What is geothermal energy?

At its birth about 4.5 billion years ago, the Earth was an immense reservoir of heat. That heat
was gradually lost to space and the surface cooled to form an insulating crust that reduced the
rate of heat loss, but did not stop it. Heat is still flowing out at an estimated average rate of
56-67 mW/m2, partly on account of the initial storage, but also to a significant extent because
of replenishment through the decay of radioactive isotopes.

In certain regions, heat loss is significantly greater than the average flux owing to the
dynamic forces that are at work within the Earth. This is particularly evident at tectonic plate
boundaries and at hot spots where rising mantle plumes from the Earth‘s interior transport
heat to the surface. Areas like these are linked to active volcanism, where magma chambers
lurk at relatively shallow depths below the surface as particularly powerful sources of
heat. However, in order to harness the thermal energy, a medium is needed to bring the heat
to the surface where it can be utilized for the generation of electricity or for direct use.

Hydrothermal systems develop where water of meteoric origin, that seeps into the ground
through tectonic fractures, comes into contact with a heat source and in turn is convected
back to the surface. Strong circulation systems may be formed in volcanically active areas,
where the heat source is extremely powerful. In other areas, the circulation may be weaker
due to less dominant heat sources or limited water supply. In yet other areas, water is present
without much circulation at depth due to the lack of a heat source and restrictions to flow. In
these cases, large quantities of stored water may be heated up over long periods of time by
Earth’s average heat flux.

Geothermal systems are commonly divided into high-temperature and low-temperature

systems. High temperature systems are defined as systems where the temperature at 1 km
depth exceeds 200°C and low-temperature systems as those where the temperature is lower
than 150°C in the uppermost kilometre.

The most common way of harnessing geothermal energy is to tap hydrothermal reservoirs by
drilling wells to bring the fluid to the surface. With current drilling technology water with
themperatures of up to 360°C can be retrieved from the upper 2-3 km of the earth´s crust.

High temperature
geothermal fluid may be
brought to the surface as
steam, or more commonly
as a two phase mixture of
water and steam. A
common way of
utilization is to separate
the two phases and use the
steam to drive turbines for
electrical generation. In
combined heat and power
plants, the waste heat
from this process is used
for direct heating
applications, thus
allowing for more
efficient use of the
energy. Electricity can also be generated from geothermal fluids of medium temperatures by
using the heat to evaporate a working fluid, such as isopentane or an ammonia-water mixture
that has different thermal properties than water. This fluid runs in a closed loop within the
power plant and is used to drive a turbine. Low temperature fluids are commonly used for
direct heat applications such as space heating, aquaculture, horticulture, industrial balneology
and swimming pools, industry and snow melting.

In many cases, the geothermal effluent is injected back into the reservoir from which it was
extracted to increase the rate of recharge and to avoid possible negative impacts of discharge
on the surface.

Another large potential in geothermal is Hot Dry Rock or Enhanced Geothermal Systems,
where energy is stored in dry non-porous rock. Exploitation of this energy is more
challenging than the more conventional hydrothermal exploitation, but research into such
systems is well under way. If these resources can be harnessed economically, they have the
potential to vastly increase the use of geothermal energy globally and to make it accessible to
people that at present have to make do with other energy sources that are significantly less
friendly to the environment.

In summary: Geothermal energy originates within the Earth and is brought to the surface by
the planet‘s internal dynamic forces at varying rates depending on location. In specific
regions, where the heat flux is anomalously high, the energy can be harnessed and used for
electrical production as well as direct use. In other areas, geothermal energy is used
exclusively for direct applications, such as space heating and recreational purposes.
Apa itu energi panas bumi?
Pada kelahirannya sekitar 4,5 miliar tahun yang lalu, Bumi adalah reservoir panas yang sangat luas.
Panas itu berangsur-angsur hilang ke angkasa dan permukaannya mendingin membentuk kerak
isolasi yang mengurangi laju kehilangan panas, namun tidak menghentikannya. Panas masih
mengalir dengan perkiraan tingkat rata-rata 56-67 mW / m2, sebagian karena penyimpanan awal,
namun juga pada tingkat yang signifikan karena penambahan melalui peluruhan isotop radioaktif.
Di daerah tertentu, kehilangan panas secara signifikan lebih besar daripada fluks rata-rata karena
kekuatan dinamis yang bekerja di dalam Bumi. Hal ini terutama terlihat pada batas lempeng tektonik
dan pada titik-titik panas di mana mantel mantel naik dari transportasi interior bumi memanas ke
permukaan. Daerah seperti ini terkait dengan vulkanisme aktif, di mana ruang magma mengintai di
kedalaman yang relatif dangkal di bawah permukaan sebagai sumber panas yang sangat kuat.
Namun, untuk memanfaatkan energi panas, diperlukan media untuk membawa panas ke permukaan
di mana ia bisa dimanfaatkan untuk pembangkit listrik atau untuk penggunaan langsung.

