You are on page 1of 7

MATA UANG VIRTUAL BITCOIN DAN

KEBIJAKAN PEMERINTAH MENGENAI


PENGGUNAANNYA

Disusun oleh
Kenny Christony Nugroho
NPM 1302160285
Mahasiswa Program Diploma III Akuntansi

POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN


TANGERANG SELATAN
2017

i
Daftar Isi

Daftar Isi .......................................................................................................................................... i


Bab I : Pendahuluan ........................................................................................................................ 1
1.1 Mata Uang Virtual ................................................................................................................. 1
1.2 Bitcoin ................................................................................................................................... 1
1.3 Sistematika dan Perumusan Masalah .................................................................................... 1
Bab II : Analisis .............................................................................................................................. 2
2.1 Keunggulan dan Kekurangan Bitcoin ................................................................................... 2
2.2 Bitcoin di Negara Lain .......................................................................................................... 3
2.3 Bitcoin di Indonesia .............................................................................................................. 4
Bab III : Simpulan dan Saran .......................................................................................................... 4
3.1 Kesimpulan............................................................................................................................ 4
3.2 Saran ...................................................................................................................................... 5
Daftar Pustaka ................................................................................................................................. 5

i
Bab I : Pendahuluan

1.1 Mata Uang Virtual

Salah satu tren di dunia teknologi informasi adalah mata uang virtual. Mata uang virtual
merupakan alat tukar yang dihasilkan oleh komputer dan dapat digunakan untuk membeli barang
maupun jasa baik secara online ataupun di dunia nyata. Mata uang ini diterima oleh beberapa
vendor sebagai alat pembayaran alternatif dari mata uang resmi seperti US Dollar. Mata uang
virtual yang paling populer adalah Bitcoin.

1.2 Bitcoin

Bitcoin pertama kali dibuat oleh Satoshi Nakamoto pada tahun 2009. Menurut Yayasan
Bitcoin, bitcoin menggunakan teknologi peer to peer sehingga tidak memerlukan keberadaan
otoritas terpusat atau bank. Pengelolaan transaksi atau penerbitan bitcoin dilakukan secara
bersama-sama oleh suatu jaringan. kegiatan ekonomi Bitcoin dimulai dari proses penambangannya,
penukarannya maupun kegiatan e-commerce menggunakan bitcoin. Bitcoin bersifat Open Source
sehingga mempunyai desain yang terbuka (open) serta tidak ada lembaga keuangan yang
mengendalikan dan meregulasi Bitcoin.

Beberapa kegiatan ekonomi yang muncul dengan adanya bitcoin adalah yaitu: menambang
bitcoin, membeli bitcoin di tempat penukaran bitcoin dan menjual jasa atau barang dengan
menerima pembayarannya menggunakan bitcoin. Untuk di Indonesia saat ini kegiatan penukaran
bitcoin dapat dilakukan di dua situs yaitu situs bitcoin.co.id dan situs artabit.com. Di situs tersebut
selain dapat dilakukan penukaran bitcoin terhadap rupiah dan sebaliknya, disebutkan juga
beberapa merchant yang menerima bitcoin sebagi alat tukar barang atau jasanya.

1.3 Sistematika dan Perumusan Masalah

Bitcoin sebagai mata uang virtual telah menarik banyak orang untuk menggunakannya untuk
bertransaksi di dunia maya. Hal ini tentu saja tidak luput dari perhatian pemerintah terutama
regulator moneter. Pemerintah harus memiliki sikap terkait permasalahan ini karena berkaitan
dengan perekonomian. Artikel ini akan membahasa kunggulan dan kelemahan bitcoin sebagai
salah satu mata uang virtual, kemudian menampilkan perbandingan sikap dan peraturan
pemerintah di berbagai negara terhadap bitcoin secara umum dan singkat. Pada akhirnya masalah
tersebut akan dirumuskan dengan sebuah pertanyaan apa langkah yang paling tepat bagi
pemerintah untuk merespon tren mata uang virtual seperti Bitcoin?

