You are on page 1of 10

Aplikasi Game Theory pada Pengelolaan Sumberdaya Pesisir di Selat Sebuku

Aplikasi Game Theory pada Pengelolaan Sumberdaya


Pesisir di Selat Sebuku, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan
Selatan (The Application of Game Theory on Coastal
Resources Management at Sebuku Strait,
Kotabaru Regency, South Kalimantan)
JAM Amarullah

13, 2 Program Doktor Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan IPB
Setia Hadi
Diterima, Maret
2015 Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan IPB
Direvisi, April
2015
Disetujui, Mei
2015
Tridoyo Kusumastanto
Kebijakan Ekonomi Kelautan IPB
Achmad Fahrudin
Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan IPB

Abstract: Sebuku Strait has productive natural resources of renewable resources such as fishery,
non-renewable resources such as coal mining and environmental services, and the existence of
marine tourism. Resources management at Sebuku Strait tends to create conflict among
stakeholders from governments, fishermen and private sectors. Therefore, a trade-off is needed
in the management of Sebuku Strait area through a game theory approach on cooperative
playing, and using optimum resources .This study aims to analyze the trade-off interaction of
stakeholders in the management of coastal resources to be optimal in the Strait Sebuku. In this
research, game theory approach was used in cooperative game using pareto optimum basis.
Based on the research result, it was found that strategies for optimum resources management
were: 1) Government and Private Sector; government should have limited access to private
sector acts in sustainable way. The government through limited access strategy will gain pay off
1.271.382.286.300; whereas, private sector through sus-tainable strategy will gain pay off Rp.
1.446.137.883.052; 2) Government and Fisherman; government should have limited access with
fisherman act in sustainable way. The biggest pay off for each player was gained from limited
access strategy implemented by government reach 632.579.184.900 and sustainable strategy
implemented by fisherman reach 659.992.193.290; 3) Private Sector and Fisherman; fisherman
and private sector should cooperate in resources management that will gain income Rp.
945.582.505.287 per year for private sector and Rp. 83.413.897.290 per year for fisherman.

Jurnal Aplikasi Keywords: game theory, management, renewable resources, non-renewable resources,
Manajemen envi-ronmental services, stakeholders
(JAM) Vol 13
No 2, 2015 Abstrak: Selat Sebuku memiliki sumberdaya alam yang produktif baik sumberdaya yang bisa
Terindeks
dalam Google diperbaharui seperti perikanan, sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui berupa tambang
Scholar batubara maupun jasa-jasa lingkungan melalui keberadaan pariwisata bahari. Pengelolaan
sumberdaya di Selat Sebuku cenderung menimbulkan konflik antar stakeholders dari pihak
pemerintah, nelayan dan swasta. Oleh karena itu diperlukan trade-off dalam pengelolaan
Alamat Korespondensi: kawasan Selat Sebuku melalui pendekatan game theory sehingga pengelolaan sumberdaya
Amarullah, Program Pasca-
sarjana IPB. Telp: 081251
724620; E-mail: amarullahsb
@yahoo.com
TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011353 ISSN: 1693-5241 353
Amarullah, Setia Hadi, Tridoyo Kusumastanto, dan Achmad Fahrudin

menjadi optimal. Penelitian ini bertujuan menganalisis trade off interaksi stakeholders dalam pengelolaan sumberdaya
pesisir di Selat Sebuku. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan Game theory pada permainan yang kooperatif,
menggunakan landasan pareto optimum. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh untuk strategi pengelolaan sumberdaya
yang optimal antara: 1) Pemerintah dan Swasta, pemerintah harus limited access dengan swasta bertindak sustainable,
Pemerintah melalui strategi limited acces memperoleh pay off sebesar Rp. 1.271.382.286.300, sedangkan swasta melalui
strategi sustainable memperoleh pay off sebesar Rp. 1.446.137.883.052; 2) Pemerintah dan Nelayan, pemerintah harus
limited access dengan nelayan bertindak sustainable, Pay off paling besar masing-masing pemain diperoleh dari strategi
limited acces bagi pemerintah sebesar 632.579.184.900 sedangkan nelayan dengan strategi sustainable memperoleh pay
off sebesar 659.992.193.290; 3) Swasta dan Nelayan, nelayan dan swasta harus bekerja sama dalam pengelolaan
sumberdaya akan menghasilkan pendapatan masing-masing Rp. 945.582.505.287 tiap tahunnya untuk swasta dan nelayan
akan mendapatkan tambahan pendapatan Rp. 83.413.897.290 tiap tahunnya.