Sistem hidrotermal berkembang dimana air yang berasal dari meteor, yang merembes ke tanah
melalui fraktur tektonik, bersentuhan dengan sumber panas dan pada gilirannya dipulihkan kembali
ke permukaan. Sistem sirkulasi yang kuat dapat terbentuk di daerah yang aktif secara vulkanik,
dimana sumber panasnya sangat kuat. Di daerah lain, sirkulasi mungkin lebih lemah karena sumber
panas yang kurang dominan atau persediaan air yang terbatas. Di daerah lain, air hadir tanpa banyak
sirkulasi pada kedalaman karena kurangnya sumber panas dan batasan mengalir. Dalam kasus ini,
sejumlah besar air yang tersimpan dapat dipanaskan dalam jangka waktu yang lama oleh fluks panas
rata-rata bumi.
Sistem panas bumi umumnya dibagi ke dalam sistem suhu tinggi dan sistem suhu rendah. Sistem
suhu tinggi didefinisikan sebagai sistem dimana suhu pada kedalaman 1 km melebihi 200 ° C dan
sistem suhu rendah seperti suhu di bawah 150 ° C di kilometer paling atas.
Cara yang paling umum untuk memanfaatkan energi panas bumi adalah dengan memanfaatkan
reservoir hidrotermal dengan mengebor sumur untuk membawa cairan ke permukaan. Dengan
teknologi pengeboran air saat ini dengan themperatures hingga 360 ° C dapat diambil dari 2-3 km
bagian atas kerak bumi.

Suhu tinggi fluida panas bumi dapat dibawa ke permukaan sebagai uap, atau lebih umum lagi
sebagai campuran dua fasa air dan uap. Cara pemanfaatan yang umum adalah memisahkan kedua
fase dan menggunakan uap untuk menggerakkan turbin untuk pembangkit listrik. Dalam gabungan
panas dan pembangkit listrik, panas buangan dari proses ini digunakan untuk aplikasi pemanasan
langsung, sehingga memungkinkan penggunaan energi yang lebih efisien. Listrik juga dapat
dihasilkan dari fluida panas bumi dengan suhu menengah dengan menggunakan panas untuk
menguapkan fluida kerja, seperti isopentana atau campuran air amonia yang memiliki sifat termal
yang berbeda dari pada air. Cairan ini mengalir dalam lingkaran tertutup di dalam pembangkit listrik
dan digunakan untuk menggerakkan turbin. Cairan suhu rendah biasanya digunakan untuk aplikasi
panas langsung seperti pemanasan ruang, akuakultur, hortikultura, balneologi industri dan kolam
renang, industri dan pencairan salju.
Dalam banyak kasus, limbah panas bumi disuntikkan kembali ke reservoir dari mana ia diekstraksi
untuk meningkatkan tingkat pengisian ulang dan untuk menghindari kemungkinan dampak negatif
dari pelepasan di permukaan.
Potensi besar lainnya dalam panas bumi adalah Hot Dry Rock atau Enhanced Geothermal Systems,
dimana energi disimpan di batuan non-keropos kering. Eksploitasi energi ini lebih menantang
daripada eksploitasi hidrotermal yang lebih konvensional, namun penelitian tentang sistem
semacam itu berjalan dengan baik. Jika sumber daya ini dapat dimanfaatkan secara ekonomi,
mereka berpotensi meningkatkan penggunaan energi panas bumi secara global dan untuk
membuatnya dapat diakses oleh orang-orang yang pada saat ini harus berhubungan dengan sumber
energi lain yang secara signifikan kurang ramah terhadap lingkungan.
Singkatnya: Energi panas bumi berasal dari Bumi dan dibawa ke permukaan oleh kekuatan dinamis
internal planet dengan harga bervariasi tergantung lokasi. Di daerah tertentu, di mana fluks
panasnya anomali tinggi, energi dapat dimanfaatkan dan digunakan untuk produksi listrik dan juga
penggunaan langsung. Di daerah lain, energi panas bumi digunakan secara eksklusif untuk aplikasi
langsung, seperti pemanasan ruang dan keperluan rekreasi.