You are on page 1of 12

ISSN: 1979-9292

E-ISSN: 2460-5611
JURNAL IPTEKS TERAPAN
Research of Applied Science and Education V9.i2 ( 224 -235 )

EFEKTIFITAS METODE PRESEPTOR DAN MENTOR DALAM


MENINGKATKAN KOMPETENSI PERAWAT KLINIK

Neila Sulung
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Fort De Kock Bukittinggi, 26129
Jalan Sukarno Hatta Kelurahan Manggis Ganting Kecamatan Mandiangin Koto Selayan Bukittinggi
Sumatera Barat Indonesia
Email : neilasulung_64@yahoo.com

Submitted: 16-05-2016, Rewiewed:16-05-2016, Accepted:17-05-2016


http://dx.doi.org/10.22216/jit.2015.v9i3.416

Abstract
Nursing is one profession in the world of health. As the profession is certainly expected that nurses
should be able to provide professional service so that the nurses should have competence which meets
the standards of nursing practice. This study aimed to see the influence of preseptor and mentors
methods in increasing children's clinic nurse competencies against professional nursing services
quality improvement.This type of research is quasi experimental design multivarit time series
analysis. A method of preceptor mentor can increase the competency child clinical nurses seen from
its value: motivation internal increase 1,8722 - 3,5060, management increased 1.8893 - 3,6300,
motivation extrinsik 2.0067 - 3.5547, competence nurse 2.0040 - 3.5893 and service quality 2.0026 -
3.5953.Showed from this research after twice intervention to nurses increase the level of competence
of each career with an average 2.65.Of this research can be seen that intervention competence with a
method of preceptor and mentor done in the child RSUP Dr.M.Djamil Padang can increase the
competency and career nurses and service quality of nursing.The conclusion that the implementation
of the intervention methods competence preceptor and mentor skills significantly to influential nurse
with a score value (p < 0.05) for all levels of career nurses in the clinic of Child Care Dr. M. Djamil
Padang Hospital.
Keywords: competence, preceptor mentor, the quality nursing service.

Abstrak
Perawat merupakan salah satu profesi dalam dunia kesehatan. Sebagai profesi tentunya diharapkan
bahwa perawat harus dapat memberikan pelayanan yang profesional sehingga para perawat harus
memiliki kompetensi yang memenuhi standar praktik keperawatan. Penelitian ini ditujukan untuk
melihat pengaruh metode preseptor dan mentor dalam meningkatkan kompetensi perawat klinik anak
terhadap peningkatan mutu pelayanan keperawatan profesional.Jenis penelitian quasi experimental
dengan rancangan multivarit time series analysis.Subjek penelitian adalah perawat yang bekerja di
Ruang Anak, Metode preceptor mentor dapat meningkatkan kompetensi perawat anak dilihat dari
nilai rata-rata: Motivasi internal terjadi peningkatan 1,8722 – 3,5060, Manajemen meningkat 1.8893
– 3,6300, motivasi extrinsik 2.0067 – 3.5547, kompetensi perawat 2.0040 – 3.5893 dan mutu
pelayanan 2.0026 – 3.5953. Saat dilakukan intervensi sebanyak 2 kali terjadi peningkatan dari
kompetensi perawat untuk masing-masing level karir dengan rata-rata 2.65. Dari penelitian ini dapat
dilihat bahwa intervensi kompetensi dengan metode preceptor dan mentor yang dilakukan di Ruang
Anak RSUP Dr. M. Djamil dapat meningkatkan kompetensi dan karir perawat serta mutu pelayanan
keperawatan.Kesimpulan bahwa pelaksanaan intervensi kompetensi metoda preceptor dan mentor
berpengaruh secara signifikan terhadap keterampilan perawat dengan skor nilai (p < 0,05) untuk
semua level karir perawat klinik di Ruang Rawat Anak RSUP. Dr. M. Djamil Padang.
Kata kunci: kompetensi, mentor preceptor, kualitas pelayanan

KOPERTIS WILAYAH X 224


ISSN: 1979-9292
E-ISSN: 2460-5611
JURNAL IPTEKS TERAPAN
Research of Applied Science and Education V9.i2 ( 224 -235 )

PENDAHULUAN meningkatkan pelayanan kepada pasien.