1
Bab II : Analisis

2.1 Keunggulan dan Kekurangan Bitcoin

Bitcoin mempunyai banyak kelebihan dibandingkan mata uang biasa diantaranya yaitu
biaya transfer yang rendah bahkan gratis, kecepatan transaksi yang tinggi dan bebas hambatan,
transaksi antar negara dan benua dapat dilakukan dengan hitungan menit serta dapat dilakukan di
mana saja dan kapan saja tanpa harus datang ke satu bank. Transaksi bitcoin dilakukan secara
anonim atau tanpa mengungkapkan identitas pelaku sama sekali sehingga kita tidak perlu repot-
repot untuk menyerahkan bebagai macam keterangan yang biasnaya diminta olah bank seperti
sumber dana, tujuan transaksi dan alamat penerima. Dengan tidak adanya otoritas yang mengawasi
bitcoin maka tidak mungkin ada pembekuan dana, tidak ada yang bertanya dari mana sumber
dananya dan untuk apa transaksi dilakukan.

Kompleksitas bitcoin menimbulkan kesulitan dalam hal regulasi dan perlindungan


konsumen. Nilai bitcoin telah terbukti sangat volatil, lebih-lebih karena bitcoin tidak didukung
oleh bank sentral atau dipatok untuk nilai mata uang tertentu atau kepada standar emas.
Peningkatan mendadak dan tak terduga dalam nilai bitcoin berpotensi mengakibatkan pengguna
bitcoin memperoleh keuntungan dan kerugian tak terduga. Hal ini memungkinkan bitcoin sebagai
alat investasi yang tentu saja terdapat risiko didalamnya.

Dari perspektif regulator, kemampuan bagi pengguna dari bitcoin melakukan transaksi
secara anonim akan menciptakan potensi transaksi ilegal seperti pencucian uang. Hal ini
diperburuk dengan kemudahan di mana bitcoin sekarang dapat ditukar dengan mata uang nasional.
Pada tahun 2013, beberapa orang di Amerika Serikat ditangkap karena diduga mengoperasikan
usaha bisnis kriminal yang dirancang untuk membantu penjahat melakukan transaksi ilegal dan
pencucian hasil kejahatan mereka melalui bitcoin. Bitcoin juga telah digunakan untuk
memindahkan uang dari Iran (yang sedang diberi sanksi oleh masyarakat internasional) ke negara
lain untuk mengimpor barang-barang tertentu, yang tidak akan mungkin menggunakan mata uang
nasional Iran.

Bank sentral, juga akan khawatir jika volume bitcoin (atau mata uang virtual lain) yang
beredar akan membesar, sehingga mata uang nasional mereka sendiri mungkin tidak lagi menjadi
alat yang efektif dalam mengelola perekonomian negara. Tanpa kontrol atas mata uang virtual,
bank sentral tidak dapat membackup nilai bitcoin dan mata uang virtual lainnya untuk
mengendalikan fluktuasi harga dan inflasi.

Ketergantungan yang tinggi terhadap teknologi juga merupakan salah satu kelemahan dari
bitcoin. Jaringan peer to peer dan proses pembuatan bitcoin membutuhkan tingkat daya komputasi
yang tinggi, dan sangat tergantung pada integritas infrastruktur yang mendukung bitcoin.
Kelemahan dalam infrastruktur dapat mengurangi kepercayaan dan keyakinan sebagian besar
konsumen terhadap bitcoin. Hal itu dibuktikan setelah terjadi serangan oleh hacker di tempat

2
penukaran bitcoin dan dompet virtual. Setiap kali upaya hacking ditemukan di tempat penukaran
bitcoin atau dompet virtual, operator biasanya akan menunda proses pertukaran. Hal ini
mengganggu penggunaan bitcoin, dan menimbulkan rasa frustasi dan mengurangi kepercayaan
terhadap tempat tempat penukaran bitcoin.

