You are on page 1of 20

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 KASUS
Kejuaraan Wimbledon

Andi Murray, seorang petenis dunia dikabarkan tidak dapat melanjutkan


pertandingan karena mengalami cedera pada sendi bahunya. Dari pemeriksaan
tim medis ditemukan pembengkakan diatas sendi bahu disertai nyeri terutama
pada aat digerakkan. ROM (range of motion) sendi bahu menurun sedikit. Dokter
menyatakan kemungkinan Andi mengalami sprain atau dislokasi, dan harus
diperika lebih lanjut untuk memastikan beratnya cedera yang dialami. Manejer
Andi meminta dokter untuk memastikan waktu penyembuhan dan memberikan
waktu penyembuhan dan memberikan suplemen yang dapat mempercepat
pemulihan karena Andi direncanakan untuk mengikuti kejuaraan Wimbledon 4
bulan mendatang.

1.2 STEP 1 : Clarify Unfamiliar Terms


1.2.1 Cedera : Suatu kerusakan pada struktur/ fungsi tubuh dikarenakan
suatu paksaan maupun tekanan fisik dan kimia.
1.2.2 Dislokasi : Kondisi terjadinya kehilangan hubungan yang normal antara
kedua permukaan sendi secara lengkap.
1.2.3 ROM : Suatu teknik yang digunakan untuk menilai suatu gerakan.
1.2.4 Sendi : Hubungan antar tulang sehingga tulang dapat digerakkan.
1.2.5 Sprain : Suatu cedera sendi dengan beberapa serabut ligamentum
penyokong mengalami rupture. Namun kotinusitas ligament
masih infak.
1.2.6 Suplemen : Produk yang dimaksudkan untuk melengkapi kebutuhan zat

gizi makanan.

1
1.2.7 Nyeri : Sensasi yang tidak menyenangkan disertai kerusakan/
kematian sel.

1.3 STEP 2 : Defyne The Problem


1.3.1 Bagaimanakah mekanisme dari sprain.?
1.3.2 Suplemen apa sajakah yang dapat mempercepat pemulihan sendi
bahu.?
1.3.3 Apakah penyebab dislokasi sendi bahu.?
1.3.4 Mengapakah sprain/ dislokasi mengakibatkan pembengkakan dan
bagaimanakah hal tersebut bisa terjadi.?
1.3.5 Bagaimanakah proses penyembuhan pada sprain dan dislokasi.?
1.3.6 Mengapakah ROM sendi bahu menurun.?
1.3.7 Apa sajakah komponen penyusun sendi.?
1.3.8 Apa sajakah tipe-tipe dari sendi.?
1.3.9 Bagaimanakah pemeriksaan yang dilakukan untuk memastikan berat
ringannya cedera.?

1.4 STEP 3 : Brainstorm possible hypoyhesis or explanation


1.4.1 Sprain terjadi akibat teregangnya atau robeknya ligamen yang dapat
disebabkan oleh jatuh, terpelintir, atau tekanan pada tubuh yang
menyebabkan tulang pada sendi bergeser sehingga menyebabkan
ligamen teregang atau bahkan robek. Biasanya, sprain terjadi pada
keadaan seperti saat orang terjatuh dengan bertumpu pada tangan,
mendarat dengan bagian luar dari kaki, atau mendatar keras di tanah.
1.4.2 BM
1.4.3 Penyebab Dislokasi sendi bahu, antara lain,
1. Cedera olah raga, seperti sepak bola dan hoki, serta olah raga yang
beresiko jatuh

2
2. Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga, misalnya benturan
keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi.
3. Terjatuh, misalnya dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai
yang licin
4. Patologis : terjadinya ‘tear’ ligament dan kapsul articuler.
1.4.4. Karena itu merupakan salah satu mekanisme untuk mengisolasi dan
menghindari kuman yang masuk.
1.4.5 Penatalaksanaan awal Pertolongan pertama
1. REST, artinya pasien harus mengistirahatkan dan melindungi wilayah
otot yang cedera.

