You are on page 1of 10
Pemeriksaan Antigen NS1 dan IgM Anti Salmonella typhi, sebagai Pengganti Uji Widal untuk Diagnosis Dengue dan Tifoid (Mendahulukan Dengue dari Demam Tifoid) MTS Darmawan Departemen llmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Islam indonesia misdarmawan@yahoo.co.id Abstract Dengue was the mast important arthropod-borne viral disease of public nealth significance. Compared to nine reporting countries in the 1950s, today the geographic aistribution includes more than 112 countries worldwide. The World Health Organization (WHO) estimates that more than 2.5 billion people are at risk of dengue infection. Most wil have asymptomatic infections A high number of cases was reported, mentioning that in 2005 there were 50,196 dengue cases in Indonesia. Some regions of Indonesia ie. some areas of Sumatera and West Java areas were parts of a significant cluster of dengue mortally. The average number of dengue fever (DF)/dengue iremorrhagic fover (DHF} cases reported to WHO per year hhas risen. The real figura Is estimated fo be closer to 50 million cases a year causing 24,000 deaths. Of an estimated 500,000 cases of DHF/DSS requiring hospitalisation each year, roughly 5% die according to WHO statistics. Half the worta's population lives in countries endemic area, underscoring the urgency (o find solutions for dengue control. The ‘consequence of severe jinass was high mortality rates. In 20-30% of DHF cases, the patient develops shock Worldwide, chitdren younger than 15 years comprise 90% of DHF subjects, Different from dengue, typhoid fever in mos! cases is not fatal. Antibiotics. such as ampicilin, amoxteilin, chloramphenicol, trimethoprim-sulfemethoxazole, ciprofloxacin and cefepime, have been commonly used to treat typhoid ever in developed countrios. Prompt treatment of the disease wilh anlibiolics reduces the case-fetaiity rate to approximately 1%. Classical alsease duration is 4 weeks and most of the complications of typhoid fever develops in the third and fourth weeks of the infection in untreated pationts. Altnough almost all systems may be involved, intestinal homorthage and perforation, toxic myocarditis, bronchitis and toxic confusion are the most common complications. Perforation rate was higher in patients with typhoid fever before chloramhenical This aricle describes the urgency of doctors to take a prionty when diagnose dengue firstly rather than typhold fever. Conceming with the acutely course of dengue disease that may be followed by severe complications and tne high risk of ‘mortality, the diagnasis of dengue disease has to be confirmed as soon as possible in order to achieve the proper ‘management. Keywords : dengue-antigen NSt, fatalty-mortalty, typhoid fever, Widal- lgM ant! Salmonella tyohi PENDAHULUAN Infeksi dengue Prevalensi global spektrum —infeksi dongue tumbun dramatis pada dekade terakhir ini, Sekitar 50-100 juta kasus DF, 500.000 kasus DHF dan sekurangnya 12.000 kasus kematian akibat dengue terjadi di seluruh dunia, dan saat ini dengue endemik di lebih dari 112 negara.'? Jumlah rerata kasus DFIDHF yang dilaporkan ke WHO per tahun meningkat tajam dari 908 pada tahun 1950-1959, menjadi 514.139 pada tahun 1990-1999. Perkiraan nyatanye mendekati 50 juta kasus per tehun, dan menyebabkan 24.000 kematian? Dari perkiraan 500.000 kasus DHFIOSS yang memeriukan perawatan. rumah sakit tiap tahunnya, sekitar 5% meninggal arenanya. Distribusi regional infeksi dengue dan jenis serotipenya berbeda untuk setiap tempat, Singkainya, DF/DHF/dengue shock syndrome (DSS) merupakan masalah mendesak di Asia Selatan dan Tenggara serta Amerika Selatan dan Tengah, Meskipun DF juga terdapat i Afrika, tetapi tidek ada kasus atau wabah yang dilaporkan ke WHO."