You are on page 1of 4

A.

Analisis Model Pembelajaran pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Pembelajaran kontekstual dengan pendekatan konstruktivisme dipandang sebagai salah


satu strategi yang memenuhi prinsip pembelajaran berbasis kompetensi. Dengan lima
strategi pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning), yaiturelating,
experiencing, applying, cooperating, dan transferrini diharapkan peserta didik mampu
mencapai kompetensi secara maksimal.

Tujuh konsep utama pembelajaran kontekstual, yaitu:

a. Constructivisme

§ Belajar adalah proses aktif mengonstruksi pengetahuan dari abstraksi pengalaman


alami maupun manusiawi, yang dilakukan secara pribadi dan sosial untuk mencari
makna dengan memproses informasi sehingga dirasakan masuk akal sesuai dengan
kerangka berpikir yang dimiliki

§ Belajar berarti menyediakan kondisi agar memungkinkan peserta didik membangun


sendiri pengetahuannya

§ Kegiatan belajar dikemas menjadi proses mengonstruksi pengetahu-an, bukan


menerima pengetahuan sehingga belajar dimulai dari apa yang diketahui peserta
didik. Peserta didik menemukan ide dan pengetahuan (konsep, prinsip) baru,
menerapkan ide-ide, kemudian peserta didik mencari strategi belajar yang efektif
agar mencapai kompetensi dan memberikan kepuasan atas penemuannya itu.

b. Inquiry

§ Siklus inkuiri: observasi dimulai dengan bertanya, mengajukan hipotesis,


mengumpulkan data, dan menarik simpulan.

§ Langkah-langkah inkuiri dengan merumuskan masalah, melakukan observasi,


analisis data, kemudian mengomunikasikan hasilnya

c. Questioning

§ Berguna bagi guru untuk: mendorong, membimbing dan menilai peserta didik;
menggali informasi tentang pemahaman, perhatian, dan pengetahuan peserta didik.

§ Berguna bagi peserta didik sebagai salah satu teknik dan strategi belajar.

d. Learning Community
§ Dilakukan melalui pembelajaran kolaboratif

§ Belajar dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil sehingga kemampuan sosial dan


komunikasi berkembang

e. Modelling

§ Berguna sebagai contoh yang baik yang dapat ditiru oleh peserta didik seperti cara
menggali informasi, demonstrasi, dan lain-lain.

§ Pemodelan dilakukan oleh guru (sebagai teladan), peserta didik, dan tokoh lain.

f. Reflection

§ Tentang cara berpikir apa yang baru dipelajari

§ Respon terhadap kejadian, aktivitas/pengetahuan yang baru

§ Hasil konstruksi pengetahuan yang baru

§ Bentuknya dapat berupa kesan, catatan atau hasil karya

g. Autentic Assesment

§ Menilai sikap, pengetahuan, dan ketrampilan

§ Berlangsung selama proses secara terintegrasi

§ Dilakukan melalui berbagai cara (test dan non-test)

§ Alternative bentuk: kinerja, observasi, portofolio, dan/atau jurnal

B. Analis Model Pembelajaan Pada Kurikulum 2013

Model pembelajaran yang mendukung penerapan pendekatan sintifik diantaranya adalah


Model Pembelajaran Berbasis Penemuan (Discovery Learning), Model Pembelajaran Berbasis
Masalah (Problem Based Learning), dan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based
Learning).

a. Pembelajaran Berbasis Penemuan (Discovery Learning)


- Definisi dan Konsep

Discovery mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry) dan Problem
Solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada ketiga istilah ini, pada Discovery
Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya
tidak diketahui, masalah yang diperhadapkan kepada peserta didik semacam masalah
yang direkayasa oleh guru. Pada inkuiri masalahnya bukan hasil rekayasa, sehingga
peserta didik harus mengerahkan seluruh pikiran dan keterampilannya untuk
mendapatkan temuan-temuan di dalam masalah itu melalui proses penelitian.

Problem Solving lebih memberi tekanan pada kemampuan menyelesaikan


masalah. PadaDiscovery Learning materi yang akan disampaikan tidak disampaikan
dalam bentuk final akan tetapi peserta didik didorong untuk mengidentifikasi apa yang
ingin diketahui dilanjutkan dengan mencari informasi sendiri kemudian mengorgansasi
atau membentuk (konstruktif) apa yang mereka ketahui dan mereka pahami dalam suatu
bentuk akhir.

Penggunaan Discovery Learning, ingin merubah kondisi belajar yang pasif


menjadi aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran yang teacher oriented ke student
oriented. Mengubah modusEkspository peserta didik hanya menerima informasi secara
keseluruhan dari guru ke modusDiscovery peserta didik menemukan informasisendiri.

- Konsep

Di dalam proses belajar, Bruner mementingkan partisipasi aktif dari tiap peserta
didik, dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Untuk menunjang proses
belajar perlu lingkungan memfasilitasi rasa ingin tahu peserta didik pada tahap eksplorasi.
Lingkungan ini dinamakan Discovery Learning Environment, yaitu lingkungan dimana
peserta didik dapat melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum dikenal
atau pengertian yang mirip dengan yang sudah diketahui. Lingkungan seperti ini bertujuan
agar peserta didik dalam proses belajar dapat berjalan dengan baik dan lebih kreatif.
Dalam Discovery Learning bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, peserta
didik dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi,
membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan
bahan serta membuat kesimpulan-kesimpulan.

Bruner mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif
jika guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan suatu konsep,
teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam
kehidupannya (Budiningsih, 2005:41). Pada akhirnya yang menjadi tujuan
dalam Discovery Learning menurut Bruner adalah hendaklah guru memberikan
kesempatan kepada peserta didiknya untuk menjadi seorangproblem solver,
seorang scientist, historin, atau ahli matematika. Melalui kegiatan tersebut peserta
didikakan menguasainya, menerapkan, serta menemukan hal-hal yang bermanfaat bagi
dirinya.

You might also like