Kata Kunci: game theory, pengelolaan, sumberdaya yang dapat diperbaharui, sumberdaya yang tidak dapat
diperbaharui, jasa-jasa lingkungan, pemangku kepentingan

Kabupaten Kotabaru adalah salah satu kabupaten Dalam rangka pengelolaan selat tersebut, Kinnear,
kepulauan di Provinsi Kalimantan Selatan yang memi- et al. (2014) menyatakan bahwa pengembangan daerah
liki wilayah 942.246 ha (lebih dari ¼ wilayah provinsi menjadi penting dengan memperhatikan dan mengelola
atau 25,11%) sebagai kabupaten terluas dan terdiri dari kawasan sumberdaya melalui upaya ino-vasi
109 pulau-pulau kecil dengan 28 pulau berpeng-huni perencanaan wilayah sehingga menjadikan sosial
dan 78 bernama. Kabupaten Kotabaru juga me-miliki budaya, ekonomi dan lingkungan lebih baik. Ada dua
kawasan pesisir dan laut yang terbesar dengan luas laut elemen dasar yang seringkali menimbulkan konflik,
384.900 ha dan panjang pantai 825 km serta memiliki yaitu: pertama, identitas adalah mobilisasi orang-orang
119 desa pesisir (DKP Kotabaru dan Unlam, 2010). dalam kelompok-kelompok komunal yang didasarkan
Sebagai sebuah wilayah yang berbasis kepu-lauan, maka atas ras, agama, kultur, bahasa, dan lain-lain. Kedua,
menurut Kusumastanto (2003) sektor bidang kelautan distribusi yakni cara untuk membagi sumberdaya
yang dikembangkan dan didefinisikan sebagai sektor ekonomi, sosial dan politik dalam masya-rakat
yang meliputi: (1) perikanan, (2) pari-wisata bahari, (3) (Andriani, 2013). Selain itu adanya kegiatan baru yang
pertambangan laut, (4) industri maritim, (5) mempengaruhi ruang pesisir seperti energi terba-rukan,
perhubungan laut, (6) bangunan kelautan, dan (7) jasa penggunaan rekreasi dan budidaya atau yang lainnya
kelautan, dapat dijadikan arus utama (mainstream) akan menimbulkan sumber konflik baru di kalangan
dalam kebijakan pembangunannya. pemanfaat daerah pesisir (Lacroix, et al., 2011).
Sebagai wilayah kepulauan, Kabupaten Munculnya potensi konflik yang disebabkan
Kotabaru memiliki Selat Sebuku yang sangat penting kepentingan kuat antara para pemangku kepentingan/
keberadaan dan fungsinya. Selat Sebuku yang stakeholders harus dicari jalan penyelesaiannya untuk
merupakan wilayah yang sangat potensial dan belum menetapkan aturan yang disepakati (Kustanti, 2014).
tergarap secara optimal bahkan cenderung sebagai Teori permainan adalah metode analisis dan alat
daerah tertinggal (daerah miskin). Wilayah Selat pengambilan keputusan pengembangan dari matema-
Sebuku memiliki sumberdaya alam yang produktif tika terapan dengan tujuan memeriksa interaksi antara
baik sumberdaya yang bisa diperbaharui (renewable individu atau berbagai struktur lainnya (seperti tim
resource) berupa perikanan, sumberdaya yang tidak atau lembaga) yang memiliki penggunaan yang luas
dapat diperbaharui (non-renewable resource) berupa dalam berbagai bidang ilmu-ilmu sosial, terutama
tambang batu bara maupun jasa-jasa lingkungan eko-nomi, dan juga sosiologi dan hubungan
(environment services) berupa pariwisata bahari. Oleh internasional serta ilmu alam (Kocak, 2014). Teori ini
karena itu wilayah Selat Sebuku merupakan tumpuan dikembangkan untuk menganalisa proses
harapan masya-rakat pesisir dalam pemenuhan pengambilan keputusan yaitu strategi optimum dari
kebutuhan hidupnya di masa mendatang. situasi-situasi persaingan yang berbeda-beda dan
melibatkan dua atau lebih kepentingan.

