You are on page 1of 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan
ikat yang menumpangnya. Mioma uteri merupakan tumor terbanyak dari uterus.
Prevalensinya mencapai 20% populasi wanita > 30 tahun dan 35-40% pada wanita
> 50 tahun. Mioma uteri belum pernah (dilaporkan) terjadi sebelum menars.
Diperkirakan insiden mioma uteri sekitar 20 – 30% dari seluruh wanita. Di
Indonesia, mioma uteri ditemukan 2,39 – 11,7% pada semua penderita ginekologi
yang dirawat. Selain usia, faktor predisposisi lain yang berpengaruh terhadap
angka kejadian mioma uteri adalah ras, genetik, paritas dan fungsi ovarium.
Mioma Uteri adalah suatu tumor jinak, berbatas tegas, tidak berkapsul, yang
berasal dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut fibromioma
uteri, leiomioma uteri atau uterine fibroid. Tumor jinak ini merupakan
neoplasma jinak yang paling sering ditemukan pada traktus genitalia wanita.
Ukurannya bervariasi mulai dari sebesar kepala jarum hingga sebesar melon,
sedangkan beratnya pernah dilaporkan mencapai 20 pon. Walaupun tidak sering,
disfungsi reproduksi yang dikaitkan dengan mioma mencakup infertilitas, abortus
spontan, persalinan prematur, dan malpresentasi.
Uterus fibroids banyak menimbulkan gangguan tapi ada juga yang tidak
menimbulkan keluhan dan bahkan akan mengecil pada usia menopause. Tetapi
beberapa fibroids akan menimbulkan gejala nyeri, gejala penekanan pad organ
viscera yang lain, perdarahan dan anemia atau menyebabkan permasalahan
kehamilan (Wiknjosastro dkk, 2007; POGI, 2006).
Diagnosis mioma uteri ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Penanganan mioma uteri tergantung pada umur, status
fertilitas, paritas, lokasi dan ukuran tumor, sehingga biasanya mioma yang
ditangani yaitu yang membesar secara cepat dan bergejala serta mioma yang

1
diduga menyebabkan fertilitas. Jadi tidak semua mioma uteri memerlukan
tindakan bedah.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan
jaringan ikat yang menumpangnya. Dalam kepustakaan, mioma dikenal juga
dengan istilah fibromioma, leiomioma atau pun fibroid (Wiknjosastro dkk, 2007).
Tumor jinak ini dilipat oleh pseudokapsul yang berasal dari sel otot polos yang
imatur. Mioma uteri memiliki konsistensi padat kenyal, batas jelas, tidak nyeri,
bisa soliter atau multipel (POGI, 2006).

2.2 KLASIFIKASI

Mioma umumnya digolongkan berdasarkan lokasi dan ke arah mana mereka


tumbuh. Klasifikasinya sebagai berikut :

1. Mioma intramural : merupakan mioma yang paling banyak ditemukan. Sebagian


besar tumbuh di antara lapisan uterus yang paling tebal dan paling tengah, yaitu
miometrium.

2. Mioma subserosa : merupakan mioma yang tumbuh keluar dari lapisan uterus
yang paling luar, yaitu serosa dan tumbuh ke arah rongga peritonium. Jenis
mioma ini bertangkai (pedunculated) atau memiliki dasar lebar. Apabila terlepas
dari induknya dan berjalan-jalan atau dapat menempel dalam rongga peritoneum
disebut wandering/parasitic fibroid Ditemukan kedua terbanyak.

3. Mioma submukosa : merupakan mioma yang tumbuh dari dinding uterus paling
dalam sehingga menonjol ke dalam uterus. Jenis ini juga dapat bertangkai atau
berdasarkan lebar. Dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian dilahirkan
melalui saluran serviks, yang disebut mioma geburt

3
2.3 ETIOLOGI

 Etiologi pasti belum diketahui


 Peningkatan reseptor estrogen-progesteron pada jaringan mioma
uteri mempengarui pertumbuhan tumor
 Faktor predisposisi yang bersifat herediter, telah diidentifikasi kromosom
yang membawa 145 gen yang diperkirakan berpengaruh pada
pertumbuhan fibroid. Sebagian ahli mengatakan bahwa fibroid uteri
diwariskan dari gen sisi paternal.
 Mioma biasanya membesar pada saat kehamilan dan mengecil setelah
menopause jarang ditemukan sebelum menarke

