You are on page 1of 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Profesi akuntan publik bertujuan untuk memberikan penilaian atas keandalan
(reliability) informasi akuntansi yang disajikan perusahaan dalam laporan keuangan.
Informasi yang hanya bersifat sepihak dari manajemen akan cenderung mengandung bias.
Oleh karena itu diperlukan jasa professional atau akuntan sebagai pihak ketiga untuk menilai
kewajaran informasi keuangan yang disajikan oleh pihak manajemen. Analisa serta pendapat
dari Akuntan Publik terhadap suatu laporan keuangan sebuah perusahaan akan sangat
menentukan dasar pertimbangan dan pengambilan keputusan bagi seluruh pihak ataupun
publik yang menggunakannya.
Adanya perbedaan antara apa yang diharapkan oleh pemakai laporan keuangan dengan
apa yang sesungguhnya menjadi tanggung jawab auditor akan menimbulkan suatu perbedaan
yang disebut expectations gap. Auditor di dalam melaksanakan audit harus sesuai dengan
standar auditing yang berlaku umum. Kebanyakan auditor yakin bahwa pelaksanaan audit
yang sesuai dengan standar auditing adalah satu-satunya yang dapat diharapkan auditor. Akan
tetapi, banyak pemakai yakin bahwa auditor dapat menjamin keakuratan laporan keuangan,
dan beberapa pemakai yakin bahwa auditor menjamin kelangsungan usaha bisnisnya.
Keyakinan yang dimiliki oleh para pemakai laporan keuangan nantinya cenderung akan
menjadi masalah ketika opini yang dikeluarkan oleh auditor pada kenyataannya tidak sesuai
dengan kondisi yang ada di perusahaan. Disinilah mulai hilang kepercayaan pemakai laporan
keuangan terhadap akuntan karena ketidakmampuannya mendekati harapan publik, yang
akan berakibat adanya tuntutan dan gugatan terhadap kewajiban hukum profesi akuntan
publik yang dianggap telah melakukan kesalahan di dalam memberikan opini.
Banyak profesional akuntansi dan hukum yakin bahwa penyebab utama tuntutan
hukum kepada kantor akuntan publik adalah kurangnya pemahaman para pemakai laporan
keuangan atas dua konsep yaitu perbedaan antara kegagalan bisnis dan kegagalan audit serta
perbedaan antara kegagalan audit dan risiko audit
Kegagalan bisnis (Business Failure) terjadi apabila bisnis tersebut tidak mampu
mngembalikan pinjamannya atau memenuhi harapan para investor karena keadaan ekonomi
atau bisnis, seperti resesi, keputusan manajemen yang buruk, atau persaingan yang tak
terduga dalam industri itu. Kegagalan audit (audit failure) terjadi apabila auditor
mengeluarkan pendapat audit yang tidak benar karena gagal memenuhi persyaratan standar

1
audit. Risiko audit merupakan kemungkinan bahwa auditor akan menyimpulkan, setelah
melaksanakan audit yang memadai, bahwa laporan keuangan telah dinyatakan secara wajar,
sedangkan dalam kenyataannya mengandung salah saji yang material.
Berdasarkan UU No. 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik, dalam hal terjadinya
pelangaran yang dilakukan oleh seorang akuntan publik dalam memberikan jasanya, baik atas
temuan-temuan bukti pelanggaran apapun yang bersifat pelanggaran ringan hingga yang
bersifat pelanggaran berat dapat dikenakan sanksi administratif (Pasal 53) dan ketentuan
pidana (Pasal 55 dan 56).
Kondisi-kondisi demikian mengharuskan para akuntan publik untuk dapat
melaksanakan tanggung jawab profesionalnya dalam setiap pekerjaannya, terdapat enam
prinsip yang ada dalam kode etik dan mengekspresikan pembelajaran pengaturan etika dasar
serta mengembangkan kerangka pengaturan peraturan yaitu tanggung jawab, kepentingan
publik, integritas, objektivitas dan independensi, kecermatan dan keseksamaan, lingkup dan
sifat jasa.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa itu profesi akuntan?
2. Bagaimana tanggung jawab profesional seorang akuntan publik?
3. Bagaimana contoh dari kasus pelanggaran tanggung jawab profesional yang
dilakukan oleh para akuntan publik?