Keperawatan merupakan salah satu Perawat dalam memberikan pelayanan
profesi dalam dunia kesehatan. Sebagai perawatan belum banyak terpapar dengan
profesi tentunya pelayanan yang diberikan kompetensi seperti yang akan mereka
harus profesional, sehingga para lakukan sesuai dengan tingkat pendidikan,
perawat/ners harus memiliki kompetensi pelatihan, dan pengalaman kerja yang
yang memenuhi standar praktik dimiliki. Selama ini mereka mengerjakan
keperawatan. Dalam melakukan tindakan tugas yang sudah merupakan pekerjaan
perawat akan berkolaborasi antar profesi rutin yang harus mereka lakukan.
untuk memberikan pelayanan pada pasien, Salah satu cara yang dapat dilakukan
serta memperhatikan kode etik dan moral oleh perawat antara yang senior dengan
profesi agar masyarakat menerima yang junior adalah dengan melaksanakan
pelayanan dan asuhan keperawatan yang suatu kegiatan yang dilakukan dengan
bermutu(Pllc, 2011)(Hanisko, et al., 2008). memberikan metoda pelatihan yaitu
Untuk dapat mewujudkan tercapainya preseptor dan mentor. Rumusan masalah
pelayanan yang berkualitas diperlukan apakah intervensi dengan metode
adanya tenaga keperawatan yang preceptor mentor efektif dalam
profesional, memiliki kemampuan meningkatkan kompetensi perawat klinik
intelektual, teknikal dan interpersonal, di ruang rawat anak RSUP Dr. M. Djamil
bekerja berdasarkan standar praktik, padang. Tujuan penelitian ini untuk
memperhatikan kaidah etik dan moral mengetahui seberapa besar
(Hamid, 2000). Perawat diharapkandapat peningkatankan kompentensi perawat
meningkatkan kualitas kerjanya, dan setelah dilakukan intervensi metoda
berusaha mengontrol karirnya serta preceptor mentor lebih kurang 4 kali
memilih karir yang lebih baik, sehingga intervensidan mengembangakan strategi
dapat terus berprestasi dan memperoleh untuk meningkatkan kompetensi perawat
kepuasan kerja (Marquiset al., klinik
2000).Pelayanan keperawatan di Cina Kompetensi menurut SK Mendiknas
sangat memperhatikan pemahaman tentang No. 045/U/2002 adalah sebagai berikut:
budaya dan kesehatan, dengan cara Kompetensi adalah seperangkat tindakan
meningkatkan pelatihan bagi perawat cerdas, penuh tanggungjawab yang
sepanjang waktu, peningkatan pendidikan dimiliki seseorang sebagai syarat untuk
yang berkelanjutan, memperluas penelitian dianggap mampu oleh masyarakat dalam
keperawatan, dan meningkatkan kerja melaksanakan tugas-tugas di bidang
sama internasional dengan beberapa tertentu.
negara maju (Smith, 2004). Kompetensi dapat didefinisikan
Berdasarkan pengamatan yang sebagai: keadaan memiliki
dilakukan terhadap para perawat di rumah pengetahuan,penilaian, keterampilan,
sakit, terjadi kejenuhan mereka untuk energi, pengalaman dan
bekerja karena kurang penyegaran atau motivasi yang diperlukan untuk merespon
pelatihan untuk meningkatkan secara memadai untuk tuntutan tanggung
keterampilan yang sesuai dengan jawab profesional seseorang (Hale et al.,
perkembangan ilmu dan teknologi. Selain 2012).
itu, masih terlihat komunikasi antara Kompetensi didefinisikan sebagai
perawat dengan klien masih kurang, suatu gambaran tentang sesuatu yang harus
perawat belum melaksanakan komunikasi diketahui atau dilakukan seseorang agar
terapetik dengan maksimal dalam dapat melaksanakan pekerjaannya dengan
KOPERTIS WILAYAH X 225
ISSN: 1979-9292
E-ISSN: 2460-5611
JURNAL IPTEKS TERAPAN
Research of Applied Science and Education V9.i2 ( 224 -235 )

