You are on page 1of 3
17 PENGARUH INFUSI LARUTAN YODIUM ENCER KE DALAM UTERUS ‘TERHADAP KEJADIAN RETENSI PLASENTA DAN ENDOMETRITIS “PADA SAPI PERAH Prabowo P. Putro *) RINGKASAN Untuk meneliti pengaruh infusi larutan yodium encer ke dalam uterus pasca beranak terhadap ke- jadian retensi plasenta dan endometritis pada 40 ekor sapi perah dari 3 kelompok peternak, hewan diinfusi dengan 500 mi larutan lugol 2% segera se- telah beranak dan diulengi lagi 6 jam kemudian dengan dosis yang sama. Pada sapi_kelompok perlakuan persentase ke- jadian retensi plasenta adalah 13,3 %, dan pada ke- lompok kontrol 40 %. Hasil pemeriksaan gineko- Togis 30 — 45 hari pasca beranak memperlihatkan bahwa hanya persentase kecil dari kelompok per- Takuan yang mengalami endometritis ringan, se- dangkan pada kelompok kontrol sebagian besar mengalami endometritis ringan sampai berat (10 % berbanding 70 % ), Dari kedua kelompok sapi yang mengalami retensi plasenta, 75 % dari kelompok perlakuan dari hanya 25 % dari kelom- pok kontrol yang dinyatakan sehat atau tidak mengalami endometritis pada pemeriksaan gineko- logis. PENDAHULUAN Tingkat fertilitas yang tinggi merupakan syarat mutlak bagi keberhasilan usaha peternakan sapi perah, Salah satu tolok ukur fertilitas sapi perah adalah jarak-beranak (calving interval), yang angka ideatnya adalah 12 bulan, dengan kata lain bila semakin panjang dari angka tersebut berarti tingkat fertilitasnya semakin rendah. Berbagai faktor dapat memperpanjang jerak-beranak, di antaranya ter- penting dan paling banyak dijumpai adalah metritis dan endometritis ( Pelissier, 1972 ), Salah satu predisposisi utama bagi terjadinya endometritis, Pasca beranak adalah retensi plasenta atau adanya gangguan pelepasan kotiledon dari kripte karun- Kula induk sampai febih 12 jam (Furquay eral., 1976). Retensi plasenta merupakan kasus Klinis kebidanan yang sering dijumpai pada sapi perah. Kejadiannya berkisar antara 3 sampai 12 % Pada peternakan sapi perah yang bermanajemén baik ( Grunert, 1980 }, namun pada kondisi peter- nakan rakyat di Indonesia kejadiannya bisa jauh lebih tinggi, seperti hasil pengamatan dari Klinik 5. Gross, W.B, and HLS. Siegel (1983). Evaluation of heterophil, lymphocyte ratio as a - "measure of stress in chickens, Avian Dise. ases 27: 972-979. Hill, J.A, (1983). Indications of stress in poul- try. World’s Poultry Science Journal 3: 24— 31. 7.Meyer, RK; L. Aspinal; M.A, Gractzer and H.R, Wolfe (1964). Effect of corticos- terone on the skin homograft reaction and in the precipitin and haemoglytinum pro- duction thymectonized and butsectomized chicken. Journal of Immunology 92: 446 — 452, 8, Pardue, S.1. and J.P. Thaxlon (1984). Evidence for amelioration of steroid mediated im- mune suppression by ascorbic acid, Poultry Science 63: 1262 ~ 1268, *) Stat jurusan Reproduksi dan Kebidaren FREL-UGM. 9. Sato, K. and B. Glick (1970). Antibody and cell mediated immunity in corticosteroid treated chicks. Poultry Science 49 : 982 - 986. 10. Setioko, A., AJ. Evans and Y.C. Raharjo (1985). Productivity of herded ducks in West Java . Agricultural systems 16: 1 — 5. 11. Siegel, H.S. (1985), Immunological response as indicators of stress. World’s Poultry Science Journal 41: 36 — 57. 12. Toivanen, P., A. Toivanen and R.A. Good (1972). Ontogeny of the bursal function in chicken TI immuno-competent cell for humoral immunity. Journal of Experimental Medicine 136: 816 — 831. 