1.3. Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui
tentang apa itu akuntan publik, bagaimana bentuk tanggung jawab profesional seorang
akuntan publik, dan bagaimana contoh kasus pelanggaran tanggung jawab profesional yang
dilakukan oleh para akuntan publik.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Profesi Akuntan


Menurut International Federation of Accountants dalam Agoes & Ardana (2009) yang
dimaksud dengan profesi akuntan adalah semua bidang pekerjaan akuntan publik, akuntan
intern yang bekerja pada perusahaan industri, keuangan atau dagang, akuntan yang bekerja di
pemerintah, dan akuntan sebagai pendidik. Sedangkan berdasarkan ketentuan PMK Nomor
25/PMK.01/2014, seseorang dapat disebut sebagai akuntan jika telah memenuhi salah satu
persyaratan yaitu harus lulus pendidikan profesi akuntan atau lulus ujian sertifikasi akuntan
profesional yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang bekerjasama dengan Ikatan
Akuntan Indonesia.
Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa secara luas profesi akuntan adalah
suatu pekerjaan yang memerlukan keahlian dan pelatihan di bidang akuntansi, serta
mengikuti perkembangan bisnis dan profesinya, memahami, mempelajari, dan menerapkan
prinsip akuntansi dan standar yang ditetapkan. Sedangkan, dalam arti sempit profesi akuntan
adalah lingkup pekerjaan yang dilakukan oleh akuntan sebagai akuntan publik yang lazimnya
terdiri dari pekerjaan audit, akuntansi, pajak, dan konsultan manajemen.

2.2. Tanggung Jawab Akuntan Publik


Profesi akuntan publik (auditor independen) memiliki tanggung jawab yang sangat
besar dalam mengemban kepercayaan yang diberikan kepadanya oleh masyarakat (publik).
Secara garis besar terdapat 3 (tiga) tanggung jawab akuntan publik dalam melaksanakan
pekerjaannya, yaitu:
a. Tanggung jawab moral (moral responsibility)
Akuntan publik harus memiliki tanggung jawab moral untuk :
1. Memberi informasi secara lengkap dan jujur mengenai perusahaan yang diaudit
kepada pihak yang berwenang atas informasi tersebut.
2. Mengambil keputusan yang bijaksana dan obyektif (objective) dengan kemahiran
professional (due professional care).
b. Tanggung jawab professional (professional responsibility)
Akuntan publik harus memiliki tanggung jawab professional terhadap asosiasi
profesinya yang mewadahinya (professional conduct).

3
c. Tanggung jawab hukum (legal responsibility)
Akuntan publik harus memiliki tanggung jawab diluar batas standar profesinya yaitu
tanggung jawab terkait dengan hukum yang berlaku. Standar Profesional Akuntan Publik
(SPAP) yang diterbitkan oleh IAI dalam Standar Auditing Seksi 110, mengatur tentang
“Tanggung Jawab dan Fungsi Auditor Independen”. Pada paragraph 2, standar tersebut
antara lain dinyatakan bahwa auditor bertanggung jawab untuk merencanakan dan
melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan yang memadai tentang apakah laporan
keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau
kecurangan. Oleh karena sifat bukti audit dan karakteristik kecurangan, auditor dapat
memperoleh keyakinan memadai, namun bukan mutlak, bahwa salah saji material
terdeteksi. Auditor tidak bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit
guna memperoleh keyakinan bahwa salah saji terdeteksi, baik yang disebabkan oleh
kekeliruan atau kecurangan, yang tidak material terhadap laporan keuangan.