354 JURNAL APLIKASI MANAJEMEN | VOLUME 13 | NOMOR 2 | JUNI 2015


Aplikasi Game Theory pada Pengelolaan Sumberdaya Pesisir di Selat Sebuku

Menurut Anwar (2002), teori permainan diperlukan asumsi dasar yaitu individualism, rasio-
(game theory) adalah merupakan pendekatan yang nalitas dan interdependen (Romp dalam Purnomo,
mem-punyai sifat interdisiplin kepada penelaahan 2012). Sementara itu bahwa game mencapai suatu
(studi) tentang perilaku manusia (human behavior). kesimbangan atau ekuilibrium jika strategi apapun yang
Oleh karena itu, dalam pemanfaatan sumberdaya dipilih oleh seorang pemain adalah optimal ketika para
alam mengarah pada pemanfaatan yang optimal pemain lain memilih strategi ekuilibrium. Untuk
dan berke-lanjutan (sustainable) menuju suatu mencari ekuilibrium nash diperlukan dua tahapan, yaitu
keseimbangan (Anwar, 2003). Sementara itu, 1) mengidentifikasi strategi optimal untuk setiap pemain
Myerson (1991) menyatakan bahwa game theory dalam merespons apa yang akan dilakukan oleh pemain
banyak digunakan sebagai model pengambilan lainnya, 2) ekuilibrium nash terjadi ketika semua
keputusan baik dalam suasana konflik (non- pemain memainkan strategi optimalnya secara simultan
cooperative) maupun yang ke arah kooperatif. (Nash, et al., dalam Purnomo, 2012).
Pemain teori permainan terdiri setidaknya dua Sementara itu, menurut Muhardi (2011) dalam teori
individu yang masing-masing pemain memiliki pilihan permainan terdapat beberapa unsur dasar diantaranya:
antara berbagai cara berperilaku (strategi) yang me- (1) jumlah pengambil keputusan yang kompettitif, (2)
miliki ’preferensi’ lebih dari hasil yang mungkin dari unsur lain dalam pengklasifikasian per-mainan adalah
interaksi. Preferensi yang diwakili oleh bilangan real pay off, dan (3) strategi yang digunakan pemain dalam
yang melekat pada masing-masing hasil dari situasi permaianan. Namun demikian tidak setiap keadaan
(secara terpisah untuk masing-masing pemain), masing- persaingan (konflik) dapat disebut sebagai permainan
masing pemain memilih utilitas tinggi atau utilitas lebih (game), hanya persaingan yang memenuhi kriteria atau
rendah (Jaeger, 2008).Teori permainan digunakan dalam ciri-ciri yang meliputi: (1) terdapat persaingan
situasi konflik atau persaingan antara berbagai kepentingan di antara pemain (pelaku), (2) setiap
kepentingan yang saling berhadapan sebagai kompetitor. pemain mempunyai sejumlah pilihan, terbatas atau tidak
Tujuannya adalah untuk mendapatkan strategi yang yang disebut strategi, (3) aturan permainan untuk
optimal untuk setiap pemain. (Simamora dkk., 2013). mengatur pilihan-pilihan itu disebutkan satu-satu dan
Teori permainan merupakan alat yang ideal di bidang diketahui oleh semua pemain, dan (4) hasil permainan
ekonomi untuk menganalisis konflik, di mana lawan dipengaruhi oleh pilihan-pilihan yang dibuat oleh semua
terlibat dalam perjuangan yang intens dengan satu sama pemain diketahui dan didefi-nisikan secara numerik
lain atas properti dan kehidupan (Sandler, 2003). Tujuan (Kurdhi, 2013). Menurut Mustaqim (2013), model teori
praktis dari teori permainan adalah menemukan kondisi permainan dapat diklasi-fikasikan dengan sejumlah cara
alokasi sumber daya yang dapat mengurangi konflik seperti jumlah pemain, jumlah keuntungan dan kerugian
atau meningkatkan kerja-sama pengelolaan sumberdaya serta jumlah strategi yang digunakan dalam permainan.
(Guerin, 2002) dan untuk pengambilan keputusan dalam Model teori permainan memungkinkan untuk
konflik kepen-tingan antara pemain untuk memilih mempelajari implikasi rasionalitas, kepentingan
strategi yang terbaik bagi kepentingan bersama dan keseimbangan, baik dalam interaksi pasar yang
Menurut Purnomo (2012), game theory merupa- dimo-delkan sebagai game (seperti di mana jumlah
kan teori bagaimana individu-individu rasional mem- kecil informasi yang tersembunyi, tindakan
buat keputusan ketika saling bergantung satu sama tersembunyi atau kontrak yang tidak lengkap) dan
lain atau interdependen (mutually interdependent). di pasar non interaksi (seperti antara regulator dan
Definisi lain oleh Neumann dan Morgenstern (1953), perusahaan, bos dan pekerja, dan sebagainya)
permainan terdiri atas sekumpulan peraturan yang (Gibbons, 1997). Pemeriksaan menunjukkan
membangun situasi bersaing dari dua sampai bebe- bahwa model yang diingin-kan jika diterapkan,
rapa orang atau kelompok dengan memilih strategi tidak diragukan lagi; meningkatkan pemecahan
yang dibangun untuk memaksimalkan kemenangan masalah keputusan bisnis dalam bisnis dari negara-
sendiri ataupun untuk meminimalkan kemenangan negara berkembang (Aigbokhaevbolo, 2011).
lawan. Untuk mengetahui makna game theory,

TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011 ISSN: 1693-5241 355


Amarullah, Setia Hadi, Tridoyo Kusumastanto, dan Achmad Fahrudin

Berdasarkan uraian penelitian, maka tujuan dari Metode Analisis Data


penelitian ini adalah menganalisis trade off interaksi
Dalam penelitian digunakan pendekatan
stakeholder dalam pengelolaan sumberdaya melalui
Game theory pada permainan yang kooperatif,
pendekatan game theory. Sementara itu, manfaat mengguna-kan landasan pareto optimum, yaitu jika
penelitian ini adalah sebagai acuan bagi penentu ke- tidak ada seseorang yang dapat dibuat lebih baik
bijakan maupun stakeholder lainnya dalam merumus- keadaannya tanpa membuat seseorang lain menjadi
kan kebijakan dalam pengelolaan sumberdaya secara lebih jelek. Apabila terjadi perubahan dari keadaan
optimal dan berkelanjutan pareto opti-mum, maka ini akan tejadi kerugian
untuk keselu-ruhannya.
METODE Asumsi-asumsi dasar yang digunakan dalam
Lokasi Penelitian penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Setiap pemain
Metode penelitian yang digunakan adalah metode (stakeholder) memiliki strategi yang berhingga
studi kasus yang dilakukan dalam pengeloaan optimal banyaknya (finite), dan mungkin berbeda dengan
sumberdaya di Selat Sebuku. Lokasi penelitian terletak pemain lainnya. 2) Setiap pemain (stakeholder) bersikap
di Selat Sebuku, Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kali- rasional. Pemain selalu berusaha memilih strategi yang
mantan Selatan. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan memberikan hasil paling optimal untuk dirinya,
dengan mempertimbangkan bahwa Selat Sebuku me- berdasarkan payoff dan jenis game yang dimainkan. 3)
rupakan kawasan strategis yang memiliki keleng-kapan Game kooperatif, yaitu para pemain membuat komitmen
sumberdayanya. yang mengikat (binding commitment) untuk
meningkatkan outcome pemain.
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Mei 2014
Prosedur penyelesaian secara umum dengan teori
sampai bulan Desember 2014. Data yang digunakan
permainan dapat dilakukan melalui langkah-langkah
dalam penelitian ini terdiri dari data primer didapat dari
sebagai berikut: (1) Merumuskan Permasalahan
hasil wawancara mendalam pertanyaan-perta-nyaan
Permainan, serta Menggunakan Kriteria Maximin dan
yang telah terstruktur secara langsung dengan para
Minimax. Penggunaan kriteria maximin yang dilakukan
stakeholders yang terlibat, dan data sekunder yang
salah satu pemain adalah mengidentifikasi keuntungan
diperoleh dari data literatur instansi/lembaga ter-kait.
terendah (minimum) masing-masing dari strategi utama
Pengambilan contoh pada penelitian ini dilakukan
yang digunakan. Setelah itu dilanjutkan dengan memilih
secara purposive berdasarkan kriteria penelitian.
keuntungan tertinggi (maksimum) diantara nilai
Metode Pengumpulan Data terendah tadi (kriteria keuntungan maxi-min).
Penggunaan kriteria minimax, yang dilakukan untuk
Penelitian dilakukan dengan menggunakan salah satu pemain adalah mengidentifikasi kerugian
data primer dan data sekunder. Data primer tertinggi (maksimum) masing-masing dari strategi
diperoleh dengan melakukan wawancara kepada tersebut yang digunakan, untuk kemudian memilih
para stake-holder (narasumber/key informans) kerugian terendah (minimum) diantara nilai tertinggi tadi
untuk menggali data primer terkait melalui survey (kriteria kerugian minimax). (2) Menen-tukan Strategi
menggunakan instrument kuisioner dan FGD Permainan. Dalam penelitian ini, ana-lisis strategi yang
(Focus Group Discussion) dengan nelayan sampel dipilih oleh para pemain tersebut menunjukkan bahwa
yang mengelola Selat Sebuku. terdapat suatu solusi yang memuaskan para pemain.
Data sekunder diperoleh dari berbagai literature Untuk para pemain dalam permainannya menghasilkan
pendukung. Data sekunder berupa kumpulan data, sebuah strategi tunggal sebagai suatu strategi optimal
laporan dan dokumen serta publikasi yang diterbitkan yang dapat memuaskan para pemain, berarti
oleh instansi terkait seperti Dinas Kelautan dan menunjukkan adanya permainan strategi murni yang
Perikanan, Dinas Pertambangan, Dinas Pariwisata, menghasilkan solusi titik pelana (saddle point). Hal ini
Badan Pusat Statistik (BPS), Bappeda, BLHD dan penting menegaskan bahwa, dengan criteria maximin
instansi terkait lainnya serta penelitian terdahulu yang dan minimax dapat dihasilkan solusi optimal untuk
berkaitan dengan topik penelitian. setiap pemain dalam permainan.

