You are on page 1of 19

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim, Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat illahi rabbi yang mana berkat
rahmat dan hidayahnya penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang
diajukan pada mata kuliah “Kewarganegaraan” dengan judul “Masyarakat
Madani”Shalawat beserta salam marilah kita curahkan selalu kepada baginda alam
yakni nabi Muhammad saw. Makalah ini adalah sebuah karya yang kami susun
berkat kerja sama dan bantuan dari pihak-pihak yang terkait.Maka dari itu kami
mengucapkan banyak terimakasih pada semua pihak yang ikut berperan aktif
dalamm terwujudnya makalah ini.Terutama pada orang tua yang telah
memberikan dukungan baik moril maupum materil serta sahabat-sahabat kami
yang senantiasa memberikan motivasi. Makalah yang kami susun ini bukanlah
sesuatu yang sempurna, akan tetapi makalah ini terlahir dari kerja keras
kami.Dalam penyusunan makalah ini tentunya masih banyak kekurangan-
kekurangan yang harus di perbaharui maka dari itu, kami mengharapkan kepada
para pembaca untuk memberikan kritik dan saran supaya dalamm pembuatan
makalah yang selanjutnya bisa menjadi lebih baik lagi.Terimakasih.

Billahitaufiq wal hidayah

Wassalammu’alaikum Wr.Wb.

Bengkulu, 27 Desember 2017

Mepran Yudani
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...........................................................................................................1

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................................3
1.3 Tujuan .................................................................................................................3

BAB II ISI
2.1 Konsep Masyarakat Madani .................................................................................4
2.2 Pengertian Masyarakat Madani ............................................................................4
2.3 Sejarah Masyarakat Madani .................................................................................5
2.4 Karagteristik Masyarakat Madani ........................................................................5
2.5 Masyarakat Madani di Indonesia .........................................................................6
2.6 Ciri-Ciri Masyarakat Madani dan Kesejahteraan Umat .......................................6
2.6 Proses Demokrasi Menuju Masyarakat Madani ..................................................7

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ..........................................................................................................8
3.2 Saran .....................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang Masalah


Masyarakat Madani adalah tatanan masyarakat sipil yang mandiri dan
demokratis, masyarkat madani lahir dari proses penyemaian demokrasi, yang
hubunganya diibaratkan dengan ikan dan air. Didalam makalah ini saya akan
membahas mengenai masyarakat madani yang biasa dikenal dengan istilah
masyarakat sipil (civil society), mulai dari pengertian, sejarah pemikiran, karagter,
dll.

1.2 Rumusan Masalah


Jelaskanlah pengertian masyarakat madani ?
Jelaskanlah sejarah Masyarakat madani ?
Sebutkan dan jelaskan karagteristik masyarakat madani ?
Jelaskan mengenai masyarakat madani di indonesia ?

1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini agar pembaca dapat memahami apa itu
masyarakat madani serta sejarah lahirnya masyarakat madani di indonesia, dan
bagaimana posisi masyarakat madani di indonesia.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Masyarakat Madani


