Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
PARTouromo, S., M. SOLEH, F. POLMEDY, A. DAY, A. J. WILSON, and D. B. COPEMAN. 1995 . A study on the pathogenesis of Trypanosoma
evansi in buffaloes, Holstein Friesian and Ongole cattle . Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (I) : 41-48.
A study on the pathogenesis of Trypanosoma evawi was carried out in 5 buffalo calves and 5 buffalo adults, 6 Holstein-Friesian calves and
6 Holstein-Friesian adults, and 6 Ongole calves and 6 Ongole adults, each of which was divided into 3 infected and 2 uninfected buffalo calves
and adults, and 3 infected and 3 uninfected calves and adults of Holstein Friesians and Ongoles. None of infected animals showed acute clinical
signs along the course of the observation period, however roughness of the hair and skin, emaciation, weakness and loss of weight gains were
the common clinical signs. Clinical signs of calves were more severe than adults, and those of buffaloes were more severe than cattle . Gross
pathological changes were not specific . The mortality rate was 2/3 in buffalo calves, 1/3 in Holstein-Friesian calves and 1/3 in Ongole calves .
None of infected adults died of infection . Buffaloes had longer and higher parasitemia than Holstein-Friesians or Ongoles. Erythrocyte counts
of infected animals decreased to lower levels than controls, however they fluctuated in the normal values . Haemoglobin and PCV values of
infected animals were significantly lower than those of non-infected controls, and those of calves were more severe than adults, and those of
buffaloes were more severe than cattle . Infections resulted in loss of weight gains which was the greatest in buffaloes then followed by
Holstein-Frisians and finally Ongoles.
Key words : Trypanosoma etnnsi, pathogenesis, buffalo, Holstein Friesian cattle, Ongole cattle
ABSTRAK
PARTOUromo, S., M. SOLEH, F. POLrrEDY, A. DAY, A. 1. WILSON dan D. B. COPEMAN. 1995 . Stud i patogenesis Trypanosoma evansi pada
kerbau, sapi Friesian Holstein dan sapi Peranakan Ongole . Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (1): 41-48.
Studi patogenesis Trypanosoma evansi pada 5 ekor anak kerbau dan 5 ekor kerbau dewasa, 6 ekor anak sapi FH dsn 6 ekor sapi FH
dewasa, dan 6 ekor anak sapi PO dsn 6 ekor sapi PO dewasa telah dilakukan. Masing-masing kelompok menurut umur dan jenis hewan
tersebut selanjutnya dibagi atas 3 ekor diinfeksi dan 2 ekor tidak diinfeksi pada anak dan kerbau dewasa, dan 3 ekor diinfeksi dan 3 ekor tidak
diinfeksi pada anak dan sapi FH dsn PO dewasa . Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua hewan yang diinfeksi dengan T. evansi tidak ads
yang menunjukkan gejala klinis tripanosomiasis akut (surra akut), sedangkan gejala khronis seperti bulu dan kulit kasar, kurus, lemah, dan
kehilangan bobot badan merupakan gejala umum yang ditemukan dengan intensitas yang bervariasi pada hewan yang diinfeksi. Gejala klinis
pada anak nampak lebih nyata daripada gejala klinis pada hewan dewasa, dan gejala klinis pada kerbau nampak lebih nyata daripada gejala
klinis pada sapi FH dsn sapi PO . Perubahan patologi anatotni dari bangkai tidak menciri. Mortalitas pada anak kerbau, anak sapi FH dan anak
sapi PO yang diinfeksi masing-masing adalah 2/3, 1/3 dan 1/3. Tidak ada kematian pada hewan dewasa yang diinfeksi. Kerbau menunjukkan
parasitemia yang lebih lama dan lebih tinggi daripada pada sapi FH dan sapi PO . Jumlah eritrosit hewan yang diinfeksi turun di bawah nilai
hewan kontrol, tetapi pada umumnya berfluktuasi di dalam kisaran nilai normal . Nilai hemoglobin dsn PCV dari hewan yang diinfeksi
menunjukkan nilai yang lebih rendah daripada hewan kontrol secara nyata, sedangkan penurunan nilai hemoglobin dan PCV dari anak lebih
rendah daripada hewan dewasa dan pada kerbau lebih rendah daripada pada sapi FH dsn sapi PO . Infeksi menintbulkan kehilangan bobot
badan yang terbesar pada kerbau, diikuti oleh sapi FH dsn akhirnya sapi PO .