356 JURNAL APLIKASI MANAJEMEN | VOLUME 13 | NOMOR 2 | JUNI 2015


Aplikasi Game Theory pada Pengelolaan Sumberdaya Pesisir di Selat Sebuku

(3) Menentukan nilai permainan (value of the pemain (agen) yang berkepentingan terhadap
game), merupakan ekspektasi hasil dari permainan penge-lolaan sumberdaya laut dan perikanan di
terbaik bagi seseorang pemain melawan permainan perairan Selat Sebuku. Open access, limited acces,
terbaik saingannya. exploitatif dan sustainable adalah kondisi yang
Permainan yang disimulasikan dalam merupakan pilihan bagi para pemain. Kondisi ini
penelitian ini, yaitu antara pemerintah, swasta dan akan menciptakan ke-cenderungan bagi pemain
masyarakat pesisir, dalam hal ini adalah untuk bersifat eksploitatif ataukah sustainable.
nelayan.Permainan antara pemerintah, swasta dan Dalam analisis ini akan dilakukan tiga simulasi
nelayan digunakan bentuk kooperatif game. permainan, yaitu antara pemerintah dengan swasta,
Secara umum langkah-langkah yang ditempuh pemerintah dengan nelayan dan antara swasta
adalah dengan membuat tabel pay-off dari masing- dengan nelayan. Berikut definisi dari kondisi
masing stakeholder (pemain), kemudian pilihan para pemain (Fauzi, 2010).
menetapkan besarnya nilai keuntungan dan Open Acces: melakukan eksploitasi
kerugian dari masing-masing stakeholder berdasar sumberdaya alam yang tidak dimiliki oleh
strategi pilihannya (Tabel 1, Tabel 2 dan Tabel 3). siapapun, didalamnya tidak ada pengaturan
sehingga memungkinkan terja-dinya
Tabel 1. Matriks strategi danpay off antara
pengeksploitasian sumberdaya alam secara bebas.
Pemerintah dengan Swasta Limited Acces: melakukan eksploitasi sumber-
Pemain Swasta daya alam yang secara bersama, di dalamnya ada
Exploitative Sustainable ketentuan dan peraturan sehingga memungkinkan
Open Acces PO : SE PO : SS terjadinya pengeksploitasian sumberdaya secara
Pemerintah PL : SE PS : SS terbatas untuk mengatur perolehan keuntungan di
Limited Entry
masa yang akan datang.
Exploitatif: melakukan eksploitasi dengan
Tabel 2. Matriks strategi danpay off antara
meng-gunakan relatif tidak ramah lingkungan
Pemerintah dengan Nelayan
sehingga mengakibatkan depresiasi terhadap
Pemain Swasta ekosistem atau sumberdaya alam.
Exploitative Sustainable Sustainable: melakukan eksploitasi sumberdaya
Open Acces PO : NE PO : NS alam berdasarkan kesepakatan dan ketentuan
Pemerintah PL : NE PS : NS peraturan yang berlaku dengan menggunakan kaidah-
Limited Entry
kaidah pemanfaatan sumberdaya yang berkelanjutan
Tabel 3. Matriks Strategi dan Pay Off antara Swasta (untuk generasi yang akan datang).
dengan Nelayan
Pemerintah dengan Swasta
Pemain Nelayan
Non Selain keuntungan ekonomi dalam bentuk me-
Kooperatif
Kooperatif ningkatnya pendapatan swasta, penerapan konsepsi
Swasta Kooperatif SK : NK SK : NNK sustainable juga akan memberi keuntungan ling-kungan
Non kooperatif SNK : NK SNK : NNK (konservasi). Namun sesuai hukum ekonomi, karena
Keterangan:
manfaat kegiatan konservasi tidak bisa diambil
Pemain: Strategi: sepenuhnya oleh pelaku, maka pihak swasta menjadi
Pemda (P) Open Acces (O) - Limited Entry (L) tidak menarik untuk melakukannya. Oleh karena itu
Swasta (S) Eksploitatif (E) - Sustainable (S) pihak pemerintahlah yang harus mengambil alih
Nelayan (N) Kooperatif (K) - Non Kooperatif (NK) tanggung jawab untuk melaksanakannya.Matrik pay off
HASIL DAN PEMBAHASAN (pahala) permainan antara pemerintah dengan swasta
dapat dilihat pada tabel 4.
Analisis game theory digunakan untuk meng-
gambarkan interaksi diantara stakeholder atau

TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011 ISSN: 1693-5241 357


Amarullah, Setia Hadi, Tridoyo Kusumastanto, dan Achmad Fahrudin

Tabel 4. Matrik Pay Off (Pahala) Permainan antara Pemerintah dengan Swasta
Pemain Swasta
Eksploitatif Sustainable

Open Acces 971.476.820.577 : 1.381.255.026.826 971.476.820.577 :


1.446.137.883.052
Pemerintah
Limited 1.271.382.286.300 : :
1.271.382.286.300
Acces 1.381.255.026.826 1.446.137.883.052
Sumber :Hasil Analisis, 2014

pengelolaan secara limited acces, cenderung akan


Dalam permainan ini, pengambil langkah meningkatkan pendapatannya secara signifikan jika
pertama adalah pemerintah sebagai pemilik hak mentaati aturan yang ada (berlaku sustainable) jika
atas sumber daya (state property), sementara dibandingkan pada saat kondisi open access. Selain
swasta akan me-respon atas keputusan pemerintah. itu terdapat peluang untuk mendapatkan hasil yang
Kondisi selama ini tercermin pada keseimbangan lebih besar dengan berlaku eksploitatif, yaitu dengan
di kuadran satu di mana pengelolaan sumber daya memanfaatkan sumberdaya non renewable resource
alam berdasarkan peraturan dari pemerintah mendo- secara langsungkarena lemahnya atau tidak adanya
rong terciptanya kondisi openaccess. Tidak adanya pengawasan dari pemerintah.
kepastiandan jaminan bagi swasta untuk dapat Adanya potensi penyalahgunaan hak oleh swasta
memanfaatkan sepenuhnya sumberdaya,menjadikan yang akan menimbulkan efek jauh lebih buruk terha-dap
swasta cenderung bersikap eksploitatif karena akan sumber daya dari kondisi open access, merupa-kan
menghasilkan pay-off yang lebih besar dibanding signal perlunya aturan (sanksi) yang jelas dan tegas.
ketika bersikap sustainable. Kondisi ini terjadi karena Penataan kawasan yang benar melalui keleng-kapan
tambang yang tidak ditambang oleh swasta yang ber- aturan dan ketegasan dalam pelaksanaan ketentuan
sikap sustain berpotensi ditambang oleh swasta tersebut dapat mencegah dampak atau meminimalisir
lainnya yang lebih agresif menangkap (eksploitatif). kondisi buruk, sehingga peluang penya-lahgunaan hak
Bagi pemerintah, kondisi open access memberi oleh swasta dapat diminimalkan.
total manfaat sebesar Rp 971.476.820.577, lebih kecil Penerapan aturan dan sanksi yang tegas oleh
dari manfaat eksploitatif swasta sebesar Rp pemerintah, berdampak pada sikap pemerintah yang
1.381.255.026.826. Halini cenderung berdampak cenderung menggunakan strategi limited acces
tejadinya depresiasi terhadap kawasan Selat Sebuku sehingga cenderung membuat swasta menggunakan
terutama pada ekosistem terumbu karang dan strategi sustainable. Mengacu pada tabel matrik pay
mangrove. Depresiasi tersebut akan berlangsung jika off (pahala) permainan antara pemerintah dengan
pemerintah tidak melakukan pengawasan terhadap swasta tersebut, kedua pemain memiliki pay off
eksploitatif sumberdaya tersebut. paling besar menggunakan strategi limited acces dan
Sejalan dengan penjelasan Anwar (2005), bahwa sustainable dibandingkan strategi lainnya. Pemerin-
kegagalan pemerintah dalam pengelolaan suatu tah melalui strategi limited acces memperoleh pay off
sumber daya yang diklaim sebagai miliknya adalah sebesar Rp. 1.271.382.286.300, sedangkan swasta
disebabkan besamya biaya transaksi untuk menegas- melalui strategi sustainable memperoleh pay off
kan hak ini, utamanya biaya monitoring. Sementara sebesar Rp. 1.446.137.883.052.
dengan adanya penegasan hak, pengawasan akan
dilakukan oleh rnasyarakat setempat, yang sangat Pemerintah dengan Nelayan
mungkin lebih efektif dan efisien. Selain keuntungan ekonomi dalam bentuk me-
Bagi swasta ketika pemerintah memilih
ningkatnya pendapatan nelayan, penerapan konsepsi