Konsep “masyarakat madani” merupakan penerjemahan atau pengislaman
konsep “civil society”. Orang yang pertama kali mengungkapkan istilah ini adalah
Anwar Ibrahim dan dikembangkan di Indonesia oleh Nurcholish Madjid.
Pemaknaancivil society sebagai masyarakat madani merujuk pada konsep dan
bentuk masyarakat Madinah yang dibangun Nabi Muhammad. Masyarakat
Madinah dianggap sebagai legitimasi historis ketidakbersalahan
pembentukan civil society dalam masyarakat muslim modern.
Makna Civil Society “Masyarakat sipil” adalah terjemahan dari civil
society. Konsep civil society lahir dan berkembang dari sejarah pergumulan
masyarakat. Cicero adalah orang Barat yang pertama kali menggunakan kata
“societies civilis” dalam filsafat politiknya. Konsep civil society pertama kali
dipahami sebagai negara (state). Secara historis, istilah civil society berakar dari
pemikir Montesque, JJ. Rousseau, John Locke, dan Hubbes. Ketiga orang ini
mulai menata suatu bangunan masyarakat sipil yang mampu mencairkan
otoritarian kekuasaan monarchi-absolut dan ortodoksi gereja (Larry Diamond,
2003: 278).
Antara Masyarakat Madani dan Civil Society sebagaimana yang telah
dikemukakan di atas, masyarakat madani adalah istilah yang dilahirkan untuk
menerjemahkan konsep di luar menjadi “Islami”. Menilik dari subtansi civil
society lalu membandingkannya dengan tatanan masyarakat Madinah yang
dijadikan pembenaran atas pembentukan civil society di masyarakat Muslim
modern akan ditemukan persamaan sekaligus perbedaan di antara keduanya.
Perbedaan lain antara civil society dan masyarakat madani adalah civil
society merupakan buah modernitas, sedangkan modernitas adalah buah dari
gerakan Renaisans; gerakan masyarakat sekuler yang meminggirkan Tuhan.
Sehingga civil society mempunyai moral-transendental yang rapuh karena
meninggalkan Tuhan. Sedangkan masyarakat madani lahir dari dalam buaian dan
asuhan petunjuk Tuhan. Dari alasan ini Maarif mendefinisikan masyarakat madani
sebagai sebuah masyarakat yang terbuka, egalitar, dan toleran atas landasan nilai-
nilai etik-moral transendental yang bersumber dari wahyu Allah (A. Syafii
Maarif, 2004: 84).
Masyarakat madani merupakan konsep yang berwayuh wajah: memiliki
banyak arti atau sering diartikan dengan makna yang beda-beda. Bila merujuk
kepada Bahasa Inggris, ia berasal dari kata civil society atau masyarakat sipil,
sebuah kontraposisi dari masyarakat militer. Menurut Blakeley dan Suggate
(1997), masyarakat madani sering digunakan untuk menjelaskan “the sphere of
voluntary activity which takes place outside of government and the market.”
Merujuk pada Bahmueller (1997).[1]
2.2 Pengertian Masyarakat Madani
Sejarah masyarakat madani atau masyarakat sipil lahir pertama kalinya dalam
perjalanan politik masyarakat sipil di barat. Istilah masyarakat sipil luas dengan
istiliah Civil Society. Yang didefenisikan oleh para ahli bahwasanya karagter dari
masyarakat sipil sebagai komonitas sosial dan politik pada umumnya memiliki
peran dan fungsi yang berbeda dengan lembaga negara.
Istilah “Masyarakat Madanii” dimunculkan pertama kalinya di kawasan asia
tenggara oleh Cendikiawan Malaysia yang bernama Anwar Ibrahim. Masyarakat
madani berbeda dengan masyarakat civil barat yang beriorientasi penuh pada
kebebasan individu, menurut mantan perdana mentri malaysia itu Masyarakat
Madani adalah sistem sosial yang tumbuh berdasarkan prinsip moral yang
menjamin keseimbangan antara kebebasan individu dan mayarakat yang berupa
pemikiran, seni, pelaksanaan pemerintahan yang berdasarkan undang-undang dan
bukan nafsu keinginan individu. Ia juga mngatakan masyarakat madani memiliki
ciri-ciri yang khas yaitu kemajemukan kebudayaan (Multicultural), Hubungan
timbal balik (Reprocity) dan sikap yang saling memahami dan menghargai.
Anwar Menjelaskan watak masyarakat madani yang ia maksud adalah guiding
ideas,dalam melaksanakan ide-ide yang mendasari keberadaanya yaitu prinsip
moral, keahlian, kesamaan, musyawarah dan demokratis.
Dawam Rahardjo juga mengemukakan defenisi masyaraakat madani adalah
proses penciptaan peradaban yang mengacu pada nilai-nilai kebijakan bersama.
Menurutnya masyarakat madani adalah warga negara bekerja samaa membangun
ikatan sosial, jaringan produktif, solidaritas kemanusiaan yang bersifat non
negara. Ia juga mengemukakan dasar utama masyarakat madani adalah persatuan
dan integrasi nasional yang didasarkan pada suatu pedoman hidup,
menghindarkan diri dari konflik permusuhan yang menyebabkan perpecahan dan
hidup dalam suatu persaudaraan.
Sejalan dengan iitu, Azyumardi Azra juga mengemukakan bahwa masyarakat
madani lebih dari sekedar gerakan prodemokrasi yang mengacu pada
pembentukan masyarakat bekwalitas dan ber-tamaddun (Civility). Menurut tokoh
cendikiawan muslim indonesia Norcholish Madjid istilah masyarakat madani
mengandung makna toleransi kesediaan priadi untuk menerima berbagai macam
pandangan politik dan tingkah laku sosial.[2]