Boynton, Johnson dan Kell (2002) menyatakan bahwa terdapat beberapa tanggung jawab
auditor selama melakukan pekerjaannya, antara lain:
a. Tanggung jawab untuk mendeteksi kecurangan
Tanggung jawab auditor untuk mendeteksi kecurangan ataupun kesalahan-kesalahan
yang tidak disengaja, diwujudkan dalam perencanaan dan pelaksanaan audit untuk
mendapatkan keyakinan yang memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah
saji material yang disebabkan oleh kesalahan ataupun kecurangan. Dalam merencanakan
audit, auditor harus menilai risiko terjadinya kecurangan. Secara spesifik SAS No. 82
memberikan pedoman bagaimana auditor menanggapi hasil penilaian risiko dengan cara
memikirkan urutan langkah-langkah audit, dan cara mengevaluasi hasil uji audit yang
dikaitkan dengan risiko salah saji akibat kecurangan.

b. Tanggung jawab untuk melaporkan kecurangan


Dalam hal ini, auditor juga bertanggungjawab untuk mengkomunikasikan temuan
kecurangan. Laporan atas penemuan ini dapat dilaporkan auditor kepada pihak
manajemen, komite audit ataupun dewan direksi.

c. Tanggung jawab untuk mendeteksi tindakan melanggar hukum yang dilakukan klien
Auditor bertanggung jawab atas salah saji yang berasal dari tindakan melanggar
hukum yang memiliki pengaruh langsung dan material pada penentuan jumlah laporan
keuangan. Untuk itu auditor harus merencanakan suatu audit untuk mendeteksi adanya

4
tindakan melanggar hukum serta mengimplementasikan rencana tersebut dengan
kemahiran yang cermat dan seksama.

d. Tanggung jawab untuk melaporkan tindakan melanggar hukum


Tanggung jawab utama auditor adalah menyatakan pendapat atas kewajaran penyajian
suatu laporan keuangan. Apabila suatu tindakan melanggar hukum berpengaruh material
terhadap laporan keuangan, auditor harus mendesak manajemen untuk melakukan revisi
atas laporan keuangan tersebut. Apabila revisi atas laporan keuangan tersebut ternyata
kurang tepat, auditor bertanggung jawab untuk menginformasikannya kepada para
pengguna laporan keuangan melalui suatu pendapat wajar dengan pengecualian (qualified
opinion) atau pendapat tidak wajar (adverse opinion) bahwa laporan keuangan disajikan
tidak sesuai GAAP. Apabila auditor tidak mampu mendapatkan bukti yang cukup tentang
adanya tindakan melanggar hukum, ia harus mengkomunikasikan informasi tersebut
melalui pendapat wajar dengan pengecualian atau menolak memberikan pendapat
(disclaimer).

2.3. Kewajiban Menurut Common Law


Common law seringkali diartikan sebagai hukum yang tidak tertulis. Hukum ini
berdasarkan atas keputusan pengadilan dan bukan atas hukum yang dibuat dan disahkan oleh
pihak legislative. Common law berasal dari prinsip-prinsip yang berdasarkan keadilan, alasan
dan hal-hal yang masuk akal, dan bukannya hukum yang absolut, tetap dan kaku. Prinsip-
prinsip common law ditentukan oleh kebutuhan sosial masyarakat. Oleh karena itu,
perubahan pada common law merupakan tanggapan terhadap kebutuhan masyarakat. Menurut
common law, kewajiban hukum para CPA berkaitan luas dengan dua pihak, yaitu para klien
dan pihak ketiga.
a. Kewajiban kepada klien
Seorang CPA berada dalam hubungan kontraktual langsung dengan klien. Dengan
menyetujui untuk melaksanakan jasa bagi klien, CPA berperan sebagai kontraktor
independen. Jasa-jasa spesifik yang akan diberikan sebaiknya disebutkan dalam surat
perikatan. Istilah hubungan pribadi dalam kontrak (privity of contract) menunjuk pada
hubungan kontraktual yang ada antara dua atau lebih pihak yang terlibat dalam kontrak.
Ciri khas suatu perikatan audit adalah anggapan bahwa audit akan dilakukan sesuai
dengan standar professional, yaitu, standar auditing yang berlaku umum. Seorang
akuntan bertanggungjawab kepada klien sesuai dengan hukum kontrak atau tort law
(hukum yang mengatur tentang tuntutan ganti rugi).