13. Wolford, J.H. and RK. Ringer (1962). Adrenal weight, adreal ascorbic acid, andreal cholesterol and different leukocyte counts as physiological indicator of stres sor agent in laying hen. Poultry Science 41: 1521 — 1529, 18 Reproduksi FKH UGM pada sapi perah rakyat di Yogyakarta dan sekitarnya, mencapai 30 % dari jumlah sapi beranak normal. Telah banyak diketahui, bahwa larutan yodium encer yang diinfusikan ke dalam uterus akan me- nimbulkan sifat desinfeksi pada endometrium tanpa menimbulkan kerusakan jaringan, Karena yodium cepat diresorpsi dari lumen uterus. Efck- tivitas desinfeksi larutan yodium disebabkan ada- nya aktivasi stroma endometrium yang fungsinya seperti jaringan limfo-retikuler, peningkatan suplai darah Gan infiltrasi netrofil). disertai pula oleh kenaikan produksi makrofag ( Ekman et al., 1965; Watson, 1979; Seguin, 1980 ). Di samping itu, in- fusi larutan yodium encer ke dalam uterus me- nyebabkan terjadinya irritasi endometrium yang akan merangsang produksi dan pembebasen faktor luteolitik uterus atau prostaglandin F-2- alfa. untuk meregresi corpus luteum, sehingga akan timbul berahi dan kontraksi miometrium ( Kindahl vet al., 1977, 1981 ). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peng- aruh infusi larutan yodium encer ke dalam uterus segera setelah. beranak terhadap kejadian retensi plasenta dan endometritis non-spesifik pada kon- disi sapi perah rakyat di Dacrah Istimewa Yogya- karta, BAHAN DAN METODE Sejumlah 40 ckor sapi perah induk dari 3 ke~ Jompok peternak sapi Gabungan Koperasi Susu Indonesia-Daerah Istimewa Yogyakarta, yang ber- anak secara normal antara_ bulan Januari 1986 sampai dengan Maret 1987 digunakan dalam pene- fitian ini, Sapi tersebut mempunyai riwayat ke- buntingan normal dari hasil inseminasi buatan dan secara klinis sehat dan tidak mengidap penyakit re- produksi. Segera setelah beranak ( 1 — 2 jam) infusi larutan lugol 2 % sebanyak 500 mil ke dalam uterus diberikan kepada setiap dua sapi pertama, sedang setiap sapi ketiga tidak diberi perlakuan ( sebagai hewan kontrol ). Pemberian infusi ke - dalam uterus diulang Kembali 6 jam kemudian dengan dosis yang sama. Wakt pengeluaran pla- senta dicatat dan adanya pengeluaran setelah lebih dari 12 jam diangeap sebagai retensi plasenta. Pe- ‘meriksaan ginekologis dilakukan antara hati ke 30- 45 pasca-beranak, untuk mengetahui ada-tidaknya proses peradangan endometrium. Penilaian derajad peradangan endometrium dilakukan_berdasarkan kriteria yang di usulkan oleh Watson ( 1979 ). Perhitungan secara statistik terhadap hasit peneli an dilakukan dengan metode chi-square untuk me- nentukan perbedaan dalam jumlah total maupun perbedaan antar kelompok. HASIL PENELITIAN Frekuensi dari kejadian retensi plasenta pada kelompok sapi yang mendapat perlakuan dan ke- Jompok kontrol dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel |. asenta pada sapi_yang dbert tnfust laatan fin vterus dan pada sapi Contr Fiekueast set yodlum encore Kelompok Perlakuan Kontrol SapiJumlah Sapi Juma Jurnah Sap Jurlah Retensi Retenst Plasenta Plasenta a ® Y 3 1 B 2 2 4 © 10 ' 3 2 Jumiah Total 30 4 10 4 (03.33%) (40%) Perhitungan secara statistik dari Tabel 1 dengan metoda chi-square ternyata memperlihatkan per bedaan yang nyata bagi masing-masing kelompok dan juga pada semua hewan ( P< 0,05 ). Kejadian retensi plasenta antar kelompok tidak berbeda se- cara nyata(P > 0,05). Hasil_pemeriksaan ginekologis yang dilakukan 30 — 45 hari pasca beranak disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil pomeritsaan ginekologis 30-45 hari pesca beransk pads sapi kelompok periakuan dan Kelompok Kanteol yang tidake mengalami Fetensi plasenta, dompok Enda Endome” Eadome Spl Noval tile wits De- ans De: Jumiah fajad TL ajad Il cjg Total Sepi aA? 4 ° o 8 Kelompok Bou 4 ° o 2 Perhhuan © 9 4 ° ° 0 Jomiah Tota v3 a ow 0%) GoM) = = 0% Sopi A 14 2 ° Kelompok Boot oo 1 ieee Keotral c 1 0 1 13 Jumlak Tota , 01 4 2 0 60%) (10m) (40%) DH] 00K) Jurtah Total Kesehyruhan 3) 4 2 5%) (0%) (10%) (5%) (100%) Dari hasil perhitungan secara statistik Tabel 2 ter- lihat adanya perbedaan yang nyata ( P < 0,05 ) dalam hal frekwensi dan derajad endometritis antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol, baik pada masing-masing kelompok sapi maupun pada semua hewan, Pengaruh infusi tarutan yodium encer terhadap terjadinya endometritis pada sapi yang mengslami retensi plasenta dapat dilihat pada Tabel 3, yang merupakan hasil pemeriksaan ginekologis pada 30 — 45 hari pasca beranak. Tabel 3, Hasil pemeriksaan ginekologis 30 ~ 45 hari pasca beranak pada sapi kelompok perlakuan dan Kelompok kontrol yang mengalamt retensi plaseata, Kelompok __Endome Endome- Endome- ‘Sap Normal ers De tes De- tis De- Jomish vajad |, tafad TL alad TM. Total Spi at 0 ° . 