2. ICES, Kompres dingin atau es akan menghasilkan vasokontriksi untuk


mengurangi pembengkakan.

3. COMPRESS, menekan bagian yang mengalami cedera dengan


menggunakan perban khusus (ace bandage).

4. ELEVATION, mengangkat bagian cedera lebih tinggi di atas jantung


atau dada.

1.4.6 ROM sendi bahu menurun dikarenakan

1.4.7 Komponen penyusun sendi antara lain : Ligamen, kapsul sendi, cairan

synovial dan tulang rawan.

1.4.8 Secara strukur, sendi terbagi 3, yaitu : Sendi Fibrosa, Sendi Cartilagoginea

dan Sendi Sinovial

1.4.9 Bisa dengan melakukan pemeriksaan lanjutan.

3
1.5 STEP 4 : Spider Web

Strain

Dislokasi Sprain

Cedera Penyembuhan

DEFINISI ROM

SENDI

Berdasarkan Struktur BERDASARKAN


PERGERAKAN
BERDASARKAN
STABILITAS SENSORIS

Fibrosa
DIARTRHOSIS

Kartilaginosa
SYNARTRHOSIS

Synovial
AMPHIARTRHOSIS
LIGAMENTUM TONUS OTOT

PERMUKAAN
SENDI

4
1.6 STEP 5 : Define learning objectives

1. Mahasiswa Mengetahui Anatomi dan Histologi komponen penyusun sendi


2. Mahasiswa Mengetahui Fisiologi masing-masing komponen penyusun sendi
3. Mahasiswa Mengetahui Macam-macam tipe sendi
4. Mahasiswa Mengetahui Pengertian ROM
5. Mahasiswa Mengetahui Diagnosis banding:sprain,strain,dislokasi
6. Mahasiswa Mengetahui Tanda dan gejala sprain atau dislokasi
7. Mahasiswa Mengetahui Etiologi terjadinya sprain atau dislokasi
8. Mahasiswa Mengetahui Mekanisme penyembuhan cedera otot dan sendi
9. Mahasiswa Mengetahui Tatalaksana awal penanganan lanjutan sprain
10. Mahasiswa Mengetahui Prognosis cedera otot sendi

1.7 STEP 6 : Information gathering


1.8 STEP 7 : Synthesis and test acquired information

5
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Komponen Penyusun Sendi

Komponen penyusun sendi, diantaranya :

1. Ligamen berfungsi untuk pengikat bagian luar ujung tulang pembentuk sendi
pencegahan dislokasi.
2. Kapsul sendi berfungsi sebagai pelapis sendi.Penghubung dua tulang
pembentuk persendian.
3. Cairan sinovisial adalah cairan pelumas pada ujung-ujung tulang kapsul
4. Tulang rawan hialin berfungsi untuk penutup ujung tulang pembentuk sendi
dan menjaga dari benturan yang keras. [1]

2.2 Klasifikasi Sendi

Persendian atau yang disebut dengan Artikulasio adalah hubungan antar tulang
yang satu dengan tulang yang lain.

Klasifikasi fungsional persendian :

1. Sinartrosis
Sinartrosis adalah hubungan antara kedua ujung tulang yang direkatkan oleh
suatu jaringan ikat yang kemudian mengalami penulangan sehingga tidak bisa
digerakkan.

6
Sinartrosis ada tiga jenis, yaitu :

 Sinkindrosis : Dihubungkan oleh kartilago hialin


 Sinfibrosis : Dihubungkan jaringan ikat fibrosa
 Sutura : Dihubungkan oleh jaringan
 Contoh : Tulang-tulang yang membentuk tengkorak. [1] [2]

2. Amfiartrosis
Amfiartrosis adalah hubungan antara kedua ujung tulang yang direkatkan oleh
jaringan kartilago (tulangrawan) dan mengalami sedikit gerakan.