Kata kuuci: Trypanosoma evansi, patogenesis, kerbau, sapi Friesian Holstein, sapi peranakan Ongole
41
S . PARTOUrOMO et a l. . Studi Patogenesis Trypanosoma evansi pada Kerbau, Sapi FH dan Sapi PO
42
Jumal Rmu Ternak dan Veterner Vol. I No . I 7h.1995
n
ivomek, sedangkan anak sapi dan hewan percobaan
lainnya tidak menunjukkan adanya infeksi skabies
secara klinis .
Mortalitas
Dua ekor anak karbau yang diinfeksi mati karena
tripanosomiasis, masing-masing pada minggu ke-7 sete- A
lah infeksi, satu ekor anak sapi FH mati pada minggu 01 10 20 30 40 50
ke-10 dan satu anak sapi PO mati pada minggu ke-12 . Hari Pasca Infeksi
Semua hewan dewasa yang diinfeksi dengan Tevatui
tetap hidup sampai pengamatan berakhir. G.unbar IA . Fluktuasi jumlah parasit dalam darah seekor kerbau
dewasa yang diinfeksi dengan T. evansi
43
S . PARTOtfFOMO et aL : Studi Patogenesis Trypanosoma evansi ptda Kerbau, Sapi FH dan Sapi PO
infeksi . Setelah itu, jumlah parasit menurun dan anak sapi FH atau antara anak sapi FH dan anak sapi
berfluktuasi pada level yang rendah (Gambar 1B). Sapi PO. Demikian pula halnya pada hewan dewasa, jumlah
PO yang diinfeksi mulai positif pada hari ke-2-5 pasta hari parasitemia tinggi (%) antara kerbau dan sapi PO
infeksi . Jumlah parasit langsung meningkat tinggi dan berbeda sangat nyata (P<0,01), tetapi tidak berbeda
selanjutnya berfluktuasi pada level yang tinggi sampai nyata antara FH dan PO, dan antara kerbau dan sapi
hari ke-8 pascainfeksi. Setelah itu, jumlah parasit FH. Hari parasitemia tinggi dengan ditetapkan sebagai
menurun dan berfluktuasi dalam level yang rendah hari parasitemia dengan jumlah parasit sebesar 20 atau
(Gambar 1C). lebih per tabung hematokrit.
15
10
AM^ rMA -A
B
-5 T
01 10 20 30 40
Hari Pasta Infeksi Positif r--j Positif tinggi
Gautbar 1B . Fluktuasi jumlah parasit dalam darah seekor sapi FH Gambar 1D . Jumlah hari positif (%) dan hari positif tinggi (%)
dewasa yang diinfeksi dengan Tevansi pada anak dan hewan dewasa yang diinfeksi dengan
T. evansi selama pengamatan
Jumlah Pamsit/fabung
Perubahan patologi anatomi
dan anak sapi PO, sedangkan pada hewan dewasa (if) Sapi FH
(Gambar 2B) ada kecenderungan bahwa penurunan nilai
PCV pada kerbau lebih konsisten daripada pada sapi a. Eritrosit : Jumlah rata-rata eritrosit pada anak
FH atau sapi PO. sapi FH dan dewasa, baik kelompok yang diinfeksi
maupun kontrol berfluktuasi dalam kisaran normal
selama pengamatan.
PCV (S)
B b. Hemoglobin : Konsentrasi hemoglobin pada ke-
lompok anak sap[ FH yang diinfeksi menunjukkan nilai
yang tidak berbeda dengan nilai kelompok kontrol,
selanjutnya menurun di bawah kelompok kontrol
(P<0,05) mulai minggu ke-3 sampai selesai peng-
amatan . Pada sapi FH dewasa, kelompok infeksi me-
nuniukkan konsentrasi hemoglobin lebih rendah dari
kontrol (P<0,05) sepanjang pengamatan. Nilai
terendah sebesar 9,2 mg% dicapai pada minggu ke-5
pascainfeksi .
- Anak KB Diinfeksi - Anak FH Diinfeksi
-a- Anak PO Diinfeksi c. Leukosit : Pada anak sapi FH dan dewasa baik
Gambar 2B. Nilai PCV pascainfeksi (%) terhadap nilai PCV pada kelompok yang diinfeksi maupun kelompok kontrol
waktu infeksi (100%) pada kerbau dewasa, sapi FH junilah rata-rata leukosit, eosinofil, monosit, limfosit
dewasa dan sapi PO dewasa yang diinfeksi dengan T.
evansi dan neutrofil berfluktuasi dalam kisaran normal .