baik (Hutapea dan Thoha 2008). soft skill/soft competency.Kompetensi


Pengertian kompetensi jenis ini dikenal merupakan pengetahuan keterampilan atau
dengan nama kompetensi teknis atau kemampuan individu yang diperagakan (an
fungsional atau dapat disebut juga dengan individual’s demonstrated knowledge, skill or
istilah hard skill/hard competency. abilities).Adakomponen utama pembentuk
Kompetensi yang mengambarkan kompetensi, yaitu pengetahuan,
bagaimana seseorang diharapkan keterampilan dan perilakuindividu yang
berperilaku agar dapat melaksanakan dipengaruhioleh konsep diri, sifat bawaan
pekerjaannya dengan baik, dikenal dengan diri(trait) dan motif.
Model intervensi kompetensi keperawatan
Mentor mendorong perawat untuk Organisasi profesi dianjurkan untuk
bergerak meningkatkan keterampilanya menetapkan kriteria terukur dan
dan membantu mereka menemukan menerapkan sistem pemantauan dan
beberapa inovasiuntuk meningkatkan evaluasi untuk menilai aspek yang berbeda
profesionalisme (Nurse, 2007). Mentor dari program dan mengidentifikasi
adalah seorang fasilitator yang bekerja kebutuhan potensial untuk perbaikan atau
dengan seorang individu atau sekelompok perubahan. Tujuan dari pemantauan proses
orang selama periode waktu yang panjang. mentoring bukan untuk mengontrol kerja
Mentor berusaha untuk membangun mentor atau pelaksanaan proses mentoring
kebijaksanaan kemampuan untuk secara rinci. Sebaliknya, melalui
menerapkan keterampilan, pengetahuan pemantauan proses mentoring, asosiasi
dan pengalaman untuk situasi baru penyelenggara dapat memastikan bahwa
(Michael, 2008). Mentoring adalah proses potensimasalah praktis atau masalah yang
seorang individu yang memiliki muncul selama proses mentoring dapat
pengalaman atau keahlian lebih diatasi pada tahap awal untuk
memberikan dorongan, nasihat, dan meningkatkan atau memotivasi
dukungan kepada seorang rekan yang pelaksanaan mentoring yang lebih baik.
kurang berpengalaman, dengan tujuan Pemantauan dapat ditangani oleh asosiasi
membantu orang yang sedang dibimbing penyelenggara kelompok mentor dan
belajar sesuatu ( Federal, 2008). mentee dalam interval reguler atau
Mentoring adalah proses belajar 3-4 bulan setelah kegiatan awal, untuk
mengajar dalam upaya memperoleh melakukan evaluasi prosesyang sesuai
pengalaman pribadi terkait dengan dengan nilai-nilai mentoring sedang
hubungan antar individu yang saling dibimbing pada tingkat umum sebelum
timbal balik, dalam upaya masuk ke pada proses mentoring
mengembangkan karir diantara dua selanjutnya, dan jika ada tindakan yang
individu yang berbeda usia, kepribadian, menyimpang asosiasi penyelenggara harus
siklus hidup, status profesional dan atau memperhatikan.Untuk mengevaluasi
kredensial ( Cooper,2000). Memantau dan program mentor, mentor dan mentee, pada
mengevaluasi proses mentoring adalah akhir diminta untuk memberikan umpan
cara yang efektifuntuk memeriksa program balikdan komentar tentang tujuan awal
inimemenuhitujuan dan sasaran atau tidak. untuk melihat proses pelaksanaan sudah
Dengan melakukan evaluasi terhadap bisa dilaksanakan secara maksimal serta
kedua mentor dan mentees tentang proses melihat struktur program dan usulan dan
mentoring, informasi tersebut sangat ide-ide untuk perbaikan lebih lanjut dari
berharga bagi perbaikan program. program. Hal ini dapat dilakukan dengan

KOPERTIS WILAYAH X 226


ISSN: 1979-9292
E-ISSN: 2460-5611
JURNAL IPTEKS TERAPAN
Research of Applied Science and Education V9.i2 ( 224 -235 )

menggunakan formulir evaluasi (A Variable pada penelitian ini yang


European Mentor Programme for merupakan variable independent
University Women, 2010). Preceptorship pengembangan intervensi preceptor dan
adalah sebuah persetujuan antara individu mentor perawat di ruangan rawat anak
untuk terlibat dalam magang dengan dalam meningkatkan praktik keperawatan
waktu-terbatas. Untuk komunikasi yang professional, variable denpenden
baik pengalaman perawat (preceptors) kompetensi perawat klinik di ruangan
dengan siswa, perawat lulusan baru atau anak.Instrumen untuk menilai kompetensi
baru orientees (preceptees) untuk atau karir perawat menggunakan check list.
memfasilitasi orientasi dan integrasi ke Instrumen ini diadaptasi dari Ikatan
dalam peran baru dan tanggung-jawab Perawat Anak Indonesia yang di
dalam lingkungan praktik profesional keluarkan oleh PPNI tahun 2008.
perawatan mereka (Nurse, Instrumen ini juga disesuaikan dengan
2007).Preceptoring adalah metode untuk kompetensi seorang perawat yang dibuat
mempersiapkan praktik, dengan oleh PPNI. Sebelum digunakan, instrumen
memberdayakan staf klinis, sebagai ini didiskusikan terlebih dahulu dengan
pengganti staf fakultas yang melaksanakan kelompok profesi keperawatan anak.
supervisi dan instruksi kepada staf klinis Setelah ada koreksi dan masukan,
yang baru, atau pada lingkungan khusus instrumen ini digunakan untuk menilai
yang baru (Cooper, 2000). kompetensi perawat.
Preceptorshipmemiliki potensi untuk
memfasilitasi pengalaman klinis dari siswa HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan mendorong refleksi dan Pada tahap planning action
meningkatkan kemampuan mereka dilaksanakan yaitu persiapan pelaksanaan
berpikir kritis. Preceptorship telah pelatihan preceptor dan mentor bersama
dianggap sebagai strategi pengajaran klinis komite keperawatan, bidang perawatan,
yang menarik, berinovasi dan menantang. bidang penelitian dan pengembangan juga
Ini juga telah diakui sebagai cara individu kepala ruangan di jajaran ruang rawat
unik belajar dan mengembangkan minat anak RSUP. Dr. M. Djamil Padang pada,
dalam cara yang fleksibel dan merangsang kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 10
yang dibangun di atas kekuatan dari semua sampai dengan 12 Mei 2012. Sebanyak 14
peserta (Mantzorou, 2004). orang peserta dengan fasilitator dari
jurusan keperawatan Universitas Gadjah
METODOLOGI PENELITIAN Mada, diberi materi preceptor dan mentor,
Rancangan penelitian Quasi supervisi klinis, coaching sertapenjelasan
eksperimen, dilakukan terhadap para level kompetensi perawat anak. Fasilitator
perawat dibagian ruang rawat anak RSUP bersama peneliti langsung
DR.M Djamil Padang. Desain eksperimen mendemontrasikan proses bimbingan
yang digunakan adalah Time Series Design dengan metoda mentorship.
(Kountur, 2007). Penelitian ini untuk Pada waktu proses bimbingan mentor
mengetahui perubahan setelah intervensi sudah mempunyai suatu panduan kerja
yang berhubungan dengan, keterampilan pembelajaran klinis, sehingga proses
keperawatan legal etik, asuhan bimbingan lebih terarah dengan tahap
keperawatan dan pengembangan sebagai berikut: Tahap inisiasi, planning,
profesional. Instrumen penelitian yang development dan terminasi. Setelah
dipakai adalah checklist, kuesioner, melakukan demonstrasi fasilitator
wawancara mendalam dan diskusi terarah. mengadakan diskusi untuk membicarakan
KOPERTIS WILAYAH X 227
ISSN: 1979-9292
E-ISSN: 2460-5611
JURNAL IPTEKS TERAPAN
Research of Applied Science and Education V9.i2 ( 224 -235 )

