik
IPAQ terdiri dari 7 pertanyaan. Skor total nilai aktivitas fisik dilihat dalam
sedang, dan aktivitas berat dalam durasi (menit) dan frekuensi (hari). MET
(IPAQ,2005).
e) Asupan Gizi
wawancara recall 24 jam yang dilakukan 2 kali dalam waktu yang berlainan.
Nutri Survey 2007 (versi Indonesia) sehingga langsung dapat diketahui jumlah
dalam pengolahan data yang harus dilalui. Pengolahan data yang telah
sebagai berikut:
a. Penyutingan (Editing)
melalui telepon.
Template kolom entri data dibuat dengan menggunakan Microsoft Office Excel
c. Koreksi (Cleaning)
Proses koreksi terlebih dahulu agar tidak terjadi kesalahan yang dapat
kesalahan dalam entry data maka dilakukan dengan cara membuat distribusi
d. Analisis Data
1) Analisis Univariat
pendukung, yaitu umur responden, tinggi dan berat badan serta denyut
nadi sebelum dan lima menit setelah tes bangku 3 menit YMCA.
2) Analisis Bivariat
variabel, yaitu satu variabel bebas (IMT dan persen lemak tubuh, aktivitas
fisik, asupan energi, protein, vitamin A, vitamin B, zat besi (Fe), dan seng
uji statistik korelasi. Tujuan dari uji korelasi ini adalah untuk mengetahui
berikut.
sempurna.
hipotesis. Tujuan dari uji hipotesis ini adalah untuk mengetahui apakah
HASIL PENELITIAN
A. Analisis Univariat
Analisis univariat pada penelitian ini memaparkan gambaran hasil analisis dari
kebugaran berdasarkan nilai denyut nadi, Indeks Massa Tubuh (IMT), persen lemak
tubuh, aktivitas fisik dan asupan gizi (energi, protein, vitamin A, vitamin B1, Fe dan
Zn) pada mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah
nilai denyut nadi setelah 5 detik tes kebugaran mahasiswi yang sangat bervariasi.
Distribusi kebugaran mahasiswi penelitian dipaparkan pada tabel 5.1 berikut ini:
Tabel 5.1
Distribusi Kebugaran pada Mahasiswi Program Studi Kesehatan
Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013
Variabel Mean 95% CI SD Min-Max
Kebugaran 112,45- 119,38 17,03kali/menit 76 -151 kali/menit
kali/menit
Sumber :Data Primer, 2013
Tabel 5.1 menunjukkan bahwa nilai rata-rata pada Coefisien Interval 95%
kebugaran berdasarkan denyut nadi dari total seluruh mahasiswi yaitu 112,45-
71
72
indikator Indeks Massa Tubuh (IMT). Hasil uji statistik univariat untuk nilai
Tabel 5.2
Distribusi Indeks Massa Tubuh pada Mahasiswi Kesehatan Masyarakat
Tahun 2013
Variabel Mean 95% CI SD Min-Max
2
IMT 20,60-22,41 kg/m 4,25 15,37-39,26 kg/m2
Sumber : Data Primer 2013
Nilai rata-rata IMT pada Coefisien Interval 95% mahasiswi adalah 20,60-
22,41 kg/m2 dengan variasi nilai IMT sebesar 4,25. Sedangkan sebaran nilai IMT
indikator persen lemak tubuh. Hasil uji statistik univariat untuk nilai status gizi
Tabel 5.3
73
Tabel 5.3 menunjukkan bahwa nilai rata-rata persen lemak tubuh pada
Coefisien Interval 95% penelitian ini adalah 22,70-25,34% dengan variasi nilai
persen lemak tubuh sebesar 17,03. Sedangkan sebaran persen lemak tubuh
mahasiswi sebesar 70,2% berada pada keadaan normal dan 29,8% berada pada
keadaan lebih.
perhitungan total skor IPAQ dan disajikan dalam bentuk metabolic equivalen
(METs). Distribusi nilai aktivitas fisik dipaparkan dalam tabel 5.4 berikut :
Tabel 5.4
Distribusi Nilai Aktivits Fisik pada Mahasiswi Kesehatan Masyarakat 2013
Variabel Mean 95 % CI SD Min-Max
Aktivitas Fisik 1892,32-3296,27 METs 3685,92 17-22344 METs
Sumber : Data Primer, 2013
Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata aktivitas fisik
mahasiswi dari hasil total nilai METs pada Coefisien Interval 95% adalah
sebesar 1892,32-3296,27 METs dan variasi nilai aktivitas fisik sebesar 3685,92.
74
Distribusi nilai aktivitas fisik berada pada kategori nilai 600-3000 METs, artinya
sebagian besar mahasiswi memiliki aktivitas fisik sedang dengan variasi data
3685,923 METs. Sedangkan sebaran total nilai aktivitas fisik terendah adalah 17
IPAQ 2005 diketahui 28,7% memiliki aktivitas fisik rendah, 50% memiliki
Asupan gizi yang diteliti meliputi zat gizi makro dan mikro yang terdiri dari
energi, protein, vitamin A, vitamin B1, Fe dan Zn. Adapun distribusi asupan gizi
a. Asupan Energi
wawancara kuesioner food recall 2x24 jam. Hasil univariat gambaran asupan
gizi energi responden dapat dilihat pada tabel 5.5 berikut ini:
Tabel 5.5
Distribusi Asupan Energi pada Mahasiswi Kesehatan Masyarakat 2013
Variabel Mean 95% CI SD Min-Max
Asupan 1478,8-1655,42 kkal 430,1 516,9-3009 kkal
Energi
Sumber : Data Primer, 2013
Coefisien Interval 95% dalam satu hari adalah sebesar 1478,8-1655,42 kkal
75
asupan energi terendah sebesar 516,90 kkal dan tertinggi sebesar 3009 kkal.