5
1. Hukum kontrak (contract law)
Seorang auditor bertanggung jawab kepada klien atas pelanggaran kontrak
(breach of contract) apabila ia:
a) Menerbitkan laporan audit standar tanpa melakukan audit sesuai dengan standar
yang berlaku umum.
b) Tidak mengirimkan laporan audit sesuai dengan batas waktu yang telah
disepakati.
c) Melanggar hubungan kerahasiaan klien.

2. Hukum kerugian (tort law)


Seorang CPA juga bertanggung jawab kepada klien menurut hukum kerugian.
Tindakan merugikan (tort action) adalah tindakan salah yang merugikan milik, badan,
atau reputasi seseorang. Tindakan merugikan dapat dilakukan berdasarkan salah satu
penyebab berikut ini:
a) Ordinary negligence
Merupakan kesalahan yang dilakukan akuntan publik, ketika menjalankan tugas
audit, dia tidak mengikuti pikiran sehat (reasonable care). Dengan kata lain setelah
mematuhi standar yang berlaku ada kalanya auditor menghadapi situasi yang belum
diatur standar. Dalam hal ini auditor harus menggunakan “common sense” dan
mengambil keputusan yang sama seperti seorang (typical) akuntan publik bertindak.
b) Gross negligence
Merupakan kegagalan akuntan publik mematuhi standar profesional dan standar
etika. Standar ini minimal yang harus dipenuhi.
c) Kecurangan (fraud)
Yaitu penipuan yang direncanakan, misalnya salah saji, menyembunyikan, atau
tidak mengungkapkan fakta yang material, sehingga dapat merugikan pihak lain.

Bila akuntan publik gagal mematuhi standar minimal (gross negligence) dan
pikiran sehat dalam situasi tertentu (ordinary negligence), yang dilakukan dengan
sengaja demi motif tertentu maka akuntan publik dianggap telah melakukan fraud
yang mengakibatkan akuntan publik dapat dituntut baik secara perdata maupun
pidana.

6
Menurut hukum kerugian, biasanya pihak yang dirugikan mencari kerugian
keuangan. Kertas kerja auditor sangat penting untuk membuktikan bahwa tuntutan
pelanggaran kontrak dan pelanggaran tugas adalah tidak benar menurut hukum kerugian.

b. Kewajiban kepada pihak ketiga


Kewajiban akuntan publik kepada pihak ketiga yaitu jika terjadi kerugian pada pihak
penggugat karena mengandalkan laporan keuangan yang menyesatkan.
Pihak ketiga (third party) dapat didefinisikan sebagai seseorang yang tidak
mengetahui tentang pihak-pihak yang ada didalam kontrak. Menurut sudut pandang
hukum, terdapat dua kelompok pihak ketiga, yaitu pemegang hak utama dan pemegang
hak lainnya.
Pemegang hak utama (primary beneficiaries) adalah seseorang yang namanya telah
diketahui oleh seorang auditor sebelum dilaksanakan sebagai penerima utama laporan
auditor. Sedangkan, pemegang hak lainnya (other beneficiaries) adalah pihak ketiga
yang namanya tidak disebutkan.