masalah atau kendala yang dihadapi dan yang mengatakan setuju dua orang.
selama proses bimbingan. Secara umum, Pada akhir pelatihan peserta pelatihan juga
para mentor menyampaikan masalah yang mengevaluasi fasilitator yang memberikan
sering dihadapi.Mentor masih belum materi dengan indikator yang dinilai:
maksimal dalam memahami panduan kerja kemampuan menyampaikan penjelasan,
secara lebih aplikatif.Oleh karena itu, kemampuan memotivasi, kemampuan
diperlukan latihan yang lebih intensif. menggunakan media dan kemampuan
Proses pelatihan diikuti oleh 14 orang berkomunikasi. Dari hasil yang
peserta. Pada tahap akhir pelatihan peserta dikumpulkan, tiga orang fasilitator berada
dimimta mengisi evaluasi manfaat pada kategori baik dan baik sekali.
pelaksanaan metode coaching dan
mentoring dengan indikator yang dinilai :
reaksi, belajar dan pengembangannya,
support organisasi, perilaku dan hasil yang
diharapkan. Dari hasil evaluasi
didapatkan skor dari 14 responden
yang mengatakan sangat setuju diadakan
pelatihan preceptor dan mentor 12 orang

Tabel 1. Gambaran evaluasi pelaksanaan mentoring dan coaching


sebelum dan sesudah pelaksanaan pelatihan ( n=14)

No Mentoring & coaching Sebelum Sesudah


≥ Mean <Mean ≥ Mean <Mean
1 Reaksi 6 orang 8 orang 12 orang 2 orang
(item 8)

2 Belajar dan 3 orang 11 orang 10 orang 4 orang


pengembangan
(item 6)

3 Support organisasi 5 orang 9 orang 11 orang 3 orang


(item 5)

4 Perilaku 3 orang 11 orang 12 orang 2 orang


(item 5)

5 Hasil 5 orang 9 orang 9 orang 5 orang


(item 5)

Konsep preceptor dan mentor dapat untuk setiap tahap, setelah dilakukan
dipahami oleh peserta pelatihan yang evaluasi pre dan post pelaksanaan
ditandai dengan terjadinya peningkatan pelatihan. Peneliti mendapatkan kesan ada
skor pemahaman dari peserta pelatihan optimisme perawat dalam memperbaiki
KOPERTIS WILAYAH X 228
ISSN: 1979-9292
E-ISSN: 2460-5611
JURNAL IPTEKS TERAPAN
Research of Applied Science and Education V9.i2 ( 224 -235 )

kemampuan atau kompetensi dengan dengan harapan disertai monitoring serta


metode pembelajaran klinis mentorship ini evaluasi untuk setiap tahap yang sudah
merupakan langkah awal untuk mencapai disepakati.
kompetensi sesuai dengan level yang
sudah ditetapkan. Metode ini harus
dilakukan bimbingan secara terus menerus
Tabel 2. Gambaran penilaian kemampuan mentor dalam proses mentoring(n = 14)

No Penilaian Nilai pre Nilai post


kemampuan mentor
≥ Mean < Mean ≥ Mean < Mean
1 Tahap inisiasi 5 orang 9 orang 11 4 orang
(item 12) orang

2 Tahap planning 4 orang 10 12 2 orang


(item 9) orang orang

3 Tahap development 4 orang 10 12 2 orang


(item 11) orang orang

4 Tahap terminasi 3 orang 11 13 1 orang


(item 9) orang orang

Tabel 2.menunjukkan terjadinya dan sesudah dilakukan pelatihan


peningkatan kemampuan peserta sebelum mentoring sebanyak 63%.