2.3 Sejarah Singkat Masyarakat Madani


Sejarah Civil Society Tidak terlepas dari filsuf yunani Aris Toteles (384-322 SM)
yang mengandung konsep Civil Society sebagai sistem kenegaraan atau identik
dengan negara itu sendiri. Pada masa sekarang konsep Civil Society dikenal
dengan Istilah Koinonia Politeke yaitu sebuah koonitas politik tempat warga
negara dapat terlibat lansung dalam peraturan ekonomi-politik dalam mengambil
keputusan. Istilah Koinonia Politeke dikeukakan Aris Toteles untuk
menggambarkan sebuah masyarakat politis dan etis dimana warga negara
didalamnya berkedudukan sama didepan hukum. Yang kemudian mengalami
perubahan dengan pengertain Civil Societyyaitu masyarakat sipil diluar dan
penyeimbang warga negara.
Seorang negarawan Romawi bernama Marcus Tullius Cicero (106-43 SM)
memiliki pandangan yang berbeda dengan Aris Toteles. Ia mengistilahkan
Masyarakat Sipil dengan societies cvilies yaitu sebuah komonitas yang
mendominasi komonitas yang lain dengan radisi politik kota sebagai komponen
utamanya. Istilah ini lebih menekankan pada konsep negara kota (City-state) yaitu
menggambarkan kerajaan, kota, dan bentuk korporasi lainya yang menjelma
menjadi entitas dan teorganisir.
Kemudian Rumusan Civil Society dikembangkan oleh Thomas Hobbes (1588-
1679 M) dan Jhon Locke (1632-1704) yang memandang perkembangan civil
society sebagai lanjutan darievaluasi masyarakat yang berlansung secara alamiah.
Menurut Hobbes entitas negara civil society mempunyai peranan untuk meredam
konflik dalam masyarakat sehingga ia harus memiliki kekuasaan mutlak untuk
mengontrol dan mengawasi secara ketat pola-pla interaksi setiap warga negara.
Namun Menurut Jhon Locke, Kehadiran civil society untuk melindungi
kebebasan dan hak milik warga negara. Mengingat sifatnya seperti itu civil
society tidak absolut dan tidak membatasi perananya pada wilayah yang tidak
dapat dikelola warga negara untuk memperoleh haknya secara adil dan
profesional.
Pada tahun 1767 Adam ferguson mengkontektualisasikan civil society dengan
konteks sosial dan politik di skotlandia dengan perkembangan kapitalisme yang
berdampak pada krisis sosial. Berbeda dengan pndangan sebelumnya ia lebih
menekankan visi etis pada civil society dalam kehidupan sosial. Menurutnya
ketimpangan sosial akibat kapitalisme harus dihilangkan. Ia yakin bahwa publik
secara alamiah memiliki spirit solidaritas sosial dan sntimen moral yang
menghalangi munculnya kembali despotisme. Kekhawatiran ia semakin
menguatnya sistem individualistis dan berkurangnya tanggung jawab sosial
mayarakat mewarnai paandangan tenag civil society waktu itu.
Pada 29 januari 1737- 8 juni 1809 aktivis politik Asal Inggris-Amerika yang
bernama Thomas Paine civil society sebagai suatu yang berlawanan dengan
lembaga negara bahkan ia dianggap sebagai antitetis negara. Berdasarkan
paradigma ini peran negara sudah saatnya untuk dibatasi. menurut paradigma ini
negara tidak lain hanyalah keniscayaan buruk belaka. Konsep negara yang absah
menurut pemikiran ini adalah perwujudan dari delegasi kekuasaan yang diberikan
oleh masyarakat demi terciptanya kesejahteraan bersama. Dengan demikian
menurutnya civil society adalah ruang dimana warga negara dapat
mengembangkan kepribadian dan memberi peluang bagi pemuasan kepentinganya
secara bebas dan tanpa paksaan.[3]
Kemudian pada tahun 1770-1831 G.W.F. Hegel, Karl Max (1818-1883), dan
Antonio Gramsci (1891-1837) mengembangkan Istilahcivil society ialah elemen
ideologis keelas dominan. Pemahaman ini merupakan reaksi atas pandangan paine
yang memisahkan civil society dari negara. Berbeda dengan pandangan paine,
Hegel Memandang civil society sebagai kelompok subordinatif terhadap negara.