2.4 Epidemiologi
Mioma uteri merupakan tumor terbanyak dari uterus. Prevalensinya
mencapai 20% populasi wanita > 30 tahun dan 35-40% pada wanita > 50
tahun. Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun mempunyai sarang
mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih banyak. Mioma uteri
belum pernah (dilaporkan) terjadi sebelum menars. Diperkirakan insiden
mioma uteri sekitar 20 – 30% dari seluruh wanita. Di Indonesia, mioma uteri
ditemukan 2,39 – 11,7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat.
Wanita yang sering melahirkan akan lebih sedikit kemungkinan untuk
berkembangnya mioma ini dibandingkan dengan wanita yang tak pernah
hamil atau hanya 1 kali hamil. Statistik menunjukkan 60% mioma uteri
berkembang pada wanita yang tak pernah hamil atau hanya hamil 1 kali.
Prevalensi meningkat apabila ditemukan riwayat keluarga, ras, kegemukan
dan nullipara.
Lokasi terbanyak pada intramiral (menyebabkan uterus berbenjol-benjol).
Mioma sub mukosum jarang (5-10%) tetapi secara klinik sangat penting
karena hampir selalu menimbulkan syptom/gejala. Mioma subserosum dapat
timbul retro peritoneal/ intra ligamenter.

4
2.5 Gejala Klinis

Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan
ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu. Gejala yang timbul sangat tergantung
pada tempat sarang mioma ini berada, besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang
terjadi. Gejala yang mungkin timbul yaitu:

- Perdarahan abnormal yaitu dapat berupa hipermenore, menoragia dan dapat


juga terjadi metroragia merupakan yang paling banyak terjadi. Beberapa faktor
yang menjadi penyebab perdarahan ini, antara lain adalah:

o Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hyperplasia endometrium sampai


adenokarsinoma endometrium

o Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasa

o Atrofi endometrium di atas mioma submukosum

o Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang


mioma di antara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit
pembuluh darah yang melaluinya dengan baik

- Rasa nyeri yang mungkin timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang
mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Pada mioma
submukosum yang akan dilahirkan, pula pertumbuhannya yang menyempitkan
kanalis servikalis dapat menyebabkan juga dismenore. Namun gejala-gejala
tersebut bukanlah gejala khas pada mioma uteri.

- Gejala dan tanda penekanan yang tergantung pada besar dan tempat mioma
uteri. Gejala yang timbul dapat berupa poliuri, retention urine, obstipasi serta
edema tungkai dan nyeri panggul.

Pada Mioma Geburt gejala yang menonjol berupa perdarahan per vaginam di antara
siklus haid yang bervariasi mulai dari perdarahan bercak hingga perdarahan masif. Darah

5
yang keluar berupa darah segar dan kadang disertai nyeri sehingga dapat diduga sebagai
haid yang memanjang. Selain itu, mioma submukosa juga dapat menyebabkan
perdarahan intermenstrual, perdarahan post coital, perdarahan vaginal terus-menerus
atau dismenore.

2.6 Diagnosis

Diagnosis Mioma Geburt ditegakkan atas beberapa hal, yaitu:

1. Anamnesis, teraba massa menonjol keluar dari jalan lahir yang dirasakan
bertambah panjang serta adanya riwayat perdarahan per vaginam terutama
pada perempuan di usia 40an, kadang dikeluhkan juga perdarahan kontak.
2. Pemeriksaan Fisis
a. Pada pemeriksaan abdomen luar kemungkinan tidak didapatkan
kelainan, namun dapat juga ditemukan pada palpasi bimanual uterus
yang bentuknya tidak regular, tidak lunak atau penonjolan yang
berbenjol-benjol yang keras pada palpasi.
b. Pada pemeriksaan Ginekologik (PDV) teraba massa yang keluar dari OUE
(kanalis servikalis), lunak, mudah digerakkan, bertangkai serta mudah
berdarah. Melalui pemeriksaan inspekulo terlihat massa keluar OUE
(kanalis servikalis) berwarna pucat
3. Pemeriksaan Penunjang

a. USG Ginekologik untuk menentukan jenis tumor dalam rongga pelvis


b. Histerografi untuk menilai pasien mioma submukosa dengan infertilitas
c. Laboratorium : darah lengkap, urine lengkap, tes kehamilan

2.7 Diagnosis Banding

Mioma Geburt dapat didiagnosis banding dengan polip serviks. Polip serviks
merupakan suatu adenoma ataupun adenofibroma yang berasal dari mukosa
endoserviks. Tangkainya dapat panjang hingga keluar dari OUE. Epitel yang melapis
biasanya adalah epitel endoserviks yang dapat juga mengalami metaplasia menjadi
semakin kompleks. Bagian ujung polip dapat mengalami nekrosis sehingga membuatnya

6
mudah berdarah. Hal inilah yang membedakannya dari Mioma Geburt dimana bagian
yang mudah berdarah bukan merupakan ujung mioma tapi merupakan endometrium
yang mengalami hyperplasia akibat pengaruh ovarium, selain itu juga terjadi atropi
endometrium di atas mioma submukosa.