b. Asupan Protein
Tabel 5.6
Distribusi Asupan Protein pada Mahasiswi Kesehatan Masyarakat 2013
Variabel Mean 95% CI SD Min-Max
Asupan Protein 51,14-58,69 gram 6,71 17,45-119,86 gram
Sumber: Data Primer 2013
95% adalah 51,14-58,69 gram dan variasi jumlah asupan protein sebesar
c. Asupan vitamin A
wawancara kuesioner food recall 2x24 jam. Hasil univariat gambaran asupan
Tabel 5.7
Distribusi Asupan Vitamin A pada Mahasiswi Kesehatan Masyarakat
2013
Variabel Mean 95% CI SD Min-Max
Asupan Vitamin A 663,65-1015,03 µg 6,71 72,70-5999 µg
Sumber : Data Primer, 2013
sebesar 72,70 µg dan tertinggi sebesar 5999 µg. Gambaran kategori asupan
d. Asupan Vitamin B1
wawancara kuesioner food recall 2x24 jam. Hasil univariat gambaran asupan
Tabel 5.8
Distribusi Asupan Vitamin B1 pada Mahasiswi Kesehatan Masyarakat
2013
Variabel Mean 95% CI SD Min-Max
Asupan Vitamin B1 0,45-0,53 mg 0,187 0,20-1,25 mg
Sumber : Data Primer, 2013
77
terendah sebesar 0,20 mg dan tertinggi sebesar 1,25 mg. Gambaran kategori
e. Asupan Fe
Tabel 5.9
Distribusi Asupan Vitamin Fe pada Mahasiswi Kesehatan Masyarakat
2013
Variabel Mean 95% CI SD Min-Max
Asupan Vitamin Fe 6,74-8,66 mg 4,695 0,90-30,60 mg
Sumber : Data Primer, 2013
Kesehatan 2004 yang memiliki asupan Fe kurang sebesar 96,8% dan asupan
f. Asupan Zn
Tabel 5.10
Distribusi Asupan Zn pada Mahasiswi Kesehatan Masyarakat 2013
Kesehatan 2004 yang memiliki asupan Zn kurang sebesar 92,6% dan asupan
B. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel yaitu
variabel dependen dan variabel independen. Dalam penelitian ini yang menjadi
variabel dependen yaitu kebugaran, sementara variabel independen yaitu IMT, persen
lemak tubuh, aktivitas fisik, dan asupan gizi (energi, protein, vitamin A, vitamin B1,
79
Fe dan Zn) yang dianalisis menggunakan uji korelasi dengan jenis data secara
menggunakan denyut nadi sesaat setelah 5 detik setelah tes kebugaran dapat
Tabel 5.11
Analisis Hubungan IMT dengan Kebugaran pada Mahasiswi Kesehatan
Masyarakat Tahun 2013
Variabel Jumlah (n) Korelasi (r) P-value
IMT 94 0,251 0,015
Sumber: Data Primer 2013
signifikan antara IMT dengan kebugaran sesaat setelah tes kebugaran dengan
menunjukkan pola hubungan antar variabel yang positif dengan pola hubungan
yang lemah, menunjukkan dengan semakin bertambahnya nilai IMT maka akan
semakin bertambah denyut nadi setelah tes kebugaran yang berarti tingkat
menggunakan denyut nadi sesaat setelah 5 detik setelah tes kebugaran dapat
Tabel 5.12
Analisis Hubungan Persen Lemak Tubuh dengan Kebugaran pada
Mahasiswi Kesehatan Masyarakat Tahun 2013
Variabel Jumlah (n) Korelasi (r) P-value
Persen Lemak Tubuh 94 0,114 0,275
Sumber: Data Primer 2013
yang signifikan antara persen lemak tubuh dengan Kebugaran sesaat setelah tes
kebugaran dengan nilai Pvalue sebesar 0,275 (P >0,05). Nilai koefisen korelasi (r
= 0,114) menunjukkan pola hubungan antar variabel yang positif dengan pola
hubungan yang sedang, yang berarti semakin bertambahnya nilai persen lemak
tubuh maka akan semakin bertambah denyut nadi setelah tes kebugaran yang
menggunakan denyut nadi sesaat setelah 5 detik setelah tes kebugaran dapat
Tabel 5.13
Analisis Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kebugaran pada Mahasiswi
Kesehatan Masyarakat Tahun 2013
Variabel Jumlah (n) Korelasi (r) P-value
Aktivitas Fisik 94 0,018 0,862
Sumber: Data Primer 2013
yang signifikan anatar aktivitas fisik dengan Kebugaran sesaat setelah tes
kebugaran dengan nilai Pvalue sebesar 0,862 (P >0,05). Nilai koefisien korelasi
(r = 0,018) menunjukkan pola hubungan antar variabel yang positif dengan pola
hubungan yang lemah hampir tidak terdapat hubungan yang bermakna antara
Masyarakat.
