You are on page 1of 7
BAB I PENDAHULUAN L.A. Latar Belakang Ujian keterampilan klinis atau OSCE adalah instrumen untuk mengukur hasil belajar keterampilan klinis di skills lab secara terstruktur dan obyektif yang diadaptasi dari penemu OSCE, Harden dan koleganya pada tahun 1975. Terstruktur artinya wjian dilakukan dengan bahan dan metode tertentu berdasarkan tingkat kemampuan mahasiswa yang divji dan semua mahasiswa mendapatkan soal ujian yang sama ataupun berbobot sama. Obyektif artinya penilaian dilakukan berdasarkan fakta penampilan mahasiswa yang sedang diuji (Suryadi, 2008). Metode pengujian pada ujian keterampilan klinis ini adalah peserta/mahasiswa berperan sebagai dokter melakukan pemeriksaan ataupun tindakan medis kepada pasien simulasi yang telah terstandardisasi dengan diamati oleh seorang penguji untuk selanjutnya dilakukan penilaian. Penguji diberikan suatu guideline atau checklist yang = berguna untuk ~~ mengurangi subyektifitas dalam penilaian. Jumlah fakultas kedokteran di setiap universitas di seluruh Indonesia = yang = menggunakan = ujian keterampilan klinis ini sangat banyak. Salah satunya di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Ujian keterampilan klinis dipercaya sebagai suatu metode yang bagus untuk mengevaluasi kemampuan klinis mahasiswa kedokteran. Bahkan, ujian keterampilan klinis juga @igunakan sebagai syarat kelulusan atau syarat untuk masuk ke rotasi klinis (Dewantarie, 2014). Sebelum adanya inovasi dibidang pendidikan kedokteran, instrumen penilaian yang digunakan untuk ujian keterampilan klinis di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada hanya checklist saja. Namun, sekarang sudah digunaekan instrumen penilaian yang baru yaitu rubrik. Checklist tetap digunakan untuk ujian keterampilan klinis tahun 1, 2, dan 3, sedangkan rubrik @igunakan untuk ujian keterampilan klinis tahun 4 atau OSCE Comprehensive. Inovasi-inovasi dilakukan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan kedokteran dan untuk mentindaklanjuti evaluasi dalam ujian keterampilan klinis. Ujian keterampilan klinis harus memenuhi kaidah reliabilitas. Pengertian reliable dalam = ujian keterampilan klinis adalah konsistensi atau tetapnya serangkaian penilaian yang dilakukan oleh penguji terhadap peserta ujian keterampilan klinis. Tingkat reliabilitas suatu ujian keterampilan xlinis salah satunya dapat dilihat dari kemiripan pemberian skor penilaian dari dua orang penguji terhadap peserta ujian keterampilan klinis yang sama (Setiawan et al., 2012). Ada beberapa komponen yang sangat dibutuhkan keberadaan dan kehadirannya dalam pelaksanaan ujian keterampilan klinis, antara lain soal ujian, alat dan manikin, pasien simulasi serta penguji. Semua komponen tersebut mempunyai peranan besar dalam meningkatkan reliabilitas ujian keterampilan klinis. Reliabilitas ujian keterampilan klinis yang baik hanya bisa dicapai jika semua komponen tersebut terstandardisasi. Di antara semua komponen yang terlibat dalam ujian keterampilan klinis ini, penguji mempunyai peranan yang paling besar dalam pencapaian reliabilitas ujian keterampilan klinis yang tinggi. Penguji adalah hakim dari ujian keterampilan klinis. Keputusan penguji menentukan lulus atau tidaknya_=speserta = wjian keterampilan klinis yang sedang diuji (Marks, 2005). Standardisasi penguji merupakan salah satu langkah yang dilakukan sebelum menyelenggarakan —ujian keterampilan klinis. Bertujuan untuk mensinkronisasi semua penguji dalam melakukan penilaian, sehingga kaidah reliabilitas dalam wjian keterampilan klinis dapat dipertahankan. Bentuk standardisasi penguji yang dilakukan adalah pelatihan penguji dan pembuatan checklist sebagai pedoman penilaian. Setelah melakukan proses ini, diharapkan semua penguji mengerti dan memahami bagaimana