KOPERTIS WILAYAH X 229


ISSN: 1979-9292
E-ISSN: 2460-5611
JURNAL IPTEKS TERAPAN
Research of Applied Science and Education V9.i2 ( 224 -235 )

Tabel 3. Pengaruh pelaksanaan intervensi kompetensi (Preceptor and Mentor) pada setiap
level perawat klinik
di Ruang Rawat Anak RSUP. Dr. M. Djamil Padang

Berdasar data tersebut dapat diambil perawat/mentor sesuai dengan kompetensi,


kesimpulan bahwa pelaksanaan intervensi metode dan jadwal yang disepakati.
kompetensi keperawatan secara bertahap, Intervensi dilakukan empat minggu.Pada
berpengaruh secara signifikan terhadap minggu ke lima dilakukan evaluasi,
keterampilan perawat atau pencapaian dilanjutkan dengan intervensi ke tiga yang
kompetensi yang diharapkan. Berdasarkan juga dilaksana selamaempat
hasil evaluasi kompetensi yang peneliti minggu.Evaluasi kembali dilakukan
lakukan dengan interval empat minggu dengan cara mengisi kuesioner yang sudah
untuk setiap tahap intervensi menunjukkan dibagikan kepada responden yang dibantu
hasil skor nilai (p < 0,05) untuk semua oleh penanggung jawab kelompok mentor.
level karir perawat klinik di Ruang Rawat Proses bimbingan dengan metode mentor
Anak RSUP. Dr. M. Djamil Padang. dirasakan lebih efektif dalam
Pada perawat klinik anak 1 (30 subjek), meningkatkan kompetensi. Terbukti
setelah dilakukan intervensi terjadi dengan hasil yang didapatkan pada
peningkatan kompetensi perawat penelitian ini.
berdasarkan level kompetensi yang sudah Hasil ini serupa dengan yang ditemukan
disosialisasikan.Intervensi dilakukan oleh Theobald, et al. (2002) bahwa
sebanyak dua kali dengan metode yang keberhasilan peningkatan kompetensi
diberikan kepada perawat pembimbing lebih efektif dengan metode bimbingan
(mentorship) secara intensif dari perawat mentoring yang dilakukan secara berulang
klinik 2, 3 dan 4 yang sudah dibagi dan berkelanjutan. Setelah dilakukan
kelompoknya sesuai dengan keterampilan pengamatan secara berkala, dapat diambil
yang harus mereka pelajari lebih suatu kesimpulan bahwa peningkatan
mendalam. Intervensi kedua dilakukan kompetensi atau karir perawat lebih jelas
kepada masing–masing kelompok terlihat pada perawat klinik 1 setelah
KOPERTIS WILAYAH X 230
ISSN: 1979-9292
E-ISSN: 2460-5611
JURNAL IPTEKS TERAPAN
Research of Applied Science and Education V9.i2 ( 224 -235 )