Menurut Ryaas Rasyid seorang pakar politik indonesia, menurutnya pandangan
ini erat kaitanya dengan perkembangan sosial masyarakat borjuasi eropa yang
ditandai dengan pelepasan diri dari cengkraman dominasi negara.
Selanjutnya hegel menjelaskan bahwa struktur sosial civil society terdaat tiga
entitas sosial : keluarga, masyarakat sipil, dan negara. Keluarga merupakan ruang
sosialisasi pribadi anggota masyarakat yang bercirikan keharmonisan. Sedangkan
masyarakat sipil merupakan tempat berlansungya percaturan sebagai kepentingan
pribadi dan golongan terutama kepentingan ekonomi. Menurutnya negara
merupaka ide universa yang bertugas melindungi kepentingan politik warganya
dan mempunyai hak penuh untuk intervensi terhadap civil society.
Berbeda dengan hegel, karl max memandang civil society sebagai masyarakat
borjuis. Dalam konteks hubungan produksi kapitalis. Keberadaan civil
society merupakan kendala besar bagi upaya pembebasan manusia dari
penindasan kelas pemiik modal. Oleh karena itu civil society harus dilenyapkan
demi terwujudnya tatanan masyarakat tanpa kelas.
Berbeda dengan max. Antonio Gramsci tidak memandang masyarakat sipil
dalam konteks relasi produksi tetapi lebih pada sisi idiologis. Gramsci meletakan
masyaraakat madani pada struktur berdampingan degan negara yang disebut
sebagai Political society. Menurutnya civil society merupakan tempat perebutan
posisi hegemoni untuk membentuk konsensus dalam masyarakat. Ia memberiakan
pandangan penting kepada kaum cendikiawan sebagai aktor dalam proses utama
perubahan sosial dan politik.
Selanjutnya wacana civil society sebagai reaksi terhadap mazhab hegelian
dikembangkan oleh Alexis de Tocqueville (1805-1859 M) yang bersumber dari
pengalamanya mengamati budaya demokrasi america. Menurutnya Tocqueville
kekuatan politik dalam masyarakat sipil merupakan kekuatan utama yang
menjadikan demokrasi amerika mempunyai daya tahan yang kuat. Berkaca pada
budaya amerika yang berciri Plural, Mandiri, dan kedewasaan berpolitik warga
negara manapun mampu mengimbangi dan mengontrol kekuatan negara.
Berbeda dengan hegelian, pemikiran Tocqueville lebih menempatkan
masyarakat sipil sebagai suatu yang tidak apriori maupun tersubordinasi lembaga
negara. Sebaliknya civil societybersifat otnom dan memiliki kepastian politik
cukip tinggi sehingga mampu menjadikan kekuatan penyeimbang terhadap
kecenderungan intervensi negara atas warga negara.
Dari sekian banyak pandangan mengenai civil society, Mazhab Gramscian dan
Tocquevillian telah menjadi inspirasi gerakan prodemokrasi di eropa timur dan
eropa tengah pada dasawarsa 80-an. Pengalaman kawasan ini hidup dibawah
dominasi negara terbukti telah melumpuhkan kehidupan masyarakat sipil.
Tidak hanya di eropa timur dan eropa tengah , muzhab pemikirancivil
society tocquelville juga dikembangkan oleh cendikiawan muslim indonesia
Dawam Rahardjo dengan konsep masyarakat madaninya, rahardjo
mengilustrasikan bahwa peranan pasar sangat menenukan unsur-unsur dalam
masyarakat madani sedangkan menurut Wutnow dalam hubungan anrata unsur-
unsur pokok masyarakat madani faktor Valuntary sangat menentukan pola
interaksi antara negara dan pasar.
Didalam tatanan pemerintahan yang demokratis komponen rakyat disebut
masyarakat madani (Civil Society) yang harus memperoleh peranan utama. Dalam
sistem demokrasi kekuasaan tidak hanya ditangan penguasa melainkan ditangan
rakyat. Jadi peran sektor swasta sangat mendukung terciptanya proses
keseimbangan kekuasaan dalam koridor pemerintahan yang baik, seketika peran
swasta bisa berada diatas ini terjadi jika pembuatan kebijakan publik berkolusi
dan tergoda untuk memberikan akses yang longgar pada konglomerat ataupun
usahawan.