** Sojak dikenal pertama kali pada tahun 1950-an, infeksi dengue telah menjadi penyebab utama kematian anak di Asia dan Amerika Solatan, Pada 1970 hanya terdapat 9 dengan epidemik dengue, kemudian meningkat empat Keli lipat pada 1995 dan menjadi sekitar 40% pada populasi dunia (sekitar 2.600 juta orang) di Gaerah tropis dan subtropis yang berisiko terpapar."° Asia Tenggara dan Pasifik Barat OC | sex, vox. 20.6, suul2a%0 merupakan daerah yang paling serius tetserang."** Di Asia Tenggara, DHF merupakan penyebab kematian utama pada anak. Saat wabah tahunan, semua serotipe biasanya muncul, dan terdapat peningkatan frekuensi infeksi sekuensial pada anak, Oulu DHF digambarkan sebagai penyakit yang hampir- hampir hanya menyerang anak di bawah 16 tahun,’ terutama infeksi dengue berat seringkali dinubungkan dengan kelompok umur yang lebih muda. Beberapa peneiitian terakhir menunjukkan pergeseran distribusi_umur kepada kelompok yang lebih tua,? Angka Kejadian Infeksi virus dengue masih_ menjadi masalah kasehatan di Indonesia, yang termasuk kategori “A” dalam stratifikasi dengue oleh WHO. Hal ini mengindikasikan tingginya angka rawat inap dan kematian akibat DHF, khususnya pada anak.*’ Jumlah total kasus dengue di indonesia adalah tertinggi ke dua di dunia setelah Thailand, Dengue pertama kali dikenal di indonesia pada 1968. Sejak saat itu sampai 1998, jumlah rerata kasusnya sekitar 18,000 per tahun, dengan kasus fatal terjadi pada 700 sampai 750 crang. Pada 1998 jumlah asus — menjadi 15.452, menyebabkan 134 kematian. Pada Mei 2003 jumiah kasus dengue, yang waktu itu diyakini memiliki sikius 5 tahunan adalah 5.800, dengan jumiah kematian 32 kasus. Jumlah kasus pada tahun 2003 adalah 2,5 kali lipat cibanding tahun 20025 Jumlah kasus yang terjadi sejak Januari sampai Oktober 2005, sebanyak 50.196, termasuk 701 Kematian. Selama periode Januari sampai dengan Juni 2005, beberapa daerah bagian Barat Indonesia, seperti Sumatera dan Jawa Barat merupakan daerah yang memiliki kasus mortalitas paling bermakna, Setelah periode ini, daerah mortalitas tinggi bergerak ke agian tengah Indonesia, di antara Kalimantan, Sulawesi dan Jawa Timur, selama_periode Agustus sampai Oktober 2005. Kondisi lingkungan yang menguntungkan bagi nyarr adalah kondisi yang ditemukan di Kalimantan pulau ini sebagian besar daerah adalah data sehingga genangan air mudah terbentuk. P: situasi ini, nyamuk dapat berkembang t dengan pesat, Konsekuensinya, kejadian infe meningkat tajam. Kondisi yang menguntungl nyamuk ditemuken di bagian Barat Indone selama setengah tahun pertama pada sel tahunnya, akibatnya mortalitas dengue menca puncaknya pada fase ini, Kondisi ini berge pada setengah tahun ke dua ke bagian tenc Indonesia.’ Epidemik terbesar di dunia aki DHFIDSS dilaporkan di Cuba pada tahun 19 dengan lebih dari 116.000 orang dirawat ai rurr sakit* Virus Dengue Virus dengue termasuk kelompok Arthropod Borne Virus (Arboviroses), sekare dikenal sebagai genus Flavivirus, fal Flaviviridae yang mempunyai 4 jenis seroti yaity DEN-1, DEN2, DEN-3, DEN-4. Infe terhadap salah satu serotipe akan menimbult antibodi terhadap serotipe tersebut, tetapi har sedikit sekall yang terbentuk terhadap serot lain. Dengan demikian seseorang yang tinggal daerah endemis dengue dapat terinfeksi olet atau 4 serotipe selama hidupnya. Ke em serotipe virus dengue dapat ditemukan berbagai daerah di Indonesia.” Kecenderungan pada case fatality rates (CFI ‘Separuh populasi penduduk bumi ting: di negara-negara endemik dengue, san mendesak