358 JURNAL APLIKASI MANAJEMEN | VOLUME 13 | NOMOR 2 | JUNI 2015


Aplikasi Game Theory pada Pengelolaan Sumberdaya Pesisir di Selat Sebuku

sustainable juga akan memberi keuntungan lingkungan akan meningkatkan pendapatannya secara signifikan
(konservasi). Namun sesuai hukum eko-nomi, karena jika mentaati aturan yang ada(berlaku sustainable)
manfaat kegiatan konservasi tidak bisa diambil jika dibandingkan pada saat kondisi open access.
sepenuhnya oleh pelaku, maka pihak nelayan menjadi Adanya potensi penyalahgunaan hak oleh nelayan
tidak menarik untuk melakukannya.Oleh karena itu yang akan menimbulkan efek jauh lebih buruk ter-hadap
pihak pemerintahlah yang harus mengambil alih sumber daya dari kondisi open access, meru-pakan
tanggung jawab untuk melaksanakannya.Matrik pay off signal perlunya aturan (sanksi) yang jelas dan tegas.
(pahala) permainan antara pemerintah dengan Pemerintah juga perlu melakukan pendampingan-
Tabel 5. Matrik Pay Off (Pahala) Permainan antara Pemerintah dengan Nelayan
Pemain Nelayan
Eksploitatif Sustainable
Open Acces 623.265.357.646 : 625.692.836.870 623.265.357.646 : 659.992.193.290
Pemerintah 632.579.184.900 : 625.692.836.870 632.579.184.900 : 659.992.193.290
Limited Acces

nelayan dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Dalam pendampingan untuk menguatkan kelembagaan
permainan ini, pengambil langkah pertama masyarakat sehingga peluang penyalahgunaan hak
adalah pemerintah sebagai pemilik hak atas sumber dapat diminimalkan.
daya (state property), sementara nelayan akan me- Sanksi yang jelas dan penerapan yang tegas, maka
respon atas keputusan pemerintah. kecenderungan membuat nelayan berlaku sustainable.
Kondisi selama ini tercermin pada keseimbangan Mengacu pada tabel tersebut, maka pay off paling besar
di kuadran satu di mana pengelolaan sumber daya masing-masing pemain diperoleh dari strategi limited
alam berdasarkan peraturan dari pemerintah men- acces bagi pemerintah sebesar 632.579.184.900
dorong terciptanya kondisi openaccess. Tidak adanya sedangkan nelayan dengan strategi sustainable
kepastian dan jaminan bagi nelayan untuk dapat me- memperoleh pay off sebesar 659.992.193.290.
ngelola sepenuhnya sumberdaya, menjadikan nelayan Swasta dengan Nelayan Pay-off (pahala) yang
cenderung bersikap eksploitatif karena akan meng- digunakan dalam permainan ini adalah tambahan
hasilkan pay-off yang lebih besar tapi bersifat semen- pendapatan yang akan didapat jika Selat Sebuku
tara dibanding ketika bersikap sustainable. Kondisi dikelola secara kooperatif. Adapun matriks pay off
ini terjadi karena sumber daya laut dan perikanan seperti terlihat pada tabel 6.
yang tidak ditangkap oleh nelayan yang bersikap Jika swasta memilih bersabar dan mentaati be-
sustain berpotensiditangkap oleh nelayan lainnya kerjasama dalam pengelolaan kawasan secara sus-
yang lebih agresif menangkap (eksploitatif). tainable dan nelayan juga melakukan hal yang sama,
Bagi pemerintah, kondisi open access memberi maka akanmendapatkan pendapatan masing-masing
total manfaat sebesar Rp 623.265.357.646, sedangkan Rp 945.582.505.287 tiap tahunnya untuk swasta dan
untuk nelayan yang menggunakan strategi eksploi- nelayan akan mendapatkan tambahan pendapatan Rp
tatif memiliki pay off sebesar Rp 625.692.836.870. 83.413.897.290 tiap tahunnya.Pada kondisi swasta
Namun bagi nelayan ketika pemerintah memilih pe- memilih menerima (mentaati), nelayan memiliki pe-
ngelolaan secara limited acces, maka cenderung luang untuk memperoleh keuntungan lebih besar jika
Tabel 6. Matriks Pay Off antara Nelayan dengan Swasta