2.4 Karagteristik Masyarakat Madani


Munculnya masyarakat madani disebabkan unsur-unsur sosial dalam tatanan
masyarakat. Unsur tersebut merupakan kesatuan yang saling mengikat dan
menjadikan karagter khas masyarkat madani. Unsur pokok yang harus dimiliki
masyarakat madani yaitu : republik yang bebas, demokrasi, toleransi,
kemajemukan, dan keadilan sosial.
1. Wilayah Publik Yang Bebas
Merupakan sarana untuk mengemukakan pendapat warga negara, yang
mana didalamnya semua warga negara memiliki posisi dan hak yang sama untuk
melakukan transaksi sosial dan politik tanpa rasatakut dan terancam oleh
kekuatan-kekuatan civil society.
2. Demokrasi
Demokrasi adalah persyaratan mutlak lainya bagi keberadaan civil society
yang murni. Tanpa demokrasi, masyarakat sipil tidak akan terwujud yang mana
demokrasi adalah suatu tatanan politik sosial yang bersumber dan dilakukan, oleh,
dari, dan untuk warga negara.
3. Toleransi
Merupakan sikap saling menghargai dan menghormati perbedaan pendapat.
Menurut Nurcholish Madjid toleransi adalah persoalan ajaran dan kewajiban
melaksanakan ajaran itu. Jika toleransi menghasilkan tata cara pergaulan yang
menyenangkan antara kelompok yang berbeda-beda maka hasil itu dipahami
sebagai hikmah atau manfaat dari ajaran yang benar. Toleransi bukan hanya
tuntutan sosial masyarakat majemuk saja , tapi juga menjadi bagian terpenting
pelaksanaan ajaran moral.
4. Kemajemukan
Disebut juga pluralisme yang tidak hanya dipahami seagai sebatas sikap
harus mengakui dan memahami kenyataan sosial yang beragam, tetapi harus
disertai dengan sikap ttulus untuk menerima kenyataan pandangan sebagai suatu
yang alamiah dan rahmat tuhan yang bernilai positif bagi kehidupan masyarakat.
5. Keadilan Sosial
Keadilan sosial adalah adanya keseimbangan dan pembagian yang
propersional atas hak dan kewajiban warga negara yang mencakup segala aspek
kehidupan ekonomi, politik, pengetahuan, dan pelengkapan. Dengan pengertian
lain keadilan sosial adalah hilangnya monopoli dan pemusatan salah satu aspek
kehidupan yang dilakukan oleh kelompok atau golongan tertentu.
2.5 Masyarakat Madani di Indonesia
Indonesia memiliki tradisi kuat civil society, jauh sebelum bangsa indonesia
berdiri, masyarakat sipil telah berkembang pesat yang diwakili oleh kiprah
beragam organisasi sosial keagamaan dan penggerakan nasional dalam merebut
kemerdekaan. Selain berperan sebagai organisasi peejuang penegak HAM dan
perlawanan terhadap kekuasaan kolonial. Organisasi berbasis islam seperti
syariakat islam (SI), Nahdatul Ulama (NU), dan muhammdadiyah telah
menunjukan kiprahnya sebagai komponen civil society yang penting dalam
perkembangan masyarakata sipil indonesia.
Terdapat strategi yang ditawarkan kalangan ahli tentang bagaimana
seharusnya bangunan masyarakat madani yang bisa tterwujud di indonessia :
1. Pandangan integrasi nasional dan politik. Menyatakan bahwa sistem
demokrasi tidak mungkin berlansung dalam kenyataan hidup sehari-hari dalam
masyarakat sebelum memiliki kesadaran berbangsa dan bernegara yang kuat. Bagi
pengikut pandangan ini praktik demokrasi ala barat hanya akan berakibat konflik
antara sesama warga bangsa.
2. Pandangan Reformasi Sistem Politik Demokrasi merupakan pandangan
yang menekankan bahwa untuk membangun demokrasi tidak usah terlalu
bergantung pada kepentingan ekonomi. Pembangunan institusi demokratis lebih
diutamakan oleh warga negara dibanding pembangunan ekonomi.
3. Paradigma pembangunan masyarakat madani sebagai basis utama
pembangunan demokrasi. Ini merupakan alternatif diantara dua pandangan yang
pertama yang dianggap gagal dalam pembangunan demokrasi. Pandangan ini
lebih menekankan proses pendidikan dan penyadaran poitik warga negara, khusus
kalangan kelas menengah. Hal itu mengingatkan demokrasi membutuhkan
topangan kultural sselain mendukung struktural.
Bersandar dari tiga paradigma diatas pengembangan demokrasi masyarakat
madani selayaknya tidak hanya tergantung pada salah satu pandangan tersebut.
Sebaliknya untuk mewujudkan masyarakat madani yang seimbang dengan
kekuatan negara dibutuhkan gabungan strategi dan paradigma. Tiga paradigma
diatas dapat dijadikan acuan dalam pengembangan demokrasi dimasa transisi
sekarang melalui :
1. Memperluas golongan menengah melalui pemberian kesempatan bagi kelas
menegah untuk berkembang menjadi kelompok masyaraat madani yang mandiri
secara politik dan ekonomi.
2. Mereformasikan sistem politik demokratis melalui pemberdayaan lembaga-
lembaga demokrasi yang ada berjalan sesuai prinsip-prinsip demokrasi.
3. Penyelenggaraan pendidikan politik (pendidikan demokrasi) bagi warga
negara secara keseluruhan.
Menurut Rahardjo masyarakat madani indonesia masih merupakan sisitem-
siste yang dihasilkan oleh sister politik represif. Ciri kritisnya lebih menonjol
dibandingkan ciri struktifnya. Menurutnya lebih banyak melakukan protes
daripada mengajukan solus, lebih banyak menuntut daripada memberi sumbangan
terhadap pemecahan masalah.
Mahasiswa merupakan salah satu komponen strategis bangsa indonesia dalam
pembanguunan demokrasi dan masyarakat madani. Peran startegis mahasiswa
dalam proses perjuangan demokrasi menumbangkan rezim otorier seharusnya
ditindak lanjuti dengan keterlibatan mahasiswa dalam proses demokrasi bangsa
dan pembangunan masyarakat demokrasi madani indonesia. Karenaa mahasiswa
merupakan bagian dari kelas menengah, ia memiliki tanggung jawab terhadap
nasib masa depan demokrasi dan masyarakat madani indonesia.
Sikap demokratis diekspressikan melalui peran aktif mahasiswa dalam proses
pendemokrasian masyarakat melalui cara analogis, santun, dan bermartabat.
Adapun sikap kritis mahasiswa dapat dilakukan dengan mengaamati, mengkritik,
mengontrol pelaksanaan kebijakan pemerintah atau lembaga publik terkait,
khususnya pada kebijakan yang menyangkut dengan masa depan bangsa.