untuk memperoieh solusi_kont dengue, mengingat jumiah pasien yang san banyak. Konsekuensi DF yang sederhana adel kehilangan hari kerja bagi Komunitas peke upahan. Sedangkan konsekuensi bagi dere dengue berat adalah tingkat kematian ting ‘Sementara di sisi lain kebutuhan akan pelayan ‘gawat darurat akibat sulit djangkau oleh sebagi besar dari populasi berisiko.” ——k <== #&= £ + @ & 7; | MTS Dermamain, Pemenksaan Antigen Terdapat dua aspek mortalitas yang bisa ibahas. Pertama berkaitan’ dengan luasnya variasi angka kematian antar negara, unit-unit di bawahnya sempai pada rumah sakit yang melayari, Hal ke dua terkait adanya faktor risiko yang berbeda dari dengue derajat berat, dan mortalitas antara pasien anak dan dewasa. Angka global tingkat kematian untuk DHF/DSS telah turun pada sobagian besar negara endemik. Saat ini rerata engka Keseluruhan CFR di Asia di bawah 1%. Meskipun demikian, masih terdapat perbedaan angka pada beberapa negara, beberapa di antaranya berbeda_bermakna, bahkan sampai ke tingkat propinsi dan RS, menuniukkan betapa kompleknya situasi.’ Data Kementerian Kesehatan RI tahun 2006 menunjukkan terdapatpeningkatan_jumiah penduduk, provinsi dan kecamatan yang ferjangkit penyakit ini, dengan CFR 1.01% (2007) 27 Mortalitas dan Morbiditas Kasus DHF/DSS dengan terapi adekuat ‘memiliki CFR 3%, sedangkan mereka yang tidak diterapi sebagai mana seharusnya CFR menjadi 50%* Angka kematian yang tinggi ini terjadi km perjalanan klinis dan patogenesis DHF belum sepenuhnya diketahui dengan baik oleh banyak dokter."° Perjalanan Penyakit Virus Dengue Seorang ahi dengue di mengungkapkan keprihatinannya : 4. Perjalanan infeksi dengue sangat klasik, namun para dokter mengatakan sulit diramal (unpredictable). 2. Tidak banyak dokter mempunyai pemahaman dasar patogenesis infeksi dengue. Padahal hal ini sangat penting sobagal dasar pengobatan dan —meramal__perjalanan penyakit."° Indonesia Spektrum Klinis Dengue memiliki spektrum klinis yang luas, sering dengan perkembangan dan hasil yang unpredictable," menghasilkan rangkaian penyakit (disease continuum) sering berupa sindroma dengan derajat dan prognosis yang bervariasi.”* Manifestasi penyakit sangat beragam mulai sekedar influenza-like disease yang dikenal sebagai DF, sampai berat, sering derajat fatal ditandai perdarahan berat dan syok; DSS. Manifestasi Kiinis infeksi dengue tergantung dari faktor yang mempengaruhi daye tahen tubuh dan Virulensi virus. Dengan demikian manifestasi dapat bermacam-macam, — mulal_ dar asimptomatik, demam ringan yang tidak spesifik (undifferentiated febrile iliness), DF atau bentuk yang lebih berat yaitu DHF dan DSS." ‘Spoktrum Klinis Infeksi Dengue Asintomatie Undifretted fever ‘demam Dengue Bo Gambar 1. Spektrum Klinis. Dengue fever Gejala Klasik DF adalah demam tinggi mendadak, kadang bifasik (saddle back fever), nyeri kepala berat, nyeri retrobulber, nyeri otot, tulang atau sendi, mual, muntah dan timbutnya ruam, Ruam makulopapular bisa timbul pada awal penyakit (1-2 hari) kemudian menghilang tanpa bekas dan selanjutnya timbul ruam merah halus pada hari ke 6 atau ke 7 terutama di daerah kaki, telapak kaki dan tangan. Dapat juga ditemukan petckiae. Hasil pemeriksaan darah menunjukkan eukopeni dan —_trombositopeni. Masa penyembuhan dapat disertal rasa Jesu yang berkepanjangan, terutama pada dewasa. Pada saat wabah telah dilaporkan adanya DF disertai perdarahan seperti epistaksis, perdarahan gusi, perdarahan saluran cema, hematuri, dan menoragi. DF yang disertal perdarahan harus OC IKKE, VOL, 2NO. 8, JUL 2010 dibedakan dengan DHF. Pada pasien DF tidak aijumpai keboooran plasma sedangkan