intervensi pertama. Adapun rata-rata Fakta ini juga dibuktikan oleh


peningkatan skor yang ditemukan NursePreceptor Program Builder (2007),
bermakna adalah pada aspek etis dan legal yang mengatakan bahwa metode mentor
(P = 0,03) dan manajemen asuhan sangat membantu mendorong perawat
keperawatan (p = 0,00) dan pengembangan untuk bergerak meningkatkan
profesional (p = 0,00). Namun, perawat keterampilannya dan membantu mereka
klinik 1 dalam melaksanakan tugas kurang menemukan beberapa inovasi untuk
memperhatihan aspek etikadan legal. meningkatkan profesionalisme. Sesuai
Selama peneliti melakukan observasi di dengan teori Federal (2008). mentoring
ruangan anak, memang terlihat bahwa adalah proses seorang individu yang
beberapa perawat klinik 1 dalam berpengalaman akan memberi dorongan,
melakukan asuhan keperawatan belum nasihat, dan dukungan kepada seorang
maksimal dan perlu sekali bimbingan, rekan yang kurang berpengalaman, dengan
khususnya pengembangan profesional tujuan membantu belajar secara intensif.
seperti pelatihan dan pendidikan Dari data yang dianalisis terlihat bahwa
lanjut.Kondisi tersebut disebabkan praktik profesional, etis legal dan peka
perawat klinik 1 pada umumnya adalah budaya, manajemen asuhan dan
pegawai kontrak, kurang dukungan dari pengembangan profesional tidak
pihak manajemen untuk mengembangkan berpengaruh terhadap karir dan
karir karena belum memiliki pengalaman kompetensi. Ini menunjukkan bahwa
dan masa kerja yang masih kurang dari perawat klinik 2 belum menjalankan peran
lima tahun. dan fungsi dengan baik sebagai perawat.
Kondisi tersebut sesuai dengan Dengan kata lain, perawat dalam
penelitian yang dilakukan oleh Wu, melaksanakan tugas tidak begitu peduli
(2006) di Taiwan bahwa dari 300 orang dengan karir dan kompetensinya. Kondisi
pasien yang dirawat oleh tiga jenis ini didukung oleh data bahwa perawat
ketenagaan, yaitu: tenaga permanen atau klinik 2 yang menjadi responden lebih dari
tenaga tetap, tenaga kontrak berdasarkan 50% melaksanakan tugas sehari-hari tidak
jam kerja dan tenaga kontrak dari beberapa di ruangan khusus anak,tetapi di ruangan
perusahaan lain,ternyata yang sangat baik bedah anak dan ruang IGD anak. Kondisi
memberikan pelayanan atau meningkatkan tersebut sangat berpengaruh terhadap
kepuasan kepada pasien adalah: pertama pencapaian kompetensi yang diharapkan.
pegawai tetap, kedua kontrak berdasarkan Fakta ini bisa menjadi salah satu tolok
jam kerja dan yang ketiga tenaga yang ukur untuk perawat sendiri dan pihak
dikontrak dari perusahaan. Demikian juga manajemen, sehingga perawat bukan
yang terjadi di RSUP M. Djamil Padang, hanya dituntut memberikan pelayanan
tenaga tetap memberikan kontribusi besar yang lebih baik, tetapi juga perawat bisa
terhadap pelayanan keperawatan yang mengembangkan diri untuk meningkatkan
diterima oleh masyarkat. karirnya. Tentu semua itu tidak terlepas
Perawat klinik 2 sebanyak 15 dari peran manajemen yang lebih baik.
orang.Dibandingkan dengan data dasar (sulung, 2013)
kompetensi perawat masih pada tingkat Selama peneliti mengadakan observasi
rata-rata 1,5 yang menjadi 3.2, pasca dan wawancara dengan beberapa perawat
intervensi. Hal ini menunjukkan bahwa di ruangan anak,dukungan dari pihak
metode bimbingan yang diberikan untuk manajemen dalam memberikan peluang
perawat dapat meningkatkan kompetensi pada perawat untuk melanjutkan
secara bertahap. pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi
KOPERTIS WILAYAH X 231
ISSN: 1979-9292
E-ISSN: 2460-5611
JURNAL IPTEKS TERAPAN
Research of Applied Science and Education V9.i2 ( 224 -235 )

serta pelatihan tampaknya masih kurang. memperhatikan aspek etika dan budaya
Ini terbukti bahwa lebih dari 50% perawat yang dimiliki oleh masyarakat. Kendati
belum mendapatkan pelatihan dalam tiga pada penelitian ini perawat klinik 3 juga
tahun terakhir. Ditambah lagi konsep dari sebagai mentor, untuk perawat klinik 2 dan
perkembangan karir tersebut kurang 1.Penelitian ini menunjukkan bahwa pada
dipahami oleh masing-masing perawat. perawat klinik 4 terjadi peningkatan
Intervensi yang dilakukan kepada perawat kompetensi setelah dilakukan bimbingan
klinik 3 menunjukkan hasil yang lebih dan latihan secara bertahap dari 3,5
baik. Jika dari data awal didapatkan rata- menjadi 3,8. Ini membuktikan bahwa
rata kompetensi pada level 2.6, setelah pelatihan preceptor yang dilakukan secara
dilakukan bimbingan (selama delapan berulang kali akan sangat membantu
minggu) terjadi peningkatan kompetensi perawat dalam meningkatkan
menjadi level 2.8. Ini terbukti bahwa keterampilan atau kompetensi
proses mentorship merupakan cara yang keperawatan.
efektif untuk meningkatkan keterampilan. Hal ini didukung oleh teori yang
Penelitian ini didukung oleh Block et al. sampaikan oleh Paterniti (2006), bahwa
(2005), bahwaprinsip preceptor dan pelatihan preceptor dapat membantu
mentorship merupakan suatu cara yang perawat dalam meningkatkan kompetensi.
terbaik untuk meningkatkan keterampilan Menurut Furguson (2010),kunci sukses
perawat.Hal ini sesuai dengan yang suatu mentoring sangat tergantung pada
peneliti lakukan dengan memberikan dua hal prinsif, yaitu mentor dengan
pelatihan preceptor mentorship dalam mentoring. Adanya persepsi yang sama
upaya untuk melakukan bimbingan karir antara mentor dan mentee untuk
dan mutu pelayanan keperawatan di ruang mendapatkan pengalaman baru pada
anak RSUP. Dr. M. Djamil Padang. Hasil proses mentorship juga diharapkan
analisis pada perawat klinik 3, membuat perawat baru mau meniru.
menunjukkan bahwa aspek praktik Pelatihan preceptor yang dilakukan
profesional legal etis, serta peka budaya, secara berulang kali akan sangat
manajemen asuhan keperawatan dan membantu perawat baru dalam
pengembangan profesional, tidak meningkatkan keterampilan atau
berpengaruh pada karir. Namun, kompetensi keperawatan yang harus
profesional etis dan legal ternyata mereka miliki berdasarkan level perawat.
berpengaruh terhadap mutu pelayanan Bila melihat hasil dari perawat klinik 4
keperawatan. dalam memberikan pelayanan kepada
Dari penelitian ini ditemukan bahwa pasien, terlihat bahwa perawat 4 tidak
perawat klinik 3 dalam memberikan mengabaikan asuhan keperawatan yang
asuhan keperawatan lebih memperhatikan diberikan kepada pasien, sehingga karir
aspek legal etis serta peka budaya, karena dan mutu pelayanan tetap dapat
perawat tidak hanya memfokuskan pada dipertahankan.Sangat disadari oleh
kegiatan pelaksaaan asuhan keperawatan perawat bahwa makin tinggi level
agar pelayanan yang diberikan lebih dikeperawatan akan makin peduli dengan
baik.Sering masyarakat mengeluh dengan keluhan pasien.Pada waktu observasi
pelayanan keperawatan, yaitu perawat terlihat bahwa perawat klinik 4 ternyata
kurang mempedulikan aspek budaya yang dalam memberikan asuhan keperawatan
dimiliki pasien dalam menjalankan lebih baik, tidak hanya berfokus pada
tugasnya. Ternyata, dalam penelitian ini tugas sebagai perawat manajer dan
justru perawat klinik 3 lebih perawat pendidik, tetapi juga masih
KOPERTIS WILAYAH X 232
ISSN: 1979-9292
E-ISSN: 2460-5611
JURNAL IPTEKS TERAPAN
Research of Applied Science and Education V9.i2 ( 224 -235 )