2.6 Ciri-Ciri Masyarakat Madani dan Kesejahteraan Umat

Masyarakat madani memiliki ciri-ciri dan karakteristik sebagai berikut :


a. Free public sphere (ruang publik yang bebas)
Ruang publik yang diartikan sebagai wilayah dimana masyarakat sebagai
warga negara memiliki akses penuh terhadap setiap kegiatan publik, warga negara
berhak melakukan kegiatan secara merdeka dalam menyampaikan pendapat,
berserikat, berkumpul serta memublikasikan pendapat, berserikat, berkumpul serta
memublikasikan informasi kepada publik.
b. Demokratisasi
Menurut Neera Candoke, masyarakat sosial berkaitan dengan wacana
kritik rasional masyarakat yang secara ekspisit mensyaratkan tumbuhnya
demokrasi., dalam kerangka ini hanya negara demokratis yang mampu menjamin
masyarakat madani.
c. Toleransi
Toleransi adalah kesediaan individu untuk menerima pandangan-
pandangan politik dan sikap sosial yang berbeda. Toleransi merupakan sikap yang
dikembangkan dalam masyarakat madani untuk menunjukan sikap saling
menghargai dan menghormati pendapat serta aktivitas yang dilakukan oleh orang
atau kelompok masyarakat yang lain yang berbeda.
d. Pluralisme
Pluralisme adalah sikap mengakui dan menerima kenyataan disertai sikap
tulus bahwa masyarakat itu majemuk. Kemajemukan itu bernilai positif dan
merupakan rahmat tuhan.
e. Keadilan Sosial (Social justice)

Keadilan yang dimaksud adalah keseimbangan dan pembagian yang


proporsional antara hak dan kewajiban setiap warga dan negara yang mencakup
seluruh aspek kehidupan.