2.4. Standar Profesional Akuntan Publik


Dalam melaksanakan peran dan tanggung jawab profesionalnya seorang eksternal
auditor diatur oleh standar-standar auditing yang berlaku di Indonesia, khususnya:

a. Kode Etik Profesi Akuntan Publik


Prinsip dasar etika profesi akuntan publik berdasarkan Kode etik profesi akuntan publik
(SPAP 2011) adalah:
1. Prinsp integritas
Tegas dan jujur dalam menjalin hubungan professional dan hubungan bisnis dalam
melaksanakan pekerjaannya.
2. Prinsip objektifitas
Tidak boleh membiarkan subjektifitas, benturan kepentingan, atau pengaruh yang
tidak layak dari pihak-pihak lain mempengaruhi pertimbangan professional atau
pertimbangan bisnisnya.
3. Prinsip kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian professional
Wajib memelihara pengetahuan dan keahlian profesinya pada suatu tingkatan yang
dipersyaratkan secara berkesinambungan.

7
4. Prinsip kerahasiaan.
Wajib menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh sebagai hasil dari hubungan
professional dan hubungan bisnisnya.
5. Prinsip perilaku professional
Wajib mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku dan harus menghindari semua
tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.

b. SA Seksi 110 – Tanggung Jawab dan Fungsi Auditor Independen


Auditor bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit untuk
memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji
material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan. Oleh karena sifat bukti
audit dan karakteristik kecurangan, auditor dapat memperoleh keyakinan memadai,
namun bukan mutlak, bahwa salah saji material terdeteksi. Auditor tidak bertanggung
jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit guna memperoleh keyakinan bahwa
salah saji terdeteksi, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan, yang tidak
material terhadap laporan keuangan. Pernyataan ini diungkapkan dalam SA Seksi 110 –
Tanggung Jawab dan Fungsi Auditor Independen.

c. SA Seksi 220 – Independensi


Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental
harus dipertahankan oleh auditor. Profesi akuntan publik telah menetapkan dalam kode
etik profesi akuntan publik, agar anggota profesi menjaga dirinya dari kehilangan persepsi
independensi dari masyarakat. Anggapan masyarakat terhadap independensi auditor
ditekankan di sini karena independensi secara instrinsik merupakan masalah mutu
pribadi, bukan merupakan suatu aturan yang dirumuskan untuk dapat diuji secara
objektif. Sepanjang persepsi independensi ini dimasukkan ke dalam kode etik profesi
akuntan publik, hal ini akan mengikat auditor independen menurut ketentuan profesi.

d. SA Seksi 230 – Penggunaan Kemahiran Professional Dengan Cermat dan Seksama dalam
Pelaksanaan Pekerjaan Auditor
Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan
kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. Penggunaan kemahiran
professional dengan cermat dan saksama menuntuk auditor untuk melaksanakan
skeptisme professional. Skeptisme professional adalah sikap yang mencakup pikiran yang

8
selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis bukti audit. Auditor
menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan kemapuan yang dituntut oleh profesi
akuntan public untuk melaksanakan dengan cermat dan saksama, dengan maksud baik
dan integritas, pengumpulan dan penilaian bukti audit secara objektif. Oleh karena
karakteristik kecurangan terutama yang melibatkan penyembunyian dan pemalsuan
dokumentasi (termasuk pemalsuan dokumen), audit yang direncakan dan dilaksanakan
semestinya mungkin tidak dapat mendeteksi salah saji material. Sebagai contoh, suatu
audit yang dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan institute akuntan
public Indonesia jarang berkaitan dengan penentuan keaslian dokumentasi. Di samping
itu, prosedur audit mungkin tidak efektif untuk mendeteksi salah saji yanga disengaja
yang disembunyikan melalui kolusi diantara personel klien dan pihak ketiga atau diantara
manajemen atau karyawan klien.

e. SA Seksi 316 – Pertimbangan atas Kecurangan dalam Audit Laporan Keuangan


Suatu kecurangan dapat berakibat pada salah saji (misstatement) yang bentuknya, antara
lain:
 Salah saji yang timbul dari kecurangan dalam pelaporan keuangan
 Salah saji yang timbul dari perlakukan tidak semestinya terhadap aktiva