menggunakan denyut nadi sesaat setelah 5 detik setelah tes kebugaran dapat
Tabel 5. 14
Analisis Hubungan Asupan Energi dengan Kebugaran pada Mahasiswi
Kesehatan Masyarakat Tahun 2013
Variabel Jumlah (n) Korelasi (r) P-value
Asupan Energi 94 -0,128 0,220
Sumber: Data Primer 2013
yang signifikan antara asupan energi dengan Kebugaran sesaat setelah tes
kebugaran dengan nilai Pvalue sebesar 0,220 (P >0,05). Nilai koefisien korelasi
82
(r = -0,128) menunjukkan pola hubungan antar variabel yang negatif dengan pola
hubungan yang lemah, yang berarti semakin bertambahnya nilai asupan energi
maka akan semakin berkurangnya denyut nadi setelah tes kebugaran yang berarti
menggunakan denyut nadi sesaat setelah 5 detik setelah tes kebugaran dapat
Tabel 5.15
Analisis Hubungan Asupan Protein dengan Kebugaran pada Mahasiswi
Kesehatan Masyarakat Tahun 2013
Variabel Jumlah (n) Korelasi (r) P-value
Asupan Protein 94 -0,209 0,043
Sumber: Data Primer 2013
signifikan anatar asupan protein dengan Kebugaran sesaat setelah tes kebugaran
menunjukkan pola hubungan antar variabel yang negatif dengan pola hubungan
yang lemah, yang berarti semakin bertambahnya nilai asupan protein maka akan
semakin berkurangnya denyut nadi setelah tes kebugaran yang berarti tingkat
menggunakan denyut nadi sesaat setelah 5 detik setelah tes kebugaran dapat
Tabel 5.16
Analisis Hubungan Asupan Vitamin A dengan Kebugaran pada
Mahasiswi Kesehatan Masyarakat Tahun 2013
Variabel Jumlah (n) Korelasi (r) P-value
Asupan Vitamin A 94 -0,079 0,451
Sumber : Data Primer, 2013
yang signifikan antara asupan vitamin A dengan kebugaran sesaat setelah tes
= -0,079) menunjukkan pola hubungan antar variabel yang negatif dengan pola
hubungan yang sangat lemah, yang berarti semakin bertambahnya nilai asupan
vitamin A maka akan semakin berkurangnya denyut nadi setelah tes kebugaran
denyut nadi sesaat setelah 5 detik setelah tes kebugaran dapat dilihat pada tabel
Tabel 5.17
Analisis Hubungan vitamin B1 dengan Kebugaran pada Mahasiswi
Kesehatan Masyarakat Tahun 2013
Variabel Jumlah (n) Korelasi (r) P-value
Asupan Vitamin B1 94 -0,099 0,341
Sumber: Data Primer 2013
yang signifikan anatar asupan vitamin B1 dengan kebugaran sesaat setelah tes
kebugaran dengan nilai Pvalue sebesar 0,341 (P >0,05). Nilai koefisien korelasi
(r = -0,099) menunjukkan pola hubungan antar variabel yang negatif dengan pola
hubungan yang lemah, yang berarti semakin bertambahnya nilai asupan vitamin
B1 maka akan semakin berkurangnya denyut nadi setelah tes kebugaran yang
denyut nadi sesaat setelah 5 detik setelah tes kebugaran dapat dilihat pad atabel
Tabel 5.18
Analisis Hubungan Asupan Fe dengan Kebugaran pada Mahasiswi
Kesehatan Masyarakat Tahun 2013
Variabel Jumlah (n) Korelasi (r) P-value
Asupan Fe 94 -0,089 0,392
Sumber: Data Primer 2013
yang signifikan anatar asupan Fe dengan Kebugaran sesaat setelah tes kebugaran
dengan nilai Pvalue sebesar 0,392 (P >0,05). Nilai koefisien korelasi (r = -0,089)
85
menunjukkan pola hubungan antar variabel yang negatif dengan pola hubungan
yang sangat lemah, yang berarti semakin bertambahnya nilai asupan vitamin Fe
maka akan semakin berkurangnya denyut nadi setelah tes kebugaran yang berarti
menggunakan denyut nadi sesaat setelah 5 detik setelah tes kebugaran dapat
Tabel 5.19
Analisis Hubungan Asupan Zn dengan Kebugaran pada Mahasiswi
Kesehatan Masyarakat Tahun 2013
Variabel Jumlah (n) Korelasi (r) P-value
Asupan Zn 94 -0,182 0,078
Sumber: Data Primer 2013
yang signifikan antara asupan Zn dengan kebugaran sesaat setelah tes kebugaran
dengan nilai Pvalue sebesar 0,078 (P >0,05). Nilai koefisien korelasi (r = -0,182)
menunjukkan pola hubungan antar variabel yang negatif dengan pola hubungan
yang lemah, yang berarti semakin bertambahnya nilai asupan Zn maka akan
semakin berkurangnya denyut nadi setelah tes kebugaran yang berarti tingkat
PEMBAHASAN
menggunakan metode tidak langsung melalui denyut nadi setelah melakukan tes
nilai rata-rata kebugaran pada Coefisien Interval 95% adalah diantara 112,45-119,38
kali/menit. Standar denyut nadi untuk kebugaran menurut Nieman (2007) bagi
perempuan adalah baik jika denyut nadi <113 kali/menit. Sehingga dapat diketahui
kebugaranya kurang baik. Hal ini disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi
kebugaran diantaranya adalah Indeks Massa Tubuh dimana jika terjadi peningkatan
akan berdampak terhadap penurunan kebugaran dan asupan protein yang kurang akan
Amerika Serikat pada 60 responden sehat dengan rentang usia 18-55 tahun yang
menunjukkan rata-rata denyut nadi setelah 5 detik tes kebugaran sebesar 107
kali/menit (berada diatas rata-rata nilai kebugaran) dengan metode yang sama yaitu
86
87
menurut standar tes bangku 3 menit YMCA Nieman (2007) diketahui persentase
mahasiswi yang bugar sebesar 38,3% dan tidak bugar sebesar 61,7%. Hasil
penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan di Karnatakan, India pada
kelompok dewasa muda dengan menggunakan metode ergometer step test yang
diketahui sebanyak 63,3% responden tergolong tidak bugar (Halaskar, et.al, 2005).
Dan juga selaras dengan penelitian pada mahasiswi gizi Universitas Indonesia yang
beberapa penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa dengan metode yang selaras
yaitu step test diketahui bahwa rata-rata responden memiliki kebugaran yang
rendah.