1 Kelompok Bo2 Oo ° o 2 Pertakuan © oo 4 ° o 4 Junlah Total ae ° o 4 tm) asm = (oor Sapi ratte ° ot elompok B 0 Oo ' ° Kontrol c 6 0 1 toa Janleh Tot 10 2 boa fl ess) = (50%) SHH) GOO) “Hasilperhitungan statistik menunjukkan bahwa tetlihat perbedaan yang nyata (p< 0,05) dalam hal frekuensi dan derajad endometritis antera kelom- pok perlakuan dan kelompok kontrol yang menga- Jami retensi plasenta. PEMBAHASAN Dalam penelitian ini dianggap terjadi retensi plasenta bila dalam waktu 12 jam pasca-beranak plasenta tidak dikeluarkan. Interval waktu ini di- pilih karena banyak penulis menyatakan sebagai waktu maksimal pengeluaran plasenta secara nor- mal ( Roberts, 1971; Furquay ef al, 1976: Arthur, 1979; Grunert, 1980). Kejadian retensi plasenta antara kelompok per- fakuan dan kelompok kontrol ( Tabel 1 ) secara statistik berbeda nyata ( P < 0,05 ). Sedangkan antar kelompok sapi kejediannya tidak bérbeda secara nyata ( P> 0,05 ). Dengan kata lain, infusi 19 Jerutan yodium encer ke dalam uterus sapi pasca- beranak akan mengurangi secara nyata kejadian retensi plasenta. Bukti ini tampaknya sebagai akibat adanya irritasi endometrium, yang kemudi- an diikuti oleh adanya rangsangan produksi dan pembebasan prostagladin F - 2 - alfa, lisisnya cor pus luteum, dan akhimya terjadi kontraksi yang kuat dari miometrium, seperti yang pemah di- buktikan oleh Kindahl ef al. (1977), Hasil_pemeriksaan ginekologis 30 ~ 45 hari pasca-beranak pada kelompok perlakuan dan ke- Jompok Kontrol sangat jelas berbeda ( Tabel 2 ). Pada kelompok peslakuan hanya dijumpai 10 % kasus endometritis derajad_pertama, sedang pada kelompok Kontrol dijumpai endometritis derajad pertama, kedua, dan ketiga masing-masing sebesar 10 %, 40 %, dan 20 %, Disamping itu, terlihat pula bahwa sapi yang dinyatakan sehat pada pemeriksa- an ginekologis pasca-beranak juga berbeda secara nyata ( 90 % dan 30%). Terlihat behwa infusi Jarutan yodium ke dalam uterus akan menekan ter jadinya endometritis, ada pengaruh desinfeksi yang kuat pada endometrium; hal ini mempunyai arti penting dalam praktek penanganan ginekologis sapi perah, karena adanya endometsitis berat akan sangat sulit penyembuhannya dan berpengaruh jelek terhadap fertilitas penderita di kemudian hari ( Roberts, 1971; Pelissier, 1972; Furquay. et al., 1976; Squire, 1980).. Agaknya kemampuan me- nekan kejadian endometritis dari Iaratan yodiuin encer yang diinfusikan ke dalam uterus, Karena adanya daya desinfeksi seperti yang dijelaskan oleh Ekman et al. (1965 ) dan Watson ( 1979 ). Jumlah hewan yang digunakan dalam penelitian ini memang masih terlalu sedikit untuk dapat ditarik suatu kesimpulan yang akurat, namun sangat menarik untuk dicatat bahwa dalam kelom- pok perlakuan dari 4 sapi dengan retensi plasenta hanya satu yang mengalami endometritis ringan (derajad pertama) setelah 30 — 45 hari pasca-ber- anak; sedangkan dalam kelompok kontrol hanya satu dari 4 sapi dengan setensi plasenta yang di nyatakan normal pada pemeriksaan ginekologis (Tabel 3 ). Dengan kata lain, pencegahan retensi plasenta dan akibat ikutannya pada kelompok perlakuan efektiv 75 % dari Kasus berdasarkan kesembuhan yang terjadi setelah 30 — 45 hari, dibanding dengan hanya-25 % dari kasus pada ke- Jompok kontrol. Dari hasil diates, walaupun masih diperlukan peneguhan hasil lewat penelitian yang lebih men- dajam dan dengan kasus yang lebih banyak, na- mun untuk sementara dapat disimpulkan bahwa infusi larutan yodium encer ke dalam uterus pasca-

You might also like