melakukan penilaian terhadap peserta ujian keterampilan klinis sesuai pedoman penilaian. Sehingga standardisasi penguji yang baik tentang cara penilaian dapat tercapai. Standardisasi penguji dalam hal ini mengacu pada Standar Kompetensi Dokter Indonesia yang disusun oleh Konsil Kedokteran Indonesia. Dengan mengacu pada Standar Xompetensi Dokter Indonesia ini, diharapkan variasi tingkat pendidikan penguji tidak menyebabkan perbedaan dalam penilaian dan tetap mengacu pada batas kompetensi yang seharusnya dikuasai oleh dokter umum (Dikti, 2011). Marwaha (2011) mengatakan bahwa terdapat perbedaan standar penilaian dari seorang penguji dibandingkan dengan penguji lainnya pada suatu ujian keterampilan klinis yang sama dikarenakan dari kurangnya konsistensi dalam memberikan penilaian dari waktu ke waktu. Hal ini menyebabkan kurangnya validitas dan reliabilitas wjian keterampilan klinis yang dipersepsikan sebagai suatu ketidakadilan. Dalam penelitiannya, Setiawan et al., (2012) menemukan bahwa rerata penilaian yang diberikan dokter umum lebih tinggi dibandingkan dengan rerata penilaian yang diberikan dokter spesialis pada ujian keterampilan klinis dengan instrumen checklist. Pada studi lainnya, Setiawan (2011) mengatakan bahwa dokter spesialis dan dokter umum mempunyai perbedaan standar penilaian. Standar penilaian dokter spesialis lebih tinggi dibandingkan dokter umum, Perbedaan persepsi dan pendapat antara dokter umum dan dokter spesialis merupakan salah satu penyebab perbedaan dalam standar penilaian, Contoh konkret perbedaan ini adalah dokter spesialis mempunyai harapan lebih tinggi kepada mahasiswa dalam melakukan keterampilan medis, sedangkan dokter umum lebih toleran dalam menilai keterampilan medis yang dilakukan oleh mahasiswa (Setiawan, 2011). Subyektifitas penguji ini berpengaruh besar terhadap reliabilitas ujian keterampilan klinis. Studi lainnya pada uji coba ketiga OSCE UKDI, Rahayu (2012) mengatakan bahwa dilakukan evaluasi kinerja penguji dengan uji reliabilitas xkoefisien alpha. Studi ini mengukur konsistensi penilaian oleh dokter spesialis dari berbagai macam spesialisasi ilmu kedokteran dan dokter umum dalam suatu ujian keterampilan klinis. Namun, spesialis mata belum terlibat dalam studi ini. Terkait permasalahan tersebut di atas, evaluasi terhadap penilaian residen mata dan spesialis mata dalam ujian keterampilan klinis pemeriksaan mata perlu dilakukan. Selanjutnya, data yang diperoleh dari hasil penelitian ini dapat digunakan untuk evaluasi metode pembelajaran di Skills Lab Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. I.B. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan permasalahan di atas, pertanyaan penelitian untuk penelitian ini adalah “Apakah terdapat perbedaan penilaian oleh residen mata dan spesialis mata dalam ujian keterampilan klinis pemeriksaan mata?”. L.C. Tujuan Penelitian Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengevaluasi penilaian residen mata dan spesialis mata dalam ujian keterampilan klinis pemeriksaan mata di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui rerata nilai ujian keterampilan klinis pemeriksaan mata yang diberikan residen mata dan spesialis mata. Mengetahui apakah terdapat perbedaan antara nilai ujian keterampilan klinis pemeriksaan mata yang diberikan residen mata dan spesialis mata. I.D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian dapat digunakan sebagai dasar evaluasi metode pembelajaran di skills lab. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai dasar inovasi pengembangan metode pembelajaran di Skills Lab Fakultas Kedokteran Universitas Gadjan Mada. Memberikan kontribusi terhadap bidang keilmuan melalui publikasi ilmiah dalam jurnal pendidikan internasional maupun nasional.

You might also like