f. Partisipasi Sosial
Partisipasi sosial yang benar-benar bersih dari rekayasa merupakan awal
yang baik bagi terciptanya masyarakat madani. Partisipasi sosial yang bersih
dapat terjadi apabila tersedia iklim yang memunkinkan otonomi individu terjaga.
g. Supermasi hukum
Penghargaan terhadap supermasi hukum merupakan jaminan terciptanya
keadilan, keadilan harus diposisikan secara netral, artinya tidak ada pengecualian
untuk memperoleh kebenaran di atas hukum.
h. Terintegrasinya individu-individu dan kelompok-kelompok ekslusif
kedalam masyarakat melalui kontrak sosial dan aliansi sosial.
i. Menyebarnya kekuasaan sehingga kepentingan-kepentingan yang
mendominasi dalam masyarakat dapat dikurangi oleh kekuatan-kekuatan
alternatif.
j. Dilengkapinya program-program pembangunan yang didominasi oleh
negara dengan program-program pembangunan yang berbasis masyarakat.
k. Terjembataninya kepentingan-kepentingan individu dan negara
karena keanggotaan organisasi-organisasi volunter mampu memberikan
masukan-masukan terhadap keputusan-keputusan pemerintah.
l. Meluasnya kesetiaan (loyalty) dan kepercayaan (trust) sehingga
individu-individu mengakui keterkaitannya dengan orang lain dan tidak
mementingkan diri sendiri.
m. Adanya pemisahan kekuasaan
n. Adanya tanggung jawab dari pelaksana kegiatan atau pemerintahan.
Civil Society atau masyarakat Madani tersusun atas berbagai organisasi
kemasyarakatan, yang mempunyai cirri-ciri:
1. Lahir secara mandiri
2. Keanggotannya bersifat sukarela,atau atas kesadaran masingmasing anggota
3. Mencukupi kebutuhannya sendiri (swadaya) sehingga bergantung pada
bantuan Negara atau pemerintah
4. Bebas atau mandiri dari kekuasaan Negara, sehingga berani mengontrol
penggunaan kekuasaan Negara
5. Tunduk pada aturan hukum yang berlaku atau seperangkat nilai/norma yang
diyakini bersama

2.7 Proses Demokratis Menuju Masyarakt Madani

Hubungan antara masyarakat madani dengan demokrasi (demokratisasi)


menurut M. Dawam Rahadjo, bagaikan dua sisi mata uang. Keduanya bersifat ko-
eksistensi atau saling mendukung. Hanya dalam masyarakat madani yang kuatlah
demokrasi dapat ditegakkan dengan baik dan hanya dalam suasana demokratislah
masyarakat madani dapat berkembang secara wajar. Nurcholish Madjid
memberikan penjelasan mengenai keterkaitan antara masyarakat madani dengan
demokratisasi. Menurutnya, masyarakat madani merupakan tempat tumbuhnya
demokrasi. Pemilu merupakan simbol bagi pelaksanaan demokrasi.