banyak melaksanakan peran sebagai dikeluarkan pada pertengahan tahun 2012,


perawat klinik. Pada setiap level karir maka penelitian penulis ini berpedoman
perawat baik perawat klinik 1, 2, 3 kepada penetapan jenjang karir yang
maupun 4 dalam menjalankan peran dan dikeluarkan oleh DepKes 2006.
fungsinya berdasarkan kompetensi yang
sudah ditetapkan oleh PPNI dan IPANI, SIMPULAN
yaitu untuk setiap level melaksanakan Berdasarkan hasil penelitian, dapat
kompetensi tiga aspek (praktik profesional disimpulkan Intervensi kompetensi dengan
etis, legal dan peka budaya, manajemen metode mentorship efektif untuk
dan pemberian asuhan keperawatan dan meningkatkan kompetensi dan
pengembangan profesional) sesuai dengan pengembangan karir perawat di RSUP Dr.
kewenangan dan tanggung jawab masing- M. Djamil Padang. Perlu waktu yang lebih
masing level.Pada waktu penelitian panjang untuk mengevaluasi peningkatan
dilakukan penulis berpedoman pada model kompetensi setelah selesai dilakukan
jenjang karir perawat yang dikeluarkan intervensi, untuk melihat kesinambungan
oleh Departemen Kesehatan tahun 2006 hasil intervensi terhadap kompetensi
yang dibagi menjadi empat perawat klinik, perawat dalam memberikan asuhan
perawat manajer, perawat pendidik dan keperawatan.
perawat riset, dengan keluarnya peraturan
Presiden nomor 8 tahun 2012 tentang UCAPAN TERIMAKASIH.
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia
(KKNI) tahun 2012 yang mengatur Ucapan terima kasih kepada ketua yayasan
tentang strategi untuk memastikan dan Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
kelulusan pendidikan yang sesuai dengan Fort De Kock yang telah memfasilitasi
kualifikasinya, yang dibagi menjadi untuk melakukan penelitian, dan pimpinan
sembilan tingkat, yaitu tingkat satu dan Rumah Sakit yang telah memberikan
dua untuk pendidikan menengah SMA kesempatan untuk melakukan penelitian di
maupun SMK, diploma satu sampai ruang anak RSUP Dr. M. Djamil Padang
diploma empat dan sarjana berada pada
jenjang kualifikasi tiga, empat, lima dan DAFTAR PUSTAKA
enam, untuk profesi (ners) pada jenjang
tujuh, S2 dan spesialis pada jenjang 8 serta Pllc, C. (2011). Richard J . Howard
S3 dan subspesialis pada jenjang Scholarship for Nursing Offered by
kualifikasi 9 (PerPres, 2012). 2010 - 2011 Educational Scholarship
Jenjang karir perawat yang penulis Application, 1–6.
teliti di RSUP Dr. M. Djamil Padang
sebanyak 75 orang, bila dilihat dari KKNI A European Mentor Programme For
tersebut dapat dikategorikan 70 orang University Women of Europe–An
dengan latar belakang DIII berada pada Intercultural Study 2008-2010
tingkat lima atau sebagai tenaga Kvinnliga Akademikeri Vasa r.f. -
teknisi/analis dan lima orang dengan ners Vereniging voor Vrouwen met
berada pada tingkat tujuh atau tenaga ahli. Hogere Opleiding -Türk
Penulis menyadari bahwa pada hasil Ünversiteli Kadınlar Derneği.
penelitian yang penulis lakukan di tahun
2012 masih berpedoman pada penetapan Blok, L. M., Claffey, C., Korow, M. K.,
jenjang karir berdasarkan Depkes. Karena Ruth. 2005. The Volue of
Peraturan Presiden KKNI baru Mentorship within Nursing