Ditinjau dari sisi metode, pengukuran kebugaran dengan tes bangku 3 menit
YMCA adalah metode tes bangku yang tergolong baru dengan waktu paling singkat
serta perhitungan yang mudah (satu kali dan tanpa rumus) (Nieman, 2007). Hal ini
akan mengurangi resiko kesalahan perhitungan denyut nadi sehingga hasilnya dapat
dikatakan akurat.
88
Kesehatan Masyarakat UIN Jakarta adalah diantara 20,60 sampai dengan 22,41
kg/m2 dengan variasi nilai IMT 4,25. IMT terkecil adalah 15,37 kg/m2 dan
Hasil uji statistik antara IMT dengan kebugaran diperoleh Pvalue 0,015.
Masyarakat. Selain itu, diperoleh nilai koefisien kolerasi sebesar 0,0251 yang
Nilai tersebut menunjukkan dengan semakin bertambahnya nilai IMT maka akan
semakin bertambah denyut nadi setelah tes kebugaran yang berarti tingkat
IMT merupakan alat ukur untuk menilai status gizi seseorang. Ketika
nilai IMT seseorang diatas ambang normal menunjukkan status gizinya berlebih.
Gizi lebih menyimpan kelebihan energi dalam bentuk lemak tubuh yang
komposisi tubuh secara tidak langsung. Menurut Hoeger (1996) berat badan
massa lemak yang tinggi begitu pula dengan berat badan kurang tidak pasti
Menurut Martin (2003) pada saat terjadi timbunan lemak dalam tubuh,
oksigen ke jaringan guna menghasilkan energi oleh kerena itu jantung perlu
memompa pada frekuensi yang sering. Selain terdapat lemak pada IMT yang
lebih, dalam berat badan berlebih terdapat sel dan otot yang semakin besar yang
denyut jantung, akibat pada satu kali curah jantung oksigen yang dihantarkan
kurang dari jumlah yang diperlukan untuk memenuhi nutrisi sel-sel yang
et.al (1993) dalam Wijayanti (2006) kelebihan lemak tubuh akan meningkatkan
(gerak). Peningkatan berat badan akan membawa pada kebutuhan energi yang
lebih besar pada sistem aerobik untuk melakukan dan melangsungkan pergerakan
badan. Oleh karena itu, kelebihan berat badan umumnya menyebabkan saat
menggunakan metode tes kebugaran 3 menit YMCA. Dengan semakin tinggi nilai
IMT maka akan memiliki kebugaran yang semakin rendah. Kondisi ini selaras
terhadap latihan leg press, leg extension, bench press, and latissimus pull-down)
diantara subyek dengan IMT kurang, normal, dan lebih. Hasilnya adalah
Vo2max terendah terdapat pada kelompok IMT terendah dan Vo2max pada
(Cassandra, 2011).
Dengan status gizi yang baik akan tercapai kesehatan dan kebugaran yang
penelitian menujukan rata-rata IMT mahasiswi berada pada kondisi normal. Oleh
karena itu diperlukan keseimbangan antara asupan konsumsi dan keluaran agar
status gizi berada keadaan normal guna memperoleh kebugaran yang optimal.
91
22,70 sampai dengan 25,34% dan variasi nilai persen lemak tubuh sebesar 17,03.
Dengan persen lemak tubuh terendah 9,20% dan persen lemak tubuh tertinggi
(2002) diketahui persentase lemak tubuh responden sebesar 70,2% berada pada
Hasil uji statistik antara persen lemak tubuh dengan kebugaran diperoleh
Pvalue 0,275. Dengan demikian hipotesis penelitian ditolak, artinya tidak ada
lemak tubuh dengan kebugaran adalah lemah. Nilai tersebut juga menunjukkan
nilai persen lemak tubuh maka akan semakin bertambah denyut nadi setelah tes
peningkatan lemak tubuh. Seseorang yang mempunyai berat sama dan tinggi
yang sama belum tentu memiliki persentase lemak yang sama pula karena
besarnya lemak dalam tubuh kita tergantung dari aktivitas yang dilakukan dan
pola makannya. Dalam penelitian ini tidak terjadi hubungan karena rata-rata
persen lemak tubuh mahasiswi sebesar 22,70 sampai dengan 25,34 yang berarti
92
memiliki status gizi normal yang mana pada kondisi normal tidak terjadi
dimungkinkan memiliki komposisi tubuh lebih besar pada jaringan bebas lemak
(2009) bahwa ada hubungan antara persen lemak tubuh dengan kebugaran.
rendah kebugaran berdasarkan VO2max. Dan juga tidak sejalan dengan penelitian
oleh Gutin (2002) pada remaja obesitas usia 13-16 tahun di Georgia, Amerika
Serikat yang diperolah hasil adanya hubungan yang signifikan antara kebugaran
dengan persen lemak tubuh dengan arah hubungan yang negatif sedang (r= -
0,622, P<0,001). Perbedaan hasil penelitian ini dengan penelitian Gutin (2002)
dimungkinkan karena karakteristik sampel yang berbeda yaitu pada penelitian ini
kesehatan fisik dan mental, serta mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat
Studi Kesehatan Masyarakat UIN Jakarta adalah 1892,32 sampai dengan 3296,27
METs dengan nilai variasi aktivitas fisik sebesar 3685,92. Dan nilai aktivitas
fisik terendah 17 METs dan tertinggi 22344 METs. Dengan demikian, maka
Menurut IPAQ (2005) aktivitas sedang berada pada rentang 600-3000 METs,
Pvalue sebesar 0,862. Dengan demikian hipotesis penelitian ditolak, artinya tidak
terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan kebugaran. Selain itu, diperoleh
nilai koefisien kolerasi sebesar 0,018 yang menujukan nilai korelasi mendekati 0
yang berarti tidak ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kebugaran. Hal ini
tidak sesuai dengan hipotesis awal bahwa terdapat hubungan yang bermakna
Kesehatan Masyarakat.