45
S. PARTOLrromo et al. : SttaG Patogenesis Trypanosoma evansi pada Kerbau, Sapi FH dan Sapi PO
individu, tetapi kenaikan tersebut diduga bukan merttpa- ® FH Dewasa Infeksi PO Dewasa Kontrol
kan resptm yang spesifik terhadap infeksi T. evansi . Gambar 211. Kenaikan bobot hadan (%) kerhau dewasa, sapi FH
dewasa dan sapi Pt) dewasa pascainfeksi terhadap
bohot pada waktu diinfeksi dengan T. evansi
Bobot badan
anak sapi dan anak kerbau yang mati karena infeksi T. Periode prepaten pada beberapa jenis parasit mung-
evansi adalah kekurusan (emaciation) disertai dengan kin dipengaruhi oleh jumlah parasit yang diinjeksikan
edema berbagai organ sebagaimana telah dilaporkan ke dalam tubuh hewan . Dalam penelitian ini dosis yang
pada kerbau (DAMAYANTI, 1991) . Kelainan patologi sama yakni 107/hewan disuntikkan baik pada anak mau-
anatomi berupa kekurusan serta edema tersebut menga- pun hewan dewasa yang bobot badannya jauh lebih
rahkan pada kelainan patologi anatomi dari suatu besar . Namun, dari hasil pengamatan menunjukkan
penyakit yang sangat khronis, atau mungkin infeksi T. bahwa tidak terdapat perbedaan periode prepaten antara
evansi mengakibatkan timbulnya gangguan unsur hara anak dan hewan dewasa, meskipun ada kecenderungan
tertentu dalam tubuh hewan (misalnya kekurangan pada sapi PO periode prepaten lebih lama daripada
glukose darah) sehingga hewan nampak sangat kurus kerbau. Hal ini belum dapat disimpulkan karena data
dengan tidak ada kelainan patologi anatomi yang yang diperoleh belum mencukupi .
berarti . Namun hal ini masih harus dibuktikan. Gambar IA, 1B, dan 1C secara jelas menunjukkan
Daerah yang terinfeksi tetapi tidak pernah ada kasus adanya perbedaan fluktuasi jumlah parasit antara
penyakit secara klinis dikenal dengan keadaan endemik kerbau, sapi FH dan sapi PO. Dari hasil ini dapat di-
yang stabil (PAYNE et al., 1991). Adanya infeksi cam- lihat bahwa jumlah parasit pada kerbau berfluktuasi
puran dengan penyakit lain perlu mendapat perhatian pada level yang tinggi sejak 3 hari pascainfeksi hingga
kita, terutama infeksi campuran antara kudis dan T. hari ke-60 pascainfekasi atau bahkan lebih. Pada sapi
evansi di daerah endemis yang merupakan salah satu FH mulai hari ke-3 sampai dengan hari ke-7 pasca-
penyebab terjadinya anak kerbau kerdil, atau mungkin infeksi, setelah itu jumlah parasit menurun dan
infeksi campuran dengan penyakit lain misalnya berfluktuasi pada level yang rendah, dan pada sapi PO
neoaskaris (PARTOUTOMO et al., 1991) . Paling tidak 2-5 hari pascainfeksi langsung positif tinggi sampai
adanya infeksi campuran antara tripanosomiasis dan minggu ke-8, setelah itu berfluktuasi pada level normal .