Amfiartrosis ada dua jenis, yaitu :

 Sindesmosis : terbentuk saat tulang yang berdekatan dihubungkan dengan


serat jaringan ikat kolagen. Contoh : pada tulang tibia dan fibula, radius dan
ulna.
 Simfisis : sendi yang kedua tulangnya dihubungkan dengan diskus kartilago
yang menjadi bantalan sendi memungkinkan terjadinya sedikit gerakan.
Contoh : diskus intervetrebalis  antar badan vertebrata yang berdekatan
 Gompomosis : sendi dimana tulang berbentuk kerucut. [1] [2]

3. Diartrosis (Sendi Synovial)


Diartrosis adalah hubungan antartulang yang tidak dihubungkan oleh jaringan
sehingga dapat bergerak bebas.

 Sendi Peluru/ articulatio Sphenoidea : dapat digerakkan kesegala arah.


Contoh : tulang gelang bahudengan tulang lengan atas.

 Sendi Engsel/ articulatio Ginglymus : dapat digerakkan satu arah.


Contoh : Persendian pada siku dan lutut.

7
 Sendi Pelana/ articulatio Sellaris : dapat digerakkan dua arah.
Contoh : Pergelangan tangan dengan ibu jarI.

 Sendi Putar : dapat digerakkan berputar.


Contoh : Tulang atlas dengan tulang aksis/ pemutar

 Sendi Luncur : gerak rotasi pada satu bidang datar.


Contoh : Tulang-tulang pada pergelangan tangan dan kaki

 Sendi Gulung : hanya terjadisedikit gerakan dan dapat mengitari poros.


Contoh : Tulang pengumpul dengan hasta.

 Sendi Kondiloid/ articulatioCondyloidea : Digerakkan kesamping dan


maju-mundur namun tidak mengitari poros.
Contoh : Pada telapak tangan. [1] [2]

Klasifikasi fungsional persendian :


1. Persendian fibrosa

 Tidak memiliki rongga sendi dan diperkokoh dengan jaringan ikat


fibrosa,

 Berdasarkan sifat gerakannya merupakan sendi syarthrosis,

 Contohnya: sutura, syndesmosis, dan membrana interosseus. [1]

2. Persendian kartilago

 Tidak memiliki rongga sendi dan diperkokoh dengan jaringan ikat


kartilago,

 Berdasarkan sifat gerakannya merupakan sendi amphiarthosis

 Ada 2 jenis, yaitu : Synchondrosis dan Shymphysis. [1]

8
3. Persendian synovial

 Tidak memiliki rongga sendi dan diperkokoh dengan kapsul dan ligament
articular yang membungkusnya,

 Berdasarkan sifat gerakannya merupakan sendi diarthrosis

 Terdiri dari 3 bagian, yaitu : Kapsul sendi ( kapsula articularis ), ruangan


sendi dan cartilago sendi,

 Memiliki cavitas synovialis yang di bungkus capsula synovialis

 Membran fibrosa: jaringan ikat padat, fleksibel, dan terdapat


ligamentum.

 Membran synovialis: jaringan ikat areolar yang berfungsi segabai


pelumas sendi.

 Cairan sendi asam hyaloronat

 Bagian tulang yang membentuk sendi dilapisi oleh kartilago hyaline

 Contoh dari persendian ini adalah articulatio femoralis, articulatio coxae


dan lain-lain. [1] [2]

2.3 ROM (Range of motion)

Range of motion ( ROM ) adalah gerakan dalam keadaan normal dapat


[3]
dilakukan oleh sendi yang bersangkutan.