mengurangi beban kerja jantung sehingga lebih efisien yang outputnya akan
adalah berjalan cepat, melakukan pekerjaan rumah tetapi tidak jarang yang
melakukan aktivitas fisik olahraga secara teratur dan terstruktur sehingga tidak
pada penelitian ini dimungkinkan karena variasi data yang homogen. Kemudian
Physical Activity Quesionnaire (IPAQ, 2005) yang mungkin terjadi bias dalam
menilai aktivitas fisik usia 18-65 tahun yang sudah tervalidasi dan juga dilakukan
uji validitas pada kuesioner secara langsung oleh peneliti. Namun pengukuran
minggu kebelakang.
menggunkan alat yang lebih canggih berupa komputer kecil yang dipasang pada
dada responden selama tujuh hari berturut-turut (lepas saat tidur atau melakukan
aktivitas berbahaya) sehingga kadar aktivitas fisik didapat secara otomatis dan
data yang diperoleh langsung berupa durasi melakukan aktivitas fisik istirahat,
ringan, sedang dan berat dalam satuan menit/hari dan studi yang dilakukan oleh
Rizo (2007) yang menggunakan sebuah monitor aktivitas juga untuk menilai
aktivitas fisik.
95
jauh lebih akurat dibandingkan dengan pengisian kuesioner. Selain itu, pada
penelitian Gutin (2005) jumlah sampel yang jauh lebih banyak sehingga data
dengan studi Sharkey (1979), responden pada penelitian tersebut berada pada
kebugaran .
pada 1298 responden berumur 18-62 tahun pada staf di kantor Utrecht Police
0,018) dan intensitas aktivitas fisik (r = 0,238) dengan kekuatan hubungan yang
96
lemah. Perbedaan kemaknaan ini dikarenakan pada penelitian diatas berada pada
aktivitas fisik sedang seperti membersikan rumah, mengangkat beban dari buku
dan alat tulias kuliahnya tanpa diimbangi dengan olahraga yang teratur sehingga
menurut WHO (1985) adalah konsumsi energi berasal dari makanan yan
ukuran dan komposisi tubuh dengan tingkat aktivitas fisik yang dibutuhkan
diantara 1478,8 sampai dengan 1655,42 kkal dengan variasi jumlah asupan
energi sebesar 430,10. Dan nilai asupan energi terendah 516,9 kkal dan tertinggi
3009 kkal.
Pvalue 0,220. Dengan demikian hipotesis penelitian ditolak, artinya tidak ada
hubungan antara asupan energi dengan kebugaran pada mahasiswi Program Studi
bahwa hubungan asupan energi dengan kebugaran adalah lemah. Nilai tersebut
adalah negatif yang berarti semakin bertambahnya nilai asupan energi maka akan
semakin berkurangnya denyut nadi setelah tes kebugaran yang berarti tingkat
sumber energi adalah karbohidrat, protein, lemak. Setiap 1 gram karbohidrat dan
sumber utama energi bagi tubuh untuk melakukan aktivitas (Hoeger dan Hoeger,
bahan bakar otot untuk melakukan latihan (Smolin dan Grosvenor,2010 dalam
2011). Kebugaran paru jantung memerlukan energi agar tubuh dapat terus
menerus mensuplai oksigen pada saat melakukan aktivitas dan latihan fisik. Jika
asupan energi tersebut kurang dari kebutuhan, maka akan berpengaruh juga
1655,42 kkal masih kurang dari angka kecukupan energi dalam satu hari yang
98
diperlukan tubuh menurut AKG (2004) yaitu 1900 kkal perhari dan
terhadap jumlah rata-rata asupan energi dalam sehari. Selain itu jumlah sampel
dalam penelitian perlu ditingkatkan karena jumlah sampel yang lebih besar akan
memperjelas keberadaan hubungan yang ada antara asupan zat gizi dengan
kebugaran.
penelitian oleh Pařízková (1989) bahwa pada atlet senam putri memiliki
karakteristik konsumsi energi yang rendah dan asupan yang tidak seimbang
berdasarkan hasil penelitian diatas dengan konsumsi energi yang kurang akan
bahwa dengan asupan energi yang kurang dengan aktivitas sedang jika
Begitupun sebaliknya jika asupan energi berlebih tetapi aktivitas fisiknya pasif
Penelitian yang dilakukan pada wanita di Georgia, AS, diketahui zat gizi
yang berpengaruh lebih kuat pada komponen kebugaran persen lemak tubuh jika
Peneliti berpendapat bahwa hubungan yang terjalin antara asupan energi dengan
kebugaran yang dinilai dari denyut nadi terjadi secara tidak langsung. Melainkan
melalui aktivitas fisik dimana jumlah energi yang digunakan tubuh sangat
bergantung kepada kegiatan jasmani. Kemudian masukan energi yang lebih besar
lebih lanjut mengenai hubungan asupan energi dengan status gizi dimungkinkan
51,14 sampai dengan 58,69 gram dengan jumlah variasi asupan protein 17,63.
Dan jumlah asupan protein terendah 17,45 gram dan tertinggi 119,85 gram.
Nilai tersebut juga menunjukkan bentuk hubungan antara asupan protein dengan
protein maka akan semakin berkurangnya denyut nadi setelah tes kebugaran
bahwa banyak sekolah menengah dan perguruan tinggi atlet mempercayai bahwa
performa atlet meningkat karena diet protein tinggi (Williams, 2002). Sebuah
penting untuk mengembalikan dan menyusun kembali protein dalam otot seteleh
latihan (Levenhagen et.al, dalam Pikosky,et.al, 2006 dalam Fatmah, 2011). Asam
amino membangun dinding sel, jaringan otot, hormon, enzim, dan berbagai
molekul lainnya. Darah membawa protein yang besar globulin untuk formasi,
protein-enzim untuk latihan aerobik dan protein yang berkontraksi (aktin dan
kebutuhan protein usia 19-21 tahun untuk perempuan sebanyak 60 gram perhari.