Berdasarkan SA Seksi 316 tersebut, auditor eksternal harus secara khusus menaksir risiko
salah saji material dalam laporan keuangan sebagai akibat dari kecurangan dan harus
memperhatikan taksiran risiko ini dan mendesain prosedur audit yang akan dilaksanakan.
Prosedur audit mungkin akan berubah, bila ada risiko fraud. Misalnya, bukti audit yang
dikumpulkan mungkin lebih banyak dan bukti audit tersebut ditekankan pada bukti yang
diperoleh dari sumber independen di luar perusahaan. Selain itu, pengujian mungkin lebih
difokuskan pada pengujian yang dilaksanakan mendekati tanggal neraca. Semua hal
tersebut dilakukan untuk menentukan dampak potensial fraud terhadap kewajaran laporan
keuangan.

f. SA Seksi 317 – Unsur Tindakan Pelanggaran Hukum oleh Klien


Apabila terjadi unsur tindakan pelanggaran hukum (termasuk yang wujudnya fraud) maka
auditor akan mengumpulkan informasi tentang sifat pelanggaran, kondisi terjadinya
pelanggaran dan dampak potensialnya terhadap laporan keuangan. Terungkapnya fraud,
yang berdampak pada denda dan kerugian, harus diungkapkan secara memadai dalam
laporan keuangan . Lebih jauh lagi, fraud dapat memiliki dampak yang material terhadap

9
kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan sedemikian rupa sehingga auditor
eksternal tidak dapat memberikan pendapat “wajar tanpa pengecualian”.

Auditor perlu meminta pernyataan dari manajemen akan informasi tentang


kecurangan yang berdampak material atas laporan keuangan . Bahkan idealnya,seperti yang
diatur dalam standar auditing USA yaitu AU Section 333, Management Representations,
terdapat pernyataan manajemen bahwa manajemen bertanggung jawab atas desain dan
implementasi program dan pengendalian untuk mencegah dan mendeteksi fraud.

2.5. Kasus Phar Mor Inc.


Phar Mor Inc, termasuk perusahaan terbesar di Amerika Serikat yang dinyatakan
bangkrut pada bulan Agustus 1992 berdasarkan perundang-undangan U.S. Bangkruptcy
Code. Phar mor merupakan perusahaan retail yang menjual produk yang cukup bervariasi,
mulai dari obat-obatan, furniture, elektronik, pakaian olah raga hingga videotape.
Pada masa puncak kejayaannya, Phar Mor mempunyai 300 outlet besar di hampir
seluruh negara bagian dan memperkerjakan 23,000 orang karyawan yang berpusat di
Youngstown, Ohio, United State dan penjualannya mencapai $ 3 miliar. Phar-Mor didirikan
oleh Michael I. Monus atau biasa disebut Mickey Monus dan David S. Shapira di tahun 1982.
Beberapa toko menggunakan nama Pharmhouse and Rx Place. Slogan Phar-Mor adalah
”Phar-Mor power buying gives you Phar-Mor buying power”.
Sejarah mencatat kasus Phar Mor, Inc sebagai kasus yang melegenda di kalangan
auditor keuangan. Eksekutif Phar Mor sengaja melakukan fraud untuk mendapat keuntungan
financial yang masuk ke dalam saku pribadi individu di jajaran top manajemen perusahaan.
Bentuk penipuan yang dilakukan oleh Monus dan asistennya adalah penggelapan dana,
kelebihan laba, pembayaran awal yang diakui sebagai pendapatan saat diterima,
meningkatkan kuantitas persediaan, membuat dua buku catatan akuntansi, dan menyiapkan
dua versi laporan keuangan bulanan. Dalam melakukan fraud, top manajemen Phar Mor
membuat dua laporan keuangan yakni, laporan inventory dan laporan bulanan keuangan
(monthly financial report). Dan kedua laporan ini kemudian dibuat ganda oleh pihak
manajemen. Satu set laporan inventory berisi laporan inventory yang benar (true report,),
sedangkan satu set laporan lainnya berisi informasi tentang inventory yang di adjusment dan
ditujukan untuk auditor eksternal. Demikian juga dengan laporan bulanan keuangan, laporan
keuangan yang benar berisi tentang kerugian yang diderita oleh perusahaan ditujukan hanya
untuk jajaran eksekutif. Laporan lainnya adalah laporan yang telah dimanipulasi sehingga
seolah-olah perusahaan mendpat keuntungan yang berlimpah.