pada pasien DHF dijumpai, cibuktikan dengan adanya hemokonsentrasi, efusi pleura, asites dan hipoproteinemia,"* Dengue hemorrhagic fever Bentuk kiasik DHF ditandai oleh demam tinggi, mendadak 2-7 hari, disertai dengan muka kemerahan (flushing). Keluhan seperti anoreksia, nyeri Kepala, nyeri otot, tulang, sendi, mual dan muntah sering ditemukan. Biasanya ditemukan nyeri perut epigastrium dan bawah tulang iga. Demam tinggi dapat menimbulkan kejang demam terutama pada bayi, Bentuk perdarahan yang paling sering adalah ji toumiquet (Rumple Lede) positif, kulit’ mudah memar dan perdarahan pada bekas suntikan pengambilan darah. Pada kebanyakan kasus, petekiae halus ditemukan tersebar di daerah ekstremitas, aksila, wajah dan palatum mole, yang. biasanya ditemukan saat fase awal demam. Epistaksis dan perdarahan gusi_ lebih jarang —ditemukan, perdarahan saluran cere ringan dapat ditemukan pada fase demam. Hati biasanya membesar dengan variasi dari just palpable sampai 2-4 cm di bawah arcus costae kanan, _Sekalipun pembesaran hati tidak berhubungan dengan berat ringannya penyakit namun pembesaran hati lebih sering ditemukan pada pasien dengan syok Masa kritis penyakit terjadi pada akhir fase demam, pada saat ini tefjadi penurunan suhu yang tiba-tiba yang sering disertai dengan gangguan sirkulasi_ yang bervariasi_berat- ringannya, Pada kasus dengan gangguan sirkulasi ringan perubahan yang terjadi minimal dan sementara, pada kasus berat pasien dapat mengalaml syok."* Dengue shock syndrome ‘Syok biasa terjadi pada saat atau segera setelah suhu turun, antara hari ke 3 sampai hari sakit ke 7. Pasien mula-mula terlihat letargi atau gelisah_kemudian jatuh ke dalam syok, ditandai dengan tulit dingin-lembab, sianosis sekitar mulut, radi cepatlemah, tekanan_nadi mmHg dan hipotensi, Kebanyakan pasien tetap sadar sekalipun sudah mendekati st akhir. Dengan diagnosis dint dan_pengg cairan adekvat, syok blasanya teratasi, r bila terlambat diketahui atau pengobatan adekuat, syok dapat menjadi berat di berbagal penyulitnya seperti asidosis metz Perdarahan hebat saluran cema, yang memperburuk prognosis. Masa penyem! biasa terjadi dalam 2-3 hari, kadang-ki ditemukan sinus bradikardi atau aritmia limbul ruam pada kulit. Tanda prognostik adalah diuresis oukup dan’ kembalinya makan, Penyulit DSS adalah infeksi (pneun ‘sepsis, flebitis) dan over hidrasi, manifestasi infeksi virus yang tidak lazim seperti ensefa dan gagal hati.** Pada sejumlah kecil kasus, menyebabkan kenaikan permesbilitas vas yang menyebabkan diatesis hemoragi disseminated intravascular coagulation (DIC) Diagnosis Menurut Kriteria WHO Diagnosis infoksi dengue sederhana bisa ditegakkan berdasarkan k kinis dan laboratoris menurut WHO. Si kriteria di bawah ini harus dipenuhi untuk ot DHF : a. Demam tinggi mendadak, tanpa ¢ jolas, berlangsung terus menerus s¢ 27 hari. b. Terdapat manifestasi perdaranan dit dengan salah satu di bawah : + ji Rumpel LeedeiRLstourr posit, + petekie, ekimosis, purpura, * perdarahan mukosa, episte perdarahan gusi, + hematemesis dan atau melet © Trombositopenia —_ (100.000/u! kurang). 