penyakit kudis atau penyakit lainnya merupakan hal Hasil pengamatan ini menunjukkan adanya jumlah
yang menarik untuk dikaji lebih lanjut dalam rangka parasit yang tinggi dan berlangsung lebih lama pada
meningkatkan produktivitas ternak kerbau dan sapi kerbau, kemudian diikuti oleh sapi FH dan akhirnya
rakyat di daerah endemis . sapi PO. Lama hari parasitemia dan lama hari
Mortalitas pada hewan dewasa adalah 0, dan pada parasitemia tinggi nampak dengan jelas pada Gambar
anak kerbau, anak sapi FH dan anak sapi PO masing- 1D. Jumlah hari parasitemia tinggi pada kerbau berbeda
masing sebesar 2/3, 1/3 dan 1/3, sedangkan kematian sangat nyata terhadap jumlah hari parasitemia pada sapi
akut sampai 80% pada anak kerbau yang diinfeksi PO (P<0,01). Sesuai dengan hasil pengamatan di
(VERMA dan GAUTAM, 1978) dan kematian 100% pada lapangan yang menunjukkan bahwa kerbau mempunyai
kerbau seperti dilaporkan oleh RAZZAQUE et al. (1978) derajat infeksi lebih tinggi dari sapi (PARTOU'romo et
tidak didapatkan dalam penelitian ini . Dalam penelitian al., 1994), maka ' hasil penelitian yang menyatakan
terdahulu juga tidak didapatkan tripanosomiasis akut bahwa kerbau mempunyai derajat parasitemia tinggi
atau kematian pada sapi dan kerbau yang diamati lebih lama daripada sapi dapat diartikan bahwa per-
selama lebih dari 2 tahun di lapangan (PARTOUTOMO et pindahan parasit dari kerbau ke hewan lain akan lebih
al., 1994). Sangat mungkin faktor lain ikut berperan mudah daripada sapi. Atau dengan kata lain kerbau
sebagai penentu terjadinya sakit atau kematian hewan merupakan sumber penularan parasit yang lebih
tripanosomiasis di lapangan seperti pemeliharaan, potensial daripada sapi. Hasil ini mendukung per-
makanan, dan ada atau tidaknya infeksi campuran, ter- nyataan yang menyebut bahwa prevalensi T. evansi
utama kudis dan neoaskaris pada anak. pada kerbau lebih besar dan kerbau lebih peka daripada
Infeksi yang khronis juga ditandai dengan kenaikan sapi (PAYNE, 1989) .
suhu badan antara hari ke-1-5 pascainfeksi yang Anak kerbau dan anak sapi FH yang diinfeksi
selanjutnya suhu badan berfluktuasi pada nilai normal . dengan T. evansi menunjukkan penurunan nilai PCV,
Walaupun jumlah parasit di dalam darah meningkat sedangkan pada anak sapi PO yang diinfeksi dan kelom
sampai jumlah yang sangat tinggi, tetapi suhu badan pok kontrol tidak berbeda nyata . Demikian pula anak
tidak menunjukkan kenaikan. Atau dapat dikatakan kerbau yang diinfeksi menunjukkan penurunan PCV
bahwa tidak ada korelasi antara jumlah parasit di dalam yang lebih berat daripada anak sapi FH atau anak sapi
darah dan kenaikan suhu badan (PARTOUTOMO, 1987) . PO (Gambar 2A). Walaupun perbedaan perubahan
PCV pada hewan dewasa yang diinfeksi tidak begitu
47
S. PARTovrohto et al. : Studi Patogenesis Trypanosoina evansi pada Kerbau, Sapi FH clan Sapi PO
jelas (Gambar 2B), tetapi PCV rataan pada kerbau HUSEIN, A., S . PRAWIRADISASTRA, R. DAMAYANTI, S .
dewasa yang diinfeksi menunjukkan penurunan yang PARTouTOMo, dan M . PEARCE . 1995 . Gambaran klinis
lebih rendah daripada pada sapi FH dewasa dan sapi dan darah anjing yang diinfeksi Trypanosoina evansi .
PO dewasa . Atau dengan kata lain kerbau yang di- Prosiding Seminar Nasional Teknologi Veteriner untuk
infeksi dengan T. evatLvi secara konsisten mentmjuk- Mcningkatkan Kesehatan Hewan dan Pengamanan Bahan
kan perubahan PCV lebih nyata daripada sapi FH atau Pangan Asal Temak. Cisarua-Bogor 22 - 24 Maret 1994 .
PO . Balitvet, Bogor.
Jumlah eritrosit pada semua hewan yang diinfeksi No, B. K . Y. and B. VANCEI.OW. 1978 . Outbreak of surra in
ada kecenderungan lebih rendah daripadA jumlah horses and the pathogenesis of anaemia. Kajian Vel .
eritrosit pada hewan kontrol, walaupun perubahan ter- 10(2) : 88-98.
sebut tidak berbeda nyata. Nilai hemoglobin pada PARTOUTOMO, S. 1987 . Patogenesls dan serologi
semua hewan yang diinfeksi lebih rendah secara nyata Trypanosoma evansi pada sapi dan kerbau . Maj .
dibandingkan dengan nilai hemoglobin pada hewan 1(l) 9-14 .