Hasil wawancara makanan sebanyak 2x24 jam diperoleh rata-rata asupan protein
makanan sumber protein hewani dan nabati seperti: telur ayam, ayam, ikan,
jantung paru adalah dari fungsi protein sebagai asam amino yang bertindak
kebutuhan oksigen dalam tubuh. Oksigen yang tersalurkan dengan baik akan
menciptakan kebugaran.
Penelitian ini selaras dengan hasil penelitian (Gutin, et.al, 2002) yang
Hasil penelitian ini juga selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh
dengan penelitian Gutin (2002) dan Konig (2003) adalah pada penggunaan
metode pengukuran untuk makanan dengan recall dan record asupan protein ini.
102
Pvalue 0,451. Dengan demikian hipotesis penelitian ditolak, artinya tidak ada
asupan vitamin A maka akan semakin berkurangnya denyut nadi setelah tes
berfungsi mereduksi kerusakan sel selama latihan karena adanya radikal bebas
rendah sehingga tidak dapat diketahui pasti rata-rata asupan vitamin A dalam
satu hari. Selain itu jumlah sampel dalam penelitian perlu ditingkatkan karena
jumlah sampel yang lebih besar akan memperjelas keberadaan hubungan yang
ada antara asupan zat gizi dengan kebugaran. Kemudian, penggunaan desain
studi cross sectional dengan metode food recall-24 jam, berbeda dengan
menyatakan bahwa terdapat kolerasi positif antara β-karoten yang berasal dari
ketelitian yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode yang digunakan dalam
penelitian ini. Karakteristik sampel yang relatif sama (jumlah, jenis kelamin dan
diantara 0,45 sampai dengan 0,53 mg dengan jumlah variasi asupan vitamin B1
0,187. Dan asupan vitamin B1 terendah 0,2 mg dan tertinggi 1,25 mg.
104
Pvalue 0,341. Dengan demikian hipotesis penelitian ditolak, artinya tidak ada
asupan vitamin B1 maka akan semakin berkurangnya denyut nadi setelah tes
yang melepaskan energi dari karbohidrat dan dapat meningkatkan daya tahan
dalam melakukan olahraga dengan durasi panjang (Hoeger, Hoeger dan Boyle,
dalam mengatur metabolisme glikogen dalam otot (William, 2002). Thiamin dan
(Manore, 2000). B1 adalah bagian dari sebuah koenzim dikenal sebagai thiamin
pirofosfat, yang diperlukan untuk mengubah piruvat ke acetly CoA untuk masuk
ke dalam krebs.
karena rata-rata asupan B1 dari makanan yang dikonsumsi rendah yaitu rata-rata
dalam satu hari sebesar 0,45-0,53 mg dari asupan yang dibutuhkan dalam sehari
yaitu 1,1 mg. Peneliti menganalisis bahwa hubungan yang terjadi antara vitamin
proses metabolisme tubuh. Selain itu belum ditemukannya hasil penelitan lain
energi dalam metabolisme (Brouns dan Saris, 1989). Selain itu sebuah penelitian
yang dilakukan pada anak-anak sekolah usia 7-10 tahun di Bangalore, India
tahan fisik yang disertai dengan peningkatan status thiamin bersama dengan
Program Studi Kesehatan Masyarakat adalah diantara 6,74 sampai dengan 8,66
Pvalue 0, 392. Dengan demikian hipotesis penelitian ditolak, artinya tidak ada
adalah negatif yang berarti semakin bertambahnya nilai asupan Fe maka akan
106
semakin berkurangnya denyut nadi setelah tes kebugaran yang berarti tingkat
Kemudian zat besi memiliki fungsi utama dalam tubuh sebagai alat
transportasi dan utilitas dari oksigen. Fungsi zat besi penting dalam penggunaan
oksigen dalam tubuh. Fungsi ini terutama penting bagi seseorang yang
melakukan latihan aerobik berupa daya tahan dan harus memiliki asupan yang
cukup (Williams, 2002). Zat gizi bersatu dengan protein hemoglobin dalam sel
darah merah sehingga dapat membantu melepaskan energi sebagai bahan bakar
adalah karena rata-rata asupan Fe dari makanan yang rendah yaitu rata-rata
dalam satu hari sebesar 6,74 - 8,66 mg dari yang seharusnya yaitu 26 mg perhari
sehingga masih jauh dari angka kecukupan. Selain itu mahasiswi yang menjadi
responden dalam penelitian ini berada pada keadaan sehat tidak menunjukkan
gejala anemia dilihat dari seleksi melalui kuesioner PAR Q and You sehingga
lanjut penelitian dapat dilakukan dalam skala penelitian yang lebih besar.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan dua studi yang menjukan
terdapat hubungan bermakna antara Fe dalam tubuh dengan VO2max (daya tahan
anemia dengan deplesi Fe. Selain itu penelian lain pun menyatakan bahwa
simpanan zat besi dalam tubuh (Zhu dan Haas, 1997). Perbedaan kemaknaan
terjadi dikarenakan pada penelitian ini menggunakan metode recall 24 jam untuk
melihat gambaran asupan dalam satu hari, sedangkan pada penelitian Zhu dan
Haas (1997) meneliti zat besi dalam bentuk simpanan dalam tubuh.
Selain itu ditemukan penelitian yang pernah dilakukan terhadap anak usia
bermakna terhadap kapasitas aerobic dan daya tahan fisik jika dikonsumsi
Zn sebesar 2,304 dan nilai asupan Zn terendah 1,95 mg dan tertinggi 14,60 mg.