Pemain Nelayan
Kooperatif Non kooperatif
Swasta Kooperatif 945.582.505.287: 83.413.897.290 0 : 78.781.920.322
Non kooperatif 936.834.427.318 : 0 0:0
Sumber :Hasil Analisis, 2014

TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011 ISSN: 1693-5241 359


Amarullah, Setia Hadi, Tridoyo Kusumastanto, dan Achmad Fahrudin

menolak (melanggar) tetap beresiko terkena sanksi yang KESIMPULAN DAN


akan menurunkan pendapatannya. Jika sanksi tidak
SARAN Kesimpulan
diberikan pada nelayan, maka swasta lebih baik
memilihstrategi melanggar (eksploitasi terlebih dahulu) Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan,
agar keuntungannya tidak diambil oleh nelayan. dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai
Ujungnya adalah terjadi kerugian bersama, di mana berikut: (1) Pengembangan wilayah Selat Sebuku ber-
keuntungan akibat sustainable menjadi hilang. kelanjutan berbasis pengelolaan renewable resource,
Kondisi ini mengisyaratkan bahwa konsepsi non-renewable resource dan environmental ser-vices
kooperatif tidak bisa dikelola dalarn kondisi open dapat dilakukan melalui strategi kooperatif, limited
access. Pengelolaan secara kooperatif memerlukan entry dan sustainable antar stakeholder terkait, yaitu
prasyarat adanya kondisi yang sesuai, yaitu limited pemerintah, masyarakat pesisir (nelayan) dan swasta. (2)
acces. Perlunya aturan main yang jelas dan tegas Penerapan aturan dan sanksi yang tegas oleh
lengkap dengan sanksi bagi para pelanggar dari pemerintah, berdampak pada sikap peme-rintah yang
kese-pakatan yang ada. cenderung menggunakan strategi limited acces sehingga
Permainan ini memberi peluang terjadinya ke- cenderung membuat swasta meng-gunakan strategi
seimbangan di dua titik, yaitu sama-sama menerima sustainable. Permainan antara pemerintah dengan
atau sama-sama menolak. Jika permainan dapat me- swasta, kedua pemain memiliki pay-off paling besar
nerima dimulai dengan strategi menerima untuk menggunakan strategi limited acces dan sustainable
semua pemain, maka tidak ada peluang untuk dibandingkan strategi lainnya. Pemerintah melalui
memperbaiki pendapatan dengan merubah strategi. strategi limited acces memper-oleh pay-off sebesar Rp
Pilihan menolak justru akan menurunkan pay-off 1.271.382.286.300, sedang-kan swasta melalui strategi
karena adanya sanksi. Namun sebaliknya jika sustainable memperoleh pay-off sebesar Rp
permainan dimulai dari strategi sama-sama menolak, 1.446.137.883.052. (3) Penerapan aturan dan sanksi
maka secara rasional tidak mungkin salah satu yang tegas oleh pemerintah, ber-dampak pada sikap
pemain akan merubah stra-teginya dengan menerima, pemerintah yang cenderung meng-gunakan strategi
karena hanya akan mem-beri manfaat pada lawannya. limited acces sehingga cenderung membuat nelayan
Penegasan sanksi yang tegas bagi pelanggar dalam menggunakan strategi sustai-nable. Pay-of paling besar
pelaksanaan pengelolaan sumberdaya di Selat Sebuku masing-masing pemain diperoleh dari strategi limited
akan menjadi sarana repetitive permainan untuk dapat acces bagi pemerintah sebesar 632.579.184.900
menggeser swasta dan nelayan ke arah mentaati sedangkan nelayan dengan strategi sustainable
kesepakatan pengelolaan kawasan. Menum-buhkan rasa memperoleh pay-off sebesar 659.992.193.290. (4) Pay-
memiliki area (penegasan properry right) pada swasta off optimal antara nelayan dan swasta adalah dengan
dan nelayan diyakini akan mampu mendorong saling bekerjasama, penda-patan masing-masing Rp.
keinginan untuk ikut mengawasi sehingga peluang 945.582.505.287 tiap tahun-nya untuk swasta dan
pelanggaran akan dapat diminimalkan. nelayan akan mendapatkan tambahan pendapatan Rp
Mengacu pada analisis game theory antara pe- 83.413.897.290 tiap tahunnya.
merintah dengan nelayan dan pemerintah dengan
swasta di mana adanya potensi penerapan sanksi
minimal bagi swasta dan nelayan yang melanggar Saran
kesepakatan, maka keseimbangan permainan antara Perlu rancangan lebih detail dalam pengelolaan
swasta dengan nelayan dapat berubah. Dengan demi- sumberdaya Selat Sebuku terkait ”rule of the game”
kian, maka peluang kecenderungan kedua pemain untuk menghindari dampak buruk adanya konflik,
memilih melaksanakan strategi kooperatif lebih besar utamanya dalam hal penataan ruang (kawasan) yang
dibandingkan non kooperatif yang cenderung mem- terintegrasi dan komprehensif.
berikan kerugian bagi kedua pemain tersebut.