9
Klasifikasi latihan ROM

Latihan ROM pasif adalah latihan ROM yang di lakukan


pasien dengan bantuan perawat pada setiap-setiap gerakan. Indikasi latihan pasif
adalah pasien semi koma dan tidak sadar, pasien dengan keterbatasan mobilisasi
tidak mampu melakukan beberapa atau semua latihan rentang gerak dengan
mandiri, pasien baring total atau pasien dengan paralisis ekstermitas total.
Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan

10
persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat
mengangkat dan menggerakkan kaki pasien. Sendi yang digerakkan pada ROM
pasif adalah seluruh persendian tubuh atau hanya pada ekstremitas yang
terganggu dan klien tidak mampu melaksanakannya secara mandiri. [3]

Latihan ROM aktif adalah perawat memberika motivasi, dan membimbing


klien dalam melaksanakan pergerakan sendi secara mandiri sesuai dengan rentang
gerak sendi normal. Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta
sendi dengan cara menggunakan otot-ototnya secara aktif. Sendi yang digerakkan
pada ROM aktif adalah sendi di seluruh tubuh dari kepala sampai ujung jari kaki
oleh klien sendiri secara aktif. [3]

Tujuan ROM [3]

1. Mempertahankan atau memelihara fleksibilitas dan kekuatan otot,

2. Memelihara mobilitas persendian,

3. Merangsang sirkulasi darah,

4. Mencegah kelainan bentuk, kekakuan dan kontraktur,

5. Mempertrahankan fungsi jantung dan pernapasan.

Manfaat ROM [3]

1. Memperbaiki tonus otot,

2. Meningkatkan mobilisasi sendi,

3. Memperbaiki toleransi otot untuk latihan,

4. Meningkatkan massa otot,

5. Mengurangi kehilangan tulang.

11
Jenis ROM

ROM terdiri dari gerakan pada persendian sebaga berikut :

1. Leher, spina, serfikal


Fleksi : Menggerakan dagu menempel ke dada, rentang 45°

Ekstensi : Mengembalikan kepala ke posisi tegak, rentang 45°

Hiperekstensi: Menekuk kepala ke belakang sejauh mungkin, rentang 40-45°

Fleksi lateral : Memiringkan kepala sejauh mungkin sejauh mungkin kearah

setiap bahu, rentang 40-45°

Rotasi : Memutar kepala sejauh mungkin dalam gerakan sirkuler,

rentang 180°. [3]

2.4 Cedera Otot dan Sendi

1. Sprain

Sprain adalah teregangnya


atau robeknya ligamen (yaitu
jaringan ikat yang
menghubungkan dua atau lebih
tulang dalam sebuah sendi) .
Sprain dapat disebabkan oleh
jatuh, terpelintir, atau tekanan
pada tubuh yang menyebabkan

tulang pada sendi bergeser sehingga menyebabkan ligamen teregang atau


bahkan robek, namun kontinuitas ligamen masih dapat digunakan. Biasanya,

12
sprain terjadi pada keadaan seperti saat orang terjatuh dengan bertumpu pada
tangan, mendarat dengan bagian luar dari kaki, atau mendatar keras di tanah
sehingga menyebabkan lutut terpelintir. Sprain terjadi ketika sendi dipaksa
melebihi lingkup gerak sendi yang normal, seperti melingkar atau memutar
pergelangan kaki. [4]

Prognosisnya adalah 30% - 40% tipe minor dapat menuju strain.

90% ROM tanpa nyeri sebagian dapat membaik dalam waktu lama. [4]

2. Strain
Strain adalah bentuk cedera
berupa penguluran atau kerobekan
pada struktur muskulo-tendinous (otot
dan tendon) dimana sendi sudah tidak
bertaut lagi. Strain akut pada struktur
muskulo-tendinous terjadi pada
persambungan antara otot dan tendo.