4d. Bukti adanya kebocoran plasma = kenaikan permeabilias kapiler, dite dengan setidaknya satu dari tiga t berikut =< 2am Burniquer test + in platelet count abo at Increase in HET Concurent with rapid decease sliver: AST or ALT= 1000 CHE Inpalred consdousness saat 2nd other argans: Aqua sreroneranor ved mec aeRO Fig. Dengue classification according to Denco project results, Gambar : Klasifikasi baru dengue menurut WHO 2009.7" efusi_ pleura, asites. dan hipoproteinemia.” Banyak laporan tentang sulnya menggunakan Klasifikasi ini, Hel ini, bersama dengan meningkatnya jumlah kasus berat yang tidak dapat “terfampung’ dalam kriteria WHO, telah memaksa dibuatnya klasifikasi baru. WHO telah ‘memperbarui klasifikasi tu pada November 2009, sejauh ini telah diikuti beberapa senter pendidikan dokter di Indonesia bersama _Kementerian Kesehatan, meski belum sepenuhnya digunakan, Klastfikasi ini mengacu kepada derajat keparahan Penyakit (severity). Dengan menggunakan Parameter klinis, dan atau laboratoris, dengue Perbedaan gejala Dengue Anak dan Dewasa Beberapa gejala kiinis pasien dewasa berbeda dengan anak. Nyeri kepala dan miaigia lebih sering terjadi pada dewasa, tetapi batuk, muntah, nyeti abdomen dan rash lebih sering jidapatkan pada anak. Di antara tanda-tanda perdarahan mayor, epistaksis lebih sering ditemukan pada anak, sementara perdarahan gusi lebih banyak pada dewasa. Mialgia lebih benyak ditemukan pada kasus yang Kurang tingkat keparahannya.* OC [4 YOL 20.6, yuu 2010 Pearls ("mutiara") dalam Diagnosis Anak dengan demam tinggi mendadak, akan mendukung diagnosis dengue bila didukung hral-hal berikut ini: + Ujitoumiquet posit dengan petekiae + Facial flushing tanpa pilek atau baluk, membedakan dengan influenza dan infeksi saluran pernapasan ekut + Demam 2-3 hari + uji tourniquet positif + lekosit (5000/ul) merupakan positive predictive value untuk diagnosis dengue + Hepatomegali + Lekopenia, penurunan PMN, limfositosis relatif, anda akhir fase demam ‘© Penurunan drastis angka trombosit bersamaan —dengan_—_peningkatan hhematokrit (20%), merupakan dugaan kuat diagnosis DHF dan harus segera dlilakukan intervensi. + Efusi pleura dan asites, walaupun hematokrit <20%."* Pitfalls (‘jebakan”) dalam Diagnosis 1. Ketidaktepatan waktu _ pemeriksaan lekosit, trombosit, hematokrit untuk meramal fase kritis (time of fever defervescence) 2. Kegagalan membedakan DF dengan DHF, berakibat kegagalan deteksi awal syok.” Saat ini terdapat jenis_pemeriksaan laboratorium baru yang dapat mendeteksi infeksi dengue lebih cepal, bisa dilakukan sejak demam hari pertama, yaitu dengan memeriksa antigen non-structuralt (NS1). Pemeriksaan ini berusaha melacak antigen dengue, bukan antibod, ‘sehingga bisa dilakukan dengan lebih cepat. ‘Antigen NS1 muncul cepat pada fase awal penyakit sebelum munculnya antibodi, sehingga bisa mendiagnosis dengue saat masih fase febris. Kelebihan pemeriksaan ini, selain lebih cepat juga memilki sensitivitas dan spesifisitas tinggi." Pemeriksaan ini sangat berguna untuk deteksi dini dan investigasi saat outbreak dan sudah dapat dilaksanakan di banyak kota di Indone Biayanya yang relatif masih agak mahal memt dokter harus memilah, mana yang p pemeriksaan antigen NS1, dan mana yang { menggunakan laboratorium darah rutin den berpedoman kriteria WHO. Demam Tifoid Sebagian besar kasus demam tifoid ti fatal. Beberapa jenis antibiotka seperti ampis amoksisiin, __Kloramfenikol, _—_trimetop sulfametoxasol, ciprofloksasin dan cefepime te dipakei secara luas di negara-neg berkembang. Terapi yang cepat dem antibiotika akan mereduksi CFR menjadi ha sekitar 1% 12131415 Meskipun S. Enterica serotipe ty memproduksi endotoksin yang poten, 1 moralitas pada kasus yang mendapat terapi sampai 1%, penelitian menunjukkan bat terdapat peningkatan level sitokin proinflama dan antiinflamatori yang beredar dan penuru: kapasitas darah untuk memproduksi site inflamatori pada pasien demam tidoid yi berat.'* Gejala Klinis Gambaran klinis demam tifoid san bervariasi,"*"” dari derajat ringan yang ti terdiagnosis, sampai gambaran yang kl dengan komplikasi dan kematian. Hal ini t membuat ehli yang berpengslaman mengalami kesulitan, tila hanya berda gambaran Kiinis. Karena ilu pemerikst laboratorium tetap diperlukan."