078 Dengan demikian hipotesis penelitian ditolak, artinya tidak ada hubungan
bahwa hubungan asupan Fe dengan kebugaran adalah lemah. Nilai tersebut juga
negatif yang berarti semakin bertambahnya nilai asupan Zn maka akan semakin
108
fungsi penting sebagai kofaktor ratusan enzim dalam tubuh yang berperan dalam
kecenderungan untuk menjadi lelah dan turunnya tenaga selama puncak kerja,
dimungkinkan karena rata-rata asupan Zn dari makanan yang rendah yaitu rata-
rata dalam satu hari sebesar 5,94 sampai dengan 6,88 mg dari yang seharusnya
yaitu 9,3 mg perhari. Selain itu jumlah sampel dalam penelitian perlu
keberadaan hubungan yang ada antara asupan zat gizi dengan kebugaran.
juga tidak menunjukkan hubungan yang signifikan antara asupan Zn nilai (p=
109
metode food record. (Iskaningtyas, 2012). Kemudian penelitian ini tidak selarasa
pada penelitian ini mengetahui rata-rata asupan Zn dalam sehari dengan recall 24
jam. Dari hasil analisis terhadap asupan Zn terhadap kebugaran tidak terdapat
jam.
BAB VII
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisa univariat dan bivariat menggunakan uji korelasi
2013 memiliki tingkat kebugaran yang rendah dengan nilai rata-rata 112,45-
menurut standar tes bangku 3 menit YMCA Nieman (2007) diketahui persentase
mahasiswi yang bugar sebesar 38,3% dan tidak bugar sebesar 61,7%.
klasifikasi Depkes 2004 berada pada IMT normal, rata-rata persen lemak tubuh
Olaharaga 2012 berada pada kategori normal, rata-rata aktivitas fisik mahasisiwi
3. Rata-rata asupan energi, protein, vitamin A, vitamin B1, Fe, dan Zn secara
µm; 0,45-0,7 mg; 6,74-8,66 mg; 5,94-6,88 mg. Rata-rata asupan zat gizi
110
111
mahasiswi kurang dari angka kecukupan gizi dalam satu hari berdasarkan
a. Variabel status gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh dan Asupan Protein
b. Variabel Status gizi berdasarkan persen lemak tubuh, asupan energi, asupan
vitamin A, asupan vitamin B1, asupan Fe, asupan Zn dan aktivitas fisik tidak
B. Saran
senam bersama.
mengonsumsi makanan dalam jenis, porsi dan frekuensi yang sesuai dengan
pola makan gizi seimbang serta mengontrol berat badan agar tidak terjadi
menggunakan metode tes kebugaran yang berbeda agar diketahui variasi hasil
dengan berbagai meode tes tersebut. Misalnya dengan jalan dengan 1 Mil,
b. Dapat meneliti zat gizi lain yang diduga berhubungan dengan kebugaran seperti
c. Dapat meneliti variabel lain yang diduga dapat ditemukan kemaknaan yaitu
DAFTAR PUSTAKA
Ariawan, Iwan. 1998. Besar dan Metode Sampel pada Penelitian Kesehatan.Depok:
Universitas Indonesia.
Amran, Yuli. 2012. Pengolahan dan Analisis Data Statistik di Bidang Kesehatan.
Jakarta: UIN.
Almatsier,dkk. 2006.Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Almatsier,dkk. 2011. Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Anspaugh, David J, et.al.1997. WELLNESS Concept and Applications. New York, USA:
McGraw-Hill Book Compan.
Åstrand, Per-Olof. 1992. “Physical Activity and Fitness”. American Journal of Clinical
Nutrition 55 (1992): 1231S – 6S.
Bucher, Charles and Prentice,William. 1985. Fitness for college and life.MOSBY:
College Publising.
Brouns,F dan W,Saris.1989. How vitamin affect performance. The Journal of Sports
Medicine and Physical Fitness,29.
Cassandra ,Yuni Syamisa.2011. Hubungan status gizi, latihan fisik asupan energi dan zat
gizi dengan status kebugaran pada mahasisw S-1 reguler FKM UI tahun 2011.
Nurwidyastuti, Dinda.2012 Hubungan Konsumsi zat Gizi, dan faktor lain dengan status
kebugaran mahasiswa departemen Arsitektur fakultas teknik universitas indonesia
tahun 2012
115
Depdiknas. 2012. Persen Lemak Tubuh. Jakarta: Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani
Eskaning Arum Pawestri, 2011. Hubungan antara Jenis Kelamin, Status Gizi, Aktivitas
Fisik, Dan Asupan Gizi dengan Tingkat Kebugaran Pada Siswa/siswi SMA Negeri
1 Kebumen, Jawa Tengah Tahun 2011.
Fatmah,SKM,MSc,Dr. 2011. Gizi kebugaran dan Olah Raga. Bandung: Lubuk Agung
Fahey, Thomas. D, et,al. 2000. Fit dan Well Core Concepts and Labs in Physical Fitness
and Wellness Sixth Edition. Mc Graw Hill
FORMI.2011. Pekan dan Tes Kebugaran Jasmani Nasional. Artikel Majalah AKTIF,
edisi IV / 01 – 2011
Giriwijoyo. 2012. Ilmu Faal Olahraga (Fisiologi Olahraga). Bandung: Rosda Karya
Gisolfi, Carl V. dan Lamb, David R.1989. Perspectives In Exercise Science and Sports
Medicine Volume 2: Youth, Exercise and Sport. Indiana. USA: BenchmarkPress
Inc.
Health Santé Canada. 2002.Par-Q and You (A questionnaire for people aged 15 to
69).http://www.hc-sc.gc.ca/hppb/paguide/pdf/guideEng.pdf.