Parasitol. /mi. :
kontrol. Walaupun perubahan nilai hemoglobin dan PAR'rotiTOMO, S., SUHARDONO, dan G. ADIWINATA. 1991 .
jumlah eritrosit antara hewan kerbau, sapi FH dan sapi Infeksi Taxocara vitulortan pada anak sapi dan anak
PO tidak dapat dibandingkan secara langsung, tetapi kerbau di daerah Sclabintana, Sukaraja dan Surado di
semua menunjukkan adanya perubahan nilai yang Kabupaten Sukabumi . Penyakii Hewan 23 (41) : 53-54.
khronis, yakni suatu perubahan yang berialan dengan PARTOUTOMO, S ., M. SOI.EH, F. POUTI:DY, A. DAY, P.
waktu yang agak lama . STEVENSON, A. J . WILSON, D . B . COLEMAN, and L.
OWE?N . 1994 . The epidemiology of Tryltanoattna evattvi
and Ttylmnosonta theileri in cattle and buffalo in small
holder farms in Java . Penyakil Hewan 26 (48) : 41-46.
UCAPAN TERIMA KASIH
PAYNE, R.C . 1989 . Studies on the Epidemiology of
Trypanosoma evansi in the Republic of Indonesia. A
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Dr .
thesis submitted for the degree of Master of Philosophy .
Poernomo Ronohardjo, Prof. Dr .R .S .F .Campbell yang
University of Edinburgh. UK .
telah memberi bantuan dan saran sehingga penelitian ini
dapat berjalan lancar. Ueapan terima kasih juga PAYNE, R. C ., S . PARTouTomo dan 1. P. SUKAN'ro . 1990 .
disampaikan kepada staf Parasitologi Balitvet yang telah Studies on the epidemiology of Trypanosoina evansi in
membantu pelaksanaan penelitian ini . buffaloes in Indonesia . Domestic buffalo production in
Asia . Proceedings of the Final Research Coordination
Meeting on the Use of Nuclear Techniques to Improve
Domestic Buffalo Production . Rochampton, Australia .
PAYNE, R. C ., 1 . P. SILKANTO, D . DJAIIHARI, S .
DAFfAR PUSTAKA PARTOm'OMo, A. J . WILSON, T.W . WILSON, T.W .
JONES, R .Bo1D, and A .G .LUCKINS . 1991 . Try, panosoina
DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN . 1991 . Buku Statistik evansi infection in cattle, buffaloes and horses in
Peternakan . Direktorat Bina Program, Direktorat Jenderal Indonesia. Vet . Parasitol . 38 : 109-119.
Peternakan . Jakarta.
PAYNE, R. C., I. P. SUKAN'ro, S. PARTOU'romo, P. SITEPU,
DAMAYANTI, R. 1991 . Studies of Pathology of Trypanosoina dan T.W .JONES . 1994 . Effect of Suramin treatment on
evansi in the Buffalo (Bubalis bubalis) . Thesis untuk MSc the productivity of feedlot cattle in Trypanosoma evansi
pada Graduate School of Trop . Vet. Science and Agric. endemic area of Indonesia. Trop . itnim . Hlth . Prod . 26 :
James Cook University of North Queensland . Australia. 35-36.
DAMAYANTI, R., A . HUSEIN, S . PARTOUTOMO, dan M . RAZZAQUE, A., S. S. MISHRA and B . N . SAHAI. 1978 .
PEARCE . 1995 . Aspek patologis dari anjing yang diinfeksi Effects of cortisone and splenectomy on the symptoms
secara buatan dengan Trypanosoma evansi . Prosiding and course of experimental Trypanosoina evansi infection
Seminar Nasional Teknologi Veteriner untuk in buffalo calves . Kajian Vet. 10 (2) : 83-87.
Mcningkatkan Kesehatan Hewan dan Pengamanan Bahan
VERMA, B. B. and O. P. GAUTAM . 1978 . Studie s on
Pangan Asal Ternak . Cisarua-Bogor 22 - 24 Maret 1994 .
experimental surra (Trypanosoma evansi infection) in
Balitvet, Bogor.
buffalo and cow calves . Ind. Vet. J. 55 (8) : 648-653.
48