Strain terjadi ketika otot terulur dan berkontraksi secara mendadak, seperti
pada pelari atau pelompat. Gejala pada strain otot yang akut bisa berupa nyeri,

Penatalaksanaan

Perawatan cedera awal :

1. Segera beri stirahat dan melakukan terapi dingin dengan cara


mengompres sendi bahu dengan es,
2. Menopang berat lengan dengan menggunakan selempang dianjurkan,
Langsung konsultasi kepetugas kesehatan untuk menentukan sifat cedera,
penanganan yang terdapat untuk cedera tersebut. [4] [5]

13
Perawatan lanjutan pada strain :

1. Pembedahan
Mungkin diperlukan agar sendi dapat berfungsi sepenuhnya.
Pengurangan-pengurangan perbaikan terbuka terhadap jaringan yang
terkoyak.
2. Kemotherapi
Dengananlgetik aspirin (100-300 gr setiap 4 jam) untuk meredakan nyeri
dan peradangan. Kadang diperlukan narkotik (codeine 30-6- gr peroral
setiap 4 jam) untuk nyeri hebat.
3. Elektromekanis
 Penerapan dingin degan kantong es 240 c,
Pembalutan/ wrapping eksternal. Dengan pembalutan, cast atau
pengendongan (sung),
 Posisi ditinggikan, jika yang sakit bagian ekstrimitas.
 Latihan ROM. Tidak dilakukan latihan pada saat terjadi nyeri hebat
dan perdarahan. Latihan pelan-pelan dimulai setelah 7-10 hari
tergantung jaringan yang sakit,
 Penyanggga beban. Menghentikan penyangga beban dengan
penggunaan kruk selama 7 hari atau lebih tergantung jaringan yang
sakit. [4] [5]

Prognosisnya dengan perawatan tepat [4] [5]

 Ad Vitam  Ad sanationam

 Ad function  (Sanam = sembuh)

14
3. Dislokasi

Dislokasi adalah keluarnya bongkol sendi dari mangkok sendi, Keadaan


dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi berhubungan secara
anatomis (tulang lepas dari sendi). [4]

Dislokasi disebabkan oleh :

1. Cedera olah raga


Olah raga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan
hoki, serta olah raga yang beresiko jatuh misalnya : terperosok akibat
bermain ski, senam, volley. Pemain basket dan pemain sepak bola paling
sering mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari karena secara tidak
sengaja menangkap bola dari pemain lain.
2. Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga

Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan

dislokasi.

3. Terjatuh

Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin

4. Patologis : terjadinya ‘tear’ligament dan kapsul articuler yang merupakan


kompenen vital penghubung tulang. [4] [5]

Dislokasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Dislokasi congenital, terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan.


2. Dislokasi patologik, akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi.
misalnya tumor, infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh
kekuatan tulang yang berkurang.

15
3. Dislokasi traumatic : kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf
rusak dan mengalami stress berat, kematian jaringan akibat anoksia)
akibat oedema (karena mengalami pengerasan). Terjadi karena trauma
yang kuat sehingga dapat mengeluarkan tulang dari jaringan
disekeilingnya dan mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen,
syaraf, dan system vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang dewasa. [5]

Berdasarkan tipe kliniknya dibagi :

1. Dislokasi Akut, umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai
nyeri akut dan pembengkakan di sekitar sendi.
2. Dislokasi Kronik
3. Dislokasi Berulang. Jika suatu trauma Dislokasi pada sendi diikuti oleh
frekuensi dislokasi yang berlanjut dengan trauma yang minimal, maka
disebut dislokasi berulang. Umumnya terjadi pada shoulder joint dan
patello femoral joint. [5]

Prognosis : baik jika tidak timbul komplikasi

Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala dari Sprain dan dislokasi hampir sama, diantaranya :

1. nyeri

2. spasme otot

3. kehilangan kekuatan

4. keterbatasan lingkup gerak sendi

5. bengkak atau memar

6. tidak stabil dan hilangnya kemampuan untuk menggerakkan sendi

16
Semua tanda-tanda di atas akan mempengaruhi pada daerah yang cedera. terkilir atau
keseleo paling sering terjadi pada bagian ankle/ pergelangan kaki, pergelangan
tangan, dan ruas-ruas jari. [4] [5]

