Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
audit. Risiko audit merupakan kemungkinan bahwa auditor akan menyimpulkan, setelah
melaksanakan audit yang memadai, bahwa laporan keuangan telah dinyatakan secara wajar,
sedangkan dalam kenyataannya mengandung salah saji yang material.
Berdasarkan UU No. 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik, dalam hal terjadinya
pelangaran yang dilakukan oleh seorang akuntan publik dalam memberikan jasanya, baik atas
temuan-temuan bukti pelanggaran apapun yang bersifat pelanggaran ringan hingga yang
bersifat pelanggaran berat dapat dikenakan sanksi administratif (Pasal 53) dan ketentuan
pidana (Pasal 55 dan 56).
Kondisi-kondisi demikian mengharuskan para akuntan publik untuk dapat
melaksanakan tanggung jawab profesionalnya dalam setiap pekerjaannya, terdapat enam
prinsip yang ada dalam kode etik dan mengekspresikan pembelajaran pengaturan etika dasar
serta mengembangkan kerangka pengaturan peraturan yaitu tanggung jawab, kepentingan
publik, integritas, objektivitas dan independensi, kecermatan dan keseksamaan, lingkup dan
sifat jasa.
1.3. Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui
tentang apa itu akuntan publik, bagaimana bentuk tanggung jawab profesional seorang
akuntan publik, dan bagaimana contoh kasus pelanggaran tanggung jawab profesional yang
dilakukan oleh para akuntan publik.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
c. Tanggung jawab hukum (legal responsibility)
Akuntan publik harus memiliki tanggung jawab diluar batas standar profesinya yaitu
tanggung jawab terkait dengan hukum yang berlaku. Standar Profesional Akuntan Publik
(SPAP) yang diterbitkan oleh IAI dalam Standar Auditing Seksi 110, mengatur tentang
“Tanggung Jawab dan Fungsi Auditor Independen”. Pada paragraph 2, standar tersebut
antara lain dinyatakan bahwa auditor bertanggung jawab untuk merencanakan dan
melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan yang memadai tentang apakah laporan
keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau
kecurangan. Oleh karena sifat bukti audit dan karakteristik kecurangan, auditor dapat
memperoleh keyakinan memadai, namun bukan mutlak, bahwa salah saji material
terdeteksi. Auditor tidak bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit
guna memperoleh keyakinan bahwa salah saji terdeteksi, baik yang disebabkan oleh
kekeliruan atau kecurangan, yang tidak material terhadap laporan keuangan.
Boynton, Johnson dan Kell (2002) menyatakan bahwa terdapat beberapa tanggung jawab
auditor selama melakukan pekerjaannya, antara lain:
a. Tanggung jawab untuk mendeteksi kecurangan
Tanggung jawab auditor untuk mendeteksi kecurangan ataupun kesalahan-kesalahan
yang tidak disengaja, diwujudkan dalam perencanaan dan pelaksanaan audit untuk
mendapatkan keyakinan yang memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah
saji material yang disebabkan oleh kesalahan ataupun kecurangan. Dalam merencanakan
audit, auditor harus menilai risiko terjadinya kecurangan. Secara spesifik SAS No. 82
memberikan pedoman bagaimana auditor menanggapi hasil penilaian risiko dengan cara
memikirkan urutan langkah-langkah audit, dan cara mengevaluasi hasil uji audit yang
dikaitkan dengan risiko salah saji akibat kecurangan.
c. Tanggung jawab untuk mendeteksi tindakan melanggar hukum yang dilakukan klien
Auditor bertanggung jawab atas salah saji yang berasal dari tindakan melanggar
hukum yang memiliki pengaruh langsung dan material pada penentuan jumlah laporan
keuangan. Untuk itu auditor harus merencanakan suatu audit untuk mendeteksi adanya
4
tindakan melanggar hukum serta mengimplementasikan rencana tersebut dengan
kemahiran yang cermat dan seksama.
5
1. Hukum kontrak (contract law)
Seorang auditor bertanggung jawab kepada klien atas pelanggaran kontrak
(breach of contract) apabila ia:
a) Menerbitkan laporan audit standar tanpa melakukan audit sesuai dengan standar
yang berlaku umum.
b) Tidak mengirimkan laporan audit sesuai dengan batas waktu yang telah
disepakati.
c) Melanggar hubungan kerahasiaan klien.
Bila akuntan publik gagal mematuhi standar minimal (gross negligence) dan
pikiran sehat dalam situasi tertentu (ordinary negligence), yang dilakukan dengan
sengaja demi motif tertentu maka akuntan publik dianggap telah melakukan fraud
yang mengakibatkan akuntan publik dapat dituntut baik secara perdata maupun
pidana.
6
Menurut hukum kerugian, biasanya pihak yang dirugikan mencari kerugian
keuangan. Kertas kerja auditor sangat penting untuk membuktikan bahwa tuntutan
pelanggaran kontrak dan pelanggaran tugas adalah tidak benar menurut hukum kerugian.
7
4. Prinsip kerahasiaan.
Wajib menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh sebagai hasil dari hubungan
professional dan hubungan bisnisnya.