360 JURNAL APLIKASI MANAJEMEN | VOLUME 13 | NOMOR 2 | JUNI 2015


Aplikasi Game Theory pada Pengelolaan Sumberdaya Pesisir di Selat Sebuku

DAFTAR RUJUKAN Kocak, H. 2014. Canonical Coalition Game Theory for


Op-timal Portfolio Selection. Asian Economic and
Aigbokhaevbolo, O. Application of Game Theory to
Finan-cial Review, 2014, 4(9):1254–1259
Busi-ness Strategy in Undeveloped Countries: A
Kurdhi, N.A. 2013. Riset Operasi Probabilistik: Teori
Case for Nigeria. J Soc Sci, 27(1):1–5 (2011).
Permainan (Game Theory). Solo: Departemen
Andriani, H.B. 2013.Merendam Konflik Nelayan
Matematika FMIPA UNS Solo.
Melalui Diversifikasi Industri Rumah Tangga
Kustanti, A., et al. 2014. Actor, Interest and Conflict in
Nelayan di Kota Pare-pare. Jurnal Academica
Sustainable Mangrove Forest Management–A Case
Fisip Unpad Vol. 05 No. 1 Februari 2013.
from Indonesia. International Journal of Marine
Anwar, A. 2002. Teori Permainan (Game Theory) dan Apli-
Sci-ence 2014, Vol.4, No.16: 150–159.
kasinya dalam Analisis Ekonomi dan Kelembagaan.
Kusumastanto, T. 2003. Ocean Policy Dalam
Bahan Kuliah PPs Ilmu Perencanaan Pembangunan
Membangun Negeri Bahari di Era Otonomi
Wilayah dan Pedesaan. Bogor: IPB Bogor.
Daerah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Anwar, A. 2003. Teori Permmainan (Game Theory),
Lacroix, D., and Pioch, S. 2011. The Multi-use in Wind
konflik, Tindakan Kolektif, Proses Perbaikan Institusi
Farm Projects: More Conflicts or a Win-win Opportu-
Kearah Pembangunan Sumberdaya Alam
nity? Aquat. Living Resources. 24, 129–135 (2011).
Berkelanjutan. Makalah Pengantar MK: Ekonomi
Muhardi. 2011. Manajemen Operasi: Suatu Pendekatan
Sumberdaya Alam dan Lingkungan. PPs Ilmu
Kuantitatif untuk Pengambilan Keputusan.
Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan.
Bandung: Penerbit PT Refika Aditama Bandung.
Bogor: Sekolah Pascasarjana. IPB Bogor.
Mustaqim, K. 2013. Aplikasi Konsep Teori Permainan
[DKP] Dinas Kelautan dan Perikanan. 2010. Kajian
Dalam Pengambilan Keputusan Politik. Bandung:
Potensi Sumber daya Kelautan dan Perikanan
Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.
Kabupaten Kotabaru. Kotabaru: Dinas Kelautan dan
Myerson, R.B. 1991. Game Theory: Anaysis of Conflict.
Perikanan dan Universitas Lambung Mangkurat.
Cambridge, MA: Harvard University Press.
Fauzi, A. 2010.Ekonomi Sumber Daya Alam dan
Navidi, H.R., et al. 2014. Multi Responses Optimization
Lingkungan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Through Game Theory Approach. Internation
Gibbons, R. 1997.An Introduction to Applicable Game
Jour-nal of Industrial Engineering & Production
Theory. The Journal of Economic Perspectives,
Re-search. September 2014, Volume 25, Number 3
Vol. 11, No. 1. (Winter, 1997), pp. 127–149.
t,l, pp. 215–224 .
Guerin, B. 2002. Structural Sources of Conflict.
Neuman, J.V., and Morgenstern, O. 153. Theory of
Conflict Resolution Vol 1 in Encyclopedia of Life
Games and Economic Behavior (3d ed. 1953).
Support Systems (EOLSS).
Jaeger, G. 2008. Applications of Game Theory in Linguis-
Purnomo, H. 2012. Pemodelan dan Simulasi untuk
tics. Language and Linguistics Compass 2/3 (2008): Penge-lolaan Adaptif Sumber Daya Alam dan
406–421, 10.1111/j.1749818x.2008.00053.x. Lingkungan. Bogor: IPB Press.
Kinnear, S., dan Ogden, I. 2014. Planning the Innovation Sandler, T. 2003. Economic Analysis of Conflict.
Agenda for Sustainable Development In Resource
Journal OF Conflict Resolution, Vol. 44 No. 6,
December 2000 723–729.
Regions: A Central Queensland case study. CQ Uni-
Simamora, C.H., Rosmaini, E., Napitupulu, N. 2013.
versity and Innovative Region Centre Australia. Jour-
Penerapan Teori Permainan dalam Strategi Pemasaran
nal of Resource Policy 39 (2014) 42–53.
Produk Ban Sepeda Motor di FMIPA USU. Saintia
MatematikaVol. 1, No. 2 (2013), pp. 129–137.

TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011 ISSN: 1693-5241 361

You might also like