2.2Kebijakan Pemerintah Terkait Bitcoin di Negara Lain

Setiap negara memiliki peraturan masing-masing dalam menanggapi mata uang virtual seperti
bitcoin.

Bitcoin memiliki status yang legal di kawasan Amerika Utara. Di Amerika Serikat, Bitcoin
telah diklasifikasikan sebagai mata uang virtual terdesentralisasi yang konvertibel dan merupakan
objek pajak sebagaimana properti (saham dan transaksi barter). Sementara Kanada
memperlakukan Bitcoin sebagai aset tidak berwujud.

Hal ini berbeda dengan beberapa negara di kawasan Amerika Selatan seperti Bolivia dan
Ekuador yang justru menyatakan Bitcoin ilegal. Sementara Brazil, Chili, dan Kolombia belum
mengaturnya secara khusus dalam perundangan.

Di kawasan Timur Tengah dan Asia Selatan, bitcoin tidak dilarang. Isreal
memperlakukannya sebagai “taxable asset”. Bank sentral India tidak memiliki rencana untuk
meregulasi Bitcoin. Sementara negara-negara lain di kawasan ini pada umumnya tidak terlalu
diminati.

Di kawasan Asia Timur, China memiliki sejumlah peraturan yang dikenakan pada mata
uang virtual. Sejumlah peraturan diterbitkan karena kesulitan yang dihadapi dalam mengontrol
bitcoin serta sifat investasi bitcoin yang bagaikan gelembung yakni dengan singkat “membesar”
dan menjadi berisiko untuk “pecah”. Jepang secara resmi mengumumkan bitcoin sebagai salah
satu metode pembayaran. Di Korea Selatan, bitcoin bisa diperoleh di kios dengan himbauan untuk
berhati-hati pada risiko yang mungkin ditimbulkan mata uang virtual. Sementara Singapura,
Malaysia, Filipina, dan Thailand belum memiliki aturan khusus tentang kepemilikan dan transaksi
bitcoin.

Di benua Eropa, tengah dipertimbangkan untuk mengenakan pajak pada transaksi bitcoin.
Otoritas perbankan Eropa mengimbau bank-bank yang beroperasi untuk tidak melakukan transaksi
terkait bitcoin sebelum regulasinya ditetapkan.

Di Afrika, bitcoin tidak ilegal maupun legal. Di Afrika Selatan, bitcoin belum diatur oleh
hukum dan tentunya tidak memiliki status hukum yang jelas.

Di Oseania, bitcoin diperlakukan tidak berbeda dengan uang konvensional, dimana bitcoin
juga dapat digunakan sebagai penyimpan nilai (store of value)

3
2.3 Bitcoin di Indonesia dan Kebijakan Pemerintah

Di Indonesia, Bitcoin mulai masuk pada awal tahun 2013. Pada saat itu Bitcoin dibanderol
hanya seharga US$6 sampai US$10 per 1 Bitcoin. Kemudian sejak terjadi krisis di Cyprus, harga
per 1 Bitcoin melonjak dari US$10 hingga US$40 bahkan sampai seminggu berikutnya total
kenaikan mencapai US$200. Pada akhir November 2013 lalu kenaikan nilai Bitcoin meroket
hingga 10.000 persen. Mata uang online itu dibanderol seharga Rp 77 juta sampai Rp 78 juta per
1 BTC pada Oktober 2017. Nilai Bitcoin yang fluktuatif disebabkan oleh penawaran dan
permintaan. Hingga Oktober 2017, Indonesia memiliki sekitar 200.000 pengguna Bitcoin.