2.8 Penatalaksanaan

Penanganan mioma uteri tergantung pada umur, status fertilitas, paritas, lokasi dan
ukuran tumor, sehingga biasanya mioma yang ditangani yaitu yang membesar secara
cepat dan bergejala serta mioma yang diduga menyebabkan fertilitas. Secara umum,
penanganan mioma uteri terbagi atas penanganan konservatif dan operatif.

Penanganan konservatif bila mioma berukuran kecil pada pra dan post menopause
tanpa gejala. Cara penanganan konservatif sebagai berikut:

- Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan

- Bila anemi (Hb < 8gr/dl)  transfusi PRC

- Pemberian zat besi

- Pemberian agonis hormon pelepas gonadotropin (GnRHa) yaitu Leuprolid asetat


3,75 mg intramuscular pada hari 1-3 menstruasi setiap minggu sebanyak 3 kali

Manajemen simtomatik mioma uteri biasanya diberikan demi kenyamanan pasien dan
menunda pengobatan bisa dimengerti pada pasien yang tidak bergejala atau dengan
gejala ringan yang dapat ditoleransi. Meskipun pengobatan non-operatif biasanya tidak
memberikan kesembuhan permanen, namun terapi dengan obat-obatan seperti NSAID,
pil kontrasepsi oral, progestin, androgen dan analog GnRH biasanya diberikan.

Analog GnRH menyebabkan keadaan hipogonadotropik-hipogonadal; jadi obat-obatan


ini menghasilkan menopause kimiawi yang temporer dan reversibel yang dapat
mengecilkan volume mioma hingga 50% dengan cara menurunkan konsentrasi estrogen
yang beredar dalam darah dengan hasil maksimal setelah tiga bulan terapi. Analog GnRH
juga memiliki beberapa kegunaan sebelum tindakan operatif dilakukan:

7
- Mengurangi jumlah darah yang terbuang pada saat operasi dan perlunya
transfusi darah

- Meningkatkan kemungkinan operasi dengan cara insisi suprapubik transversal


dibandingkan insisi midline

- Mengurangi resiko histerektomi ketika miomektomi direncanakan

Penanganan operatif bila:

- Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus pada kehamilan 12-14 minggu

- Pertumbuhan tumor cepat

- Mioma subserosa bertangkai dan torsi

- Bila dapat menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya

- Hipermenorea pada mioma submukosa

- Penekanan pada organ sekitarnya

Jenis operasi yang dilakukan berupa:

1. Miomektomi, dilakukan pada penderita infertil atau yang masih menginginkan


anak. Pendekatan pada tumor dilakukan melalui dinding uterus dimana mioma
dibuka dengan diseksi tajam dan tumpul, pseudokapsul dapat mengakibatkan
diseksi sulit untuk dilakukan. Mioma diangkat dengan bantuan obeng mioma,
rongga yang terbentuk akibat mioma kemudian dijahit dan dinding uterus dilipat
untuk membawa garis jahitan serendah mungkin sehingga mengurangi resiko
perlekatan dengan vesika urinaria.
2. Histerektomi, dilakukan pada pasien yang tidak menginginkan anak lagi, terbagi
atas 2 macam, yaitu:
a. Histerektomi abdominal, dilakukan bila tumor besar terutama mioma
intraligamenter, torsi dan akan dilakukan ooforektomi

8
b. Histerektomi vaginal, dilakukan bila tumor kecil (ukuran < uterus gravid
12 minggu) atau disertai dengan kelainan di vagina misalnya rektokel,
sistokel atau enterokel

Embolisasi arteri uterus kini emakin banyak digunakan untuk menangani mioma dengan
pendekatan yang kurang invasif. Tujuannya adalah untuk mengurangi suplai darah ke
mioma sehingga menyebabkan degenerasi dan nekrosis.

2.9 Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada mioma uteri secara umum, yaitu:

1. Degenerasi ganas

Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6% dari


seluruh mioma; serta merupakan 50-75% dari semua sarcoma uterus.
Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histopatologi uterus
yang telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri
cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam
menopause.

2. Torsi (putaran tangkai)

Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi
akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadi sindrom abdomen
akut. Jika torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut tidak terjadi. Hal ini
hendaknya dibedakan dengan suatu keadaan dimana terdapat banyak sarang
mioma dalam rongga peritoneum. Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan
infeksi yang diperkirakan karena gangguan sirkulasi darah padanya. Misalnya
terjadi pada mioma yang dilahirkan hingga perdarahan berupa metroragia atau
menoragia disertai leukore dan gangguan-gangguan yang disebabkan oleh
infeksi dari uterus sendiri.

2.10 Prognosis

9
Terapi bedah bersifat kuratif. Kehamilan di masa yang akan datang tidak akan
dibahayakan oleh miomektomi, walaupun seksio sesarea akan diperlukan setelah diseksi
lebar untuk masuk ke dalam rongga uterus.

10

You might also like