* Demam, nyeri kepaia, oejala_m dengan flu, lesu, batuk Kering, Kehilangan na makan, nausea dan nyeri otot merupakan gej yang paling sering muncul. Gejala yang kle berlangsung selama 4 minggu dengan dem tinggi, toksemia dan konstipasi, terjadi_p: minggu pertama, diare pada minggu ke dua, « splenomegall, penemuan abnormal pada sums tulang seperti halnya komplikasi sep censefalopati, perdarahan intestinal dan perfor ——k =z +; ++ MVS Darmewan, Pemorksaan Antigen has terihat pada minggu ke tiga. Pasien biasanya juga apatis dan pansitopenia, Kasus-kasus demam tfoid subklinis dengan perialanan penyakil yang ringan sering terjadi dan sebagian besar hanya memertukan terapi rewat jalan. Karena adanya perbedaan jenis komplikasi perjatanan penyakit, kejadian komplikasi pada minggu ke dua dan ke tiga bahkan kadang-kadang under treatment-, adalah hal yang benar-benar harus diwaspadal.”” Death Rate for Typhoid Fever. r ‘nica Scise tooo 1060 cvienneton Bean Gambar 2. Jumlah penurunan kasus demam tifoid yang drastis di AS."” Diagnosis Demam Tifoid Pemeriksaan —_laboratorium ideal seharusnya bersifat sensitif, spesifk dan cepat. Pomeriksaan yang sering dilakukan sampai saat ini adalah metode konvensional, yaitu. kultur kuman dan uji serologi Widal, serta metode non- konvensional, antara Izin Polymerase Chain Reaction (PCR), Enzyme Immuncassay Dot (EIA), dan Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA), Sejak diketemukan pada tahun 1896, sampai saat ini uji Widal masin banyak dipaksl, meskipun mempunyai banyak _kelemahan. Beberapa tahun terakhir banyak peneliti mulai meragukannya sebagai suatu uji yang dapat dipercaya. Penelitian Schroeder pada tahun 1968 seperti dikutip oleh Sylvia, menyimpulkan bahwa Uji Widal ini Kurang spesifik dan reagen yang ada kurang dibakukan, sehinggasukar untuk melakukan interprestasi hasil."* Uji Wide memiliki sensitivitas dan spesifisitas rendah. Nilai diagnostiknya adalah dengan melihat level titer antibodi terhadap antigen O dan/atau antigen H Salmonelia typhi pada dua kali pengambilan spesimen dengan interval 10-14 hari, Dalam prakteknya, banyak dokter hanya menggunakan spesimen tunggal Padshal hanya dengan sekali metihat titer aglutinin yang tinggi, tidak dapat menentukan apakah hal tersebut merupaken infeksi baru atau lama. Tingginya titer aglutinin -terutama H-, tidak: mempunyai arti dlagnostik penting, terutama di daerah endemis. Dengan alasan ini, pada daerah endemis dlanjurkan agar pemeriksaannya cukup titer antibodi O terhadap S. typhi saja."° Waktu Pengambilan Spesimen .aginya titer antibod ke level diagnostik pada uji Widal paling baik didapatkan pada minggu ke dua atau Ke tiga, yaitu 95,7%, sedangkan pada minggu pertama hanya 85,7%. Karenanya hasil © Widal_negalif tidak: menyingkirkan demam fifold, sehubungan dengan sensitivilasnya yang rendah, Muliawan SY dkk, mendapatkan nilai sensitivitas Widal rendah, yaltu hanya 37%, dan spesifisitas 97%. Angka spesifsitas nampak seolah-oiah tinggl, karena pada penelitian tersebut pengambilan spesimen ditakukan pada minggu pettama demam, sehingga sebstuinya belum bisa mendeteksi antibodi oleh agen penyebab bukan S. typhi. Karenanya, waktu pengambilan spesimen perlu diperhatiker,, agar mendapatkan ial diagnostik yang diharapkan. Oleh karena itu, pada uji Widal yang sangat penting diperhatikan adalah waktu pengambilan spesimen dan kenaikan tier aglutinin terhadap antigen S. typhi."