10
Dalam mempersiapkan laporan-laporan tersebut, manajemen Phar Mor sengaja
merekrut staf dari Kantor Akuntan Publik (KAP) Cooper &Lybrand, staf –staf tersebut
kemudian turut dimainkan dalam fraud tersebut dan sebagai imbalan telah membuat laporan
ganda mereka diberikan kedudukan jabatan penting. Dampak dari penipuan tersebut mulai
terlihat pada tahun 1989, 1990, dan 1991 dimana laporan keuangan menunjukkan keuntungan
sedangkan pada kenyataannya Phar Mor, Inc. mengalami kerugian besar.

Berdasarkan kasus Phar Mor Inc tersebut dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Bahwa pihak manajemen perusahaan telah melakukan fraud dengan melibatkan staf KAP
Cooper & Lybrand. Staf dari KAP Cooper & Lybrand terbukti telah melanggar tanggung
jawab dan prinsip etika akuntan publik diantaranya tanggung jawab moral, tanggung
jawab profesional (tanggung jawab terhadap profesi), serta prinsip independensi,
integritas dan objektivitas yang harusnya diterapkan oleh para akuntan publik dalam
menjalankan setiap pekerjaannya.
2. Dalam kasus Phar Mor Inc, setidaknya manajemen telah membuktikan satu dari tiga
unsur The fraud Triangle yaitu insentive, dimana top manajemen sengaja merekrut staf
dari KAP Cooper & Librand dengan insentive berupa posisi sebagai Vice President
bidang financial dan kontroler, yang dikemudian hari ternyata terbukti turut terlibat aktif
dalam fraud di Phar Mor Inc.
3. Lemahnya lingkungan pengendalian (control environment) yang terdapat di Phar Mor
Inc.

11
BAB III

PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Secara garis besar terdapat 3 (tiga) tanggung jawab akuntan publik dalam
melaksanakan pekerjaannya yaitu tanggung jawab moral (moral responsibility), tanggung
jawab professional (professional responsibility), tanggung jawab hukum (legal
responsibility). Dalam melaksanakan peran dan tanggung jawab profesionalnya seorang
eksternal auditor diatur oleh standar-standar auditing yang berlaku di Indonesia, terdapat lima
prinsip dasar etika profesi akuntan publik berdasarkan kode etik profesi akuntan publik
(SPAP 2011) yaitu prinsip integritas, prinsip objektifitas, prinsip kompetensi serta sikap
kecermatan dan kehati-hatian professional, prinsip kerahasiaan, prinsip perilaku professional.

Profesi akuntan publik (auditor independen) memiliki tanggung jawab yang sangat
besar dalam mengemban kepercayaan yang diberikan kepadanya oleh masyarakat (publik)
untuk itu pemahaman terhadap tanggung jawab dan prinsip etika yang harus dipatuhi amatlah
penting. Skandal yang melibatkan staf KAP Cooper & Librand pada kasus Phar Mor Inc
menambah daftar panjang permasalahan yang mencoreng nama baik dari profesi akuntan
publik dan membuat profesionalitas dari akuntan publik menjadi dipertanyakan di
masyarakat.

3.2. Saran
Untuk menghilangkan anggapan miring yang beredar di masyarakat terhadap profesi
akuntan publik, para akuntan publik harus dapat bekerja sesuai dengan standar yang berlaku
serta menerapkan prinsip etika dan tanggung jawab profesional dalam setiap pelaksanaan
tugasnya.

12

You might also like