Masyarakat madani merupakan elemen yang signifikan dalam membangun


demokrasi. Salah satu syarat penting bagi demokrasi adalah terciptanya partisipasi
masyarakat dalam proses-proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh
negara atau pemerintahan. Masyarakat madani mensyaratkan adanya civic
engagement yaitu keterlibatan warga negara dalam asosiasi-asosiasi sosial. Civic
engagement ini memungkinkan tumbuhnya sikap terbuka, percaya, dan toleran
antara satu dengan lainnya. Masyarakat madani dan demokrasi menurut Ernest
Gellner merupakan dua kata kunci yang tidak dapat dipisahkan. Demokrasi dapat
dianggap sebagai hasil dinamika masyarakat yang menghendaki adanya
partisipasi.Proses demokratisasi menuju masyarakat madani merupakan faktor
pendrong bgi negara untuk selalu mengusahakan perbaikn terus menerus dan
menjaga agar tidak terjadi kemeosotan demi kesejahteraan rakyat.
Proses menuju masyarakat madani pada dasarnya tidaklah mudah, harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Kualitas sumber daya manusia yang tinggi yang tercermin antara lain dari
kemampuan tenaga-tenaga profesionalnya untuk memenuhi kebutuhan
pembangunan serta penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2. Memiliki kemampuan memenuhi kebutuhan pokok sendiri (mampu
mengatasi ketergantungan) agar tidak menimbulkan kerawanan, terutama bidang
ekonomi .
3. Semakin mantap mengandalkan sumber-sumber pembiayaan dalam negeri
(berbasis kerakyatan) yang berarti ketergantungan kepada sumber pembangunan
dari luar negeri semakin kecil atau tidak ada sama sekali.
4. Secara umum telah memiliki kemampuan ekonomi, sistem politik, sosial
budaya dan pertahanan keamanan yang dinamis, tangguh serta berwawasan
global.
Dalam rangka menuju masyarakat madani (civil society), melalui beberapa
proses dan tahapan-tahapan yang konkret dan terencana dengan matang, serta
adanya upaya untuk mewujudkan dengan sungguh-sungguh. Langkah pertama
yang perlu diwujudkan adalah adanya pemerintahan yang baik (good
governance). Pemerintahan yang baik dalam rangka menuju kepada masyarakat
madani adalah berorientasi kepada dua hal, sebagai berikut :[4]
1. Orientasi ideal negara yang diarahkan pada pencapaian tujuan nasional,
yaitu mengacu pada de- mokratisasi dengan elemen: legitimasi, akuntabilitas,
otonomi, devolusi (pendelegasian wewenang) kekuasaan kepada daerah, dan
adanya mekanisme kontrol oleh masyarakat.
2. Pemerintahan yang berfungsi secara ideal, yaitu secara efektif dan efisien
melakukan upaya pencapaian tujuan nasional. Hal ini tergantung pada sejauh
mana pemerintah memiliki kompetensi, struktur dan mekanisme politik serta
administrasi yang berfungsi secara efektif dan efisien.
Dalam kehidupan demokrasi, agar masyarakat dapat hidup secara madani
harus mempunyai tiga syarat, yaitu sebagai berikut :
1. Ketertiban dalam pengambilan suatu keputusan yang menyangkut
kepentingan bersama.
2. Adanya kontrol masyarakat dalam jalannya proses pemerintahan.
3. Adanya kemerdekaan memilih pemimpinnya.
Ketiga hal tersebut merupakan sarana untuk mewujudkan kehidupan yang
demokratis, yaitu kehidupan yang dalam pemerintahannya bersumber dari, oleh,
dan untuk rakyat itu sendiri.
BAB III

PENUTUP

1. KESIMPULAN
Masyarakat madani merupakan sistem sosial yang subur berdasarkan prinsip
moral yang menjamin keseimbangan antara kebebasan individu dengan
kestabilan masyarakat akan berupa pemikiran seni, pelaksanaan pemerintahan
yang berdasarkan undang-undang dan bukan nafsu atau keinginan individu.

Untuk mewujudkan masyarakat madani dan agar terciptanyakesejahteraan umat


maka kita sebagai generasi penerus supaya dapat membuat suatu perubahan
yang signifikan. Selain itu, kita juga harus dapat menyesuaikan diri dengan apa
yang sedang terjadi di masyarakat sekarang ini. Agar di dalam kehidupan
bermasyarakat kita tidak ketinggalan berita. Adapun beberapa kesimpulan yang
dapat saya ambil dari pembahasan materi yang ada di bab II ialah bahwa di
dalam mewujudkan masyarakat madani dan kesejahteraan umat haruslah
berpacu.

Selain memahami apa itu masyarakat madani kita juga harus melihat pada
potensi manusia yang ada di masyarakat, khususnya di Indonesia. Potensi yang
ada di dalam diri manusia sangat mendukung kita untuk mewujudkan
masyarakat madani. Karena semakin besar potensi yang dimiliki oleh seseorang
dalam membangun agama Islam maka akan semakin baik pula hasilnya. Begitu
pula sebaliknya, apabila seseorang memiliki potensi yang kurang di dalam
membangun agamanya maka hasilnya pun tidak akan memuaskan. Oleh karena
itu, marilah kita berlomba-lomba dalam meningkatkan potensi diri melalui
latihan-latihan spiritual dan praktek-praktek di masyarakat.

2. SARAN
Melalui makalah ini saya berharap semoga pembahasan mengenai Masyarakat
Madani, sedikit banyaknya dapat dipahami oleh pembaca, selain itu Saya sebagai
penulis mohon ma’af apabila masih terdapat kesalahan-kesalahan dalam
penyusunan makalah ini, untuk itu saya mengharapkan kritikan dan saran dari
pembaca, untuk kesempurnaan dari makalah saya ini.
DAFTAR PUSTAKA

http://novianggiati.blogspot.co.id/2013/05/doktrin-masyarakat-madani_8658.html
http://emyfizza.blogspot.co.id/2011/05/makalah-kewarganegaraan-social-
society.html
http://arifadhiglory.weebly.com/blog/june-11th-2014

You might also like