* Uji Widel dapat memberikan informasi yang tidak adekuat oleh karena beberapa sebab : () metupakan tes imunologk, jadi harus. dikerjakan pada kondisi standar (i). typhi mempunyai antigen © dan antigen H yang sama dengan Salmonella lainnya, karena itu kenaikan titer antibodi ini tidak spesifik untuk S. typhi TTT | 201, vot. 20.6 wuLt20%0 (iii) penentuan hasil positif mungkin didasarkan ‘atas titer antibodi dalam populasi daerah endemis, yang secara Konstan terpapar ‘organisme tersebut dan mungkin mempunyai titer antibod! lebih tinggi dari pada daerah non endemis, bahkan pada orang yang sehat sekalipun (W) tidak —dihasilkannya antibodi__tethadap Salmonella karena rendahnya stimulus yang dapat merangsang timbulnya _antibodi, sehingga produksi antibodi tergangau."° Berdasarkan kemungkinan _tersebut, dapat saja terjadi sebuah hasil uji Widal dinyatakan positif S. typhi, tetapi hasil sebenarnya adalah negatif (positif palsu). Sebaliknya hasil uj Widal negatif tidak dapat menyingkirkan demam tifoid begitu sala (negatif palsu). Peru dipethatikan bahwa Salmonella serogrup D lainnye dan beberapa organisme oiup A dan B mermilki antigen yang digunakan pada ufi Widal, oleh Karena itu uji Widal tidak spesifk untuk S: typhi."* Pada pemeriksaan uji Widal yang peru dipethatikan antara tain, adalah: (a) Waktu pengambilan spesimen (b) Kenaikan titer aglutinin antigen S. Typh."* Pemeriksaan tunggal penyakit tifus dengan tes Widal kurang baik Karena akan memberikan hasil positf bila tetjadi : + Infeksi —berulang arena __bakteri Saimonsita tainnya + Imunisasi penyakit tus sebelumnya + Infeksi lainnya seperti malaria, hepatitis, dengue dan lain-tain.”* Sementara ini masih terdapat kecenderungan di dalam prakiek, kasus demam didiagnosis sebagai demam_ tifoid, sedangkan metode penegakan diagnosis yang digunakan hanya menggunakan uli Widal dan cenderung mengabaikan penemuan klinis. Belakangan diketahul pasien menderita demam karen sebab lain, misainya dengue. Masih seringnya hal ini terjadi, sesungguhinya membuat cukup prihatin Diagnosis pasti demam tifoid ade isolasi S, typhi (kultur Gaal) dari darah, urin, ti tau cairan tubuh lainnya. Hal ini memerlul fasilitas bakteriologik yang memadai. Deny kondisi seperti ini, diagnosis harus ditegak| dengan mengaitkan gejala klinik yang ses dengan demam tifoid dan adanya kenaikan t antibodi yang bermakna terhadap antigen dan/atau antigen H dari S. typhi uji Widal Sekarang ini sudan ada je pemeriksaan baru untuk mendeteksi dem tifoid, yaitu pemeriksaan IgM anti S. ty berkembang mulai sekitar tahun 2000 dan hi dapat diperoleh dalam —waktu__singka Pemeriksaan IgM anti Salmonella typhi dene TubexTF® merupekan pemeriksaan yang sens spesifk dan praktis. Pemeriksaan ini dilakub untuk =mendeteksi antibodi terhadap antic lipopolisakarida O89 yang sangat spesifik terhac bakteri S. typhi Dengan pemeriksaan IgM anti S.typ deteksi bisa dilakukan lebih ini dan sens karena antibod! IgM muncul paling awal ye setelah 3-4 hari terjadinya demam (sensitiv >95%). Metode ini lebih spesifik mendete bakteri S. typhi dibandingkan dene pemeriksaan Widal,sehingga._— marr membedakan secara tepat berbagai infe dengan gejala klinis demam (spesifisitas >93%) Komplikasi Pada pasien yang tidak diberikan tere setagian besar komplikasi demam tifold ter) pada minggu ke tiga dan ke empat infet Meskipun hampir sebagian besar sistem pe tubuh terlibat, tetapi perdarahan intestinal. 4 perforasi, miokarditis toksik, bronkitis dan "toks yang menyebabkan pasien menjadi bingut merupakan komplikasi yang paling sering. Jumi komplikasi berkisar antara 10-15%, perdarahan gastrointestinal, perforasi_ merupakan kondisi yang pall Komplikasi sistem —_gastrointesti bervariasi dari yang sederhana seperti glos kx

You might also like