2.5 Penatalaksanaan awal Pertolongan pertama


1. REST ( Istirahat)
Tindakan Rest artinya pasien harus mengistirahatkan dan melindungi wilayah
otot yang cedera. Jika terasa sakit saat menahan beban, gunakanlah penopang,
dan jika terasa sakit untuk menggerakan bagian yang cedera, lindungi dengan
splint atau kayu belat. Kurangi aktifitas sehari-hari sebisa mungkin. Jangan
menaruh beban pada tempat yang cedera selama 48 jam. Dapat digunakan alat
bantu seperti crutch (penopang/penyangga tubuh yang terbuat dari kayu atau
besi) untuk mengurangi beban pada tempat yang cedera. Aktivitas yang
berlebih pada bagian tubuh yg terkena akan memicu terjadinya komplikasi
lebih lanjut, misal ligamen yang robek akan semakin parah, bahkan seringkali
terkilir disertai pula dengan fraktur/patah/retak pada tulang. [4] [5]

2. ICES ( Es )

Kompres dingin atau es akan menghasilkan vasokontriksi untuk mengurangi


pembengkakan dengan meletakkan di bagian yang terluka selama 2-3 menit
tiga kali sehari dalam 24 jam pertama. kita harus menempatkan kain di atas
daerah yang cidera dengan kantong es untuk menghindari luka akibat suhu
rendah. Terapi dengan kompres dingin ini harus dimulai dengan segera dan
diteruskan sampai 24-36 jam setelah luka terjadi. [4] [5]

3. COMPRESS

Tindakan Compress artinya menekan bagian yang mengalami cedera dengan


menggunakan perban khusus (ace bandage). Perban ini di harapkan juga dapat
mengikatkan kantong es di tempatnya dan tetap di lanjutkan setelah terapi
dingin ingin menghindari serta mengurangi pembengkakan. Meskipun balutan

17
ini harus rapi, pastikan bahwa perban ini tidak terlalu ketat karena dapat
menimbulkan mati rasa, geli atau bahkan menambah rasa sakit. [4] [5]

4. ELEVATION ( Posisi )

Pada tindakan Elevation, pasien sebisa mungkin harus mengangkat bagian


cedera lebih tinggi di atas jantung atau dada selama 24-36 jam pertama untuk
memudahkan kembalinya darah dan untuk mengurangi pembengkakan.
Misalnya jika yang cedera lutut, upayakan pasien dalam posisi tidur kemudian
lutut diangkat atau ditopang dengan alat supaya posisinya lebih tinggi dari
jantung. Teknik ini mengacu pada prinsip bejana berhubungan dan berguna
untuk mengurangi pembengkakan pada bagian cedera. [4] [5]

18
BAB 3
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan kasus ini, kita mengetahui bahwa Andi Murray
mengalami dislokasi pada sendi bahunya, sehingga mengakibatkan adanya
pembengkakan serta mengakibatkan kemampuan sendi dalam melakukan pergerakan
menjadi terbatas. Hal ini dikarenakan keluarnya bongkol sendi dari mangkok sendi,
yaitu keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi berhubungan
secara anatomis (tulang lepas dari sendi).
Diantara penyebab dislokasi yaitu cedera pada saat olah raga, trauma yang
tidak berhubungan dengan olah raga, terjatuh maupun terobeknya ligament dan
kapsul articuler yang merupakan kompenen vital penghubung tulang.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Sloane, Ethel. 2006. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta : EGC
2. Snell, S. 2011. Anatomi Klinis. Jakarta : EGC
3. Graham, A dan Louis. 1999. Orthopedi dan Fraktur Sistem Apley. Jakarta :
EGC
4. Noerdin, M dan Frankel. 1999. Basic Biomechanic Of The Muskuloskeletal
System. London : Lea dan Febriger
5. Santriono, Hartati. Medical electronic book

20

You might also like