Dengan semua risiko yang ada di dalam bitcoin, pemerintah diminta untuk mengambil
kebijakan secepatnya. Dalam siaran pers No: 16/6/DKom yang dikeluarkan pada 6 Februari, Bank
Indonesia menganggap bahwa bitcoin dan mata uang virtual lainnya bukanlah sebuah mata uang
atau alat pembayaran yang sah untuk digunakan di Indonesia. Lebih lanjut, masyarakat diminta
untuk berhati-hati terhadap bitcoin dan mata uang virtual lainnya, karena risiko tinggi yang
melekat pada bitcoin. Bank Indonesia tidak bertanggung jawab atas segala risiko yang disebabkan
oleh penggunaan atau kepemilikan bitcoin. (BI, 2014)

Pendukung bitcoin menyatakan bahwa siaran pers BI menyiratkan bahwa bitcoin tidak
dapat diyatakan sebagai alat pembayaran yang sah karena memang alat pembayaran yang sah di
Indonesia hanya mata uang rupiah. Mata uang asing seperti US Dollarpun bukan alat pembayaran
yang sah di Indonesia. Artinya bahwa bitcoin bisa saja tetap beredar di Indonesia bukan sebagai
alat pembayaran namun sebagai alat tukar-menukar (barter).

Bab III : Simpulan dan Saran

3.1 Kesimpulan

Karakteristik mata uang virtual yang tidak berwujud tidak dapat digunakan sebagai mata
uang karena lebih tepat diklasifikasikan sebagai aset tidak berwujud. Alat tukar yang sah di negara
Indonesia tetaplah Rupiah karena saat ini juga secara umum digunakan. Penggunaan Bitcoin masih
relatif sedikit karena risiko dan ketergantungan akan teknologinya. Bank Indonesia
memperkirakan bitcoin akan menjadi masalah hanya apabila semakin banyak orang yang
menggunakannya. Namun yang pasti bitcoin sebagai mata uang virtual tidak akan mungkin
menjangkau transaksi secara keseluruhan karena ketergantungannya pada teknologi dan belum
semua merchant dan vendor mendukung transaksi bitcoin. Kekuatiran Bank Indonesia ini bisa
ditepis dengan adanya regulasi yang tepat dari pemerintah. Seperti pengaturan kepemilikan,
penggolongannya dalam akuntansi, ketentuan perpajakannya, supaya semakin jelas bagi
penggunanya. Juga memberikan edukasi dan wawasan mengenai sistem juga risiko bitcoin supaya
tidak ada yang merasa dirugikan, baik calon investor, vendor/merchant bitcoin, maupun agen
bitcoin di Indonesia.
4
3.2 Saran

Pemerintah tidak boleh bersikap gegabah dengan melarang bitcoin dan menyatakannya ilegal
sebab ada beberapa efek yang menguntungkan dari bitcoin. Bitcoin bisa menjadi salah satu
alternatif investasi, Bitcoin bisa juga menguntungkan pemerintah sebagai salah satu sumber
penerimaan pajak seperti di Amerika Serikat. Saran terbaik adalah mengeluarkan regulasi dan
klasifikasi bitcoin sehingga dapat dimanfaatkan sebagai sumber pendapatan negara. Transaksi
menggunakan bitcoin bisa dikenakan pajak karena sifat nya yang mirip investasi. Transaksi
melalui bitcoin juga mungkin mempermudah pertukaran barang yang terjadi dan bisa
mempermudah impor yang mampu meningkatkan GDP.

Daftar Pustaka

Liputan6.com, 2016, Tak Disangka, Pengguna Bitcoin di Indonesia Capai 200 Ribu
(http://tekno.liputan6.com/read/2591339/tak-disangka-pengguna-bitcoin-di-indonesia-capai-
200-ribu)
BPPK, Bitcoin Peluang atau Ancaman? (http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/419-
artikel-teknologi-informasi/20274-bitcoin-peluang-atau-ancaman)

Detik.com, 2017, Mengapa China Larang Transaksi Bitcoin.


(https://finance.detik.com/moneter/3644321/mengapa-china-larang-transaksi-bitcoin)

Assessing the Differences in Bitcoin & Other Cryptocurrency Legality Across National
Jurisdictions Social Science Research Network (SSRN).

You might also like