KOPERTIS WILAYAH X 233


ISSN: 1979-9292
E-ISSN: 2460-5611
JURNAL IPTEKS TERAPAN
Research of Applied Science and Education V9.i2 ( 224 -235 )

Organization.Nursing Forum kasus dan penerapan untuk


Volume 40, No. 4, Oktober- organisasi yang dinamis. Jakarta:
Desember, 2005. PT. Gramedia Pustaka Utama.

Cooper, A., Palmer, A. 2000. Mentoring


Preceptorship and Clinical Kountur, R. 2007. Metode Penelitian
Supervision. Blackwell Science. untuk Penulisan Skripsi dan
Tesis.PPM. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman


Pengembangan Jenjang Karir Mantzorou, M. 2004. Preceptorship in
Professional Perawat. Jakarta Nursing Education: Is It A Viable
Alternative Method For Clinical
Federal Aviation Administration. 2008. Teaching.Laboratory Associate in
Best Practices for Mentoring in Nursing Department B, HTEI of
Flight Instruction Athens.

Furguson, L. M. (2010) Nurse Education Marquis, B., & Huston, C. 2000.


in Practice. Journal Homepage: Ledership Roles andManagement
www.elsevier.com/nepr, College of Function in Nursing. Philadelphia :
Nursing, University of
Lippincott Company.
Saskatchewan, 107 Wiggins Road,
Saskatoon, Saskatchewan, Canada Marquis, B., & Huston, C. 2010.
S7N 5E5.
Kepemimpinan dan Manajemen
Hale, N., Kirwan, G., Manley, K., Keperawatan: teori & aplikasi. ed
McBride, L. 2012. Integrated Core 4 alih Bahasa Widyawati dkk,
Career And Editor edisi bahasa Indonesia Egi
Competence Framework for Komara yuda dkk, Jakarta: EGC.
Registered Nurses. Royal College
of Nursing.
Michael, A. 2008. Mentoring and
Hamid, A.Y. 2000. Pengenalan Konsep Coaching,The Chartered Institute
Komite Keperawatan dan of Management Accountants.
Kedudukannya di dalam Rumah London.
Sakit Jiwa:Jurnal Manajemen
Nurse Preceptor Program Builder, Second
&Administrasi Rumah Sakit
Edition,2007. What is A
Indonesia (79-80).
Preceptorship.HCPro.
Progress in Nursing: Understanding
PPNI, 2010. Jenjang Karir dan
Patterns in Japan, Taiwan, and
Thailand:ANA Vol 13- 2008 Career Kompetensi Perawat Anak,
patterns, Japan, Taiwan, and Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Thailand.
Paterinti, (2006) The Successful Nurse
Hutapea, P. & Thoha, N. 2008. Preceptor, Nurses Association Texas
Kompetensi plus, teori, desain,
KOPERTIS WILAYAH X 234
ISSN: 1979-9292
E-ISSN: 2460-5611
JURNAL IPTEKS TERAPAN
Research of Applied Science and Education V9.i2 ( 224 -235 )

Theogald, K., Mitchell, M. 2002. Mutu Pelayanan Keperawatan


Mentoring Imploving Transition to Profesional di Ruang Rawat Anak
Practice, Australian Journal of RSUP DR M . Djamil Padang.
Advanced Nursing 2002 Volume Yogyakarta
20 Number 1.
Wu, H. S., Lee, L. J. (2006).A Comparison
Study of Nursing Care Quality in
Smith, D. Tang, S. 2004, Nursing in Different Working Status Nursing
China: Historical Development, Staffs:An Example of One Local
Current Issues and Future HospitalDepartment of Public
Challenges.University of Health, China Medical
Yamanashi. University.Journal of Nursing
Research Vol. 14, No. 3, 2006
Sulung, N. 2013. Pengembangan Karir
Perawat Terhadap Peningkatan

KOPERTIS WILAYAH X 235

You might also like