116
Hoeger, Werner W.K. dan Sharon A.Hoeger. 1996.Fitness and Wellness. Colorado,
USA : Morton Publishing Company.
Indrawagita, Larasati. 2009. Hubungan Antara Status Gizi, Asupan Gizi, dan Aktivitas
Fisik dengan Kebugaran pada Mahasiswi Program Studi Gizi FKM UI tahun 2009.
Depok: Skripsi Program Sarjana FKM UI.
Iskaningtyas, Dita Anitya. 2011.Model Prediksi VO2max anak usia 10-11 tahun Etnis
Jawa (Desa Tersobo, Kebumen) dari tes berjalan 1 mil berdasarkan jenis kelamin ,
denyut nadi dan waktu tempuh.Depok: Skripsi
Jones, Lorraine A. 2010. “The Effect of Statistic Stretching n Recovery Heart Rate
Following The YMCA step Test”. ProQuest Dissertation and Theses
Konig, D. et.al. 2003. Cardiorepiratory fitness modifies the associoation between dietary
fat intake and plasma fatty acids. European Journal Clinical Nutrition,
Kraus, William F dan Pamela S. Douglas.2005. “Where Does Fitness Fit In?”. New
England Journal of Medicine 353;5 (): 517 – 19.
Kristensen P.L,et al.2010. “The Association Between Aerobic Fitness and Physical
Activity In Children and Adolescent: The European Youth Heart Study.”
European Journal of Applied Physiology.
Moeloek, Dangsina dan Arjatmo Tjoronegoro. 1984. Kesehatan dan Olahraga. Jakarta:
FKUI
Manore. 2000. “ Effect of physical activity on thiamen, riboflavin, and vitamin B-6”.
American Journal of Clinical Nutrition 67 :624 – 30.
117
Martins,et,al.2003. The relationship between body mass index, blod pressure, and pulse
rate among normotensive and hypertensive participans in the thrid National Health
and Nutrition Examination Survey (NHANES). Departement of Medicine,Charles
R.Drew University:USA.
Mifsud, Gabrielle, Karine Duval, dan Eric Doucet.2009. “Low Body Fat and Hight
Cardiorespiratory Fitness at the Onset of the Freshmen Year May Not Protect
Against Weight Gain”. British Journal of Nutrition. 101
Mustakim. 2010. Hubungan Status Gizi, Asupan Zat Gizi dan Aktivitas Fisik dengan
Kebugaran pada Siswa/Siswi Sekolah Menengah Atas (SMA) Terpilih Kabupaten
Sragen Jawa Tengah Tahun 2010. Depok: Skripsi Progam Sarjana FKM UI.
Nanda, 2012. Hubungan Antara Status Gizi, Asupan Gizi, dan Aktivitas Fisik dengan
Kebugaran pada Karyawan PT. WIKA. Depok: Skripsi Program Sarjana FKM UI.
Nieman, David C. 1998. The Exercise Health Connection. USA : Human Kinetics.
Paul, David R, et.al.2004.“Effects of The Interaction of Sex and Food Intake on The
Relation Between Energy Expenditure and Body Composition”.American Journal
of Clinical Nutrition
Prentice, William E. 2004. Get Fit, stay fit. USA: Mc Graw Hiil.
Prawestri, Eskaning Arum.2011. Hubungan Antara Jenis Kelamin, Status Gizi, Aktivitas
Fisik, dan Asupan Gizi dengan Tingkat Kebugaran pada siswa/siswi SMA Negri 1
Kebumen, Jawa Tengah Tahun 2011. Depok: Skripsi Program Studi FKM UI
118
Ramayulis, Rita. “Gizi Kebugaran (Nutrition for fitness)”, dalam pelatihan gizi olahraga.
3-5 April 2008.
Sharkley, Brian J. 2011.Kebugaran dan Kesehatan (terjemah dariFitness and Health oleh
Eri Desmarini N).Jakarta: Rajawali Press.
Slattery, Martha L, et.al. 1992. “ Association of Body Fat and Its Distribution with
Dietary Intake, Physical Activity, Alcohol and Smoking in Blacks and Whites”.
American Journal of Clinical Nutrition 55 : 943 – 9.
SN, Blair, et.al. 1996. Influences of cardiorespiratory fitness and other precursors on
cardiovascular disease and all-cause mortality in men and women. JAMA. 1996
Jul 17;276(3):205-10.
Trismanto, Ashari. 2003. Hubungan Status Gizi dan Perilaku Hidup Sehat dengan
Tingkat Kesegaran Jasmani Mahasiswa Akademi Keperawatan Pemerintah
Daerah Serang, Banten Tahun 2003. Depok: Skripsi Program Sarjana FKMUI.
Wijayanti, Kusuma. 1998. Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dan VO2max Peserta
Diklat Penjenjangan Struktural PNS SPAMA Depdikbud tahun 1996.
Depok:Skripsi Program Sarjana FKM UI.
Williams, M.H. 1995. Nutrition for Fitness and Sport 4th Edition, USA: Brown and
Benchmark Publishers.
Williams, Robert M.2002. Nutrition, Health and Fitness. New York, USA: McGrawHill
Williams, Lippincott dan Lippincott Wilkins. 2009. ACSM’s Guidelines For Exercise
Testing and Prescription 8th Edition. Philadelphia, USA: ACSM’s Publisher.
William MH. Nutrition for fitness and sport. Iowa. Brown Publisher. 2005;19-48.
World Health Organization (WHO). 2005. Guidelines for Data Processing and Analysis
of the International Physical Activity Quesioner (IPAQ).
Zhu, Y. Isabel dan Jere D. Haas. 1997. “Iron Depletion Without Anemia and Physicial
Performance in Young Women”. American Journal of Clinical Nutrition 66 : 334-
41