5. Prinsip perilaku professional
Wajib mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku dan harus menghindari semua
tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
d. SA Seksi 230 – Penggunaan Kemahiran Professional Dengan Cermat dan Seksama dalam
Pelaksanaan Pekerjaan Auditor
Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan
kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. Penggunaan kemahiran
professional dengan cermat dan saksama menuntuk auditor untuk melaksanakan
skeptisme professional. Skeptisme professional adalah sikap yang mencakup pikiran yang
8
selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis bukti audit. Auditor
menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan kemapuan yang dituntut oleh profesi
akuntan public untuk melaksanakan dengan cermat dan saksama, dengan maksud baik
dan integritas, pengumpulan dan penilaian bukti audit secara objektif. Oleh karena
karakteristik kecurangan terutama yang melibatkan penyembunyian dan pemalsuan
dokumentasi (termasuk pemalsuan dokumen), audit yang direncakan dan dilaksanakan
semestinya mungkin tidak dapat mendeteksi salah saji material. Sebagai contoh, suatu
audit yang dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan institute akuntan
public Indonesia jarang berkaitan dengan penentuan keaslian dokumentasi. Di samping
itu, prosedur audit mungkin tidak efektif untuk mendeteksi salah saji yanga disengaja
yang disembunyikan melalui kolusi diantara personel klien dan pihak ketiga atau diantara
manajemen atau karyawan klien.
Berdasarkan SA Seksi 316 tersebut, auditor eksternal harus secara khusus menaksir risiko
salah saji material dalam laporan keuangan sebagai akibat dari kecurangan dan harus
memperhatikan taksiran risiko ini dan mendesain prosedur audit yang akan dilaksanakan.
Prosedur audit mungkin akan berubah, bila ada risiko fraud. Misalnya, bukti audit yang
dikumpulkan mungkin lebih banyak dan bukti audit tersebut ditekankan pada bukti yang
diperoleh dari sumber independen di luar perusahaan. Selain itu, pengujian mungkin lebih
difokuskan pada pengujian yang dilaksanakan mendekati tanggal neraca. Semua hal
tersebut dilakukan untuk menentukan dampak potensial fraud terhadap kewajaran laporan
keuangan.
9
kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan sedemikian rupa sehingga auditor
eksternal tidak dapat memberikan pendapat “wajar tanpa pengecualian”.
10
Dalam mempersiapkan laporan-laporan tersebut, manajemen Phar Mor sengaja
merekrut staf dari Kantor Akuntan Publik (KAP) Cooper &Lybrand, staf –staf tersebut
kemudian turut dimainkan dalam fraud tersebut dan sebagai imbalan telah membuat laporan
ganda mereka diberikan kedudukan jabatan penting. Dampak dari penipuan tersebut mulai
terlihat pada tahun 1989, 1990, dan 1991 dimana laporan keuangan menunjukkan keuntungan
sedangkan pada kenyataannya Phar Mor, Inc. mengalami kerugian besar.
Berdasarkan kasus Phar Mor Inc tersebut dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Bahwa pihak manajemen perusahaan telah melakukan fraud dengan melibatkan staf KAP
Cooper & Lybrand. Staf dari KAP Cooper & Lybrand terbukti telah melanggar tanggung
jawab dan prinsip etika akuntan publik diantaranya tanggung jawab moral, tanggung
jawab profesional (tanggung jawab terhadap profesi), serta prinsip independensi,
integritas dan objektivitas yang harusnya diterapkan oleh para akuntan publik dalam
menjalankan setiap pekerjaannya.
2. Dalam kasus Phar Mor Inc, setidaknya manajemen telah membuktikan satu dari tiga
unsur The fraud Triangle yaitu insentive, dimana top manajemen sengaja merekrut staf
dari KAP Cooper & Librand dengan insentive berupa posisi sebagai Vice President
bidang financial dan kontroler, yang dikemudian hari ternyata terbukti turut terlibat aktif
dalam fraud di Phar Mor Inc.
3. Lemahnya lingkungan pengendalian (control environment) yang terdapat di Phar Mor
Inc.
11
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Secara garis besar terdapat 3 (tiga) tanggung jawab akuntan publik dalam
melaksanakan pekerjaannya yaitu tanggung jawab moral (moral responsibility), tanggung
jawab professional (professional responsibility), tanggung jawab hukum (legal
responsibility). Dalam melaksanakan peran dan tanggung jawab profesionalnya seorang
eksternal auditor diatur oleh standar-standar auditing yang berlaku di Indonesia, terdapat lima
prinsip dasar etika profesi akuntan publik berdasarkan kode etik profesi akuntan publik
(SPAP 2011) yaitu prinsip integritas, prinsip objektifitas, prinsip kompetensi serta sikap
kecermatan dan kehati-hatian professional, prinsip kerahasiaan, prinsip perilaku professional.
Profesi akuntan publik (auditor independen) memiliki tanggung jawab yang sangat
besar dalam mengemban kepercayaan yang diberikan kepadanya oleh masyarakat (publik)
untuk itu pemahaman terhadap tanggung jawab dan prinsip etika yang harus dipatuhi amatlah
penting. Skandal yang melibatkan staf KAP Cooper & Librand pada kasus Phar Mor Inc
menambah daftar panjang permasalahan yang mencoreng nama baik dari profesi akuntan
publik dan membuat profesionalitas dari akuntan publik menjadi dipertanyakan di
masyarakat.
3.2. Saran
Untuk menghilangkan anggapan miring yang beredar di masyarakat terhadap profesi
akuntan publik, para akuntan publik harus dapat bekerja sesuai dengan standar yang berlaku
serta menerapkan prinsip etika dan tanggung jawab profesional dalam setiap pelaksanaan
tugasnya.
12